Pengaruh China Terhadap Perekonomian Kam

Pengaruh China Terhadap Perkembangan Ekonomi Kamboja
Kamboja merupakan sebuah negara monarki konstitusional di Asia Tenggara, dan
merupakan penerus dari Kekaisaran Khmer. Kamboja berbatasan dengan Thailand (barat),
Laos (utara), Viet Nam (timur), dan Teluk Thailand (selatan). Negara ini dilewati oleh Sungai
Mekong dan Danau Tonle Sap. Kamboja mempunyai luas area 181.035 km 2. Kamboja dibagi
menjadi 20 provinsi dan 4 kota praja, dengan Ibukota bernama Phnom Penh. Dalam
konstitusi Kamboja, perekonomian Kamboja ditempatkan pada bab V pasal 56 menyatakan
bahwa Kerajaan Kamboja adalah Negara yang menganut sistem ekonomi pasar 1. Ekonomi
pasar adalah sistem ekonomi ketika sector perekonomian diserahkan sepenuhnya pada
permintaan dan penawaran di masyarakat (mekanisme pasar)2.
Kamboja merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dan juga sekaligus
merupakan anggota dari ASEAN. Kamboja merupakan salah satu dari Negara di Asia
Tenggara yang memiliki tingkat perekonomian yang rendah dan sangat tergantung pada
bantuan luar negeri yang diberikan oleh negara ataupun aktor non negara. Dalam waktu dua
dekade, Kamboja mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam ekonominya. Bantuan baik
dalam bentuk bantuan bilateral, multirateral maupun privat (NGO), membantu negara
Kamboja untuk melanjutkan proses pembangunannya3.
Tercatat, dalam 10 tahun Kamboja mengalami peningkatan pesat (double-digit
growth) yang meningkatkan GDP-nya hampir sebesar US$ 9 milliard 4. Bantuan luar negeri
sedikit banyak pasti mempengaruhi peningkatan ekonomi yang terjadi di Kamboja. Menurut
data dari pemerintah Kamboja, bantuan luar negeri yang diterima Kamboja meningkat secara

signifikan dari US$ 434 juta pada tahun 1998, menjadi US$720 juta pada tahun 2007. Jumlah
ini merupakan gabungan dari bantuan yang diberikan melalui negara (ODA) ataupun melalui
sektor privat (NGO). Sedangkan jika melihat bantuan yang diberikan negara-negara ODA,
Kamboja mendapatkan bantuan sekitar US$ 538 juta pada tahun 2005, bertambah dari US$
1

Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. hlm.191
Ibid. hlm.357
3
Chanboreth, Ek dan Soch hach. Desember 2008. Aid Efectiveness in Cambodia. Brookings: Wolfenshon
Center for Development.hlm.3, diambil dari
http://www.brookings.edu/~/media/research/files/papers/2008/12/cambodia%20aid%20chanboreth/
12_cambodia_aid_chanboreth.pdf pada tanggal 19 Juni 2014
4
Sophal, Chan dkk. November 2008. Cambodia Evaluation of Aid Effectivenss: independent Review
Team.hlm.12 diambil dari http://www.cdc-crdb.gov.kh/cdc/aid_management/IRT%20Report%20FINAL.pdf
pada tanggal 19 Juni 2014
2

1


396 juta pada tahun 2000. Selain dari dua sektor tersebut, Kamboja juga mendapatkan
bantuan dari negara-negara atau lembaga bantuan lain seperti China dan Korea Selatan yang
jumlahnya juga cukup signifikan, sehingga dipercaya bahwa bantuan yang diterima Kamboja
lebih besar daripada nilai tersebut5.
Dalam hal ini, kami hanya terfokus pada masalah tentang hubungan perekonomian
yang terjalin antara China dan Kamboja. Khususnya tentang pengaruh China terhadap
perkembangan ekonomi Kamboja.
Hubungan China dan Kamboja juga bisa diebut dengan “traditional friendship of long
standing” dan menjadi stabil. Terbukti 10 tahun setelah konflik kamboja usai, investor China
mulai memasuki perekonomian Kamboja, dan China telah mengambil kembali pengaruh
politik di Phnom Penh. Walaupun China dan Kamboja tidak saling berbagi perbatasan,
namun Beijing melihat bahwa Kamboja mempunyai posisi geostrategis yang penting karena
bersisi dengan Thailand dan Vietnam. Beijing mempunyai hubungan politik dan hubungan
pribadi yg dekat dengan pangeran Norodom Sihanouk pada tahun 1993, namun dengan
mundurnya China sebagai pendukung dari Khmer itulah yang membangun kembali hubungan
China dengan Kamboja di pertengahan 1990an. Kegiatan lainnya yang dilakukan China
untuk meningkatkan hubungan bilateralnya adalah dengan membantu merekonstruksi dan
merekonsiliasi Kamboja. Walaupun banyak penanam modal yang berpikir ulang untuk
berinvestasi di Kamboja karena efek dari krisis moneter, China justru mengimplementasi dan

