ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATE

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Fifi Anggraeni
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
email: [email protected]

Abstract
This study aims to describe the level of comprehension of the concept of students in solving a problem on
a square and independence junior high school student learning. This research included in this type of
qualitative descriptive study that took place in May 2016 in the SMP Negeri 2 Serang with subject classes
VII-D as many as 15 people. This research data gathering techniques using the test question and a
question form. The test to be used in the form of exposé 7 test problem, aiming to get the data capabilities
of understanding mathematical concepts. The question form was used contain 35 statements aimed at
getting independence student learning data. Based on the results of the analysis of the answers to
students seen from the indicators of the ability of understanding the concept of students on the material
covered, indicating that the level of understanding of the concept of students against the material covered
is still low. While the results of the analysis of the question form views based on indicators of student
learning independence, indicating that the independence of the student learning is enough.
Keywords: understanding of concepts, learning independence
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang

penting
bagi
setiap
manusia
untuk
mempersiapkan kehidupan yang baik sebagai
pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Selain
itu pendidikan mempunyai peran yang sangat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan
dari individu serta pembangunan kualitas sumber
daya manusia suatu bangsa. Bangsa yang ingin
maju tentu menyadari bahwa pendidikan
merupakan salah satu hal penting yang
diperlukan untuk membangun dan memperbaiki
keadaan masyarakat, sehingga tanpa pendidikan
usaha yang dilakukan akan mengalami hambatan.
Perkembangan teknologi dan informasi yang
cepat berubah saat ini membutuhkan manusia
yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk
menghasilkan manusia yang dimaksud adalah

melalui pendidikan. Manusia sebagai objek
pendidikan diharapkan dapat mengikuti setiap
perubahan dengan kehidupan yang berkualitas.
Matematika adalah salah satu ilmu yang berperan
penting dalam penguasaan teknologi. Oleh karena
itu, pembelajaran matematika dilaksanakan pada
semua jenjang pendidikan, dengan harapan
pendidikan matematika dapat meningkatkan

kualitas kemampuan siswa serta sikap siswa
yang sejalan dengan tuntutan perkembangan
zaman.
Di dalam Permendikbud Nomor 58 Tahun
2014
menyebutkan
bahwa
matematika
merupakan ilmu universal yang berguna bagi
kehidupan manusia dan juga mendasari
perkembangan

teknologi
modern,
serta
mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa
depan, diperlukan penguasaan dan pemahaman
atas matematika yang kuat sejak dini.
Salah satu tujuan mata pelajaran matematika
adalah agar peserta didik dapat memahami
konsep matematika. Konsep adalah satuan arti
yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki
ciri-ciri yang sama (Winkel, 1996). Pemahaman
konsep matematis adalah kompetensi yang
ditunjukkan peserta didik dalam memahami
konsep dan dapat menyatakan kembali konsep
yang sudah ada secara luwes, akurat, efisien dan
tepat dalam pemecahan masalah. Peserta didik
dikatakan memahami konsep jika memiliki
kemampuan dalam menyatakan ulang sebuah

konsep; kemampuan mengklasifikasi objek-objek

menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya; kemampuan memberi contoh dan
bukan contoh dari suatu konsep; kemampuan
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi
matematis;
kemampuan
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
suatu konsep; kemampuan menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur atau
operasi tertentu; kemampuan mengaplikasikan
konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Pada Kurikulum 2013, tujuan pembelajaran
matematika terlihat pada kompetensi inti dan
kompetensi dasar tiap satuan pendidikan. Terlihat
bahwa kemampuan pemahaman matematis perlu
dimiliki siswa, karena ketika siswa memahami
konsep-konsep matematika, maka siswa tersebut

