Pengembalian Kerugian Negara Melalui Tuntutan Pidana Pencucian Uang dan Gugatan Perdata
PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGAA
MELALUI TUNTUTAN PIDANA PENCUCIAN UANG
DAN GUGATAN PERDATA
Bambang Setyo Wahyudi
i
ii
Pengembalian Keugian Negara Melalui Tuntutan Pidana
Pencucian Uang dan Gugatan Perdata
Penulis
Editor
Desain Isi
Desain Cover
Preliminary
Halaman Isi
Ukuran Buku
: Bambang Setyo Wahyudi
: Pujiyono
: Normanta Agus Purwasandi
: Pustaka Hanif
: i-viii
: 1-166
: 17,5 x 25 cm
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, Mei 2016
ISBN:
Hak cipta © pada penulis
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang No.19.Th. 2002
Dilarang memperbanyak/memperluas dalam bentuk apapun
tanpa izin dari penulis dan penerbit.
Dicetak Oleh:
PENERBIT PUSTAKA HANIF
Jl. Pelangi Selatan, Kepuhsari,
Perum PDAM Mojosongo, Jebres, Surakarta.
Telp. 085102820157, 08121547055, 081542834155
E-mail: [email protected]
iii
PRAKATA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang serta diiringi rasa syukur, Buku yang berjudul
PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA MELALUI TUNTUTAN
PIDANA PENCUCIAN UANG DAN GUGATAN PERDATA dapat
penulis selesaikan. Tantangan menulis buku itu adalah menyempatkannya.
Dan ketika sudah berwujud karya buku, ia menjadi monumen pribadi
yang akan lebih diingat dibandingkan kata. Alhamdulillahmeski karya ini
belum sempurna, penulis dapat merangkainya hingga menjadi karya yang
setidaknya penulis beranggapan ini adalah sebuah buku.
Buku ini membahas mengenai strategi pengembalian kerugian negara
akibat perilaku tindak pidana oleh subyek hukum. Strategi sebagaimana
dimaksud di dalam buku ini diulas melalui dua model, yakni tuntutan Tindak
pidana Pencucian uang dan Gugatan Perdata. Sebagaimana diketahui bahwa
Indonesia masih rentan terhadap praktik kejahatan transnasional yang
merugikan negara trilyunan rupiah. Saat ini konsentrasi pemerintah Indonesia
dihadapkan pada keseriusan terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan
kejahatan korupsi dan narkoba yang merugikan negara trilyunan rupiah,
termasuk juga kasus penggelapan pajak. Ribuan trilyun anggaran negara
tidak terserap sebagaimana mestinya karena perilaku korupsi yang dilakukan
oleh para pejabatnya, bahkan saat ini perilaku korup tersebut dilakukan oleh
pejabat yang berkongkalingkong atau bermufakat jahat dengan kalangan
swasta/pengusaha. Tentu hal tersebut lebih membahayakan dan mengncam
keuangan negara lebih besar. Demikian pula dengan kejahatan narkoba,
kerugian negara akibat narkoba mencapai Rp. 63,1 triliyun. Sedangkan
untuk penggelapan pajak, lebih dahsyat lagi, laporan Global Financial
Integrity menyebutkan, dalam kurun 2004 – 2013, dana illegal yang keluar
dari Indonesia mencapai 180,71 miliar dollar AS atau setara Rp 2.100 triliun.
Untuk urusan ini, Indonesia merupakan negara terbesar kesembilan di
iv
dunia. Indonesia hanya kalah dari China, Rusia, Meksiko, Malaysia, India,
Brasil, Afrika Selatan, dan Thailand.
Kita berharap dana ribuan trilyun tersebut dapat kembali ke negara.
Sehingga gagasan dan kerja besar Bapak Presiden Republik Indonesia
untuk membangun berbagai infrastruktur dapat segera terwujud. Tentu hal
ini juga tak semudah teorinya. Selain buku ini jauh dari lengkap dan kurang
sempurna, strategi ini pasti juga akan menghadapi perlawanan.
Secara khusus, dengan diselesaikannya buku ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Terima
kasih juga kepada Bapak HM Prasetyo, selaku Jaksa Agung Republik
Indonesia, atas dorongannya sehingga karya kecil ini dapat terwujud. Rekanrekan di korps Adyaksa atas berbagai masukannya untuk Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta diucapkan rasa terimakasih yang tiada
terkira. Demikian mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua, terutama untuk kalangan korps adyaksa, akademisi, praktisi serta
masyarakat umum. Meskipun menurut saya ini adalah sebuah karya utuh,
namun jelas karya ini jauh dari sempurna. Berbagai masukan dibutuhkan
untuk penyempurnaan teori dan konsep di masa yang akan datang.
Surakarta, Mei 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................
vi
BAB I
: MUKADIMAH ...............................................................
1
A. Karakteristik Dan Dampak Globalisasi .............................
4
B. Kejahatan Yang Merugikan
Keungan Negara ................................................................
16
C. Strategi Pengembalian Keuangan Negara .........................
22
BAB II : KEUANGAN NEGARA .................................................
25
A. Keuangan Negara ..............................................................
25
B. Kerugian Keuangan Negara...............................................
45
BAB III : TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG .....................
59
A. Deinisi Pencucian Uang ...................................................
59
B. Sejarah Pencucian Uang ....................................................
68
C. Tindak Pidana Pencucian Uang
(Money Laudering) Di Berbagai Negara ..........................
79
D. Pengaturan Tindak Pidana Pencucian
Uang Di Indonesia...........................................................
89
BAB IV : STRATEGI PEMBERDAYAAN BIDANG PERDATA
DAN TATA USAHA NEGARA DALAM
PENYELAMATAN KEKAYAAN NEGARA ...............
117
A. Langkah Terobosan ........................................................
117
B.
Instrumen Perdata Dalam Pengembalian
Keuangan Negara ...........................................................
C.
Eksistensi Kejaksaan Di Bidang Perdata
vi
121
Dan Tata Usaha Negara ..................................................
131
D. Penyelamatan Kekayaan Melalui Upaya
Preventif Bidang Perdata Dan Tata
Usaha Negara ................................................................
E.
147
Penyelamatan Kekayaan Negara Melalui
Upaya Represif Bidang Perdata Dan Tata
Usaha Negara .................................................................
149
Beberapa Contoh Kasus ................................................
158
G. Pertimbangan Hukum.....................................................
168
G. Harapan ..........................................................................
171
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
173
F.
vii
BAB I
MUKADIMAH
Saat ini kita berada dalam kegiatan ekonomi antar bangsa yang saling
menggantungkan. Di dalam konteks kegiatan ekonomi, maka gerakan arah
ekonomi bukan hanya sekedar perdagangan yang semakin besar di antara
negara-negara di dunia, namun sejatinya ekonomi dunia bergerak ke arah
ekonomi tunggal, suatu satu ekonomi dan satu pasar. Dengan demikian kini
tidak ada lagi yang namanya ekonomi nasional murni. Bagian dunia yang lain
terlalu besar untuk diabaikan, baik sebagai pasar maupun sebagai pesaing.
Ketergantungan tersebut menandakan adanya hubungan antara aktivitas
ekonomi suatu negara dengan aktivitas ekonomi negara lain. Hubungan
aktivitas ekonomi suatu negara dengan negara lain ini akan membentuk
sistem ekonomi yang lebih besar, yaitu sistem ekonomi dunia yang global.
Globalisasi adalah kata yang tidak selesai dalam makna, artinya ia
memiliki ragam deinisi. Sampai saat ini belum ada deinisi globalisasi
yang mapan, kecuali sekadar deinisi kerja (working deinition), sehingga
tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Fenomena globalisasi
menjadikan batas-batas negara menjadi ‘cenderung’ bias, bahkan disinyalir
akan terjadi penyeragaman budaya yang ditandai dengan menghilangnya
budaya lokal. Namun demikian, berikut penulis paparkan beberapa
pengertian tentang globalisasi. Berbagai deinisi tentang globalisasi bisa
ditemukan di berbagai tulisan tentang globalisasi. Tetapi, berbagai deinisi
tersebut pada dasarnya melihat globalisasi sebagai sebuah proses ke arah
globalitas, Manfred B Steger mengemukakan : “... a social condition
characterized by the existence of global economic, political, cultural, and
environmental interconnections and lows that make many of the currently
existing borders and boundaries irrelevant.” 1
Thomas L. Friedman di dalam bukunya yang berjudul The World
is Flat memberikan sebuah gambaran ringkas bagaimana berjalannya
peradaban dunia saat ini, lebih tepatnya Friedman memberikan gambaran
1
Manfred B Steger, 2003, Globalization a Very Short Introduction, Oxford, Oxford
University Press, hlm. 7
1
tentang globalisasi.2 Globalisasi secara hakekat telah berlangsung sejak
lama. Globalisasi versi 1.0 telah dimulai Columbus di tahun 1492, juga
pergerakan lain sampai tahun 1800-an. Proses ini menyusutkan dunia dari
ukuran besar menjadi sedang. Globalisasi 1.0 berhubungan dengan negara
dan otot, pelaku utama dan kekuatan penyatuan global adalah seberapa gigih,
seberapa besar otot, seberapa besar tenaga kuda, tenaga angin, tenaga uap
yang dimiliki suatu negara. Motor penggerak Globalisasi 1.0 adalah mengglobalnya negara. Caranya dengan melakukan ekspansi wilayah melalui
berbagai serangkaian penemuan wilayah maupun peperangan.
