Tugas 1 Sejarah dan Perkembangan Ilmu Ko
Victrin Christy Hutajulu
1206191781
Perspektif dan Teori Komunikasi
Sejarah dan Perkembangan Ilmu Komunikasi
Peranan Teori dalam Kajian Komunikasi
Teori adalah pondasi awal dari setiap disiplin ilmu. 1 Dengan adanya teori, maka hubungan
antara fenomena-fenomen yang terjadi dapat diketahui secara jelas dan pasti (bukan rekaan semata).
Terdapat 2 ciri/kriteria/paradigma dalam teori, yaitu semua teori adalah abstraksi tentang suatu hal
dan semua teori adalah merupakan konstruksi (ciptaan) manusia.2
Namun seiring dengan itu ada pakar yang mengkritik paradigma tersebut. Seperti yang
dilontarkan oleh Robyn Penman.3 Menurutnya ada 5 paradigma alternative. Pertama, action is
voluntary (aksi merupakan tindakan kerelaan manusia). Seorang peneliti tidak dapat memprediksi
atau menggambarkan secara pasti tingkah laku seseorang dengan mengambil variabel dari luar.
Kedua, knowledge is created socially (pengetahuan terbentuk secara sosial/ lingkungan).
Teori komunikasi tebentuk dari proses komunikasi itu sendiri, tidak ada hubungan antara ide dan
realitas yang dapat memunculkan teori. Ketiga, theories are historical (teori selalu berganti). Teori
menggambarkan kondisi yang terjadi saat ia diciptakan, maka teori yang lama akan berganti dengan
yang baru. Keempat, theories affect the reality they are covering (teori mempengaruhi
lingkungannya). Yang dimaksudkan adalah teori tidak dapat dipisahkan dari dunia (fenomena
dunia). Kelima, theories are value laden (teori sarat akan nilai). Menurut paradigma alternative
teori memiliki nilai yang penuh, ia tidak netral/murni/umum.
Walaupun demikian banyak pakar yang tetap berpegang kepada 2 paradigma awal
(tradisionalist), yaitu semua teori adalah abstraksi tentang suatu hal dan semua teori adalah
merupakan konstruksi (ciptaan) manusia. Semua teori bersifat abstraksi karena itu sebuah teori
hanya dapat fokus kepada satu fenomena saja. Dikatakan demikian karena pada dasarnya tidak ada
satu teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi.
Sedangkan yang dimaksud dengan semua teori adalah merupakan kontruksi manusia adalah
munculnya sebuah teori karena manusia yang melihat adanya fenomena dan mencari tahu apa dan
bagaimana hal itu bisa terjadi (mengobservasi). Jadi teori bukanlah “sudah ada” (pemberian dari
Tuhan) namun dibentuk oleh manusia. Maka dari itu teori memiliki sifat yang relatif, karena
tergantung kepada cara pandang orang yang membuat teori.
1 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:18)
2 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:19)
3 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal: 24)
Perkembangan teori komunikasi tidak terlepas dari adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan
alam. Hal ini terlihat pada banyaknya ilmu-ilmu sosial (termasuk ilmu komunikasi) yang
menggunakan metode pendekatan hypothetico-deductive (metode hipotesis-deduktif) yang lazim
digunakan oleh ilmu pengetahuan alam.4
Sebelum mempelajari bagaimana cara/proses pengembangan, penting untuk memahami
dasar (bahan pokok) dari metode hypothetico-deductive. Dalam metode ini ada 5 hal yang
mendasari yaitu : hypothesis (mengandaikan/menebak hubungan antar 2 variabel berdasarkan
intuisi, pengalaman pribadi dan penelitian), operationism (menyatakan/ menggambarkan dengan
jelas dan pasti setiap variable dalam hipotesis atau dengan kata lain menjelaskan bagaimana cara
mengobservasi tiap variable), control and manipulation (menguji hipotesis agar diperoleh
kepastian/kebenaran), covering law (membuat pernyataan teoritis berdasarkan penelitian), dan
prediction (memprediksi kemungkinan yang akan terjadi dengan kondisi yang serupa atau hampir
sama).5
Berikutnya, dalam proses pengembangan teori menurut metode hypothetico-deductive, ada 4
tahapan, yaitu: developing question, forming hypotheses, testing hypotheses, dan formulating
theory. Yang kemudian diberi nama variable-analytic tradition.6 Dapat dijelaskan bahwa untuk
melakukan proses pengembangan, asumsi-asumsi yang berasal dari teori (yang sudah ada)
dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci ke dalam konsep-konsep operasional
yang nantinya akan dijadikan patokan untuk pengamatan/ penelitian/observasi. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan dengan metode dan pengukuran yang telah dipilih, maka perolehannya
akan digeneralisasikan yang pada akhirnya diinduksi untuk menjadi sebuah teori baru.
