DAMPAK BEA KELUAR KAKAO INDONESIA TERHAD

DAMPAK BEA KELUAR KAKAO INDONESIA TERHADAP COUNTRY MARKET POWER DI PASAR BIJI KAKAO AMERIKA SERIKAT DAN TERMS OF TRADE

Ari Harsanti 1 , Bambang Juanda 2 dan Sahara 2

1) Staf pada Kementerian Perdagangan RI dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

2) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

e-mail : 1) ariharsanti@yahoo.com

ABSTRACT

As the world’s third-largest cocoa beans producer, Indonesia is expected to have a comparative advantage and to become cocoa beans price reference. This research investigates market power of Indonesia cocoa beans export for the United State market as an impact of an export tax. Five cocoa beans exporting countries namely Cote d’Ivoire, Ecuador, Ghana, Dominica Rep and Nigeria are calculated their market power as Indonesia’s competitors by estimating residual demand elasticity with two stage least square method. The results show that Indonesia’s market power suffered after imposing the export tax. Cote d’Ivoire and Ghana get advantages from this export restriction. The effect of export tax on welfare is analyzed by calculating terms of trade. The gain from cocoa beans trade depicts a declining terms of trade for dealing with the international cocoa beans market.

Keywords: market power, residual demand elasticity, cocoa beans, Indonesia, terms of trade, two stage least square

PENDAHULUAN

produksi 220.000 ton dan Ekuador sebesar 198.000 ton. Produksi kakao Pantai Gading

Kakao adalah salah satu komoditas selama tahun 2003 hingga 2010 mengalami pertanian yang hanya dihasilkan di negara-

fluktuasi volume yang diakibatkan cuaca negara beriklim tropis. Dalam pasar inter-

buruk. Nilainya berkisar dari 1.223.153 ton nasional, negara produsen kakao jumlahnya

hingga 1.407.213 ton.

sangat terbatas. Menurut International Cocoa

Organization (ICCO) pada tahun 2011/2012

Produksi Biji Kakao oleh negara-negara di

berdasarkan wilayah dan pangsa produksi

dunia tahun 2008-2013 (dalam ribu ton)

ton

kakao adalah sebagai berikut: Afrika (71,5

persen): Pantai Gading, Ghana, Nigeria dan

Pantai

Kamerun; Asia/Oceania (12,5 persen): 1200

Gading

Indonesia, Malaysia, Papua Nugini; dan

Ghana

Amerika (16 persen) : Brazil, Ekuador dan

Gambar 1 menunjukkan produksi kakao

Kamerun

dunia dari enam negara penghasil utama.

Produksi biji kakao dunia pada tahun

0 Indonesia

2011/2012 mencapai 4.095.000 ton dimana

Tahun

penghasil kakao terbesar dunia adalah Pantai

Gambar 1. Produksi Kakao Dunia

Gading dengan produksi sebesar 1.486.000

Tahun 2003-2012 (ribu ton)

ton, selanjutnya Ghana memproduksi 879.000 Sumber : ICCO 2014, diolah

ton, Nigeria sebesar 245.000 ton dan Kamerun Namun setelah tahun 2010, negara 207.000 ton. Indonesia menghasilkan biji

tersebut berhasil meningkatkan produksinya kakao 440.000 ton. Sementara Brazil mem-

sebesar 258.094 ton dari tahun sebelumnya.

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

108 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

Agritrade Special Report tahun 2012 menye- adalah importir biji kakao Indonesia. Selain butkan bahwa keberhasilan Pantai Gading

itu Jerman dan Belanda, juga merupakan sebagai produsen kakao dunia ditunjang oleh

negara tujuan ekspor biji kakao Indonesia. liberalisasi perdagangan kakao dan bantuan

Pangsa ekspor terbesar adalah ke pasar dari Bank Dunia. Sementara itu produksi

Malaysia yaitu sebesar 67,7 persen dari total kakao di Indonesia juga mengalami fluktuasi

ekspor biji kakao di tahun 2013. Tren ekspor volume dari tahun 2003 hingga tahun 2010

ke Malaysia turun sebesar 15,6 dengan dengan rata-rata produksi 762.885,8 ton per

pertumbuhan di tahun 2012/2013 sebesar 33,8 tahun. Kemudian produksi kakao Indonesia

persen.

pada tahun 2011 turun sebesar 132.426 ton Amerika Serikat adalah pembeli biji dari tahun 2010. Penurunan produksi ini

kakao terbesar di dunia setelah Uni Eropa. diakibatkan oleh perubahan iklim yang Pasar Amerika Serikat merupakan tujuan ekstrem, hama penyakit dan umur tanaman

utama ekspor biji kakao dan produk kakao yang sudah tua (Nurhayat 2014). Pada tahun

Indonesia. Sejak tahun 1967 telah tercatat 2003, Ghana memproduksi kakao sebesar

perdagangan biji kakao antara Indonesia dan 497.000 ton. Selanjutnya pada tahun 2004

Amerika Serikat. Hanya pasar Amerika hingga 2011, produksi kakao Ghana mening-

Serikat dan juga Malaysia yang masih kat dengan rata-rata 693.622 ton per tahun.

menerima biji kakao Indonesia yang belum Selama enam tahun, ekspor biji kakao

difermentasi. Amerika Serikat sangat mem- didominasi oleh Pantai Gading dan negara

butuhkan biji kakao dari Indonesia karena Afrika lainnya, Indonesia juga merupakan

kandungan lemaknya sebagai campuran eksportir biji kakao terbesar ke dunia. dalam industri pengolahan kakao sedangkan Gambaran ekspor biji kakao dari negara

Uni Eropa lebih mensyaratkan biji kakao yang eksportir utama tercakup dalam Tabel 1.

sudah difermentasi karena menghendaki Ekspor biji kakao Indonesia sebesar 74 persen

flavor dan kandungan lemak dari biji kakao. dari total produksi biji kakao sisanya diserap

Ekspor biji kakao Indonesia terbesar adalah ke oleh industri pengolahan kakao domestik di

Malaysia padahal negara tersebut juga tahun 2012. Biji kakao diolah menjadi cocoa

merupakan penghasil biji kakao dan juga butter, cocoa powder, cocoa cake, dan cocoa liquor.

eksportir biji kakao. Hal ini tidak meng- Menurut laporan ICCO tahun 2012, konsumsi

herankan karena perusahaan pengolah kakao domestik Indonesia meningkat dari

cokelat terbesar di Indonesia, Ceres Grup tahun 11.000 ton menjadi 22.900 ton di tahun

melakukan ekspansi di Asia Tenggara, 2011. Selain sebagai negara penghasil kakao,

akibatnya per-mintaan biji kakao dari Indonesia juga mengekspor komoditi kakao

Malaysia melonjak tajam (Panlibuton dan ke seluruh dunia.

