Pengaruh Ibadah Terhadap Kesalehan Sosia

BAB I
PENDAHULUAN
A.

B.
1.
2.
3.
4.

Latar Belakang
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di negara
Indonesia, Malaysia, Thailand selatan, dan Brunei. Proses konversi massal masyarakat dunia
melayu ke dalam islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan
proses panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Di Asia Tenggara, Islam
merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang
yang ada di Asia Tenggara penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama
Islam. Misalnya Islam menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia, kerajaan Brunei
Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam),
Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam) dan seperti negara-negara Asia
Tenggara lainnya.

Asia tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam.
Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai lautan
Cina dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Sejarah masuknya islam di asia tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang
yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan agamawan, arkeolog dan intelektual.
Namun yang menjadi referensi umum masuknya islam di Asia tenggara adalah melalui proses
perdagangan internasional yang berpusat diselat malaka melalui para pedagang muslim
Persia dan Arab.
Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak
sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali
berbeda. Ada juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala
Arab. Oleh karena itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya
Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk ita ketahui. Islam berkembang di Asia
Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran perdagangan, perkawinan,
tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, diantaranya ialah :
Kapan mulai masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara?
Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara?

Bagaimana pengaruh islam di asia tenggara?
Negara apa saja yang mempunyai peradaban Islam di Asia Tenggara?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui teori tentang kedatangan Islam di Asia Tenggara, berbagai saluran yang
digunakan dalam penyebaran Islam, dan pengaruh Islam dalam kebudayaan.
2. Mengetahui proses berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara.
3. Mengetahui pengaruh Islam di Asia Tenggara.
4. Mengetahui negara-negara Islam di Asia Tenggara.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Penyebaran Islam di Asia Tenggara
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara
dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang
jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan

muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907),
kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah
turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah dating empat orang
Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou),
yangkedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow.
Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi
Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto,
yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).
B.

Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara
Masuknya agama Islam kedalam negri Melayu ini nampaknya mempunyai
keistimewaan sendiri, yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang sekali dngan kekerasan
dan diterima dengan sukarela oleh penduduk meskipun tidak dengan sekaligus.
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan
para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan

melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,

terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia
Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang
yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar
Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah
untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Penetrasi Islam di Asia Tenggara dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
 Tahap pertama dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan
kemerosotandan akhirnya keruntuhan Kerajaan Majapahit pada sekitar abad 14-15.
 Tahap ke dua adalah sejak datangnya dan kemudian mapannya kekuasaan kolonialisme
Barat sampai awal abad ke 19.
 Tahap ketiga adalah pada permulaan abad 20 terjadi “liberalisasi” sebagai kebijakan
pemerintah kolonial.
Proses Islamisasi dan intensifikasi ke-Islaman banyak dipengaruhi oleh situasi dan
faktor-faktor local yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan dalam tingkat
penetrasi Islam di kawasan Asia Tenggara yang berakibat perbedaan pandangan, penghaytan,
dan pengamalan Islam oleh penganutnya. Islamisasi dan intensifikasi merupakan proses
konversi kepada Islam dan peningkatan kesadaran serta upaya untuk memahami dan

mengamalkan Islam sesuai dengan doktrin-doktrin yang sebenarnya, yang bersih dari bid’ah

dan percampuran dengan unsure-unsur non Islam lainnya. Proses ini disebut sebagai kembali
kepada Al-Quran dan Hadits.
Pembentukan kebudayaan dan tatanan politik Islam di dunia dapat berkembang karena
adanya tasawwuf. Proses internasionalisasi Islam tasawwuf tidaklah berjalan sendiri, karena
diperlukan adanya keterikatan tasawwuf kepada shari’ah secara sufistik.
1.

Teori Masuknya Islam ke Asia Tenggara
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, cina dan india.
a. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui
pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai
pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di
pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam
jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara
dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi
tempat untuk berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan

dan menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai
sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh
pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
 Kampung Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.
 Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
 Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.
 Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab
contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi
dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
b. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina
Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah
menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk
Islam.Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping
menyebarkan Islam. Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah
beramai-ramai ke Asia Tenggara.
Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu :
 Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,
Pahang.
 Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan,

Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.
c. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat
Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan
pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India
telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India
untuk menyebarkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
 Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di batu
nisan Raja Malik Pasai.
 Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara

2.

Saluran dan Cara-cara Islamisasi Islam di Asia Tenggara

a.

b.

c.


d.

Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat
umumnya dilakukan secara damai[1]. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami
kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana,
maka islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang
posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam[2],
yaitu :
Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang
Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagiandalam perdagangan dari negeri-negeri
bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini
sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan
perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil
mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka
menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di

beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang
ditempatka di pesisi Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor
politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi drengan
pedagang-rpedrarrgarng Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil
alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya[3].
Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih
baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteriputeri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawinkan
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan
mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan
Muslim.Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh
keturunan bangsawan, tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur
perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak
bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu
kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden
Rahmat atausunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri
Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah
(Raja pertama Demak) dan lain-lain.
Saluran Tasawuf
Tasawuf

merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses
Islamisasi.
Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial
bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-buktimyang jelas pada tulisantulisan antara
abad ke-13 dan
ke-18.
Hal
itu
bertalian
langsung dengan penyebaran
Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka
selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi
dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu
ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilainilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima[4].
Saluran Pendidikan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu,

calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar adari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu
mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta
Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantrenini banyak yang diundang ke Maluku
untukmengajarkan Agama Islam[5].
e. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir,
seni
tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak,
Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di
Aceh, Ternate dan sebagainya.[6] Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan
wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran
agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat
pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam. Kesenian-kesenian
lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni
bangunan dan seni ukir.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki
kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk
Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Seperti halnya di Maluku dan Sulawesi selatan,
kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di
Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaankerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara
politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam[7].
C.
1.

Pengaruh Islam di Asia Tenggara
Pemerintahan dan pentadbiran



Sultan menjadi ketua negara, mufti menjadi penasihat sultan. Wujud juga pegawai seperti kadi,




khatib, bilal.
Gelaran sultan meletakkan raja setaraf dengan kerajaan Islam yang lain.
Dalam Hukum Kanun Melaka – raja digelar Khalifatul Mukminin (pemimpim orang mukmin),





perkataan ini tercatat dalam wang syiling kerajaan melayu.
Gelaran Zillulah fil’Alam (bayangan Allah di dalam alam) turut digunakan oleh raja Melaka.
Islam menjadi agama rasmi – kerajaan Melaka, Aceh.
Contoh sultan yang berpegang teguh kepada Islam – Sultan Malik (Samudera Pasai), Sultan



Iskandar Thani (Acheh).
Nama nama Islam digunakan seperti Acheh Darus Salam (negeri), Sultan Mahmud Syah beerti



sultan terpuji.
Undang – undang syariah yang diperkenalkan seperti kes jenayah, harta pusaka. Ia termaktub



dalam Hukum Kanun Melaka di Melaka dan Kanun Mahkota Alam di Belanda.
Semangat jihad menentang penjajah telah diterapkan – contohnya di Acheh menetang Portugis,

di Jawa menentang Portugis dan Belanda.
2.
Sistem pendidikan
 Sebelum Islam pendidikan hanya untuk bangsawan.
 Dalam Islam pendidikan wajib kepada semua orang Islam.




Kesannya wujud institusi formal seperti pondok, istana, pesantren, madrasah dan surau.
Pusat pendidikan terawal di Perlak disebut dayah atau pondik, contohnya Dayah Bukit Ce Breek,




Perlak.
Samudera-Pasai menjadi pusat penterjemahan karya agama.
Di Acheh – sistem pendidikan lebih sistematik, terdapat peringkat rendah (rangkang), menengah

(muenasah) dan tinggi atau univesiti (Jamiah Bait al-Rahman). Pelajarnya meliputi pelajar luar
Acheh. Di Acheh wanita digalakkan belajar di dayah dan memegang jawatan pentadbiran.
3.
Bahasa dan kesusteraan
 Tulisan jawi berasal darpadatulisan Arab (al-Quran) yang diubahsuai dengan perkataan Melayu.
 Tulisan ini menjadi tulisan rasmi menggantikan tulisan Palava Dewanagari (tulisan zaman Hindu



Buddha).
Istilah Arab digunakan dalam tulisan jawi bahasa Melayu seperti sultan, syuur, masjid, alam.
Bahasa Melayu menjadi bahasa ilmu – seperti cerita panji, sastera pengaruh Arab, sastera






seperti syair, guridam.
Cara hidup
Sebelum Islam – cara hidup Anismisme, Hindu dan Buddha.
Kedatangan Islam maka cara hidup Islam diasimilasikan seperti bertudung dan bersongkok.
Islam dijadikan ‘ad – din ‘ iaitu cara hidup lengkap dan menyeluruh.
Kedatangan Islam turut mengubah sistem sosial seperti konsep persaudaraan, persamaan,

4.

