KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI P

.

SiNEMA
Seminar Nasional
Ekonomi, Manajemen, Akuntansi

2 PROSIDING

ISBN :

SEMINAR NASIONAL

Padang

27-28 Agustus 2015

UNIVERSITAS BUNG HATTA & UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

website: bunghatta.ac.id/email: sinema2@bunghatta.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaratuh,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, atas
rahmat dan karunia-Nya, Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi 2 (SiNEMA2)
“Kesiapan Indonesia Dalam Pasar Bebas Asean Melalui Penguatan Implementasi Corporate
Governance Yang Sehat”, dapat berlangsung dengan baik. Seminar Nasional ini diselenggarakan
atas kerjasama Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang dengan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Yogyakarta. Pada seminar ini mempresentasikan hasil-hasil penelitian
dibidang ekonomi, manajemen dan akuntansi. Artikel terbaik akan dipublish pada Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI), Jurnal Siasat Bisnis dan Economic Journal of
Emerging Markets, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta.
Tujuan dari penyelenggaraan Seminar Nasional ini merupakan perwujudan dari peranan
perguruan tinggi sebagai penghasil berbagai gagasan/pikiran yang tertuang dalam berbagai hasil
penelitian guna meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan dalam menyambut
berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 ini, dan memberi kontribusi
konkrit berupa hasil riset yang dilakukan oleh para expert di bidangnya masing-masing sebagai
pedoman bagi pengambil kebijakan, serta sebagai forum bertukar pikiran bagi para akademisi,
praktisi, birokrat guna bersama-sama berkontribusi dalam Pasar Bebas Asean.
Seminar Nasional ini, menampilkan pembicara kunci (keynote speech) yaitu: Dr.
Wimboh


Santoso

(Mantan

Excecutive

Director

IMF),Nur

Harjanto

(Pengusaha

Nasional/Kandidat Doktor) Dr.Abdul Kharis Almasyhari, SE,MSi.,Ak (Komisi XI DPR RI),
disamping itu dalam Seminar Nasional ini juga dipresentasikan 46 makalah yang berasal dari
Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta dan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Akhirnya pada kesempatan yang ini panitia mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang
telah mendukung terselenggaranya Seminar Nasional ini dengan baik.
Insya Allah prosiding ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Padang, Agustus 2015
Ketua Panitia SiNEMA2

Drs.Meihendri,MSi.,Ak.,CA.

SEMINAR NASIONAL
Kesiapan Indonesi
nesia dalam Pasar Bebas ASEAN Mel
elalui Penguatan
Implementasi Corporate Governance yang
ang Sehat
Seh “

PROSI DII NG
EDITOR
Bidang Manajemen:
Drs. Asmai Ishak, M.Bus.
P
us. Ph.D

Drs. Anas Hidayat, MBA.
P
A. Ph.D
Dr. D. Agus Hardjito,
M.S
o, M.Si
Dr. Zaenal Arifin, M.Si
Dr.Sutrisno,MM
Bidang Akuntansi:
.Si, M.Com,
Ph.D
Dekar Urumsah, Drs, S.Si,
M.C
Johan Arifin, SE, M.Si,, Ph.D
IS, CA, Ph.D
Yuni Nustini, Dra, MAFIS
Ph.D
Arief Rahman, SE, SIP,, M.Com,
M.C
Bidang Ekonomi:

A, Ph.D
Drs. Akhsym Afandi, MA,
P
ono, MA,
Drs, Agus Widarjono,
MA Ph.D
Abdul Hakim, SE, MEc,, Ph.D
P
A, Ph.D
Drs. Akhmad Tohirin, MA

Penerbit

:

BUNG HATTA UNIVERSITY PRESS

Judul Prosiding

: “Kesiapan Indonesia dalam Pasar Bebas ASEAN Melalui

Penguatan Implementasi Corporate Governance yang
Sehat “

Penulis

: Tim

Diterbitkan oleh Bung Hatta University Press,

Alamat Penerbit:
Badan Penerbit Universitas Bung Hatta Gedung Rektorat Lt.III
Jl. Sumatera Ulak Karang Padang, Sumbar Indonesia
Telp.(0751) 7051678, Fax.(0751) 7055475
e-mail: lppm_bunghatta@yahoo.com

Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini tanpa izin tertulis
penerbit

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Cetakan Pertama : Agustus 2015

Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan (KDT)

DAFTAR ISI

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPEMIMPINAN UNTUK
LEVEL LOWER MANAGEMENT PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA
Afridian Wirahadi Ahmad, Herri, Laura Syahrul ................................................................ 1-22
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, TOTAL ASSETS TURN OVER
TERHADAP RETURN ON INVESTMENT (Studi Kasus: Perusahaan Logam dan
Produk Sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Agus Dwiwitoko, Listiana Sri Mulatsih, Yuhelmi ................................................................ 23-32
IMPLEMENTASI RULES AND DISCRETION POLICY DALAM PENGELOLAAN
SEKTOR MONETER DI INDONESIA
Alvis Rozani...................................................................................................................... 33-55
PERAN PATUH HUKUM DAN TAAT BERAGAMA TERHADAP NIAT BELI
DAN PERASAAN PASKA BELI PRODUK BAJAKAN
Anas Hidayat,Sri Rejeki Ekasasi......................................................................................... 56-63
ANALISIS PENGARUH KUALITAS ASET PRODUKTIF TERHADAP

TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK UMUM DI INDONESIA.
Angrita Denziana, Haninun ............................................................................................... 64-77
PERSPEKTIF FRAUD DIAMOND THEORY DALAM MENJELASKAN EARNINGS
MANAGEMENT NON-GAAP PADA PERUSAHAAN TERPUBLIKASI DI INDONESIA
Bese Nur Amaliah, Yeni Januarsi,Ewing Yufisa Ibrani ......................................................... 78-111
ANALISIS POTENSI DAN TANTANGAN PRODUK UKM BORDIRAN / SULAMAN
SUMATERA BARAT DALAM MENGHADAPI MEA 2015
Dahliana Kamener............................................................................................................ 112-125
PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA LUMBUNG
PITIH NAGARI UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN
DI SUMATERA BARAT
Dahnil Johar..................................................................................................................... 126-136
KESIAPAN PEMERINTAH SUMATERA BARAT DALAM MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Deswita Rosra .................................................................................................................. 137-150
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KOMITMEN KERJA KARYAWAN AMIK JAYANUSA PADANG
Dorris Yadewani............................................................................................................... 150-159
BOARD GOVERNANCE, CORPORATE SOCIAL DISCLOSURE DAN FIRM VALUE:
STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BEI

