Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat k

Latar Belakang Kedatangan Bangsa
Barat ke Indonesia
1.Runtuhnya Kekaisaran Romawi
2. Perang Salib (Perang Suci)
Perang Salib :
1. Adanya larangan bagi peziarahpeziarah
Kristen
untuk
mengunjungi
Yerusalem.
2. Merebut Spanyol yang telah
tujuh abad dikuasai oleh Dinasti
Umayyah.
3. Paus Urbanus berusaha untuk
mempersatukan kembali gereja
Roma dengan gereja di Romawi
Timur, seperti di Konstantinopel,
Yerusalem, dan Aleksandria.
Dampak adanya Perang Salib :
1. Jalur perdagangan Eropa dan
Timur Tengah menjadi terputus.

Apalagi
dengan
dikuasainya
Konstantinopel,
maka
para
pedagang Eropa mulai mencari
jalan lain untuk mendapatkan
rempah-rempah secara langsung.
2. Bangsa Eropa mulai mengetahui
kelemahan
dan
ketertinggalan
mereka dari orang-orang Islam dan
Timur, sehingga mereka mencoba
untuk mengejar ketertinggalan itu
dengan
pengembangan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

secara
besar-besaran.
3. Adanya motif balas dendam di
kalangan
orang-orang
Kristen
terhadap orang Muslim karena
kekalahannya dalam peperangan di
dunia
Timur
dalam
rangka
menguasai jalur perdagangan.
3. Jatuhnya Konstatinopel ke Umat
Islam
4. Penjelajahan Samudra
5.Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Kedatangan Belanda
Pertama Kali di Banten


Belanda pertama kali tiba di Banten tahun
1596 – Pada tahun 1596, 4 buah kapal
dagang Belanda yang antara lain dipimpin
oleh Cornelis de Houtman tiba di Banten.
Pada waktu itu, Banten merupakan
pelabuhan terbesar di Jawa Barat, serta
pusat perdagangan rempah-rempah dan
berbagai hasil dari daerah-daerah di
sekitarnya, termasuk dari Maluku.
Belanda pertama kali tiba di Banten tahun
1596 – Motivasi utama yang mendorong
kedatangan Belanda adalah masalah
ekonomi ditambah dengan adanya jiwa
petualangan. Kedua, pada tahun 1585
terjadi perubahan di Eropa yang berdampak
langsung terhadap pedagang-pedagang
Belanda. Perubahan itu adalah dikuasainya
Portugal oleh Spanyol.


Kebijakan VOC di Indonesia
a. Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan
mendirikan benteng untuk melaksanakan
monopoli perdagangan.
b. Melaksanakan politik devide et impera
(memecah dan menguasai) dalam rangka
untuk menguasai kerajaan-kerajaan di
Indonesia.
c. Untuk memperkuat kedudukannya, perlu
mengangkat seorang Gubernur Jenderal.
d. Melaksanakan sepenuhnya hak Oktroi
yang diberikan pemerintah Belanda.
e. Membangun pangkalan/markas VOC
yang semula di Banten dan Ambon,
dipindah ke Jayakarta (Batavia).
f. Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi
tochten).
g. Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk
membinasakan tanaman rempah-rempah
yang melebihi ketentuan.

h. Adanya verplichte leverantie (penyerahan
wajib) dan Prianger stelsel (sistem
Priangan).

LATAR
BELAKANG
PEMBUBARAN
VOC

31 Desember 1799
VOC dibubarkan

Memasuki akhir abad ke-18 kejayaan VOC
mulai merosot. Hal ini disebabkan oleh faktor
internal dalam tubuh VOC itu sendiri maupun
faktor eksternal di luar VOC yang
menggerogoti keberadaan VOC.
Faktor internal

1) Banyaknya pegawai VOC yang

melakukan korupsi.
2) Sulitnya melakukan pengawasan
terhadap daerah penguasaan VOC yang
sangat luas.

ilmiah di Indonesia.

Faktor eksternal
1) Meletusnya revolusi Prancis
menyebabkan Belanda jatuh ke tangan
Prancis di bawah pimpinan Napoleon
Bonaparte.
2) Reaksi penentangan oleh rakyat
Indonesia terhadap VOC dalam bentuk
peperangan yang banyak menyedot
pembiayaan dan tenaga.