Meyer 2004). Bibit tanaman kakao Indonesia Trend ekspor kakao dan produk kakao

sendiri juga awalnya berasal dari Malaysia. menunjukkan peningkatan dari tahun 2008

Sementara itu pasar biji kakao Amerika hingga 2013. Menurut TradeMap (2014) Serikat merupakan tujuan ekspor dari negara-

ekspor biji kakao menyumbang 446.095 ribu negara penghasil biji kakao terbesar di dunia. US$, ekspor cocoa butter sebesar 356.764 ribu

Indonesia di pasar Amerika Serikat bersaing US$ dan cocoa paste sebesar 110.445 ribu US$

dengan negara-negara produsen biji kakao terhadap Pendapatan Domestik Bruto terbesar lainnya seperti Pantai Gading, Indonesia di tahun 2013.

Ghana, Ekuador, Nigeria, dan Republik Tabel 2 memperlihatkan perkembangan

Dominika. Pangsa ekspor biji kakao terbesar nilai ekspor biji kakao Indonesia ke pasar

masih diduduki oleh Pantai Gading. Oleh internasional dari tahun 2009 hingga 2013.

karena itu menganalisis kinerja ekspor biji Negara tujuan ekspor utama biji kakao kakao di pasar Amerika Serikat dapat Indonesia adalah Malaysia dan Amerika digunakan untuk menunjukkan bagaimana Serikat. Singapura, China, India dan Thailand

daya saing biji kakao Indonesia di dunia.

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 109

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Biji Kakao dari Tujuh Negara Eksportir Terbesar Dunia 2008-2013 (ton)

Negara eksportir

Volume ekspor (ton)

biji kakao

Pantai Gading

147.329 178.273 Total dunia

3.883.484 3.287.177 Sumber: UN Comtrade 2014

Tabel 2. Negara Tujuan Utama dari Ekspor Biji Kakao Indonesia 2009-2013 (seribu US$)

Nilai ekspor (seribu dollar Amerika Serikat) Negara

Pertumbuhan Pangsa 2013 2009

Tren

2012-2013 (%) Malaysia

Amerika Serikat

Total dunia

Sumber: UN Comtrade 2014 (diolah)

Keunggulan komparatif dalam ekspor pemerintah mengeluarkan kebijakan Per- biji kakao seharusnya menjadi potensi bagi

aturan Menteri Keuangan No.67/PMK.011/ Indonesia untuk mempunyai kekuatan dalam

2010 tentang Bea dan Tarif Keluar Biji kakao. menentukan harga kakao dunia (Firdaus, M

Pengenaan pajak ekspor bagi kakao yang dan Ariyoso 2010). Pasokan kakao yang sering

belum diolah ini bertujuan untuk mendukung defisit menjadi peluang bagi kakao Indonesia.

tersedianya pasokan biji kakao bagi industri Daya saing kakao Indonesia di pasar Amerika

pengolahan kakao domestik. Akibat dari Serikat menjadi fokus dalam penelitian ini.

kebijakan tersebut nilai ekspor kakao Persaingan dengan negara lain terutama

menurun tajam dari 1.190.740 ribu dolar dalam mendapatkan harga kakao yang tinggi

Amerika pada tahun 2010 menjadi 614.496 di pasar Amerika Serikat merupakan hal

ribu dolar Amerika Serikat. Tren ekspor dari penting dalam menilai suatu kinerja ekspor.

tahun 2009 hingga 2013 menunjukkan Kemampuan untuk mengendalikan harga

penurunan sebesar 25,3 persen. dikenal sebagai market power mencerminkan

Bea keluar biji kakao merupakan salah selisih antara harga dan biaya marjinal dalam

satu bentuk intervensi pemerintah dalam suatu industri. Isu market power dalam sektor

pasar pertanian internasional. Dampak dari pertanian semakin meningkat karena pengenaan bea keluar terhadap ekonomi perusahaan-perusahaan terkonsolidasi mela-

suatu negara tergantung pada market power lui rantai pemasaran (Sexton dan Zhang 2001).

yang dimiliki oleh negara tersebut (Piemartini Di sisi lain ekspor biji kakao yang belum

2004). Negara-negara dengan market power diolah merupakan hal yang tidak meng-

yang mengenakan peraturan pajak ekspor untungkan bagi Indonesia karena tidak lebih mempunyai pengaruh terhadap harga terdapat nilai tambah. Pada bulan April 2010,

internasional, volume perdagangan, distri-

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

110 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

busi pendapatan, dan terms of trade daripada negara tanpa market power. Sementara, dampak negatif yang lebih signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nasional akan dialami oleh negara tanpa market power (Devarajan et al. 1996). Sebuah negara dengan market power menerapkan suatu pajak ekspor, akan mengalami kehi- langan efisiensi karena dampak distorsi dari pajak ekspor, namun terms of trade akan membaik, yaitu harga relatif ekspor negara tersebut dibandingkan dengan impornya.

Justifikasi dari dasar pemikiran penge- naan bea keluar selain untuk memberikan subsidi tidak langsung terhadap industri hilir, juga dianalisis untuk memperbaiki terms of trade . Dengan membatasi ekspornya, suatu negara dengan pangsa ekspor komoditi di dunia cukup besar dapat menaikkan harga komoditinya sehingga akan meningkatkan terms of trade negara tersebut (Bouet dan Debucquet 2010). Terms of trade merupakan suatu ukuran untuk menganalisis kesejah- teraan nasional sebagai hasil dari per- dagangan internasional. Terms of trade suatu negara didefinisikan sebagai harga ekspor dibagi dengan harga impor negara tersebut. Suatu peningkatan terms of trade akan meningkatkan kesejahteraan nasional dan suatu penurunan terms of trade akan me- nurunkan kesejahteraan nasional. Berkaitan dengan tarif ekspor maupun impor muncul adanya argumen Terms of Trade untuk tarif dimana menurut Krugman (2012) berasal dari analisis biaya dan keuntungan. Bagi negara importir besar yang mampu mempengaruhi harga dari negara eksportir, suatu tarif impor akan menurunkan harga impor dan meng- hasilkan keuntungan terms of trade. Keuntungan ini harus diatur terhadap biaya tarif, dimana biaya akan meningkat karena tarif akan mengurangi insentif produksi dan konsumsi. Namun adakalanya dalam bebe- rapa kasus keuntungan dari terms of trade lebih banyak daripada biayanya, hal ini disebut sebagai argumen terms of trade untuk tarif.

Berdasarkan latar belakang dan pe- rumusan masalah yang telah diuraikan maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis market power ekspor biji kakao Indonesia di pasar Amerika setelah dikenakan pajak ekspor.

