MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERN

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM PENCERNAAN
(USUS HALUS DAN USUS BESAR)

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Febia Fitrie
Laili Muflicha
Maulita Purwita
Sri Haryati
Handika

Mona Usman
Nadilla Nuuruhobah
Melani iqratul j
Urgustami A.D.R

09150000013
09150000032
09150000020
09150000025
09150000039
09150000003
09150000066
09150000037
09150000016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
jalan harapan Gd. HZ No. 50 Lenteng Agung, Jakarta selatan
Tahun 2016/2017

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya
kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Terima kasih tak lupa kami
ucapkan pada semua pihak yang ikut serta mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesainya makalah ini dapat
memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembankan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Penyusun

i

Daftar isi
Kata pengantar ............................................................................................................................ i
Daftar isi ...................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3.Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Usus Halus.............................................................................................................2
2.2.Anatomi Dinding Usus Halus................................................................................................10
2.3 Usus Besar.............................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ..........................................................................................................................20
Daftar pustaka

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim

pencernaan yang disekresioleh kelenjar saliva dan pankreas.Beberapa mekanisme ini
bergantung pada sifat intrinsikotot polos usus.Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex,
termasuk kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi,
dan hormone saluran ceerna.Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang
disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi
usus, pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi usus halus?
2. Apa saja anatomi usus besar?

1.3.

Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami anatomi fisiologi usus halus dan usu
besar

1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Anatomi Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
(intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejunum)
c. Usus penyerap (ileum)
a.

Usus 12 Jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua

belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian:
 Bagian pertama (duodenal cap)
Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat ulkus
duodenum. Bagian ini mempunyai cekungan mukosal longitudinal
sementara bagian lain hanya cekungan transversal. Lapisan anterior dan
posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari duodenal cap
akan melanjutkan diri menjadi ligamentum hepatoduodenale , yang berisi
Portal Triad ( duktus koledokus , arteri hepatika dan vena porta). Tepi
anterior dari foramen Winslowi terbentuk oleh karena adanya tepi bebas
dari ligamentum ini. Tepat diatas duodenal cap terdapat kantong empedu

dan hepar segmen empat. Dibawah dan dibelakang dari duodenal cap
adalah caput pankreas. Piloroplasti dan reseksi gastroduodenal menjadi
lebih mudah jika pilorus dan duodenum di mobilisasikan kearah depan
2

3

didalam kavum abdomen dengan manuver Kocher. Karena kedekatan
duodenum superior dengan kandung empedu dapat menjelaskan adanya
batu empedu yang sering secara spontan masuk kedalam duodenum
melalui kolesistoduodenal fistula. Selanjutnya peritoneum hanya melapisi
bagian ventral dari duodenum sepanjang 2,5 cm berikutnya.
 Bagian kedua dari duodenum
retroperitoneal dan terfiksir karena adanya fusi dari peritoneum visceral
disebelah lateral peritoneum perietale lateral dinding abdomen. Dengan
membuka peritoneum pada sisi lateral kanan (manuver Kocher), dapat
memobilisasi duodenum desending sehingga dapat mencapai
retroduodenal dan saluran empedu intrapankreatik. Disebelah belakang
dari bagian kedua duodenum ini terletak ginjal kanan dan struktur
hilusnya, kelenjar adrenal dan vena cava. Tepat dipertengahan duodenum,

mesokolon akan melintang secara horizontal, karena bersatunya
peritoneum dari arah atas dan arah bawah. Diatas dari fleksura duodenalis,
duodenum bagian pertama dan duodenum bagian kedua akan membentuk
sudut yang tajam dan berlanjut berkisar 7-8 cm dibawah fleksura
duodenalis. Kolon tranversum akan melintang daerah tersebut di sebelah
depannya. Untuk memobilisasi duodenum secara menyeluruh yang harus
dilakukan adalah membuka fleksura hepatis pada sisi anteromedial kolon.
Kurang lebih pertengahan dari bagian kedua duodenum dinding
posteromedial adalah papila vateri, yang terdiri atas gabungan antar duktus
koledokus dan duktus pankreatikus Wirsungi. Letak dari duktus
pankreatikus
Santorini
lebih
proksimal.
Cabang
superior
pankreatikoduodenal yang berasal dari arteri gastroduodenalis, berjalan
didalam cekungan antara kaput pankreas dan duodenum bagian kedua
atau desending.
 Bagian ketiga dari duodenum