Setelah itu perkembangan teori tidaklah berhenti. Teori tetap terus mengalami
perkembangan dan perubahan dengan dilakukan pengujian (testing). Menurut paradigma
tradisionalist, proses testing ini adalah tahap dari meningkatkan hipotesis tentang dunia nyata.
Berbeda dengan paradigm alternative, testing adalah proses untuk menemukan cara yang tepat
untuk memahami alur fenomena.7
Kemudian lahirlah sebuah padangan baru dengan adanya revolusi teori. Di dalam scientific
revolution, konsep-konsep dan operasional harus dapat dipahami dengan cara yang berbeda (ini
berlaku untuk semua ilmu pengetahuan).8
4 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:21)
5 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:2223)
6 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Warsworth Publishing Company. 2002. (Hal:21)
7 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:25)
8 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal: 26)
Ada begitu banyak fenomena yang secara umum terlihat memiliki karakteristik yang
cenderung sama maka peneliti perlu mempelajari metateori agar dapat menggunakan teori yang
tepat. Metateori akan membantu paneliti untuk melihat secara jelas akan persamaan dan perbedaan
dari setiap teori. Ada 3 aspek dalam metateori, yaitu: epistemology, ontology dan axiology. 9
Epistemology atau pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan berisi tentang pertanyaan
serta penjelasan tentang bagaimana proses dari hal yang diketahui, atau dengan kata lain
menjelaskan knowledge/pengetahuan berdasarkan apa yang ditemukan/peroleh. Ontology atau
pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi berisi hakikat apa yang akan dicari. Dalam bahasan ilmu
komunikasi maka berpusat pada interaksi sosial yang dilakukan manuia. Atau dengan kata lain
ontologi adalah cara pakar/peneliti mengkonseptualisasikan komunikasi. Sedangkan axiology atau
pertanyaan-pertanyaan tentang nilai adalah hal yang berhubungan dengan terpengaruhnya peneliti
dengan apa yang ditelitinya dan apa nilai dari pengetahuan tersebut. Setelah memahami metateorinya maka peneliti akan memiliki gambaran mengenai ruang lingkup, nilai, konsep dan logika untuk
menentukan teori yang akan digunakan.
Ada 6 kriteria yang dapat dijadikan bahan acuan/tolak ukur dalam mengevaluasi
keberhasilan teori komunikasi.10 Kriteria pertama adalah theoretical scope (cakupan teoretis).
Dalam cakupan teoretis yang menjadi pokok utama bahasan adalah apakah bersifat “secara umum”
(generality) atau dengan kata lain apa saja yang menjadi batasan yang jelas dari teori yang akan
dibangun. Kedua, appropriateness (konsistensi). Melihat apakah masalah/ fenomena yang diteliti
konsisten dan sesuai atau tidaknya dengan teori. Ketiga, heuristic value (nilai heuristik). Melihat
apakah teori yang akan dibangun dapat menghasilkan teori-teori lainnya yang memiliki keterkaitan.
Keempat, validity (validitas). Melihat apakah penjelasan teori yang akan dibangun konsisten
dengan penelitian/pengamatan dan melihat apakah teori
tersebut didukung oleh teori-teori
terdahulu. Kelima, parsimony (kesedernahaan). Ini adalah tahap pengujian kesederhanaan logika,
maksudnya adalah teori yang baik adalah teori yang dapat dimengerti oleh semua orang karena
berisi penjelasan-penjelasan yang sederhana. Dan yang terakhir, keenam, openness (keterbukaan).
Ini adalah hal terahir dan yang terpenting, yaitu apakah teori yang akan dibentuk dapat diuji oleh
penguji lain dan terbuka terhadap kritik atau kemungkinan-kemungkinan lain.