2. Menganalisis market power negara pesaing terhadap ekspor biji kakao di pasar Amerika dengan adanya pajak ekspor.

3. Menganalisis terms of trade dari ekspor biji kakao Indonesia selama kurun waktu 2000-2013.

TINJAUAN TEORITIS

Dampak pengenaan pajak ekspor pada komoditi tertentu telah banyak dianalisis. Rifin (2012) mengelompokkan hasil-hasil penelitian tersebut menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah penelitian yang bertujuan menghitung besarnya pajak optimum dan menganalisa dampak pajak ekspor terhadap kesejahteraan. Sedangkan kelompok yang kedua hanya menganalisa dampak dari kebijakan pajak ekspor terhadap kesejahteraan dan ekonomi. Seluruh pene- litian tersebut mempunyai dampak negatif terhadap ekonomi dan mengurangi daya saing komoditi yang dikenakan pajak ekspor. Sementara itu dampak dari pengenaan bea keluar terhadap ekonomi suatu negara tergantung pada market power yang dimiliki oleh negara tersebut (Piemartini 2004). Negara-negara dengan market power yang mengenakan peraturan pajak ekspor lebih mempunyai pengaruh terhadap harga inter- nasional, volume perdagangan, distribusi pendapatan, dan terms of trade daripada negara tanpa market power.

Nwachukwu et al (2011) menganalisa derajat market power ekspor komoditi kakao negara Nigeria dalam pasar Belanda meng- gunakan pendekatan New Empirical Industrial Organization (NEIO) . Daya saing ekspor kakao Nigeria ditunjukkan dengan indeks market power dan indeks Lerner yang diperoleh dari estimasi model simultan menggunakan metode 2SLS. Penelitian ini menggunakan data consumer price index (CPI) yang sesuai dengan Susanto (2006). Negara utama yang

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 111

berpartisipasi dalam pasar Belanda adalah evolusi konsumsi long-run tidak tergantung Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Indonesia

pada harga. Penelitian lainnya yang di- dan Malaysia berdasarkan suplai negara

lakukan oleh Yamaura (2011) dengan tersebut yang diatas 1000 ton per tahun ke

menggunakan metode estimasi 3SLS dalam pasar. Koefisien indeks market power

menganalisa dua model perdagangan untuk Nigeria diestimasi sebesar -0,712 dan

kesetimbangan parsial dua negara untuk indeks Lerner sebesar 0,122 sehingga disim-

menguji hipotesis bahwa market power pulkan ekspor kakao Nigeria mempunyai

menggeser penjualan Non-GM Soybean. competitiveness di pasar Belanda.

Amerika Serikat sebagai eksportir Non-GM Susanto (2006) dalam disertasinya meng-

Soybean memiliki market power lebih besar ukur derajat oligopoly power dalam permintaan

dari impor Non-GM Soybean Jepang. ekspor soybean complex menggunakan pen-

Pendekatan estimasi dari kurva residual dekatan NEIO untuk memodelkan monopoly,

demand yang dihadapi oleh perusahaan atau kompetisi dan oligopoly. Metode ekono-

sekelompok perusahaan atau dengan kata lain metrika yang digunakan adalah error

kurva permintaan yang diperoleh karena correction model (ECM). Uji hipotesis market

reaksi dari pesaing ikut dipertimbangkan. power dilakukan dengan estimasi hubungan

Pendekatan ini dikembangkan oleh Baker dan demand dan supply. Sebelumnya Deodhar

Bresnahan (1988) untuk satu perusahaan dan Sheldon (1997) mengestimasi persaingan

sementara Goldberg dan Knetter (1999) tidak sempurna dalam pasar dunia untuk

menggunakan pendekatan ini pada pasar ekspor soymeal dengan model ekonometrika

internasional sehingga menggunakan data non-linier three-stage least square.

tingkat negara. Berbagai macam produk dan Pengukuran market power juga ber-

pasar baik domestik maupun internasional hubungan dengan kebijakan persaingan menggunakan pendekatan ini. Beberapa untuk melindungi kepentingan konsumen

contoh penelitian pada tingkat negara dalam dan meningkatkan efisiensi pasar seperti pada

wilayah produk pertanian dan makanan penelitian yang dilakukan Deodhar dan adalah Carter et al (1999), Tasdogan et al Pandey (2006). Derajat kompetisi ber-

(2005) dan Fahlsbuch (2014). hubungan dengan derajat transmisi harga

Carter et al (1999) melakukan analisis antara petani dan konsumen akhir juga

dengan pendekatan residual demand elasticity tergantung kepada derajat sektor pemrosesan.

sesuai dengan model yang dikembangkan Mereka menganalis derajat kompetisi di pasar

Goldberg dan Knetter (1999) untuk mengukur kopi instant dengan mengukur parameter

derajat competitiveness pasar gandum dimana conjectural ( λ) sebagai parameter market power

Amerika Serikat, Australia dan Canada secara ekonometrika menggunakan metode

sebagai eksportir utama di negara tujuan 3SLS. Hasil estimasi menunjukkan λ = 0,123

Jepang. Dengan menggunakan metode lebih dekat ke 0, menunjukkan industri kopi

estimasi 2SLS, disimpulkan Amerika Serikat instant tidak mempraktekkan kolusi. Durevall

mempunyai kemungkinan sebagai price leader (2005) telah menganalisa peranan harga dalam pasar impor gandum Jepang. Yang dalam menentukan permintaan kopi sangrai

(2001) menggunakan pendekatan residual di Swedia. Determinan utama dari per-

demand untuk memeriksa market power dalam mintaan adalah perbedaan dalam selera lintas

industri alumunium Amerika Serikat. Studi generasi dalam kombinasi dengan dinamika

dilakukan dengan dua tahap yang pertama populasi, konsumen yang lahir sebelum tahun

menganalisa inverse residual demand elasticity 1960an meminum lebih banyak kopi daripada

yang dihadapi industri untuk mengukur generasi yang lebih muda. Penurunan harga

market power dan kedua mengukur efek kopi hanya mempunyai efek short-run pada

potensial dari inter-industry coordination. konsumsi. Derajat persaingan yang tinggi

Estimasi empiris menggunakan model dalam pasar kopi sangrai Swedia karena

aplikasi dari Baker dan Bresnahan (1988) dan

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

112 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

dianalisis dengan 3SLS. Industri alumunium tujuan ekspor (Z), dan penggeser biaya untuk primer memiliki market power karena negara kompetitor (W N ). Persamaan tersebut persyaratan modal yang tinggi menjadi diestimasi dalam bentuk log, koefisien hambatan memasuki pasar. Sedangkan pada

diinterpretasi langsung sebagai elastisitas industri alumunium sekunder menunjukkan

sehingga persamaan estimasi mengambil struktur pasar kompetitif. Estimasi dari bentuk sebagai berikut: permintaan residual parsial memperlihatkan aksi kolusif yang diambil antara industri

+ ln + ln Z + alumunium primer dan sekunder.

ln

ln W +ε

ln P adalah log harga ekspor dari suatu METODE PENELITIAN komoditi, dan ε mt adalah error term. Di

samping parameter di atas subscript m Data sekunder yang digunakan dalam menunjukkan pasar tujuan ekspor spesifik penelitian ini diambil dari berbagai sumber. dari perdagangan bilateral. Vektor Z mt Data time series tahunan untuk setiap variabel

merupakan penggeser permintaan untuk dikumpulkan dari tahun 1970 - 2013. Data

negara m, W terdiri dari penggeser biaya volume ekspor dan nilai impor biji kakao untuk n kompetitor dari grup eksportir yang Amerika Serikat diperoleh dari U.S. Census menghadapi pasar tujuan ekspor tertentu Bureau Trade Data . Harga produksi biji kakao