mulai merintis kemampuan-kemampuan berpikir
matematis yang lainnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas, selain
kemampuan pemahaman matematis, guru juga
harus memperhatikan psikologis siswa dalam
proses pembelajaran. Jika siswa memiliki sikap
atau psikologi yang baik, maka siswa akan
mudah untuk menerima pelajaran dan mereka
juga dapat mengaplikasikan ide-ide yang mereka
miliki untuk menyelesaikan permasalah yang
mereka alami selama pembelajaran berlangsung
maupun permasalahan yang diberikan oleh guru.
Selain kemampuam intelektual, aspek psikologis
juga turut memberi kontribusi terhadap
keberhasilan seseorang dalam belajar matematika
dengan baik. Salah satu aspek psikologis tersebut
adalah kemandirian belajar siswa.
Kemandirian belajar erat kaitannya dengan
kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar merupakan
persoalan setiap siswa. Mereka memiliki

kebiasaan belajar yang khas yang disesuaikan
dengan selera dan kondisi masing-masing
individu. Kebiasaan belajar merupakan salah satu
faktor yang menunjang tercapainya prestasi
belajar siswa. Sebagaimana yang dikemukakan
Hamalik (1990:30) bahwa cara belajar yang
dipergunakan turut menentukan hasil belajar yang
diharapkan.
Kemandirian belajar atau belajar mandiri
(Self-Regulated Learning) merupakan salah satu
faktor yang turut menentukan keberhasilan
belajar siswa di sekolah. Kemandirian belajar
siswa dapat dibangun dan dikembangkan melalui
scaffolding yang sesuai, dengan mengikuti

tahapan: observasi diri, mengendalikan diri, dan
akhirnya sampai pada siswa mandiri.
Pada pembelajaran matematika, dibutuhkan
kemandirian dalam berlatih mengerjakan soal
matematika agar terbiasa dalam menyelesaikan

soal matematika. Dalam berlatih mengerjakan
soal matematika, tidak hanya kemandirian yang
dibutuhkan
tetapi
pemahaman
konsep
matematika siswa juga dibutuhkan.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji tentang kemampuan
pemahaman konsep matematis dan kemandirian
belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat judul ”Analisis Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis dan Kemandirian
Belajar Siswa” dan diharapkan bermanfaat bagi
para guru untuk memberikan pengetahuan dan
pertimbangan dalam proses pembelajaran di kelas
agar tidak hanya memperhatikan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa saja tetapi
juga aspek psikologisnya yaitu kemandirian
belajar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan pemahaman konsep
matematis dan kemandirian belajar siswa SMP
kelas VII.
2. KAJIAN LITERATUR
Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
Menurut Dienes (Al Kristiyanto, 2007), pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai
studi tentang struktur-struktur, memisahkan
hubungan-hubungan di antara struktur-struktur
dan mengkategorikan hubungan-hubungan di
antara
struktur-struktur
tersebut.
Dienes
mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep dalam
matematika dapat dimengerti jika diawali oleh
siswa dengan melalui sesuatu yang konkret.
Untuk membangun konsep tersebut siswa

melakukan dengan cara pengamatan atau
membayangkan sesuatu yang konkret terlebih
dahulu. Siswa tersebut dikatakan dapat
membangun konsep jika dia dapat membedakan
mana yang termasuk contoh dan bukan contoh
dari suatu ide abstrak.
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah
pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu
memahami sesuatu berdasarkan pengalaman
belajarnya.
Kemampuan
pemahaman
ini
merupakan hal yang sangat fundamental, karena

dengan pemahaman akan dapat mencapai
pengetahuan prosedur.
Menurut Purwanto (1994:44),
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau

konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.
Sementara Mulyasa (2005 : 78) menyatakan
bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif
dan afektif yang dimiliki oleh individu.
Selanjutnya Ernawati (2003:8) mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu mengungkapkan suatu materi
yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan
mampu
mengklasifikasikannya.
Menurut
Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa
pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna
atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka
mengerti apa yang dimaksudkan, mampu
menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi
tersebut,
serta