Globalisasi versi 2.0 berlangsung dari tahun 1800-2000. Masa ini
menyusutkan dunia dari ukuran sedang ke ukuran kecil. Dalam Globalisasi
2.0 pelaku utama dan kekuatan penyatuan global adalah perusahaanperusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini mendunia demi pasar
dan tenaga kerja. Pada masa awal, penyatuan global dimotori jatuhnya
biaya pengangkutan berat mesin uap dan kereta api. Berikutnya dimotori
oleh jatuhnya biaya telekomunikasi berkat penyebaran telegraf, telepon,
personal computer (PC), satelit, serat optik, Word Wide Web versi awal.
Terjadi pasar global dengan adanya pergerakan barang, jasa, informasi dan
tenaga kerja dari benua ke benua. Motor penggerak Globalisasi 2.0 adalah
mengglobalnya perusahaan.
Globalisasi versi 3.0 dimulai tahun 2000, yang menyusutkan dunia dari
ukuran kecil menjadi sangat kecil dan mendatarkan lapangan permainan.
Era yang memungkinkan memberdayakan dan melibatkan individu serta
kelompok kecil untuk dengan mudah menjadi global dengan sebutan “tatanan
dunia datar” (lat world platform). Contoh nyatanya adalah konvergensi
(penyatuan) antara komputer pribadi yang memungkinkan setiap individu
dalam waktu singkat menjadi penulis materi mereka sendiri seara digital,
serat optik yang memungkinkan mereka untuk mengakses lebih banyak
materi materi di seluruh dunia dengan murah, serta worklow software yang
memungkinkan individu-individu di seluruh dunia untuk bekerja bersamasama mengerjakan suatu materi digital dari manapun, tanpa menghiraukan
jarak antar mereka. Motor penggerak Globalisasi 3.0 adalah kekuatan baru
yang ditemukan untuk bekerjasama dan bersaing secara individual dalam
kancah global.
2
2
Thomas L. Friedman. 2006.The World is Fla, A Brief History The twenty-First Century, New
York, USA. Farrar, Strauss & Giroux. hlm. viii.
Asumsi bahwa globalisasi merupakan sebuah realitas kontemporer
adalah tidak salah. Beredarnya rekaman video Osama bin Laden segera
setalah serangan 11 September 2001, misalnya, adalah salah satu bentuk nyata
globalisasi. Rekaman video tersebut menggambarkan bagaimana Osama bin
Laden, yang digambarkan sebagai representasi dari fundamentalisme dan
hidup jauh dari hiruk pikuk dunia modern, ternyata menampilkan berbagai
aspek modern yang kita miliki, nikmati ataupun alami saat ini: teknologi,
produk dan jaringan global.
Secara terminologi, penggunaan istilah Globalisasi pertama kali
digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politikekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan.
Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi
elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik
melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan
informasi. Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang
Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan
yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi
perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi,
Rekolonisasi, Neo-Kapitalisme, Neo-Liberalisme. Bahkan para aktivis
anti globalisasi menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme EuroAmerika di Dunia Ketiga.
Kini istilah globalisasi telah mencakup pengertian yang menggambarkan
suatu proses atau gerakan multi-dimensi yang bersifat simultan, terutama
dalam bidang ekonomi, politik dan budaya. Walaupun demikian globalisasi
terutama nampak dalam gerakan ekonomi-moneter yang membuat dunia
semakin menyatu dan membawa dampak positif maupun negatif bagi
kemanusiaan. Dari sudut positif, kita harus mampu memberdayakan diri
kita sebagai masyarakat untuk memanfaatkan peluang dari arus globalisasi,
misalnya dalam hal kemampuan bersaing dalam perdagangan bebas, tentu
saja sesuai dengan nilai-nilai luhur, seperti kejujuran dan akuntibilitas di atas
dasar keadilan dan kebenaran. Globalisasi tidak hanya terkait dengan masalah
ketidak-adilan ekonomi, tetapi ibarat kanker, telah menjalar dan menyusupi
semua aspek kehidupan umat manusia. Bukan saja masalahnya adalah
persoalan ketidak-adilan dalam bidang ekonomi moneter, tetapi globalisasi
telah menimbulkan begitu banyak masalah, dengan kemajuan yang luarbiasa
3
di bidang informasi dan interaksi manusia. Stackhouse menyebutkan adanya
tiga dewa globalisasi yaitu dewa Mammon (materialisme), Mars (perang/
kekerasan) dan Eros (pornograi). Tiga dewa ini seringkali berkolaborasi
dalam kehidupan etika dan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga etika dan
kemanusiaan pada umunya tidak bermakna lagi sebagai norma kehidupan.3
Globalisasi dipahami sebagai suatu proses yang terkait dengan
intensiikasi, ekstensiikasi, dan semakin mendalamnya saling ketergantungan
dan keterkaitan antar manusia. Dengan demikian memang tidak mudah
mendeinisikan globalisasi secara lengkap dan komprehensif. Akan tetapi
penulis memaparkan ciri-ciri globlisasi. Pertama, perubahan dalam konsep
ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Kedua, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi
organisasi semacam World Trade Organization (WTO). Ketiga, peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
ilm, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Keempat,
meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup,
ekonomi, gaya hidup global, krisis multinasional, inlasi regional dan lainlain.4
A. Karakteristik Dan Dampak Globalisasi
Karakteristik-karakteristik tersebut menjadikan globalisasi begitu
nyata dirasa keberadaannya. Namun, disamping sebagai sebuah rangkaian
proses sosial globalisasi bisa dikenali melalui tiga karakteristik yang
berbeda. Yakni : Pertama, Penciptaan dan penggandaan. Berbagai aspek
kehidupan, seperti produk, gaya hidup ataupun praktek-praktek politik
saat ini cenderung tidak lagi dibatasi oleh kaidah-kaidah atau batasanbatasan geograis ataupun kultural. Globalisasi bisa muncul dalam
bentuk penggandaan praktek ataupun produk yang telah ada sebelumnya,
3
4
4
Karmin Supanji, 2001, Di Balik Globalisasi, Surakarta, Indi Press, hlm. 17
http://id.wikipedia.org/Ciri-ciri_Globalisasi
tetapi bisa juga muncul dari hal-hal yang baru. Berbagai produk, seperti
McDonald, Coca Cola atau Jean’s misalnya, saat ini tersedia di seluruh
belahan bumi dan bisa dinikmati oleh hampir semua orang di seluruh
dunia. Pada saat yang sama, demokrasi telah berkembang menjadi sebuah
praktek politik yang diidealkan.
Kedua, Perluasan dan pemekaran hubungan sosial, aktivitas dan
saling-ketergantungan. Globalisasi juga ditandai dengan perluasan dan
pemekaran dalam artian spatial dan temporal. Semua kegiatan, hubungan
dan proses berlangsung pada saat yang bersamaan dalam skala global
dan berlangsung selama 24 jam. Perluasan dan pemekaran temporan dan
spatial ini terlihat misalnya dengan operasi kegiatan inansial global,
chain stores, kelompok teroris ataupun gerakan-gerakan sipil global. Dan
ketiga, Intensiikasi dan akselerasi. Proses intensiikasi dan akselerasi
terjadi dalam kaitannya dengan pertukaran data dan informasi maupun
dalam kaitannya dengan hubungan sosial. Dalam kaitan ini, Anthony
Giddens melihat globalisasi pada dasarnya adalah lokalisasi. Jika selama
ini lokal dan global dipahami sebagai dua kutub ekstrim dari sebuah
kontinuum, globalisasi menjadikan lokal dan global sekaligus sebagai
awal dan akhir.
Hadirnya gobalisasi juga membawa pengaruh terhadap eksistensi
kesadaran manusia sebagai bagian dari komunitas global. Manusia
menjadi semakin sadar terhadap proses yang berlangsung ini. Sebagai
bagian dari rangkaian proses ke arah globalitas, kesadaran ini merupakan
aspek non material atau non obyektif. Proses ini berlangsung baik pada
tingkat individual maupun pada tingkat kolektif, seperti negara. Di dalam
era globalisasi, situasi dunia menjadi amat transparan, “jendela” untuk
melihat kejadian-kejadian di seluruh penjuru dunia terdapat hampir di
setiap rumah. Apa yang terjadi di salah satu sudut bumi dalam waktu
singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia, “pintu gerbang”
antarnegara semakin terbuka, sekat-sekat budaya menjadi hilang, budaya
antarbangsa semakin membaur, melebur; serta saling mempengaruhi.