(atau dalam hal ini vektor ΄ and ΄ dari diperoleh dari FAOSTAT website, ICCO dan parameter). Spesifikasi di atas meng- UNCTAD Report. Nilai tukar mata uang riil indikasikan bahwa persamaan terpisah harus rata-rata tahunan diperoleh dari USDA

menjelaskan untuk tiap produk dan tujuan website. Data GDP riil dan Indeks Harga

ekspor; harga yang dikenakan oleh grup Konsumen diperoleh dan diolah dari website

WDI, rata-rata tahunan. P t dan penggeser demand

ekspor

diekspresikan dalam unit mata uang tujuan

ekspor. Parameter yang menarik adalah η,

ANALISIS DESKRIPTIF

dari spesifikasi logaritma dapat langsung Analisis deskriptif adalah bentuk analisis

diinterpretasi sebagai elastisitas permintaan sederhana yang mendeskripsikan dan residual. Untuk nilai estimasi nol menun-

mempermudah penafsiran dengan pema- jukkan persaingan sempurna. Dalam hal ini, paran dalam bentuk tabel, grafik, dan kelompok eksportir menghadapi kurva elastis diagram (Dedy 2010). Metode deskriptif sempurna; harga ekspor tidak tergantung digunakan untuk melihat karakteristik pasar

kepada jumlah yang diekspor, namun sangat tujuan ekspor Amerika Serikat dan ditentukan dengan biaya dari kompetitor persaingan harga antara negara eksportir biji

lainnya. Semakin besar nilai η absolut, kakao sehingga mendapatkan gambaran semakin besar deviasi dari penetapan harga kondisi pasar yang dihadapi Indonesia.

biaya marjinal dan semakin kuat export power dari kelompok ekspor.

Penggeser permintaan Z mt terdiri dari

MODEL EMPIRIS

bermacam kombinasi time trend, real income Tahap pertama dari penelitian ini adalah

dan tingkat harga dari setiap pasar tujuan estimasi elastisitas permintaan residual untuk

ekspor. Penggeser-penggeser biaya ini dapat setiap negara eksportir. Model Goldberg dan

dipecah menjadi dua bagian; satu bagian Knetter (1999) adalah persamaan yang ditunjukkan dalam mata uang pesaing bukan menuliskan variabel-variabel yang disertakan

spesifik tujuan dan satu bagian yang dalam estimasi permintaan residual, seperti

memvariasi sesuai tujuan ekspor, yaitu volume yang diekspor oleh grup eksportir

exchange rate dari negara pesaing terhadap (Q ex ), penggeser permintaan untuk pasar mata uang negara tujuan ekspor.

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 113

= Harga produsen biji kakao dan Knetter yang dimodifikasi oleh Tasdogan

Spesifikasi model empiris dari Goldberg

PP

tahun ke-t dari negara pesaing i dibuat untuk satu negara eksportir dengan

USD/ton) pada tahun t di negara importir. Merupakan

lima negara pesaing eksportir di pasar harga kakao di tingkat petani. Amerika Serikat. Dummy yang menyatakan

D t = Dummy yang menyatakan adanya kebijakan bea keluar terhadap biji

tahun diberlakukannya bea kakao tanpa diolah atau tidak, dan variabel

keluar biji kakao tanpa diolah interaksi antara tahun dan variabel eksogen

pada tahun ke-t. D=0 untuk (harga produsen, exchange rate dan GDP riil)

tahun sebelum 2010 dan D = 1 ditambahkan untuk mengetahui dampak dari

untuk tahun setelah 2010. lnQD t = Variabel interaksi antara ln

bea keluar yang dikenakan pada biji kakao volume yang diekspor dengan

Indonesia terhadap harga ekspor biji kakao

tahun

dari negara pesaing. lnEXCD t = Variabel interaksi antara ln nilai tukar riil dari negara

ln = + η ln

pesaing pada tahun ke-t ln +

ln RGDP

ln

dengan tahun

ln + lnPPD t EXC + = Variabel interaksi antara ln ln harga produsen dari negara

+ ln EXC +

ln PP

pesaing pada tahun ke-t +

ln EXC +

dengan tahun +

ln

lnRGDPDt = Variabel interaksi antara ln +

ln EXC +

ln PP

+ GDP riil Amerika Serikat ∑ +

dengan tahun ∑ = error term pada negara tujuan + ε ekspor (importir)

= negara tujuan ekspor (importir), dalam penelitian ini

dimana: adalah Amerika Serikat = harga ekspor biji kakao negara

= Negara eksportir: PG (Pantai eksportir (USD/ton) yang

Ex

Gading); EK (Ekuador); GH diekspor ke negara tujuan pada

(Ghana); DR (Republik tahun ke-t

Dominika); ID (Indonesia); NI = intercept

(Nigeria)

= Negara eksportir pesaing (lima Elastisitas permintaan residual

cn

negara pesaing) dari eksportir. Nilai η yang

mendekati nol menunjukkan

UJI STASIONERITAS DAN UJI

persaingan sempurna (sema-

KOINTEGRASI

kin elastis). Market power ditunjukkan dengan nilai η

Variabel-variabel diuji stasionaritasnya semakin besar nilai η absolut

agar hasil regresi tidak menghasilkan spurious maka market power dari negara

correlation dengan ekonometrika time series eksportir semakin besar. Augmented Dicky Fuller (ADF). Dua variabel = volume ekspor biji kakao negara eksportir (ton) ke yang tidak stasioner sebelum dideferensi

negara tujuan pada tahun ke-t namun stasioner pada first difference, besar RGDP

= GDP riil dari negara kemungkinan akan terjadi kointegrasi, artinya importir/negara tujuan ekspor

ada hubungan jangka panjang di antara (USD) pada tahun ke-t

keduanya. Uji Johannsens cointegrating test EXC

= Nilai tukar riil dari negara digunakan untuk menguji kointegrasi pesaing i (USD) pada tahun ke-

t di negara importir. variabel harga ekspor dan volume ekspor.

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

114 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

UJI ENDOGENEITY (HAUSMAN TEST)

pengukuran TOT yaitu Domestic TOT dan Variabel endogen di sisi kanan persama-

Internasional Price TOT. Rasio dari indeks an akan menghasilkan estimasi bias dengan

harga domestik yang diterima petani (Indeks harga produsen) dan indeks harga konsumen

OLS serta berpotensi memiliki hubungan digunakan untuk menghitung Domestic TOT.

simultan antara harga dan volume maka di- Sementara itu international price TOT meng-

lakukan. Untuk menguji endogeneity diguna- kan uji spesifikasi Durbin-Wu-Hausman. Ide

gunakan rasio antara indeks harga produsen internasional (dalam kerangka perdagangan

dari uji Hausman ini untuk melihat jika internasional petani diasumsikan langsung

estimasi dari OLS dan IV adalah berbeda. Jika tidak terdapat endogeneity maka OLS dan IV

menjual biji kakao tanpa perantara) dengan indeks harga konsumen. Perhitungan kedua

konsisten tapi IV tidak efisien.