panjangnya sekitar 12-13 cm, berjalan horizontal ke arah kiri di depan
dari aorta, vena cava inferior, columna vertebra L2 dan ureter, dan
berakhir pada sebelah kiri pada vertebra L3. Radiks yeyunoileum
menyilang dekat akhir duodenum bagian ketiga. Arteri mesenterika
superior berjalan kebawah diatas depan dari duodenum bagian ketiga dan
masuk kedalam radiks mesenterii. Arteri pankreatikoduodenale inferior
membatasi pankreas dan tepi atas dari duodenum bagian ketiga.
 Bagian keempat
duodenum berjalan kearah atas samping kiri sepanjang 2-3cm disebelah
kiri dari vertebra dan membentuk sudut duodenoyeyunal pada radiks
mesokolon transversal. Disebelah kiri dari vertebra lumbal II, bagian
terakhir dari duodenum menurun ke arah kiri depan dan membentuk

4

fleksura duodenoyeyunalis. Pada daerah ini, ligamentum suspensorium
duodenum (ligamentum Treitz) berawal, tersusun atas jaringan fibrous dan
pita triangular, berjalan ke arah retroperitoneal, dibelakang pankreas dan
vena lienalis, didepan vena renalis, dari arah kiri atau kanan dari krus
diafragma. Fleksura duodenoyeyunalis dipakai sebagai landmark untuk

panduan mencari obstruksi di daerah usus halus dan menentukan bagian
atas dari yeyunum untuk dilakukan gastroyeyunostomi. Saat laparotomi,
ligamentum ini dapat ditemukan dengan cara menekan daerah dibawah
mesokolon tranversal ke arah belakang sampai ke dinding abdomen
bagian belakang sementara tangan yang satu mempalpasi kearah atas
melalui tepi kiri dari pada tulang belakang sampai fleksura ini ditemukan
dengan tanda adanya perabaan yang keras pada tempat fiksasinya.
Gabungan antara peritoneum visceral dari pankreatikoduodenal dengan
peritoneum parietal posterior yang tersisa akan menutupi semua
duodenum kecuali sebagian dari bagian pertama duodenum. Variasi
gabungan tadi ke dinding abdomen bagian belakang akan menentukan
variasi dari mobilitas duodenum. Fleksura kolon kanan, bagian dari
mesokolon tranversalis yang terfiksir, hubungan antara ampulla dan
pembuluh darah dari duodenum dapat dilihat dengan jelas. Pada posisi
yang cukup dalam ini, menunjukkan bahwa duodenum cukup terproteksi
dengan baik dari adanya trauma, tapi kadang-kadang dapat hancur dan
bahkan terputus karena adanya penekanan dengan landasan pada tulang
belakang dari adanya trauma tumpul abdomen yang berat, dan juga karena
tidak ditutupi oleh peritoneum.
 Vaskularisasi

Vaskularisasai duodenum berasal dari cabang arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis antara arteri ini akan menghubungkan
sirkulasi antara trunkus seliakus dengan arteri mesenterika superior. Arteri
ini membagi aliran darahnya ke kaput pankreas, sehingga reseksi terhadap
pankreas atau duodenum secara terpisah adalah satu hal yang hampir tidak
mungkin dan dapat berakibat fatal. Arteri pankreatikoduodenal superior
adalah cabang dari arteri gastroduodenale, dan arteri pankreatikoduodenal
inferior adalah cabang dari arteri mesenterika superior. Kedua arteri ini
bercabang menjadi dua dan berjalan disebalah anterior dan posterior pada
cekungan antara bagian descending dan bagian transversal duodenum
dengan kaput pankreas, kemudian beranastomosis sehingga bagian
anterior dan posterior masing-masing membentuk cabang sendiri.
Vena tersusun paralel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis cabang psterior berakhir di atas vena
porta, dibawahnya vena mesenterika superior (SMV). Vena

