PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA

  

PENGENDALIAN

DAN PELAKSANAAN RENCANA

MATERI KULIAH

Oleh:

Tonny Judiantono

  

131754508

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik UNISBA

2008

  INSTRUMEN PEMBANGUNAN KOTA Development Plan Development Regulation/Control

  Strategig Plan

  Merupakan rencana yang sifatnya umum,

   Istilah yang digunakan

  strategik dan konsepsional, lebih banyak berisi uraian yang sifatnya desktiptif dan

  1. Development control (Inggris)

  retorik, memuat tentang Visi, Misi, Tujuan,

  2. Zoning Regulation (Perancis)

  Sasaran dan Kebijaksanaan Pembangunan

  3. Zoning Code (San Diego)

  Kota 4.

  Zoning Resolution (New York)

   Functional Plan

  5. Zoning Ordinance (beberapa kota di USA)

  Merupakan rencana intermiediate yang bersifat sudah lebih teknis, tidak terlalu banyak lagi

  6. Land Development Code (Palm Beach)

  uraian yang bersifat deskriptif tetapi sudah memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peruntukan makro kota

   Detail Plan

  Merupakan rencana yang bersifat sangat rinci, sudah menggambarkan tentang dimensi- dimensi teknis perpetakan, Right of Way, Sempadan bangunan dlsb nya.

  STRATEGIG PLAN Structure Plan SDAU Comprehensive

  Plan Concept Plan

  FUNCTIONAL PLAN Local/ District Plan

  POS Zoning Plan Development Guide Plan (DGP)

  DETAIL PLAN Subdivision Plan/ Action Plan

  Subdivision Plan

  Subdivision Plan/ Landuse Plan

  Subdivision Plan

  

CONTOH JENJANG RENCANA KOTA

DI BERBAGAI NEGARA

JENIS RENCANA

HIRARKI/ JENJANG RENCANA DI INDONESIA

  

LANDASAN JENJANG DKI KESETARAAN PENGESAHAN

HUKUM RENCANA JAKARTA UU 24/1992 RTRWP/K RTRWP/K Strategic Plan PERDA (1:50.000) PP 69/96 RRTRK RRTRWC Functional Plan SK Gub (1:5.000) PP 69/96 RTRK RTRK/LRK Detail Plan SK Gub (1:1.000)

  

LANDASAN JENJANG SKALA KESETARAAN PENGESAHAN

HUKUM RENCANA UU 26/2007 RTRW RTRWP/K Strategic Plan PERDA Provinsi (1:100.000)

  RTRW RRTRWC Strategic Plan/ PERDA Kab/Kota (1:50.000) Functional Plan Rencana Rinci (1:5.000) Detail Plan SK Bupati/

KEDUDUDKAN ZONING REGULATION DALAM KONTEKS PENATAAN RUANG ASPEK ASPEK ASPEK PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN

  LAND MANAGEMENT PERATURAN (KAWASAN) PENGELOLAAN LAHAN

  • NETWORK
  • ACTI>PERATURAN
  • DEN>PERIJINAN LAND DEVELOPMENT
  • INTEN
  • PENGAWASAN (PESRSIL, BLOK & SEKTOR)
  • PENERTIBAN
  • KELEMBAGAAN

  ZONING REGULATION

TUJUAN ZONING REGULATION

   Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, mengatur keseimbangan, keserasian peruntukan tanah dan menentukan tindak atas suatu satuan ruang

   Melindungi kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat

   Mencegah kesemrawutan, menyediakan pelayanan umum yang memadai, dan menningkatkan kualitas lingkungan hidup

   Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan

   Memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat

FUNGSI ZONING REGULATION 1.

  Sebagai intrumen pengendalian pembangunan 2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional

3. Sebagai panduan teknis pengembangan lahan

SUBSTANSI ZONING REGULATION

  1. Prosedur Pembangunan

  2. Ketentuan-ketentuan Teknis

  3. Dampak Pembangunan

KERANGKA PERATURAN

  1. Ketentuan Umum

  2. Asas, Tujuan dan Fungsi

  3. Lembaga Penataan Ruang

  4. Jenis Rencana dan Materi Rencana

  

5. Peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang

  6. Prosedur penyusunan Rencana Tata Ruang 7.

  Prosedur Peninjauan rencana

  8. Prosedur Perijinan

  9. Prosedur Pembangunan Kawasan

  10. Zonasi

  11. Peraturan penggunaan 12.

  Ketentuan Teknis

  13. Ketentuan Khusus

  14. Dampak Pembangunan

LEMBAGA PENATAAN RUANG

1. Lembaga Penataan Ruang dibagi atas dua kelompok, yaitu :

  • Pengambil keputusan
  • Pembuat Rekomendasi

  2. Pengambil Keputusan, terdiri atas:

  • Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
  • Komisi Perencanaan
  • Badan Pertimbangan Urusan Tanah (BPUT)
  • Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA)
  • Dinas Tata Kota (DTK)

  3. Pembuat Rekomendasi, terdiri atas:

  • Dewan Kota/ Kabup
  • Dewan Kelurahan •

  Tim Pertimbangan Arsitektur Kota (TPAK)

  • Tim Pertimbangan Penggunaan Lahan (TPPL)
  • Badan Kesejarahan

SUBSTANSI RENCANA MENURUT JENJANG

RTRWP RTRWK RRTRWC RTRK

  UMUM • Visi, Misi

  • Tujuan • Kebijakan Strategi • Misi • Tujuan • Kebijakan Program • Tujuan &
  • Sasaran Program • Tujuan &
  • Sasaran Program Proyek

STRUKTUR RUANG

  N (Network)

  Struktur jaringan makro Provinsi Struktur jaringan makro Kodya

  Sarana Dasar Struktur Jaringan Submakro

  Sarana Dasar Struktur Jaringan Mikro

  A (Activity)

  • Fungsi Utama • Sistem Pusat Utama & Penunjang Zona Utama Zona Spesifik Paket Penggunaan D (Density/
  • Target jumlah Pddk Provinsi • Distribusi per Kodya • Target Pddk Kodya • Distribusi Pddk Per Kecamatan • Rencana Kepadatan tiap distrik perencanaan (kelurahan)
  • Penerapan pola kepadatan ke dalam paket penggunaan

  Distribusi Penduduk )

  I (Intensity)

  • Pola sifat lingkungan (PSL)

  Aplikasi PSL dan PPI Batasan/ nilai intensitas bruto

  Batasan/ nilai intensitas bruto

PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

   Hak masyarakat dalam perencanaan tata ruang

  

Kewajiban masyarakat dalam perencanaan tata ruang

   Tahapan PSM dalam perencanaan tata ruang

   Lingkup substantif PSM dalam perencanaan tata ruang

  

Kelompok serta masyarakat dalam perencanaan tata

ruang

  

Cara serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang

   Waktu serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang

   Bentuk kelembagaan masyarakat dalam perencanaan tata ruang

HAK MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG 1.

  Mengetahui seluruh maksud/keinginan/ rencana pemerintah, atau mengajukan inisiatif

  2. Mengetahui seluruh proses persiapan dan ikut menilai kesiapan (proses administrasi) penyelenggaraannya 3.

  Memberikan pendapat, saran, masukan, dan penentuan tujuan-tujuan dan arah

  4. Memberikan pendapat, saran, masukan, data/

informasi dan penentuan potensi dan masalah tata

ruang

  5. Memberikan kontribusi dalam perumusan rencana 6.

  Melibatkan diri di dalam, dan/atau mengawasi proses penetapan rencana tata ruang

  7. Mengajukan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang

  

KEWAJIBAN MASYARAKAT

DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

  

1. Memberikan informasi, data dan keterangan dalam

setiap tahapan

  2. Berlaku tertib dan santun

  3. Menghormati dan menghargai pendapat, saran dan masukan data/ informasi pihak-pihak lain

  4. Mendudukkan kepentingan kolektif/ publik lebih tinggi daripada kepentingan pribadi atau kelompok

TAHAPAN PSM DALAM PERENCANAAN TATA RUANG 1.

  Tahapan Pembelajaran

  2. Tahapan Pemberdayaan

  3. Tahapan Perencanaan berbasis masyarakat

  4. Tahapan Perencanaan oleh masyarakat

LINGKUP SUBSTANTIF PSM

TINGKATAN RENCANA LINGKUP SUBSTANTIF KELOMPOK SERTA CARA KERJA WAKTU SERTA KELEMBA GAAN

  RTRW Provinsi

  • Visi • Misi • Tujuan/

  Sasaran

  Pemuda

  5 Tahun sekali pada waktu penyusunan baru atau peninjauan kembali

  • Tokoh Agama • Profesi • Intelektual • Penyebaran angket
  • Diskusi
  • Kebijaksanaa n Strategi • Remaja/

