Pengumpulan Data Kualitatif Di Indonesia
PENELITIAN KUALITATIF
DI BIDANG KESEHATAN
Penulis
Nunik Kusumawardani
Rachmalina Soerachman
Agung Dwi Laksono
Lely Indrawati
Puti Sari H.
Astridya Paramita
Editor
Kasnodihardjo
PENERBIT PT KANISIUS
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
1015003005
© 2015 - PT Kanisius
Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)
Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : [email protected]
Website : www.kanisiusmedia.com
Cetakan keTahun
Editor
Desainer isi
Desainer sampul
ISBN
3
17
2
16
1
15
: Erdian
: Nael
: Joko S
978-979-21-4246-4
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa
pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial di
Indonesia yang lazim dikenal selama ini adalah metode survei,
yaitu suatu metode penelitian yang mengandalkan ilmu
statistik dalam menganalisis gejala empiris. Dengan dipakainya
pendekatan ilmu statistik untuk menarik generalisasi empiris,
data-data yang dikumpulkan dalam penelitian survei bersifat
kuantitatif. Artinya, data-data yang dinilai diubah ke dalam
bentuk angka-angka statistik. Data yang dicari dan dianalisis
mempunyai ciri demikian. Oleh karena itu, survei sering
disebut sebagai penelitian kuantitatif.
Namun, di tengah menjamurnya penelitian survei
terdapat keraguan akan kemampuan penelitian survei untuk
menganalisis setiap gejala sosial budaya dalam masyarakat.
Menyadari kekurangan-kekurangan yang muncul dalam
penelitian survei, penelitian kualitatif dapat menutupi
kekurangan-kekurangan tersebut, tentunya dalam kaitan ini
adalah penelitian-penelitian di bidang kesehatan.
Penelitian kualitatif di bidang kesehatan merupakan
penelitian yang sangat berkaitan dengan penjelasan narasi
atau cerita di balik suatu fakta atau kejadian menyangkut
bidang kesehatan. Informasi yang didapatkan dari penelitian
kualitatif berdasarkan pendapat, cerita, dan perilaku dari
responden atau informan, termasuk gambaran situasi secara
fisik dan sosial di lokasi penelitian. Penelitian kualitatif
iii
iv
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
tersebut sudah merupakan kebutuhan dalam bidang kesehatan sejak ada pemahaman peran aspek sosial budaya dan
perilaku yang berkaitan dengan status kesehatan.
Dalam beberapa dekade terakhir, sudah mulai sering
dilakukan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
seiring dengan berkembangnya pertanyaan penelitian yang
memerlukan data atau informasi yang bersifat kualitatif,
yang tidak dapat terungkap jika menggunakan pendekatan
kuantitatif (survei). Data kualitatif bisa sebagai pendukung
data kuantitatif ataupun sebaliknya sebagai penelitian utama
yang didukung oleh data kuantitatif, atau sebagai pelengkap
satu sama lain, tergantung dari pertanyaan penelitian yang
akan dijawab.
Dalam buku ini, akan dijelaskan secara rinci yang mencakup prinsip dasar penelitian kualitatif serta perbedaannya
dengan studi kuantitatif, pengelolaan, analisis, penyajian
dan penyimpanan data kualitatif. Diharapkan dengan buku
ini dapat membantu peneliti di bidang kesehatan dalam
manajemen data kualitatif sehingga data dapat lebih berkualitas dan dimanfaatkan semaksimal mungkin serta dapat
tersimpan dengan baik.
Jakarta, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................
Daftar Isi ......................................................................
Daftar Tabel ................................................................
Daftar Gambar .............................................................
iii
v
vi
vii
Bab 1. Pengertian Penelitian Kualitatif ......................
Nunik Kusumawardani
1
Bab 2. Desain Penelitian Kualitatif .............................
Nunik Kusumawardani
Rachmalina Soerachman
9
Bab 3. Pengumpulan Data Kualitatif ..........................
Agung Dwi Laksono
15
Bab 4. Pengelolaan Data Kualitatif ............................
Lely Indrawati
Puti Sari H.
35
Bab 5. Analisis Data Penelitian Kualitatif ...................
Rachmalina Soerachman
Astridya Paramita
49
Bab 6. Penyajian Data Kualitatif.................................
Puti Sari H.
Lely Indrawati
65
Bab 7. Penutup ..........................................................
77
INDEKS .......................................................................
81
v
Bab 3
Pengumpulan
Data Penelitian Kualitatif
Agung Dwi Laksono
Dalam sebuah penelitian kualitatif, proses pengumpulan
data dilakukan dengan sangat berbeda dengan metode
penelitian kuantitatif yang lebih dulu eksis, tak terkecuali
dalam bidang kesehatan. Perbedaan ini lebih disebabkan oleh
tujuan masing-masing jenis penelitian itu sendiri.
Penelitian kuantitatif lebih ditujukan untuk mencari
keluasan dari sebuah permasalahan, sedang penelitian
kualitatif lebih ditujukan untuk mencari kedalamannya. Ciri
lain yang sangat berbeda adalah bahwa di dalam penelitian
kuantitatif setiap fenomena ditunjukkan dengan angka atau
numerik, sedang penelitian kualitatif menyajikan sebuah
fenomena dalam sebuah narasi yang mendalam, meski
tak menampik juga kadang disertai dengan menampilkan
angka. Secara detail perbedaan dari kedua jenis pendekatan
penelitian tersebut pada Tabel 3.1.
15
16
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Dalam penelitian kuantitatif, instrumen sudah didesain
sedemikian rupa sehingga sangat terstruktur dan teratur,
biasanya dalam bentuk-bentuk kuesioner ataupun daftar tilik
yang sudah dirancang sedemikian rupa. Dengan demikian,
proses paling “merepotkan” dari kesempurnaan penelitian
kuantitatif adalah tahap persiapannya bila dibandingkan
dengan tahap pengumpulan ataupun interpretasi data.
Hal berbeda berlaku pada penelitian kualitatif. Pada
penelitian jenis ini, kebanyakan instrumen adalah “peneliti”
itu sendiri. Kalaupun ada instrumen pendokumentasian lainnya, hanya merupakan instrumen pendukung untuk melengkapi data, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri.
Tahap persiapan dalam penelitian kualitatif cenderung
lebih “ringan”. Bagian paling “merepotkan” adalah pada saat
interpretasi data. Pada fase ini peneliti sebagai instrumen
dituntut untuk membangun kembali memorinya terhadap
suasana atau konteks pada saat pengumpulan data, melihat
hubungan antarobjek, sampai pada perilaku masing-masing
objek secara mandiri ataupun pada saat berinteraksi.
Ada tiga metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1) observasi
partisipatif; 2) wawancara mendalam; dan 3) diskusi
kelompok terarah.
Tabel 3.1 Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif versus Kualitatif
Seleksi Peserta/
Responden/
Informan
Untuk menggambarkan karakteristik suatu
populasi
Random sampling
KUALITATIF
Berusaha untuk mengeksplorasi fenomena.
Instrumen lebih fleksibel, menggunakan
gaya berulang untuk memunculkan dan
mengkategorikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
Menggunakan metode semi-terstruktur, seperti:
wawancara mendalam, kelompok fokus, dan
observasi partisipatif.
Untuk menggambarkan variasi.
Untuk menggambarkan dan menjelaskan
hubungan.
Untuk menggambarkan pengalaman individu.
Untuk menggambarkan norma kelompok.
Purposif atau dipilih secara teoretis
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
KARAKTERISTIK
KUANTITATIF
Kerangka Umum Berusaha untuk mengonfirmasi hipotesis
tentang fenomena.
Instrumen menggunakan gaya yang
lebih kaku untuk memunculkan dan
mengkategorikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
Menggunakan metode yang sangat
terstruktur, seperti: kuesioner, survei, dan
observasi terstruktur.
Tujuan Analisis
Untuk mengukur variasi.
Untuk memprediksi hubungan kausal.
17
18
Format
Pertanyaan
Format Data
Tanggapan peserta tidak mempengaruhi
atau menentukan bagaimana dan
pertanyaan apa yang diajukan peneliti
berikutnya.
Desain penelitian tunduk pada asumsi dan
kondisi statistik
Keuntungan
Kerugian
Sampel besar, validitas statistik, akurat
mencerminkan populasi.
Pemahaman yang dangkal dari pikiran dan
perasaan sasaran.
Terbuka.
Luas, tematik.
Tekstual (diperoleh dari kaset audio, kaset video,
dan catatan lapangan).
Fenomena disajikan dalam sebuah narasi.
Identifikasi tema utama.
Beberapa aspek dari penelitian ini adalah
fleksibel (misalnya: penambahan, pengucilan,
atau kata-kata pertanyaan wawancara tertentu).
Tanggapan peserta mempengaruhi bagaimana
dan pertanyaan apa yang diajukan peneliti
berikutnya.