3) Raffles menulis buku “History of Java” dan
merintis pembangunan Kebun Raya Bogor
sebagai kebun biologi yang mengoleksi

berbagai jenis tanaman di Indonesia bahkan
dari berbagai penjuru dunia.

KEBIJAKAN JENDERAL HERMAN
WILLEM DAENDELS
 Semua pegawai pemerintah
menerima gaji tetap dan mereka
dilarang melakukan kegiatan
perdagangan.
 Melarang penyewaan desa, kecuali
untuk memproduksi gula, garam, dan
sarang burung.
 Melaksanakan contingenten yaitu
pajak dengan penyerahan hasil bumi.
 Menetapkan verplichte leverantie,
kewajiban menjual hasil bumi hanya
kepada pemerintah dengan harga
yang telah ditetapkan.
 Menerapkan sistem kerja paksa (rodi)
dan membangun ketentaraan dengan

melatih orangorang pribumi.
 Membangun jalan pos dari Anyer
sampai Panarukan sebagai dasar
pertimbangan pertahanan.
 Membangun pelabuhan-pelabuhan
dan membuat kapal perang berukuran
kecil.
 Melakukan penjualan tanah rakyat
kepada pihak swasta (asing).
 Mewajibkan Prianger stelsel, yaitu
kewajiban rakyat Priangan untuk
menanam kopi.

KEBIJAKAN THOMAS STAMFORD
RAFFLES
a. Di bidang ekonomi

1) Menghapus segala kebijakan Daendels,
seperti contingenten/ pajak/penyerahan
diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).

2) Semua tanah dianggap milik negara, maka
petani harus membayar pajak sebagai uang
sewa.
b. Di bidang pemerintahan pengadilan dan
sosial

1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan
termasuk Jogjakarta dan Surakarta.
2) Masing-masing karesidenan mempunyai
badan pengadilan.
3) Melarang perdagangan budak.
c. Di bidang ilmu pengetahuan

1) Mengundang ahli pengetahuan dari luar
negeri untuk mengadakan berbagai penelitian

2) Raffles bersama Arnoldi berhasil
menemukan bunga bangkai sebagai bunga
raksasa dan terbesar di dunia. Bunga tersebut
diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.


KEBIJAKAN SISTENTANAM PAKSA
Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel),
merupakan peraturan yang
dikeluarkan Gubernur Jenderal Johannes
van den Bosch pada tahun 1830 yang
mengharuskan setiap desa menyisihkan 20%
tanahnya untuk ditanami komoditi yang laku
dipasar ekspor, khususnya tebu, tarum (nila)
dan kopi. Hasil tanaman ini nantinya harus
dijual kepada pemerintah belanda dengan
harga yang telah ditetapkan. Sedangkan
Penduduk desa yang tidak punya tanah harus
bekerja selama 75 hari setiap tahun (20% dari
365 Hari) pada perkebunan milik pemerintah
belanda, hal tersebut menjadi semacam
pengganti pajak bagi rakyat.

PERLAWANAN MATARAM MELAWAN
VOC

1. Perlawanan Rakyat Mataram Pertama

Perlawanan
rakyat
Mataram
pertama terhadap VOC di Batavia dilakukan
pada bulan Agustus 1628 yang dipimpin
oleh Tumenggung Bahurekso. Walaupun
pasukan
Mataram
kelelahan
akibat
menempuh jarak yang sangat jauh dengan
persediaan bahan makanan yang mulai
menipis,
pasukan
Mataram
mampu
melakukan serangan terhadap VOC di
Batavia sepanjang hari.
Sebagian pasukan Mataram
melakukan serangan mendadak melalui
perairan laut Batavia serta sebagian lagi
mendarat dan bermukim di daerah Marunda
(terletak di sebelah timur Cilincing, Jakarta)
untuk membangun benteng darurat yang
terbuat dari bambu yang dianyam. Namun,
benteng pertahanan darurat milik pasukan
Mataram dan perkampungan rakyat untuk
berlindung tersebut banyak dibakar
kompeni.
Pada saat situasi demikian,
datanglah pasukan bantuan dari Mataram
yang dipimpin oleh Suro Agul-Agul, Dipati
Uposonto, Dipati Mandururejo, dan Dipati
Ukur mulai bergerak menyerang kota tetapi

