Adipocere Apa yang telah dipahami setela

Adipocere: Apa yang telah dipahami setelah riset
selama dua abad
Douglas H. Ubelaker, Kristina M. Zarenko
Departemen

Antropologi,

Smithsonian

Institution,

NMNH,

MRC

112,

Washington, DC 20560-01
INFO ARTIKEL
Riwayat artikel:
Diterima 15 September 2010

Disetujui 25 November 2010
Tersedia secara Online 23 Desember 2010
Kata kunci:
Adipocere, tafonomi, pembentukan, komposisi kimiawi, mummifikasi
ABSTRAK
Tinjauan ilmiah ini menelaah perjalanan riset selama hampir 200 tahun yang
berfokus pada berbagai masalah terkait dengan adipocere. Adipocere adalah suatu
produk pos mortem yang berbentuk seperti sabun dan mudah hancur, terbentuk
dari jaringan lunak dalam berbagai keadaan lingkungan. Ketika terbentuk,
adipocere dapat bertahan selama ratusan tahun, bekerja sebagai pengawet. Dalam
hal ini, beberapa menyebutnya sebagai proses mummifikasi. Tipe keadaan ini
dapat berguna dalam konteks forensik karena dapat mebantu dalam mengawetkan
bukti. Minat terus menerus dalam adipocere banyak mendorong menuju berbagai
penelitian mengenai komposisi dan kondisi pembentukannya. Penelitian yang
lebih mutakhir, dengan bantuan kemajuan teknologi, telah disusun berdasar
pengetahuan dari penelitian terdahulu serta pengetahuan mengenai komposisi
kimia dari adipocere. Hal ini memberikan informasi baru mengenai deteksi dan
dokumentasi senyawa-senyawa penyusun adipocere.
Dipublikasikan oleh Elesevier Ireland Ltd.
1. Pendahuluan


Adipocere merupakan suatu bentuk pembusukan tertahan pada jaringan lunak pos
mortem. Sebelumnya disebut sebagai grave wax atau corpse wax. Material awet
ini telah tercatat dalam berbagai konteks dan telah lama menjadi fokus penelitian
yang menarik. Melalui eksperimentasi, dari banyak analisis dan observasi kasus
telah dipelajari hal-hal mengenai morfologi eksternal, komposisi kimiawi,
mekanisme pembentukan, dan waktu pembentukan dan degadrasinya. Adipocere
merupakan fenomena tafonomik penting karena dapat membantu pengawetan
bukti, menguak faktor lingkungan dan konstitusional yang dapat berguna untuk
penelitian forensik dan mengkomplikasi evaluasi interval pos mortem.
2. Definisi
Secara klasik, adipocere telah didefinisikan oleh ciri morfologisnya. Wetherhill
menjelaskannya sebagai “lemak kuburan”. Stewart dan Forbes et al.
menjelaskannya sebagi senyawa empuk berwarna keputihan. Dix menjelaskannya
sebagai senyawa tersaponifikasi bila telah keras. Mellen et al menjelaskan
konsistensinya yang “seperti lilin abu-abu”. Haglund menjelaskan keadaan
adipocere ketika fresh, adipocere dapat tampak sebagai senyawa empuk yang
berminyak. Haglund menjelaskan bila semakin lama, dapat berubah menjadi keras
yang rapuh. Haglund juga menjelaskan bahwa istilah adipocere dan jaringan
tersaponifikasi telah jarang digunakan. Bereuter et al menjelaskannya sebagai