5

posterosuperiorpankreatikoduodenal mungkin akan mengikuti arterinya
disebelah depan dari saluran empedu, atau mungkin berjalan di belakang
saluran tadi. Vena ini akan berakhir pada tepi kiri sebelah bawah dari
SMV. Pada tempat tersebut, vena tadi akan bergabung dengan vena
yeyunalis atau dengan vena pankreatioduodenal inferior anterior. Sebagian
besar aliran vena pada cabang anterior ini berasal dari Trunkus
gastrokolika atau ( Henle’s trunk).
Pada saat pankreatikoduodenektomi, lokasi SMV dapat ditelusuri dari
vena kolika media sampai ke hubungannya dengan SMV tepat dibawah
dari collum pankreas. Kadang- kadang identifikasi SMV dapat dilakukan
dengan cara insisi pada daerah avaskuler dari peritoneum sepanjang tepi
bawah dari pankreas. Disebelah atas dari pankreas, vena porta akan
terekspos dengan jelas bila arteri gastroduodenal dan duktus koledokus
dipisahkan. Kadang-kadang arteri hepatika aberans salah di identifikasi
dengan arteri gastroduodenal, sehingga untuk kepentingan tersebut,
sebelum dilakukan ligasi pada arteri gastroduodenal, harus dilakukakan
oklusi sementara dengan klem vaskuler atau jari ahli bedah sambil
mempalpasi pulsasi arteri hepatik pada hilus hati.
Pembuluh arteri yang memperdarahi separuh bagian atas duodenum
adalah arteri pancreatikoduodenalis superior yang merupakan cabang dari
arteri gastroduodenalis. Separuh bagian bawah duodenum diperdarahi oleh
arteri pancreatikoduodenalis inferior yang merupakan cabang dari arteri
mesenterika superior.
Vena-vena duodenum mengalirkan darahnya ke sirkulasi portal. Vena
superior bermuara langsung pada vena porta dan vena inferior bermuara
pada vena mesenterika superior.
 Pembuluh limfe
Aliran limfe pada duodenum umumnya berjalan bersama-sama dengan
vaskularisasinya. Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan
mengalirkan cairan limfe keatas melalui noduli lymphatici
pancreatikoduodenalis ke noduli lymphatici gastroduodenalis dan
kemudian ke noduli lymphatici coeliacus dan ke bawah melalui noduli
lymhaticipancreatico duodenalis ke noduli lymphatici mesentericus
superior sekitar pangkal arteri mesenterika superior. Karsinoma duodenum
primer mungkin menyebar ke pankreas secara langsung atau melalui
infiltrasi limfatik, tetapi biasanya karsinoma ini biasanya menyebar
pertama kali ke limfonodus periduodenal dan hati. Nodus pada fleksura
duodenalis superior serta nodul pada retroduodenal biasanya berhubungan
dengan adanya metastasis karsinoma pancreas

