Analisis Kecelakaan dan Keselamatan Kere

SITI ALFIYAH
13.01.027

1. Budaya keselamatan yang harus diterapkan pada kereta api ekonomi (lokomotif dan
kereta), materi apa yang harus disosialisasikan? Siapa yang harus mendapat sosialisasi
tentang budaya keselamatan dan siapa yang harus mensosialisasikan?
2. Cari potensi bahaya kereta api ekonomi, identifikasi, analisis, evaluasi dan
rekomendasi pengendalian.
JAWAB
1.

Budaya keselamatan adalah bagaimana keselamatan dipahami, dinilai dan
dijadikan prioritas dalam sebuah organisasi. Hal ini merefleksikan komitmen nyata
terhadap keselamatan di semua level organisasi tersebut.
A. Budaya yang harus disosialisasikan yaitu mengenai tata tertib bagi pegawai
dan penumpang dalam mengoperasikan dan saat berada dalam kereta api,
seperti:
 Barang yang tidak diperbolehkan diangkut sebagai bagasi tangan adalah
binatang, narkotika psikotoprika dan zat adiktif lainnya, senjata api dan senjata
tajam, semua barang yang mudah menyala/meledak, barang-barang yang
karena sifatnya dapat mengganggu/merusak kesehatan, berbau busuk, barangbarang yang menurut pertimbangan pegawai karena keadaan dan besarnya

tidak pantas diangkut sebagai bagasi tangan, barang-barang yang dilarang
undang-undang
 Larangan pengangkutan bagi orang dalam keadaan mabuk dan orang
yang dapat mengganggu atau membahayakan penumpang lain, orang
yang dihinggapi penyakit menular atau orang yang menurut undang-undang
dapat dikenakan peraturan pengasingan untuk kesehatannya
 Semua Perjalanan Kereta Api adalah perjalanan Bebas Asap Rokok, tidak
diperkenankan merokok di seluruh rangkaian Kereta Api
 Ketika berjalan, berhenti mengoperasikan telepon genggam
Peraturan ini tidak hanya sebatas berlaku di stasiun, namun biasakanlah
menerapkannya di semua tempat umum.
 Berjalan pada salah satu sisi
Tidak ada aturan tertulis mengenai anjuran harus berjalan di sisi kanan atau
kiri, namun berjalanlah di sisi yang sama dengan kebanyakan orang yang

menuju arah tujuan Anda, untuk menghindari bertubrukan. Aturan ini pada
umumnya berbeda di setiap stasiun.
 Berjalan di bagian dalam garis kuning
Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, ketika berada di peron
usahakanlah untuk berjalan di sisi dalam garis kuning.

 Menunggu kereta dengan tertib
Berbarislah di tanda yang ditentukan untuk mengantri naik kereta. Pada
umumnya untuk setiap pintu terdapat 2-3 antrian penumpang, tergantung pada
stasiun masing-masing.
 Tidak terburu-buru
Dalam beberapa kasus, penumpang yang naik dengan terburu-buru ke dalam
kereta, menyebabkan jadwal kereta terlambat, terlebih lagi hal ini
membahayakan calon penumpang yang bersangkutan. Hal ini tidak disarankan
untuk dilakukan.
 Tidak menerobos palang pintu perlintasan kereta api.
Berdasarkan Undang-Undang Perkeretaapian Nomor 23 tahun 2007, setiap
orang dilarang berada : di atap kereta, di lokomotif, di dalam kabin masinis, di
gerbong atau di bagian kereta yang bukan untuk penumpang.
Larangan tersebut tidak berlaku bagi awak kereta api yang sedang melakukan
tugas atau yang mendapat izin dari penyelenggara sarana perekertaapian
Budaya Pegawai Perkeretaapian sebagai berikut :
 wajib memiliki surat perintah tugas dari Penyelenggara Sarana Perkeretaapian.
 wajib mematuhi perintah atau larangan sebagai berikut:
a. petugas pengatur perjalanan kereta api;
b. sinyal; atau

c. tanda.
 Apabila terdapat lebih dari satu perintah atau larangan dalam waktu yang

bersamaan, awak kereta api wajib mematuhi perintah atau larangan yang
diberikan berdasarkan prioritas
o Awak Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan kereta api yang tidak
memiliki surat perintah tugas dari Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis, pembekuan sertifikat
kecakapan, atau pencabutan sertifikat kecakapan.
B. Materi yang harus disosialisasikan adalah membiasakan budaya tertib dan taat
akan peraturan saat menggunakan kereta api dan saat berada diperlintasan kereta
api. Mengajak masyarakat menjadi agen perubahan untuk lingkungan di
sekitarnya dengan menjadi pelopor budaya keselamatan perkeretaapian.
C. Yang harus mendapat sosialisasi dari budaya keselamatan kereta ekonomi adalah
pegawai, konsumen dan masyarakat. Yang paling diutamakan adalah sosialisasi
untuk anak muda sebagai agen perubahan budaya.
Generasi muda sebagai bibit penerus harapan bangsa adalah faktor paling
krusial jika ingin mengubah suatu budaya. Apabila budaya yang ingin dirubah itu
buruk, maka kita harus menanamkan budaya yang baik kepada anak-anak sejak
dini, karena apa yang mereka lihat dan pelajari, itulah yang mereka bawa sampai

tua, dan diteruskan ke generasi selanjutnya.
D. Pihak yang harus mensosialisasikan budaya keselamatan dalam perkeretaapian
adalah Pemerintah dan stakeholder terkait . Serta masyarakat-masyarakat tertentu
yang telah mendapatkan pelatihan dan pengetahuan dan masyarakat yang telah
menjadi pelopor Budaya Keselamatan Perkeretaapian.