“mummifikasi jenis lilin lemak”. Untuk Yan et al. adipocere merupakan produk
dekomposisi yang berminyak dan mirip lilin. Vass menjelaskannya sebagai
saponifikasi atau pembentukan sabun dari lemak di bawah kondisi pH yang tinggi.
Forbes et al. menjelaskannya sebagai “produk dekomposisi pos mortem berwarna
putih keabuan yang bervariasi konsistensinya dari rapuh hingga seperti lem”.
O’Brien

dan

Kuehner

mejelaskannya

sebagai

“jarinan

adiposa

yang


tersaponifikasi secara sempurna”. Aufderheide menjelaskannya sebagai “produk
rapuh mirip lilin yang menahan reaksi kimia selanjutnya dan sehingga cenderung
bekerja sebagai pengawet morfologi kasar jaringan”.
Sebagai dampak dari riset terkini, definisi adipocere telah berkembang sehingga
melibatkan komponen kimiawi dan histologinya, khususnya dalam hal untuk

deteksi dini. Forbes et al. dan Cassar et al. mencatat bahwa keberadaan adipocere
ditandai oleh keberadaan asam lemak tertentu. Tkocz et al. merujuk pemeriksaan
histologi, pemeriksaa mikroskop scanning electron, pemeriksaan biokimiawi dan
sturktur hitologi. Mellen et al. menentukan diagnosisnya dengan fluoresensi putihungu di bawah lampu Wood, menentukan titik leburnya dan pemeriksaan asam
lemak bebas.
3. Apakah ini suatu proses mumifikasi?
Literatur menyajikan berbagai pembahasan mengenai hubungan adipocere untuk
proses umum dari mummifikasi. Pada suatu pembahasan menyeluruh mengenai
proses umum mummifikasi terminologi rumit yang terlibat, Auderheide
menganggap adipocere mewakili suatu bentuk mummifikasi sebagai akbat dari
faktor kimiawi (berlawanan dengan enam mekanisme mummifikasi lain). Evans
menekankan hubungan antara mummifikasi dan pembentukan adipocere. Dia
melaporkan pembentukan adipocere pada beberapa kasus mummi natural dan

buatan. Jaringan non-lemak pada badan adiposerosa dalam keadaan kering dan
terdehidrasi, dan dengan cara ini, akan sebanding dengna jaringan berjenis sama
yang dibentuk pada mummifikasi. Walaupun Evans tak secara spesifik
menjelaskan pembentukan adipocere sebagai suatu proses mummifikasi, dia telah
menjelaskan “perbedaan antara mummifikasi dan pembentukan adipocere dapat
tak sesederhana dari pada masa lalu”. Sebaliknya, Makristhathis et al. melempar
suatu perbedaan antara pembentukan adipocere dan mummifikasi.
Walau demikian, semua telah mengenal adipocere diklasifikasikan seperti
pengawetan tak biasa untuk sisa-sisa tubuh pada tanah liat dan mummifikasi
melalui desikasi, menunjukkan suatu anomali pada proses dekomposisi normal.
Walaupun banyak faktor yang dapat menekan proses dekomposisi, pembentukan
adipocere diprediksi dapat berakibat pada pengawetan yang tidak biasa. Karena
pengawetan ini, adipocere dapat memperumit estimasi interval pos mortem.
4. Sejarah

Menurut den Dooren de Jong, sejak 1789, Fourcroy menjelaskan adipocere dan
mengistilahkannya dari istilah Latin adeps (lemak) dan cere (lilin/malam). Kerja
Fourcroy berfokus pada sisa manusia yang didapat dari kuburan di Paris. Dia
mencatat bahwa pada penguburan tubuh selama 3 hingga 5 tahun, beberapa otot
tetap awet dalam pembentukan adipocere sedangkan pada tubuh yang terkubur