Edy Supriyono, Djoko Suhardjanto, Niki Lukviarman, Rahmawati ..................................... 160-187

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RENDANG SEBAGAI MAKANAN TRADISIONAL
UNGGULAN MINANGABAU BERDAYA SAING GLOBAL DALAM MENUNJANG VISI
INDONESIA KREATIF 2025.
Eka Rosalina, Afridian Wirahadi Ahmad ........................................................................... 188-202
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETERBUKAAN EKONOMI
STUDI KASUS : NEGARA INDONESIA
Evi Susanti Tasri, Kasman Karimi....................................................................................... 203-218
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEMITRAAN
TERHADAP KINERJA PARAMEDIS RSU MAYJEN H.A. THALIB KABUPATEN KERINCI
DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Herdinal, Dahnil Djohar, Erni Febrina Harahap .................................................................. 219-237
PERANAN CUSTOMER VALUE SEBAGAI PEMODERASI PADA PENGARUH KUALITAS
PELAYANAN DAN CITRA INSTANSI TERHADAP KEPUASAN PUBLIK
Iswandi, Sefnedi, Niki Lukviarman .................................................................................... 238-253
KAJIAN ANALISIS USAHA TANI INTEGRASI PADI SAWAH DAN
PAKAN TERNAK RUMINANSIA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN
DAN DAGING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
Jamilah, Helmawati.......................................................................................................... 254-266

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN SEKTORPERDAGANGAN, JASA DAN INVESTASI
Jefri, Yuhelmi, Nailal Husna .............................................................................................. 267-280
KAJIAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARI’AH UNTUK
PENINGKATAN PANGSA PASAR (Studi Kasus : Masyarakat Hinterland di Kota Bukittinggi)
Jon Kenedi, Helmi Ali,Era Sonita....................................................................................... 281-302
STRUKTUR MODAL,INVESTMENT OPPORTUNITY SETDAN LIKUIDITAS TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI
tahun 2009-2013)
Lia Uzliawati, Nana Novianti,Dwi Putri Ratnasari............................................................... 303-312
PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG PADA
OBJEK WISATA PANTAI PADANG
Linda Wati ....................................................................................................................... 313-331
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN
DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT
Lisni Indrika, Erni Febrina Harahap, Nurul Huda ................................................................ 332-343
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEKERJA INFORMAL DI KOTA PADANG
Manda Satria, Erni Febrina Harahap, Firdaus..................................................................... 344-358


ii

PENGARUH INDPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONTINUITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK
(SURVEY PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
ANGGOTA FORUM AKUNTAN PASAR MODAL)
Meihendri ........................................................................................................................ 359-368
PENGARUH PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMILIHAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : PERAN KELUARGA SEBAGAI PEMODERASI
Melifia Liantifa, Sefnedi, Lindawati ................................................................................... 369-383
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN KARAKTER
EKSEKUTIF TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BEI
Muhammad Fajri Saputra, Dandes Rifa, Novia Rahmawati ................................................ 384-396
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN
LINGKUNGAN DAN STRATEGI PROSPEKTOR TERHADAP INOVASI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
Nando Mokodompit, Yeasy Darmayanti, Novia Rahmawati............................................... 397-414
KAJIAN POTENSI DAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PULAU KORONIKI
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Nurhuda. N, Harfiandri D.................................................................................................. 415-432
PENINGKATAN KEBIJAKAN TATA KELOLA PEMERINTAH DALAM
MENGEMBANGKAN SEKTOR EKONOMI KRATIF DI KOTA PARIAMAN
Nurul Huda ...................................................................................................................... 433-450
PENGARUH PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN AKAN PERATURAN
PERPAJAKAN DAN PELAYANAN FISKUS YANG BERKUALITAS TERHADAP
KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK DENGAN KESADARAN MEMBAYAR PAJAK
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Okky Syafputra, Popi Fauziati, Daniati Putri ..................................................................... 451-467
PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK, PELAYANAN, PERSONALIA, SALURAN
DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN MASKAPAI PENERBANGAN
PT. GARUDA INDONESIA DI PADANG
One Sugita,Zeshasina Rosha ............................................................................................. 468-479
ANALISIS TIPE STRATEGI PELAKU USAHA EKONOMI KREATIF
DI KOTA PARIAMAN DALAM RANGKA MENGHADAPI PASAR BEBAS
DI KAWASAN ASIA TENGGARA
Reni Yuliviona .................................................................................................................. 480-490
PENGARUH PERSEPSI, HARGA, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP
KEPUASAN PASIEN PADA UNIT RAWAT INAP SEMEN PADANG HOSPITAL
(SPH) DI KOTA PADANG
Rizki Permato , Dahliana Kamener , Nailal Husna............................................................... 491-504

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), RETRIBUSI
DAERAH DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD) KOTA PADANG DAN BUKITTINGGI TAHUN 2008-2013
Rizky Amelia, Yunilma, Dandes Rifa .................................................................................. 505-515
PERGANTIAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER (CEO), MANAJEMEN LABA,
DAN KEPEMILIKAN KELUARGA
Rudi Zulfikar, Lili Sugeng Wiyantoro,Dyah Atut Puturatri................................................... 516-538
PENGARUH KUALITAS INFORMASI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
SISTEM E-FILLNG
Sentot Rianda,Arie Frinola Minovia .................................................................................. 539-553
PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN DALAM SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH (SPIP)TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Siska Yulia Defitri ............................................................................................................. 554-568
THE IMPACT OF PADANG BEACH TOURIST DESTINATION DEVELOPMENT
FOR SMALL BUSINESS LIFE
Syafrizal Chan .................................................................................................................. 569-579
ANALISISIS PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS),RETURN ON EQUITY (ROE),
DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN TRANSPORTATION SERVICES YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2013
Syamsudin dan Dwi Wulandari ......................................................................................... 580-594
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE ON TAX AVOIDANCE:
THE EMPIRICAL LINK IN MANUFACTURING FIRMS
Syeldila Sandy,Niki Lukviarman ........................................................................................ 595-610
PENGARUH PEOPLE, PROCESS DAN PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP
KEPUTUSAN MELAKUKAN JASA KREDIT DI PERUSAHAAN LEASING FIF
GROUP ASTRA CABANG PADANG
Tri Muhadi Putra, Rika Desiyanti, Mery Trianita ................................................................ 611-625
IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI INDONESIA
Tria Desi Anggraini, Erni Febrina Harahap, Helmawati ....................................................... 626-639
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KOMITMEN
ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI
VARIABEL MEDIASI (STUDI PADA: KANTOR CAMAT KOTA SUNGAI PENUH)
Ulul Azmi, Sefnedi, Erni Febrina Harahap .......................................................................... 640-653
MANAJEMEN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS BMT)
YANG ADA DI KOTA PADANG
Variyetmi Wira, Gustati .................................................................................................... 654-668
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007
TENTANG PENGELOLAAN PASAR ( STUDI KASUS DI PASAR RAYA SOLOK )
Wellizar B, Syofyan Mukhtar, Yofiza Media ...................................................................... 669-681

iv

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNA DALAM
MEMANFAATKAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH KOTA BUKITTINGGI
Yulia Fitri, Resti Yulistia, Daniati Puttri .............................................................................. 682-699
PENGARUH BAURAN PEMASARAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP
KEPUASAN DAN LOYALITAS MAHASISWA UNIVERSITAS BUNG HATTA
Zeshasina Rosha............................................................................................................... 700-713