- http://www.endangered-indonesia.com/ketentuan-umum-penumpan
2. Kecelakaan kereta api adalah suatu peristiwa terjadinya tabrakan antara kereta api
dengan kereta api, tabrakan antara kereta api dengan kendaraan lain, kereta api
terguling, adanya banjir/longsor, menabrak orang dan hewan ataupun pelemparan batu
pada kereta api. Permasalahan kereta api ekonomi salah satunya adalah kereta anjlok
dari rel. Sebuah kereta api dikatakan anjlok jika kereta tersebut keluar dari rel.
Keselamatan kereta api sangat tergantung pada jalan rel. Tingkat keselamatan
jalan rel tergantung pada tingkat keselamatan dimana jalan rel berada. Jalan rel akan
selalu terhubung dengan bumi :
a. langsung : terletak di atas tanah → tanah tidak stabil
anjlok
b. tidak langsung : melalui jembatan, terowongan → rawan bencana (longsor,
gempa)


anjlok

A. Identifikasi
Sumber
: Roda kereta yang keluar dari rel
Penyebab terjadinya insiden :
Penyebab roda kereta keluar dari rel bisa disebabkan karena sentakan
kecepatan yang tidak rata, karena jarak rel yang sudah berubah, semakin
melebar

atau

semakin

mengecil,

karena ganjalan benda keras diatas
rel, bisa juga karena sambungan antar
rel yang terlepas.
Dalam hal sarana penyebab

utama

kecelakaan

kereta

api

disebabkan oleh sistem pengereman
tidak

bekerja

kerusakan

dengan

pada

as


baik
dan

dan
roda.

Kerusakan pada as bisa dikarenakan as patah dan bearing macet akibat
pembebanan tidak merata dan terdapat kelebihan beban.

Penyebabnya,

kurangnya perawatan sarana, tidak menggunakan suku cadang standar.
Penyebab kecelakaan juga disebabkan oleh kondisi rel yang tidak laik akibat

adanya bantalan kayu rapuh, rel patah, wesel rusak, dan badan jalan longsor
atau amblas.

Dampaknya terhadap manusia :
Jika roda kereta keluar dari rel maka akan mengganggu perjalanan

kereta lain. Banyak perjalanan yang akan terhambat dan mengalami
keterlambatan. Keterlambatan ini disebabkan karena proses evakuasi yang
lama pada kereta yang mengalam anjlok di rel. Proses evakuasi didasarakan
pada tingkat keparahan kereta yang mengalami kecelakaan. Jika kereta
mengalami kerusakan yang parah, maka akan butuh waktu yang lama untuk
melakukan evakuasi baik pada penumpang ataupun pada kereta yang
mengalami kecelakaan.
Lamanya proses evakuasi akan mempengaruhi jadwal kereta yang
sudah ada dan akan ada perjalanan yang terganggu dan tertunda. Jika kereta
terlambat maka akan terjadi banyak penumpukan penumpang di masingmasing stasiun untuk menunggu kereta yang akan mereka gunakan yang
terhambat perjalanannya akibat adanya kereta yang anjlok.
Penumpang yang mengalami keterlambatan kereta akan mengalami
kerugian waktu, karena waktu mereka akan terbuang hanya untuk menunggu
kereta padahal mereka masih mempunyai aktivitas yang bermanfaat yang
masih bisa dilakukan. Tenaga mereka juga akan terbuang untuk menunggu
kereta. Selain itu mereka juga harus mengeluarkan biaya tambahan , seperti
membeli makanan selama menunggu kereta atau beralih menggunakan
kendaraan lain untuk melanjutkan perjalanan.
Dampak dari kereta anjlok dapat membahayakan keselamatan
penumpang. Kereta api yang anjlok dapat mengalami kerusakan parah.

Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kerugian materil maupun non
materil. Penumpang dapat mengalami luka ringan, luka sedang maupun luka
berat hingga kematian. Selain itu penumpang juga akan mengalami kerugian
materil.

B.