dapat
mengeksplorasi
kemungkinan yang terkait.
Berdasarkan pengertian pemahaman dari
beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa pemahaman adalah suatu cara yang
sistematis dalam memahami dan mengemukakan
tentang sesuatu yang diperolehnya.
Pengertian konsep menurut Ruseffendi
(1998:157) adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan
atau mengelompokkan objek atau kejadian itu
merupakan contoh dan bukan contoh dari ide
tersebut. Menurut Arifin Jos (2001), konsep
adalah gambaran mental dari objek, proses atau
apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Pengertian lain dari konsep adalah abstrak, di
mana mereka menghilangkan perbedaan dari
segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan
seolah-olah mereka merupakan sesuatu yang
identik. Sedangkan konsep menurut Herman
Hudojo (2003: 124) adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita mengklasifikasikan objekobjek atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau
tidak ke dalam ide abstrak tersebut.
Berdasar uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa konsep merupakan suatu pengertian yang
dapat digunakan atau memungkinkan seseorang
untuk mengelompokkan atau menggolongkan

suatu objek atau peristiwa termasuk atau tidak
termasuk dalam pengertian tersebut.
Menurut Sanjaya (2009), pemahaman konsep
adalah kemampuan siswa yang berupa
penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana
siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat
sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang
mudah dimengerti, memberikan interprestasi data
dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai
dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Pemahaman konsep merupakan salah satu
aspek dalam prinsip-prinsip belajar teori kognitif
(Hamalik, 2009: 46). Berdasarkan prinsip belajar
teori kognitif belajar dengan pemahaman
(understanding) adalah lebih permanen (menetap)
dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan,
dibandingkan dengan rote learning atau belajar
dengan formula.
Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
konsep matematika menurut NCTM (dalam
Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan
siswa
dalam
beberapa
kriteria
yaitu
mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan,
membuat
contoh
dan
bukan
contoh,
menggunakan
simbol-simbol
untuk
merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu
bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal
berbagai makna dan interpretasi konsep,
mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan
mengenal syarat yang menentukan suatu konsep,
serta membandingkan dan membedakan konsepkonsep.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematis adalah kemampuan untuk
mengerti ide abstrak dan objek dasar yang
dipelajari siswa serta mengaitkan notasi dan
simbol matematika yang relevan dengan ide-ide
matematika kemudian mengkombinasikannya ke
dalam rangkaian penalaran logis. Dengan kata
lain, pemahaman konsep adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan
kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam
bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang
sehingga orang lain tersebut benar-benar
mengerti apa yang disampaikan.
Kemampuan pemahaman konsep matematis
merupakan salah satu indikator pencapaian siswa
memahami konsep-konsep matematika yang telah
dipelajari selama proses pembelajaran. Namun

sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan
dalam bermatematika.
Pengertian Kemandirian Belajar Siswa
Menurut Herman Holstein kemandirian
adalah sikap mandiri yang inisiatifnya sendiri
mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian
asing yang membangkitkan swakarsa tanpa
perantara dan secara spontanitas yakni ada
kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat,
pertanggung jawaban tanpa menggantungkan
orang lain.
Konsep kemandirian belajar bertumpu pada
prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan
sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai
keterampilan,
pengembangan
penalaran,
pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri
sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam
proses perolehan hasil belajar tersebut.
Kemandirian (kematangan pribadi) dapat
didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan
keutuhan kedua unsur (budi dan akal) dalam
kesatuan pribadi. Dengan perkataan lain, manusia
mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.
Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib
Thoha mengartikan kemandirian adalah suatu
perasaan
otonom.
Sikap
kemandirian
menunjukkan adanya konsistensi organisasi
tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak
goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan
diri sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap
mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara
optimal dan tidak menggantungkan diri kepada
orang lain.
Menurut Dr. Musthofa Fahmi belajar adalah
aktivitas
yang
menghasilkan
perubahanperubahan tingkah laku atau pengalaman. Dengan
kata lain yang lebih rinci belajar adalah suatu
aktivitas atau usah yang disengaja dan
menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang
baru berkenaan dengan aspek psikis dan fisik
yang relatif bersifat konstan. Cronbach
berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Drs.
Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa, kemandirian
belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang
mandiri tidak tergantung pada orang lain,
memiliki kemauan serta bertanggung jawab
sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya.
Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa
aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang
dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya
merencanakan sesuatu yang lebih dalam
pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau
aktif dalam proses pembelajaran. Kemandirian
belajar seseorang tampak dalam merancang
strategi belajar sendiri, mampu berpikir kreatif
penuh inisiatif, memiliki rasa percaya diri,
memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai
tujuan (motivasi diri) dan memiliki rasa tanggung
jawab. Berikut indikator kemandirian belajar
yaitu: a.) memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikan dirinya, b.) mampu mengambil
keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi, c.) memiliki kepercayaan diri
dalam mengerjakan tugas- tugasnya, d.)
bertanggungjawab
terhadap
apa
yang
dilakukannya, e.) mampu memutuskan atau
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, f.)
adanya inisiatif pada kegiatan belajar.
Keterkaitan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Dengan Kemandirian Belajar
Siswa
Dalam proses pembelajaran di kelas, selain
kemampuan pemahaman matematis, guru juga
harus memperhatikan psikologis siswa dalam
proses pembelajaran, karena aspek psikologis
juga turut memberi kontribusi terhadap
keberhasilan seseorang dalam belajar matematika
dengan baik. Salah satu aspek psikologis tersebut
adalah kemandirian belajar siswa.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam
penelitian ini lebih memfokuskan pada gambaran
tentang kemampuan
pemahaman
konsep
matematis dan kemandirian belajar siswa serta
data yang dikumpulkan dan dipaparkan dalam
bentuk rangkaian kalimat. Variabel yang diukur
dalam penelitian ini adalah variabel kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII
sebagai variabel bebas, selanjutnya kemandirian
belajar siswa kelas VII sebagai variabel terikat.

Teknik
pengambilan
sampel
siswa
menggunakan teknik Simple Random Sampling,
dikatakan
simple
(sederhana)
karena
pengambilan anggota sampel dari populasinya
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata (tingkatan) yang ada dalam populasi
tersebut. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VII-D di SMP Negeri 2 Kota Serang pada materi
segiempat yang berjumlah 15 orang.
Teknik pengumpulan data penelitian ini
menggunakan tes soal dan sebuah angket. Tes
yang dipergunakan berupa tes uraian yang
berjumlah 7 soal, bertujuan untuk mendapatkan
data kemampuan pemahaman konsep matematis.
Angket yang dipergunakan berisi 35 pernyataan
yang bertujuan untuk mendapatkan data
kemandirian belajar
siswa. Tes dibuat
berdasarkan indikator pemahaman konsep
matematika merujuk pada Peraturan Dirjen
Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 yakni:
(1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2)
mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (3)
memberikan contoh dan non contoh dari konsep,
(4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis, (5) mengembangkan
syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, (6)
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur atau operasi tertentu, dan (7)
mengaplikasikan
konsep
atau
algoritma
pemecahan masalah. Dan Indikator kemandirian
belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah:
a.) memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya, b.) mampu
mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi, c.) memiliki kepercayaan diri
dalam mengerjakan tugas- tugasnya, d.)
bertanggungjawab
terhadap
apa
yang
dilakukannya, e.) mampu memutuskan atau
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain,
dan f.) adanya inisiatif pada kegiatan belajar.
Data hasil penelitian ini akan dianalisis
secara deskriptif untuk mengetahui tingkat
kemampuan pemahaman konsep matematis dan
kemandirian belajar siswa kelas VII di SMP
Negeri 2 Kota Serang. Teknik analisis data
yang digunakan meliputi reduksi data,
penyajian
data,
dan
penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Konsep
adalah
ide
abstrak
yang
memungkinkan kita dapat mengelompokkan