dalam watku lebih lama, sisa otot tak lagi dapat dikenali. Fourcroy juga mencatat
bahwa adipocere terkonsentrasi pada bagian tubuh dengan deposit lemak utama
dan seiring berjalannya waktu, adipocere yang lunak dan basah akan menjadi
kering dan rapuh. Dia juga mencatat informasi terkait dari penggali kuburan
bahwa umumnya adipocere terdapat pada tubuh yang dikubur selama tiga tahun.
Fourcroy melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa adipocere berbentuk
seperti sabun akibat reaksi lemak dengan ammonia.
Pada 1860, Wetherill memberikan suatu tinjauan penting mengenai adipocere dan
sebuah laporan dari penelitiannya sendiri mengenai formasi. Dia mencatat dari
beberapa kuburan di Philadelphia, sisa jasad dengan adipocere ditemukan tepat di
sebelah sisa jasad yang cuma tinggal tulang. Dia menganalisis adipocere yang
didapat dari dua manusia, satu kambing dan satu sapi, lalu mencatat cirinya
sebagai “sebagian besar asam lemak solid, sedikit asam oleat dan senyawa batu
bara”. Secara khusus dia mencatat adanya asam palmitat.
Wetherill bereksperimen dengan jantung hewan yang dikubur di pasir pada 8
Desember 1853 dan tetap lembab. Pada enam bulan, deposit lemak berubah
menjadi seperti adipocere. Pada satu tahun, adipocere secara ekstensif telah
terbentuk. Riset ini dan yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa lemak asli
pada tubuh akan berkomposisi atau kehilangan gliserin dan sebagian besar asam
oleat akan dikonversi menjadi adipocere. Faktor kunci dari proses ini adalah

banyaknya lemak dan kelembaban.
Pada penelitian di Kanda dan tinjauan artikel penting oleh Ruttan dan Marshall
merangkum penelitian yang dipublikasikan dan menambahkan analisis kimia
mereka sendiri untuk perkembangan kumpulan informasi mengenai adipocere.
Analisis mereka untuk “lilin adipocere yang bening dan keras” menguak bahwa
68% asam palmitat dengan kuran dari 10 % asam hidroksistearat, stearin,

palmitin, dan zat lain. Kesimpulan mereka pada 1917 “adipocere adalah residu
yang sebelumnya adalah lemak hewan. . .terdiri hampir keseluruhannya dari asam
lemak jenuh tak larut (insoluble saturated fatty acid) yang tersisa setelah
hidrolisis perlahan dari lemak pada tanah basah. . .asam hidroksi stearat tak larut
yang juga merupakan sifat dari adipocere mungkin diturunkan dari bagian asam
oleat pada lemak asli dengan hidrasi.
Anlisis kimiawi pada adipocere berkembang pesat pada tahun 1922 ketika Goy
melakuan riset di Jerman. Dia juga mencatat penurunan asam oleat dan mencatat
peningkatan asam lemak bebas. Pada follow up untuk laporan dari Jerman ini,
Krauland mencatat pembentukan adipocere pada sisa makhluk di tanah,
mendeskripbiskan

deposit


batu

tulis

yang

membuat

kelembaban

yang

terakumulasi menjadi faktor penting. Krauland menjelaskan adanya tubuh wanita
hamil yang terawetkan dengan pembentukan adipocere di mana di dalamnya
terdapat janin yang juga dengan pembentukan adipocere.
Bekerja di London, Mant dan Furbank mencatat bahwa lemak di seluruh tubuh
berpotensi mengalami hidrolisa dan hidrogenasi. Mereka juga membuat observasi
kunci bahwa tubuh itu sendiri mengandung jumlah air yang mencukupi untuk
memungkinkan pembentukan adipocere. Mereka mengjukn lingkungan lembab

akan lebih kondusif untuk pembentukan adipocere dibandingkan dengan sangat
kering atau pada keadaan tenggelam di air. Mereka mencatat bahwa tubuh dengan
pakaian akan lebih cepat dan lebih sempurna dalam pembentukan adipocere.
Mereka menemukan kondisi anaerobik dapat mendukung tapi tidak esensial.
Mant dan Furbank juga mencatat bahwa “karena banyaknya derajat hidrolisis dan
hidrogenasi, keberadaan adipocere tak terlalu jelas dengan mata telanjang pada
awal tahap pembentukannya dan keberadaannya bisa dipastikan dengan analisis
tambahan”. Observasi ini memberi panggung untuk definisi kimia untuk
keberadaan adipocere di masa datang. Saran mereka untuk mengadakan riset
biokimia yang sangat spesifik juga merupakan suatu hal baru.
Pada 1961, den Dooren de Jong memberikan artikel tinjauan penting, merangkum
sejarah riset mengenai adipocere hingga masa itu. Tinjauannya didukung oleh
temuan bahwa di kuburan Belanda (juga dijelaskan dari literatur Jerman) ketika

pengangkatan jasad dilakukan setelah interval pos morterm 10 tahun, lebih dari
setengah jasad dalam keadaan tidak terdekomposisi sepenuhnya. Analisis panjang
dan rumitnya menghasilkan bahwa “pembentukan adipocere adalah proses yang
terjadi di bawah kondisi anaerobik di mana lemak manusia diubah menjadi asam
lemak jenuh kompleks melalui berbagai varietas spesies bakteri di dalam dan di
atas jasad yang mengalami dekomposisi.