Di dalam beberapa hal, kehadiran globalisasi memberikan dampak
yang positif Namun juga tampak menggelisahkan, khususnya bagi
eksistensi moral di negara-negara timur. Globalisasi adalah keniscayaan,
mau tidak mau kita akan bertemu. Pilihannya adalah kita dihampiri atau
5
BAB IV
STRATEGI PEMBERDAYAAN BIDANG PERDATA
DAN TATA USAHA NEGARA DALAM
PENYELAMATAN KEKAYAAN NEGARA
A. Langkah Terobosan
Nawacita memberikan semangat baru. Gagasan dan aksi besarnya
adalah melakukan percepatan pembangunan yang dicanangkan oleh
pemerintah di pelbagai bidang. Baik secara langsung maupun tidak
langsung, hal tersebut telah menimbulkan perubahan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Konsep nawacita menekankan bahwa
pembangunan tidak saja dilakukan secara isik dalam pembangunan
infrastruktur namun juga menyetuh pembaruan mental masyarakat
melalui program “Revolusi Mental” yang tengah dicanangkan dan
dijalankan. Pelaksanaan pembangunan yang tidak saja diukur secara isik
melalui pembangunan saranan penunjang (infrastruktur) secara isik,
namun juga mengacu pembangunan pembaharuan masyarakat melaui
program “Revolusi Mental” menunjukan kesadaran pemerintah bahwa
pembangunan isik tanpa diiringi oleh perubahan mental masyarakat
hanya akan berakhir sebagai monumen keberhasilan yang bersifat semu,
tenpa memiliki implikasi kepada kualitas hidup masyarakat secara
langsung.
Di dalam pelaksanannya, akselerasi kedua kegiatan pembangunan
tersebut mau tidak mau akan menimbulkan riak dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal tersebut wajar, mengingat hakekat
perubahan selalu menimbulkan kesukaan dan ketidaksukaan yang
sebanding lurus dengan resistensi yang ditimbulkannya. Hambatan
atau resistensi dimaksud dapat hadir dalam dua bentuk yaitu hambatan
yang bersifat eksternal maupun secara internal. Hambatan eksternal
cenderung bersifat kompetitif, sedangkan hambatan secara internal dapat
diakibatkan oleh ketersediaan iskal dan atau kekosongan payung hukum
dalam pelaksanaan kegiatan.
117
Kegiatan pemerintahan merupakan perbuatan hukum yang dilandasi
dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang masuk dalam
lingkup bidang publik, perdata maupun tata usaha negara. Kegiatankegiatan yang merupakan perbuatan hukum tersebut dilakukan untuk
kepentingan masyarakat dan melibatkan masyarakat yang melahirkan
hubungan-hubungan hukum. Makin luas urusan pemerintahan yang
dilakukan, makin luas keterlibatan masyarakat dan makin luas pula
hubungan hukum yang timbul. Kegiatan pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat yang
luas dan berlangsung di pusat sampai ke daerah-daerah di seluruh
wilayah tanah air. Kegiatan pemerintah yang meningkat secara kuantitatif
maupun kualitatif dan berkelanjutan serta meningkatnya kesadaran
masyarakat, melahirkan perbuatan-perbuatan hukum yang mempunyai
risiko hukum yaitu masalah hukum, sengketa hukum maupun perkara/
kasus hukum dibidang hukum perdata mapun tata usaha negara yang
tidak jarang menimbulkan akibat hilangnya potensi keuntungan dan
bahkan menimbulkan kerugian keuangan negara/kekayaan negara.
Resiko hukum yang terjadi bukan tanpa solusi. Untuk dapat
melakukan pencegahan atau menyelesaikan semua risiko hukum tersebut,
negara atau pemerintah memerlukan suatu institusi yang diberi tugas
wewenang menangani serta mewakili negara dan menjadi kuasanya.
Indonesia sendiri telah memiliki Institusi dimaksud, yaitu Kejaksaan
yang dapat menjalankan fungsi dibidang perdata dan tata usaha negara.
Institusi ini telah lahir sejak jaman pra kemerdekaan dan tetap diakui
serta diterima keberadaannya hingga saat ini.
Kerugian atas kekayaan negara sebagaimana telah diulas pada bab
sebelumnya, harus ada upaya pengembalian/recovery asset. Kejahatan/
Tindak pidana yang merugikan kekayaan negara, semakin lama semakin
bertambah jumlahnya. Di Indonesia, bahkan terjadi secara masif dan
sistematis, hal ini terjadi karena bukan saja sebagian kejahatan tersebut
telah mengakar bahkan membudaya, namun karena peluang untuk
melakukannya menemukan kesempatan dan celah, ditambah keinginan
hidup manusia yang semakin lama semakin banyak dan meningkat.
Beberapa kasus yang terjadi membuktikan bahwa praktek tindak pidana
semakin menyebar dan berlangsung dimanapun, tidak hanya di lembaga
118
H. Harapan
Strategi pemberdayaan bidang Perdata dan Tata Usaha Negara
dalam penyelamatan kekayaan negara oleh Kejaksaan RI dilakukan
dalam kerangka kewenangan yang dimiliki Kejaksaan dalam bidang
keperdataan. Upaya preventif dilakukan dengan menggunakan fungsi
Pertimbangan Hukum para Jaksa Pengacara Negara diharapkan dapat
menjadi agen pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi karena
melalui kemampuan teknis yang dimilikinya dapat mencegah seorang
pengambil keputusan baik di dalam lembaga Pemerintahan maupun
BUMN/ BUMD melakukan kesalahan pengambilan keputusan yang
diakibatkan oleh adanya kesalahan dalam penerapan hukum. Sedangkan
secara represif dilakukan dengan menggunakan fungsi Penegakan
Hukum dan Bantuan Hukum. Penegakan hukum merupakan kewenangan
yang secara ex oficio melekat karena amanat undang-undang sedangkan
Bantuan Hukum merupakan sarana keperdataan yang dilaksanakan atas
dasar Surat Kuasa Khusus, baik melalui litigasi maupun non litigasi.
Meskipun upaya pengembalian keuangan negara terus dilakukan
oleh Jaksa Pengacara Negara, namun, berbagai kelemahan instrumen
perdata di dalam usaha pengembalian keuangan negara adalah keniscayaan
karena fakta instumen hukum acara yang tersedia. Oleh karena itu harus
ada upaya terobosan dalam rangka pembaharuan hukum. Apabila di
dalam area tindak pidana korupsi adalah kategori tindak pidana khusus,
harus ada ide besar untuk mendorong tenteng deinisi gugatan perdata
secara khusus, yakni khusus dalam rangka gugatan pemngembalian
keuangan negara. Konsekuensinya, gugatan perdata tidak dapat hanya
disandarkan pada ketentuan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata yang
berlaku, yakni HIR, yang faktanya memang kurang agresif dalam rangka
mendukung gugatan perdata pengembalian keuangan negara. Gugatan
perdata khusus ini harus ditempatkan sebagai upaya hukum yang utama
di samping upaya secara pidana, bukan upaya sekunder atau fakultatif
atau sekedar pelengkap dari instumen pidana. Menjadikan instumen
perdata yang secara khusus mendukung gugatan pengembalian keuangan
negara dapat dilakukan dengan mengharmonisasikan berbagai konvensi
internasioanal tentang tindak pidana yang merugikan keuangan negara,
misalnya Konvensi UNCAC 2003, yang memberikan pembebanan
171
pembuktian kepada terdakwa maupun terpidana/civil forfeiture. Namun
demikian cara ini tetap harus bijak digunakan agar hukum tidak menjadi
tirani.
Pelaksanaan fungsi Kejaksaan di Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara memiliki peranan yang sangat besar dan merupakan masa depan
Kejaksaan untuk itu perlu didukung oleh JPN yang berkualitas. JPN
yang memiliki kapabilitas baik ini tidak bida didapatkan dalam waktu
yang singkat melainkan hanya dapat terbentuk dari pengalaman dalam
mengani permasalahan hukum. Untuk itu Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara perlu mendapatkan kekhususan dalam pengembagan karirnya
dan tidak dapat disamaratakan dengan bidang lain. Prinsip learning
by doing yang selalu didengungkan oleh para founding fathers harus
diartikan secara luas sebagai suatu prinsip bahwa untuk mendapatkan
SDM yang baik dibutuhkan SDM yang memiliki ‘jam terbang’ tinggi
dalam penanganan suatu permasalahan.
172
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sulistiyono., November 2015, Materi Kuliah Hukum dan Pegelolaan
Keuangan Negara, Surakarta, Fakultas Hukum UNS.
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang,
Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta, Sinar Graika.
……………, 2008, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti.
Alford, 1994, Money Laundering, N.C.J Int’l & Com, Reg. Vol 19.