TOT sebagai berikut:

UJI TWO STAGE LEAST SQUARE (2SLS)

TOT = x 100

Setelah diperoleh hasil endogeneity,

dimana:

dilakukan estimasi dengan 2SLS bila PI = Indeks harga produsen biji kakao yang menunjukkan adanya simultaneity. Langkah

diekspor Indonesia (tahun 2000 sebagai pertama dari uji ini adalah memilih

tahun dasar)

Instrumental Variable (IV). Sebuah per- IHK = indeks harga konsumen Indonesia samaan reduced form di bawah ini diestimasi

(tahun 2000 sebagai tahun dasar) untuk mendapatkan IV persamaan pasar

tujuan: Sebelumnya PI harus diboboti untuk setiap komoditi:

ln Q = ln IV + ξ

x( / ) x 100

IV menunjukkan instrument variable yaitu

dimana:

suatu vektor eksogen atau predicted variables PI = indeks harga untuk suatu grup, yang berhubungan kuat dengan Q dan tidak

= komoditi

berkorelasi dengan gangguan.

mewakili

= tahun,

koefisien vektor yang diestimasi dan ξ Woj = bobot komoditi ‘j’ dalam tahun dasar o’, adalah error term. Setelah estimasi dengan

Pij = harga komoditi ‘j’ tahun sekarang dan Poj = harga komoditi ‘j’ tahun dasar.

2SLS, uji Durbin-Wu-Hausman dilakukan

untuk menguji keselurah sistem. W = q x P /∑ q x P

PERHITUNGAN TERMS OF TRADE

dimana: W = bobot komoditi ‘j’,

Tahap kedua dari penelitian ini adalah qoj = volume komoditi ‘j’ pada tahun dasar. menghitung terms of trade (TOT). Salah satu

perhitungan terms of trade yang meliputi suatu sektor adalah Terms of Trade yang menghitung

HASIL DAN PEMBAHASAN

rasio dari harga internasional dengan harga

GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA konsumer barang dan Jasa (Ratio of the EKSPORTIR BIJI KAKAO DI PASAR

Internasional Crops to the Prices of Consumer

AMERIKA SERIKAT

Goods and Services ) menurut Khan dan Ahmed (2004). Terms of trade ini menggunakan dua

Harga biji kakao di dunia sangat indeks yaitu indeks harga internasional berfluktuasi disebabkan oleh banyak faktor

seperti lamanya transportasi kakao menuju pertanian yang petani dapat dari pasar

internasional (dibawah skenario perdagangan pelabuhan, terbatasnya waktu penjualan di bebas) dan indeks harga konsumen. Ada dua

bursa komoditi, kondisi cuaca ekstrim seperti

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 115

musim hujan atau kering, dan kondisi politik dagangan kakao dengan program Structural yang tidak stabil di negara penghasil kakao.

Adjustment Programs (SAP). Marketing board Pembentukan harga kakao juga merupakan

dibubarkan, persaingan antar eksportir di- masalah yang kompleks. Faktor utama yang

buka seluas-luasnya. Namun harga kakao di mempengaruhi pembentukan harga kakao

tahun 1985 masih rendah di bawah tahun- adalah pasokan kakao. Ada dua masalah

tahun sebelumnya. Liberalisasi perdagangan struktural yang dihadapi oleh penghasil

kakao membawa dampak positif dan negatif kakao. Pertama adalah harga kakao yang

bagi negara penghasil kakao. Petani kakao berfluktuasi dalam jangka pendek. Kedua

mendapatkan pangsa dari harga ekspor yang adalah fluktuasi dari harga kakao yang diatur

lebih besar, namun meskipun besar harga oleh pasar komoditi internasional di London

kakao dunia menjadi turun karena pasokan (LIFFE) dan New York (CSCE). Fluktuasi

bertambah dan harga ekspor diharmonisasi. harga dalam jangka pendek berarti petani

Petani menghadapi fluktuasi harga kakao (dan pemerintah) tidak mampu memprediksi

dunia (Gilbert dan Varangis 2003). harga yang mereka akan terima (Cocoa

Biji kakao dihasilkan dari mulai petani Market 2002).

kecil, perkebunan skala menengah hingga Gambar 2 memperlihatkan pergerakan

skala besar. Perbedaan produksi kakao ini harga biji kakao dari negara-negara eksportir

menghasilkan perbedaan harga biji kakao kakao di Amerika Serikat. Harga kakao dunia

yang diterima antara petani, perantara dan sendiri masih berpatokan pada harga kakao

eksportir. Penghasil biji kakao di Afrika Barat Pantai Gading. Harga kakao mencapai pun-

didominasi oleh petani kecil sedangkan caknya pada tahun sebelum 1970an karena

negara penghasil biji kakao lain seperti Brazil produksi yang melimpah namun dikuasai

lebih cenderung memproduksi kakao dalam oleh perusahaan negara di negara penghasil

skala komersil, Indonesia selain petani kecil kakao melalui marketing board (belum juga terdapat perkebunan milik swasta dan diliberalisasi). World Trade Organization

pemerintah. Berikut ini adalah gambaran (WTO) dan International Monetary Fund

umum negara penghasil biji kakao yang (IMF) memberikan bantuan kepada negara-

menjadi pemasok biji kakao di pasar Amerika negara Afrika seperti Nigeria, Pantai Gading

Serikat.

dan Ghana untuk merekstrukturasi per-

Harga (US$/ton)

Pantai Gading 2400

Ekuador 2100

Ghana 1800

Rep Dominika 1500

Gambar 2. Pergerakan Harga Biji Kakao dari Negara-Negara Eksportir Terbesar di Pasar Amerika

Sumber: GATS 2014

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

116 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

PANTAI GADING

Kakao merupakan komoditi unggulan bagi Pantai Gading, di tahun 2008 sektor kakao menyumbang sebesar 25-30 persen dari total ekspor dan memberikan penerimaan negara 17-20 persen. Pantai Gading adalah penghasil kakao utama di dunia. Produksi biji kakao di tahun 2012 sebesar 1.485,9 ribu ton dan ekspor biji kakao ke Amerika Serikat sebesar 231.782 ton. Pasar kakao di Pantai Gading berbentuk piramida terbalik dimana produser dan pengumpul terdesentralisasi namun ekspor dan konsumsi biji kakao sangat terkonsentrasi. Kakao diproduksi oleh petani kecil di Pantai Gading, diestimasi antara 600.000 – 800.000 petani. Perantara membeli kakao langsung dari petani di desa kemudian mengumpulkan kakao di kota besar. Aktivitas memerlukan ijin. Berdasarkan jumlah ijin yang dikeluarkan totalnya 1000 ijin namun hanya 188 orang yang terdaftar sebagai buyer (Kireyev 2010). Dari pusat pengumpulan kakao yang terletak di kota besar, kakao kemudian dibawa ke gudang di daerah pelabuhan Abidjan atau San Pedro. Gudang biasanya milik perusahaan yang terdaftar sebagai eksportir kakao. Jumlahnya tidak melebihi 50-60. Biji kakao dari Pantai Gading mendapatkan harga premium karena biji kakaonya selain mengandung lemak juga memiliki flavour karena telah difermentasi dengan baik.