  RTRW Kab/ Kota

  • Misi/ strategi
  • Program sda sda sda sda

  RRTRW Kecamatan

  Lingkungan dan proyek

  • Desa/ kelurahan
  • Karang Taruna • PKK,

  RT/RW/ Warga masyarakat

  Diskusi/ dialog sda sda RTRK (LRK) Lahan

  • Badan Usaha • Masyarakat secara Individu Diskusi/ dialog Setiap kasus Komite yang dibentuk gubernur

  Kepemilikan

  Panitia khusus (tidak permanen)

1. RTRW Provinsi 2.

  RTRW Kota/ Kabupaten 3. RRTRW Kecamatan 4. RTRK

PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA

  

RTRW PROVINSI & RTRW KAB/KOTA

  1. Pengumuman kepada masyarakat

  2. Penyelenggaraan Lokakarya I (stakeholder yang relevan)

  3. Penyusunan angket dari hasil Lokakarya I dan penyebarluasannya untuk menjaring pilihan masyarakat

  4. Pengolahan hasil angket

  5. Penyelenggaraan Lokakarya II (konsultasi teknis)

  6. Penyempurnaan rancangan rencana

  7. Pelaksanaan ekspose publik di tempat-tempat umum yang strategis

  8. Pelakasanaan dengar pendapat publik (Public Hearing) di depan sidang DPRD dan ditindak lanjuti dengan penyusunan Rencana Akhir

  9. Penetapan dan pengesahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kab/Kota.

  RRTRW KECAMATAN & RTRK

  1. Pengumuman kepada masyarakat

  2. Penentuan metoda pengumpulan data

  3. Penentuan metoda peran serta

  4. Pengumpulan informasi

  

5. Perumusan isu-isu utama, penetapan tujuan, penyusunan

alternatif dan pemilihannya, serta pengembangan rencana

  

6. Pelaksanaan ekspose publik di tempat-tempat umum yang

strategis di wilayah Kecamatan

  

7. Pelakasanaan dengar pendapat publik (Public Hearing) di

depan Guvernur dan ditindak lanjuti dengan penyusunan Rancangan Rencana Akhir

  8. Penetapan dan pengesahan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan

PROSEDUR PENINJAUAN RENCANA

  Rencana yang disusun berpotensi menimbulkan bencana publik

  Major Modification atau perubahan besar

  

  Minor Modification atau perubahan kecil

  Kategori Penyesuaian Rencana

  Menawarkan manfaat yang besar bagi leingkungan di sekitar atau masyarakat kota

  

  Rencana menyebabkan penderitaan terhadap seseorang

  

  Prakarsa perubahan, dapat diajukan oleh: 

  Masyarakat baik kelompok maupun perorangan

  Terdapat kesalahan peta dan informasi

  

  Usul perubahan rencana dapat diajukan jika salah satu kriteria berikut dipenuhi:

  Pertimbangan Penyesuaian Rencana

  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

  

  Pemerintah provinsi/ kab/kota

  

  

  PROSEDUR PENYESUAIAN RENCANA Prosedur Perubahan Rencana Kategori Perubahan Kecil

  Pemohon mengajukan usul kepada Dinas Tata Kota

  

  DTK melakukan kajian terhadap usulan pemohon :

  

  Apabila perubahan terjadi pada kategori penggunaan yang sama maka dapat diproses langsung oleh DTK

  

  Apabila perubahan terjadi pada kategori penggunaan yang berbeda maka DTK menyampaikan kepada komisi perencanaan untuk dilakukan dengar pendapat publik

  

  Apabila perubahan disetujui komisi pencanaan menyampaikan laporannya kepada Gubernur/Bupati/ Walikota

  

  Berdasarkan hasil keputusan tersebut DTK melakuka perubahan rencana

  Prosedur Perubahan Rencana Kategori Perubahan Besar

  DTK menyampaikan konsep perubahan kepada komisi perencanaan untuk dilakukan dengar pendapat publik

  

  Apabila perubahan disepakati komisi perencanaan membuat rekomendasi

  PROSEDUR PERIJINAN 1. SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Penggunaan lahan) 2. SIPPT (Surat Ijin Penggunaan & Pemanfaatan Tanah) 3.