Pada 1963, Evans memberikan sintesis tan tambahan formasi lain pada masanya
mengenai pentingnya hal ini. Dari 109 pengangkatan jasad yang dilakukan pada
tubuh yang dikubur antara 100 dan 200 tahun dalam lingkungan kotak besi kering,
50% memberikan gambaran pembentukan adipocere. Seperti halnya Fourcroy
sebelumnya, Evans mencatat adanya pengawetan otot selain pembentukan
adipocere. Adipocere lebih sering dijumpai pada wanita (62.2%) dari pada pria
(45.4%). Tak ada korelasi kuat antara usia kematian atau jumlah hari setelah
dikubur.
Setelah kerja Evans, banyak literatur telah disusun terkait riset adipocere,
termasuk tinjauan penting oleh Takatori, Fiedler dan Graw, serta Aufderheide.
Pengetahuan juga dipercepat oleh berbagai laporan kasus dan riset, khususnya
dalam hal komposisi kimiawinya.
5. Analisis Kimiawi
Riset kimiawi sejak 1963 telah terkonsentrasi menuju deteksi komponen
tambahan dari adipocere, perkembangan metodologi dan perbaikan presisi dalam
penghitungan. Pada tahun 1977 Takatori dan Yamaoka melaporkan separasi dan
identifikasi dua jenis asam lemak okso yang ditemukan pada adipocere juga
identifikasi dan sifat kimia dari asam lemak hidroksi. Mereka menyatakan bahwa
asam lemak hidroksi menyusun 3-20% dari total asam lemak dan bahwa dua
asam lemak hidroksi memainkan peran penting. Mereka melanjutkan penelitian

ini dengan melaporkan separasi dan identifikasi asam lemak heksadeaknoat 9chloro-10-methoxy (9-methoxy-10-chloro) dan octadekanoat pada adipocere
pada tahun 1979.

Pada tahun 1983, Takatori et al. mengidentifikasi 10-hydroxy-12-octadecenoic
acid pada adipocere. Pekerjaan eksperimental telah dilakukan dalam hal spesifitas
substrat terkait produksi mikrobial dari asam lemak hidroksi dan okso serta faktor
hidrasi dan dehidrasinya.
Pada tahun 1992, Evershed menyajikan komposisi kimiawi dari adipocere
manusia yang didapatkan dari tanah berlumpur. Penelitian ini mencatat bahwa
adipocere yang terbentuk dalam konteks ini adalah serupa dengan adipocere dari
lingkungan lain. Juga pada 1992, Vass et al. mempublikasikan penelitiannya
mengenai bagaimana asam lemak volatile pada tanah dapat digunakan untuk
memperkirakan interval pos mortem. Analisis kimiawi untuk tanah di bawah tujuh
kadaver menunjukkan bahwa asam propionat, butirat, dan valerat berguna untuk
memperkirakan waktu sejak kematian. Asam-asam tersebut berbeda dari yang
ditemukan pada adipocere. Catat juga penelitian yang lebih mutakhir oleh Vass
dan kolega mengenai topik ini, yang menyatakan bagaimana pembentukan
adipocere mengkomplikasi estimasi interval pos mortem.
Adachi et al. membandingkan komposisi adipocere dengan kontrol lemak
subkutan fresh yang mencatat dua asam lemak hidroksi yang beda dari adipocere.
Mereka mencatat keberadaan epicoprostatinol pada adipocere (coprostonal adalah
metabolit utama dari kolesterol yang dihasilkan usus dengan bantuan mikroflora
bakteri). Mereka lebih lanjut mencatat bahwa rasio epicoprostanol banding
kolesterol meningkat seiring waktu sejak kematian dan mungkin berguna dalam
memperkirakan interval pos mortem pada kasus adipocere.
Pada tahun 2000, Stuart et al. berargumentasi bahwa spektroskopi inframerah
reflektansi difus dapat berguna untuk mengenali jenis asam lemak yang ada pada
adipocere. Pada tahun 2001, Takatori memberikan suatu tinjauan artikel yang
merangkum riset hingga tahun itu yang menyoroti titik lebur dari asam lemak
kunci dan peran dari faktor konversi mikrobial.
Deteksi adipocere pada tanah kuburan adalah penting dalam kasus di mana jasad
dengan adipocere dapat dihilangkan melalui mekanisme tertentu dan dalam
evaluasi lingkungan kuburan yang kondusif untuk pembentukan adipocere. Forbes
et al. menunjukkan bahwa gas chromatography–mass spectrometry (GC/MS)