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPEMIMPINAN
UNTUK LEVEL LOWER MANAGEMENT PENDIDIKAN TINGGI
DI INDONESIA
Oleh:
Afridian Wirahadi Ahmad, SE, M.Sc, Ak
Prof. Dr. Herri, SE, MBA
Dra. Laura Syahrul, MBA
Universitas Andalas

Pendidikan tinggi di Indonesia bukan sekadar penghasil sumber daya manusia
yang berkualitas namun juga sebagai industri yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi negara. Untuk itu dibutuhkan pemimpin atau pengelola
pendidikan tinggi yang memiliki kompetensi kepemimpinan dan manajerial yang
baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikan kebutuhan
kompetensi kepemimpinan perguruan tinggi terkhusus untuk level manajemen terendah
yakni ketua Jurusan. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat
terumuskan standar kompetensi kepemimpinan perguruan tinggi yang dapat dijadikan
dasar dalam memilih, mengembangkan, dan mengevaluasi pemimpin perguruan tinggi.
Pendekatan penelitian bersifat eksploratif dengan metode campuran, yaitu kualitatif dan
kuantitatif yang digunakan secara sequential. Data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai teknik yaitu indepth interview dan Focus Group Discussion
(FGD) dan menggunakan instrument kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan
terdapat delapan kompetensi utama yang harus dimiliki dan dikuasai untuk level
manajemen tingkat jurusan dan sembilan jenis pelatihan/pendidikan untuk menguasai
kompetensi tersebut.
Keywords: Kompetensi kepemimpinan, Pengelola Jurusan, Kepemimpinan, Pendidikan
Tinggi

PENDAHULUAN
Pendidikan tinggi memiliki berbagai tantangan yang komplek (Bikmoradi et al.,2010).
Menurut mereka, setidaknya institusi pendidikan tinggi dihadapkan kepada tiga isu
utama. Pertama, isu yang berkaitan dengan organisasi termasuk di dalamnya
permasalahan academic governance, misi dan tanggungjawab yang berkelanjutan, dan
permasalahan dalam memilih manajer. Kedua, isu yang berkaitan dengan manajerial
seperti gaya manajemen, ketidakcocokan antara otoritas dan tanggungjawab, kapabilitas
kepemimpinan. Terakhir, isu yang berkaitan dengan budaya organisasi seperti

1

kecenderungan budaya yang mengarah seperti budaya organisasi pemerintahan, budaya
kekuasaan yang terpusat, dan tingkat motivasi yang rendah.
Pemimpin perguruan tinggi menghadapi berbagai persoalan yang berbeda
dengan organisasi profit dan non-profit lainnya. Pada organisasi profit, output utama
adalah keuntungan, pertumbuhan aset, rasio keuangan, deviden dan lain sebagainya
(Madura, 2001). Sedangkan ukuran keberhasilan pendidikan tinggi sebagai organisasi
noo-profit sulit diukur secara pasti. Keputusan yang diambil oleh pemimpin pendidikan
tinggi pada saat ini memiliki implikasi dengan rentang waktu yang lebih panjang
daripada implikasi keputusan bisnis pada organisasi for profit. Selain itu, tingkat risiko
keputusan lebih sulit diukur karena tidak memiliki indikator yang jelas.
Karakteristik industri pendidikan tinggi juga berbeda dengan organisasi nonprofit lainnya. Perbedaan tersebut adalah terdapatnya kondisi yang mengharuskan setiap
institusi pendidikan tinggi untuk bersaing dengan institusi pendidikan tinggi lainnya
(Marginson, 2004). Persaingan tersebut perlu dilakukan untuk menentukan eksistensi
setiap perguruan tinggi terutama dalam hal posisi relatif mereka di dalam persepsi
konsumen dan calon konsumen (mahasiswa dan calon mahasiswa). Selain itu,
Marginson (2004) juga mengatakan bahwa institusi pendidikan tinggi juga bersaing
dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat. Baik berupa lulusan yang
berkualitas, hasil penelitian, dan berbagai kontribusi lainnya.
Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam organisasi. Banyak peneliti
telah membuktikan bahwa kepemimpinan memegang peranan besar dalam menentukan
kinerja dan pencapaian cita-cita organisasi (Johan & Herri, 2013). Dalam sudut pandang
proses manajemen strategi, kepemimpinan merupakan salah satu penentu dalam
implementasi (Thompson et al., 2013). Thompson et al. (2013) mengatakan bahwa
proses implementasi membutuhkan serangkaian taktik dan kebijakan yang harus
diarahkan oleh individu yaitu pemimpin.
Pemimpin juga memegang peranan penting dalam mengarahkan perubahan
organisasi (Rothwel et al., 2010). Menurut mereka, pemimpin harus menentukan arah
dan batasan perilaku organisasi ketika melakukan perubahan. Dalam masa berubah,
organisasi cenderung memiliki budaya yang lemah sehingga beberapa batasan nilai
yang telah dilaksanakan secara berkelanjutan menjadi kabur dan tidak jelas. Pada
kondisi inilah pemimpin harus tampil sebagai aktor yang mampu mendefinisikan dan