IJIN PEMBANGUNAN

  • IJIN PEMBANGUNAN KATEGORI II

  IJIN PEMBANGUNAN KATEGORI I

PROSEDUR PERMOHONAN SP3L

  

  Pemohon mengajukan permohonan kepada Gubernur selaku Ketua Badan Pertimbangan Urusan Tanah dengan melengkapi semua persyaratan

  

  Gubernur meminta DTK selaku sekretariat BPUT mempersiapkan bahan- bahan terkait untuk dibahas dalam sidang rapat pimpinan BPUT

  

  Sidang rapat pimpinan BPUT membahas permohonan dimaksud dan membuat keputusan menerima atau menolak permohonan sesuai saran- saran anggota

  

  Apabila sidang menerima permohonan maka Gubernur menerbitkan SP3L

  

  Setelah menerima SP3L pemohon harus melaporkannya kepada walikota setempat untuk kemudian diadakan sosialisasi kepada masyarakat

  

  Apabila setelah dilakukan sosialisasi sebagian besar masyarakat pemilik tanah menolak, maka walikota membuat laporan dan saran kepada Gubernur

  

  Atas saran walikota, Gubernur dapat meninjau kempali SP3L dimaksud

PROSEDUR PERMOHONAN SIPPT

  

  Pemohon mengajukan permohonan kepada Gubernur selaku Ketua Badan Pertimbangan Urusan Tanah dengan melengkapi semua persyaratan

  

  Gubernur meminta DTK selaku sekretariat BPUT mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait untuk dibahas dalam sidang rapat pimpinan BPUT

  

  Sidang memberikan koreksi dan saran atas usulan dimaksud

  

  Memperhatikan semua saran dan koreksi, Gubernur menerbitkan SIPPT

  

  Setelah menerima SIPPT, pemohon melaporkannya kepada walikota setempat untuk kemudian dilakukan sosialisasi kepada masyarakat

  

  Apabila ada gugatan dari masyarakat terhadap rencana, Walikota membuat laporan dan saran kepada Gubernur

  

  Gubernur meminta komisi perencanaan untuk melakukan dengar pendapat publik

  

  Komisi perencanaan melakukan dengar pendapat publik dan membuat keputusan dan disampaikan kepada Gubernur

  

  Apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, Gubernur meminta DTK untuk melaksanakan penyesuaian rencana

  

PROSEDUR IJIN PEMBANGUNAN

(KATEGORI I)

  Pemohon mengajukan permohonan kepada DTK dengan melengkapi semua persyaratan yang ditentukan 

  

DTK menerbitkan ijin dimaksud dan mengumumkannya

kepada warga yang tinggal di sekitar lokasi yang dimohon

   Apabila dalam jangka waktu 2 minggu tidak ada keberatan atau sanggahan dari pemohon maupun warga sekitarnya maka ijin pembangunan dimaksud dinyatakan sah secara hukum

   Apabila ada keberatan atau sanggahan, maka dilakukan dengar pendapat publik melalui komisi perencanaan

   Apabila mayoritas warga menerima maka ijin pembangunan dinyatakan sah dan apabila mayoritas warga menolak, ijin pembangunan harus ditinjau kembali

  

PROSEDUR IJIN PEMBANGUNAN

(KATEGORI II)

  • Pemohon mengajukan permohonan kepada DTK dengan melengkapi semua persyaratan yang ditentukan
  • DTK menyiapkan konsep perijinan dan meminta

    kepada komisi perencanaan untuk melakukan uji

    publik yaitu dengan melaksanakan dengar pendapat publik warga di sekitarnya dan beberapa tenaga ahli terkait
  • Apabila mayoritas warga menerima, maka DTK memproses ijin pembangunan yang definitif
  • Apabila mayoritas warga menolak, maka tidak dikeluarkan perijinan

PROSEDUR PEMBANGUNAN KAWASAN

  Untuk membangun sebuah kawasan harus dipenuhi syarat-syarat sbb: 

  Memiliki Badan Hukum 

  Memperoleh persetujuan Gubernur/ Bupati/ Walikota 

  Menyusun Master Plan 

  Menyusun Amdal 

  Memiliki SDM yang profesional 

  Memiliki dukungan finansial

  ZONASI

  1. Zona dasar 2.

  Zona Utama, yaitu zona dasar yang masih memiliki sifat yang asli

  3. Zona Spesifik, yaitu pemberian karakter-karakter tertentu pada zona utama sehingga memiliki sifat-sifat pembatasasn ataupun keleluasaan tertentu pada zona dasar

  4. Paket Penggunaan, yaitu jenis-jenis penggunaan yang memungkinkan diijinkan pada setiap zona spesifik 5.

  Paket Peraturan Pembangunan, yaitu persyaratan-persyaratan pembangunan pada zona dasar untuk dapat menampung penggunaan yang diijinkan, seperti luas perpetakan minimum, lebar dan kedalaman perpetakan minimum, KDB, KLB, Ketinggian bangunan, dsb.