6

 Innervasi
Persarafan GI tract diinervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi
ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus
Vagus ( anterior dan cabang celiac ) dan simpatis yang berasal dari nervus
splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus
Aurbach’s dan dan plexus submucosal Meissner. Sel-sel saraf ini
menginervasi terget sel seperti sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan
sel- sel absorptive, dan juga sel-sel saraf tersebut berhubungan dengan
reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga menerima inervasi
dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus.
Sehingga pathway dari sistim saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan
integrasi aktifitasnya dapat berlangsung menyeluruh bersamaan dengan
sistim saraf enterik.
Histologi
Dinding duodenum tersusun atas 4 lapisan:
1. Lapisan paling luar yang dilapisi peritoneum, disebut serosa.
Merupakan kelanjutan dari peritoneum, tersusun atas selapis pipih sel-sel
mesothelial diatas jaringan ikat longgar.
2. Lapisan muskuler (tunika muskularis) tersusun atas serabut otot longitudinal
( luar) &sirkuler (dalam). Pleksus myenterikus Aurbach terletak diantara
kedua lapisan ini. Pleksus Meissner’s ditemukan didalam submukosa di
antara jaringan ikat longgar yang kaya akan pembuluh darah dan limfe.
3. Submukosa.
Terdapat kelenjar Brunner yang bermuara ke krypta Lieberkuhn melalui
duktus sekretorius. Sekresi kelenjar Brunner bersifat visceus , jernih, dengan
pH alkali ( pH 8,2 – 9,3 ), berguna melindungi mukosa duodenum terhadap
sifat korosif dari gastric juice. Epitel kollumnernya mengandung 2 jenis sel:
mucus secreting suface cell – HCO3- secreting surface cell dan absorptive
cell.
4. Mukosa, yang merupakan lapisan dinding yang paling dalam.
Terdiri dari 3 lapisan: lapisan dalam adalah muskularis mukosa , lapisan
tengah adalah lamina propria, lapisan terdalam terdiri dari selapis sel-sel epitel
kolumnar yang melapisi krypte dan villi-villinya. Fungsi utama krypte
epitelum ialah (1) pertumbuhan sel ; (2) fungsi eksokrin, endokrin, dan fungsi
sekresi ion dan air ; (3) penyerapan garam, air dan nutrien spesifik. Krypte
epitelium paling sedikit tersusun atas 4 jenis sel yang berbeda ; Paneth, goblet,
undefferentieted cell dan sel-sel endokrin. Pada bagian pertama duodenum
ditutupi oleh banyak lipatan sirkuler yang di namakan plica circularis, tempat

7

saluran empedu & duktus pancreatikus mayor menembus dinding medial
bagian ke dua duodenum. Duktus pankreatikus accesorius (bila ada) bermuara
ke duodenum pada papila yang kecil yang jaraknya sekitar 1,9 cm di atas
papilla duodeni mayor. Dinding duodenum sebelah posterior dan lateral
letaknya retoperitoneal sehingga tidak ditemukan lapisan serosa

FISIOLOGI
 Motilitas. Pengatur pemacu potensial berasal dari dalam duodenum,
mengawali kontraksi, dan mendorong makanan sepanjang usus kecil
melalui segmentasi (kontraksi segmen pendek dengan gerakan mencampur
ke depan dan belakang) dan peristaltik (migrasi aboral dari gelombang
kontraksi dan bolus makanan). Kolinergik vagal bersifat eksitasi.
Peptidergik vagal bersifat inhibisi. Gastrin, kolesistokinin, motilin
merangsang aktivitas muskular; sedangkan sekretin dan dihambat oleh
glukagon.
 Pencernaan dan Absorpsi
 Lemak Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida. Komponen yang
bergabung dengan garam empedu membentuk micelle. Micelle melewati
membran sel secara pasif dengan difusi, lalu mengalami disagregasi,
melepaskan garam empedu kembali ke dalam lumen dan asam lemak serta
monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali trigliserida
dan menggabungkannya dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein
membentuk kilomikron. Asam lemak kecil memasuki kapiler menuju ke
vena porta. Garam empedu diresorbsi ke dalam sirkulasi enterohepatik
diileum distal. Dari 5 gr garam empedu, 0,5 gr hilang setiap hari, dan
kumpulan ini bersirkulasi ulang enam kali dalam 24 jam.
 Protein didenaturasi oleh asam lambung, pepsin memulai proteolisis.
Protease pankreas (tripsinogen, diaktivasi oleh enterokinase menjadi
tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase), lebih lanjut mencerna protein.
Menghasilkan asam amino dan 2-6 residu peptida. Transpor aktif
membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel-sel absorptif. Karbohidrat.
Amilase pankreas dengan cepat mencerna karbohidrat dalam duodenum.
Air dan Elektrolit. Air, cairan empedu, lambung, saliva, cairan usus adalah
8-10 L/hari, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara
hidrostatik diabsorpsi atau secara pasif berdifusi. Natrium dan klorida
diabsorpsi berpasangan dengan zat terlarut organik atau dengan transpor
aktif. Bikarbonat diabsorpsi dengan pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium
diabsorpsi melalui transpor aktif dalam duodenum, jejunum, dipercepat
oleh PTH dan vitamin D. Kalium di absorpsi secara pasif.