mendapat kesulitan karena tembakan yang
gencar dilakukan oleh kompeni. Upaya
yang dilakukan pasukan Mataram
berikutnya adalah membendung Sungai
Ciliwung agar penghuni benteng (Belanda)
kekurangan air. Strategi ini ternyata cukup
efektif, terbukti bangsa Belanda kekurangan
air dan terjangkit wabah penyakit malaria
dan kolera yang sangat membahayakan
jiwa manusia.
Kondisi pasukan Mataram yang kelelahan
dan terserang penyakit memaksa pasukan
Mataram mengundurkan diri sehingga
perlawanan rakyat Mataram saat itu
mengalami kegagalan.
2. Perlawanan Rakyat Mataram Kedua
Perlawanan rakyat Mataram kedua
terhadap VOC di Batavia dilaksanakan
tahun 1629 dan dipimpin oleh Dipati Puger
dan Dipati Purbaya. Meskipun persediaan
bahan pangan sudah mulai menipis,
pasukan Mataram tetap menyerbu Batavia
dan berhasil menghancurkan benteng
Hollandia. Penyerbuan berikutnya
dilanjutkan ke benteng Bommel tetapi
belum berhasil karena pasukan Mataram
sudah mulai kelelahan dan kekurangan
bahan makanan. Perlawanan pasukan
Mataram yang kedua terpaksa mengalami
kegagalan lagi karena kekurangan bahan
pangan, senjata, terserang wabah penyakit,
dan kelelahan setelah menempuh jarak
yang jauh.
Kegagalan serangan Sultan
Agung ke Batavia dipengaruhi ;
1) Kalah dalam persenjataan
2) Jarak Mataram Batavia sangat jauh
3) Kekurangan bahan makanan, karena
lumbung – lumbung padi persedian
Mataram berhasil di bakar oleh VOC dan
4) Terjangkitnya wabah penyakit yang
menyerang prajurit Mataram.
PERLAWANAN PATTIMURA
Latar Belakang
1. Kembalinya pemerintahan kolonial Belanda di
Maluku dari tangan Inggris.
2. Pemerintah kolonial Belanda memberlakukan
kembali penyerahan wajib dan kerja wajib.
3. Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan
uang kertas sebagai pengganti uang logam yang
sudah berlaku di Maluku, menambah
kegelisahan rakyat.

PERANG DIPONEGORO
a. Latar Belakang Perlawanan
Nama asli Pangeran Diponegoro adalah
Raden Mas Ontowiryo, putra Sultan
Hamengku Buwono III. Karena
pengaruh Belanda sudah sedemikian
besarnya di istana maka Diponegoro
lebih senang tinggal di rumah buyutnya
di desa Tegalrejo.
Secara umum sebab-sebab perlawanan
Diponegoro dan para pengikutnya
adalah sebagai berikut:
1. 2. Adat kebiasaan keraton tidak
dihiraukan para pembesar
Belanda duduk sejajar dengan
Sultan.
2. Masuknya pengaruh budaya
Barat meresahkan para ulama
serta golongan bangsawan.
Misalnya pesta dansa sampai
larut malam, minum-minuman
keras.
3. Para bangsawan merasa
dirugikan karena pada tahun
1823 Belanda menghentikan
sistem hak sewa tanah para
bangsawan oleh pengusaha
swasta. Akibatnya para
bangsawan harus
mengembalikan uang sewa yang
telah diterimanya.
4. Banyaknya macam pajak yang
membebani rakyat misalnya
pajak tanah, pajak rumah, pajak
ternak.
Selain hal-hal tersebut ada kejadian
yang secara langsung menyulut
kemarahan Diponegoro yaitu
pemasangan patok untuk pembuatan
jalan kereta api yang melewati makam
leluhur Diponegoro di Tegal Rejo atas
perintah Patih Darunejo IV tanpa seijin
Diponegoro. Peristiwa tersebut
menimbulkan sikap terang-terangan
Diponegoro melawan Belanda.

b. Jalan Perang
4. Belanda juga mulai menggerakkan tenaga
dari kepulauan Maluku untuk menjadi Serdadu
(Tentara) Belanda.