2

mengarahkan anggota secara jelas kepada arah perubahan dengan berbagai batas
perilaku tertentu yang menunjang pencapaian perubahan.
Bass (1997) membuktikan bahwa kepemimpinan memberikan efek terhadap
kinerja organisasi, terutama kepemimpinan dengan gaya transformasional, pada
berbagai kontek organisasi. Baik organisasi laba maupun nirlaba, organisasi dengan
struktur sentralistik maupun desentralistik, organisasi dengan kecil maupun besar.
Berbagai penelitian lanjutan juga telah dilakukan oleh para peneliti lain untuk
membuktikan pendapat ini. Hasilnya, kepemimpinan merupakan aspek yang memberi
pengaruh signifikan terhadap organisasi.
Berdasarkan teori kontijensi kepemimpinan yang mengatakan bahwa setiap
organisasi memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan perlakuan dan
pengelolaan yang berbeda serta dipimpin dengan gaya yang juga berbeda (Fielder,
1964), mengharuskan peneliti untuk mengkaji ulang permasalahan kepemimpinan pada
berbagai organisasi dengan karakteristik yang berbeda. Walaupun secara umum
kepemimpinan telah memperlihatkan perannya pada setiap jenis organisasi, tapi
perbedaan kompetensi yang dibutuhkan dan tantangan yang dihadapi oleh masingmasing organisasi juga mengharuskan peneliti untuk melakukan penelaahan lebih
dalam, terutama pada kontek tertentu.
Demikian juga dengan kondisi pendidikan tinggi di Indonesia. Selain masalah
yang dihadapi di atas, pendidikan Indonesia menghadapi permasalahan disparitas.
Beberapa institusi memiliki kualitas yang baik, menawarkan kualitas pendidikan yang
bagus, memiliki fasilitas yang memadai dan bisa bersaing dengan institusi internasional.
Tapi banyak institusi menawarkan kualitas pendidikan yang rendah, masih sulit untuk
bertahan dalam membiayai kebutuhan operasionalnya. Selain itu, status perguruan
tinggi negeri dan swasta juga menjadi karakteristik tersendiri (Herri et al., 2010).
Perguruan tinggi negeri menikmati subsidi anggaran yang besar dari pemerintah. Atas
kondisi itu, mereka harus mengikuti serangkaian prosedur dan aturan yang ditetapkan
secara sentralistik oleh pemerintah yang pada akhirnya mereka cenderung memiliki
budaya kerja yang mirip dengan budaya kerja institusi pemerintahan (Bikmoradi et al.,
2010).
Budaya kerja ini membuat mereka menjadi tidak fleksibel. Berbagai keputusan
harus diambil melalui serangkaian prosedur panjang dan melibatkan beberapa tahapan

3

administrasi yang tidak efisien. Dari sudut pandang motivasi kerja juga demikian.
Karyawan cenderung bekerja dengan motivasi rendah sebagai akibat budaya tersebut
dan ketidakjelasan penilaian kerja.
Universitas swasta bisa bergerak lebih cepat (Herri et al., 2010). Mereka dapat
mengorganisasikan kerja secara lebih independen karena tidak terikat secara ketat
kepada serangkaian aturan seperti perguruan tinggi negeri. Sistem dan budaya kerja
mereka cenderung tidak terjebak pada budaya birokrasi karena memegang prinsip
keefektifan dan efisiensi secara lebih substansial.
Berbagai kondisi yang dijelaskan di atas membuktikan bahwa intstitusi
pendidikan tinggi, secara keseluruhan, memiliki permasalahan yang berbeda dengan
institusi lainnya. Dengan demikian, perlu perlakuan yang berbeda termasuk kompetensi
kepemimpinan yang harus dimiliki. Perguruan tinggi di Indonesia biasanya dipimpin
oleh akademisi yang pada dasarnya adalah tenaga kerja fungsional di perguruan tinggi.
Tugas utama mereka adalah mengajar, melakukan penelitian, dan memberikan
kontribusi kongkrit kepada masyarakat berupa pengabdian sesuai bidang keilmuan
Pimpinan perguruan tinggi memiliki kondisi kerja yang berbeda dan lebih
komplek. Pimpinan berada pada jalur struktural dan bekerja pada struktur yang ketat.
Banyak terlibat pada berbagai pekerjaan administrasi, memiliki bawahan dan atasan,
dan bertanggung jawab dalam mendukung dan mengembangkan tugas utama perguruan
tinggi. Tugas pimpinan lebih komplek karena selain sebagai pejabat struktural,
pimpinan harus tetap menjalankan tugas utama sebagai akademisi yaitu mengajar,
melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, kajian
khusus perlu dilakukan untuk menginvestigasi kebutuhan kompetensi kepemimpinan
perguruan tinggi.
Harapan masyarakat dan dunia usaha adanya lulusan pendidikan tinggi yang
berkualitas dan berkarakter hanya dapat dilahirkan melalui pendidikan tinggi yang
dikelola dengan profesional. Jika manajerial perguruan tinggi tidak dikelola dengan baik
(profesional), tidak hanya berdampak pada bangkrutnya industri pendidikan tersebut
namun yang lebih utama adalah semakin rendahnya kualitas lulusan dan hal ini akan
berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas pembangunan bangsa. Hal ini
mendorong pendidikan tinggi harus dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi manajerial dan leadership dalam mengembangkan manajemen strategis

4

masing-masing pendidikan tinggi yang tercermin dari visi, misi dan program kerja
pendidikan tinggi tersebut. Pengelola pendidikan tinggi diantaranya rektor dan wakil
rektor, direktur dan wakil direktur, dekan dan wakil dekan, ketua jurusan dan sekretaris,
kepala program studi.
Pengelola atau pemimpin pendidikan tinggi sangat diharapkan memiliki
kemampuan manajerial yang baik dan kepemimpinan yang kuat. Kecenderungan saat
ini, pemilihan dan penunjukan seseorang menjadi pemimpin atau pengelola pendidikan
tinggi hanya didasarkan pada faktor keberhasilan/kompetensi keilmuan atau prestasi
akademiknya, sedangkan mengelola pendidikan tinggi sangat dibutuhkan kemampuan
manajerial baik manajemen SDM, keuangan, asset dan lainnya. Hal lain saat ini,
pengelola

pendidikan

tinggi

cenderung

mengandalkan

kemampuan

personal

(pengalaman hidup) dalam mengelola industri pendidikan (inman, 2007). Atas dasar hal
tersebut pelu adanya model pengembangan kompetensi kepemimpinan melalui
kurikulum pengembangan kepemimpinan manajerial bagi pengelola pendidikan tinggi.
Saat ini belum terdapat panduan pengembangan kemampuan kepemimpinan dan
manajerial serta kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh masing-masing level
manajemen di pendidikan tinggi. Kecenderungan hanya mengandalkan intuisi dan
pengalaman yang dimiliki masing-masing pimpinan berdampak pada ketidakstabilan
perkembangan pendidikan tinggi disaat pengelola harus berganti ke yang lain. Tingkat
kompetensi kepemimpinan antar level manajemen di pendidikan tinggi juga berbedabeda (marshall, 2009)
Pengelola perguruan tinggi diantaranya rektor dan wakil rektor, direktur dan
wakil direktur, dekan dan wakil dekan, ketua program studi dan sekretarisnya.
Tingkatan yang paling dekat dengan konsumen perguruan tinggi, yaitu mahasiswa
adalah tingkat jurusan. Untuk itu penelitian ini akan mengidentifikasi kompetensi yang
sesuai dengan pemimpin pada tingkat jurusan di perguruan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kepemimpinan
Peran besar yang dimainkan perguruan tinggi dalam usaha pemenuhan janji
kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, menuntut institusi tersebut untuk
5