8

 Fungsi Endokrin
Mukosa usus kecil melepaskan sejumlah hormon ke dalam darah
(endokrin ) melalui pelepasan lokal (parakrin) atau sebagai
neurotransmiter.
 Sekretin. Suatu asam amino 27 peptida dilepaskan oleh mukosa usus kecil
melalui asidifikasi atau lemak. Merangsang pelepasan bikarbonat yang
menetralkan asam lambung, rangsang aliran empedu dan hambat
pelepasan gastrin, asam lambung dan motilitas.
 Kolesistokinin. Dilepaskan oleh mukosa sebagai respons terhadap asam
amino dan asam lemakàkontraksi kandung empedu dengan relaksasi
sfingter Oddi dan sekresi enzim pankreas. Bersifat trofik bagi mukosa
usus dan pankreas, merangsang motilitas, melepaskan insulin.
 Fungsi Imun. Mukosa mencegah masuknya patogen. Sumber utama dari
imunglobulin, adalah sel plasma dalam lamina propria. Sel-sel M
menutupi limfosit dalam bercak Peyer yang terpanjang pada antigen,
bermigrasi ke dalam nodus regional, ke dalam aliran darah, kemudian
kembali untuk berdistribusi kedalam lamina propria untuk meningkatkan
antibodi spesifik.

b.

c.

Usus Kosong (Jejunum)
Jejunum berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong". Usus kosong
atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara histologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyer. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar 2 – 2,5 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram empedu.

9

Salah satu modifikasi yang menarik yang kita lihat saat kita pindah ke ileum
adalah adanya koleksi lokal jaringan limfatik yang disebut patch Peyer. Peyer Patch
dinamai dari orang yang pertama kali menemukan mereka, seorang ahli anatomi
Swiss bernama Johann Conrad Peyer.Karena sistem limfatik membantu kita melawan
bakteri dan penyerbu asing lainnya, kita melihat bahwa adanya struktur limfatik di
sini pada ileum mencerminkan fakta bahwa sisa makanan yang telah jauh melewati
melalui saluran pencernaan ini mengandung sejumlah besar bakteri.Peyer Patch ini
bertindak untuk mencegah bakteri memasuki aliran darah.
Dibutuhkan makanan sekitar 3-6 jam untuk menyelesaikan pencernaan memutar
melalui usus halus Anda.Pada saat makanan melewati duodenum, jejunum, dan
ileum, pencernaan selesai, dan sebagian besar penyerapan makanan telah terjadi.Sisasisa makanan yang tersisa siap untuk melewati katup ileosekal, yang merupakan
katup antara usus halus dan usus besar yang mencegah materi mengalir kembali ke
usus halus.Kita melihat bahwa bagian pertama dari usus besar disebut sekum.Kita
juga tahu bahwa bagian terakhir dari usus halus disebut ileum. Oleh karena itu, nama
katup ini adalah mudah diingat karena katup yang terletak di antara ileum dan sekum.
Pada ileum atau usus penyerapan terdiri dari 4 lapisan, antara lain yaitu:
a. Lapisan Luar.
Pada lapisan luar ini terdapat membran-membran serosa yang fungsinya untuk
membalut usus dengan erat.
b. Lapisan Otot.
Pada lapisan ini terdapat berbagai macam otot.Dibagi menjadi 2 lapisan
serabut yaitu lapisan luar terdiri dari serabut longitudinal, dan lapisan dalam
yang terdiri dari serabut sirkuler.Diantara kedua lapisan serabut itu terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfa.
c. Lapisan Sub Mukosa.
Pada lapisan ini terdapat otot sirkuler dan lapisan terdalam merupakan
perbatasannya.Pada dinding sel mukosa terdiri dari atas jaringan areoral yang
berisi banyak pembuluh darah, saluran limfa, dan fleksus yang disebut fleksus
meissner.
d. Lapisan Mukosa.
Pada lapisan mukosa biasanya dindingnya itu tersusun berupa kerutan tetap
berupa jala yang memberi kesan seperti anyaman halus.Lapisan yang berupa
kerutan tersebut biasanya akan menambah luasnya permukaan sekresi dan
penyerapan.Pada lapisan mukosa juga terdapat villi yang memiliki tonjolantonjolan yang disebut mikrovilus.Biasanya setiap villi terdiri dari ± 5000
mikrovilli.