Ariin P. Soeria Atmadja, 2005, Keuangan Publik dalam Perspektif
Hukum; Teori, Praktik, dan Kritik, Jakarta, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
………, 1996, Kapita Selekta Keuangan Negara, Jakarta, Untar.
A.S. Mamoedin, 1997, Analisis Kejahatan Perbankan, Jakarta, Raflesia.
Billy Steel, Money Laundering-What Is Money Laundering, Billy’s Money
Laundering Information, www.laundryman.u-net.com.
Bismar Nasution, 2009, Anti Pencucian Uang : Teori dan Praktek, Bandung,
Books Terrace & Library.
Bohari, 1995, Hukum Anggaran Negara, Jakarta, Rajawali Press.
Edward Pangabean, 2014, http://news.liputan6.com/read/2082158/kejagungeksekusi-terpidana-kasus-korupsi-merpati-hotasi-nababan.
Erizeli Jely Bandaro, Panama Papers: Keruntuhan Industri Money
Laundering,http://www.bergelora.com/opini-wawancara/
artikel/3233-panama-papers-keruntuhan-industri-money-loundry.
html.
Gunarto Suhardi, 2007, Revitalisasi BUMN, Yogyakarta, Universitas Atma
Jaya.
173
Harjono Sumosudirjo & Wahjono, 1983, Buku Pedoman Bendaharawan
Pegawai Administrasi Pengawas Keuangan, Jakarta, Kurnia Esa.
http://www.rnplawirm.com/?p=publication&id=8&title=azaz-pembuktian.
http://suarakarya-online.com/news.html?.id=187515.
http://id.wikipedia.org/Ciri-ciri_Globalisasi.
http://www.antaranews.com/berita/499821/kejahatan-lingkungantimbulkan-kerugian-70-miliar-dolar-per-tahun.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151029185101-12-88275/
kejahatan-lingkungan-adalah-super-extra-ordinary-crime/.
http://news.detik.com/berits/2800497/setiap-tahun-indonesia-rugi-rp-9triliun-akibat-kejahatan-lingkungan.
http://optima-online.com/jejaring-sosial-menjadi-sasaran-kejahataninternet/.
http://www.antikorupsi.org/id/content/kerugian-negara-akibat-korupsi2015-sebesar-31-triliun.
http://lampung.tribunnews.com/2016/03/04/kerugian-negara-akibatnarkoba-capai-rp-631-triliun.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/04/06/185841726/Lebih.
Dahsyat.dari.Panama.Papers.
http://m.harianindo.com/2016/03/22/92710/kerugian-negara-akibat-pmatak-bayar-pajak-mencapai-rp-500-triliun/.
http://finance.detik.com/read/2016/04/14/073947/3187501/4/orang-risimpan-harta-di-28-negara-tax-haven-nilainya-lebih-dari-rp11450-t.
http://inspektorat.magelangkota.go.id/Artikel/125/Kerugian-KeuanganNegara-dalam-Pandangan-Akuntansi.html.
http://www.hukumpedia.com/agnesharvelian/pelaksanaan-beban-
174
pembuktian-terbalik-dalam-tindak-pidana-pencucian-uang.
http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/16/04/05/o54u5x322membedah-izin-ahok-atas-reklamasi-teluk-jakarta.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/09/08080391/Penangkapan.
Sanusi.dan.Tekad.Ahok.Lanjutkan.Reklamasi.Pantai.Utara.Jakarta.
https://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.
php?idu=25&idsu=19&id=4133.
John McDowell & Gary Novis, 2001, The Consequences of Money and
Financial Crime, http://www.usteas.gov.
Juni Sjafrien Jahja, 2012, Melawan Money Laundering, Jakarta, Visimedia.
Karmin Supanji, 2001, Di Balik Globalisasi, Surakarta, Indi Press.
Lutia, Asas-Asas Yang Terdapat Dalam UU TPPU Nomor 8 Tahun 2010,
http://lutfia-fairy.blogspot.com/2012/12/asas-asas-yang-terdapatdalam-undang.html.
Mahfud MD., 2000, Demokrasi dan Reformasi Konstitusi, Jakarta, Rineka
Cipta.
Manfred B. Steger, 2003, Globalization a Very Short Introduction, Oxford,
Oxford University Press.
Marulak Pardede, 2001, Masalah Money Laundering di Indonesia, Jakarta,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan
HAM.
Mariam Darus Badrulzaman, 1970, Asas-Asas Hukum Perikatan, Medan,
FH USU.
Money
Laundering
laundering/.
in
Malaysia,
http://kclau.com/blogging/money-
Muhammad Djafar Saidi, 2008, Hukum Keuangan Negara, Jakarta,
Rajagraindo Persada.
175
M. Hadi, 1980, Administrasi Keuangan Negara Republik Indonesia, Jakarta,
Rajawali Pers.
M. Subagio, 1980, Hukum Keuangan Negara RI, ed. 1, Jakarta, Rajawali.
M. Suparmoko, 1982, Asas-asas Ilmu Keuangan Negara, Jakarta, BPPE.
Nurdjaman Arsjad, Bambang Kusumanto, dan Yuwono Prawirosetoto, 1992,
Keuangan Negara, Intermedia, Jakarta.
N.H.T.Siahaan, 2005, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Cetakan
Kedua (Edisi Revisi) , Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Pathorang Halim, 2013, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian
Uang di Era Globalisasi, Jakarta, Total Media.
P Golose, 2010, Deradikalisasi Terorisme Humanis, Soul Approach dan
Menyentuh Akar Rumput (Cetakan Kedua), Jakarta, YPKIK.
Riawan Tjandra, 2014, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia.
………, 2008, Hukum Administrasi Negara Yogyakarta, Universitas Atma
Jaya.
Ridel S. Tumbel, 2014, Kajian Hukum Tanggung jawab Direksi Terhadap
Kerugian Perusahaan Perseroan (Persero), Jurnal Hukum, Vol. II
No. 1.
Rosa Agustina, 2003, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta, Pascasarjana FH
Universitas Indonesia.
Sarah N. Welling, 1989, Comment, Smurfs, Money Laundering and the
Federal Criminal Law, 41 Fla. L. Rev.
SC Ian McWalters, 2006, Memerangi Korupsi Sebuah Peta Jalan Untuk
Indonesia, Surabaya, JPBook.
Sejarah Singkat Money Laundering, http://bikintau.blogspot.co.id/2012/04/
sejarah-singkat-money-laundering.html.
176
Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum Perdata, cet. 31, Jakarta, PT Intermasa.
Suminto, 2014, Pengelolaan APBN Dalam Sistem Manajemen Keuangan
Negara, Dalam Makalah Bahan Penyusunan Budget in Brief 2004,
Jakarta, Ditjen Anggaran. Depkeu.
Sutan Remy Sjahdeini, 2004, Seluk Beluk Tindak pidana Pencucian Uang
Dan Pembiayaan Terorisme, Jakarta, PT. Pustaka Utama Graiti.
Tb. Irman S, 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang (Money
Launderinh), Cetakan Pertama, Jakarta, CV. AYYCCS Group.
Thomas L. Friedman, 2006, The World is Fla, A Brief History The twentyFirst Century, New York, USA. Farrar, Strauss & Giroux.
Tindak Pidana Pencucian Uang, http://adydream25.blogspot.co.id/2013/05/
tindak-pidana-pencucian-uang.html.
Tjetjep Saepul Hidayat dkk, tanpa tahun, “Penerapan Kewenangan
Kejaksaan RI Sebagai Penyidik Tindak Pidana Pencucian Uang
yang Tindak Pidana Asalnya Korupsi”, tanpa tahun.
Tribowo, Darmawan dan Sugeng Bahagijo, 2006, Mimpi Negara
Kesejahteraan. Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia.
UU Tindak Pidana Pencucian Uang, http://hukumperbankan.blogspot.
co.id/2008/12/uu-tindak-pidana-pencucian-uang.html.
Welsch, Glenn A, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon, 1995, Budgeting
(Penyusunan Anggaran Perusahaan) Perencanaan dan Pengendalian
Laba, Jakarta, Bumi Aksara.
Wirjono Prodjodikoro. 1973.
Sumur.
Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung.
Yenti Garnasih, 2009, Kriminalisasi Pencucian Uang (Money Laundering),
Jakarta, UI Press.
Yunus Husein, 2006, Artikel Hukum Pidana : Hubungan antara Kejahatan
Peredaran Gelap Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
177
http://www.ditjenphka.go.id/article_file/Press%20realease%20
CCPCJ.doc.
………,Tindak Pidana Pencucian Uang (Money laundering) dalam
Perspektif
Hukum
Internasional,
http://www.docstoc.com/
docs/20860753/TINDAK-PIDANA-PENCUCIAN-UANGMONEY-LAUNDRING-DALAM-PERSPEKTIF.
………,Hubungan Antara Kejahatan Peredaran Gelap Narkoba Dan
Tindak Pidana Pencucian Uang, http://www.ppatk.go.id/content.
php?s_sid=10.