5.

tolong – menolong dan gotong – royong.
Kesenian
 Kesenian Islam contohnya seni khat, seni bina, seni ukir.
 Seni khat ada pada batu nisan ( tulisan ayat al – Quran ), ukiran kayu, bilah mata keris, batu





6.

bersurat ( Terengganu ).
Makam di Pasai mempunyai pengaruh Parsi ( syair Parsi ).
Terdapat juga seni khat yang bertatahkan emas, perak.
Unsur seni kaligrafi turut mengambil contoh huruf Arab, ayat al – Quran dan tulisan jawi.
Pengaruh seni bina Islam boleh juga dilihat pada bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan

menara azan seperti masjid Ubaidiyah Kuala Kangsar.
Ekonomi
 Baitulmal diperkenalkan di Acheh oleh Sultan Iskandar




Muda

yang

berfungsi

sebagai

perbendaharaan negara (hasilnya diperoleh daripada zakat dan sedekah).
Islam menggalakkan umatnya mencari rezeki halal dan melarang mengemis.
Berdagang ekonomi yang halal digalakkan.
Perkara dilarang seperti riba, penindasan.

D. Kerajaan Islam di Asia Tenggara
1.

Kerajaan Samudra Pasai
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di
Samudera pasai pada tahun 1292 M dibawah seorang raja Al-Malikus Saleh. Bukti adanya
kerajaan ini ialah ditemukannya makam-makam Raja-raja Samudra Pasai di dekat sebuah
kampung yang terletak di tepi sebuah sungai yang bernama Pase, yang bermuara ke teluk
Lho’ Seumawe. Makam-makam tersebut di nisannya berukirkan tulisan Arab huruf Riq’ah,
yang tertua diantaranya ialah bertarikh Hijrah 629, bersetuju dengan tahun 1292 Masehi[8].
Jelaslah tertulis nama raja pertama itu, yaitu Al-Malikus Saleh.
Kerajaan Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari kekerajaan Mamalik di Mesir.
Persamaan nama dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan gelar yang dipakai di
Masir. Gelar Al-Malikus Saleh adalah gelar yang dipakai oleh pembangun Kerajaan
Mamalik yang pertama di Mesir yaitu ‘Al-Malikus Saleh Ayub.

2.

3.

Kerajaan Pasai mengalami perkembangan pesat dimasa pemerintahan Al-Malikuz
Zahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir mendalami ilmu agama. Ia banyak melakukan
kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Keterangan yang diberikan Ibnu
Batutah[9] dalam kisah perjalanannya tentang Sultan Al-Malikuz Zahir itu sangatlah penting
didalam menyusun sejarah. Ibnu Batutah menceritakan bahwasannya sultan itu sangatlah
teguh memegang agama dan baginda bermazhab Syafi’i. Selain itu sultan pun rupanya
mempunyai armada kapal dagang yang bersar.
Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan
keluar pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan,
yang menjadi jalan silang antara AsiaTimur dan asia Barat. Dengan letak geografis
yang demikian membuat Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya[10].
Awalnya wilayah ini diperintah oleh para pemimpin-pemimpin hindu, hingga akhirnya
Pangeran Iskandar Syah memeluk Islam, lalu diikuti oleh rakyatnya. Setelah itu Malaka
menjadi pusat dakwah Islam, disamping juga sebagai pusat perdagangan penting. Iskandar
Syah wafat pada tahun 828 H/1424 M[11].
Malaka kemudian berkembang menjadi kekaisaran yang memiliki wilayah yang luas,
mencangkup semenanjung Melayu seluruhnya dan sebagian besar sumatera. Bendera islam
juga dibawa keluar Malaka, lalu tersebar di kepulauan-kepulauan Asia Selatan dan Timur.
Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan sekitarnya, dengan
mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk Islam seperti: Rokan Kampar, India Giri
dan Siak. Kesultanan Malak ajuga merupakan pusat perdagangan.
Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka
memerlukan bahan-bahan pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk memenuhi
kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan rempah-rempah harus
selalu cukup untuk melayani semua pedagang-pedagang. Begitu pula pedangan-pedagang
Jawa juga membawa rempah-rempah dari Maluku ke Malaka. Selain dengan Jawa, Malaka
juga menjalin hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai membawa lada ke
pasaran Malaka. Dengan kedatangan pedagang Jawa dan Pasai, maka perdagangan di
Malaka menjadi ramai dan lebih berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang
ekonomi, Malaka juga maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan ikut
mengembangkan agama Islam di kota ini. Penguasa Malaka dengan sendirinya sangat besar
hati. Meskipun penguasa belum memeluk agama Islam namun pada abad ke-15 mereka telah
mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama Islam diberi
hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan bangunan masjid[12].
Diantara sultan-sultan Malaka yang terkenal adalah Muhammad Syah, Manshur Syah,
dan Mahmud Syah. Malaka jatuh ke tangan penjajah Protugis setelah ditemukannya jalur
Ro’su ar-Roja’us Salih pada tahun 917/1511 M[13].
Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara pulau Sumatra,
pada tahun 1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama
tiga tahun. Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan Pasai
berada di bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh
peloksok nusantara yang terjangkau oleh juru dakwahnya[14].
Kerajaan ini terletak disebelah utara Sumatera[15], wilayah ini memiliki posisi yang
sangat penting karena dua hal, yaitu karena penyebaran Islam dan perlawanan terhadap
penjajah. Raja pertamanya adalah Ali Mughit Syah ( 920-935 H / 1514-1520 M). Kebesaran
kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Alauddin Riayat Syah. Kekuasaannya sampai ke
wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat Syah kemudian diangkat menjadi Sultan Aru dan