mengelola organisasi mereka dengan baik. Berbagai upaya pengelolaan melalui
perbaikan tata kelola menuju good university governance telah secara terus menerus
dilakuakan (Wibowo, 2010). Beberapa regulasi telah diterapkan, diperbarui, bahkan
dihilangkan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang efektif
dan efisien.
Mengelola organisasi, seperti perguruan tinggi atau organisasi lain, setidaknya
membutuhkan dua dimensi sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah mewujudkan
tata kelola atau pengorganisasian yang baik, yang terlihat dari sistem pengelolaan
formal organisasi. Dimensi ini menghendaki terwujudnya keteraturan dengan standar
pengelolaan yang jelas pada setiap organisasi. Selain itu, tata kelola juga diharapkan
mengakomodasi sistem perencanaan yang berkelanjutan dan sistem kontrol strategis
organisasi.
Dimensi sudut pandang kedua yang dibutuhkan oleh organisasi adalah
kepemimpinan. Sudut pandang ini merupakan bagian dari aspek sumberdaya manusia
(human aspect) yang telah terbukti secara konsisten dapat memengaruhi output dan
kinerja organisasi. Dijelaskan oleh Finkeilstein et al., (2009) bahwa sistem tata kelola
yang telah didisain dengan baik tidak akan berjalan efektif jika faktor manusia, individu
yang akan menjalankan den mengeksekusi, tidak dikelola dengan benar. Terutama
aspek kepemimpinan yang memainkan peran vital baik dalam mengeksekusi dan
mengimplementasi tata kelola maupun dalam mengelola sumberdaya manusia itu
sendiri.
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok ke
arah tercapainya tujuan (Robbins, 2001). Kemampuan ini membutuhkan keuasaan
(power) yang salah salah satunya diperoleh melalui otoritas yang diberikan oleh
organisasi kepada individu berupa posisi tertentu. Posisi tersebut memberikan kuasa
kepada individu untuk mengarahkan kelompok secara bersama-sama mencapai tujuan
organisasi.
Sampai saat ini, belum terdapat konsensus para akademisi dan peneliti di bidang
kepemimpinan mengenai definisi dan kepemimpinan efektif. Mengenai definisi, banyak
peneliti berangkat dari berbagai sudut pandang seperti teori karakteristik (Robbins,
2001). Teori ini dimunculkan dari sudut pandang psikologi yang menyebutkan bahwa
pemimpin memiliki beberapa ciri tertentu. Kirkpatrick dan Locke (1991) menyebutkan

6

terdapat enam karakteristik yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.
Keenam karakteristik tersebut adalah seorang pemimpin memiliki ciri berambisi dan
berenergi, berhasrat untuk memimpin, kejujuran dan integritas, percaya diri, memiliki
kecerdasan, dan memiliki pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan.
Namun demikian, terdapat ciri lain yang menunjukan perbedaan antara seorang
pemimpin dan bukan. Misalnya hasil penelitian Zaccaro et al., (1991) yang
menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki sifat pemantauan diri yang yang tinggi,
yaitu dapat menyesuaikan perilaku mereka dengan berbagai situasi, memiliki peluang
yang jauh lebih besar untuk menjadi pemimpin di dalam kelompok dari pada individu
dengan pemantauan diri yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa beberapa karakter yang
dimiliki individu memainkan peran besar dalam menciptakan peluang mereka untuk
menjadi pemimpin, tapi berbagai karakter tersebut tidak memiliki konsensus antara satu
dengan lainnya ( Robbins, 2001).
Sudut pandang lain yang sering digunakan untuk menjelaskan konsep
kepemimpinan muncul dari simpulan para peneliti bidang keprilakuan (behaviorist).
Sudut pandang ini telah diteliti bahwa pemimpin dan bukan dapat dibedakan
berdasarkan perilaku spesifik dan orientasi mereka dalam berperilaku. Beberapa
perilaku spesifik yang disimpulkan diantaranya yaitu menginisiasi struktur dan
mempertimbangkan (Schriesheim et al.1995). Perilaku lainnya adalah berorientasi
karyawan dan atau produksi (Kahn dan Katz, 1960 dalam Robbins, 2001). Selain itu,
pemimpin dapat dibedakan dari orientasi mereka terhadap pengembangan (Lindell dan
Rosenqvist, 1992).
Pandangan keprilakuan dalam menjelaskan konsep kepemimpinan memiliki
implikasi besar. Substansi pendekatan ini adalah seorang pemimpin dapat dibentuk
melalui pembiasaan dan pembelajaran terhadap salah satu orientasi dan perilaku spesifik
tertentu (Robbins, 2001). Terutama dengan telah berkembangnya teori pembelajaran,
yang memungkinkan individu memahami dan berperilaku tertentu melalui pembiasaan
dari manipulasi (treatment) tertentu secara berkelanjutan (Bandura, 1977). Perspektif
keprilakuan memberikan implikasi besar terutama mengenai keyakinan bahwa
kemampuan memimpin individu dapat dibentuk dan diajarkan sehingga memperbesar
kemungkinan untuk memunculkan atau mencetak pemimpin melalui serangkaian prose
pembelajaran.

7

Selain meneliti konsep kepemimpinan, para akademisi telah gencar pula
mengidentifikasi bentuk kepemimpinan efektif. Mereka berusaha melihat keefentifan
pemimpin melalui gaya (style) yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya. Bass (1997) mengekplorasi gaya kepemimpinan transformasional dan
transaksional. Penelitian mereka menunjukkan konsistensi bahwa gaya kepemimpinan
transformasional lebih efektif dari pada sekedar transaksional. Gaya kepemimpinan
transformasional dianggap lebih efektif karena mampu merangsang, menantang dan
mengembangkan kemampuan individu serta memberi pendekatan secara personal
kepada bawahan.
Namun demikian, gaya kepemimpinan haruslah melekat pada konteks organisasi
yang dipimpin. Kelekatan tersebut membutuhkan penyesuaian gaya kepemimpinan dan
pengetahuan mengenai organisasi yang dipimpin secara mendalam. Dengan melakukan
penyesuaian antara gaya kepemimpinan dan konkek pekerjaan, pemimpin dapat
merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang tepat dengan cara yang lebih
baik. Penyesuaian dan penyelarasan ini dapat menjamin kemungkinan sukses
pencapaian tujuan yang lebih besar.

Kebijakan kepemimpinan (leader discretion)
Finkeilsten et al., (2009) mengatakan terdapat tiga dimensi yang mempengaruhi
kebijakan pemimpin dalam merumuskan keputusan dan mengimplementasikan aksi
mereka. Dimensi pertama adalah lingkungan tugas (Task environmental) pemimpin.
Dimensi ini berkaitan dengan kondisi, pengetahuan dan pemahaman pemimpin
mengenai lingkungan bisnis, terutama lingkungan eksternal dan industri yang
mempengaruhi organisasi mereka. Pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat
mereduksi bias yang cenderung terjadi ketika pemimpin menganalisis dan merespon
lingkungan eksternal melalui kebijakan yang dirumuskan (Miller, 2008).
Dimensi kedua berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman pemimpin
mengenai kondisi internal organisasi (organizational sources) mereka (Finkeilstein et
al. 2009). Kesadaran pemimpin mengenai batasan organisasi mereka, baik dalam hal
ketersediaan sumberdaya, struktur dan budaya, ketersediaan modal dan aset, kecukupan
regulasi internal, dan berbagai kondisi internal lainnya. Pemahaman pemimpin
mengenai aspek ini dapat membantu mereka melakukan penyesuaian dengan tuntutan

8

ekternal dan tujuan, mengalokasikan sumberdaya internal, serta menentukan prioritas
pengembangan dan perbaikan.
Dimensi terakhir yang dapat mempengaruhi kebijakan pemimpin bersumber dari
individu pemimpin itu sendiri (individual sources). Karakteristik dan pengalaman yang
dimiliki pemimpin secara langsung membentuk batasan rasionalitas (Bounded
rationality) mereka dan memengaruhi pandangan mereka dalam menginterpretasikan
fenomena (Hambrick dan Mason, 1984). Sumber individu seperti kompleksitas kognitif,
tingkat aspirasi, toleransi terhadap ambiguitas, dan sumber lainnya membedakan cara
pandang pemimpin satu dengan yang lain. Pengalaman pemimpin dalam berbagai
bidang fungsional juga mempengaruhi cara pandang mereka. Pemimpin yang memiliki
pengalaman tinggi di bidang keuangan akan lebih cenderung menggunakan informasiinformasi keuangan sebagai sumber informasi utama.
Ketiga dimensi ini berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Finkeilstein et al.
2009). Sumber individu yang muncul dari karakteristik dan pengalaman pemimpin akan
mempengaruhi cara pandang mereka terhadap lingkungan eksternal dan internal
organisasi. Kondisi eksternal dan lingkungan industri menentukan pula keseuaian dan
arah anailisa pemimpin terhadap masalah dan upaya alokasi sumberdaya internal.
Sedangkan sumberdaya internal menentukan sudut pandang dan perspektif analisa yang
dilakukan pemimpin dalam merespon lingkungan eksternal.
Oleh karena itu, ketiga dimensi tersebut, yang pada akhirnya memiliki
konsekuensi

terhadap

kemampuan

pemimpin,

harus

secara

terus

menerus

dikembangkan. Apalagi ketiga dimensi berkaitan erat dalam penyesuaian gaya
kepemimpinan (yang muncul dari sumber individu), dengan konteks organisasi yang
bersumber dari internal dan lingkungan organisasi.

Kompetensi kepemimpinan institusi perguruan tinggi
Perubahan dan tantangan di bidang pendidikan tinggi menuntut untuk dilakukannya
perubahan paradigma dalam memandang institusi tersebut. Pendidikan tinggi sebagai
salah satu pusat pengajaran, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat dituntut
untuk melakukan penyesuaian luaran dengan kebutuhan utama lingkungannya.
Sementara itu aspek pengelolaan yang semakin komplek, mengharuskan intitusi untuk
dapat merumuskan dan mengimplementasikan tata kelola secara efektif dan efisien.

9

Isu pengelolaan institusi pendidikan tinggi telah diekplorasi di beberapa negara.
Hasil penelitian Bolden et al., (2008) memperlihatkan terdapat ketegangan internal antar
pemimpin perguruan tinggi dalam mengelola institusinya sebagai akibat pendistribusian
wewenang di berbagai level. Ketegangan ini tidak dianggap buruk karena dapat
meningkatkan keterlibatan berbagai pihak (terutama pemimpin dari berbagai level)
untuk merumuskan kebijakan strategis institusi (Bolden et al. 2008). Menurut mereka
pemimpin perguruan tinggi yang terdiri dari berbagai level harus melakukan
penyesuaian antara aspek personal, sosial dan struktural dengan mempertimbangkan
dimensi kontekstual dan pengembangan (pertumbuhan).
Hasil penelitian Bolden (2008) didukung oleh Herbst dan Conradie (2011) yang
menemukan terdapatnya bias penilaian (overestimation) yang dilakukan pemimpin
terhadap kapabilitas pribadi mereka ketika dibandingkan dengan penilaian rekan kerja.
Penelitian yang dilakukan pada konteks institusi pendidikan tinggi di Afrika Selatan ini
menyarankan kepada pemimpin perguruan tinggi untuk lebih sensitif dan introspektif
terhadap lingkungan mereka terutama lingkungan sosial dan struktural pekerjaan.
Kedua penelitian tersebut mengimplikasikan dibutuhkannya penyelarasan antar
berbagai level kepemimpinan di perguruan tinggi. Level kepemimpinan di perguruan
tinggi biasanya terdiri dari tiga tingkatan yaitu level Universitas yang dipimpin oleh
Rektor, level Fakultas yang dipimpin oleh Dekan, dan level Departemen/Jurusan yang
dipimpin oleh Ketua Jurusan. Penyelarasan terutama dibutuhkan dalam penyusunan
tujuan dan desain tata kelola strategis organisasi. Selain itu, dibutuhkan pula
penyesuaian gaya kepemimpinan dengan lingkungan sosial dan struktural organisasi.
Identifikasi serupa telah dilakukan di Iran oleh Bikmoradi et al., (2010). Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa institusi pendidikan tinggi di Iran dihadapkan
kepada berbagai isu yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga isu utama. Pertama yaitu
isu tata kelola organisasi yang berkaitan dengan efisiensi tata kelola, keberlanjutan misi
dan tanggungjawab sosial organisasi, dan masalah penempatan pemimpin. Kedua
adalah isu manajerial yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan, ketidakcocokan
antara otoritas dan tanggungjawab, serta masalah kapabilitas kepemimpinan. Terakhir
adalah isu budaya organisasi yang mengedepankan permasalahan kecenderungan
budaya organisasi menjadi seperti budaya pemerintahan, sentralisasi wewenang, serta
motivasi yang rendah.