Diponegoro memusatkan pertahannya
di bukit Selarong, sementara itu

keluarganya diungsikan ke daerah
Deksa. Perlawanan Diponegoro diikuti
oleh para petani, para ulama maupun
bangsawan. Pengikut Pangeran
Diponegoro antara lain Kyai Mojo dari
Surakarta, Kyai Hasan Besari dari Kedu.
Pertempuran meluas sampai di
Banyumas, Pekalongan, Semarang,
Rembang, Madiun dan Pacitan. Selain
dukungan dari para Bupati juga
didukung oleh Panglima perang berusia
muda yaitu Sentot Ali Basa Prawiradirjo.
Pada tangal 30 Juli 1826 Pasukan
Diponegoro memenangkan pertempuran
di dekat Lengkong dan tanggal 28
Agustus 1826 di Delanggu. Oleh rakyat,
pangeran Diponegoro diangkat menjadi
Sultan dengan gelar “Sultan Abdulhamid
Cokro Amirulmukminin Sayidin
Panotogomo Khalifatullah Tanah Jowo”
Menghadapi perang gerilya yang
dilakukan pasukan Diponegoro Belanda
menggunakan taktik benteng stelsel.
Benteng stelsel adalah taktik yang
dilakukan dengan cara mendirikan
benteng sebagai pusat pertahanan di
daerah yang didudukinya untuk
mempersempit ruang gerak perlawanan
Diponegoro. Selain itu Jendral De Kock
menetapkan Magelang sebagai pusat
kekuatan militernya. Siasat ini cukup
berhasil, beberapa pengikut Diponegoro
tertangkap dan menyerah. Kyai Mojo
berunding dengan Belanda tanggal 31
Oktober 1828.
Tindakan Belanda berikutnya adalah
membujuk para pengikut Diponegoro
untuk menyerah dan berhasil antara lain
terhadap Mangkubumi. Sentot Ali Basa
Prawirodirjo menyerah dan
menandatangani perjanjian Imogiri
bulan Oktober 1829.
Mula-mula Belanda mengumumkan
pemberian hadiah sebesar 20.000
ringgit kepada siapa saja yang dapat
menyerahkan Diponegoro dalam
keadaan hidup atau mati. Hal ini tidak
berhasil, maka ditempuh cara berikutnya
melalui perundingan. Pertemuan
pertama tanggal 16 Februari 1830 di
desa Romo Kamal oleh Kolonel
Cleerens. Perundingan berikutnya
tangal 28 Maret 1830 di kediaman
Residen Kedu. Perundingan gagal

bahkan Diponegoro kemudian ditangkap
dan ditahan di Batavia, selanjutnya
tanggal 8 Januari 1855 dibawa ke
Makasar.
Dengan tertangkapnya Diponegoro
berakhirlah perang Diponegoro. Perang
ini cukup merepotkan keuangan
Belanda karena menelan biaya perang
yang cukup besar.

PERANG PADRI
a. Sebab sebab perang Padri:
1.
Adanya perselisihan antara kaum
adat dan kaum padri sebagai akibat dari
usaha yang dilakukan kaum padri untuk
memurnikan
ajaran
Islam
dengan
menghapus adat kebiasaan yang tidak
sesuai dengan ajaran islam.
2.
Campur tangan belanda dengan
membantu kaum adat .
Tahap 1 (1821-1825)
1.
Peperangan terjadi antara kaum
adat dan kaum padri karena masalah
agama.
2.
Berkobar
sebelum
perang
diponegora.
3.
Dari kota lawas pertempuran meluas
ke Alahan panjang dan Tanah datar.
4.
Kaum adat meminta bantuan
kepada inggris namun ditolak karena inggris
sudah didak mempunyai kekuasaan lagi di
Indonesia.
5.
Kaum adat meminta bantuan
kepada belanda tahun 1821 sehingga kaum
padri menyerang pos pos belanda di
Semawang , soli air dan Lintau
6.
Belanda mendirikan benteng Fort
Van Capellen di Batusangkar dan Fort De
Kock di Bukit tinggi untuk menggempur
kaum padri. Upaya ini gagal sehingga
Belanda mundur menuju ke Pagar Ruyung.
7.
Tahun 1822 terjadi pertempuran di
Baso dipimpin oleh Tuanku Nan Rencek. Di
Bonio kaum padri berhasil menyerang pos
belanda yang di pimpin oleh Letnan
Maartius dan kapten Brusse.
8.
24 September 1822 pasukan paderi
menyerang Belanda di Agam.
9.
Tahun 1825 posisi belanda semakin
sulit apalagi dijawa sedang berlangsung
perang Diponegoro, sehingga belanda
mengajak kaum padri untuk melaksanakan
perundingan. Maka diadakanlah kontrak
Perdamaian pada tanggal 19 Oktober 1825
di Padang. Untuk sementara perang
terhenti belanda memusatkan pasukannya

di jawa untuk menghadapi
diponegoro yang telah berkobar.

perang

Sejarah Perang Padri (Tahap II)
1.
Merupakan
perang
antara
masyarakat Minangkabau melawan belanda
untuk mempertahankan wilayah mereka
dari belanda.
2.
Perang ini berkobar setelah perang
Diponegoro.
3.
Tahun 1831 serangan kaum padri
mulai gencar perang berkobar di muara
palam.
4.
Tahun 1832 tuanku nan cerdik
bergabung Dengan tuanku imam bonjol
menyerang pos pos belanda di Mangapo.
Belanda menerapkan tak tik adu domba
dengan cara mengirim pasukan pimpinan
sentot
prawirodirjo
(salah
seorang
pemimpin
perang
diponegoro
yang
menyerah). Ternyata sentot membantu
kaum padri melawan belanda sehingga ia
ditangkap dan diasingkan di Cianjur jawa
barat. Tahun 1833 pertempuran meletus di
daerah Agam. Kaum padri mulai mengalami
kekalahan karena menyerahnya beberapa
pemimpin perlawanan seperti Tuanku Nan
Cerdik
5.
Akhir
tahun
1834
Belanda
memusatkan pasukannya untuk menduduki
daerah sekitar bonjol dengan sasaran
utamanya menguasai bonjol.
6.
Tanggal 8 februari 1835 Tuanku
Imam
Bonjol
Bersedia
mengadakan
gencatan senjata belanda memaksanya
menyerah. Ia bersedia dengan syarat
pasukan Belanda ditarik dari Alahan
panjang. Belanda menolak sehingga
kembali terjadi pertempuran.
7.
Bulan agustus 1835 Tuanku Imam
Bonjol bersedia berunding kembali tetapi
belanda menolak dengan alasan kaum
paderi akan menggunakan kesempatan ini
untuk menyusun siasat . Pertempuran
akhirnya meletus kembali.
8.
Bulan Oktober 1835 Bonjol dikepung
dan tembakan dilancarkan kearah Benteng
Bonjol .Akhirnya benteng bonjol jatuh
ketangan belanda setelah selama 2 tahun
dipertahankan mati-matian oleh kaum Padri.
9.
Tanggal 15 Oktober 1837 Tuanku
Imam
Bonjol
menyerah
sehingga
perlawanan rakyat Minangkabau melemah
dan dianggap sudah tidak ada artinya lagi
oleh pasukan Belanda.

PERANG BANJAR
Perang Banjar (1859-1905) adalah perang
perlawanan terhadap penjajahan kolonial
Belanda yang terjadi di Kesultanan
Banjar yang meliputi wilayah provinsi

Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Perang Banjar berlangsung antara 1859 1905 (menurut sumber Belanda 18591863). Konflik dengan Belanda sebenarnya
sudah mulai sejak Belanda memperoleh
hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar.
Dengan ikut campurnya Belanda dalam
urusan kerajaan, kekalutan makin
bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran
Nata yang menjadi wali putra makota,
mengangkat dirinya menjadi raja dengan
gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan
membunuh semua putra almarhum Sultan
Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya
pewaris tahta yang selamat, berhasil
melarikan diri lalu mengadakan perlawanan
dengan dukungan pamannya Arung
Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir
(kakek Pangeran Antasari) akhirnya
tertangkap dan dibuang ke Srilangka.
Sebab umum :
 Rakyat tidak senang dengan
merajalelanya Belanda yang
mengusahakan
perkebunan dan pertambangan di K
alimantan Selatan.
 Belanda terlalu banyak campur
tangan dalam urusan intern
kesultanan.
 Belanda bermaksud menguasai
daerah Kalimantan Selatan karena
daerah ini ditemukan
pertambangan batubara.