dapat berguna dalam penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Black Forest
Jerman, Fiedler et al. membandingkan tanah kuburan dengan adipocere yng
didapata dari area non kuburan. Tanah adipocere mengandung pH yang lebih
rendah, kalsium lebih rendah, dan fosfat, karbon organik dan kadaverin yang lebih
tinggi, serta aktivitas bakterial yang lebih rendah. Fiedler et al. mengajukan
bahwa kalsium berikatan dengan adipocere dan bahwa fosfat telah bermigrasi dari
tubuh ke tanah. Algarra et al dan Cassar et al. juga membahas metodologi untuk
mengidentifikasi asam lemak pada tanah.
Forbes et al. melakukan penelitian kimiawi pembentukan adipocere pada kadaver
bagi di Australia Barat. Mereka menggunakan GC/MS serta Fourier transform
infrared spectroscopy (FTIR) untuk mendeteksi asam lemak jenuh myristic,
palmitic, stearic, dan 10-hydroxy stearic acid dan asam lemak tak jenuh
palmitoleic, oleic, dan lanoleic. Penelitian ini memberikan informasi kunci untuk
transformasi jaringan adiposa pada babi menjadi adipocere. Pembentukan
adipocere lebih maju pada babi daripada tanah sekitarnya. Yan et al., Gill-King,
dan Takatori juga menemukan komposisi adipocere adalah asam lemak hidroksi
dan garam dari asam lemak serta campuran berbagai asam lemak, terutama asam
palmitic dan stearic.
Pada tahun 2008, Notter dan kolega memperkenalkan ekstraksi fase solid pada
kombinasi dengan GC/MC untuk deteksi asam lemak bebas pada adipocere. Pada
2009 mereka menggunakan teknik untuk membandingkan asam lemak antara
manusia dan babi. Riset ini relevan karena peneliti lain telah menggunakan
dekomposisi dan pembentukan adipocere pada babi sebagai model untuk
menginterpretasikan prosesnya pada manusia.. Analisis dilakukan dalam total ion
scan mode dan mengidentifikasi asam lemak yang diketahui menyusun adipocere.
Asam lemak jenuh yang dicari adalah asam mysristic, palmitic, stearic, dan 10hydroxystearic. Asam lemak tak jenuh, asam palmitoleic, oleic, dan linoleic, juga
dimasukkan karena kadang ada dalam konsentrasi rendah. Mereka menemukan
bahwa perbedaan antara babi dan manusia akan mempengaruhi waktu
dekomposisi jaringan. Mereka juga mendeteksi perbedaan dalam angka natrium,
potassium, kalsium, dan magnesium.