10

Kajian tersebut juga perlu dilakukan pada konteks institusi pendidikan tinggi di
Indonesia. Dibutuhkan investigasi eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan, kebutuhan dan tantangan pendidikan tinggi di Indonesia. Investigasi
tersebut dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan dan keintegrasian antara
karakteristik kepemimpinan yang dibutuhkan dengan lingkungan sosial dan struktural,
serta kondisi kontekstual dan pengembangan (Bolden et al., 2008). Kajian ini
diperlukan untuk menyelaraskan tiga dimensi kebijakan kepemimpinan yang bersumber
dari lingkungan tugas, lingkungan internal organisasi dan sumber karakteristik individu
(Finkeilstein dan Hambrick, 2009).
Billing (2007) mengemukakan pentingnya pembelajaran khusus bagi pemimpin
perguruan tinggi terutama untuk pengetahuan inti pengelolaan yang sulit dibagi.
Menurutnya aspek penting pengelolaan seperti nilai inti, kunci sukses, dan pendekatan
umum merupakan pengetahuan dan keahlian yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin
perguruan tinggi.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi kapabilitas kepemimpinan
pada perguruan tinggi tingkat jurusan, penelitian ini menggunakan pendekatan
eksploratori induktif dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitaif.
Pendekatan eksploratori induktif digunakan untuk mengidentifikasi konsep dan dimensi
yang muncul dari pemahaman fenomena secara mendalam (Cooper & Schlinders,
2006). Tahap pertama pendekatan ini yaitu mengidentifikasi sebanyak mungkin
kapabilitas yang dibutuhkan sebagai pemimpin perguruan tinggi. Metode kualitatif akan
digunakan pada tahap ini dengan metode pengumpulan data berupa interview dan Focus
Group Discussion (FGD).
Output pada tahap interview akan dikelompokkan dan diidentifikasi sebagai
bentuk kapabilitas yang dibutuhkan sebagai pemimpin perguruan tinggi. Hasil ini akan
divalidasi secara kuantitatif dan kualitatif. Validasi kualitatif menggunakan Focused
Group Discussion (FGD) dengan beberapa partisipan untuk merumuskan kapabilitas
kepemimpinan pada institusi pendidikan tinggi. Validasi kuantitatif dilakukan dengan

11

cara menyebarkan kuesioner yang disusun dari hasil penelitian tahap pertama untuk
melihat kecenderungan pengelompokan indikator terhadap dimensi tertentu.

Unit analisis, sampel, dan teknik pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan kepada individu yang memiliki pengalaman mengelola
perguruan tinggi. Pada tahapan kualitatif, peneliti akan melakukan interview dan FGD
dengan beberapa mantan pimpinan perguruan tinggi yang dianggap sukses baik di
tingkat jurusan dari berbagai perguruan tinggi di Kota Padang. Pemilihan sampel
dilakukan dengan teknik pengambilan sampel teoritikal, yaitu memilih sampel yang
akan memberikan kontribusi besar terhadap data penelitian.
Jumlah informan pada tahap interview sebanyak 25 (dua puluh lima) orang dari
berbagai perguruan tinggi. Sedangkan jumlah partisipan pada tahap FGD sebanyak 5
orang yakni informan yang dianggap mengetahui dengan baik kompetensi manajerial
untuk level jurusan tersebut.
Pada metode kuantitatif, peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada pemimpin
perguruan tinggi yang berisi berbagai indikator yang telah dikembangkan dari proses
interview tahap pertama. Untuk tujuan generalisasi, kuesioner akan dibagikan kepada
pimpinan perguruan tinggi dengan cara self administratif, mail survey, maupun online
survey. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan
menetapkan standar pengalaman minimal telah menjadi pemimpin perguruan tinggi
selama satu tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompetensi yang dibutuhkan
Wawancara dilakukan kepada informan dengan tenure lebih dari satu tahun.
Lanhkah ini dilakukan untuk menghindari bias pengalaman yang dimiliki oleh
masing-masing Ketua Jurusan dengan pengalaman yang berbeda-beda. Berdasarkan
hasil analisis konten yang dilakukan, terdapat tujuh kompetensi manajerial yang
perlu dimilik oleh pejabat di tingkat Jurusan. Kompetensi tersebut dijelaskan secara
lebih rinci pada tabel di bawah ini.

12

Tabel 1
Kompetensi yang Dibutuhkan oleh Ketua Jurusan
No. Kompetensi
1
Kemampuan komunikasi

2

3

4

5

6

7

8

Deskripsi
Melakukan proses komunikasi baik secara lisan
maupun tulisan dengan mempertimbangkan
konteks, situasi dan kondisi, serta
mempertimbangkan perbedaan budaya
Melakukan perencanaan
Melakukan proses perencanaan akademik dan
manajerial, mengorganisasi pembagian dan
struktur tugas, melakukan control terhadap
pelaksanaan tugas
Mendelegasikan/membagi Kemampuan untuk merancang pengorganisasian
tugas
tugas dan mendelegasikan wewenang sekaligus
menjelaskan sistim koordinasi pada pelaksanaan
tugas
Melakukan supervisi
Kemampuan untuk melakukan pengawasan
berkaitan dengan pekerjaan untuk memastikan
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan target
kinerja yang diharapkan
Membangun dan
Mengupayakan terbentuknya aliansi baik formal
mengembangkan
maupun informal dengan berbagai pihak untuk
jaringan
memenuhi upaya pencapaian tujuan.
Kemampuan akademik
Memiliki kualifikasi akademik yang dihargai oleh
kolega dan kalangan akademik baik di dalam
maupun di luar institusi.
Gaya kepemimpinan
Memiliki kecenderungan dan prinsip gaya tertentu
empowerment dan
dalam menjalankan pekerjaan, yang mana gaya
fleksibel
tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi
interaksi pekerjaan
Manajemen konflik
Kemampuan dalam mengidentifikasi sumber
konflik dan melakukan mediasi untuk
menyelesaikan konflik dan mengupayakan
pengambilan keputusan yang dapat mengantisipasi
munculny konflik.