178
MELALUI TUNTUTAN PIDANA PENCUCIAN UANG
DAN GUGATAN PERDATA
Bambang Setyo Wahyudi
i
ii
Pengembalian Keugian Negara Melalui Tuntutan Pidana
Pencucian Uang dan Gugatan Perdata
Penulis
Editor
Desain Isi
Desain Cover
Preliminary
Halaman Isi
Ukuran Buku
: Bambang Setyo Wahyudi
: Pujiyono
: Normanta Agus Purwasandi
: Pustaka Hanif
: i-viii
: 1-166
: 17,5 x 25 cm
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, Mei 2016
ISBN:
Hak cipta © pada penulis
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang No.19.Th. 2002
Dilarang memperbanyak/memperluas dalam bentuk apapun
tanpa izin dari penulis dan penerbit.
Dicetak Oleh:
PENERBIT PUSTAKA HANIF
Jl. Pelangi Selatan, Kepuhsari,
Perum PDAM Mojosongo, Jebres, Surakarta.
Telp. 085102820157, 08121547055, 081542834155
E-mail: [email protected]
iii
PRAKATA
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang serta diiringi rasa syukur, Buku yang berjudul
PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA MELALUI TUNTUTAN
PIDANA PENCUCIAN UANG DAN GUGATAN PERDATA dapat
penulis selesaikan. Tantangan menulis buku itu adalah menyempatkannya.
Dan ketika sudah berwujud karya buku, ia menjadi monumen pribadi
yang akan lebih diingat dibandingkan kata. Alhamdulillahmeski karya ini
belum sempurna, penulis dapat merangkainya hingga menjadi karya yang
setidaknya penulis beranggapan ini adalah sebuah buku.
Buku ini membahas mengenai strategi pengembalian kerugian negara
akibat perilaku tindak pidana oleh subyek hukum. Strategi sebagaimana
dimaksud di dalam buku ini diulas melalui dua model, yakni tuntutan Tindak
pidana Pencucian uang dan Gugatan Perdata. Sebagaimana diketahui bahwa
Indonesia masih rentan terhadap praktik kejahatan transnasional yang
merugikan negara trilyunan rupiah. Saat ini konsentrasi pemerintah Indonesia
dihadapkan pada keseriusan terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan
kejahatan korupsi dan narkoba yang merugikan negara trilyunan rupiah,
termasuk juga kasus penggelapan pajak. Ribuan trilyun anggaran negara
tidak terserap sebagaimana mestinya karena perilaku korupsi yang dilakukan
oleh para pejabatnya, bahkan saat ini perilaku korup tersebut dilakukan oleh
pejabat yang berkongkalingkong atau bermufakat jahat dengan kalangan
swasta/pengusaha. Tentu hal tersebut lebih membahayakan dan mengncam
keuangan negara lebih besar. Demikian pula dengan kejahatan narkoba,
kerugian negara akibat narkoba mencapai Rp. 63,1 triliyun. Sedangkan
untuk penggelapan pajak, lebih dahsyat lagi, laporan Global Financial
Integrity menyebutkan, dalam kurun 2004 – 2013, dana illegal yang keluar
dari Indonesia mencapai 180,71 miliar dollar AS atau setara Rp 2.100 triliun.
Untuk urusan ini, Indonesia merupakan negara terbesar kesembilan di
iv
dunia. Indonesia hanya kalah dari China, Rusia, Meksiko, Malaysia, India,
Brasil, Afrika Selatan, dan Thailand.
Kita berharap dana ribuan trilyun tersebut dapat kembali ke negara.
Sehingga gagasan dan kerja besar Bapak Presiden Republik Indonesia
untuk membangun berbagai infrastruktur dapat segera terwujud. Tentu hal
ini juga tak semudah teorinya. Selain buku ini jauh dari lengkap dan kurang
sempurna, strategi ini pasti juga akan menghadapi perlawanan.
Secara khusus, dengan diselesaikannya buku ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Terima
kasih juga kepada Bapak HM Prasetyo, selaku Jaksa Agung Republik
Indonesia, atas dorongannya sehingga karya kecil ini dapat terwujud. Rekanrekan di korps Adyaksa atas berbagai masukannya untuk Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta diucapkan rasa terimakasih yang tiada
terkira. Demikian mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua, terutama untuk kalangan korps adyaksa, akademisi, praktisi serta
masyarakat umum. Meskipun menurut saya ini adalah sebuah karya utuh,
namun jelas karya ini jauh dari sempurna. Berbagai masukan dibutuhkan
untuk penyempurnaan teori dan konsep di masa yang akan datang.
Surakarta, Mei 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................
vi
BAB I
: MUKADIMAH ...............................................................
1
A. Karakteristik Dan Dampak Globalisasi .............................
4
B. Kejahatan Yang Merugikan
Keungan Negara ................................................................
16
C. Strategi Pengembalian Keuangan Negara .........................
22
BAB II : KEUANGAN NEGARA .................................................
25
A. Keuangan Negara ..............................................................
25
B. Kerugian Keuangan Negara...............................................
45
BAB III : TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG .....................
59
A. Deinisi Pencucian Uang ...................................................
59
B. Sejarah Pencucian Uang ....................................................
68
C. Tindak Pidana Pencucian Uang
(Money Laudering) Di Berbagai Negara ..........................
79
D. Pengaturan Tindak Pidana Pencucian
Uang Di Indonesia...........................................................
89
BAB IV : STRATEGI PEMBERDAYAAN BIDANG PERDATA
DAN TATA USAHA NEGARA DALAM
PENYELAMATAN KEKAYAAN NEGARA ...............
117
A. Langkah Terobosan ........................................................
117
B.
Instrumen Perdata Dalam Pengembalian
Keuangan Negara ...........................................................
C.
Eksistensi Kejaksaan Di Bidang Perdata
vi
121
Dan Tata Usaha Negara ..................................................
131
D. Penyelamatan Kekayaan Melalui Upaya
Preventif Bidang Perdata Dan Tata
Usaha Negara ................................................................
E.
147
Penyelamatan Kekayaan Negara Melalui
Upaya Represif Bidang Perdata Dan Tata
Usaha Negara .................................................................
149
Beberapa Contoh Kasus ................................................
158
G. Pertimbangan Hukum.....................................................
168
G. Harapan ..........................................................................
171
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
173
F.
vii
BAB I
MUKADIMAH
Saat ini kita berada dalam kegiatan ekonomi antar bangsa yang saling
menggantungkan. Di dalam konteks kegiatan ekonomi, maka gerakan arah
ekonomi bukan hanya sekedar perdagangan yang semakin besar di antara
negara-negara di dunia, namun sejatinya ekonomi dunia bergerak ke arah
ekonomi tunggal, suatu satu ekonomi dan satu pasar. Dengan demikian kini
tidak ada lagi yang namanya ekonomi nasional murni. Bagian dunia yang lain
terlalu besar untuk diabaikan, baik sebagai pasar maupun sebagai pesaing.
Ketergantungan tersebut menandakan adanya hubungan antara aktivitas
ekonomi suatu negara dengan aktivitas ekonomi negara lain. Hubungan
aktivitas ekonomi suatu negara dengan negara lain ini akan membentuk
sistem ekonomi yang lebih besar, yaitu sistem ekonomi dunia yang global.
Globalisasi adalah kata yang tidak selesai dalam makna, artinya ia
memiliki ragam deinisi. Sampai saat ini belum ada deinisi globalisasi
yang mapan, kecuali sekadar deinisi kerja (working deinition), sehingga
tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Fenomena globalisasi
menjadikan batas-batas negara menjadi ‘cenderung’ bias, bahkan disinyalir
akan terjadi penyeragaman budaya yang ditandai dengan menghilangnya
budaya lokal. Namun demikian, berikut penulis paparkan beberapa
pengertian tentang globalisasi. Berbagai deinisi tentang globalisasi bisa
ditemukan di berbagai tulisan tentang globalisasi. Tetapi, berbagai deinisi
tersebut pada dasarnya melihat globalisasi sebagai sebuah proses ke arah
globalitas, Manfred B Steger mengemukakan : “... a social condition
characterized by the existence of global economic, political, cultural, and
environmental interconnections and lows that make many of the currently
existing borders and boundaries irrelevant.” 1
Thomas L. Friedman di dalam bukunya yang berjudul The World
is Flat memberikan sebuah gambaran ringkas bagaimana berjalannya
peradaban dunia saat ini, lebih tepatnya Friedman memberikan gambaran
1
Manfred B Steger, 2003, Globalization a Very Short Introduction, Oxford, Oxford
University Press, hlm. 7
1
tentang globalisasi.2 Globalisasi secara hakekat telah berlangsung sejak
lama. Globalisasi versi 1.0 telah dimulai Columbus di tahun 1492, juga
pergerakan lain sampai tahun 1800-an. Proses ini menyusutkan dunia dari
ukuran besar menjadi sedang. Globalisasi 1.0 berhubungan dengan negara
dan otot, pelaku utama dan kekuatan penyatuan global adalah seberapa gigih,
seberapa besar otot, seberapa besar tenaga kuda, tenaga angin, tenaga uap
yang dimiliki suatu negara. Motor penggerak Globalisasi 1.0 adalah mengglobalnya negara. Caranya dengan melakukan ekspansi wilayah melalui
berbagai serangkaian penemuan wilayah maupun peperangan.