EKUADOR

Selama tahun 2012, menurut ICCO (2014) Ekuador menghasilkan biji kakao sebanyak 198 ribu ton. Dari jumlah tersebut yang diekspor ke Amerika Serikat sebesar 53.358 ton. Amerika Serikat adalah negara tujuan utama ekspor biji kakao Ekuador. Dua jenis kakao yang ditanam di Ekuador adalah CCN51 dan National Cocoa. Varietas National Cocoa adalah kakao unggulan asli dari Ekuador yang terkenal sebagai “fine or flavour” cocoa. Varietas National Cocoa meng- hasilkan panen yang sedikit dan hanya di- tanam oleh perkebunan kecil dan menengah.

Sebaliknya CCN51 adalah jenis hibrida dengan hasil banyak dan sebagian besar diproduksi oleh perkebunan skala besar. CCN51 adalah substitusi bagi kakao curah dari Afrika Barat namun belum memiliki pasar ekspor yang signifikan karena mem- punyai masalah keasaman yang tinggi. Industri pengolahan kakao dan pembuat cokelat lokal Ekuador menyukai CCN51 karena kandungan cocoa butter nya tinggi dan tidak mempunyai masalah jamur, sebagai hasil dari penanganan masa setelah panen yang bagus oleh perkebunan komersial (Colinson dan Leon 2000).

Sebagian besar eksportir kakao me- yakinkan dominasi dari National Cocoa tidak boleh digantikan oleh CCN51. Mereka sangat fokus bahwa Ekuador tidak boleh kehilangan reputasi fine or flavour, namun yang lebih penting mereka khawatir akan kehilangan perbedaan harga positif dari standar tinggi National Cocoa. Profitabilitas eksportir meng- andalkan dari perbedaan ini. Sebagai bentuk respon dari masalah ini, eksportir kakao Ekuador membentuk ANACACAO, asosiasi yang mengawal integritas ekspor National Cocoa dan mensertifikasi kualitas. Asosiasi juga menetapkan harga referensi harian yang digunakan untuk menghitung biaya yang eksportir harus bayarkan untuk mendapatkan sertifikasi ekspor. Harga referensi ini berdasarkan harga dari the New York Coffee, Sugar and Cocoa Exchange (CSCE) dikurangi biaya dan keuntungan eksportir. Kakao Ekuador dipasarkan tanpa campur tangan pemerintah. Harga lokal diatur oleh harga internasional dan oleh penawaran dan permintaan lokal. Permintaan dari industri pengolahan kakao Ekuador dan negara tetangga kadang membuat harga lokal berpindah dari harga New York dan London.

GHANA

Ghana adalah negara penghasil biji kakao terbesar kedua di dunia. Sekitar 43.164 ton biji kakao tersebut diekspor ke Amerika Serikat di tahun 2012. Kakao seperti komoditi lain selalu didiferensiasi dengan country of

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 117

origin dan hal ini berhubungan dengan kakao. Kualitas juga dipertahankan dengan reputasi berdasarkan kualitas rata-rata. Pada

dengan cepat mengumpulkan biji kakao yang umumnya Ghana menerima harga premium

sudah difermentasi dan kering dari para untuk kakaonya di pasaran dunia karena

petani dan langsung dikapalkan untuk meng- kandungan lemak tinggi di atas rata-rata;

hindari dari meningkatnya kelembaban, tingkat pecahan yang rendah; sehingga meng-

jamur dan asam lemak bebas yang dapat hasilkan cocoa butter yang tinggi daripada biji

merusak kualitas biji kakao (Kolavalli, S dan kakao yang mengandung pecahan yang tinggi

Vigneri, M 2011).

dan tingkat cacat biji kakao yang rendah sehingga menghasilkan rasa dan aroma cocoa

REPUBLIK DOMINIKA

liquor yang disukai oleh beberapa industri cokelat. Selain itu, reputasi dari Cocoa

Kakao di Republik Dominika diproduksi Marketing Company (divisi pemerintah yang

sebagian besar oleh petani kecil dan petani mengelola ekspor) dalam menyakinkan pemilik lahan besar, hanya sedikit yang konsistensi dan reliabilitas pengiriman dan

dihasilkan dari perkebunan komersil. Varietas dokumen kakao berperan penting dalam

Trinitario yang tumbuh di Karibian meng- membangun reputasi biji kakao berkualitas

hasilkan cokelat dengan aroma dan rasa yang tinggi (Agrisystem 1997). COCOBOD adalah

khas. Varietas ini hanya diproduksi sedikit di marketing board yang menjalankan mandat

dunia, dimana varietas biji kakao Forastero pemerintah Ghana dalam sektor kakao.

lebih mendominasi. Meskipun kedua jenis Kakao ekspor Ghana sudah difermentasi

kakao ini dihasilkan di Republik Dominika, dan terjaga kualitasnya karena pemerintah-

namun varietas Trinitario lebih banyak nya hanya mengijinkan kakao yang ber-

dihasilkan. Menurut ICCO di tahun 2012 kualitas jelek diolah didalam negeri. Salah

produksi biji kakao Republik Dominika satu alasan pemerintah Ghana menjaga mencapai 72,2 ribu ton, dari jumlah tersebut kualitas biji kakao adalah biji kakao diekspor

hampir separuhnya diekspor ke Amerika dalam kondisi curah sehinggi biji yang cacat

Serikat.

dan bermutu rendah akan mempengaruhi Di awal tahun 1980an Republik keselurahan biji kakao dalam pengiriman

Dominika menghasilkan biji kakao yang kua- sehingga dapat menurunkan harga. Karak-

litasnya rendah karena penanganan hasil teristik yang menentukan kualitas kakao

panen yang tidak baik. Kemudian perusahaan termasuk kandungan dan kualitas lemak,

kakao Conacado didukung organisasi pem- konsistensi ukuran biji kakao dan kandungan

bangunan internasional membantu investasi air. Karakter-karakter ini menentukan kua-

dalam fasilitas pengeringan dan fermentasi litas cocoa butter dan cocoa liquor yang sehingga negara tersebut mampu mempro- dihasilkan dari biji kakao, dua bahan yang

duksi kakao yang berkualitas ke pasar inter- mengontrol tekstur, aroma, warna dan rasa

nasional. Meskipun begitu kakao unfermented cokelat. Fermentasi, pengeringan, penyim-

tradisional Sanchez tetap diproduksi dengan panan dan evakuasi biji yang basah merubah

volume besar. Secara total, ekspor kakao kualitas biji kakao secara dramatis, terutama

menghasilkan revenue US$160 juta di tahun dalam peningkatan rasa dari cocoa liquor. Rasa

2009. Sanchez adalah kakao yang tidak kakao Afrika barat klasik diperoleh dengan

difermentasi dan tidak cukup kering, kondisi memfermentasikan biji kakao dalam tum-

alam Dominika yang bercurah hujan tinggi pukan daun pisang selama 6 hari dengan

membuat petani kesulitan mengeringkan sering dibalik secara manual dan dikeringkan

dengan hanya sinar matahari. Kakao yang dengan sinar matahari. Biji kakao dikeringkan

dikeringkan dengan baik dan difermentasi perlahan diatas platform tinggi, sangat penting

sekarang dikenal dengan nama Hispaniola untuk kualitas dari aroma karena dengan

(harganya lebih tinggi) menjadi titik cepat mengurangi tingkat keasaman dari biji

kebangkitan sektor kakao di tahun 1990an.