10

2.2.

Anatomi Dinding Usus Halus
2.2.1. Dinding Usus Halus
a. Vili
Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang
disebut vili. Vili berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus
sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih banyak dan
cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe
(pembuluh getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari
makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk
pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin, dan
mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa
oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari
hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Mikrovilli
Mikrovilli adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli
berfungsi untuk memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan
dengan makanan, untuk memfasilitasi penyerapan nutrisi
2.2.2. Kelenjar
a. Kelenjar – kelenjar Usus (kripta Lieberkühn)
Tertanam dalam mukosa dan membuka diantara basis – basis villi. Kelenjar
ini mensekresi hormon dan enzim
b. Kelenjar Penghasil Mukus
 Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel goblet
menghasilkan mukus pelindung.
 Kelenjar Brunner terletak dalam submukosa duodenum yang berfungsi
menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung,
dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim
pankreas
 Jaringan Limfatik
Leukosit dan nodulus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk
melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Pengelompokkan
nodulus limfe membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.

11

2.2.3. Lapisan Dinding Halus

1.

Dinding usus halus mempunyai empat lapisan, yaitu :
Lapisan mukosa terdiri atas:
 Epitel Pembatas
 Lamina Propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang
akan akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang - kadang juga mengandung kelenjar-kelenjar dan jaringan
limfoid
 Muskularis Mukosae.
2. Lapisan Submukosa terdiri atas pembuluh darah, pembuluh limfe,
pleksus saraf submukosa (Meissner), jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas:
 Lapisan eksternal longitudinal, lapisan internal tebal serat sirkular
 Kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau auerbach),
yang terletak antara 2 sublapisan otot.
 Pembuluh darah dan limfe.
4. Lapisan membran serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas :
Jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa serta epitel pipih selapis (mesotel).

2.2.4. Motilitas Usus Halus
Merupakan gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk
pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak
dengan sel absorptif, dan mendorong zat sisa memasuki usus
besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan
oleh sistem saraf otonom. Motilitas usus halus terdiri atas :
1. Gerakan Segmentasi
Pergerakan Segmentasi adalah gerakan mencampur makanan dengan
enzim-enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan
diabsorbsi. Otot yang berperan pada kontraksi segmentasi untuk
mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami
distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara
lokal. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami
relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian
seterusnya. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan

12

bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan
dengan enzim mukosa dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung karena adanya gelombang lambat
yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran
cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit
pada duodenum, 9 kali/menit, dan sekitar 7 kali/menit pada ileum, dan
setiap kontraksi berlangsung 5 sampai 6 detik.
2. Gerakan Peristaltik
Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltik mendorong makanan
kearah usus besar (colon). Pembagian pergerakan ini sebenarnya sulit
dibedakan oleh karena sebagian besar pergerakan usus halus
merupakan kombinasi dari kedua gerakan tersebut di atas.
Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju
kearah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada
bagian proksimal lebih cepat dibandingkan pada bagian distal.
Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah
berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. Ratarata pergerakan makanan pada usus halus hanya 1 cm/menit. Ini berarti
pada keadaan normal , makanan dari pilorus akan tiba di ileocaecal
junction dalam waktu 3-5 jam.
2.2.5. Sekresi Usus Halus
Usus menghasilkan mucus dan liur pencernaan yang berfungsi untuk
melindungi duodenum dari asam lambung.Mukus yang dihasilkan oleh
kelenjar mucus – kelenjar Brunner’s – yang berlokasi antara pylorus dan
papilla vater, dimana liur pankreas dan empedu masuk ke duodenum. Kelenjar
ini menghasilkan mucus akibat adanya rangsangan saraf vagus serta hormone
sekretin, saraf simpatis menghambat sekresi mucus.
Kriptus Lieberkühn (Crypts of Lieberkhn) menghasilkan liur pencernaan 1800
ml/hari. Cairan ini sedikit alkalis dengan pH 7,5 – 8,0 serta dengan cepat
diabsorbsi kembali oleh vili. Proses sekresi oleh kriptus Lieberkhn terjadi
melalui transport aktif. Toksin cholera dapat menyebabkan sekresi cairan,
terutama pada daerah jejunum sangat meningkat. Pada serangan cholera,
sekresi cairan dapat mencapai 5-10 liter sehingga menyebabkan syok akibat
dehidrasi berat.
2.2.6. Digesti Usus Halus
Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan menggunakan
bantuan enzim dan koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormon dan