Globalisasi versi 2.0 berlangsung dari tahun 1800-2000. Masa ini
menyusutkan dunia dari ukuran sedang ke ukuran kecil. Dalam Globalisasi
2.0 pelaku utama dan kekuatan penyatuan global adalah perusahaanperusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini mendunia demi pasar
dan tenaga kerja. Pada masa awal, penyatuan global dimotori jatuhnya
biaya pengangkutan berat mesin uap dan kereta api. Berikutnya dimotori
oleh jatuhnya biaya telekomunikasi berkat penyebaran telegraf, telepon,
personal computer (PC), satelit, serat optik, Word Wide Web versi awal.
Terjadi pasar global dengan adanya pergerakan barang, jasa, informasi dan
tenaga kerja dari benua ke benua. Motor penggerak Globalisasi 2.0 adalah
mengglobalnya perusahaan.
Globalisasi versi 3.0 dimulai tahun 2000, yang menyusutkan dunia dari
ukuran kecil menjadi sangat kecil dan mendatarkan lapangan permainan.
Era yang memungkinkan memberdayakan dan melibatkan individu serta
kelompok kecil untuk dengan mudah menjadi global dengan sebutan “tatanan
dunia datar” (lat world platform). Contoh nyatanya adalah konvergensi
(penyatuan) antara komputer pribadi yang memungkinkan setiap individu
dalam waktu singkat menjadi penulis materi mereka sendiri seara digital,
serat optik yang memungkinkan mereka untuk mengakses lebih banyak
materi materi di seluruh dunia dengan murah, serta worklow software yang
memungkinkan individu-individu di seluruh dunia untuk bekerja bersamasama mengerjakan suatu materi digital dari manapun, tanpa menghiraukan
jarak antar mereka. Motor penggerak Globalisasi 3.0 adalah kekuatan baru
yang ditemukan untuk bekerjasama dan bersaing secara individual dalam
kancah global.
2
2
Thomas L. Friedman. 2006.The World is Fla, A Brief History The twenty-First Century, New
York, USA. Farrar, Strauss & Giroux. hlm. viii.
Asumsi bahwa globalisasi merupakan sebuah realitas kontemporer
adalah tidak salah. Beredarnya rekaman video Osama bin Laden segera
setalah serangan 11 September 2001, misalnya, adalah salah satu bentuk nyata
globalisasi. Rekaman video tersebut menggambarkan bagaimana Osama bin
Laden, yang digambarkan sebagai representasi dari fundamentalisme dan
hidup jauh dari hiruk pikuk dunia modern, ternyata menampilkan berbagai
aspek modern yang kita miliki, nikmati ataupun alami saat ini: teknologi,
produk dan jaringan global.
Secara terminologi, penggunaan istilah Globalisasi pertama kali
digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politikekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan.
Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi
elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik
melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan
informasi. Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang
Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan
yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi
perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi,
Rekolonisasi, Neo-Kapitalisme, Neo-Liberalisme. Bahkan para aktivis
anti globalisasi menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme EuroAmerika di Dunia Ketiga.
Kini istilah globalisasi telah mencakup pengertian yang menggambarkan
suatu proses atau gerakan multi-dimensi yang bersifat simultan, terutama
dalam bidang ekonomi, politik dan budaya. Walaupun demikian globalisasi
terutama nampak dalam gerakan ekonomi-moneter yang membuat dunia
semakin menyatu dan membawa dampak positif maupun negatif bagi
kemanusiaan. Dari sudut positif, kita harus mampu memberdayakan diri
kita sebagai masyarakat untuk memanfaatkan peluang dari arus globalisasi,
misalnya dalam hal kemampuan bersaing dalam perdagangan bebas, tentu
saja sesuai dengan nilai-nilai luhur, seperti kejujuran dan akuntibilitas di atas
dasar keadilan dan kebenaran. Globalisasi tidak hanya terkait dengan masalah
ketidak-adilan ekonomi, tetapi ibarat kanker, telah menjalar dan menyusupi
semua aspek kehidupan umat manusia. Bukan saja masalahnya adalah
persoalan ketidak-adilan dalam bidang ekonomi moneter, tetapi globalisasi
telah menimbulkan begitu banyak masalah, dengan kemajuan yang luarbiasa
3
di bidang informasi dan interaksi manusia. Stackhouse menyebutkan adanya
tiga dewa globalisasi yaitu dewa Mammon (materialisme), Mars (perang/
kekerasan) dan Eros (pornograi). Tiga dewa ini seringkali berkolaborasi
dalam kehidupan etika dan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga etika dan
kemanusiaan pada umunya tidak bermakna lagi sebagai norma kehidupan.3
Globalisasi dipahami sebagai suatu proses yang terkait dengan
intensiikasi, ekstensiikasi, dan semakin mendalamnya saling ketergantungan
dan keterkaitan antar manusia. Dengan demikian memang tidak mudah
mendeinisikan globalisasi secara lengkap dan komprehensif. Akan tetapi
penulis memaparkan ciri-ciri globlisasi. Pertama, perubahan dalam konsep
ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Kedua, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi
organisasi semacam World Trade Organization (WTO). Ketiga, peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
ilm, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Keempat,
meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup,
ekonomi, gaya hidup global, krisis multinasional, inlasi regional dan lainlain.4
A. Karakteristik Dan Dampak Globalisasi
Karakteristik-karakteristik tersebut menjadikan globalisasi begitu
nyata dirasa keberadaannya. Namun, disamping sebagai sebuah rangkaian
proses sosial globalisasi bisa dikenali melalui tiga karakteristik yang
berbeda. Yakni : Pertama, Penciptaan dan penggandaan. Berbagai aspek
kehidupan, seperti produk, gaya hidup ataupun praktek-praktek politik
saat ini cenderung tidak lagi dibatasi oleh kaidah-kaidah atau batasanbatasan geograis ataupun kultural. Globalisasi bisa muncul dalam
bentuk penggandaan praktek ataupun produk yang telah ada sebelumnya,
3
4
4
Karmin Supanji, 2001, Di Balik Globalisasi, Surakarta, Indi Press, hlm. 17
http://id.wikipedia.org/Ciri-ciri_Globalisasi
tetapi bisa juga muncul dari hal-hal yang baru. Berbagai produk, seperti
McDonald, Coca Cola atau Jean’s misalnya, saat ini tersedia di seluruh
belahan bumi dan bisa dinikmati oleh hampir semua orang di seluruh
dunia. Pada saat yang sama, demokrasi telah berkembang menjadi sebuah
praktek politik yang diidealkan.
Kedua, Perluasan dan pemekaran hubungan sosial, aktivitas dan
saling-ketergantungan. Globalisasi juga ditandai dengan perluasan dan
pemekaran dalam artian spatial dan temporal. Semua kegiatan, hubungan
dan proses berlangsung pada saat yang bersamaan dalam skala global
dan berlangsung selama 24 jam. Perluasan dan pemekaran temporan dan
spatial ini terlihat misalnya dengan operasi kegiatan inansial global,
chain stores, kelompok teroris ataupun gerakan-gerakan sipil global. Dan
ketiga, Intensiikasi dan akselerasi. Proses intensiikasi dan akselerasi
terjadi dalam kaitannya dengan pertukaran data dan informasi maupun
dalam kaitannya dengan hubungan sosial. Dalam kaitan ini, Anthony
Giddens melihat globalisasi pada dasarnya adalah lokalisasi. Jika selama
ini lokal dan global dipahami sebagai dua kutub ekstrim dari sebuah
kontinuum, globalisasi menjadikan lokal dan global sekaligus sebagai
awal dan akhir.
Hadirnya gobalisasi juga membawa pengaruh terhadap eksistensi
kesadaran manusia sebagai bagian dari komunitas global. Manusia
menjadi semakin sadar terhadap proses yang berlangsung ini. Sebagai
bagian dari rangkaian proses ke arah globalitas, kesadaran ini merupakan
aspek non material atau non obyektif. Proses ini berlangsung baik pada
tingkat individual maupun pada tingkat kolektif, seperti negara. Di dalam
era globalisasi, situasi dunia menjadi amat transparan, “jendela” untuk
melihat kejadian-kejadian di seluruh penjuru dunia terdapat hampir di
setiap rumah. Apa yang terjadi di salah satu sudut bumi dalam waktu
singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia, “pintu gerbang”
antarnegara semakin terbuka, sekat-sekat budaya menjadi hilang, budaya
antarbangsa semakin membaur, melebur; serta saling mempengaruhi.