memperkuat kerjasama ekonomi diantara kedua Negara tersebut. Para pengusaha China itu
cukup mewakili, menjadi pemain utama di semua sektor ekonomi Kamboja. Walaupun ada
kekhawatiran akan meningkatnya pengaruh China di sektor perekonomian, Kamboja sangat
menghargai keputusan China untuk menghapus semua hutang yang telah jatuh tempo pada
tahun 2002. Selain itu investasi dan perdagangan dengan China menjadi suatu keuntungan
bagi Kamboja, terutama di bidang ekspor dan infrastruktur.
Kondisi Perekonomian Sebelum China Masuk
Awalnya perkenomian Kamboja terfokus pada sector agraris yaitu pertanian,
perkebunan dan sector agraris lainnya. Namun, pada saat itu belum banyak menyumbangkan
banyak dana untuk meningkatkan perekonomian Kamboja. Hal ini terjadi dikarenakan
5

Chanboreth, Ek dan Soch hach. Desember 2008. Aid Efectiveness in Cambodia. Brookings: Wolfenshon
Center for Development.hlm.6, diambil dari
http://www.brookings.edu/~/media/research/files/papers/2008/12/cambodia%20aid%20chanboreth/
12_cambodia_aid_chanboreth.pdf pada tanggal 19 Juni 2014

2

perekonomian Kamboja yang belum stabil dan teknologi yang belum maju sehingga sector

agararia Kamboja belum begitu kuat.
Perekonomian di Kamboja sempat menurun pada masa Republik Demokratik. Baru
pada

tahun

1990-an

perekonomian

Kamboja

memperlihatkan

kemajuan

yang

membanggakan. Walau masih tergolong rendah jika dibanding dengan negara ASEAN yang
lain, namun pendapatan perkapita Kamboja meningkat secara signifikan. Agrikultur

merupakan andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat bagi masyarakat desa. Bidang
pariwisata dan tekstil juga turut mengembangkan kemajuan ekonomi dalam kemajuan
perekonomian di Kamboja.
Pada masa Krisis Finansial Asia tahun 1997, kamboja mengalami perlambatan
ekonomi. Investasi asing dan turisme menurun secara drastis. Kekacauan ekonomi ini
mendorong terjadinya kerusuhan dan kekerasan di Kamboja. Tingkat pendapatan perkapita
atau GDP pun menurun.
Kondisi Perekonomian Setelah China Masuk
China telah masuk ke Kamboja sejak 1958, namun pada saat itu perekonomian China
belum berkembang pesat seperti sekarang. Meskipun pada saat krisis moneter pada 19971998 China adalah salah satu Negara yang kegiatan perekonomiannya hampir tidak
terpengaruh kondisi tersebut. Baru pada tahun-tahun ini hubungan antara China dan Kamboja
dibidang ekonomi dan perdagangan berkembang dengan pesat, bidang kerjasama terus
diperluas. China dan Kamboja telah menandatangani Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan
Teknologi dan Persetujuan Pemberian Kredit Lunak oleh Pemerintah China Kepada
Pemerintah Kamboja (Februari 1999). Persetujuan Kerjasama Pariwisata China-Kamboja
(Februari 1999). Pernyataan Bersama China-Kamboja Mengenai Kerjasama Bilateral
(November 2000). Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknologi China-Kamboja
(November 2000). Memorandum Saling Pengertian Kerjasama Pertanian China-Kamboja
(November 2000). Pada tahun 2000 telah dibentuk komite kerjasama ekonomi dan
perdagangan kedua Negara.

Pada tahun 2012 perekonomian Kamboja mulai merangkak maju. Sepanjang jalan
antara Phnom Penh dan Sihanoukville diwilayah perbukitan, kini berdiri deretan kompleks
pabrik. Sebagian besar di antaranya adalah pabrik tekstil milik pengusaha asal China. Bagi
penanam modal China, daya tarik utama Kamboja adalah rendahnya tingkat upah. Selain itu
3

China lebih memilih ASEAN khususnya Kamboja karena masyarakat Kamboja lebih
menunjukkan preferensi lebih terhadap produk dengan harga murah, dan tidak menuntut
standar produk dan kualitas teknik yang tinggi.
Ekonomi China memang tumbuh luar biasa. Di pantai timur China, setiap tahun
tingkat upah naik antara 10 hingga 20 persen. Dengan demikian pengusaha China mencari
lokasi lain dengan tingkat upah yang lebih rendah. Hal ini berarti mencari lokasi lain di
pedalaman China, atau ke negeri lain, seperti Vietnam, Indonesia, Bangladesh dan Kamboja.
Tingkat upah Kamboja saat ini, belum mencapai separuh tingkat upah buruh di pantai timur
China. China menganggap Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam sebagai halaman belakang
dan wilayah termasuk dalam pengaruh kekuasaan mereka.
Dengan nilai investasi sebesar delapan miliar dolar, saat ini China merupakan Negara
penanam modal terbesar di Kamboja. Perdana Menteri Hun Sen mengakui, pertumbuhan
ekonomi Kamboja, tujuh persen pertahun, sebagian besar berkat bantuan modal dan teknologi
China. Perusahaan minyak China juga telah memulai operasi pengeboran minyak di lepas

pantai Kamboja Pengusaha China juga sedang sibuk membangun lima bendungan
pembangkit listrik tenaga air di sungai Mekong.
Sekitar 20 perusahaan China lainnya giat dalam sector pertambangan seperti misalnya
titanium, bauksit, dan tembaga. Tiga perusahaan pangan China setiap tahunnya juga siap
membeli ratusan ribu ton beras Kamboja. Atas dasar itu, Kamboja menganggap bahwa China
ada dan aktif di semua sector.
Dari semua sector tersebut, peran utama China adalah tekstil dan pakaian jadi, dengan tujuan
ekspornya adalah Negara Eropa serta Negara-negara kaya lainnya. Meskipun begitu,
pemerintah Kamboja menyambut hangat kedatangan modal dan teknologi China. Ith Praing,
pejabat tinggi di Departemen Industri pun menyatakan bahwa semua investasi dari China
bernilai bagus.
Selain dibidang tekstil, bidang pariwisata juga berkontribusi terhadap peningkatan
perekonomian di Kamboja. Sebanyak 334.000 turis asal China datang ke Kamboja pada
tahun 2012 yang meningkat 35% dari tahun sebelumnya.
Kebijakan Luar Negeri China Terhadap Kamboja

4

Awalnya, kebijakan luan negeri China bertumpu pada pandangan bahwa hubungan
dengan negara adidaya atau kekuatan utama adalah prioritas utama perumusan kebijakan

China. Berikutnya, negara tetangga, negara berkembang, kemudian organisasi internasional.
Namun, Perdana Menteri Wen justru menempatkan negara tetanggga dulu lalu negara
berkembang kemudian negara kekuatan utama. China memutuskan untuk melakukan
kerjasama ekonomi dengan kamboja. China banyak mendirikan pabrik di wilayah Kamboja.
Hal itu karena upah buruh di Kamboja masih sangat rendah sehingga pengusaha asal China
merasa bahwa mendirikan pabrik di Kamboja termasuk dalam penghematan biaya produksi
mereka.
Kamboja pun mengeluarkan kebijakan terhadap bantuan internasional yang diterima
oleh Kamboja. Pemerintah Kamboja setidaknya dua hal utama. Pertama, melakukan
Declaration on Harmonization and Alignment yang ditandatangani oleh RGC (Republic
Government of Cambodia) dan 12 mitra pembangunan pada Desember 2004. Kedua adalah
Declaration on And Hancing Aid Effectiveness yang ditandatangani oleh RGC dan 14 partner
pada October 2006.
Hasil dari deklarasi kedua salah satunya adalah dengan membuat NSDP6 (National
Strategic Development Plan) 2006-2010. NSDP merupakan bagian dari pemerintah yang
berusaha untuk mengoprasionalkan visi politik pemerintah. Dengan NSDP, pemerintah
berusaha membuka semua kesempatan untuk menentukan langkah-langkah penting dalam
pembuatan strategi dan rencana dalam jangka panjang, termasuk Framework pembangunan
nasional Kamboja. Framework pembangunan nasional ini juga memperhatikan kemitraan
dengan partner-partner pembangunan lainnya. NSDP selanjutnya melakukan perbaikan dalam

koordinasi pengelolaan bantuan, baik dalam hal struktur maupun instrumennya.
Dampak Positif dan Negatif
Mengenai dampak apa yang terlihat dengan adanya kerjasama bilateral antara China
dan Kamboja, sejauh ini Kamboja masih menganggap kerjasama dengan China adalah hal
yang baik dan sangat menguntungkan Kamboja, maka dari itu Perdana Menteri Hun Sen
memutuskan untuk terus mempererat hubungan Kamboja dan China. Dengan secara intensif
melakukan

pertemuan-pertemuan

dengan

pejabat-pejabat

China

untuk

membahas


keberlangsungan kerjasama bilateral mereka. Kemudian, dampak positif lain yang diterima
Kamboja adalah kebebasan pajak terhadap 418 item yang dikirim Kamboja ke pasar China.
6

Dalam beberapa literature disebutkan sebagai Minnistry of Planning

5

Namun adanya dampak negative dari kerjasama dibidang ekonomi untuk Kamboja,
yaitu sangat tergantungnya masyarakat masyarakat Kamboja terhadap bantuan luar negeri.
Jadi masyarakat Kamboja tidak dapat mandiri untuk negaranya.
Kesimpulan
Hubungan bilateral antara China dan Kamboja telah terjalin sejak 1958. Keterlibatan
China yang begitu konstan sejak masa kelam Kamboja hingga saat ini membuat hubungan
kedua negara ini semakin erat. China juga adalah salah satu negara yang memberikan bantuan
terhadap Kamboja berupa penyumbangan dana dan China adalah negara yang memberikan
sumbangan terbesar untuk Kamboja. Selain menyumbangkan dana, banyak juga pengusaha
China yang menginvestasikan modalnya di Kamboja seperti yang tersalurkan pada sector
industry dan pariwisata.
Sebelum pengusaha China menanamkan modalnya di Kamboja. Tingkat pendapatan

perkapita Kamboja masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara
lainnya. Namun setelah banyak pengusaha China yang menanamkan modalnya dengan
membangun pabrik-pabrik tekstil, perekonomian Kamboja meningkat pesat menjadi US$ 9
miliar pertahun. Kebijakan luar negeri China memiliki andil besar dalam perekonomian
Kamboja. Karena dijelaskan target utama investasi China adalah negara-negara tetangga,
khususnya Kamboja.
Dampak yang muncul dari adanya kerjasama antara China dan Kamboja sangat
menguntungkan kedua belah pihak terutama Kamboja. Kamboja merasa kerjasama ini
memberikan efek positif terhadap perekonomian Kamboja. Setelah masa kelam kekejaman
rezim Khmer Merah dan krisis moneter yang terjadi, Kamboja dapat bangkit dari
keterpurukan tersebut.
Dengan banyaknya dampak positif yang dirasakan Kamboja, Perdana Menteri Hun
Sen memutuskan untuk mempererat kembali hubungan bilateral antara kedua negara.
Kamboja merasa nyaman bekerjasama dengan China karena banyaknya keuntungan yang
dihasilkan atas hubungan bilateral mereka.

6

Referensi:
1. Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara.
2. Chanboreth, Ek dan Soch hach. Desember 2008. Aid Efectiveness in Cambodia.
Brookings: Wolfenshon Center for Development.
3. Sophal, Chan dkk. November 2008. Cambodia Evaluation of Aid Effectivenss:
independent Review Team.

7

4. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135746-T%2027995-Pencapaian

%20China-Tinjauan%20literatur.pdf
5. http://www.academia.edu/7559232/Resume_Of_Cambodias_Fishery

8