Laporan Praktikum Laporan Praktikum Lapo

Laporan Praktikum
Biokimia Klinis

Hari,Tanggal
Waktu
PJP
Asisten

: Rabu, 4 Oktober 2017
: 11.00 – 14.00 WIB
: dr. Husnawati, MSi
: Chintia Ayu Puspita
M Rastra Teguh
Yunisa Anugrah

KALSIUM DARAH
Kelompok 18
Rahayu Ventu Rini
Resty Gessya Ariani
Ikhsan


(G84140027)
(G84140043)
(G84140051)

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2017

PENDAHULUAN
Darah merupakan cairan yang mengalir di dalam tubuh. Darah yang
diletakkan di dalam tabung reaksi akan menggumpal dalam beberapa saat
kemudian, sehingga akan terbentuk cairan kuning supernatan yang disebut dengan
serum. Serum merupakan komponen yang terlarut bersama darah dan tidak
mengandung faktor-faktor penggumpalan darah dan fibrinogen (Nugroho 2010).
Serum mengandung antibodi, antigen, hormon, elektrolit dan substansi eksogen.
Faktor pembekuan darah tidak terkandung dalam serum karena diperoleh dari
darah yang dibiarkan menggumpal (Rahmawati 2009). Serum darah hewan terdiri

dari air sebanyak 92% dan zat-zat lain sebanyak 8% (Nugroho 2010). Komponen
lain dari darah yaitu plasma. Plasma darah diperoleh setelah adanya penambahan
zat penggumpalan darah serta proses sentrifugasi. Selain komponen-komponen
tersebut, plasma juga mengandung fibrinogen, gas, glukosa, lemak, substansi non
protein, nitrogen, enzim, hormon, vitamin dan pigemn. Protein plasma terdiri dari
90% air dan 10% zat padat. Bahan padat tersebut terdiri dari 7% protein dan
bahan anorganik bukan protein, yaitu P, Na, Ca, K, Mg, Fe dan HCO 3 (Nugroho
2010).
Salah satu mineral yang terdapat plasma darah adalah kalsium (Ca).
Kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang dan gigi, serta diperlukan
dalam relaksasi otot, kontraksi otot, transmisi sinyal saraf, pembekuan darah dan
pengaturan hormon tubuh (Limawan et al. 2015). Mineral kalsium merupakan
mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat
badan orang dewasa. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan
kalsium plasma pada konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/L. Sebanyak 99%
kalsium berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk
hidroksiapatit [(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Selain terkandung pada tulang dan gigi,
kalsium juga terdapat pada cairan ekstraseluler dan intraseluler. Peranan kalsium
dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler yaitu mengatur fungsi sel dan menjaga
permeabilitas sel. Kalsium juga memiliki peranan dalam mengatur faktor-faktor

pertumbuhan. Jumlah kalsium yang diabsorpsi oleh tubuh dalam keadaan normal
yaitu sebanyak 20-30%, yang terjadi pada bagian usus halus yaitu duodenum
(Almatsier 2004).
Pentingnya peranan kalsium didalam tubuh, menyebabkan tubuh
mengontrol kalsium agar tetap dalam keadaan yang konstan dalam darah. Tingkat
kalsium didalam darah diatur oleh hormon paratiroid, vitamin D dan kalsitonin.
Hormon paratiroid (PTH) sangat berperan dalam mengatur jumlah kalsium
didalam darah. Apabila jumlah kalsium darah rendah, maka hormon ini akan
diproduksi dan dilepas ke dalam aliran darah dan meningkatkan kalsium darah
(Rouillard dan Lane 2001). Peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah oleh
PTH dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan menginduksi efluks cepat kalsium ke
dalam plasma dan merangsang pelarutan tulang (transfer lambat kalsium dan
fosfat dari stable pool ke dalam plasma. Selain itu, PTH juga memberi efek pada
usus dengan meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat dari usus secara tidak
langsung melalui pengaktifan vitamin D. Apablia konsentrasi kalsium dalam
plasma darah tinggi, maka sekresi PTH akan dikurangi (Rouillard dan Lane

2001). Praktikum ini bertujuan memahami prinsip biokimia yang digunakan
dalam analisis kalsium darah, dapat melakukan analisis kalsium darah serta
mengetahui manfaat analisis kalsium darah untuk mengetahui keadaan fungsi

tubuh.

METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan hari Rabu, 4 Oktober 2017 pukul 11.00 – 14.00
WIB di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan selama praktikum diantaranya serum darah sapi,
akuades, amonium oksalat, amonia 2%, H 2SO4 1N, kertas saring dan KMnO 4 0,01
N. Alat yang digunakan diantaranya batang pengaduk, tabung sentrifus, pipet
mohr 5 mL, pipet tetes, gelas piala, tabung reaksi, penangas air, buret, erlenmeyer,
sentrifugasi dan bulp hitam.
Prosedur
Pemisahan serum darah
Sebanyak 2 buah tabung sentrifuse disiapakan, kemudian diisi dengan
serum darah sebanyak 10 mL. Selanjutnya tabung yang berisi darah disentrifuse
dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Supernatan yang merupakan serum
darah yang diinginkan diambil untuk percobaan pengukurankadar kalsium darah.
Penentuan kadar kalsium darah

Tabung reaksi disiapkan sebanyak dua buah. Tabung pertama sebagai
blanko diisi dengan 4 mL akuades dan 1 mL amonium oksalat. Tabung kedua diisi
dengan serum darah sebanyak 2 mL akuades, dan 1 mL amonium oksalat. Kedua
tabung diaduk dengan batang pengaduk dan didiamkan selama 30 menit. Tabung
disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan supernatan yang
diperoleh dibuang. Tabung sentrifus diletakkan terbalik di atas kertas saring
selama 10 menit, dan ditambahkan ammonia 2 % sebanyak 3 mL. Tabung
disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supernatan dibuang,
sedangkan pada pelet ditambahkan 2 mL H2SO4 1 N. Kedua tabung diaduk
dengan batang pengaduk lalu dipanaskan dengan penangas air selama 5 menit
pada suhu 70 ºC. Buret diisi dengan KMnO 4, selanjutnya dalam keadaan hangat
campuran dititrasi menggunakan KMnO4 hingga berubah warna menjadi merah
muda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan pengukuran kadar kalsium darah menggunakan beberapa
larutan dengan masing-masing fungsi berbeda. Pengukuran kadar kalsium dalam
serum darah yang dilakukan menggunakan metode Clark dan Collip dengan
penambahan ammonium oksalat. Prinsip metode tersebut yaitu mengendapkan

kalsium dalam plasma atau serum darah dengan menambahkan amonium oksalat,
sehingga membentuk komplek kalsium oksalat. Endapan yang diperoleh
kemudian akan dicuci menggunakan amonium encer dan selanjutnya dititrasi
dengan kalium permanganat (KMnO4) (Bintang 2010). Fungsi penambahan
amonium oksalat yaitu untuk membentuk kompleks dengan kalsium sehingga
menghasilkan endapan. Penambahan ammonia 2% bertujuan untuk membuat
suasana basa dan sebagai pencuci endapan kalsium oksalat yang terbentuk,
sebelum dilakuka titrasi (Rahmadani 2011).
Fungsi penambahan H2SO4 bertujuan untuk membuat suasana asam.
Titrasi yang menggunakan kalium permanganat sebagai titran harus dalam
suanasa asam, karena jika dalam suasana asam lemah atau dalam larutan netral
dan basa maka akan membentuk endapan coklat MnO2 yang dapat mengganggu
proses titrasi (Rahmadani 2011). Larutan mengalami perlakuan disenrifuse yang
tujuannya agar endapan atau komplek kalsium oksalat yang terbentuk dapat
dipisahkan dari supernatan. Penambahan kalium permanganat berperan sebagai
titran pada proses titrasi, serta juga berperan sebagai autoindikator saat titrasi
sehingga tidak diperlukan penambahan indikator lainnya (Wilson dan Walker
2000). Proses titari sampel harus dalam suhu yang tinggi (70-80 OC), tujuannya
untuk mempercepat reaksi pembentukan kompleks warna merah muda
(Rahmadani 2011). Hasil pengukuran kadar kalsium dalam serum darah dapat

dilihat pada Tabel 1.
Konsentrasi kalsium yang diperoleh pada blanko dan sampel 1 memiliki
selisih yang kecil, yaitu 0,20 mg/dL, sedangkan konsentrasi pada sampel 2
memiliki nilai tertinggi, yaitu 4,00 mg/dL. Kadar kalsium darah normal berkisar
pada rentang nilai 2,4 mmol/L dan 26,8 mg/dL. Kadar kalsium yang diperoleh
pada percobaan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan kadar normal.
Secara klinis, rendahnya kadar kalsium yang diperoleh menunjukkan bahwa
serum darah yang diuji mengalami hipokalsemia (Murray et al. 2014).
Hipokalsemia merupakan kondisi dimana kadar kalsium dalam darah dibawah
kadar atau nilai normal. Hipokalsemia dapat terjadi akibat hipoparatiroidisme
primer, hipoalbumin, defisiensi vitamin D dan penyakit ginjal. Kadar kalsium
yang melebihi kadar normal menyebabkan kondisi hiperkalsemia. Kondisi
tersebut dapat disebabkan oleh konsumsi kalsium yang berlebih, penyakit ginjal,
penyakit diuretik serta hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme merupakan
penyebab utama kondisi hiperkalsemia (Murray et al. 2014).
Tabel 1 Hasil pengukuran konsentrasi kalsium darah
Sampel
Blanko
1
2


V Awal
4.90
6.20
6.40

Volume KMnO4 (mL)
V Akhir
V Terpakai
5.02
0.12
6.30
0.10
6.80
0.40

mg Ca
Contoh perhitungan: Ca = dL sampel

[Ca] (mg/dL)

1.20
1.00
4.00

mg Ca = mmol Ca × Mr Ca
[Ca] = ½ × mmol KMnO4 × mL KMnO4 × Mr Ca
dL sampel
= ½ × 0.01 M × 0.12 mL × 40 mg/mmol
0.02 dL
= 1.2 mg/dL
Kadar kalsium yang diperoleh pada percobaan ini lebih rendah. Kadar
kalsium yang diperoleh pada sampel darah sapi yang berasal dari Bali yaitu 9,8 g/
dL (Ariyani 1997). Rendahnya kadar kalsium dalam percobaan ini, selain
disebabkan oleh faktor internal juga dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan.
Kesalahan dapat berupa suhu sampel yang akan dititrasi lebih rendah
dibandingkan suhu seharusnya (70-80oC). Suhu yang lebih rendah akan
memperlambat pembentukkan kompleks warna merah muda. Penambahan
pereaksi amonium oksalat akan bereaksi dengan kalsium yang ada difiltrat
tersebut. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat. Reaksi yang diperoleh
yaitu: Ca(C2O4) + 2KMnO4 → K2C2O4 + Ca(MnO4)2 (Winarno 2008).

Metabolisme kalsium pada ginjal dipengaruhi oleh hormon PTH dan
kalsitonin. Paratiroid hormon (PTH) yang terbentuk akan bekerja dengan:
menurunkan bersihan ginjal atau ekskresi kalsium sehingga melalui kerja ini
terjadi peningkatan konsentrasi kalsium dalam cairan ekstrasel, meningkatkan laju
resorpai tulang termasuk fase organik maupun anorganik, yang menggerakkan
kalsium ke dalam cairan ekstrasel dan meningkatkan efisiensi absorbsi kalsium
dari dalam usus dengan meningkatkan sintesis 1,25-dihidroksikolekalsiferol
(Murrayet al. 2014). Kalsitonin merupakan peptida dengan 32 asam amino yang
disekresikan oleh sel parafolikel kelenjar tiroid. Hormon ini akan keluar pada saat
konsentrasi kalsium plasma tinggi. Kalsitonin akan menghambat kerja osteoklas
dalam meresorpsi tulang sehingga aktivitas perpindahan kalsium dari tulang ke
darah terhambat. Kalsitonin juga akan bekerja di ginjal dengan menstimulasi
ekskresi kalsium dan fosfat sehingga aktivitas reabsorpsi akan terhambat (Martini
et al. 2009).

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga.
Limawan D, Mewo YM, Kaligis SHM. Gambaran kadar kalsium serum pada usia

60-74 tahun. Jurnal e-Biomedik. 3(1) : 243-247.
Martini, Frederic HN, Judi L. 2009. Fundamentals of Anatomy and Physiology
Eighth Edition. San Francisco (US): Pearson Education.
Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA.
2014. Biokimia Harper Edisi 29. Manurung LR, Mandera LI, penerjemah.

Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Harper’s
Illustrated Biochemistry, 29th Ed.
Nugroho KCY. 2010. Level of total protein, albumin and globulin at dairy cattle
from one until twelve months of age [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rahmadani S. 2011. Penentuan kadar kalsium dengan metode permanganometri
terhadap tempe yang dibungkus plastik dan daun di Pasar Arengka
Pekanbaru [skripsi]. Pekanbaru (ID): Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Rahmawati D. 2009. Pengaruh vaksinasi kultur Klebsiella pneumonia hasil
inaktivasi pemanasan dan iridiasi sinar gamma terhadap kondisi kondisi
fisik serta profil protein serum darah mencit [skripsi]. Jakarta (ID) :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rouillard S, Lane NE. 2001. Hepatic osteodystrophy. Hepatology 33(1): 301-307.