4.

5.

6.

sultan Parlaman dengan nama resmi Sultan Ghori dan Sultan Mughal. Aceh menjalin
hubungan yang baik dengan Turki, hal ini terbukti di mana ketika Aceh
mengahadapi balatentara Portugis Aceh meminta bantuan Turki tersebut. Dalam membangun
aggkatan perangnya yang baik hal ini pun berkat bantuan Turki[16].
Masa kesultanan Iskandar Muda (1016-1047 H / 1607-1637 M) merupakan masa paling
gemilang bagi Aceh, dimana kekuasaannya meluas dan terjadi penyebaran Islam hampir di
seluruh Sumatera. Dia juga berhasil mengalahkan orang-orang Protugis.
Kemudian kondisi negeri mulai mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya
peperangan dan krisis ekonomi . juga beralihnya kekuasaan ketangan ratu-ratu dalam
beberapa masa. Juga karena peperangan yang terus menerus melawan Barat, yang
menyebabkan penderitaan yang sangat berat bagi Aceh. Namun akhirnya dia berhasil keluar
dari ujian dan rintangan ini. Akhirnya negeri ini jatuh ketangan Belanda pada tahun
1322H/1904M[17].
Kerajaan Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)
Di Jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan)[18], para wali
menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai
kerajaan Islam. Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang
di pantai utara Pulau Jawa, kerajaan ini hanya berumur pendek, namun para rajanya
merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah,
yang berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya.
Setelah itu anaknya Patih Yunus berkuasa, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah
kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Protugis.
Setelah wafatnya patih Yunus pada tahun 938 H / 1531 M[19], memerintahlah raja
paling terkenal dari kerajaanini yaitu Raden Trenggono. Dia adalah seorang mujahid besar
yang diantara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya islam ke daerah Jawa Barat. Dia
wafat pada tahun 953 H / 1546 M.
Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah
pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511
telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten merupakan pelabuhan yang penting
dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi
urat
nadi
dalam
pelayaran
dan
perdagangan
melalui
lautan
Indonesia
dibagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu
selat Malaka dibawah pengawasan politik Portugis di Malaka[20].
Kerajan ini terpisah dari kerajaan Demak. Mencapai puncak kejayaannya pada masa
Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya (960-978 H / 1552-1580 M). Melalui
kekuasaan anaknya, Sultan Yusuf ( 978-988 H / 1575-1580 M), penyebaran Islam di Jawa
semakin bertambah. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan yang penting[21].
Raja Banten yang paling terkemuka adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masanya
pemerintah mencapai puncak kebesaran dan kemuliaannya. Karena itulah, orang-orang
Belanda memutuskan usaha mereka dalam menghadapi kerajaan ini, hingga berhasil
mengalahkan Banten pada tahun 1096 H / 1684 M.
Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang bernama
Sinopati[22]. Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa, juga berhasrat
membentuk sebuah kerajaan yang bersatu.
Raja Mataram yang paling terkemuka adalah Sultan Agung, cucu sang pendiri
Mataram. Masa kekuasaannya berlangsung antara tahun 1022-1056 H / 1613-1646 M. Dia
berhasil memperluas kekuasaannya ke banyak negeri, menyebarkan islam di Jawa Tengah

7.