Desain penelitian adalah interaktif, yaitu
pengumpulan data dan penelitian pertanyaan
yang disesuaikan dengan apa yang telah
dipelajari
Kaya, mendalam, deskripsi narasi sampel.
Besar sampel kecil, tidak digeneralisasikan untuk
populasi pada umumnya.
Sumber: Marvasti (2004); Mack, dkk (2005); Vanderstoep dan Johnston (2009)
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Fleksibilitas
dalam Desain
Penelitian
Tertutup.
Pertanyaan spesifik atau hipotesis.
Numerik (diperoleh dengan menetapkan
nilai numerik untuk respon).
Fenomena disajikan secara numerik.
Deskriptif data statistik inferensial.
Desain penelitian stabil dari awal sampai
akhir.
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Ketiga metode tersebut mempunyai tujuan dan tingkat
kesulitan yang berbeda antara satu metode dengan metode
lainnya. Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahannya
sendiri. Selain ketiga metode tersebut, juga berkembang
metode pengumpulan data kualitatif lain, seperti penelusuran
dokumen.
Jarang sekali dalam sebuah penelitian kualitatif digunakan metode pengumpulan data tunggal. Sering kali metode
pengumpulan data dilakukan dengan dua sampai tiga metode secara bersamaan. Hal ini penting dilakukan karena kelemahan satu metode bisa ditutupi atau dilengkapi dengan
kekuatan dari metode pengumpulan data lainnya.
Selain itu, yang terpenting adalah penggunaan lebih dari
satu metode pengumpulan data merupakan salah satu cara
dalam penelitian kualitatif untuk menjaga dan memvalidasi
data. Dalam ranah penelitian kualitatif, hal ini disebut sebagai
triangulasi metode. Tentang triangulasi dan jenis triangulasi
lainnya akan dijelaskan dalam bab tersendiri dalam buku ini.
Pada pokok bahasan selanjutnya akan dijelaskan definisi
masing-masing metode pengumpulan data dan bagaimana
cara melakukannya. Selain itu, akan diuraikan kelebihan atau
kekuatan dan kelemahan setiap metode pengumpulan data.
A.
Observasi Partisipatif
Menurut Mack, dkk. (2005) observasi partisipatif merupakan akar dalam penelitian etnografi tradisional, yang
bertujuan untuk membantu para peneliti mempelajari perspektif yang dimiliki oleh populasi penelitian. Dianggap bahwa akan ada beberapa perspektif dalam suatu masyarakat
tertentu. Metode ini menarik untuk mengetahui beragam
19
20
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
perspektif yang ada dan membantu dalam memahami
interaksi di antara mereka.
Lebih lanjut Mack, dkk (2005) menjelaskan bahwa
peneliti kualitatif melakukan observasi partisipatif bisa
melalui pengamatan sendiri atau oleh keduanya, mengamati
dan berpartisipasi. Observasi partisipatif selalu dapat
diterapkan dalam masyarakat, di lokasi yang diyakini memiliki
relevansi dengan pertanyaan penelitian. Metode ini khas
karena peneliti mendekati peserta di lingkungan mereka
sendiri. Secara umum, peneliti yang terlibat dalam observasi
partisipatif mencoba untuk mempelajari seperti apa hidup
sebagai “orang dalam” sambil juga tetap berperan sebagai
“orang luar”. Murphy dan Dingwall (2003) mengingatkan
bahwa keseimbangan yang sebenarnya antara partisipasi dan
observasi tidak pernah sepenuhnya dalam kendali peneliti
lapangan tersebut. Keahlian peneliti lapangan terletak pada
kecermatan untuk mengetahui kapan harus bersandar pada
satu arah dan kapan bersandar pada arah lain, dan harus
jelas apakah arah ini adalah masalah yang dipilih atau hanya
masalah kontingensi (fenomena sesaat).
Penting untuk dipahami bahwa data hasil berdasarkan
observasi tidak seperti menyalin realitas secara sesederhana. Kehidupan alami masyarakat yang diteliti telah ada
sebelumnya, dan hal tersebut independen dari intervensi
pengamat. Namun, data tersebut merupakan hasil transformasi tunggal peneliti dalam memaknai realitas menjadi
bahan yang cocok untuk dianalisis. Hal tersebut berbeda
dengan data wawancara, yang melibatkan setidaknya dua
transformasi: a) oleh pewawancara yang memilih pertanyaan
yang diajukan, dan b) oleh responden yang merestrukturisasi
pengalaman asli mereka dalam rangka menjawab pertanyaan.
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Dalam beberapa kasus, bahkan mungkin ada transformasi
ketiga jika peneliti juga mengusulkan kemungkinan jawaban
lain (Murphy dan Dingwall, 2003).
Sebagian besar data observasi partisipatif terdiri dari
catatan lapangan (field notes) rinci yang dicatat catatan
peneliti dalam sebuah buku catatan lapangan. Meski biasanya
tekstual, data tersebut juga dapat mencakup peta dan
diagram lain, seperti pola kekerabatan atau bagan organisasi.
Kadang-kadang, observasi partisipatif juga melibatkan
kuantifikasi sesuatu dan, sebagai hasilnya, menghasilkan
data numerik. Contohnya, peneliti dapat menghitung
jumlah orang yang masuk ruang tertentu dan terlibat dalam
kegiatan tertentu selama segmen waktu tertentu (Mack, dkk.,
2005). Secara tradisional, peneliti kualitatif mengandalkan
keterampilan kerja lapangan mereka sebagai pengamat, dan
mengandalkan kemampuan mereka untuk mereproduksi
karakter singkat dan sekilas peristiwa dalam catatan lapangan
mereka. Namun, dalam perkembangan saat ini, para peneliti
kualitatif telah semakin menggunakan alat bantu teknologi
audio dan video untuk melakukan perekaman momen
tersebut sehingga peneliti dapat menghidupkan kembali
dan merekonstruksi ulang momen dengan cara yang agak
berbeda (Murphy dan Dingwall, 2003). Pendekatan observasi
partisipatif dengan menggunakan teknologi visual-audio saat
ini sangat populer dan disebut sebagai etnografi film atau
video.
Sementara masih terjadi perdebatan teoretis dan
metodologis terhadap etnografi film. Produksi film tersebut
terus diproduksi dengan tidak terlalu bertele-tele atau
mengikuti konsep formal. Mereka menggabungkan prioritas
estetika dalam naungan penelitian ilmiah untuk menciptakan
21
22
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
karya yang menginformasikan pada khalayak umum tentang
berbagai isu sosial. Misalnya, pembuat video etnografi
feminis telah menggunakan media film untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang nasib perempuan dan
minoritas pada umumnya (Marvasti, 2004).
Metode observasi partisipatif dalam sebuah proyek
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif pada
tahap awal dapat digunakan untuk memfasilitasi dan membangun rapor hubungan yang positif antara peneliti dengan
informan kunci ataupun stake-holder lain. Rapor hubungan
baik ini sangat penting untuk keberlanjutan penelitian,
termasuk untuk memperoleh akses terhadap informan potensial.
Sering kali peneliti kualitatif di lapangan memiliki rapor
hubungan yang sangat baik dengan informan kunci, dan
bahkan cenderung secara pribadi. Hal ini perlu kehati-hatian
dalam mencatat informasi yang timbul dalam pengamatan.
Perlu dipastikan atau bila perlu meminta persetujuan untuk
memasukkan informasi tersebut sebagai catatan resmi lapangan (Mack, dkk., 2005).
Sebuah proyek penelitian terapan biasanya menggunakan metode pengumpulan data lain secara bersamaan dengan
metode observasi partisipatif, misalnya focus group dan
wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas desain penelitian.
Kekuatan pengumpulan data menggunakan metode
observasi partisipatif adalah memungkinkan untuk membuka
wawasan peneliti terhadap sebuah konteks, hubungan, dan
perilaku. Metode ini juga dapat memberikan informasi, yang
bisa jadi sebelumnya tidak diketahui peneliti, yang sangat
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
penting untuk desain penelitian, pengumpulan data, dan
interpretasi data lainnya.
Sedang kelemahan utama metode observasi partisipatif
adalah membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu,
proses pendokumentasian sangat tergantung pada memori,
disiplin, dan ketekunan peneliti. Metode observasi partisipatif
juga membutuhkan kesadaran peneliti untuk sebuah objektivitas karena metode ini sangat subjektif peneliti. Tetap saja
objektivitas di sini terasa sangat relatif karena pemilihan
topik penelitian ataupun metode pengumpulan data juga
merupakan sebuah pilihan atau subjektivitas peneliti sendiri.
Beberapa antropolog dan peneliti kualitatif lainnya
tidak merumuskan secara tegas waktu yang dibutuhkan
dalam pengumpulan data dengan cara observasi partisipatif.
Hal tersebut sangat tergantung pada objek yang diteliti,
sensitivitas peneliti, dan yang paling penting tergantung pada
interaksi di antara keduanya (masyarakat dan peneliti).
Riset Etnografi Kesehatan yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI
pada tahun 2012, dan terakhir tahun 2014, mengharuskan
para penelitinya grounded selama 60-70 hari di lapangan.
Penelitian, yang ditujukan untuk memetakan budaya
masyarakat setempat yang terkait dengan bidang kesehatan
ini, dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri atas tiga orang:
peneliti bidang kesehatan, peneliti bidang sosial (antropolog/
sosiologi), dan peneliti daerah.
Penelitian grounded yang hanya 60-70 hari di lapangan,
oleh beberapa antropolog dirasakan masih kurang untuk
benar-benar dapat mengenal dan menggali budaya kelompok
masyarakat pada etnik tertentu yang diteliti. Namun, waktu
23
24
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
60-70 hari tersebut sudah lebih dari cukup untuk penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan,
walaupun dirasakan hanya secara superfisial.
Faktor lain yang dianggap sebagai kelebihan dalam riset
etnografi tersebut adalah keterlibatan orang daerah setempat
sebagai salah satu anggota tim peneliti yang diharapkan
memahami bahasa daerah atau masyarakat yang diteliti. Hal
ini dirasa dapat memangkas waktu tim peneliti untuk blended,
membaur, pendekatan, dan kesetaraan dengan masyarakat
sasaran.
Beberapa referensi hasil penelitian tersebut dapat dipelajari lebih lanjut pada:
1) Lely Indrawati, Suharjo, Nur Anita, Haniel Dominggus,
Nurcahyo Tri Arianto, Sugeng Rahanto, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Mamasa,
Desa Makuang, Kecamatan Messawa, Kabupaten
Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2) Lusi Kristiana, Tonny Murwanto, Santi Dwiningsih,
Harumanto Sapardi, Kasnodihardjo, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Jawa,
Desa Gading Sari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3) Aan Kurniawan, Ivon Ayomi, Petrodes M. Mega S.
Keliduan, Elyage Lokobal, Agung Dwi Laksono, 2012.
Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Ngalum, Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua. Surabaya; Pusat Humaniora, Kebijakan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
4) Helper Sahat P. Manalu, Ida, Oktavianus Pangaribuan,
Arif Kristian Lawolo, Lestari Handayani, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Nias, Desa
Hilifadölö, Kecamatan Lölöwa’u, Kabupaten Nias Selatan,
Provinsi Sumatera Utara. Jakarta; Pusat Humaniora,
kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
B.
Wawancara Mendalam
Salah satu metode pengumpulan data paling mendasar
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Tanpa disadari sebetulnya kita sudah terlalu sering melihat
dan bahkan melakukannya, tanpa harus menjadi peneliti.
Tayangan televisi model talk show populer semacam Mata
Najwa adalah salah satu contoh kongkret, atau saat kita
wawancara untuk sebuah pekerjaan, atau saat kita sakit
dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, kita akan
diwawancarai oleh dokter sebelum dia menentukan penyakit
atau menegakkan diagnosa secara tepat akan penyakit yang
kita alami sebagai respon dari jawaban-jawaban kita saat
wawancara tersebut.
Wawancara mendalam didasarkan pada gagasan bahwa
menggali lebih mendalam tentang subjek atau informan
untuk menghasilkan data yang lebih otentik (Marvasti,
25
26
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
2004). Wawancara mendalam adalah teknik yang dirancang
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspektif
subjek pada topik penelitian. Selama pelaksanaan wawancara
mendalam, orang yang diwawancarai dianggap ahli dan
pewawancara dianggap siswa (Mack dkk., 2005). Secara
tradisional, wawancara mendalam adalah teknik face to
face antara pewawancara tunggal dengan informan tunggal,
meski saat ini tengah populer model pewawancara tunggal
dengan informan kelompok, yang lebih lazim disebut sebagai
focus group (kelompok terarah). Metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam sangat berguna ketika objek
dari penelitian tentang topik yang di luar norma dan asumsi
yang sering kali tidak dibicarakan secara eksplisit dalam
praktik sehari-hari sebuah kelompok/komunitas (Murphy dan
Dingwall, 2003).
Marvasti (2004) menyatakan bahwa saat ini model
wawancara mendalam secara bertahap bergeser ke arah
gagasan analitis yang lebih kompleks, bahwa wawancara
adalah acara sosial yang menciptakan versi tertentu dari
realitas sosial. Sebelumnya, pemahaman wawancara
mendalam hanya sebagai alat penelitian didasarkan secara
sederhana pada pertanyaan dan jawaban.
Teknik wawancara mendalam mendorong peneliti yang
berkeinginan untuk mempelajari segala sesuatu dari peserta,
agar dapat berbagi tentang topik penelitian. Peneliti terlibat
dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan secara netral,
mendengarkan dengan penuh perhatian tanggapan peserta,
dan mengajukan pertanyaan tindak lanjut dan menggali
berdasarkan respon. Mereka tidak membawa peserta sesuai
dengan praduga, juga tidak mendorong peserta untuk
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
memberikan jawaban tertentu dengan mengekspresikan
persetujuan atau ketidaksetujuan dari apa yang mereka
nyatakan (Mack dkk., 2005). Beberapa hal wawancara
mendalam hanya bisa terjadi di tempat-tempat yang private
(pribadi) sehingga peneliti kadang tidak mungkin untuk
mendapatkan akses lebih jauh yang diperlukan untuk metode
observasional, sebagai kombinasi metode pengumpulan data
secara bersamaan (Murphy dan Dingwall, 2003).
Data wawancara mendalam biasanya terdiri atas
hasil rekaman audio, transkrip dari perekaman audio, dan
dari buku catatan pewawancara. Catatan dapat berupa
dokumentasi peneliti tentang isi wawancara, peserta, dan
konteks saat wawancara sedang berlangsung.
Menurut Mack dkk. (2005), data hasil transkrip dari
perekaman adalah bentuk paling dimanfaatkan dari wawancara mendalam. Selama tahap analisis data penelitian, setelah
pengumpulan data, transkrip diberi kode menurut tanggapan
peserta untuk setiap pertanyaan dan/atau tema yang muncul
paling menonjol dalam momen wawancara.
Kekuatan dari metode pengumpulan data kualitatif
dengan wawancara mendalam adalah kita dapat memperoleh
respon yang mendalam, dengan nuansa dan kontradiksi
yang terkandung di dalamnya. Kita juga akan mendapatkan
perspektif interpretasi dari informan tentang suatu hubungan
antarperistiwa atau fenomena tertentu berdasarkan cara dia
melihat dan memaknai sesuai dengan keyakinannya.
27
28
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
C.
Focus Groups (Kelompok Terarah)
Focus groups atau kelompok terarah adalah versi lain
atau pengembangan wawancara mendalam dengan versi
sasaran lebih banyak secara bersamaan, berkelompok, untuk
membahas topik tertentu. Secara sederhana, Marvasti (2004)
menyatakan bahwa dalam focus group, peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada sejumlah responden pada saat
yang sama untuk “merangsang diskusi dan dengan demikian
memahami (melalui analisis lebih lanjut) makna dan normanorma yang mendasari jawaban-jawaban kelompok”. Meski
pada prinsipnya sama, Berg (2001) mendefinisikan focus
groups sebagai gaya wawancara yang dirancang untuk
kelompok-kelompok kecil. Dengan menggunakan pendekatan
ini, peneliti berusaha untuk belajar melalui diskusi tentang
karakteristik psikologis dan sosial budaya sadar, setengah
sadar, dan tidak sadar dan proses antara berbagai kelompok.
Metode focus groups sangat efektif untuk menangkap
informasi tentang norma-norma sosial dan berbagai
pendapat atau pandangan dalam suatu populasi. Kekayaan
data kelompok fokus muncul dari dinamika kelompok dan
dari keragaman kelompok. Peserta saling mempengaruhi
satu sama lain melalui kehadiran mereka dan reaksi mereka
terhadap apa yang orang lain katakan. Karena tidak semua
orang akan memiliki pandangan dan pengalaman yang sama
(karena perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, akses
ke sumber daya, dan faktor lainnya), banyak sudut pandang
yang kemungkinan berbeda akan diungkapkan oleh peserta
(Mack, dkk., 2005; Marvasti, 2004). Metode pengumpulan
data focus group sangat tepat bila dipergunakan untuk
mengidentifikasi norma yang berlaku pada suatu kelompok,
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
memunculkan pendapat tentang norma kelompok tersebut,
serta menemukan berbagai variasinya dalam suatu populasi.
Menurut Mack, dkk. (2005) dalam sebuah studi, focus
groups biasanya merupakan satu di antara banyak metode
yang digunakan untuk membuat gambaran lengkap tentang
bagaimana suatu masalah mempengaruhi komunitas. Focus
groups berkontribusi terhadap pemahaman yang luas ini
dengan menyediakan data yang didasarkan pada normanorma sosial dan budaya, norma-norma yang meresap pada
masyarakat, dan pendapat orang tentang nilai-nilai mereka
sendiri.
Sebuah sesi focus groups lazimnya terdiri dari sejumlah
kecil peserta di bawah bimbingan fasilitator, atau biasa disebut
moderator. Berg (2001) menyebutkan tugas moderator dalam
focus groups sebenarnya mirip dengan pewawancara dalam
tatap muka wawancara. Tugas-tugas ini dapat dibuat lebih
sistematis dengan menyiapkan panduan prosedural sebelum
melakukan focus groups yang sebenarnya.
Secara khusus untuk peran moderator, Bloor, dkk. (2001)
mengingatkan bahwa seorang fasilitator harus memfasilitasi
kelompok, bukan mengontrolnya. Tujuannya adalah untuk
memfasilitasi interaksi kelompok sedemikian rupa agar
memahami norma-norma dan makna kelompok. Interaksi
kelompok tertentu dapat terdistorsi oleh kontrol eksternal
(moderator) terlalu banyak.
Jumlah peserta focus groups umumnya terdiri atas enam
sampai dua belas orang dalam satu sesi kelompok diskusi,
tergantung pada topik yang dibahas. Secara khusus Krueger
(1994) menyarankan bahwa untuk masalah yang fokus
kompleks ukuran kelompok harus tidak lebih dari sekitar
29
30
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
tujuh peserta. Untuk satu topik bahasan, biasa dilakukan
dalam beberapa seri focus groups dengan topik yang sama,
tetapi dengan peserta yang berbeda.
Setiap peserta dalam sebuah focus groups harus setara
dalam sebuah tingkatan. Misalnya, diskusi untuk membahas
topik tentang kesetaraan gender dalam hal partisipasi
keluarga berencana. Diskusi, yang melibatkan ibu-ibu rumah
tangga sebagai peserta, hanya boleh melibatkan ibu-ibu
rumah tangga tersebut saja. Melibatkan kategori peserta lain,
misalnya tokoh agama, justru akan membuat diskusi tidak
terfokus, dan merusak data yang kita inginkan. Bila dalam
topik tersebut kita juga ingin tahu tentang pendapat pada
tokoh agama, bisa ditambah sesi focus groups lain dengan
topik yang sama, tetapi dengan peserta berbeda, hanya
melibatkan tokoh agama yang setara.
Merupakan hal penting untuk mempersiapkan ruangan
sebelum peserta tiba. Peneliti harus mengetahui jumlah orang
yang terlibat dan memastikan bahwa ruang dalam ukuran
yang tepat dan dilengkapi dengan kursi yang cukup, meja, dan
peralatan rekaman yang Anda butuhkan. Bila memungkinkan,
ruangan harus di daerah yang tenang (Stringer, 2004). Kursi
peserta ditempatkan satu baris mengelilingi meja sehingga
setiap peserta bisa face to face terhadap peserta diskusi
lainnya. Hal ini sangat penting untuk bisa memancing dan
membangun interaksi antar peserta pada saat diskusi
dilangsungkan.
Alat kelengkapan focus groups bisa terdiri dari rekaman
audio; atau bila memungkinkan rekaman visual-audio,
transkrip dari rekaman tersebut, catatan moderator dan
catatan dari notulen diskusi, dan bisa ditambah dengan
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
catatan dari sesi tanya jawab yang diadakan setelah kelompok
fokus. Rekaman visual-audio (video) akan sangat membantu
peneliti dalam merekam ekspresi, reaksi, dan emosi pada
saat diskusi berlangsung. Hal ini penting dilakukan untuk
memudahkan peneliti membangun kembali memori tentang
suasana pada saat diskusi sedang berlangsung.
Kelebihan metode focus group bila dibandingkan
dengan wawancara mendalam adalah bahwa focus group
mampu memunculkan informasi tentang berbagai norma dan
opini dalam waktu singkat (Stringer, 2004; Mack, dkk., 2005),
serta dinamika dalam wawancara kelompok mampu untuk
merangsang reaksi atau percakapan. Morgan (1997) mengakui
bahwa focus groups mampu memberikan pandangan yang
lebih luas dibandingkan dengan wawancara mendalam.
D.
Informan
Salah satu aspek penting dalam pengumpulan data
kualitatif adalah pemilihan informan dalam penggalian informasi atau data. Informan kunci atau “key informant” merupakan sumber informasi utama dari aspek atau substansi
yang akan dipelajari dalam studi kualitatif. Marshall (1996)
menekankan beberapa karakteristik ‘ideal’ informan berikut: peran di masyarakat, pengetahuan, kebersediaan,
komunikatif, bersikap netral atau untuk menghindari bias
informasi. Penentuan berdasarkan karakteristik tersebut tidak
semuanya dapat dinilai pada saat sebelum pengumpulan
informasi, tetapi dapat ditetapkan pada saat wawancara
berjalan. Di samping itu, kriteria informan juga fleksibel dan
dapat bervariasi tergantung dari jenis informasi serta tujuan
penggalian informasi. Setiap penelitian kualitatif dapat
31
32
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
menetapkan kriteria informan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Proses penetapan sebagai informasi kunci dapat
terus berlangsung melalui beberapa wawancara sampai
peneliti dapat menetapkan siapa informan kunci yang tepat
untuk materi tertentu. Prinsip “siapa berbicara apa” menjadi
penting dalam pengumpulan data kualitatif karena informasi
yang didapatkan dapat berbeda dari karaterisitik informan
yang berbeda.
Sebagai contoh, penggalian informasi terkait alasan
ibu di desa memilih dukun sebagai penolong persalinan
dapat dilalukan melalui wawancara mendalam dengan
memilih informan dengan karakteristik: ibu yang pernah
ditolong oleh dukun pada saat bersalin dalam satu tahun
terakhir, tinggal di pedesaan, sosial ekonomi baik dan
kurang. Informasi yang lebih dalam dan valid bisa didapatkan
dari ibu yang mempunyai pengalaman melahirkan dengan
pertolongan dukun dalam satu tahun terakhir daripada ibu
yang mempunyai pengalaman dua tahun terakhir atau lebih
karena ada perbedaan kondisi terkait perbedaan periode
waktu. Informasi berbeda akan didapatkan dari informan ibu
yang tinggal di desa dan yang tinggal di kota. Informasi juga
akan berbeda dari ibu yang berlatar belakang ekonomi baik
dan kurang baik.
E.
Penutup
Tiga metode pengumpulan data penelitian kualitatif
yang telah dipaparkan dalam bab ini adalah metode
pengumpulan data paling populer atau paling sering dipergunakan dalam banyak proyek penelitian. Masingmasing metode pengumpuan data memiliki kelebihan
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
dibanding dengan metode lainnya. Cara terbaik adalah
mengombinasikan beberapa metode dalam satu proyek
penelitian. Kombinasi metode pengumpulan data bisa
memaksimalkan perspektif yang ingin kita ketahui terhadap
suatu permasalahan penelitian.
Daftar Pustaka
Bassett, Chris (editor), 2004. Qualitative Research in Health
Care. London: Whurr Publishers.
Berg, Bruce L., 2001. Qualitative Research Methods for The
Social Sciences. Fourth Edition. California: Allyn and
Bacon.
Bloor, M., J. Frankland, M. Thomas and K. Robson, 2001.
Focus Groups in Social Research. London: Sage.
Daymon, Christine dan Immy Holloway, 2002. Qualitative
Research Methods in Public Relations and Marketing
Communications. London: Routledge.
Krueger, R. A., 1994. Focus Groups: A Practical Guide for
Applied Research. 2nd edition. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Mack, Natasha, Cynthia Woodsong, Kathleen M.Macqueen,
Greg Guest, Emily Namey, 2005. Qualitative Research
Methods: A Data Collector’s Field Guide. North Carolina:
Family Health International.
Marshal MN, 1996. The Key Informant Technique. Great
Britain: Family Practice; 13: 92-97. Tersedia pada http://
fampra.oxfordjournals.org, diunggah pada September
17, 2014.
Marvasti, Amir B., 2004. Qualitative Research in Sociology.
London: Sage Publications.
33
34
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Morgan DL., 1997. Focus Group as Qualitative Research.
second edition; London: Sage.
Murphy, Elizabeth, dan Robert Dingwall, 2003. Qualitative
Methods and Health Policy Research. New York: Aldine
De Gruyter.
Neergaard, Helle dan John Parm Ulhøi, 2007. Handbook of
Qualitative Research Methods in Entrepreneurship.
Northampton-Massachusetts: Edward Elgar Publishing.
Silverman, D., 2000. Doing Qualitative Research: A Practical
Handbook. Thousand Oak, CA.: Sage Publications.
Stringer, Elaine, 2004. “Focus Groups” dalam Chris Bassett.
Qualitative Research in Health Care. London: Whurr
Publishers.
Vanderstoep, Scott W., Deirdre D. Johnston, 2009. Research
Methods for Everiday Life; Blending Qualitative and
Quantitative Approach. San Francisco: Jossey-Bass A
Wiley Imprint.