13

syaraf, sehingga makanan menjadi molekul-molekul yang dapat diabsorpsi
kedalam aliran darah. Enzim – enzim usus dan cara kerjanya antara lain:
 Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang
kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih
kecil.
 Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase
mengurai peptida menjadi asam amino bebas
 Amilase Usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa, dan laktosa)
 Maltase, Isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa,
laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida
 Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol

2.2.7. Absorpsi Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar
elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus.
Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan sangat
sedikit yang berlangsung di ileum.
a. Penyerapan Garam dan Air
Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya
melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel
epitel. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan
laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini
menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan
fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder
sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.
c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam
amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder,
peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi
konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh
peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.
Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan
sistem transportasi dkhusus yang diperantarai oleh pembawa dan
memerlukan pengeluaran energi serta transportasi Na.
d. Penyerapan Vitamin

14

Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air,
sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk
akhir pencernaan lemak.
e. Penyerapan Lemak
Asam lemak larut lipid dan gliserol diabsorpsi dalam bentuk micelle, yaitu
suatu globulus garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak. Micelle
membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epithelial,
tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membrane
sel usus

2.3.

Usus Besar
Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan.
Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya
hanya 1 meter. Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu
kantong yang disebut sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai
cacing). Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan
pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang
disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah
bakteri tidak kembali ke usus halus.
Usus besar atau disebut juga kolon dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar naik
atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan usus besar
turun atau kolon descenden.
Didalam usus besar hidup berbagai bakteri, terutama Escherichia coli, jenis bakteri
yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini berfungsi dalam pembusukan
sisa makanan dan pembentukan vitamin K dan B kompleks yang diperlukan oleh
tubuh. Selain itu, didalam usus besar terjadi juga proses pengaturan kadar air dalam
pembentukan feses. Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses yang terbentuk
didorong masuk kedalam rektum. Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar
yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum dikeluarkan melalui
sfingter terakhir, yaitu anus. Proses pengeluaran feses melalui anus disebut dengan
dengan defekasi.
Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu sekum, kolon
ascenden, kolon transversus, kolon desenden, sigmoid, dan rektum. Keenam bagian
ini sulit dibedakan secara histologis.
a. Sekum

15

Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal.
Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang menghubungkan ileum
(usus halus) dan colon ascenden (usus besar). Berfungsi menyerap air dan garam.
b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3
divisi.
 Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
 Kolon transversa merentang menyilang abdomen dibawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura splenik.
 Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sogmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Bagian
terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam bentuk
feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari lapisan
mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
 Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatanlipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
 Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus.

2.3.1. ProsesPencernaan padaUsusBesar
Usus besar tidak ikut serta dalam proses absorpsi makanan. Bila usus halus
mencapai sekum, semua zat makanan telah diadsorpsi dan isinya cair. Selama
perjalanan didalam kolon isinya menjadi semakin padat karena air di absorpsi
dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak.
2.3.2. Sistem Kerja Usus Besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.Di antara intestinum
tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus
buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks
(umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam
imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan
gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam

16

mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian
diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa
berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli,
yang mampu membentuk vitamin K dan B12.
Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi
sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar
dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat
suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya
aktivitas kontraksi rektum dan otot sfingter yang berhubungan mengakibatkan
terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah
selesai dengan sempurna.
2.3.3. Fungsi Usus Besar
a. Absorbsi air, garam dan glukosa
Usus besar mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b. Sekresi
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti mukosa usus halus,dilapisi oleh
kripta Lieberkuhn, tetapi sel- sel epitel hampir tidak mengandung enzim.
Sebagai gantinya, mereka hampir seluruhnya diliputi oleh sel goblet. Pada
permukaan epitel usus besar juga terdapat banyak sel goblet yang tersebar di
antara sel – sel epitel lainnya.
Oleh karena itu, satu – satunya ekskresi yang bermakna dalam usus besar
adalah mucus. Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi dinding terhadap
eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling
bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang
besar, yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang
bersifat alkali, juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam
feses, yang mencegah penyerangan dinding usus
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu segmen
usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri
menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan
elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal yang kental. Zat ini
bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan feses
yang cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya berupa diare disertai kehilangan
banyak air dan elektrolit tetapi juga penyembuhan dari penyakit yang lebih
awal dibandingkan bila hal ini tidak terjadi.

17

c. Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran hijau, dan
penyiapan sisa protein yang belumdicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi.
d. Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam
proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh.
Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75%
sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang
2% sampai 3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi
pencernaan, serta mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi
kasar, atau serat dan selulosa yang tidak tercerna.
Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja
bakteriJika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa
makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin
yang dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi.
Selain itu tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di
dinding usus. Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus
patogen yang dapat menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh
dan menyerang seluruh organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses
autointoksinasi. Sisa-sisa makanan akan mengalami masa transit di usus besar
kurang lebih 14 jam. Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan
merangsang peristaltik didalam usus besar.

2.3.4. Pergerakan Usus Besar
a. Gerakan Mencampur – Haustra
Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerak segmentasi dalam usus halus,
kontraksi-kontraksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap
kontriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang
menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Pada saat yang sama,
otot longitudinal kolon yang terkumpul menjadi tiga pita longitudinal yang
disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan dari pita otot
sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak

18

terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa-kantung yang disebut
haustra.
Setiap haustra biasanya mencapai intensitas puncak dalam waktu sekitar 30
detik dan kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang
kontraksi juga bergerak lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya,
terutama pada sekum dan kolon asenden, dan karena itu menyebabkan
sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan. Beberapa menit kemudian, timbul
kontraksi haustra yang baru pada daerah lain yang berdekatan. Oleh karena itu,
bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar seperti
seseorang sedang mencampurkan bahan bangunan. Dengan cara ini, semua
bahan feses bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan
cairan-cairan zat terlarut secara progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80
sampai 200 mililiter feses yang dikeluarkan setiap hari.
Karena gerakan kolon lambat, bakteri memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan
menumpuk di usus besar. Sebaliknya, di usus halus isi lumen biasanya
bergerak cukup cepat, sehingga bakteri sulit tumbuh. Tidak semua bakteri yang
termakan dapat dihancurkan oleh lisozim liur dan HCL lambung, sehingga
bakteri yang dapat bertahan hidup dapat tumbuh subur di usus besar. Sebagian
besar mikro-organisme di kolon tidak berbahaya apabila berada dilokasi ini.
b. Gerakan Mendorong – Pergerakan Massa
Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi
peningkatan nyata motilitas, yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen
besar di kolon asendens dan transverse, sehingga dalam beberapa detik feses
terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksikontraksi masif yang diberi nama gerakan massa ( mass movement) ini,
mendorong isi kolon kebagian distal usus besar, tempat isi tersebut disimpan
sampai terjadi defekasi.
Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang
terutama disebabkan oleh refleks gastrokolik, yang diperantai oleh gastrin dari
lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Pada banyak orang ,
refleks ini paling jelas setelah makanan pertama (pagi hari) dan sering diikuti
oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan
yang baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks
untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih
distal dan memberi jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks
gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks
defekasi.

19

c. Refleks Defekasi
Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi
peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding
rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini adalah
refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam
rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum,
distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar
melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam
kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu
gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh
sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus
juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang
bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal dinding rektum menimbulkan
perasaan ingin buang air besar.
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahanlahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan
massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang
kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode
non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak
terjadi pengeluaran feses.

BAB III
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum)
merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang
paling panjang. Sedangkan usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan
pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum
(lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing
berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada
sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang
berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus.

20

Daftar Pustaka
Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin.