Pengertian Depresiasi dan 4 Metode Penyu

Pengertian Depresiasi (Penyusutan) dan 4 Metode Penyusutan Aktiva
Tetap
By Wadiyo*

Metode penyusutan aktiva tetap telah banyak saya tulis di blog
manajemenkeuangan.net.
Salah satunya adalah pada artikel tentang “cara menghitung zakat properti”.
Bahkan saya sediakan tabel perhitungan penyusutan (depresiasi) dengan metode
penyusutan garis lurus beserta panduan penggunaannya sehingga Anda tinggal
download lalu siap untuk digunakan.
Untuk melengkapi pengertian depresiasi, dalam artikel ini saya akan membahas
mengenai seluk beluk depresiasi dan metode menghitung nilai depresiasi.
Depresiasi atau penyusutan itu apa sih?
Secara umum depresiasi didefinisikan sebagai bagian dari harga perolehan aktiva
tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya di setiap periode akuntansi.
Istilah depresiasi digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva
tetap bewujud yang dapat diganti, seperti gedung, mesin dan alat-alat.
Sedangkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diganti
seperti sumber-sumber alam (wasting assets) disebut deplesi. Dan alokasi harga
perolehan aktiva tetap tidak berwujud disebut amortisasi.
Ada dua faktor yang menyebabkan depresiasi, yaitu :

1. Faktor Fisik
Beberapa faktor yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena
digunakan (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan
kerusakan-kerusakan.

2. Faktor Fungsional
Ada beberapa faktor yang membatasi umur aktiva tetap yaitu : ketidakmampuan
aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena
adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau
karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi
jika dipakai.
Kedua faktor tersebut di atas harus dipertimbangkan ketika menentukan taksiran
umur manfaat dari aktiva tetap.
Misalnya secara fisik mesin ditaksir dapat digunakan dalam jangka waktu 20 tahun,
namun diperkirakan pada tahun kesepuluh akan ada perkembangan teknolgi baru
yang dapat menghasilkan mesin yang lebih canggih.
Maka kondisi seperti ini maka taksiran umur fisik 20 tahun tidak dapat digunakan
lagi sebagai dasar perhitungan depresiasi.
Bila diperkirakan adanya jenis mesin baru yang lebih canggih tersebut perusahaan
harus mengganti mesinnya maka umur ekonomis mesin yang dapat digunakan

dalam perhitungan depresiasi adalah 10 tahun.
Selain kedua faktor di atas, taksiran umur aktiva tetap juga dipengaruhi oleh rencana
reparasi dan pemeliharaan.
Bila rencana reparasi dan pemeliharaan disusun dengan biaya yang minimum, maka
diharapkan aktiva tetap akan mempunyai umur yang lebih pendek dibandingkan jika
rencana reparasi dan pemeliharaannya tidak minimum.
Biaya depresiasi dibebankan di setiap periode akuntansi. Ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan ketika menentukan biaya depresiasi. Biaya depresiasi ini
merupakan taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian penentuan
ketiga faktor itu.
Dan ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya rugi laba
perusahaan di setiap periode.
Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka jumlah rugi laba
perusahaan juga menjadi tidak teliti.

Ketiga faktor itu adalah :
1. Harga Perolehan
Untuk memperoleh suatu aktiva tetap dan menempatkan sesuai dengan
kebutuhan sehingga bisa dimanfaatkan maka diperlukan sejumlah uang atau
dengan utang.

Pengeluaran sejumlah uang atau timbulnya utang tersebut merupakan harga
perolehan dari aktiva tetap.
2. Nilai Sisa (residu)
Adalah jumlah yang diterima bila suatu aktiva dijual, ditukarkan atau cara-cara
lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dikurangi dengan
biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarkannya.
3. Taksiran Umur Manfaat
Cara dan kebijaksanaan dalam pemeliharaan serta reparasi akan mempengaruhi
taksiran umur manfaat suatu aktiva.
Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil
produksi atau satuan jam kerjanya.
Dalam menaksir umur aktiva harus dipertimbangkan sebab-sebab ke-ausan fisik
dan fungsional.

4 Metode Perhitungan Depresiasi
Ada 4 metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi setiap
periode. Pemilihan metode apa yang akan digunakan hendaknya dipertimbangkan
keadaan-keadaan yang yang mempengaruhi aktiva tersebut.