9 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:26)
10 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal30-32)
1206191781
Perspektif dan Teori Komunikasi
Sejarah dan Perkembangan Ilmu Komunikasi
Peranan Teori dalam Kajian Komunikasi
Teori adalah pondasi awal dari setiap disiplin ilmu. 1 Dengan adanya teori, maka hubungan
antara fenomena-fenomen yang terjadi dapat diketahui secara jelas dan pasti (bukan rekaan semata).
Terdapat 2 ciri/kriteria/paradigma dalam teori, yaitu semua teori adalah abstraksi tentang suatu hal
dan semua teori adalah merupakan konstruksi (ciptaan) manusia.2
Namun seiring dengan itu ada pakar yang mengkritik paradigma tersebut. Seperti yang
dilontarkan oleh Robyn Penman.3 Menurutnya ada 5 paradigma alternative. Pertama, action is
voluntary (aksi merupakan tindakan kerelaan manusia). Seorang peneliti tidak dapat memprediksi
atau menggambarkan secara pasti tingkah laku seseorang dengan mengambil variabel dari luar.
Kedua, knowledge is created socially (pengetahuan terbentuk secara sosial/ lingkungan).
Teori komunikasi tebentuk dari proses komunikasi itu sendiri, tidak ada hubungan antara ide dan
realitas yang dapat memunculkan teori. Ketiga, theories are historical (teori selalu berganti). Teori
menggambarkan kondisi yang terjadi saat ia diciptakan, maka teori yang lama akan berganti dengan
yang baru. Keempat, theories affect the reality they are covering (teori mempengaruhi
lingkungannya). Yang dimaksudkan adalah teori tidak dapat dipisahkan dari dunia (fenomena
dunia). Kelima, theories are value laden (teori sarat akan nilai). Menurut paradigma alternative
teori memiliki nilai yang penuh, ia tidak netral/murni/umum.
Walaupun demikian banyak pakar yang tetap berpegang kepada 2 paradigma awal
(tradisionalist), yaitu semua teori adalah abstraksi tentang suatu hal dan semua teori adalah
merupakan konstruksi (ciptaan) manusia. Semua teori bersifat abstraksi karena itu sebuah teori
hanya dapat fokus kepada satu fenomena saja. Dikatakan demikian karena pada dasarnya tidak ada
satu teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi.
Sedangkan yang dimaksud dengan semua teori adalah merupakan kontruksi manusia adalah
munculnya sebuah teori karena manusia yang melihat adanya fenomena dan mencari tahu apa dan
bagaimana hal itu bisa terjadi (mengobservasi). Jadi teori bukanlah “sudah ada” (pemberian dari
Tuhan) namun dibentuk oleh manusia. Maka dari itu teori memiliki sifat yang relatif, karena
tergantung kepada cara pandang orang yang membuat teori.
1 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:18)
2 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:19)
3 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal: 24)
Perkembangan teori komunikasi tidak terlepas dari adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan
alam. Hal ini terlihat pada banyaknya ilmu-ilmu sosial (termasuk ilmu komunikasi) yang
menggunakan metode pendekatan hypothetico-deductive (metode hipotesis-deduktif) yang lazim
digunakan oleh ilmu pengetahuan alam.4
Sebelum mempelajari bagaimana cara/proses pengembangan, penting untuk memahami
dasar (bahan pokok) dari metode hypothetico-deductive. Dalam metode ini ada 5 hal yang
mendasari yaitu : hypothesis (mengandaikan/menebak hubungan antar 2 variabel berdasarkan
intuisi, pengalaman pribadi dan penelitian), operationism (menyatakan/ menggambarkan dengan
jelas dan pasti setiap variable dalam hipotesis atau dengan kata lain menjelaskan bagaimana cara
mengobservasi tiap variable), control and manipulation (menguji hipotesis agar diperoleh
kepastian/kebenaran), covering law (membuat pernyataan teoritis berdasarkan penelitian), dan
prediction (memprediksi kemungkinan yang akan terjadi dengan kondisi yang serupa atau hampir
sama).5
Berikutnya, dalam proses pengembangan teori menurut metode hypothetico-deductive, ada 4
tahapan, yaitu: developing question, forming hypotheses, testing hypotheses, dan formulating
theory. Yang kemudian diberi nama variable-analytic tradition.6 Dapat dijelaskan bahwa untuk
melakukan proses pengembangan, asumsi-asumsi yang berasal dari teori (yang sudah ada)
dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci ke dalam konsep-konsep operasional
yang nantinya akan dijadikan patokan untuk pengamatan/ penelitian/observasi. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan dengan metode dan pengukuran yang telah dipilih, maka perolehannya
akan digeneralisasikan yang pada akhirnya diinduksi untuk menjadi sebuah teori baru.