DI BIDANG KESEHATAN
Penulis
Nunik Kusumawardani
Rachmalina Soerachman
Agung Dwi Laksono
Lely Indrawati
Puti Sari H.
Astridya Paramita
Editor
Kasnodihardjo
PENERBIT PT KANISIUS
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
1015003005
© 2015 - PT Kanisius
Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)
Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : [email protected]
Website : www.kanisiusmedia.com
Cetakan keTahun
Editor
Desainer isi
Desainer sampul
ISBN
3
17
2
16
1
15
: Erdian
: Nael
: Joko S
978-979-21-4246-4
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa
pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial di
Indonesia yang lazim dikenal selama ini adalah metode survei,
yaitu suatu metode penelitian yang mengandalkan ilmu
statistik dalam menganalisis gejala empiris. Dengan dipakainya
pendekatan ilmu statistik untuk menarik generalisasi empiris,
data-data yang dikumpulkan dalam penelitian survei bersifat
kuantitatif. Artinya, data-data yang dinilai diubah ke dalam
bentuk angka-angka statistik. Data yang dicari dan dianalisis
mempunyai ciri demikian. Oleh karena itu, survei sering
disebut sebagai penelitian kuantitatif.
Namun, di tengah menjamurnya penelitian survei
terdapat keraguan akan kemampuan penelitian survei untuk
menganalisis setiap gejala sosial budaya dalam masyarakat.
Menyadari kekurangan-kekurangan yang muncul dalam
penelitian survei, penelitian kualitatif dapat menutupi
kekurangan-kekurangan tersebut, tentunya dalam kaitan ini
adalah penelitian-penelitian di bidang kesehatan.
Penelitian kualitatif di bidang kesehatan merupakan
penelitian yang sangat berkaitan dengan penjelasan narasi
atau cerita di balik suatu fakta atau kejadian menyangkut
bidang kesehatan. Informasi yang didapatkan dari penelitian
kualitatif berdasarkan pendapat, cerita, dan perilaku dari
responden atau informan, termasuk gambaran situasi secara
fisik dan sosial di lokasi penelitian. Penelitian kualitatif
iii
iv
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
tersebut sudah merupakan kebutuhan dalam bidang kesehatan sejak ada pemahaman peran aspek sosial budaya dan
perilaku yang berkaitan dengan status kesehatan.
Dalam beberapa dekade terakhir, sudah mulai sering
dilakukan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
seiring dengan berkembangnya pertanyaan penelitian yang
memerlukan data atau informasi yang bersifat kualitatif,
yang tidak dapat terungkap jika menggunakan pendekatan
kuantitatif (survei). Data kualitatif bisa sebagai pendukung
data kuantitatif ataupun sebaliknya sebagai penelitian utama
yang didukung oleh data kuantitatif, atau sebagai pelengkap
satu sama lain, tergantung dari pertanyaan penelitian yang
akan dijawab.
Dalam buku ini, akan dijelaskan secara rinci yang mencakup prinsip dasar penelitian kualitatif serta perbedaannya
dengan studi kuantitatif, pengelolaan, analisis, penyajian
dan penyimpanan data kualitatif. Diharapkan dengan buku
ini dapat membantu peneliti di bidang kesehatan dalam
manajemen data kualitatif sehingga data dapat lebih berkualitas dan dimanfaatkan semaksimal mungkin serta dapat
tersimpan dengan baik.
Jakarta, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................
Daftar Isi ......................................................................
Daftar Tabel ................................................................
Daftar Gambar .............................................................
iii
v
vi
vii
Bab 1. Pengertian Penelitian Kualitatif ......................
Nunik Kusumawardani
1
Bab 2. Desain Penelitian Kualitatif .............................
Nunik Kusumawardani
Rachmalina Soerachman
9
Bab 3. Pengumpulan Data Kualitatif ..........................
Agung Dwi Laksono
15
Bab 4. Pengelolaan Data Kualitatif ............................
Lely Indrawati
Puti Sari H.
35
Bab 5. Analisis Data Penelitian Kualitatif ...................
Rachmalina Soerachman
Astridya Paramita
49
Bab 6. Penyajian Data Kualitatif.................................
Puti Sari H.
Lely Indrawati
65
Bab 7. Penutup ..........................................................
77
INDEKS .......................................................................
81
v
Bab 3
Pengumpulan
Data Penelitian Kualitatif
Agung Dwi Laksono
Dalam sebuah penelitian kualitatif, proses pengumpulan
data dilakukan dengan sangat berbeda dengan metode
penelitian kuantitatif yang lebih dulu eksis, tak terkecuali
dalam bidang kesehatan. Perbedaan ini lebih disebabkan oleh
tujuan masing-masing jenis penelitian itu sendiri.
Penelitian kuantitatif lebih ditujukan untuk mencari
keluasan dari sebuah permasalahan, sedang penelitian
kualitatif lebih ditujukan untuk mencari kedalamannya. Ciri
lain yang sangat berbeda adalah bahwa di dalam penelitian
kuantitatif setiap fenomena ditunjukkan dengan angka atau
numerik, sedang penelitian kualitatif menyajikan sebuah
fenomena dalam sebuah narasi yang mendalam, meski
tak menampik juga kadang disertai dengan menampilkan
angka. Secara detail perbedaan dari kedua jenis pendekatan
penelitian tersebut pada Tabel 3.1.
15
16
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Dalam penelitian kuantitatif, instrumen sudah didesain
sedemikian rupa sehingga sangat terstruktur dan teratur,
biasanya dalam bentuk-bentuk kuesioner ataupun daftar tilik
yang sudah dirancang sedemikian rupa. Dengan demikian,
proses paling “merepotkan” dari kesempurnaan penelitian
kuantitatif adalah tahap persiapannya bila dibandingkan
dengan tahap pengumpulan ataupun interpretasi data.
Hal berbeda berlaku pada penelitian kualitatif. Pada
penelitian jenis ini, kebanyakan instrumen adalah “peneliti”
itu sendiri. Kalaupun ada instrumen pendokumentasian lainnya, hanya merupakan instrumen pendukung untuk melengkapi data, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri.
Tahap persiapan dalam penelitian kualitatif cenderung
lebih “ringan”. Bagian paling “merepotkan” adalah pada saat
interpretasi data. Pada fase ini peneliti sebagai instrumen
dituntut untuk membangun kembali memorinya terhadap
suasana atau konteks pada saat pengumpulan data, melihat
hubungan antarobjek, sampai pada perilaku masing-masing
objek secara mandiri ataupun pada saat berinteraksi.
Ada tiga metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1) observasi
partisipatif; 2) wawancara mendalam; dan 3) diskusi
kelompok terarah.
Tabel 3.1 Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif versus Kualitatif
Seleksi Peserta/
Responden/
Informan
Untuk menggambarkan karakteristik suatu
populasi
Random sampling
KUALITATIF
Berusaha untuk mengeksplorasi fenomena.
Instrumen lebih fleksibel, menggunakan
gaya berulang untuk memunculkan dan
mengkategorikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
Menggunakan metode semi-terstruktur, seperti:
wawancara mendalam, kelompok fokus, dan
observasi partisipatif.
Untuk menggambarkan variasi.
Untuk menggambarkan dan menjelaskan
hubungan.
Untuk menggambarkan pengalaman individu.
Untuk menggambarkan norma kelompok.
Purposif atau dipilih secara teoretis
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
KARAKTERISTIK
KUANTITATIF
Kerangka Umum Berusaha untuk mengonfirmasi hipotesis
tentang fenomena.
Instrumen menggunakan gaya yang
lebih kaku untuk memunculkan dan
mengkategorikan tanggapan terhadap
pertanyaan.
Menggunakan metode yang sangat
terstruktur, seperti: kuesioner, survei, dan
observasi terstruktur.
Tujuan Analisis
Untuk mengukur variasi.
Untuk memprediksi hubungan kausal.
17
18
Format
Pertanyaan
Format Data
Tanggapan peserta tidak mempengaruhi
atau menentukan bagaimana dan
pertanyaan apa yang diajukan peneliti
berikutnya.
Desain penelitian tunduk pada asumsi dan
kondisi statistik
Keuntungan
Kerugian
Sampel besar, validitas statistik, akurat
mencerminkan populasi.
Pemahaman yang dangkal dari pikiran dan
perasaan sasaran.
Terbuka.
Luas, tematik.
Tekstual (diperoleh dari kaset audio, kaset video,
dan catatan lapangan).
Fenomena disajikan dalam sebuah narasi.
Identifikasi tema utama.
Beberapa aspek dari penelitian ini adalah
fleksibel (misalnya: penambahan, pengucilan,
atau kata-kata pertanyaan wawancara tertentu).
Tanggapan peserta mempengaruhi bagaimana
dan pertanyaan apa yang diajukan peneliti
berikutnya.
Desain penelitian adalah interaktif, yaitu
pengumpulan data dan penelitian pertanyaan
yang disesuaikan dengan apa yang telah
dipelajari
Kaya, mendalam, deskripsi narasi sampel.
Besar sampel kecil, tidak digeneralisasikan untuk
populasi pada umumnya.
Sumber: Marvasti (2004); Mack, dkk (2005); Vanderstoep dan Johnston (2009)
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Fleksibilitas
dalam Desain
Penelitian
Tertutup.
Pertanyaan spesifik atau hipotesis.
Numerik (diperoleh dengan menetapkan
nilai numerik untuk respon).
Fenomena disajikan secara numerik.
Deskriptif data statistik inferensial.
Desain penelitian stabil dari awal sampai
akhir.
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Ketiga metode tersebut mempunyai tujuan dan tingkat
kesulitan yang berbeda antara satu metode dengan metode
lainnya. Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahannya
sendiri. Selain ketiga metode tersebut, juga berkembang
metode pengumpulan data kualitatif lain, seperti penelusuran
dokumen.
Jarang sekali dalam sebuah penelitian kualitatif digunakan metode pengumpulan data tunggal. Sering kali metode
pengumpulan data dilakukan dengan dua sampai tiga metode secara bersamaan. Hal ini penting dilakukan karena kelemahan satu metode bisa ditutupi atau dilengkapi dengan
kekuatan dari metode pengumpulan data lainnya.
Selain itu, yang terpenting adalah penggunaan lebih dari
satu metode pengumpulan data merupakan salah satu cara
dalam penelitian kualitatif untuk menjaga dan memvalidasi
data. Dalam ranah penelitian kualitatif, hal ini disebut sebagai
triangulasi metode. Tentang triangulasi dan jenis triangulasi
lainnya akan dijelaskan dalam bab tersendiri dalam buku ini.
Pada pokok bahasan selanjutnya akan dijelaskan definisi
masing-masing metode pengumpulan data dan bagaimana
cara melakukannya. Selain itu, akan diuraikan kelebihan atau
kekuatan dan kelemahan setiap metode pengumpulan data.
A.
Observasi Partisipatif
Menurut Mack, dkk. (2005) observasi partisipatif merupakan akar dalam penelitian etnografi tradisional, yang
bertujuan untuk membantu para peneliti mempelajari perspektif yang dimiliki oleh populasi penelitian. Dianggap bahwa akan ada beberapa perspektif dalam suatu masyarakat
tertentu. Metode ini menarik untuk mengetahui beragam
19
20
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
perspektif yang ada dan membantu dalam memahami
interaksi di antara mereka.
Lebih lanjut Mack, dkk (2005) menjelaskan bahwa
peneliti kualitatif melakukan observasi partisipatif bisa
melalui pengamatan sendiri atau oleh keduanya, mengamati
dan berpartisipasi. Observasi partisipatif selalu dapat
diterapkan dalam masyarakat, di lokasi yang diyakini memiliki
relevansi dengan pertanyaan penelitian. Metode ini khas
karena peneliti mendekati peserta di lingkungan mereka
sendiri. Secara umum, peneliti yang terlibat dalam observasi
partisipatif mencoba untuk mempelajari seperti apa hidup
sebagai “orang dalam” sambil juga tetap berperan sebagai
“orang luar”. Murphy dan Dingwall (2003) mengingatkan
bahwa keseimbangan yang sebenarnya antara partisipasi dan
observasi tidak pernah sepenuhnya dalam kendali peneliti
lapangan tersebut. Keahlian peneliti lapangan terletak pada
kecermatan untuk mengetahui kapan harus bersandar pada
satu arah dan kapan bersandar pada arah lain, dan harus
jelas apakah arah ini adalah masalah yang dipilih atau hanya
masalah kontingensi (fenomena sesaat).
Penting untuk dipahami bahwa data hasil berdasarkan
observasi tidak seperti menyalin realitas secara sesederhana. Kehidupan alami masyarakat yang diteliti telah ada
sebelumnya, dan hal tersebut independen dari intervensi
pengamat. Namun, data tersebut merupakan hasil transformasi tunggal peneliti dalam memaknai realitas menjadi
bahan yang cocok untuk dianalisis. Hal tersebut berbeda
dengan data wawancara, yang melibatkan setidaknya dua
transformasi: a) oleh pewawancara yang memilih pertanyaan
yang diajukan, dan b) oleh responden yang merestrukturisasi
pengalaman asli mereka dalam rangka menjawab pertanyaan.
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Dalam beberapa kasus, bahkan mungkin ada transformasi
ketiga jika peneliti juga mengusulkan kemungkinan jawaban
lain (Murphy dan Dingwall, 2003).
Sebagian besar data observasi partisipatif terdiri dari
catatan lapangan (field notes) rinci yang dicatat catatan
peneliti dalam sebuah buku catatan lapangan. Meski biasanya
tekstual, data tersebut juga dapat mencakup peta dan
diagram lain, seperti pola kekerabatan atau bagan organisasi.
Kadang-kadang, observasi partisipatif juga melibatkan
kuantifikasi sesuatu dan, sebagai hasilnya, menghasilkan
data numerik. Contohnya, peneliti dapat menghitung
jumlah orang yang masuk ruang tertentu dan terlibat dalam
kegiatan tertentu selama segmen waktu tertentu (Mack, dkk.,
2005). Secara tradisional, peneliti kualitatif mengandalkan
keterampilan kerja lapangan mereka sebagai pengamat, dan
mengandalkan kemampuan mereka untuk mereproduksi
karakter singkat dan sekilas peristiwa dalam catatan lapangan
mereka. Namun, dalam perkembangan saat ini, para peneliti
kualitatif telah semakin menggunakan alat bantu teknologi
audio dan video untuk melakukan perekaman momen
tersebut sehingga peneliti dapat menghidupkan kembali
dan merekonstruksi ulang momen dengan cara yang agak
berbeda (Murphy dan Dingwall, 2003). Pendekatan observasi
partisipatif dengan menggunakan teknologi visual-audio saat
ini sangat populer dan disebut sebagai etnografi film atau
video.
Sementara masih terjadi perdebatan teoretis dan
metodologis terhadap etnografi film. Produksi film tersebut
terus diproduksi dengan tidak terlalu bertele-tele atau
mengikuti konsep formal. Mereka menggabungkan prioritas
estetika dalam naungan penelitian ilmiah untuk menciptakan
21
22
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
karya yang menginformasikan pada khalayak umum tentang
berbagai isu sosial. Misalnya, pembuat video etnografi
feminis telah menggunakan media film untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang nasib perempuan dan
minoritas pada umumnya (Marvasti, 2004).
Metode observasi partisipatif dalam sebuah proyek
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif pada
tahap awal dapat digunakan untuk memfasilitasi dan membangun rapor hubungan yang positif antara peneliti dengan
informan kunci ataupun stake-holder lain. Rapor hubungan
baik ini sangat penting untuk keberlanjutan penelitian,
termasuk untuk memperoleh akses terhadap informan potensial.
Sering kali peneliti kualitatif di lapangan memiliki rapor
hubungan yang sangat baik dengan informan kunci, dan
bahkan cenderung secara pribadi. Hal ini perlu kehati-hatian
dalam mencatat informasi yang timbul dalam pengamatan.
Perlu dipastikan atau bila perlu meminta persetujuan untuk
memasukkan informasi tersebut sebagai catatan resmi lapangan (Mack, dkk., 2005).
Sebuah proyek penelitian terapan biasanya menggunakan metode pengumpulan data lain secara bersamaan dengan
metode observasi partisipatif, misalnya focus group dan
wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas desain penelitian.
Kekuatan pengumpulan data menggunakan metode
observasi partisipatif adalah memungkinkan untuk membuka
wawasan peneliti terhadap sebuah konteks, hubungan, dan
perilaku. Metode ini juga dapat memberikan informasi, yang
bisa jadi sebelumnya tidak diketahui peneliti, yang sangat
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
penting untuk desain penelitian, pengumpulan data, dan
interpretasi data lainnya.
Sedang kelemahan utama metode observasi partisipatif
adalah membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu,
proses pendokumentasian sangat tergantung pada memori,
disiplin, dan ketekunan peneliti. Metode observasi partisipatif
juga membutuhkan kesadaran peneliti untuk sebuah objektivitas karena metode ini sangat subjektif peneliti. Tetap saja
objektivitas di sini terasa sangat relatif karena pemilihan
topik penelitian ataupun metode pengumpulan data juga
merupakan sebuah pilihan atau subjektivitas peneliti sendiri.
Beberapa antropolog dan peneliti kualitatif lainnya
tidak merumuskan secara tegas waktu yang dibutuhkan
dalam pengumpulan data dengan cara observasi partisipatif.
Hal tersebut sangat tergantung pada objek yang diteliti,
sensitivitas peneliti, dan yang paling penting tergantung pada
interaksi di antara keduanya (masyarakat dan peneliti).
Riset Etnografi Kesehatan yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI
pada tahun 2012, dan terakhir tahun 2014, mengharuskan
para penelitinya grounded selama 60-70 hari di lapangan.
Penelitian, yang ditujukan untuk memetakan budaya
masyarakat setempat yang terkait dengan bidang kesehatan
ini, dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri atas tiga orang:
peneliti bidang kesehatan, peneliti bidang sosial (antropolog/
sosiologi), dan peneliti daerah.
Penelitian grounded yang hanya 60-70 hari di lapangan,
oleh beberapa antropolog dirasakan masih kurang untuk
benar-benar dapat mengenal dan menggali budaya kelompok
masyarakat pada etnik tertentu yang diteliti. Namun, waktu
23
24
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
60-70 hari tersebut sudah lebih dari cukup untuk penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan,
walaupun dirasakan hanya secara superfisial.
Faktor lain yang dianggap sebagai kelebihan dalam riset
etnografi tersebut adalah keterlibatan orang daerah setempat
sebagai salah satu anggota tim peneliti yang diharapkan
memahami bahasa daerah atau masyarakat yang diteliti. Hal
ini dirasa dapat memangkas waktu tim peneliti untuk blended,
membaur, pendekatan, dan kesetaraan dengan masyarakat
sasaran.
Beberapa referensi hasil penelitian tersebut dapat dipelajari lebih lanjut pada:
1) Lely Indrawati, Suharjo, Nur Anita, Haniel Dominggus,
Nurcahyo Tri Arianto, Sugeng Rahanto, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Mamasa,
Desa Makuang, Kecamatan Messawa, Kabupaten
Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2) Lusi Kristiana, Tonny Murwanto, Santi Dwiningsih,
Harumanto Sapardi, Kasnodihardjo, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Jawa,
Desa Gading Sari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3) Aan Kurniawan, Ivon Ayomi, Petrodes M. Mega S.
Keliduan, Elyage Lokobal, Agung Dwi Laksono, 2012.
Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Ngalum, Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua. Surabaya; Pusat Humaniora, Kebijakan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
4) Helper Sahat P. Manalu, Ida, Oktavianus Pangaribuan,
Arif Kristian Lawolo, Lestari Handayani, 2012. Buku Seri
Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012, Etnik Nias, Desa
Hilifadölö, Kecamatan Lölöwa’u, Kabupaten Nias Selatan,
Provinsi Sumatera Utara. Jakarta; Pusat Humaniora,
kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
B.
Wawancara Mendalam
Salah satu metode pengumpulan data paling mendasar
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Tanpa disadari sebetulnya kita sudah terlalu sering melihat
dan bahkan melakukannya, tanpa harus menjadi peneliti.
Tayangan televisi model talk show populer semacam Mata
Najwa adalah salah satu contoh kongkret, atau saat kita
wawancara untuk sebuah pekerjaan, atau saat kita sakit
dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, kita akan
diwawancarai oleh dokter sebelum dia menentukan penyakit
atau menegakkan diagnosa secara tepat akan penyakit yang
kita alami sebagai respon dari jawaban-jawaban kita saat
wawancara tersebut.
Wawancara mendalam didasarkan pada gagasan bahwa
menggali lebih mendalam tentang subjek atau informan
untuk menghasilkan data yang lebih otentik (Marvasti,
25
26
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
2004). Wawancara mendalam adalah teknik yang dirancang
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspektif
subjek pada topik penelitian. Selama pelaksanaan wawancara
mendalam, orang yang diwawancarai dianggap ahli dan
pewawancara dianggap siswa (Mack dkk., 2005). Secara
tradisional, wawancara mendalam adalah teknik face to
face antara pewawancara tunggal dengan informan tunggal,
meski saat ini tengah populer model pewawancara tunggal
dengan informan kelompok, yang lebih lazim disebut sebagai
focus group (kelompok terarah). Metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam sangat berguna ketika objek
dari penelitian tentang topik yang di luar norma dan asumsi
yang sering kali tidak dibicarakan secara eksplisit dalam
praktik sehari-hari sebuah kelompok/komunitas (Murphy dan
Dingwall, 2003).
Marvasti (2004) menyatakan bahwa saat ini model
wawancara mendalam secara bertahap bergeser ke arah
gagasan analitis yang lebih kompleks, bahwa wawancara
adalah acara sosial yang menciptakan versi tertentu dari
realitas sosial. Sebelumnya, pemahaman wawancara
mendalam hanya sebagai alat penelitian didasarkan secara
sederhana pada pertanyaan dan jawaban.
Teknik wawancara mendalam mendorong peneliti yang
berkeinginan untuk mempelajari segala sesuatu dari peserta,
agar dapat berbagi tentang topik penelitian. Peneliti terlibat
dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan secara netral,
mendengarkan dengan penuh perhatian tanggapan peserta,
dan mengajukan pertanyaan tindak lanjut dan menggali
berdasarkan respon. Mereka tidak membawa peserta sesuai
dengan praduga, juga tidak mendorong peserta untuk
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
memberikan jawaban tertentu dengan mengekspresikan
persetujuan atau ketidaksetujuan dari apa yang mereka
nyatakan (Mack dkk., 2005). Beberapa hal wawancara
mendalam hanya bisa terjadi di tempat-tempat yang private
(pribadi) sehingga peneliti kadang tidak mungkin untuk
mendapatkan akses lebih jauh yang diperlukan untuk metode
observasional, sebagai kombinasi metode pengumpulan data
secara bersamaan (Murphy dan Dingwall, 2003).
Data wawancara mendalam biasanya terdiri atas
hasil rekaman audio, transkrip dari perekaman audio, dan
dari buku catatan pewawancara. Catatan dapat berupa
dokumentasi peneliti tentang isi wawancara, peserta, dan
konteks saat wawancara sedang berlangsung.
Menurut Mack dkk. (2005), data hasil transkrip dari
perekaman adalah bentuk paling dimanfaatkan dari wawancara mendalam. Selama tahap analisis data penelitian, setelah
pengumpulan data, transkrip diberi kode menurut tanggapan
peserta untuk setiap pertanyaan dan/atau tema yang muncul
paling menonjol dalam momen wawancara.
Kekuatan dari metode pengumpulan data kualitatif
dengan wawancara mendalam adalah kita dapat memperoleh
respon yang mendalam, dengan nuansa dan kontradiksi
yang terkandung di dalamnya. Kita juga akan mendapatkan
perspektif interpretasi dari informan tentang suatu hubungan
antarperistiwa atau fenomena tertentu berdasarkan cara dia
melihat dan memaknai sesuai dengan keyakinannya.
27
28
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
C.
Focus Groups (Kelompok Terarah)
Focus groups atau kelompok terarah adalah versi lain
atau pengembangan wawancara mendalam dengan versi
sasaran lebih banyak secara bersamaan, berkelompok, untuk
membahas topik tertentu. Secara sederhana, Marvasti (2004)
menyatakan bahwa dalam focus group, peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada sejumlah responden pada saat
yang sama untuk “merangsang diskusi dan dengan demikian
memahami (melalui analisis lebih lanjut) makna dan normanorma yang mendasari jawaban-jawaban kelompok”. Meski
pada prinsipnya sama, Berg (2001) mendefinisikan focus
groups sebagai gaya wawancara yang dirancang untuk
kelompok-kelompok kecil. Dengan menggunakan pendekatan
ini, peneliti berusaha untuk belajar melalui diskusi tentang
karakteristik psikologis dan sosial budaya sadar, setengah
sadar, dan tidak sadar dan proses antara berbagai kelompok.
Metode focus groups sangat efektif untuk menangkap
informasi tentang norma-norma sosial dan berbagai
pendapat atau pandangan dalam suatu populasi. Kekayaan
data kelompok fokus muncul dari dinamika kelompok dan
dari keragaman kelompok. Peserta saling mempengaruhi
satu sama lain melalui kehadiran mereka dan reaksi mereka
terhadap apa yang orang lain katakan. Karena tidak semua
orang akan memiliki pandangan dan pengalaman yang sama
(karena perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, akses
ke sumber daya, dan faktor lainnya), banyak sudut pandang
yang kemungkinan berbeda akan diungkapkan oleh peserta
(Mack, dkk., 2005; Marvasti, 2004). Metode pengumpulan
data focus group sangat tepat bila dipergunakan untuk
mengidentifikasi norma yang berlaku pada suatu kelompok,
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
memunculkan pendapat tentang norma kelompok tersebut,
serta menemukan berbagai variasinya dalam suatu populasi.
Menurut Mack, dkk. (2005) dalam sebuah studi, focus
groups biasanya merupakan satu di antara banyak metode
yang digunakan untuk membuat gambaran lengkap tentang
bagaimana suatu masalah mempengaruhi komunitas. Focus
groups berkontribusi terhadap pemahaman yang luas ini
dengan menyediakan data yang didasarkan pada normanorma sosial dan budaya, norma-norma yang meresap pada
masyarakat, dan pendapat orang tentang nilai-nilai mereka
sendiri.