Di dalam beberapa hal, kehadiran globalisasi memberikan dampak
yang positif Namun juga tampak menggelisahkan, khususnya bagi
eksistensi moral di negara-negara timur. Globalisasi adalah keniscayaan,
mau tidak mau kita akan bertemu. Pilihannya adalah kita dihampiri atau
5
BAB IV
STRATEGI PEMBERDAYAAN BIDANG PERDATA
DAN TATA USAHA NEGARA DALAM
PENYELAMATAN KEKAYAAN NEGARA
A. Langkah Terobosan
Nawacita memberikan semangat baru. Gagasan dan aksi besarnya
adalah melakukan percepatan pembangunan yang dicanangkan oleh
pemerintah di pelbagai bidang. Baik secara langsung maupun tidak
langsung, hal tersebut telah menimbulkan perubahan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Konsep nawacita menekankan bahwa
pembangunan tidak saja dilakukan secara isik dalam pembangunan
infrastruktur namun juga menyetuh pembaruan mental masyarakat
melalui program “Revolusi Mental” yang tengah dicanangkan dan
dijalankan. Pelaksanaan pembangunan yang tidak saja diukur secara isik
melalui pembangunan saranan penunjang (infrastruktur) secara isik,
namun juga mengacu pembangunan pembaharuan masyarakat melaui
program “Revolusi Mental” menunjukan kesadaran pemerintah bahwa
pembangunan isik tanpa diiringi oleh perubahan mental masyarakat
hanya akan berakhir sebagai monumen keberhasilan yang bersifat semu,
tenpa memiliki implikasi kepada kualitas hidup masyarakat secara
langsung.
Di dalam pelaksanannya, akselerasi kedua kegiatan pembangunan
tersebut mau tidak mau akan menimbulkan riak dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal tersebut wajar, mengingat hakekat
perubahan selalu menimbulkan kesukaan dan ketidaksukaan yang
sebanding lurus dengan resistensi yang ditimbulkannya. Hambatan
atau resistensi dimaksud dapat hadir dalam dua bentuk yaitu hambatan
yang bersifat eksternal maupun secara internal. Hambatan eksternal
cenderung bersifat kompetitif, sedangkan hambatan secara internal dapat
diakibatkan oleh ketersediaan iskal dan atau kekosongan payung hukum
dalam pelaksanaan kegiatan.
117
Kegiatan pemerintahan merupakan perbuatan hukum yang dilandasi
dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang masuk dalam
lingkup bidang publik, perdata maupun tata usaha negara. Kegiatankegiatan yang merupakan perbuatan hukum tersebut dilakukan untuk
kepentingan masyarakat dan melibatkan masyarakat yang melahirkan
hubungan-hubungan hukum. Makin luas urusan pemerintahan yang
dilakukan, makin luas keterlibatan masyarakat dan makin luas pula
hubungan hukum yang timbul. Kegiatan pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat yang
luas dan berlangsung di pusat sampai ke daerah-daerah di seluruh
wilayah tanah air. Kegiatan pemerintah yang meningkat secara kuantitatif
maupun kualitatif dan berkelanjutan serta meningkatnya kesadaran
masyarakat, melahirkan perbuatan-perbuatan hukum yang mempunyai
risiko hukum yaitu masalah hukum, sengketa hukum maupun perkara/
kasus hukum dibidang hukum perdata mapun tata usaha negara yang
tidak jarang menimbulkan akibat hilangnya potensi keuntungan dan
bahkan menimbulkan kerugian keuangan negara/kekayaan negara.
Resiko hukum yang terjadi bukan tanpa solusi. Untuk dapat
melakukan pencegahan atau menyelesaikan semua risiko hukum tersebut,
negara atau pemerintah memerlukan suatu institusi yang diberi tugas
wewenang menangani serta mewakili negara dan menjadi kuasanya.
Indonesia sendiri telah memiliki Institusi dimaksud, yaitu Kejaksaan
yang dapat menjalankan fungsi dibidang perdata dan tata usaha negara.
Institusi ini telah lahir sejak jaman pra kemerdekaan dan tetap diakui
serta diterima keberadaannya hingga saat ini.
Kerugian atas kekayaan negara sebagaimana telah diulas pada bab
sebelumnya, harus ada upaya pengembalian/recovery asset. Kejahatan/
Tindak pidana yang merugikan kekayaan negara, semakin lama semakin
bertambah jumlahnya. Di Indonesia, bahkan terjadi secara masif dan
sistematis, hal ini terjadi karena bukan saja sebagian kejahatan tersebut
telah mengakar bahkan membudaya, namun karena peluang untuk
melakukannya menemukan kesempatan dan celah, ditambah keinginan
hidup manusia yang semakin lama semakin banyak dan meningkat.
Beberapa kasus yang terjadi membuktikan bahwa praktek tindak pidana
semakin menyebar dan berlangsung dimanapun, tidak hanya di lembaga
118
H. Harapan
Strategi pemberdayaan bidang Perdata dan Tata Usaha Negara
dalam penyelamatan kekayaan negara oleh Kejaksaan RI dilakukan
dalam kerangka kewenangan yang dimiliki Kejaksaan dalam bidang
keperdataan. Upaya preventif dilakukan dengan menggunakan fungsi
Pertimbangan Hukum para Jaksa Pengacara Negara diharapkan dapat
menjadi agen pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi karena
melalui kemampuan teknis yang dimilikinya dapat mencegah seorang
pengambil keputusan baik di dalam lembaga Pemerintahan maupun
BUMN/ BUMD melakukan kesalahan pengambilan keputusan yang
diakibatkan oleh adanya kesalahan dalam penerapan hukum. Sedangkan
secara represif dilakukan dengan menggunakan fungsi Penegakan
Hukum dan Bantuan Hukum. Penegakan hukum merupakan kewenangan
yang secara ex oficio melekat karena amanat undang-undang sedangkan
Bantuan Hukum merupakan sarana keperdataan yang dilaksanakan atas
dasar Surat Kuasa Khusus, baik melalui litigasi maupun non litigasi.
Meskipun upaya pengembalian keuangan negara terus dilakukan
oleh Jaksa Pengacara Negara, namun, berbagai kelemahan instrumen
perdata di dalam usaha pengembalian keuangan negara adalah keniscayaan
karena fakta instumen hukum acara yang tersedia. Oleh karena itu harus
ada upaya terobosan dalam rangka pembaharuan hukum. Apabila di
dalam area tindak pidana korupsi adalah kategori tindak pidana khusus,
harus ada ide besar untuk mendorong tenteng deinisi gugatan perdata
secara khusus, yakni khusus dalam rangka gugatan pemngembalian
keuangan negara. Konsekuensinya, gugatan perdata tidak dapat hanya
disandarkan pada ketentuan yang diatur dalam Hukum Acara Perdata yang
berlaku, yakni HIR, yang faktanya memang kurang agresif dalam rangka
mendukung gugatan perdata pengembalian keuangan negara. Gugatan
perdata khusus ini harus ditempatkan sebagai upaya hukum yang utama
di samping upaya secara pidana, bukan upaya sekunder atau fakultatif
atau sekedar pelengkap dari instumen pidana. Menjadikan instumen
perdata yang secara khusus mendukung gugatan pengembalian keuangan
negara dapat dilakukan dengan mengharmonisasikan berbagai konvensi
internasioanal tentang tindak pidana yang merugikan keuangan negara,
misalnya Konvensi UNCAC 2003, yang memberikan pembebanan
171
pembuktian kepada terdakwa maupun terpidana/civil forfeiture. Namun
demikian cara ini tetap harus bijak digunakan agar hukum tidak menjadi
tirani.
Pelaksanaan fungsi Kejaksaan di Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara memiliki peranan yang sangat besar dan merupakan masa depan
Kejaksaan untuk itu perlu didukung oleh JPN yang berkualitas. JPN
yang memiliki kapabilitas baik ini tidak bida didapatkan dalam waktu
yang singkat melainkan hanya dapat terbentuk dari pengalaman dalam
mengani permasalahan hukum. Untuk itu Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara perlu mendapatkan kekhususan dalam pengembagan karirnya
dan tidak dapat disamaratakan dengan bidang lain. Prinsip learning
by doing yang selalu didengungkan oleh para founding fathers harus
diartikan secara luas sebagai suatu prinsip bahwa untuk mendapatkan
SDM yang baik dibutuhkan SDM yang memiliki ‘jam terbang’ tinggi
dalam penanganan suatu permasalahan.
172
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sulistiyono., November 2015, Materi Kuliah Hukum dan Pegelolaan
Keuangan Negara, Surakarta, Fakultas Hukum UNS.
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang,
Merger, Likuidasi, Dan Kepailitan, Jakarta, Sinar Graika.
……………, 2008, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti.
Alford, 1994, Money Laundering, N.C.J Int’l & Com, Reg. Vol 19.
Ariin P. Soeria Atmadja, 2005, Keuangan Publik dalam Perspektif
Hukum; Teori, Praktik, dan Kritik, Jakarta, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
………, 1996, Kapita Selekta Keuangan Negara, Jakarta, Untar.