Setelah itu perkembangan teori tidaklah berhenti. Teori tetap terus mengalami
perkembangan dan perubahan dengan dilakukan pengujian (testing). Menurut paradigma
tradisionalist, proses testing ini adalah tahap dari meningkatkan hipotesis tentang dunia nyata.
Berbeda dengan paradigm alternative, testing adalah proses untuk menemukan cara yang tepat
untuk memahami alur fenomena.7
Kemudian lahirlah sebuah padangan baru dengan adanya revolusi teori. Di dalam scientific
revolution, konsep-konsep dan operasional harus dapat dipahami dengan cara yang berbeda (ini
berlaku untuk semua ilmu pengetahuan).8
4 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:21)
5 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:2223)
6 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Warsworth Publishing Company. 2002. (Hal:21)
7 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:25)
8 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal: 26)
Ada begitu banyak fenomena yang secara umum terlihat memiliki karakteristik yang
cenderung sama maka peneliti perlu mempelajari metateori agar dapat menggunakan teori yang
tepat. Metateori akan membantu paneliti untuk melihat secara jelas akan persamaan dan perbedaan
dari setiap teori. Ada 3 aspek dalam metateori, yaitu: epistemology, ontology dan axiology. 9
Epistemology atau pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan berisi tentang pertanyaan
serta penjelasan tentang bagaimana proses dari hal yang diketahui, atau dengan kata lain
menjelaskan knowledge/pengetahuan berdasarkan apa yang ditemukan/peroleh. Ontology atau
pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi berisi hakikat apa yang akan dicari. Dalam bahasan ilmu
komunikasi maka berpusat pada interaksi sosial yang dilakukan manuia. Atau dengan kata lain
ontologi adalah cara pakar/peneliti mengkonseptualisasikan komunikasi. Sedangkan axiology atau
pertanyaan-pertanyaan tentang nilai adalah hal yang berhubungan dengan terpengaruhnya peneliti
dengan apa yang ditelitinya dan apa nilai dari pengetahuan tersebut. Setelah memahami metateorinya maka peneliti akan memiliki gambaran mengenai ruang lingkup, nilai, konsep dan logika untuk
menentukan teori yang akan digunakan.
Ada 6 kriteria yang dapat dijadikan bahan acuan/tolak ukur dalam mengevaluasi
keberhasilan teori komunikasi.10 Kriteria pertama adalah theoretical scope (cakupan teoretis).
Dalam cakupan teoretis yang menjadi pokok utama bahasan adalah apakah bersifat “secara umum”
(generality) atau dengan kata lain apa saja yang menjadi batasan yang jelas dari teori yang akan
dibangun. Kedua, appropriateness (konsistensi). Melihat apakah masalah/ fenomena yang diteliti
konsisten dan sesuai atau tidaknya dengan teori. Ketiga, heuristic value (nilai heuristik). Melihat
apakah teori yang akan dibangun dapat menghasilkan teori-teori lainnya yang memiliki keterkaitan.
Keempat, validity (validitas). Melihat apakah penjelasan teori yang akan dibangun konsisten
dengan penelitian/pengamatan dan melihat apakah teori
tersebut didukung oleh teori-teori
terdahulu. Kelima, parsimony (kesedernahaan). Ini adalah tahap pengujian kesederhanaan logika,
maksudnya adalah teori yang baik adalah teori yang dapat dimengerti oleh semua orang karena
berisi penjelasan-penjelasan yang sederhana. Dan yang terakhir, keenam, openness (keterbukaan).
Ini adalah hal terahir dan yang terpenting, yaitu apakah teori yang akan dibentuk dapat diuji oleh
penguji lain dan terbuka terhadap kritik atau kemungkinan-kemungkinan lain.
9 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal:26)
10 Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 7th Edition. USA: Wadsworth Publishing Company. 2002. (Hal30-32)