PERANG ACEH
Perang Aceh–Belanda atau
disingkat Perang Aceh adalah perang
Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai
pada 1873hingga 1904. Kesultanan Aceh
menyerah pada januari 1904, tapi
perlawanan rakyat Aceh dengan perang
gerilya terus berlanjut.
Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda
menyatakan perang kepada Aceh, dan
mulai melepaskan tembakan meriam ke
daratan Aceh dari kapal perang Citadel van
Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda
mendarat di Pante Ceureumen di bawah
pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, dan
langsung bisa menguasai Masjid Raya
Baiturrahman. Köhler saat itu membawa
3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya
para perwira

PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA
SESUDAH DAN
SEBELUM TH. 1908

1.
2.
3.
4.

Penyebab kegagalan perjuangan Indonesia
sebelum tahun 1908
Kurang adanya persatuan
Faktor persenjataan
Senjata yang dimiliki para pejuang
Indonesia masih sangat sederhana
Politik Devide et Impera
Siasat Belanda mengadu domba antar
sesama bangsa Indonesia berhasil
Pemimpinnya adalah bangsawan yang
sangat bergantung pemimpin

Perubahan Strategi Perjuangan Setelah
tahun 1908
1. Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia mulai menonjolkan persatuan
2. Perjuangan yang dilakukan tidak lagi
menggunakan senjata tradisional melainkan
menggunakan organisasi modern
3. Pemimpin perjuangan ialah golongan cerdik
pandai,bukan lagi golongan bangsawan
atau pemimpin daerah yang lainnya

DAMPAK PENJAJAHAN
BANGSA BARAT DI
INDONESIA
Politik
Masa penjajahan barat:
Sistem politik adu domba (devide et Impera)
yaitu kedudukan para bupati dianggap
pegawai negeri yang digaji pemerintah
kolonial Belanda. Dengan pengawasan
ketat Belanda memanfaatkan para
penguasa pribumi untuk menekan dan
memeras rakyat Indonesia sehingga
kewibawaan para bupati jatuh dimata
rakyat. Dengan demikian rakyat tidak dapat
menyalurkan aspirasi dan kehidupan politik
menjadi buntu
Masa sekarang:
Kitab undang-undang hukum pidana dan
perdata yang dipakai di pengadilan

Ekonomi
Masa penjajahan barat:
Sistem perdagangan dikuasai oleh pihak
penjajah (monopoli) seperti Portugis,
Spanyol,
dan VOC, dan kolonial Belanda.
Salah satunya adalah pelaksanaan

sistem tanam paksa (cultuurstelsel) dan
sistem Ekonomi Liberal Politik Pintu
Terbuka).
Hal ini tidak memberikan keuntungan
apa pun untuk rakyat Indonesia.
Sebaliknya, banyak rakyat yang hidup
dalam
kemiskinan dan kelaparan.
Masa sekarang:
Kaum kapital (pemilik modal Barat) masih
menguasai perekonomian Indonesia di
bidang industri

Sosial
Masa penjajahan barat:
Diskriminasi dan intimidasi berdasarkan
golongan dalam kehidupan masyarakat dan
suku bangsa.
Contohnya:
• Orang Eropa (kulit putih) memiliki hak
isitimewa daripada rakyat pribumi yang
dibebani oleh kewajiban dan tidak dilindungi
hukum
• Tidak semua anak pribumi dapat
memperoleh pendidikan
• Di bidang pemerintahan, tidak semua
jabatan tersedia untuk orang pribumi
Masa sekarang:
Budaya feodalisme (sistem sosial yg
mengagung-agungkan jabatan atau pangkat
dan bukan mengagung-agungkan prestasi
kerja)

Kebudayaan
Masa penjajahan barat:
Ditengah kehidupan tradisional rakyat
Indonesia pada abad ke-15 mulai
diterapkan kebudayaan Eropa seperti cara
bergaul, gaya hidup, cara berpakaian,
bahasa, dan sistem pendidikan. Beberapa
diantaranya berlawanan dengan nilai
budaya bangsa seperti mabuk-mabukan,
pergaulan bebas, pemerasan, penindasan,
dan masuk dan berkembangnya agama
Kristen Protestan di Nusantara.

DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK
ETIS DI INDONESIA
Dampak Positif :
 Munculnya golongan terpelajar
sebagai pelopor perjuangan dan
dibangunnya sekolah-sekolah
swasta oleh golongan terpelajar
tersebut untuk mempercedas
rakyat indonesia.
 Terjadi pertukaran mental
antara orang-orang Belanda dan

orang-orang pribumi. Kalangan
pendukung politik etis merasa
prihatin terhadap pribumi yang
mendapatkan diskriminasi
sosial-budaya.
 Mulai banyak berdiri organisasi
pergerakan nasional sebagai
suatu dampak dari
berkembangnya mental dan
pemikiran bangsa Indonesia
sebagai salah satu hasil dari
kemajuan pendidikan nasional
yang dialami oleh para
penduduk pribumi khususnya.
Dampak Negatif :
 Kerugian Bangsa Indonesia
karena pengairan yang
seharusnya ditujukan untuk
pertanian Indonesia malah
untuk perkebunan swasta.
 Diskriminasi pendidikan bagi
rakyat asing seperti cina dan
arab yang menetap di
Indonesia, dan jika ingin
melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi harus pergi ke eropa
atau luar negeri.
 Kemiskinan rakyat Indonesia
bertambah karena tenaga kerja
bukan disalurkan ke
perkebunan atau pertanian
milik Indonesia.

MENERAPKAN NILAI NILAI
SUMPAH PEMUDA
a. Di Lingkungan Keluarga

Saling menghormati antar anggota
keluarga;

Saling tolong menolong antar
anggota keluarga;

Menghargai
pendapat
anggota
keluarga;

Saling menyayangi sesama anggota
keluarga.

Bekerja sama bahau membahu
menyelesaikan pekerjaan di rumah
b. Di lingkungan Sekolah

Mengikuti upacara bendera dengan
tertib;

Mematuhi semua peraturan sekolah
yang ada;

Memperhatikan
pelajaran
yang
disampaikan guru dengan saksama;

Melaksanakan tuga piket kelas sesuai
jadwal;

Membantu
teman
yang
membutuhkan bantuan.

Giat Belajar untuk Meraih Cita-cita.

Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
di Sekolah
c. Di Lingkungan Masyarakat

Ikut kerja bakti membersihkan
lingkunga sekitar;

Ikut menjaga keamanan lingkungan
sekitar;

Menjalin kerja sama yang baik
dengan warga masyarakat;

Mengikuti kegiatan-kegiatan yang
ada di lingkungan masyarakat;

Memberikan
bantuan
kepada
tetangga yang membutuhkan bantuan.


ISI DAN MAKNA SUMPAH PEMUDA
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama:
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG
SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua:
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA
Ketiga:
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA

Makna Sumpah Pemuda
Ada bebarapa makna yang terkandung di
dalam Sumpah Pemuda yaitu sebagai
berikut:
1. Di kalangan tokoh-tokoh pergerakan
telah ada perubahan pola pikir dari Iingkup
etnis kedaerahan ke cakrawala nasional .
2. Perubahan pola pikir itu melahirkan
kesadaran nasional bahwa seluruh
penduduk yang mendiami kepulauan
Nusantara menjadi satu bangsa besar
dengan nama Indonesia.
3. Untuk keperluan persatuan dalam
pergerakan disepakati menggunakan
bahasa Melayu sebagai media perjuangan.

TOKOH TOKOH YANG HADIR
DALAM KONGRES SUMPAH
PEMUDA 2
Kongres pemuda yang kedua ini
berlangsung pada 27 - 28 Oktober 1928 di
Jakarta. Sedangkan, panitia kongres adalah
sebagai berikut:
Ketua
: Sugondo Joyopuspito (PPPI)
Wakil Ketua : Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris
: Moch. Yamin (Jong
Sumatranen Bond)