Analisis
Beberapa penyebab Kereta dapa
anjlok


dari rel :
Roda cacat
Gigi
berjalan

-

wheelsets,

bogie (truk), dan suspensi - mungkin gagal. runtuhnya bantalan biasa
karena pelumasan kekurangan, dan kegagalan pegas daun; ban roda


juga rentan terhadap kegagalan karena penjalaran retak metalurgi.
Operasi yang tidak benar dari sistem control
Persimpangan dan perubahan lain dari routing pada kereta api
umumnya dibuat dengan cara poin. Kecelakaan dapat terjadi ketika
awak kereta api lupa rute poin yang ditetapkan atau diabaikan
pendekatan kereta api pada rute yang bertentanganRekomendasi



pengendalian
Adanya benda yang tidak semestinya berada di rel
Penghalang yang paling umum ditemui adalah kendaraan jalan di
tingkat penyeberangan (kelas penyeberangan); orang jahat kadangkadang menempatkan bahan di rel, dan dalam beberapa kasus benda
yang relatif kecil menyebabkan penggelinciran dengan membimbing
satu roda di atas rel (bukan oleh tabrakan gross).


No
1

Risiko Operasional PT KAI
Keterbatasan suplai suku
cadang

Penyebab
Sebagian besar sarana dan suku
cadang transportasi kereta api harus
diimpor

2

Gangguan dan kerusakan
pada rel, peralatan
persinyalan dan listrik aliran
atas

· Kekeliruan pada perencanaan.
· Kekeliruan saat
pembangunan/pelaksanaan
konstruksi.
· Material yang digunakan kurang

baik.
· Kesalahan pada saat pemakaian
jalan rel (over load, kecepatan yang
tidak merata/mendadak).
· Kondisi alam setempat dan kondisi
cuaca.
· Akibat bencana alam.
· Pemadaman listrik.
· Rusaknya pantograf/panel listrik
kereta api.

C. Evaluasi
Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa UU No 23 Tahun 2007 tentang
perkeretaapian telah mengatur tentang perawatan prasarana perkeretaapian
(BAB IV). Penyebab dari kasus diatas yaitu banyak bantalan balok yang
pecah dan banyak rel bergelombang didaerah sekitar terjadi kecelakaan. Pada
pasal 35 ayat (1) UU ini menyatakan bahwa Prasaran perkeretaapian umum
dan khusus meliputi Jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas operasi
kereta api.
Dalam pasal 35 ayat (1) ini dihubungkan dengan pasal 65 ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib merawat
prasarana perkeretaapian agar tetap layak beroprasi”. Dari kedua pasal ini
maka

dapat

diambil

kesimpulan

bahwa

penyelenggara

prasarana

perkeretaapian tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana termuat dalam
UU ini.
Dalam

kasus

kecelakaan

ini,

penyelenggara

prasarana

perkeretaapian tidak menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan.

D. Rekomendasi Pengendalian
 Substitusi: Mengganti material, bahan atau proses dengan yang lebih
berkualitas. Dengan mengganti material tersebut dapat mengurangi
resiko kecelakaan pada kereta api.
 Training : Meningkatkan kemampuan awak kereta api, sehingga
menjadikan tugas tersebut menjadi berkurang bahayanya bagi orang
yang terlibat. Dengan adanya pelatihan, maka akan meningkatkan
kemampuan awak kereta dalam pengoperasian dan pengendalian pada
perjalanan kereta api.
 Alat Pelindung Diri: Peralatan tambahan yang digunakan sebagai cara
untuk melindungi diri dan mengurangi fatalitas kecelakaan. Peralatan
yang dirancang dan dipakai dengan tepat mengurangi tingkat
keparahan resiko yang tertinggal.

N
o
1
2

Risiko Operasional PT KAI

Perlakuan (Pengendalian Risiko)

Keterbatasan suplai suku
cadang
Gangguan dan kerusakan pada
rel, peralatan persinyalan dan
listrik aliran atas

Pengaturan penggunaan dan suplai suku cadang
yang lebih baik.
· Optimalisasi perawatan prasarana, ketelitian
pemeriksaan, serta kerjasama tim yang baik.
· Mempercepat pembangunan atau
penyelesaian infrastruktur pendukung (stasiun
loading-unloading).
· Penambahan daya listrik dan penambahan
sinyal dan stasiun.
· Peremajaan gerbong kereta api, renovasi dan
sterilisasi stasiun.

Jika terjadi kecelakaan kereta api maka Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian
dan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian harus melakukan :


mengambil tindakan untuk kelancaran dan keselamatan lalu lintas;
menghentikan semua kereta api di stasiun terdekat atau membatasi kecepatan
kereta api yang akan melewati lintas yang bersangkutan.



menangani korban kecelakaan;
melakukan evakuasi dan memberikan pertolongan pada korban kecelakaan
kereta, baik yang mengalami luka ringan hingga luka berat.

o

memindahkan penumpang, bagasi, dan barang antaran ke kereta api lain atau
moda transportasi lain untuk meneruskan perjalanan sampai stasiun tujuan;

o

melaporkan kecelakaan kepada Menteri, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten / kota;



mengumumkan kecelakaan kepada pengguna jasa dan masyarakat;

o

segera menormalkan kembali lalu lintas kereta api setelah dilakukan
penyidikan awal oleh pihak berwenang;

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65