PAKET PERATURAN

  

PEMBANGUNAN

  Paket peraturan pembangunan lebih menjelaskan dimensi zona dasar dengan mempertimbangkan penggunaan yang diperbolehkan dalam paket penggunaan

  

Paket peraturan dengan paket penggunaan tidak boleh

saling bertentangan

   Salah satu unsur dalam paket peraturan yang

mengindikasikan besaran ruang dari zona-zona dasar

dengan mengambil salah satu atau beberapa dari ketentuan-ketentuan pembangunan yang paling mewakili

   Ketentuan-ketentuan yang lebih rinci tentang luas perpetakan, jarak-jarak bebas, KDB, KLB, Tinggi

bangunan, dan ketentuan-ketentuan tentang bangunan

lainnya diatur dalam tabel peraturan pembangunan.

KETENTUAN TEKNIS

  1. Tata ruang dan pertimbangan lingkungan

  2. Daerah perencanaan

  3. Intensitas bangunan  Sifat lingkungan

   KDB dan KLB

   Ketinggian Bangunan

   Garis sempadan bangunan (GSB), Garis sempadan jalan (GSJ)

   Jarak bebas

   Jarak bebas pada bangunan renggang

   Jarak bebas pada bangunan rapat

  4. Sarana penunjang

  5. Insentif pembangunan

  6. Ketentuan tentang bangunan industri 7. Ketentuan tentang bangunan-bangunan lainnya.

KETENTUAN KHUSUS

   Peraturan umum untuk penggunaan terpisah

   Panduan rancang kota

   Standar sarana kota

   Perparkiran

   Prasarana kota

   Penataan kegiatan

   Tata Informasi/ media luar ruang

   Bangunan bersejarah

   Pedoman pembangunan wilayah kepulauan

   Penataan kawasan di sekitar Bandara

   Kawasan Pantura

   Reklame

DAMPAK PEMBANGUNAN

   Pencemaran lingkungan

   Dampak pembangunan

   Analisis dampak lalu lintas untuk pembangunan baru

  1. Introduction

  2. The need for approval to commence development

  3. Form of application

  4. Procedure for dealing with development applications

  5. Considerations in the determination of development applications

  6. Applications for the renewal of development approval

  7. The use of conditions

  8. Temporary approvals

  9. Appeals

  1. General

  2. The Access problem

  3. Classification of roads

  4. Development on controlled access highways

  5. Development on important regional roads

  6. The design of driveways

  7. Conclusions

  1. Introduction

  2. Retail shopping background

  3. Retail shopping policy objectives

  4. Regional retail shopping structure plan

  5. Guidelines for the planning of shopping centres

  6. Car parking for shopping centres

  1. The purpose of the urban deffered zone

  2. Metropolitan region scheme

  3. Procedure for the transfer of land from urban deferred zone to the urban zone

  4. Imposition of conditions on clause

  5. Subdivision

  6. Local authority town planning schemes

  1. The authority considers that publicly owned open space must be palnned as part of a total metropolitan open space system encompassing public and private land in order to maximise the recreation and conservation potential of the resources

  2. The authority will undertake the co-ordination of planning of metropolitan open space resources in order to:

  • Establish long term goals and policy objectives
  • Develop a structure paln for region based o an inventory of resource capability and user needs
  • Prepare concept plans for Parks and Recreation reserves based on above
  • Prepare development plans for such reserves and implement a development programme for the metropolitan open space system

  3. Special circumstances dictate

  4. Management budget

  5. The desirability of sustaining an adequate level of maintenance and surveillance compatible with the availability of finance and human resources

  1. The authority opposes the discharge of piped or artificially channelled stormwater drainage to lakes, or other wetlands and the establishment of sumps

  2. Prepared to accept the pipe discharge of stormwater drainage to lakes or other wetlands in such reserved lands on the following basis:

  • That it is satisfied that no alternative disposal method is reasonably available to the proponent
  • That provision has been made for the pre-treatment of water for the removal of solids before it enters reserved lands

  3. The design of management structures, the level of pre-treatment and the method of implementation is to be based on the advice of the Department of Conservation and Environment and to be to the satisfaction of the Authority