Pada penelitian kimia termutakhir mengenai pembentukan adipocere dalam
lingkungan air yang dingin, Forbes et al. melakukan spektroskopi inframerah
(spektroskopi reflektansi difus). Menggunakan sisa tubuh babi di Danau Ontario,
Kanada yang dicelupkan pada kedalaman antara 10 hingga 30 kaki, mereka
mencatat penurunan trigliserida dan peningkatan asam lemak jenuh dan tak jenuh,
garam asam lemak dan asam lemak hidroksi. Mereka menemukan bahwa
walaupun kedalaman bukanlah faktor, pembentukan adipocere akan hilang pada
suhu yang lebih dingin.
6. Waktu pembentukan adipocere
Melalui penelitian dan pengalaman kasus, banyak yang telah dipelajari mengenai
konteks pembentukan adipocere. Walaupun umumnya dianggap sebagai produk
lingkungan lembab, adipocere dapat terbentuk dalam berbagai lingkungan
termasuk yang kering, dan pencelupan air bahkan pada air laut yang dingin. Sisa
tubuh dalam berbagai usia, laki perempuan dan dalam keadaan dibalsam atau
tidak, walaupun sebagian besar terjadi pada tubuh dengan lemak tinggi dan
berbagai lokasi tubuh dengan kandungan lemak yang tinggi. Kelembaban
tampaknya penting dalam faktor pembentukan, tapi sumber dapat dari lingkungan
atau dari tubuh itu sendiri.
Penguburan pada tanah liat atau tanah jenis lain yang mempertahankan
kelembaban dapat mendorong pembentukan adipocere. Eksperimen oleh Forbes
et al. menunjukkan bahwa adipocere dapat dibentuk dari berbagai jenis tanah,
tapi dipercepat pada tanah berpasir dan berlumpur dengan suhu dan kelembaban
menjadi variabel penting. Keberadaan pakaian dengan kapabilitas penyerapan air
tampak

mendorong

pembentukan

walaupun

dapat

diperlambat

dengan

penguburan pada peti mati atau dilindungi dengan plastik. Walaupun lingkungan
umum merupakan faktor pembentukan, lingkingan mikro pada proksimitas segera
untuk jasad adalah penting. Variasi yang penting dapat terjadi antar individu yang
terdeposit pada lingkungan umum yang sama. Riset eksperimental dengan
jaringan adiposa menunjukkan bahwa faktor kunci dalam pembentukan adipocere
meliputi pH sedikit basa, suhu hangat, kondisi anaerobik dan kelembaban yang

memadai. Sebaliknya, suhu dingin, asam dan kondisi aerobik dapat menghambat
pembentukannya. Keberadaan bakteria pos mortem, terutama Clostridium, akan
mendorong pembentukan adipocere. Dalam lingkungan tanah, pembentukan
adipocere dan deteksinya dipengaruhi oleh karakteristik tanah, lingkungan
penguburan, pH tanah, suhu, kelembaban, dan kandungan oksigen. Pembentukan
adipocere tampak berkembang lebih lambat pada tanah daripada langsung pada
jasad dan merefleksikan banyak faktor selain interval pos mortem.
Seperti yang dituliskan di atas, pembentukan adipocere sangat bervariasi dan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Stewart menekankan bahwa pembentukan dapat
dimulai hanya beberapa hari setelah kematian tapi menjadi jelas secara
morfologis setelah sekitar tiga bulan. Pada pembahasan umum lain mengenai
adipocere, Fisher mencatat bahwa mungkin dapat terbentuk dalam minimal tiga
bulan tapi konversi ekstensif perlu lima atau enam bulan.
Dalam eksperimen dengan kadaver babi, Yan et al. mencatat permulaan
pembentukan hanya dalam beberapa jam. Pembentukan lebih lanjut memelrukan
beberapa minggu. Pada penelitian eksperimental terkait menggunakan jaringan
adiposa manusia, Mellen et al. menemukan pembentukan antara dua dan tiga
bulan pada air keran hangat tapi lebih lama pada air dingin. Eksperimen air
dingin di Danau Ontario, Kanada oleh Forbes et al. menunjukkan pembentukan
awal setelah sekitar 1 bulan.
Pada penelitian eksperimental kadaver manusia di Tennessee, Vass et al.
mencatat adipocere mulai muncul pada hari 38 dengan jasad ditempatkan pada
musim semi dan pertama kali mendeteksi adipocere pada hari 91 pada musim
dingin/semi. Bekerja pada fasilitas yang sama, Rodriguez dan Bass melaporkan
sedikit pembentukan adipocere pada individu yang dikubur dalam kedalaman
satu kaki setelah 2.5 bulan, adipocere moderat dalam enam bulan pada kedalaman
dua kaki, dan adipocere yang ekstensif setelah satu tahun pada kedalaman empat
kaki.
Pada penelitian terhadap 15 kadaver yang didapat dari berbagai waktu bebeda
dalam air laut dingin selama 433 hari dari kapal kargo Belgia yang tenggelam,
Kahana et al. menemukan pembentukan adipocere sejak 38 hari. Di danau air

tawar Missouri, sedikit pembentukan adipocere dideteksi pada kadaver yang
hilang selama empat bulan dan pembentukan sedikit hingga moderat pada
individu yang hilang selama enam bulan.
7. Keberadaan
Untuk bertahun-tahun, pembahasan umum mengenai adipocere telah mencatat
keawetan menakjubkan ketika adipocere telah terbentuk secara penuh. Frund dan
Schoen mencatat pembentukan adipocere pada kadaver Jerman setelah 35 tahun.
Manhein melaporkan preservasi adipocere 122 tahun setelah kematian pada
penelitian kuburan peti mati di Louisiana. Adipocere bertahan pada lingkungan
dingin ditemukan pada gleiser yang meleleh di Barat Laut Columbia, Kanada
tertanggal antara 150 hingga 330 tahun lalu. Di Denmark, adipocere ditemukan
pada tengkorak dengan perkiraan usia 440 hingga 740 tahun. Adipocere
ditemukan pada sisa anak dari era Romawi akhir sekitar 1600 tahun lalu di Mainz
Jerman.
Mungkin catatan adipocere tertua dipegang oleh Manusia Es Tyrolean. Sisa orang
Neolitik akhir ini didapati pada tahun 1991 dari Pegunungan Alpen Tyrolean
dengan tanggal sekitar 3350 dan 3100 SM. Analisis kimiawi menunjukkan
beberapa paparan air dan mungkin pembentukan adipocere di kulit sisi dalam
terkait dengan bentuk pengawetan yang lain.
8. Faktor Degradasi
Walaupun adipocere adalah material yang sangat kuat dan tahan terhadap
degradasi, pada akhirnya akan hancur dan berakibat pada penulangan. Fisher
menyatakan bahwa adipocere dapat bertahan selama “berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun”. Dalam penelitian eksperimental di Jerman, Frund dan Schoenen
menemukan bahwa adipocere terdegradasi dalam waktu kurang dari 10 tahun
dengan paparan mikrobia tanah dan air. Mereka menyatakan bahwa degradasi
adipocere dipercepat oleh paparan udara, kelembaban dan pertumbuhan jamur.
Pada penelitian laboratorium lain, Pfeiffer et al. menemukan bahwa adipocere
terdegradasi dengan keberadaan bakteria gram positif.

9. Pengawetan bukti
Karena adipocere merupakan pengawetan jaringan lunak yang tak biasa,
adipocere dapat berkontribusi pada retensi bukti terkait jaringan itu. Ekstrimnya,
adipocere lanjut dapat mempertahankan tubuh dengan bukti morfologi eskternal
yang dapat berkontribusi untuk pengenalan dan identifikasi personal. Pengawetan
jaringan lunak seperti ini juga dapat mengamankan bukti cedera atau
menghilangkan bukti dan ini dapat berkontribusi pada interpretasi keanehan
kematian.
Seperti yang dicatat oleh Stewart, pembentukan adipocere dapat melindungi bukti
untuk kemungkinan strangulasi yang kuat pada area leher wanita muda. Hyoid
yang fraktur yang ditemukan pada adipocere menunjukkan bahwa telah terjadi
strangulasi. Sydney Smith melaporkan dua kasus serupa di mana fraktur hyoid
ditemukan pada jasad dengan pembentukan adipocere. Pada kedua kasus,
adipocere ditemukan pada ujung rusak fragmen hyoid menunjukkan fraktur
terjadi sebelum pembentukan hyoid.
Pembentukan adipocere juga berakibat pada retensi bukti toksikologik. Inoue et
al melaporkan penelitian kasus di Jepang dengan deteksi toluene pada jasad
terawetkan oleh adipocere. Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 24 tahun mati
dalam mobil yang ditenggelamkan pada sungai sekitar tiga bulan. Pengawetan
oleh adipocere membantu otopsi yang mengungkap adanya toluene serta diatom
pada paru, hati, ginjal, menunjukkan kematian dengan penenggelaman. Kadar
touluene diperkirakan toksik tapi tak mematikan dan mungkin akibat hirupan
orang itu pada thinner cat.
10. Ringkasan
Banyak yang telah dipelajari mengenai “lemak orang mati” sejak penjelasan
Fourcroy pada tahun 1789 mengenai jasad di kuburan Paris. Definisi morfologi
klasik untuk produk seperti lilin yang rapuh telah ditambah dengan definisi
kimiawi yang merefleksikan perkembangan dalam metogologi dan pengetahuan
baru mengenai produk kimia unik pada adipocere. Walaupun literatur yang

dihadirkan

memiliki

beberapa

kerancuan

mengenai

bagaimana

cara

mengklasifikasikan hubungannya dengan bentuk pengawetan lain, pandangan
yang umum adalah adipocere adalah bentuk kimiawi dari mummifikasi.
Sejarah penelitian adipocere menguak suatu ketertarikan yang dini dan terus
bertahan mengenai komposisi kimiawi dan faktor yang menuntun ke
pembentukan adipocere. Penelitian tersebut telah sangat dibantu dengan
perkembangan teknologi yang memudahkan dalam deteksi dan dokumentasi
senyawa penyusunnya, serta memunculkan desain penelitian inovatif untuk
menjelaskan faktor yang memperumit adipocere.
Literatur mengungkap bahwa adipocere dapat terbentuk dari berbagai
lingkungan, baik di tanah maupun akuatik. Faktor yang mendorongnya termasuk
keberadaan lemak tubuh, kelembaban, pH sedikit basa, suhu hangat, kondisi
anaerobik, dan keberadaan bakteria yang tepat. Tahap awal dari adipocere dapat
muncul segera setelah kematian tapi pembentukan lanjut yang lebih kasat mata
memerlukan beberapa minggu. Ketika telah terbentuk, adipocere dapat bertahan
hingga bertahun-tahun dan telah terdeteksi pada manusia es yang telah mati
selama 5000 tahun dari Pegunungan Alpen Tyrolean. Riset menunjukkan bahwa
kondisi aerobik dan keberadaan bakteria gram positif adalah sesuatu yang
kondusif untuk degradasi dari adipocere yang telah terbentuk secara penuh tapi
bila proses ini di bawah kondisi ideal, memerlukan bulanan hingga tahunan.
Walaupun adipocere telah dianggap mengganggu bagi beberapa orang yang lebih
tertarik pada dekomposis yang lebih cepat, adipocere juga telah menghasilkan
pengawetan jangka panjang untuk karakteristik morfologis orang dan bukt untuk
sebab dan cara kematian. Keberadaannya telah mempersulit usaha untuk
memperkirakan waktu kematian.
Banyak yang telah dipelajari mengenai adipocere, tapi tantangan penting masih
ada. Estimasi perkiraan pos mortem pada jasad dengan adipocere adalah salah
satunya. Riset kimiawi secara luas telah mengungkap faktor kunci dalam
pembentukan adipocere. Riset serupa dapat mengindikasikan bagaimana
perubahan kimiawi dalam adipocere dapat digunakan untuk memperkirakan
waktu sejak kematian atau mungkin waktu sejak pembentukan awal. Masalah ini

dan yang lainnya akan terus menggugah minat eksperimen inovatif yang
bertujuan untuk memahami lebih baik mengenai produk dekomposisi bernama
adipocere ini.