A.S. Mamoedin, 1997, Analisis Kejahatan Perbankan, Jakarta, Raflesia.
Billy Steel, Money Laundering-What Is Money Laundering, Billy’s Money
Laundering Information, www.laundryman.u-net.com.
Bismar Nasution, 2009, Anti Pencucian Uang : Teori dan Praktek, Bandung,
Books Terrace & Library.
Bohari, 1995, Hukum Anggaran Negara, Jakarta, Rajawali Press.
Edward Pangabean, 2014, http://news.liputan6.com/read/2082158/kejagungeksekusi-terpidana-kasus-korupsi-merpati-hotasi-nababan.
Erizeli Jely Bandaro, Panama Papers: Keruntuhan Industri Money
Laundering,http://www.bergelora.com/opini-wawancara/
artikel/3233-panama-papers-keruntuhan-industri-money-loundry.
html.
Gunarto Suhardi, 2007, Revitalisasi BUMN, Yogyakarta, Universitas Atma
Jaya.
173
Harjono Sumosudirjo & Wahjono, 1983, Buku Pedoman Bendaharawan
Pegawai Administrasi Pengawas Keuangan, Jakarta, Kurnia Esa.
http://www.rnplawirm.com/?p=publication&id=8&title=azaz-pembuktian.
http://suarakarya-online.com/news.html?.id=187515.
http://id.wikipedia.org/Ciri-ciri_Globalisasi.
http://www.antaranews.com/berita/499821/kejahatan-lingkungantimbulkan-kerugian-70-miliar-dolar-per-tahun.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151029185101-12-88275/
kejahatan-lingkungan-adalah-super-extra-ordinary-crime/.
http://news.detik.com/berits/2800497/setiap-tahun-indonesia-rugi-rp-9triliun-akibat-kejahatan-lingkungan.
http://optima-online.com/jejaring-sosial-menjadi-sasaran-kejahataninternet/.
http://www.antikorupsi.org/id/content/kerugian-negara-akibat-korupsi2015-sebesar-31-triliun.
http://lampung.tribunnews.com/2016/03/04/kerugian-negara-akibatnarkoba-capai-rp-631-triliun.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/04/06/185841726/Lebih.
Dahsyat.dari.Panama.Papers.
http://m.harianindo.com/2016/03/22/92710/kerugian-negara-akibat-pmatak-bayar-pajak-mencapai-rp-500-triliun/.
http://finance.detik.com/read/2016/04/14/073947/3187501/4/orang-risimpan-harta-di-28-negara-tax-haven-nilainya-lebih-dari-rp11450-t.
http://inspektorat.magelangkota.go.id/Artikel/125/Kerugian-KeuanganNegara-dalam-Pandangan-Akuntansi.html.
http://www.hukumpedia.com/agnesharvelian/pelaksanaan-beban-
174
pembuktian-terbalik-dalam-tindak-pidana-pencucian-uang.
http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/16/04/05/o54u5x322membedah-izin-ahok-atas-reklamasi-teluk-jakarta.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/09/08080391/Penangkapan.
Sanusi.dan.Tekad.Ahok.Lanjutkan.Reklamasi.Pantai.Utara.Jakarta.
https://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.
php?idu=25&idsu=19&id=4133.
John McDowell & Gary Novis, 2001, The Consequences of Money and
Financial Crime, http://www.usteas.gov.
Juni Sjafrien Jahja, 2012, Melawan Money Laundering, Jakarta, Visimedia.
Karmin Supanji, 2001, Di Balik Globalisasi, Surakarta, Indi Press.
Lutia, Asas-Asas Yang Terdapat Dalam UU TPPU Nomor 8 Tahun 2010,
http://lutfia-fairy.blogspot.com/2012/12/asas-asas-yang-terdapatdalam-undang.html.
Mahfud MD., 2000, Demokrasi dan Reformasi Konstitusi, Jakarta, Rineka
Cipta.
Manfred B. Steger, 2003, Globalization a Very Short Introduction, Oxford,
Oxford University Press.
Marulak Pardede, 2001, Masalah Money Laundering di Indonesia, Jakarta,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan
HAM.
Mariam Darus Badrulzaman, 1970, Asas-Asas Hukum Perikatan, Medan,
FH USU.
Money
Laundering
laundering/.
in
Malaysia,
http://kclau.com/blogging/money-
Muhammad Djafar Saidi, 2008, Hukum Keuangan Negara, Jakarta,
Rajagraindo Persada.
175
M. Hadi, 1980, Administrasi Keuangan Negara Republik Indonesia, Jakarta,
Rajawali Pers.
M. Subagio, 1980, Hukum Keuangan Negara RI, ed. 1, Jakarta, Rajawali.
M. Suparmoko, 1982, Asas-asas Ilmu Keuangan Negara, Jakarta, BPPE.
Nurdjaman Arsjad, Bambang Kusumanto, dan Yuwono Prawirosetoto, 1992,
Keuangan Negara, Intermedia, Jakarta.
N.H.T.Siahaan, 2005, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Cetakan
Kedua (Edisi Revisi) , Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Pathorang Halim, 2013, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian
Uang di Era Globalisasi, Jakarta, Total Media.
P Golose, 2010, Deradikalisasi Terorisme Humanis, Soul Approach dan
Menyentuh Akar Rumput (Cetakan Kedua), Jakarta, YPKIK.
Riawan Tjandra, 2014, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia.
………, 2008, Hukum Administrasi Negara Yogyakarta, Universitas Atma
Jaya.
Ridel S. Tumbel, 2014, Kajian Hukum Tanggung jawab Direksi Terhadap
Kerugian Perusahaan Perseroan (Persero), Jurnal Hukum, Vol. II
No. 1.
Rosa Agustina, 2003, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta, Pascasarjana FH
Universitas Indonesia.
Sarah N. Welling, 1989, Comment, Smurfs, Money Laundering and the
Federal Criminal Law, 41 Fla. L. Rev.
SC Ian McWalters, 2006, Memerangi Korupsi Sebuah Peta Jalan Untuk
Indonesia, Surabaya, JPBook.
Sejarah Singkat Money Laundering, http://bikintau.blogspot.co.id/2012/04/
sejarah-singkat-money-laundering.html.
176
Subekti, 2003, Pokok-pokok Hukum Perdata, cet. 31, Jakarta, PT Intermasa.
Suminto, 2014, Pengelolaan APBN Dalam Sistem Manajemen Keuangan
Negara, Dalam Makalah Bahan Penyusunan Budget in Brief 2004,
Jakarta, Ditjen Anggaran. Depkeu.
Sutan Remy Sjahdeini, 2004, Seluk Beluk Tindak pidana Pencucian Uang
Dan Pembiayaan Terorisme, Jakarta, PT. Pustaka Utama Graiti.
Tb. Irman S, 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang (Money
Launderinh), Cetakan Pertama, Jakarta, CV. AYYCCS Group.
Thomas L. Friedman, 2006, The World is Fla, A Brief History The twentyFirst Century, New York, USA. Farrar, Strauss & Giroux.
Tindak Pidana Pencucian Uang, http://adydream25.blogspot.co.id/2013/05/
tindak-pidana-pencucian-uang.html.
Tjetjep Saepul Hidayat dkk, tanpa tahun, “Penerapan Kewenangan
Kejaksaan RI Sebagai Penyidik Tindak Pidana Pencucian Uang
yang Tindak Pidana Asalnya Korupsi”, tanpa tahun.
Tribowo, Darmawan dan Sugeng Bahagijo, 2006, Mimpi Negara
Kesejahteraan. Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia.
UU Tindak Pidana Pencucian Uang, http://hukumperbankan.blogspot.
co.id/2008/12/uu-tindak-pidana-pencucian-uang.html.
Welsch, Glenn A, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon, 1995, Budgeting
(Penyusunan Anggaran Perusahaan) Perencanaan dan Pengendalian
Laba, Jakarta, Bumi Aksara.
Wirjono Prodjodikoro. 1973.
Sumur.
Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung.
Yenti Garnasih, 2009, Kriminalisasi Pencucian Uang (Money Laundering),
Jakarta, UI Press.
Yunus Husein, 2006, Artikel Hukum Pidana : Hubungan antara Kejahatan
Peredaran Gelap Narkotika dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
177
http://www.ditjenphka.go.id/article_file/Press%20realease%20
CCPCJ.doc.
………,Tindak Pidana Pencucian Uang (Money laundering) dalam
Perspektif
Hukum
Internasional,
http://www.docstoc.com/
docs/20860753/TINDAK-PIDANA-PENCUCIAN-UANGMONEY-LAUNDRING-DALAM-PERSPEKTIF.
………,Hubungan Antara Kejahatan Peredaran Gelap Narkoba Dan
Tindak Pidana Pencucian Uang, http://www.ppatk.go.id/content.
php?s_sid=10.
178