Kemampuan komunikasi
Kemampuan komunikasi dibutuhkan untuk dapat menyampaikan berbagai informasi
baik pada dosen dan mahasiswa serta pegawai, maupun dengan pemimpin fakultas
dan universitas. Informan menyampaikan bahwa kemampuan tersebut perlu

13

memperhatikan konteks terutama dalam berkomunikasi dengan kolega dosen.
Struktur dan karakteristik pengelolaan dosen yang bersifat kolegial mengharuskan
pimpinan dapat berkomunikasi dengan cara yang lebih sesuai.
Salah satu informan menyampaikan argumentasi berkaitan dengan aspek ini bahwa
perlu melakukan penyesuaian ketika berkomunikasi dengan dosen senior, dengan
dosen setara, dan dengan dosen junior. Perbedaan tersebut cenderung muncul
sebagai bentuk kebiasaan baik berupa penghormatan kepada senior, memperkecil
atmosfir birokratis kepada kolega setara dan junior, seta komunikasi yang bertujuan
untuk memberikan semangat dan pembelajaran kepada junior.
Kemampuan komunikasi juga dibutuhkan ketika memberikan pamahaman kepada
mahasiswa maupun kolega dosen berkaitan dengan ragulasi baru yang perlu
diperharikan. Banyak regulasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yang berubah
dalam beberapa waktu tertentu. Pada tahap ini, Ketua Jurusan biasanya berusaha
untuk memahami terlebih dahulu aspek perubahan regulasi atau materi sosialisasi
yang akan disampaikan. Kemudian menganalisa perubahan pelaksanaan yang
muncul, dilanjutkan dengan komunikasi secara formal dan informal.
Komunikasi formal dalam bentuk tulisan juga dianggap penting untuk posisi Ketua
Jurusan. Informan menyampaikan bahwa sebagai upaya pemenuhan prosedur kerja,
setiap komunikasi penting perlu menyertakan legalitas atau bukti administrative.
Oleh

karena

itu,

mempertimbangkan

selain

mampu

berkomunikasi

konteks

budaya,

Ketua

Jurusan

secara

lisan

dengan

juga

harus

mampu

berkomunikasi secara formal dalam bentuk tulisan.
Selain itu, proses ini sangat membentu dalam menggerakkan setiap dosen untuk
bersama-sama memberikan kontribusi terhadap Jurusan. Salah satu informan
memberi contoh penggunaan kompetensi ini dalam melaksanakan kegiatan
penyusunan borang akreditasi. Dalam menyusun borang, dibutuhkan bukti dokumen
pendukung. Berbagai bukti tersebut banyak yang merupakan miliki pribadi dosen,
sehigga perlu berkomunikasi secara persuasif untuk meminta kesediaan kolega
meminjamkan bahan tersebut.

14

Melakukan Perencanaan
Ketua program studi harus mampu menjalankan fungsi manajer dalam bentuk
perencanaan. Beberapa aspek perencanaan yang perlu dipahami ditingkat Jurusan
diantaranya yaitu rencana kerja akademik berupa rencana perkuliahan semester,
rencana ujian komprehensif, dan rencana kegiatan akademik lainnya. Selain
perencanaan akademik, manajemen Jurusan juga perlu memahami teknis
perencanaan dan penganggaran kegiatan, termasuk regulasi berkaitan dengan teknis
penyusunan anggaran.
Beberapa aspek perencana strategis yang perlu dipahami oleh Ketua Jurusan adalah
perencanaan pengembangan tenaga dosen untuk jangka panjang dan jangka pendek.
Ketua Jurusan perlu memahami berbagai konstelasi bidang ilmu pada Jurusan dan
melakukan mapping terhadap jumlah dan karakteristik sumberdaya dosen yang
tersedia.

Informan

yang diwawancarai

menyanpaikan

bahwa

kemampuan

perencanaan yang paling penting berkaitan dengan aspek ini adalah menetapkan
prioritas yang penting dan mendesak dalam mengajukan permintaan formasi dosen.
Proses perencanaan yang biasa dilakukan oleh Ketua Jurusan bersifat partisipatif
dan terbuka. Kegiatan yang akan dilaksanakan biasanya dikomunikasikan terlebih
dahulu dengan kolega dosen untuk memperoleh saran dan kritikan. Prinsip
perencanaan biasanya berbasif efektif dan efisien secara sistematis. Maksudnya,
aspek keefentifan dijadikan sebagai landasan awal, kemudian efisiensi dijadikan
sebagai panduan operasional.
Pelaksanaan kompetensi ini dibutuhkan untuk menjalankan institusi secara
sistimatis dan terstruktur, terutama ketika institusi berhadapan dengan berbagai
perubahan aturan berkaitan dengan pelaksanaan akademik. Salah satu informan
menyampaikan bahwa perencanaan merupaka tahapan manajerial prioritas karena
dapat menjadi panduan dalam menlaksanakan pekerjaan.
Mendelegasikan dan Membagi Tugas
Kompetensi ini muncul sebagai keahlian yang dianggap menjadi penentu
keberhasilan institusi. Salah satu informan menyampaikan bahwa pencapaian
15

prestasi tidak bisa dilakukan sendiri oleh Ketua Prodi melainkan dengan cara
bersama dengan membagi tugas bersama kolega yang lain. Membagi tugas meliputi
kegiatan analisis tugas, menganalisa kecocokan tugas dan individu yang akan
mengerjakan, kemudian mendelegasikan tugas.
Beberapa kegiatan inti yang membutuhkan kompetensi ini adalah kegiatan
pembagian tugas mengajar dan pembagian tugas akademik lainnya dan pembagian
tugas kegiatan non-akademik seperti panitia seminar dan tim penyusun borang
akreditasi. Beberapa informan mengatakan terdapat kondisi yang dilematis dalam
membagi tugas, terutama karena jumlah sumberdaya dosen yang tidak mencukupi
sehingga beberapa dosen harus mengajar dengan beban kerja yang tinggi.
Untuk membagi tugas, pimpinan perlu menganalisa beban kerja tugas tersebut,
terutama berkaitan dengan tugas khusus. Kompetensi individu yang akan
melaksanakan tugas juga perlu dianalisa berkaitan dengan kecocokan keahlian,
pengalaman, dan komitmen individu tersebut dalam menyelesaikan tugas. Dalam
membagi tugas, Ketua Jurusan juga perlu menganalisa metode koordinasi yang tepat
antar stakeholder terkait baik dalam bentuk koordinasi maupun supervisi.
Melakukan supervisi
Ketua Jurusan secara administratif dan substantif berperan dalam melakukan
pengawasan terhadap kinerja dosen dan karyawan non-akademik yang ditempatkan
di Jurusan. Oleh karena sistim kerja dosen yang bersifat kolegial, bukan structural,
maka proses pengawasan dan supervise tidak bisa dilakukan dengan pendekatan
birokratif. Salah satu i