objek ke dalam contoh dan non contoh
(Suherman, 2003: 33). Kemampuan pemahaman
konsep dalam penelitian ini adalah kesanggupan
atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soalsoal yang memuat indikator kemampuan
pemahaman konsep.
Kemandirian belajar siswa merupakan suatu
bentuk belajar yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menentukan kegiatan belajar
sesuai dengan kebutuhannya sendiri dan
dilakukan oleh dirinya sendiri. Sebagaimana
dituliskan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 1988: 625), kemandirian adalah
keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung
pada orang lain.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan awal matematika merupakan
salah satu faktor yang menentukan sukses atau
gagalnya siswa belajar. Pemahaman materi yang
menjadi dasar kemampuan awal dalam
pemahaman konsep pada materi berikutnya yang
berhubungan. Siswa diarahkan belajar melalui
suatu proses yang berangsur-angsur secara
bertahap dari konsep yang sederhana hingga ke
pengertian yang lebih kompleks. Sampai
akhirnya siswa tersebut mengerti, memahami,
menguasai dan mampu mengaplikasikannya
dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
Pemahaman konsep merupakan salah satu
aspek penilaian matematika. Penilaian pada aspek
pemahaman konsep bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa mampu menerima dan
memahami konsep dasar matematika yang telah
diterima siswa. Jadi, pemahaman konsep sangat
penting, karena dengan menguasai konsep akan
memudahkan siswa dalam belajar matematika.
Berikut hasil output menggunakan SPSS 22.0
For Windows.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh,
didapatkan
rata-rata
perhitungan
yang
berdasarkan
masing-masing
indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yaitu sebagai berikut.
Tabel 1
Rerata Hitung setiap Indikator dari
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
dan Kategorinya
No.
1
2
3
4
5

6

7

Ratarata

Indikator
Menyatakan ulang sebuah
konsep
Mengklasifikasikan objekobjek menurut sifat-sifat
tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
Memberikan contoh dan non
contoh dari konsep
Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi
matematis
Mengembangkan syarat
perlu atau syarat cukup
suatu konsep
Menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih
prosedur atau operasi
tertentu
Mengaplikasikan konsep
atau algoritma pemecahan
masalah

Klasifikasi :
 81 – 100
 51 – 80
 31 – 50
 0 – 30

6.27
3.07

Kategori
Sangat
rendah
Sangat
rendah

0.267

Sangat
rendah
Sangat
rendah

2.40

Sangat
rendah

4.80

7.47

0.53

Sangat
rendah
Sangat
rendah

= Tinggi
= Sedang
= Rendah
= Sangat rendah

Indikator pemahaman konsep matematika
diatas merujuk pada Peraturan Dirjen Dikdasmen
Nomor
506/C/Kep/PP/2004
yakni:
(1)
menyatakan ulang sebuah konsep, (2)
mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (3)
memberikan contoh dan non contoh dari konsep,
(4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis, (5) mengembangkan
syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, (6)
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur atau operasi tertentu, dan (7)

mengaplikasikan
konsep
atau
algoritma
pemecahan masalah.
Berdasarkan tabel 1, indikator 1-7 semuanya
dikategorikan sangat kurang karena rata-ratanya
jauh dari minimal cukup yaitu > 50. Hal ini
disebabkan siswa yang belum memahami dan
menguasai konsep dari materi segiempat.
Pada indikator ke-1 yakni, “menyatakan
ulang sebuah konsep”, terlihat pada jawaban
siswa yang hanya bisa menjawab beberapa sifatsifat belah ketupat dan masih ada beberapa siswa
yang menjawab keliru.
Pada
indikator
ke-2
yakni,
“mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu (sesuai dengan konsepnya)”, ini
dilihat pada jawaban siswa yang masih bingung
dengan gambar yang disajikan untuk memilih
gambar yang merupakan bangun datar trapesium.
Pada indikator ke-3 yakni, “memberikan
contoh dan non contoh dari konsep”, ini dilihat
pada jawaban siswa yang masih bingung
menggambar trapesium siku-siku dan sembarang.
Pada indikator ke-4 yakni, “menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis”, indikator ke-4 ini termasuk yang
paling rendah diantara semua indikator
pemahaman konsep matematis karena nilainya
yaitu 0,267. Terbukti juga pada jawaban siswa
yang
hampir
keseluruhan
tidak
bisa
menggambarkan bangun datar belah ketupat
dengan menggunakan titik-titik koordinat yang
disediakan, dalam menentukkan titik koordinat D,
dan dalam menentukkan luas belah ketupat
dengan menggunakan titik-titik koordinat yang
telah diketahui.
Pada
indikator
ke-5
yakni,
“mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
suatu konsep”, terbukti pada jawaban siswa yang
hanya sebagian yang mampu menjawab.
Pada indikator ke-6 yakni, “menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur atau
operasi tertentu”, indikator ke-6 ini termasuk
yang paling besar rata-ratanya diantara semua
indikator yaitu sebesar 7,47. Terbukti bahwa
sebagian besar siswa mampu menjawab.
Dan
pada
indikator
ke-7
yakni,
“mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah”, indikator ke-7 ini termasuk
indikator kedua terendah setelah indikator ke-4
dengan nilai rata-ratanya yaitu 0,53. Terbukti
bahwa pada jawaban siswa banyak yang salah