Ke-empat metode itu adalah :

Metode #1. Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Cara ini
membebankan nilai depresiasi dengan jumlah yang sama untuk tiap periode, tidak
menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut.
Misalnya Anda membeli mesin produksi seharga Rp 60.000.000. Taksiran nilai
residu sebesar Rp. 4.000.000. Umur manfaat ditaksir selama 4 tahun. Perhitungan
nilai depresiasi tiap tahunnya adalah ;

Metode ini sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, furniture dan
alat-alat kantor.

Metode #2. Jam Jasa (Service Hours Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (mesin) akan lebih cepat rusak
bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan yang tidak
sepenuhnya (part time).
Beban depresiasi dalam metode ini dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban
depresiasi tiap periode-nya tergantung pada jam jasa yang digunakan.
Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp 4.000.000
ditaksir akan dapat digunakan selama 80.000 jam. Cara menghitung nilai depresiasi
per jam adalah :


Apabila dalam tahun pertama, mesin tersebut digunakan selama 8000 jam maka
beban depresiasinya adalah :
8.000 x Rp 700 = Rp. 5.600.000
Metode jam jasa paling tepat jika digunakan untuk kendaraan. Dengan anggapan
kendaraan itu lebih banyak aus karena digunakan dibandingkan dengan tua karena
waktu.

Metode #3. Hasil Produksi (Productive Output Method)
Umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban
depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap
periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.
Dasar teori yang digunakan adalah suatu aktiva dimiliki untuk menghasilkan produk
sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.
Untuk dapat menghitung beban depresiasi tiap periode, harus dihitung tarif
depresiasi tiap unit produk. Selanjutnya tarif ini dikalikan dengan jumlah produk
yang dihasilkan dalam periode tersebut.
Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp 4.000.000
ditaksir selama umur penggunaannya akan menghasilkan 56.000 unit produk. Cara
menghitung nilai depresiasi per unit produk adalah:


Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000
unit produk, maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar:
18.000 x Rp 1000

= Rp 18.000.000

Metode ini sebaiknya digunakan untuk aktiva-aktiva yang bisa diukur hasil
produksinya, seperti mesin. Beban depresiasi yang dihitung dengan metode hasil
produksi, jumlah tiap periode tergantung pada jumlah produksi.
Sehingga biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini bersifat variabel.

Metode #4. Beban Berkurang (Reduce Charge Method)
Perhitungan depresiasi dengan menggunakan metode ini beban depresiasi tahun
pertama lebih besar daripada tahun berikutnya.
Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan
dengan lebih efisien dibanding aktiva yang tua.
Demikian juga dengan biaya perbaikan dan pemeliharaannya. Aktiva yang baru akan
memerlakukan akan memerlukan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang lebih
sedikit dibanding aktiva lama.

Dengan metode ini diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya pemeliharaan
serta perbaikan dari tahun ke tahun akan relatif stabil. Di tahuan pertama, bila
depresiasinya besar maka biaya pemeliharaannya kecil.
Sebaliknya di tahun terakhir beban depresiasi kecil sedangkan biaya
pemeliharaannya besar.

Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke
tahun, yaitu :
- Jumlah angka tahun (sum of years digits method)
Depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing
fraction) yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi
nilai residu.
- Saldo menurun (declining balance method)
Depresiasi dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku
aktiva. Karena nilai aktiva ini setiap tahunnya selalu menurun maka beban
depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun.
- Double declining balance method
Beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Dasar yang digunakan adalah
persentase depresiasi dengan cara garis lurus.
Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya, dilakukan pada nilai buku

aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu
menurun.
- Tarif menurun (declining rate on cost method)
Cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (persen/%) yang selalu
menurun. Tarif ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan.
Penurunan tarif di setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti,
tapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan manajemen perusahaan.
Karena tarifnya selalu menurun dalam setiap periode maka beban depresiasinya
juga selalu menurun.
Demikian pembahasan tentang metode perhitungan depresiasi. Anda bisa memilih
metode mana yang paling tepat digunakan di perusahaan Anda. Semua itu perlu
diperhitungkan secara akurat sehingga akan sejalan dengan tujuan perusahaan
Anda. Terima kasih

Tentang Penulis:
Praktisi finance & Accounting di berbagai industri seperti baja,
IT Consultant, konstruksi dan distribusi selama lebih dari 14
tahun.
Pengelola blog http://manajemenkeuangan.net/
Blog Referensi Terlengkap Manajemen Keuangan + Akuntansi.


***