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

118 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Republik Dominika juga berhasil dalam memproduksi biji kakao organik dan menjadi penghasil kakao organik terbesar di dunia. Berdasarkan data Ministry of Agriculture Dominica Republic di tahun 2009-2010, produksi kakao Sanchez sebesar 30.102 ton (senilai 92.043.979 US$) dan Hispaniola sejumlah 7.387 ton (senilai 24.250.316 US$), sedangkan untuk kakao Sanchez organik 1.889 ton (senilai 5.501.241 US$) dan Hispaniola organik sebesar 9.714 ton (33.056.201 US$) (Berlan dan Bergés 2013)

INDONESIA

Indonesia menghasilkan biji kakao sebanyak 440 ribu ton pada tahun 2012 menurut ICCO. Petani rakyat menyumbang 87% kepada produksi nasional, perkebunan negara 8% dan hanya 5% dari perkebunan swasta. Provinsi Sulawesi Selatan menjadi pusat penghasil kakao terbesar di Indonesia. Di daerah ini menghasilkan biji kakao yang berlimpah saat panen namun tidak mempunyai flavor. Biji kakao Indonesia mempunyai karakteristik mengandung lemak tinggi daripada rasa cokelat. Varietas ini berasal dari Malaysia (Yasa 2008). Biji kakao Indonesia diserap oleh pasar internasional Malaysia dan Amerika Serikat karena kedua negara tersebut masih menerima biji kakao yang belum difermentasi. Sementara pasar Eropa menghendaki biji kakao yang sudah difermentasi karena berkepentingan dengan aroma dan cita rasa. Sebenarnya Indonesia juga memproduksi biji kakao yang di- fermentasi seperti yang dipersyaratkan oleh pasar Eropa. Sumatera bagian barat yang terpusat di Kapahiyang dan Padang Sidem- puan menjadi wilayah penghasil kakao fermentasi. Sentra kakao di Sulawesi sudah tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan biji kakao fermentasi karena petani kakao di sana sudah terbiasa memproduksi biji kakao asalan, dengan alasan selisih harga antara biji

1 Sumber : http://rpn.co.id/site/homes/artikel/103/MESTINYA-GERNAS-KAKAO-DILANJUTKAN, diakses tanggal

10 November 2014

kakao yang tidak difermentasi dengan yang difermentasi tidak signifikan. 1

Petani kakao Indonesia mendapatkan harga 85% dari harga FOB namun karena adanya praktik ijon dari agen perantara mendorong petani hanya mengejar volume bukan kualitas biji kakao. Menurut satu narasumber, marjin antara harga FOB dan harga petani di Indonesia bisa dipecah menjadi biaya pemasaran dan logistik (10%), marjin kolektor/trader (3-4%), dan marjin eksportir (2%). Marjin yang sedikit bagi kolektor dan trader di dalam value chain mendorong mereka melakukan perdagangan yang cepat dan transaksi tinggi. Trader hanya mengejar volume biji kakao, sehingga biji kakao yang tidak bagus mutunya dicampur dengan biji yang bagus. Hal ini menyebabkan harga biji kakao Indonesia mendapat diskon harga di pasar internasional (Panlibuton dan Meyer 2004).

NIGERIA

Nigeria adalah negara eksportir biji kakao terbesar keempat di dunia, setelah Pantai Gading, Indonesia dan Ghana. Ekspor kakao adalah ekspor komoditi pertanian utama Nigeria bahkan jika ekspornya ber- kontribusi 0,3% dari GDP pertanian (IFPRI 2010). Kakao Alomnado adalah varietas yang ditanam di Nigeria, merupakan varietas kakao dengan kualitas tertinggi sering dikaitkan dengan harga premium di pasar internasional. Nigeria mengekspor biji kakao- nya terbesar ke Uni Eropa, dengan pangsa terbesar ke Belanda.

Produksi biji kakao dilakukan oleh petani kecil sekitar 30 ribu petani . Area yang dipanen bervariasi di setiap negara bagian Nigeria namun rata-rata berukuran 2,5 ha. Secara total, setiap petani rata-rata meng- hasilkan kurang dari 5 karung per musim (300 kg per hektar kakao). Biji kakao dipanen antara bulan Desember dan Juni. Sektor ini dikelola tanpa menggunakan mesin dan

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 119

dipanen menggunakan tangan. Biji kakao uji endogeneity menunjukkan model per- difermentasi selama seminggu dan kemudian

samaan bagi semua negara lebih baik dikeringkan selama 3 minggu. Setelah itu

diestimasi dengan 2SLS.

dimasukkan ke dalam karung dan diekspor. Tabel 3 merangkum semua hasil estimasi Dalam rantai ekspor, biasanya Local Area

persamaan permintaan inverse dari setiap Agents (LAAs) atau Local Buying Agents

negara eksportir biji kakao dalam penelitian (LBAs) membeli biji kakao dari petani ini. Semua persamaan dalam bentuk log- kemudian pembeli melakukan grading, linear diestimasi untuk setiap negara meng- melibatkan inspeksi kualitas oleh agen gunakan Two Stage Least Square (2SLS) dengan grading. LBA adalah perusahaan, individu

menggunakan asumsi imperfect competition. atau lembaga kerjasama. Biji kakao yang

Koefisien dari volume ekspor menunjukkan sudah digrading kemudian dijual ke eksportir

elastisitas permintaan residual ( η) dan atau industri pengolahan lokal (Nzeka 2014)

diintrepertasi langsung sebagai market power. Variabel-variabel bebas yang mempunyai masalah kolinearitas dihilangkan dalam

DAMPAK BEA KELUAR KAKAO

model persamaan untuk setiap negara pada

INDONESIA TERHADAP COUNTRY MARKET POWER DI PASAR BIJI KAKAO

saat diestimasi dengan metode 2SLS.