menafsirkan letak alas dan tingginya dan ada juga
yang tidak mengisi sama sekali.
Selanjutnya kemandirian siswa dalam belajar
juga merupakan salah satu faktor penting yang
harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar
yang baik. Kemandirian merupakan salah satu
segi dari sifat seseorang. Kemandirian siswa
dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat
penting dan perlu dikembangkan pada siswa
sebagai individu yang diposisikan sebagai peserta
didik. Dengan ditumbuh kembangkannya
kemandirian pada siswa, membuat siswa dapat
mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang
memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan
berusaha menyelesaikan latihan atau tugas yang
diberikan oleh guru dengan kemampuan yang
dimilikinya, sebaliknya siswa yang memiliki
kemandirian belajar yang rendah akan tergantung
pada orang lain.
Menurut Mudjiman (Assagaf 2014: 5),
belajar mandiri dapat diartikan sebagai kegiatan
belajar aktif, yang didorong oleh niat untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
suatu masalah dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Berikut rata-rata tingkat kemandirian belajar
siswa SMP kelas VII-D di SMP Negeri 2 Kota
Serang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Rerata Hitung setiap Indikator dari
Kemandirian Belajar Siswa dan Kategorinya
No.
1

2

3
4

5

Indikator
Memiliki hasrat bersaing
untuk maju demi
kebaikan dirinya
Mampu mengambil
keputusan dan inisiatif
untuk mengatasi
masalah yang dihadapi
Memiliki kepercayaan
diri dalam mengerjakan
tugas-tugasnya
Bertanggungjawab
terhadap apa yang
dilakukannya
Mampu memutuskan
atau mengerjakan
sesuatu tanpa bantuan
orang lain

Persentase

Kategori
Baik

83.30%

62.50%

Cukup

80%

Baik

82.70%

Baik

84.40%

Baik

6

Adanya inisiatif pada
kegiatan belajar

Klasifikasi :
 86 – 100
 66 – 85
 46 – 65
 26 – 45
 0 – 25

85.27%

Baik

= Sangat baik
= Baik
= Cukup
= Kurang
= Sangat kurang

Tahar (2006) menyatakan bahwa kemandirian
belajar merupakan kesiapan dari siswa yang mau
dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri,
dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal
penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan
evaluasi hasil belajar. Kemandirian belajar
menuntut tanggung jawab yang besar pada diri
siswa sehingga siswa berusaha melakukan
berbagai kegiatan utnuk tercapainya tujuan
belajar.
Salah satu faktor penyebab kemandirian
belajar matematika adalah siswa. Pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa
cenderung pasif. Perasaan takut dalam belajar
matematika
disebabkan
karena
siswa
menganggap matematika adalah bidang studi
yang paling sulit bila dibandingkan dengan
bidang studi lainnya. Sehingga siswa terlihat
sering menyontek dan bertanya kepada temannya
saat mengerjakan soal. Faktor penghambat lain
adalah cara mengajar guru yang kurang menarik.
Guru kurang menerapkan strategi pembelajaran
yang bervariasi.
Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa sebagian
besar indikator kemandirian belajar siswa kelas
VII-D SMP Negeri 2 Kota Serang dikategorikan
baik.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep siswa dikategorikan sangat
rendah yang dibuktikan dengan jawaban siswa
yang banyak melakukan kesalahan atau keliru.
Sedangkan
kemandirian
belajar
siswa
dikategorikan baik.
Berdasarkan banyak hasil penelitian yang
salah satunya hasil penelitian Lia Amalia Nurina
yang berjudul “Penerapan Strategi Everyone Is A
Teacher Here Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Matematis Dan Kemandirian Belajar
Siswa SMP”, mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kemampuan

pemahaman
konsep
matematis
dengan
kemandirian
belajar
siswa,
dan
juga
mengungkapkan bahwa kemandirian belajar
siswa ikut berkontribusi dalam mencapai hasil
pemahaman konsep siswa.
Namun terlihat jelas bahwa hasil penelitian
siswa kelas VII-D di SMP Negeri 2 Kota Serang
ini tidak terlihatnya kontribusi dari kemandirian
belajar siswa. Dari hasil penelitian, didapatkan
hasil bahwa kemampuan pemahaman konsep
siswa terkait materi segiempat masih sangat
rendah, sedangkan kemandirian belajar siswanya
dikategorikan baik.
Meskipun hasil penelitian ini kemandirian
belajar siswanya dikategorikan baik, tetapi
kemampuan pemahaman konsep siswa masih
sangat rendah yang disebabkan siswa belum
memahami dan menguasai konsep dari materi
segiempat.
Pada hakikatknya, kemampuan pemahaman
konsep siswa didukung oleh kemandirian belajar
siswa yang baik. Semakin baik tingkat
kemandirian belajar siswa, maka semakin baik
pula tingkat kemampuan pemahaman konsep
matematisnya.

guru sehingga ketika berhadapan dengan masalah
yang berbeda dengan yang biasa dijumpai siswa
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan. Hal
tersebut dikarenakan pengembangan konsep
segiempat belum mampu dikembangkan sendiri
oleh siswa. Dalam pembelajaran, pengembangan
konsep segiempat dapat dilakukan sendiri oleh
siswa bila siswa tersebut memahami konsep
segiempat. Pemahaman konsep menjadi syarat
penting bagi pengembangan konsep oleh siswa.
Tanpa pemahaman, pengembangan konsep sulit
untuk dilakukan sendiri oleh siswa sehingga
harus selalu didorong oleh guru.
Sedangkan kemandirian belajar siswa,
berdasarkan
pembahasan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa
dikategorikan baik.
Namun, dari hasil penelitian ini diketahui
bahwa
keterkaitan
antara
kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dengan
kemandirian belajar siswa tidak terlalu terkait.
Hal ini disebabkan, tingkat pemahaman konsep
siswa terhadap materi segiempat masih sangat
rendah sedangkan tingkat kemandirian belajar
siswanya baik.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
hasil analisis data penelitian tentang kemampuan
pemahaman
konsep
matematis
dalam
menyelesaikan masalah matematika pada materi
segiempat dan kemandirian belajar siswa, maka
dapat disimpulkan bahwa banyak siswa kelas
VII-D SMP Negeri 2 Kota Serang yang tidak
mampu menyelesaikan masalah matematika
terkait materi segiempat.
Kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa berdasarkan rata-rata masing-masing
indikator, yang paling rendah adalah indikator ke4 yakni menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis. Dan rata-rata
paling tinggi adalah indikator ke-6 yakni
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur atau operasi tertentu karena soal yang
diberikan terbilang mudah.
Tetapi meskipun dianggap ke 6 soal lainnya
terbilang mudah, masih banyak siswa yang tidak
mampu menjawab soal tersebut.
Banyak pula siswa yang dalam menyelesaikan
masalah segiempat masih terpaku dengan konsep
segiempat secara umum seperti yang disampaikan

6. REFERENSI
Harja, Media. 2012. Pemahaman Konsep
Matematis.
Tersedia
pada
http://mediaharja.blogspot.co.id/2012/05/pemaha
man-konsep-matematis.html.
Diakses
pada
tanggal 28 Februari 2016.
Jainuri, M. Pemahaman Konsep Matematis.
Tersedia
pada
https://www.academia.edu/6942541/Pemahaman_
Konsep. Diakses pada tanggal 28 Februari 2016.
Nurina, Lia Amalia. 2014. Strataegi everyone
is a teacher here untuk meningkatkan
kemampuan
pemahaman
matematis
dan
kemandirian belajar siswa SMP. Tersedia pada
repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 28
Februari 2016.
Atni, WI. 2010. Upaya Meningkatkan
Kemandirian Belajar Dan Penguasaan Konsep
Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Cepagan
01
Batang.
Tersedia
pada
eprints.uny.ac.id/1437/2/isi.rar. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2016.
Alfiana, Fenti. 2015. Analisis Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Vii
Smp Negeri 2 Binangun Pada Materi Bilangan

Bulat. Tersedia pada fkip.ump.ac.id/. Diakses
pada tanggal 13 Maret 2016.
Widodo.
2014.
Pengaruh
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Tersedia
pada
digilib.unila.ac.id/1810/8/BAB
%20%20II.pdf. Diakses pada tanggal 13 Maret
2016.
Teguh, W. 2012. Pengaruh Problem Solving
Menggunakan Metode
Diskusi
Terhadap
Kemandirian Belajar Siswa. Tersedia pada
eprints.uny.ac.id/. Diakses pada tanggal 13 Maret
2016.
Nugroho, Bambang Wahyu. 2015. Analisis
Pemahaman Konsep Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika SMP Kelas Tujuh pada
Materi Segiempat dan Segitiga. Tersedia pada
http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/lppm_2
015/lppm2015/paper/view/874/829. Diakses pada
tanggal 12 Juni 2016.
Kesumawati, Nila. 2015. Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa
Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar. Tersedia
pada www.univpgri-palembang.ac.id/e_jurnal/.
Diakses pada tanggal 12 Juni 2016.
Rachmayani,
Dwi.
2014.
Penerapan
Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Komunikasi
Matematis
Dan
Kemandirian
Belajar
Matematika
Siswa.
Tersedia
pada
digilib.unsika.ac.id. Diakses pada tangga 13 Juni
2016.
Fitriana, Sitti, dkk. 2015. Pengaruh Efikasi
Diri, Aktivitas, Kemandirian Belajar Dan
Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Hasil
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP.
Tersedia
pada
ojs.unm.ac.id/index.php/JEST/article/download/1
517/pdf_19. Diakses pada tanggal 13 Juni 2016.
Priyanto, Sulis. 2013. Pengaruh Kemandirian
Dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi
Belajar
Matematika.
Tersedia
pada
eprints.ums.ac.id/26611/23/9._NASKAH_PUBLI
KASI.pdf. Diakses pada tanggal 13 Juni 2016.

BIODATA PENULIS

Nama

: Fifi Anggraeni

NIM

: 2225130324

Semester

: VI

Emai

: [email protected]

No. Hp

: 081295794808

Alamat

: LINK. CIKULUR JELAWE RT 003 RW 004, SERANG

Perjalanan pendidikan formal yang telah dilalui penulis hingga saat ini adalah sebagai
berikut.
1. Sekolah Dasar Negeri Cikulur pada tahun 2001 - 2007
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Serang pada tahun 2007 - 2010
3. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Serang pada tahun 2010-2013
4. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Pendidikan Matematika pada tahun 2013 sampai dengan sekarang.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Heni Pujiastuti, M.Pd yang telah
memeberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis sehingga karya tulis yang berjudul
“Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa” dapat
terselesaikan.

Penulis