Bendahara : Amir Syarifudin (Jong Batak
Bond)
Pembantu
: I. Johan Moh. Col (Jong
Islamieten Bond)
II. Kotjosungkono (Pemuda
Indonesia)
III. Senduk (Jong Celebes)
IV. J. Leimena (Jong Ambon)
V. Rohyani (Pemuda Kaum
Betawi)
Peserta Kongres Pemuda 2 berasal
dari dua kelompok, yaitu:
Kelompok pertama berasal dari wakil
organisasi pemuda, terdiri dari:
1. Sugondo Marsaid dari PPPI
2. Djoko Marsaid dari Jong Java
3. Moch. Yamin dari Jong Sumatranen
Bond
4. Amir Syarifudin dari Jong Batak Bond
5. Kotjsungkono dari Pemuda Indonesia
6. Senduk dari Jong Celebes
7. Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi
8. J. Leimena dari Jong Ambon
Kelompok kedua berasal dari utusan partai
politik, terdiri dari:
1. Mr. Sartono dari PNI cabang Jakarta
2. Martokusumo dari PNI cabang
Bandung
3. Mr. Sunarto dari PAPI
4. Abdurrachman dari Budi Utomo
cabang Jakarta
5. Dr. Amir dari Dienaren Van Indie
6. SM. Kartosuwiryo dari PSI
7. Sigid dari Indonesische Club
8. Muhidin dari Pasundan
9. Arnold Manowutu dari Perserikatan
Minahasa
10. Pijper Van der Plas dari pemerintah
Hindia Belanda

DAMPAK POSITIF DAN
NEGATIF PENJAJAHAN
BELANDA DI INDONESIA

Bahasa Belanda)
7. Rakyat indonesia mengetahui
tanaman yang laku di pasaran eropa
8. Rakyat Indonesia mengenal
tekhnologi multicrops dalam pertanian
B. DAMPAK NEGATIF

1. Rakyat semakin miskin
2. Sawah dan ladang menjadi
terlantar karena adanya kerja
paksa
3. Kesejahteraan rakyat yang
sangat minim
4. Terjadinya kesenjangan
sosial
5. Jumlah penduduk yang
menurun
6. Banyaknya kasus kelaparan
7. Banyak kasus kematian

8. Hasil pertanian yang
dibeli dengan sangat murah
9. Banyak masyarakat yang
kesulitan mencari pangan
10. Menjadi sarang penyakit.

 DAMPAK POSITIF DAN
NEGATIF PENJAJAHAN
JEPANG DI INDONESIA
 Dampak Positif Pendudukan
Jepang
o
Di perbolehkannya bahasa
Indonesia untuk menjadi bahasa
komunikasi nasional dan
menyebabkan bahasa Indonesia
mengukuhkan diri sebagai bahasa
nasional.

A. DAMPAK POSITIF

Adanya Tekhnologi yang dibawa
oleh Belanda
2. Tambah Pengetahuan
Masyarakat dalam bidang cocok tanam
3. Pembangunan Infrastruktur
secara besar besaran seperti jalan,
bangunan, sekolah
4. Pendidikan yang semakin baik
(Tapi pendidikan hanya dirasakan oleh
kaum bangsawan)
5. Adanya budaya baru yang masuk
6. Tambah pengetahuan tentang
bahasa (bahasa Asing khususnya

o
Dalam bidang ekonomi
didirikannya kumyai yaitu koperasi
yang bertujuan untuk kepentingan
bersama.
 Pembentukan strata masyarakat
hingga tingkat paling bawah yaitu
rukun tetangga (RT)
 Diperkenalkan suatu sistem
baru bagi pertanian yaitu line system

(sistem pengaturan bercocok tanam
secara efisien) yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi pangan.
 Dibentuknya BPUPKI dan
PPKI untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Dari sini
muncullah ide Pancasila.
 Jepang dengan terprogram
melatih dan mempersenjatai pemudapemuda Indonesia demi kepentingan
Jepang pada awalnya, namun oleh
pemuda hal ini dijadikan modal untuk
berperang.
 Dalam pendidikan
dikenalkannya sistem Nipon sentris
dan diperkenalkannya kegiatan
upacara dalam sekolah.
B. Dampak Negatif
Pendudukan Jepang
 Penghapusan semua organisasi
politik
 Romusha
 Krisis ekonomi yang sangat
parah.
 Pembatasan pers sehingga tidak
ada pers yang independen,
semuanya dibawah pengawasan
Jepang.
 Terjadinya kekacauan situasi
dan kondisi yang parah seperti
perampokan, pemerkosaan dan
lain-lain.
 Pelarangan

terhadap buku-buku
berbahasa Belanda dan Inggris
yang menyebabkan pendidikan
yang lebih tinggi terasa mustahil.