AMERIKA SERIKAT

Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua negara memiliki market power ditunjuk-

Analisis pendahuluan yang dilakukan kan dengan koefisien dari log volume ekspor untuk menganalisis data time series dalam

yang bertanda negatif dan signifikan pada penelitian ini adalah uji stasioneritas dan uji

taraf nyata = lima persen. Tanda negatif kointegrasi. Analisis stasioneritas dari menunjukkan dalam struktur pasar persaing-

variabel-variabel dalam penelitian ini diguna- an tidak sempurna berlaku pembatasan kan untuk memastikan hasil analisis regresi

volume ekspor akan meningkatkan harga linear berganda tidak menghasilkan spurious

ekspor. Koefisien ini adalah elastisitas per- correlation maka semua variabel yang dilibat-

mintaan residual yang dilihat secara langsung kan dalam model diuji kestasionerannya.

sebagai derajat market power. Tabel 3 mem- Hasil Augmented Dickey Fuller (ADF) perlihatkan hasil estimasi persamaan per-

menunjukkan variabel-variabel dalam per- mintaan inverse dari negara-negara eksportir samaan belum stasioner pada tingkat level

biji kakao di pasar Amerika yaitu Indonesia, namun setelah didiferensiasi pada orde Pantai Gading, Ekuador, Ghana, Republik

pertama sudah satsioner. Dua variabel yang Dominika dan Nigeria. Pengenaan pajak belum stasioner dapat memiliki akan terjadi

ekspor terhadap biji kakao Indonesia mem- kointegrasi. Sehingga hasil analisis market

berikan dampak terhadap market power power ini terdapat hubungan jangka panjang

Indonesia, Pantai Gading dan Ghana. Sedang- antar variabelnya.

kan market power dari negara Ekuador, Uji endogeneity dilakukan untuk menun-

Republik Dominika dan Nigeria tidak jukkan adanya hubungan simultan antara

terpengaruh oleh pembatasan volume ekspor variabel harga dan volume ekspor. Estimasi

biji kakao oleh pemerintah Indonesia. volume ekspor mengandung potensi bersifat

Sebelum adanya pengenaan pajak ekspor, endogenous karena adanya hubungan simultan

Indonesia memiliki market power 0,217 namun dengan harga ekspor. Setelah dipilih instru-

setelah itu market power Indonesia semakin men yang tepat untuk volume ekspor menurun menjadi 0,046. Hasil ini menunjuk-

dilakukan uji spesifikasi Hausman apakah kan Indonesia tidak memiliki daya saing di variabel bersifat eksogen atau endogen. H0

pasar Amerika Serikat sebagai eksportir biji adalah variabel eksogen, tolak H0 berarti

kakao. Sedangkan untuk Pantai Gading, estimasi dengan OLS tidak konsisten sehingga

market power sebelum ekspor Indonesia estimasi menggunakan 2SLS lebih tepat. Hasil

dikenakan pajak sebesar 1,319 kemudian

Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara

120 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126

setelah adanya pajak market power Pantai kakao Ghana dipengaruhi oleh harga Gading bertambah menjadi 2,67. Ghana juga

produsen Ekuador, Republik Dominika, mengalami peningkatan market power,

Indonesia, dan Nigeria, nilai tukar Pantai sebelum adanya pajak ekspor market powernya

Gading dan Republik Dominika juga 0,427.

mempengaruhi harga biji kakao Ghana. Setelah ekspor biji kakao Indonesia Harga biji kakao Ekuador sangat dipengaruhi dikenai pajak, maka market powernya menjadi

oleh harga produsen Pantai Gading, nilai 2,067. Kedua negara penghasil biji kakao ini

tukar Ghana dan Indonesia. Republik mendapat keuntungan dari pembatasan Dominika memiliki market power terbesar volume ekspor biji kakao Indonesia.

ketiga dimana harga biji kakaonya di- Variabel-variabel eksogen dari persama-

pengaruhi oleh harga produsen negara an permintaan inverse seperti harga produksi

Ekuador, Ghana, Indonesia dan Nigeria, serta (pp) dan nilai tukar riil terbukti tidak nilai tukar Ghana. Sedangkan harga biji kakao mendapat pengaruh dari pengenaan bea Nigeria dipengaruhi oleh harga produsen keluar sehingga dalam estimasi dengan 2SLS,

Pantai Gading dan Republik Dominika, nilai variabel-variabel dummy interaksinya di-

tukar dari negara Pantai Gading, Ekuador, hilangkan. Variabel penggeser permintaan

Ghana, Republik Dominika dan Indonesia. GDP riil Amerika Serikat signifikan dan

Hasil analisis dampak bea keluar kakao menunjukkan tanda positif kecuali untuk

tanpa olahan dari Indonesia terhadap market Republik Dominika. Hal ini menunjukkan

power negara-negara eksportir disajikan permintaan biji kakao dari Amerika yang

dalam Tabel 4. Dominasi Pantai Gading di besar.

pasar biji kakao Amerika Serikat terlihat dari Faktor-faktor yang mempengaruhi harga

meningkatnya market power negara tersebut biji kakao setiap negara eksportir dalam

saat Indonesia membatasi ekspor biji kakao ke penelitian ini di pasar Amerika Serikat Amerika Serikat. Negara tetangga Pantai ternyata berbeda-beda. Harga biji kakao Gading yaitu Ghana juga mendapatkan Indonesia hanya dipengaruhi oleh perubahan

keuntungan dari pengenaan bea keluar kakao harga produsen Republik Dominika, nilai

dari Indonesia. Kedua negara ini menjadi tukar Pantai Gading dan Ghana. Pantai pesaing terbesar Indonesia karena biji kakao Gading sebagai price leader dipengaruhi oleh

yang mereka hasilkan berkualitas premium harga produsen negara tetangganya Ghana,

dan produksi biji kakao per tahun yang besar. nilai tukar Ekuador dan Indonesia. Harga biji

Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Biji Kakao Indonesia dan Lima Negara Pesaing Eksportir Biji Kakao di Pasar Amerika

Keterangan: 1) Variabel-variabel tak bebas dalam model di atas adalah lnpid, lnppg, lnpgh, lnpek, lnpdr dan lnpni 2) *** menunjukkan tingkat signifikansi pada taraf = 1 persen 3) ** menunjukkan tingkat signifikansi pada taraf = 5 persen 4) * menunjukkan tingkat signifikansi pada taraf = 10 persen

Ari Harsanti, Bambang Juanda dan Sahara Dampak Bea Keluar Kakao Indonesia…

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 2, Desember 2014); halaman 107-126 121

Tabel 4. Market Power Negara-negara Eksportir Kakao di Amerika Serikat dengan Pengaruh Bea Keluar Kakao Tanpa Olahan dari Indonesia

Market Power tanpa

Market Power

Pangsa ekspor di Negara eksportir

pengaruh dari pajak

dengan pengaruh

Amerika Serikat biji kakao

ekspor kakao

pajak ekspor

Indonesia

kakao Indonesia

59,0 persen Ekuador

Pantai Gading

15,2 persen Ghana

13,6 persen Republik Dominika

4,9 persen Indonesia

1,9 persen Nigeria