Sebuah sesi focus groups lazimnya terdiri dari sejumlah
kecil peserta di bawah bimbingan fasilitator, atau biasa disebut
moderator. Berg (2001) menyebutkan tugas moderator dalam
focus groups sebenarnya mirip dengan pewawancara dalam
tatap muka wawancara. Tugas-tugas ini dapat dibuat lebih
sistematis dengan menyiapkan panduan prosedural sebelum
melakukan focus groups yang sebenarnya.
Secara khusus untuk peran moderator, Bloor, dkk. (2001)
mengingatkan bahwa seorang fasilitator harus memfasilitasi
kelompok, bukan mengontrolnya. Tujuannya adalah untuk
memfasilitasi interaksi kelompok sedemikian rupa agar
memahami norma-norma dan makna kelompok. Interaksi
kelompok tertentu dapat terdistorsi oleh kontrol eksternal
(moderator) terlalu banyak.
Jumlah peserta focus groups umumnya terdiri atas enam
sampai dua belas orang dalam satu sesi kelompok diskusi,
tergantung pada topik yang dibahas. Secara khusus Krueger
(1994) menyarankan bahwa untuk masalah yang fokus
kompleks ukuran kelompok harus tidak lebih dari sekitar
29
30
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
tujuh peserta. Untuk satu topik bahasan, biasa dilakukan
dalam beberapa seri focus groups dengan topik yang sama,
tetapi dengan peserta yang berbeda.
Setiap peserta dalam sebuah focus groups harus setara
dalam sebuah tingkatan. Misalnya, diskusi untuk membahas
topik tentang kesetaraan gender dalam hal partisipasi
keluarga berencana. Diskusi, yang melibatkan ibu-ibu rumah
tangga sebagai peserta, hanya boleh melibatkan ibu-ibu
rumah tangga tersebut saja. Melibatkan kategori peserta lain,
misalnya tokoh agama, justru akan membuat diskusi tidak
terfokus, dan merusak data yang kita inginkan. Bila dalam
topik tersebut kita juga ingin tahu tentang pendapat pada
tokoh agama, bisa ditambah sesi focus groups lain dengan
topik yang sama, tetapi dengan peserta berbeda, hanya
melibatkan tokoh agama yang setara.
Merupakan hal penting untuk mempersiapkan ruangan
sebelum peserta tiba. Peneliti harus mengetahui jumlah orang
yang terlibat dan memastikan bahwa ruang dalam ukuran
yang tepat dan dilengkapi dengan kursi yang cukup, meja, dan
peralatan rekaman yang Anda butuhkan. Bila memungkinkan,
ruangan harus di daerah yang tenang (Stringer, 2004). Kursi
peserta ditempatkan satu baris mengelilingi meja sehingga
setiap peserta bisa face to face terhadap peserta diskusi
lainnya. Hal ini sangat penting untuk bisa memancing dan
membangun interaksi antar peserta pada saat diskusi
dilangsungkan.
Alat kelengkapan focus groups bisa terdiri dari rekaman
audio; atau bila memungkinkan rekaman visual-audio,
transkrip dari rekaman tersebut, catatan moderator dan
catatan dari notulen diskusi, dan bisa ditambah dengan
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
catatan dari sesi tanya jawab yang diadakan setelah kelompok
fokus. Rekaman visual-audio (video) akan sangat membantu
peneliti dalam merekam ekspresi, reaksi, dan emosi pada
saat diskusi berlangsung. Hal ini penting dilakukan untuk
memudahkan peneliti membangun kembali memori tentang
suasana pada saat diskusi sedang berlangsung.
Kelebihan metode focus group bila dibandingkan
dengan wawancara mendalam adalah bahwa focus group
mampu memunculkan informasi tentang berbagai norma dan
opini dalam waktu singkat (Stringer, 2004; Mack, dkk., 2005),
serta dinamika dalam wawancara kelompok mampu untuk
merangsang reaksi atau percakapan. Morgan (1997) mengakui
bahwa focus groups mampu memberikan pandangan yang
lebih luas dibandingkan dengan wawancara mendalam.
D.
Informan
Salah satu aspek penting dalam pengumpulan data
kualitatif adalah pemilihan informan dalam penggalian informasi atau data. Informan kunci atau “key informant” merupakan sumber informasi utama dari aspek atau substansi
yang akan dipelajari dalam studi kualitatif. Marshall (1996)
menekankan beberapa karakteristik ‘ideal’ informan berikut: peran di masyarakat, pengetahuan, kebersediaan,
komunikatif, bersikap netral atau untuk menghindari bias
informasi. Penentuan berdasarkan karakteristik tersebut tidak
semuanya dapat dinilai pada saat sebelum pengumpulan
informasi, tetapi dapat ditetapkan pada saat wawancara
berjalan. Di samping itu, kriteria informan juga fleksibel dan
dapat bervariasi tergantung dari jenis informasi serta tujuan
penggalian informasi. Setiap penelitian kualitatif dapat
31
32
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
menetapkan kriteria informan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Proses penetapan sebagai informasi kunci dapat
terus berlangsung melalui beberapa wawancara sampai
peneliti dapat menetapkan siapa informan kunci yang tepat
untuk materi tertentu. Prinsip “siapa berbicara apa” menjadi
penting dalam pengumpulan data kualitatif karena informasi
yang didapatkan dapat berbeda dari karaterisitik informan
yang berbeda.
Sebagai contoh, penggalian informasi terkait alasan
ibu di desa memilih dukun sebagai penolong persalinan
dapat dilalukan melalui wawancara mendalam dengan
memilih informan dengan karakteristik: ibu yang pernah
ditolong oleh dukun pada saat bersalin dalam satu tahun
terakhir, tinggal di pedesaan, sosial ekonomi baik dan
kurang. Informasi yang lebih dalam dan valid bisa didapatkan
dari ibu yang mempunyai pengalaman melahirkan dengan
pertolongan dukun dalam satu tahun terakhir daripada ibu
yang mempunyai pengalaman dua tahun terakhir atau lebih
karena ada perbedaan kondisi terkait perbedaan periode
waktu. Informasi berbeda akan didapatkan dari informan ibu
yang tinggal di desa dan yang tinggal di kota. Informasi juga
akan berbeda dari ibu yang berlatar belakang ekonomi baik
dan kurang baik.
E.
Penutup
Tiga metode pengumpulan data penelitian kualitatif
yang telah dipaparkan dalam bab ini adalah metode
pengumpulan data paling populer atau paling sering dipergunakan dalam banyak proyek penelitian. Masingmasing metode pengumpuan data memiliki kelebihan
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
dibanding dengan metode lainnya. Cara terbaik adalah
mengombinasikan beberapa metode dalam satu proyek
penelitian. Kombinasi metode pengumpulan data bisa
memaksimalkan perspektif yang ingin kita ketahui terhadap
suatu permasalahan penelitian.
Daftar Pustaka
Bassett, Chris (editor), 2004. Qualitative Research in Health
Care. London: Whurr Publishers.
Berg, Bruce L., 2001. Qualitative Research Methods for The
Social Sciences. Fourth Edition. California: Allyn and
Bacon.
Bloor, M., J. Frankland, M. Thomas and K. Robson, 2001.
Focus Groups in Social Research. London: Sage.
Daymon, Christine dan Immy Holloway, 2002. Qualitative
Research Methods in Public Relations and Marketing
Communications. London: Routledge.
Krueger, R. A., 1994. Focus Groups: A Practical Guide for
Applied Research. 2nd edition. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Mack, Natasha, Cynthia Woodsong, Kathleen M.Macqueen,
Greg Guest, Emily Namey, 2005. Qualitative Research
Methods: A Data Collector’s Field Guide. North Carolina:
Family Health International.
Marshal MN, 1996. The Key Informant Technique. Great
Britain: Family Practice; 13: 92-97. Tersedia pada http://
fampra.oxfordjournals.org, diunggah pada September
17, 2014.
Marvasti, Amir B., 2004. Qualitative Research in Sociology.
London: Sage Publications.
33
34
Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Morgan DL., 1997. Focus Group as Qualitative Research.
second edition; London: Sage.
Murphy, Elizabeth, dan Robert Dingwall, 2003. Qualitative
Methods and Health Policy Research. New York: Aldine
De Gruyter.
Neergaard, Helle dan John Parm Ulhøi, 2007. Handbook of
Qualitative Research Methods in Entrepreneurship.
Northampton-Massachusetts: Edward Elgar Publishing.
Silverman, D., 2000. Doing Qualitative Research: A Practical
Handbook. Thousand Oak, CA.: Sage Publications.
Stringer, Elaine, 2004. “Focus Groups” dalam Chris Bassett.
Qualitative Research in Health Care. London: Whurr
Publishers.
Vanderstoep, Scott W., Deirdre D. Johnston, 2009. Research
Methods for Everiday Life; Blending Qualitative and
Quantitative Approach. San Francisco: Jossey-Bass A
Wiley Imprint.