E.
1.

serta Memantapkan kedudukannya di wilayah ini. Setelah kematian Sultan, timbullah
pertikaian di dalam pemerintahan, yang akhirnya memungkinkan belanda mengalahkan
mereka.
Kerajaan Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)
Kerajaan ini berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota pelabuhan
yang penting. Kerajaan Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun ekspansi itu
menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone[23]. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh
Gowa berhasil, hal ini merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk
menyampaikan hal baik kepada yang lain. Oleh karena itu kerajaan gowa menyampaikan
“pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu yang lebih tua, Wajo, Sopeng, dan
Bone. Raja Luwu segera menerima “pesan Islam” it. Sementara itu tiga kerajaan: wajo,
Soppeng, dan Bone yang terkait dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam perebutan
hegemoni dengan gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan. Wajo menerima Islam
tanggal 10 Mei 1610 dan Bone tanggal 23 November 1611. Raja Bone yang pertama masuk
Islam adalah yang dikenal Sultan Adam[24].
Akhirnya kerajaan ini terlibat peperangan melawan Belanda[25]selama hampir kurang
lebih 50 tahun, dengan dipimpin oleh rajanya Sultan Hasanuddin. Dia berhasil membukukan
kemenangan besar atas mereka serta berhasi menggabungkan sejumlah kepulauan ke dalam
kerajaannya. Pada kesempatan yang lain Belanda sebenarnya gagal meraih kemenangan.
Namun setelah melalui fitnah yang diembuskan diantara raja dan pengikut-pengikutnya,
akhirnya belanda berhasil mengalahkan kerajaan ini.
Negara-Negara Islam di Asia Tenggara
Perkembangan Islam di Indonesia
Islam di Indonesia mulai berembang mulai abad ke 1-5 H/7-8 M, cikal bakal kekuasaan
islam telah dirintis pada priode abad ini, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim
Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan
MajaPahit di Jawa Timur[26]. Pada priode ini para pedagang dan mubaligh muslim hanya
berbentuk komunitas-komunitas islam.
Islam tersebar di wilayah indonesia pada pertengahan abad ke 8 H/ 14 setelah
berdirinya beberapa kerajaan Islam. Salah satunya adalah kerajaan Malaka yang memiliki
peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Setelah itu para dai menyebarkannya ke
seluruh pulau-pulau Indonesia dan giat menyebarkannya sehingga Islam tersebar merata.
Pada abad ke-10 H/ 16 M Indonesia jatuh ke dalam penjajahan Protugis. Kemudian dikuasai
Belanda pada tahun 1230 H/1814 M.
Ilmuwan Belanda lainnya, Muquette, menyimpulkan bahwa asal-usul Islam di
Nusantara adalah Gujarat di pesisir selatan India. Dia mendasrkan kesimpulannya setelah
mempertimbangkan gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnya
yang bertanggal 17 Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik dengan batu nisan
yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik, Jawa timur. Dia
menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik sama dengan
yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia berspekulasi bahwa dari penemuanpenemuan itu,
batu nisan Gujarat tidak hanya diproduksi untuk pasar lokal, tetapi juga untuk pasar luar
negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh karena itu, berdasarkan logika linier, Moquette
menyimpulkan bahwa karena mengambil batu nisan dari Gujarat, orangorang MelayuIndonesia jugamengambil Islam dari wilayah tersebut. Dengan logika linier yang lemah itu
tidak heran kalau kesimpulan Muquette ditentang oleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah
jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada di Pasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih,
dengan Cambay. Menurut penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik Al-Shalih sangat

berbeda dengan corak batu nisan Gujarat dan prototype Indonesianya. Fatimi berpendapat
bahwa pada kenyataannya bentuk batu nisan itu sama dengan yang ada di Bengal. Oleh
karena itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa
semua batu nisan itu pasti diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya untuk
menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah
daerah Bengal (kini, Bangladesh).
Agaknya teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada
sejumlah pakar lain yang telah mengambil alih kesimpulan Moquette. Yang menonjol
diantara mereka adalah Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian
diantara mereka memberikan tambahan argumentasi untuk mendukung Moquette. Ahli
sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan batu nisan yang sama di Bruas,
tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya. Dia menyatakan
bahwa semua batu nisan di Barus, Pasai dan Gresik diimpor dari Gujarat, maka Islam pasti
pula dibawa dari sana. Dia juga menulis bahwa sejarah melayu mencatat adanya kebiasaan
lama di daerah Melayu tertentu untuk mengimpor batu nisan dari India.
Sosiolog asal Belanda, Schrieke, mendukung teori itu dengan menekankan
perananpenting yang dimainkan oleh para pedagang Muslim Gujarat dalam perdagangan di
Nusantara dan sumbangan mereka terhadap penyebaran Islam. Namun, sebagian ahli lain
memandang teori yang menyatakan asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat tidak
terlampau kuat. Marison, misalnya berpendapat bahwa beberapa batu nisan di bagian tertentu
Nusantara mungkin berasal dari Gujarat, tetapi tidak selalu berarti bahwa Islam juga dibawa
dari sana ke kawasan ini. Marison membantah teori tersebut dengan menunjukkan kenyataan
bahwa
selama
masa
Islamisasi
Samudera Pasai,
yang
penguasa Muslim pertamanya meninggal pada 698 H / 1298 M.
Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu yang menunjukkan sikap bermusuhan
terhadap orang-orang Muslim. Baru pada tahun 699 H / 1298 M wilayah
Cambay dikuasai oleh kaum Muslim. Jika Gujarat merupakan pusat para juru dakwah Islam
dalam melakukan perjalanan menju kepulauan Melayu-Indonesia, maka Islam pasti telah
tegak dan tumbuh subur di Gujarat sebelum kematian Malik al-Shalih, persisnya,
sebelum 698H /1297 M. Morrison lebih jauh mencatat,bahwa meskipun kaum Muslim
menyerang Gujarat beberapa kali pada 415 H / 1024 M, 574 H / 1178 M dan 695 H / 1197 M,
para raja Hindu mampu mempertahankan kekuasaan disana sampai 698 H / 1297 M.
Kesimpulannya, Morison mengemukakan teorinya bahwa Islam diperkenalkan dikepulauan
Melayu-Indonesia oleh parajuru dakwah Muslim dariCoromandelpadaakhirabad ke-13.
Penting dicatat bahwa menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya
tempat asal kedatangan Islam, melainkan juga dari wilayah Arab. Dalam pandangannya,
padagang Arab juga membawa Islam ketika mereka menguasai perdagangan Barat-Timur
semenjak awal abad ke-7 dan ke-8. Meskipun tidak ada catatan sejarah ihwal penyebaran
Islam oleh mereka, adalah patut diduga bahwa dalam satu hal atau lainnya mereka terlibat
dalam penyebaran Islam kepada kaum pribumi. Argemen ini tampaknya lebih masuk akal
jika orang mempertimbangkan, misalnya, fakta yang disebutrkan sebuah sumber di Cina
bahwa menjelang perempatan ketiga abad ke-7 seorang Arab pernah menjadi pemimpin
pemukiman Arab Muslim di pesisir Barat Sumatera. Beberapa orang Arab ini melakukan
kawin campur dengan penduduk pribumi sehingga kemudian membentuk nucleus sebuah
komunitas Muslim yangpara anggotanya, ungkap Arnold telah memeluk Islam.
Menurut Hikayat raja-raja Pasai yang ditulis setelah 1350 (Hill, 1960:58-60),
seseorang bernama Syaikh Ismail datang dengan perahu dari Makkah lewat Malabar menuju
Pasai, tempat dia menonversi Merah silau, penguasa daerah tersebut ke dalam Islam. Merah
Silau kemudian menggunakan gelar Malik Al-Shaleh, meninggal Dunia 1297 M. Kira-kira
satu abad kemudian, sekitar 1414 M, menurut sejarah Melayu (yang dikompilasi setelah

2.

1500), penguasa Malaka juga diislamkan oleh Sayyid Abd Al-Aziz, seorang Arab berasal dari
Jeddah. Sang penguasa, Parameswara menggunakan nama dan gelar Sultan Muhammad
Syah tidak lama setelahmasukIslam (Djajadining,1982:12).
Ada empat hal utama yang ingin disampaikan historiografi tradisional lokal semacam
ini. Pertama, Islam di Nusantara dibawa langsung dari tanah Arab. Kedua, Islam
diperkenalkan oleh para guru atau Juru Dakwah ‘profesional”. Ketiga, orang-orang yang
pertama kali masuk Islam adalah para penguasa. Keempat, sebagian besar para juru dakwah
“professional” datang di Nusantar pada abad ke-12 dan ke-13. Orang-orang Muslim dari luar
memang telah ada di Nusantara sejak abad pertama Hijriah, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Arnorld dan ditegaskan oleh kalangan ahli Melayu-Indonesia, tetapi jelas bahwa hanya
setelah abad ke-12 pengaruh Islam dikepulauan Melayu menjadi lebih jelas dan kuat. Oleh
karena itu, Islamisasi tampaknya baru mengalami percepatan khususnya selama abad ke12sampaiabad ke-16
Perkembangan Islam di negara Malaysia
Islam masuk ke wilayah ini lewat jalan pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa
mereka samai ke Malaka pada tahun 675 H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui
tangan mereka, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh
rakyatnya. Malaka merupakan kerajaan islam pertama di sana.
Islam sampai ke Malaysia belakangan dari sampainya Islam di Indonesia yang sudah
terlebih dahulu pada abad ke tujuh[27]. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya
Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang
dari India, yakni Gujarat dan Malabar.
Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur
perdagangan dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan Indiadengan
Wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat
penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai
keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks
lengkap[28].
Pada abad ke-10 H / 16 M, Protugis menginvansi Malaysia, kemudian diikuti oleh
orang-orang Belanda ( 1051-1210 H / 1641-1795 M). Lalu Malaysia tunduk kepada
penjajahan Inggris pada tahun 1230 H / 1814 M. Orang-orang Jepang sempat menguasai
negeri ini selama Perang Dunia II. Kemudian wilayah ini kembali kepada Inggris setelah
perang usai. Malaysia kemudian mengumumkan kemerdekaannya pada tahun 1377 H /
1957M dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri dari 11 provinsi. Sabah dan Serawak
serta Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia mengumumkan negeri
itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M[29].
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara
termasuk di Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa Islam
datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, islam datang dari india, yakni Gujarat dan
Malabar. Ketiga Islam datang dari Benggali (Banglades).
Pola pertama Islam masuk ke Nusantara termasuk Malaysia melalui jalur perdagangan
dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbgai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu
dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial, dan
keagamaan. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana
sebagai pusat kekuasaan berperan dibidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan
dukungan ulama yang terlibat langsung dalam biroksasi pemerintahan, hukum Islam
dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa
muslim.
Memasuki abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan
agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur

3.

melalui sebuah departemen , sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1984, setiap
negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama.
Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang ditetapkan sebagai
hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah)
yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin
mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas
dan jurusan agama[30]. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya
yang kini kita kenal Universitas Kebangsaan Malaysia.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap
dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia
menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi
tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia. Malaysia
merupakan negara yang multi etnis, terdiri atas orang Melayu, Cina, India, dan Pakistan.
Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan bahkan Islam merupakan agama resmi negara.
Namun agama-agama lain dapat diamalkan dengan aman di Malaysia.
Dengan adanya perhatian pemerintahan terhadap Islam dan konstitusi negara yang
banyak menguntungkan kepentingan umat Islam dan dengan adanya lembaga-lembaga dan
organisasi Islam, pendidikan-pendidikan Islam serta kegiatan-kegiatan dakwah Islam, maka
perkembangan Islam di Malaysia memiliki prospek yang sangat cerah.
Perkembangan Islam di Negara Thailand
Di Muangthai (Thailand) terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari
penduduk umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut
Islam yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala.
Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah
petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai
merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi
salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar seperti
Daud bin Abdillah bin Idrisal-Fatani.
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka
dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman
kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negri Mughtai telah terasa pada masa kerajaan
Sukhathai diabad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibagun oleh para
saudagar muslim. Hal ini bermula dari dua orang bersaudara dari persia yaitu Syeikh Ahmad
dan Muhammad syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (satu cabang mazhab syiah),
menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan
agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai
setelah yang terakhir ini runtuh pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang
sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik
kerajaan-kerajaan martim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17. Perdagangan juga
pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan
Ayyuthaya.
Sekelompok Islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang
tinggal di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga
termasuk bagian dari provinsi Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah
kerajaan Pattani pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotaiberdiri. Daerah ini merupakan
wilayah muda di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif. Pencaplakan
yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas
muslim di Thailand. Orang-orang muslim yang berasal dari pattani yang dibawa ke Bangkok
oleh tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal masa perang pertama dan kedua.

Dan orang-orang ini lah kemudian menjadi bagian utama dari masyarakat Islam di Thailand
Tengah dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka[31].
Secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara
Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya
Mughtai ikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang sangat cepat
dibidang ekonomi sosial, budaya. Sementara itu, komunitas muslim merupakan komunitas
minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling konservatif dan tradisional dari
masyarakat Thai sehubungan dengan lingkungan yang sedang mengalami perubahan. Unyuk
itu relegio kultural merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat
Islam dan Budha di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim
Thailand banyak diwarnai oleh masalah tersebut.
4. Perkembangan Islam di Negara Filipina
Hampir semua silsilah bermula pada masa raja sipad (Bahasa Sansekerta: Raja
Shiripaduka). Pada masa pemerintahan di pulau Jolo, datanglah seorang muslim bernama
Tuanku Masha’ika kee suatu tempat yang disebut Maimbuang (bagian selatan pulau Jolo).
Sebuah batu nisan atas nama Maqhealhe ditemukan di Badatto, tidak jauh dari Jolo pulau
Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu bukti Arkeologis masuk dan
berkembangnya Islam di Filipina, pada waktu itu masyarakat pulau Jolo masih mengatut
Animisme dan Dinamisme.
Masuknya agama Islam di pulau Mindanao adalah di dalam abad kelima belas juga.
Yang mula-mula membawanya ialah ‘Syarif’ Kebungsuan yang datang dari negeri Johor.
Kapten Thomas Forst, yang menulis ceritanya dalam tahun 1775 M. Mengakui bahwa orang
Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanao 300 tahun yang lalu, adalah keturunanketurunan syarif dari Mekah[32].
Dalam catitan sejarah pulau Sulu (Filipina) memeluk islam, yang datang ke sana ialah
Sayid Abdul Aziz yang dahulu telah mengislamkan Sultan Muhammad Syah di Melaka
(permaisura itu juga). Kemudian itu datanglah penyair Islam yang kedua, orang Arab juga,
namanya Abu Bakar. Dia datang kesana sudah melalui Palembang dan Brunei. Sesudah dia
barulah datang seorang bangsawan dari Minangkabau, bernama Rajo Bagindo.
Para peneliti sejarah menyebutkan bahwa Islam masuk ke wilayah Filipina melalui
jalan Sumatra dan Melayu, ini dimulai Sekitar Tahun 270 H / 883 M[33].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya kebudayaan Islam di
Asia Tenggara, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Islam masuk ke Asia Tenggara
melalui jalur perdagangan yang di bawa oleh para pedagang muslim Arab, India maupun dari
Cina.
Islam masuk ke Asia tenggara mulai dari abad ke 1 H/ 7 M yang dibawa oleh
pedagang-pedagang muslim yang berlayar ke Asia Tenggara, yang pertama kali berlabuh di
pesisir pulau Sumatra tepatnya di Pesisir Pasai (Aceh). Islam kemudian berkembang menjdi
kerajaan kerajaan islam pada abad ke 8 H / 14 M. Diantara kerajaan-kerajaan Islam di Asia
Tenggara yang memiliki peranan besar dalam perkembangan Islam di Asia Tenggara ialah
kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka, kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan Demak,
kerajaan Banten, kerajaan Mataram Islam, kerajaan Gowa (Gowa-Tallo), serta kerajaan
semenanjung melayu. Islamisasi di Asia Tenggara dengan cara damai dan berangsur, melaui
beberapa saluran Islamisasi, diantaranya saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran
tasauf, saluran pendidikan, saluran kesenian, dan saluran politik. Islam mudah diterima dalam
masyarakat Asia tenggara karena islam memiliki keistimewaan diantaranya adalah Konsep
Tuhan yang esa, keadilan hak individu dan masyarakat, kehidupan yang harmoni,

menyinggung akhlak mulia, berfikir secara rasional, memandang derajat sesama makhluk
tanpa perbedaan derajat, serta tidak bersifat memaksa.Kedatangan islam membawa pengaruh
yang sangat besar dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di kawasan Asia
Tenggara.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa uraian saran
untuk dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya ialah
1. Untuk mengetahui asal-muasal agama Islam di Asia tenggara maka perlu diketahui sejarah
dan bukti-bukti dari peradaban isam.
2. Untuk melestarikan sejarah Islam, maka perlu sekali diketahui dan dipelajari dan mencari
informasi tentang sejarah peradaban islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. (2013). Sejarah Islam Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
Akbar Media.
Hamka, Prof.Dr. (2006). Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tjandrasasmita, Uka, (Ed.). (1984). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Zuhairini. (1986). Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan
Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Hasbullah. (2001). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thohir, Ajid. (2002). Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Ilaihi, Wahyu, dan Hefni, Harjani. (2007). Pengantar Sejarah Dakwah.Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
[1] Dr. Badri Yatim, M.A,sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II,(Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada,2008),hlm. 200.
[2] Ibid., hlm. 201
[3] Ibid., hlm. 201.
[4] Kedatangan ahli tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13 yaitu masa
perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf dariPersia dan India. Perkembangan tasawuf yang
paling nyata adalah di Sumatra dan Jawa yaitu abad ke-16 dan ke-17. (Uka Tjandrasasmita
(Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm. 218)
[5] Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203.
[6] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 205.
[7] Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203-204.
[8] Prof. Dr. Hamka, op.cit., hlm. 703.
[9] Ibid, hlm.704.
[10] Daerah yang berada di bawah kekuasaan Malaka kebanyakan terletak di Sumatera
diantaranya: Kampar, Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga. (Uka Tjandrasasmita (Ed.),
op.cit., hlm. 18).
[11] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, (Cet, XI; Jakarta:
AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 337.
[12] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 19.
[13] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.
[14] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195.
[15] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
[16] Badri Yatim, op.cit., hlm. 209.
[17] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.

[18] Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap
sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang
tergolong Wali sango atau wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali
sango menurut cerita dalam babad-babad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita
(ED.), op.cit., hlm. 197.)
[19] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.
[20] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 9.
[21] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.
[22] Ibid., hlm. 451.
[23] Ada dua kemungkinan mengapa Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya