Tugas akhir Metopen toni mod

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara dapat
di ukur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nya. Dengan melihat apakah
pertumbuhan ekonomi di negara tersebut berlangsung dengan signifikan
atau tidak. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara berkaitan sangat erat
dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dengan berbagai faktor
yang mempengaruhi nya. Salah satu faktor tersebut adalah pembangunan
maupun sistem infrastruktur di suatu daerah tersebut. Di Indonesia sendiri
menurut International Institute for Management Development (IMD), di
nilai bahwa infrastruktur di sebagian daerah nya masih lemah. Hal ini yang
mungkin akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah

yang

akan

berpengaruh


terhadap

tingkat

keberhasilan

pembangunan ekonomi di Indonesia. Merujuk pada publikasi World
Development Report (World Bank, 1994), infrastruktur berperan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dijumpai pada wilayah dengan tingkat
ketersediaan infrastruktur yang mencukupi.
Ada berbagai komponen dari infrastruktur itu sendiri, namun
penelitian ini akan mencoba membahas salah satu nya yaitu jalan raya.
Karena jalan raya di nilai sangat penting sebagai alur transportasi di dalam
kegiatan ekonomi suatu daerah. Di zaman sekarang ini, banyak kegiatan
ekonomi daerah yang mengandalkan jalan untuk segala kegiatan ekonomi
nya. Ketergantungan terhadap jalan ini di sebabkan karena kegiatan
ekonomi daerah melalui jalur darat memang sangat mudah. Sehingga
hampir semua kegiatan ekonomi daerah di Indonesia menggunakan jalur
darat. Infrastuktur jalan merupakan lokomotif untuk menggerakan

pembangunan ekonomi bukan hanya di perkotaan tetapi juga di wilayah
pedesaan. Selain itu, infrastruktur merupakan pilar menentukan kelancaran

1

arus barang, jasa, manusia,uang dan informasi dari satu zona pasar ke zona
pasar lainnya.
Kota Surakarta, Jawa Tengah merupakan salah satu kota yang
mempunyai kualitas jalan dan sistem jalan yang dinalai baik bagi sebagian
masyarakat nya. Penilaian tersebut tentu tidak di semua jalan di Surakarta
namun pasti juga terdapat daerah yang kualitas nya kurang memadai
terutama di daerah pelosok.
Surakarta merupakan kota yang kental akan budaya. Oleh karena
itu masyarakat nya masih ada yang berkegiatan tradisional. Begitu juga
dengan kegiatan ekonomi nya yaitu masih terdapat banyak pasar. Tak
sedikit dari masyarakat nya yang bergantung pada sumber pendapatan
hasil penjualandi pasar. Selain pasar, Usaha Kecil Menengah (UKM) di
Surakarta juga berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi daerah
Surakarta. Salah satu program pemkot sendiri yaitu membantu para UKM
baru dengan memberikan pinjaman gerobak untuk berjualan dan

memberikan pinjaman untuk modal awal. Hal tersebut bertujuan agar
dapat mengurangi kemiskinan karena dengan mereka berjualan maka
hidup mereka bisa bergantung pada pekerjaan tersebut. Dapat di lihat di
Surakarta memang banyak sekali usaha kecil yang ada di pinggir jalan dan
memang bergantung pada orang yang lewat di jalan tersebut.
Oleh karena itu, sistem jalan di Kota Surakarta sangat di perhatikan
oleh pemerintah maupun penjual dari usaha kecil itu sendiri. Dalam
penelitian ini, lebih cenderung memberikan kajian tentang pengaruh
infrastruktur fisik (sistem jalan) terhadap kegiatan ekonomi UKM di
Surakarta. Dengan sistem satu arah yang banyak diterapkan di jalan – jalan
Kota Surakarta, membuat dampak tersendiri terhadap usaha usaha kecil
yang berjualan di pinggir jalan. Selain itu juga berdampak pada
pertumbuhan perekonomian Kota Surakarta. Maka dari itu penelitian ini
memberi kajian tentang kebijakan sistem jalan satu arah dan dampak nya
akan berpengaruh positif atau negatif terhadap pertumbuhan perekonomian
Surakarta.

2

Untuk infrastruktur lain nya mungkin dapat di simpulkan berdasar

penelitian sebelumnya bahwa sebagian memberikan pengaruh positif pada
output perekonomian dalam hal ini Indonesia (modal fisik, telepon,
kesehatan, dan pendidikan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimanakah pengaruh sistem jalan terhadap kegiatan ekonomi di
Kota Surakarta ?
2. Bagaimanakah dampak dari sistem jalan satu arah terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah Surakarta ?
C. Tujuan
Berdasakan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan dari
penulisan panelitian ini antara lain :
1. Untuk mendeskripsikan pengaruh sistem jalan terhadap kegiatan
ekonomi di Kota Surakarta.
2. Untuk mendefinisikan tentang dampak sistem jalan satu arah terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah Surakarta.

3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian infrastruktur merujuk pada sistem fisik dalam menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik
lain seperti listrik, telekomunikasi, air bersih dsb, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg,
1988; Fadel Muhammad, 2004). Sistem infrastruktur merupakan pendukung
utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan
masyarakat.Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau
strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat
(Grigg, 1988; Fadel Muhammad, 2004).
Hasudungan S. 2007, "Pengaruh PDRB perkapita, infrastruktur jalan, dan
jumlah penduduk terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten
Banggai". Dari hasil penelitiannya dengan menggunakan regresi berganda
dijelaskan bahwa naik turunnya penerimaan PBB dipengaruhi oleh naik turunnya
PDRB perkapita, infrastruktur jalan dan jumlah keluarga sebesar 0,774. Sehingga
secara bersama-sama pertumbuhan yang diikuti kenaikan pendapatan perkapita
akan meningkatkan penerimaan PBB.
Secara tidak langsung infrastruktur jalan termasuk sistem jaringan jalan

juga berpengaruh langsung terhadap pendapatan per kapita dan PBB. Jalan
memang langsung berhubungan dengan kegiatan ekonomi di suatu daerah dan
sangat menentukan kegiatan ekonomi berjalan dengan sukses atau tidak. Menurut
Prof.Dr.Sunyoto Usman berpendapat bahwa infrstruktur sangat penting dalam
menyediakan

pelayanan

untuk

mendukung

pembangunan

ekonomi

dan

meningkatkan kualitas hidup.
Dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, dijelaskan

bahwa peran infrastruktur jalan adalah sebagai bagian prasarana transportasi yang
mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosisal budaya, lingkungan
hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar

4

kemakmuran rakyat. Selain itu, jalan sebagi prasarana bagi distribusi barang dan
jasa merupakan urat nadi bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Secara lebih rinci penyediaan infrastruktur terhadap pembangunan
ekonomi adalah sebagai berikut (Basri, 2002) :
1. mempercepat dan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan,
2. tersedianya infrastruktur akan memungkinkan tersedianya barangbarang kebutuhan masyarakat dengan biaya lebih murah,
3. infrastruktur yang baik dapat memperlancar transportasi yang pada
gilirannya merangsang adanya stabilitasasi dan mengurangi
disparitas harga antar daerah,
4. infrastruktur yang memperlancar jasa transportasi menyebabkan
hasil produksi daerah dapat diangkut dan dijual kepasar.
Menurut World Bank kaitan infrastruktur jalan dengan biaya transportasi
yaitu apabila kualitas infrastruktur jalan suatu daerah buruk maka akan
mengakibatkan kenaikan biaya transportasi sehingga menurunkan daya saing

produk-produk daerah tersebut disbanding produk daerah yang lain. sebagai
contoh tingginya biaya transportasi barang-barang bernilai tinggi seperti udang
dari belahan Timur Indonesia ke pusat-pusat pemrosesan di pulau jawa
melambungkan harga mereka ketitik yang terlalu mahal untuk diekspor, dan juga
lebih murah untuk mengimpor buah jeruk dari Cina dibanding mengirimkan dari
pulau Kalimantan ke pulau Jawa. Buruknya kulitas jalan di suatu daerah atau
negara menempatkan biaya transportasi yang lebih tinggi dibanding dengan suatu
daerah yang memiliki infrastruktur jalan yang baik.
Ongkos-ongkos angkutan secara teoritis pada dasarnya dapat dibagi dalam
dua golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Variable expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya
cenderung untuk berubah-ubah kira-kira secara proposional dengan atu
tergantung kepada volume angkutan dari lalu lintas (traffic). Ongkos
transportasi ini seringkali disebut pula sebagai pengeluaran langsung
(direct expenses).

5

2. Fixed expenses, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya sekurangkurangnya dalam jangka pendek adalah tetap dan tidak tergantung pada
volume angkutan dari traffic yang bersangkutan. Ongkos ini disebut pula

sebagai indirect expenses, constant expenses, dan overhead expenses.
Pada umumnya kenaikan ongkos pengangkutan sedikit banyaknya akan
mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, pertama-tama pada barang-barang
yang memerlukan jasa pengangkutan dan juga kemudian dapat menimbulkan
kenaikan pula pada harga barang - barang lainnya. Hal ini disebabkan karena
kenaikan ongkos pengangkutan itu menyebabkan naiknya ongkos - ongkos
produksi serta ongkos-ongkos pemasaran barang – barang selanjunya para penjual
pada umumnya akan membebankannya kepada para konsumen (Rustian
Kamaluddin: 2003:38).
Ongkos pengangkutan merupakan salah satu unsur ongkos produksi
(dalam arti luas) untuk sampainya ketersediaan barang yang diperjualbelikan di
pasar. Oleh karena itu, adanya ongkos angkutan yang lebih murah akan dapat
berakibat ongkos produksi dan harga jual yang lebih rendah pula.
Dengan demikian, hal ini akan dapat pula berakibat sebagai berikut:
 Bertambahnya kemampuan daya saing dari industri yang
bersangkutan

dalam

menghasilkan


dan

memasarkan

hasil

produksinya.
 Bertambahnya aksi radius dari pasar hasil produksi

yang

bersangkutan, yaitu bertambah luasnya wilayah ataupun cukup
jauhnya pasar yang dapat dilayani.
Hal tersebut di atas, terjadi oleh karena adanya penurunan dalam ongkos
transportasi akan menurunkan ongkos total dan harga jual dari barang yang
bersangkutan. Jadi, berakibat akan dapat ditawarkannya barang-barang yang
diperjualbelikan dengan harga yang relatif rendah kepada para konsumen di pasar.
(Rustian Kamaluddin: 2003;30).
Sebagai penghubung satu wilayah dengan wilayah lainnya. Jalan

merupakan infrastruktur yang paling berperan dalam perekonomian nasional.
Besarnya mobilitas ekonomi tahun 2002 yang melalui jaringan jalan nasional dan
propinsi rata-rata perhari dapat mencapai sekitar 201 juta kendaraan-kilometer
6

(Bappenas, 2003, dikutip oleh Kenastri, 2007). Hal ini belum termasuk mobilitas
ekonomi yang mempergunakan jaringan jalan kabupaten sepanjang 240 ribu
kilometer serta jaringan jalan desa. Artinya adalah infrastruktur jalan memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional melalui perannya
terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi regional adalah peningkatan volume variabel
ekonomi dari satu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara. Seringkali dipakai
istilah lain yang mempunyai arti yang sama dengan pertumbuhan ekonomi yaitu
pembangunan ekonomi atau pengembangan ekonomi. Ada beberapa variabel yang
dapat

dipilih

sebagai

indikator

atau

pengukur

pertumbuhan

ekonomi.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam kemakmuran suatu
kawasan. Peningkatan ini meliputi baik kepada kapasitas produksi ataupun
volume riil produksi (Adisasmita, 2010). Pertumbuhan ekonomi juga dapat
dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas yang dapat digunakan
atau diperoleh di suatu daerah. Konsep ini menyangkut pengaruh perdagangan
yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai suplai hasil akhir yang meningkat
melalui pertukaran antar kawasan.
Dalam konteks kewilayahan, setiap wilayah juga menjadikan pertumbuhan
ekonomi sebagai target ekonomi makro. Pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi
faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu wilayah untuk
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai
sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya
terus meningkat, dimana proses pertumbuhan ekonomi wilayah secara garis
besarnya dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan non
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat tergantung pada sumber
alamnya, sumberdaya manusia, kapital, usaha, teknologi dan sebagainya. Semua
itu merupakan faktor-faktor ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin
bisa terjadi selama lembaga sosial dan budaya, kondisi politik dan keamanan serta
nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Dengan kata lain tanpa
adanya dukungan faktor-faktor non ekonomi semacam itu secara baik, maka

7

pertumbuhan

ekonomi

kemungkinan

tidak

terwujud.

Menghitung

laju

pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah berdasarkan konsep pendapatan
regional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
Kajian teori ekonomi pembangunan menurut Marsuki (2005) dan Sjafrizal
(2008), dikutip oleh Arman (2008), dikatakan bahwa untuk menciptakan dan
meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai.
Ilustrasinya sederhana, seandainya semula tidak ada akses jalan lalu dibuat jalan
maka dengan akses tersebut akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Contoh
lain di suatu komunitas bisnis, semula tidak ada listrik maka dengan adanya listrik
kegiatan ekonomi di komunitas tersebut akan meningkat. Fungsi strategis
infrastruktur jelas tidak diragukan lagi tanpa pembangunan infrastruktur yang
mencukupi, kegiatan investasi pembangunan lainnya seperti kegiatan produksi,
jelas tidak akan meningkat secara signifikan.
Infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan sebagai pembentuk struktur
ruang nasional memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah maupun sosial budaya kehidupan masyarakat. Dalam
konteks ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan tempat
bertumpu perkembangan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi
sulit dicapai tanpa ketersediaan jalan yang memadai.
Tambunan (2005), dikutip oleh Arman (2008), menegaskan bahwa
manfaat ekonomi infrastruktur jalan sangat tinggi apabila infrastruktur tersebut
dibangun tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang
berkembang. Tambunan (2005) juga menunjukkan bahwa manfaat variabel
infrastruktur (diukur dengan panjang jalan aspal atau paved road) terhadap
peningkatan beragam tanaman pangan di Pulau Jawa jauh lebih signifikan
berpengaruh
pembangunan

terhadap

produksi

pengairan.

Haris

tanaman

pangan

(2010) menyatakan

dibandingkan

dengan

bahwa infrastruktur

merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan
publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan
nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan
infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan

8

dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur
berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.
Secara langsung atau tidak langsung,masing-masing infrastruktur fisik
memberi kontribusi pada pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Seperti
keberadaan infrastruktur jalan memiliki peran sangat vital dalam mendukung
berlangsungnya aktivitas sektor-sektor lain,dan berperan sebagai prasarana
pergerakan angkutan bahan mentah untuk produksi,maupun prasarana pergerakan
distribusi pemasaran barang dan jasa yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur pekerjaan umum,
termasuk infrastruktur jalan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan
ekonomi wilayah. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa infrastruktur jalan
berkontribusi positif pada delapan macam indikator pertumbuhan ekonomi, yaitu:
(a) Jasa,
(b) Transportasi dan Komunikasi,
(c) Industri Pengolahan,
(d) Pertambangan dan Penggalian,
(e) Konstruksi/Bangunan,
(f) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan,
(g) Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta
(h) Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
Walaupun demikian, kontribusi infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak terlepas dari adanya infrastruktur pekerjaan umum yang lain.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia (2004), Infrastruktur PU
berperan vital dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional terutama sebagai
katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumen akhir yang
keberadaannya dapat merefleksikan kemampuan berproduksi masyarakat dan
tingkat kesejahteraan masyarakat serta merupakan modal sosial bagi masyarakat
dalam melakukan aktivitasnya. Ketersediaan infrastruktur Pekerjaan Umum yang
merupakan bangunan fisik untuk kepentingan umum dan keselamatan umum,
seperti: jalan, irigasi, air bersih, sanitasi dan berbagai bangunan pelengkap

9

kegiatan permukiman lainnya, merupakan prasyarat agar berputarnya roda
ekonomi dengan baik.

10

BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penelitian ini hanyalah
menggunakan dan mengandalkan sumber data sekunder. Sumber data sekunder
yang dibutuhkan adalah menyangkut data-data indikator bidang infrastruktur
pekerjaan umum. Selanjutnya adalah data-data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) beserta sembilan komponennya sebagai indikator pertumbuhan ekonomi
menurut pendekatan pendapatan. Data-data tersebut diperoleh melalui Badan
Pusat Statistik (BPS, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Bappeda, serta literatur
maupun hasil penelitian yang relevan untuk mendukung pembahasan penelitian
ini. Dalam menggunakan metode kualitatif hal utama yang harus dilakukan yaitu
pengumpulan data yang menjadi prosedur sistematis untuk memperoleh data yang
dibutuhkan. Teknik pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi
yang mana peneliti terjun langsung ke wilayah penelitian serta memperoleh
informasi langsung dari masyarakat sekitar dengan interaksi yang dilakukan.
Dalam teknik observasi peneliti mengamati tentang kejadian yang terjadi dengan
masyarakat merasa tidak sedang diamati. Lalu teknik kedua yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu wawancara dimana dalam hal ini peneliti melakukan suatu
usaha guna menggali informasi yang lebih mendalam dalam sebuah kajian dari
sumber relevan yang didapat dari sebuah pendapat, pikiran, kesan maupun kesan.
Dalam teknik wawancara ini dilakukan interaksi secara alamiah sehingga peneliti
lebih bebas dalam menggali informasi terhadap narasumber yang telah ia kenal
sehingga percakapan antara peneliti dan narasumber dapat mengalir seperti dalam
percakapan sehari-hari. Hal terpenting dalam teknik wawancara yaitu pemilihan
narasumber dimana narasumber diharapkan memiliki pengetahuan dan lebih
mengetahui informasi yang diperlukan. Selain itu diperlukan beberapa alat bantu
seperti note, alat perekam suara dan kamera dimana hasil dari dalat bantu tersebut
dapat dijadikan bukti dalam hasil wawancara. Dalam melakukan penelitian
kualititif dilakukan peneliti sejak sebelum memasuki lapangan, selama peneliti
dilapangan dan setelah selesai terjun dilapangan. Hal tersebut dilakukan guna
hasil analisis sejak sebelum memasuki lapangan akan berpengaruh terhadap
proses penelitian selanjutnya.

11

Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah para usaha kecil yang
berjualan di tiga jalan besar Surakarta yang menggunakan sistem jalan satu arah.
Jalan tersebut yaitu Jalan Doctor Radjiman, Jalan Brigadir Jendral Slamet Riyadi
dan Jalan Ronggo Warsito. Menurut saya di tiga jalan tersebut merupakan tiga
jalan besar di Surakarta dan menjadi lahan para usaha kecil untuk membuka lapak
di sana. Mungkin mereka beranggapan bahwa jalan tersebut di lalui banyak orang
dari berbagai daerah dan berbagai kalangan yang akan menjadi sasaran konsumen
mereka.
Hubungan indikator pertumbuhan ekonomi dan indikator infrastruktur
dinyatakan secara eksplisit melalui sebuah korelasi. Korelasi yang diperoleh dapat
berupa korelasi kuat (signifikan) positif atau negatif, serta korelasi lemah (tidak
signifikan) posistif atau negatif. Korelasi dibangun berdasarkan ketersediaan data
secara series. Data series tersebut adalah data untuk indikator pertumbuhan
ekonomi maupun indikator infrastruktur. Korelasi yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan nilai ramalan/prediksi (Santosa, 2005).
Metode peramalan dibentuk atas dasar sebuah model umum atau model
generik, yang menjelaskan variabel-variabel yang terlibat. Secara umum ada dua
jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Jika variabel bebas diberi
notasi X, maka variabel tidak bebas/terikat diberi notasi Y. Sedangkan variabel Y
dipengaruhi tidak saja oleh satu variabel X tetapi banyak variabel X, maka model
generik tersebut adalah sebagai berikut :
Y = f (X1. X2, X3, ......Xn,)
Dengan menggunakan metode peramalan/estimasi regresi,bentuk model tersebut
menjadi :
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 +........+ bn xn
Dengan :
Y = PDB/PDRB (indikator pertumbuhan ekonomi)
a, b1, b2, b3 = konstanta regresi
x1, x2, x3 = indikator-indikator infrastruktur bidang pekerjaan umum yang
berpengaruh tinggi.
Untuk mengolah data dalam penelitian ini digunakan bantuan komputer
dengan menggunakan program SPSS atau eviews untuk melihat trend yang ada.

12

Data yang digunakan pada penggambaran ini adalah data variabel bebas indikatorindikator infrastruktur pekerjaan umum dan data variabel tidak bebas
pertumbuhan ekonomi PDRB. Gambaran yang didapat akan memberikan indikasi
awal adanya hubungan dan jenis korelasi yang ada pada variabel-variabel tersebut.
Semakin baik suatu jaringan transportasi maka aksesibilitasnya juga
semakin baik sehingga kegiatan ekonomi juga semakin berkembang. Contoh dari
betapa pentingnya peran transportasi bagi pengembangan wilayah perkotaan
adalah fenomena yang terjadi pada daerah ibu kota jakarta, daerah ibu kota
mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya sarana transportasi yang
memadai. Kemajuan yang sangat pesat ini memberikan beban yang sangat berat
pada daya dukung lingkungannya. Perkembangan ini didukung pula oleh adanya
akses jalan tol sehingga memudahkan mobilisasi penduduk antar wilayah.
Keadaan ini memicu fenomena berkembangnya kota baru/pemukiman berskala
besar, seiring dengan berkembangnya kawasan industri. Kota-kota Baru tersebut
dibangun untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan beserta berbagai sarana
pendukungnya, serta aktivitas kawasan industri sebagai basis ekonomi kota baru.
Akibat dari pembanguan dari tol ini maka muncul beberapa kota-kota baru.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan teknik analisis data,
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifiaksi. Tahapan
reduksi data sampai kepada tahapan verifikasi merupakan proses yang sudah
terangkum penyusunan satuan dan kategorisasi data. Reduksi data merupakan
suatu proses merangkum dimana dalam proses ini dilakukan dengan cara
pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang telah
didapat selama penulis melakukan observasi dilapangan. Proses reduksi data ini
dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk
menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian
data. Sehingga dalam reduksi data dapat dianalisis data yang harus digunakan
ataupun data yang tidak diperlukan dengan cara sedemikian rupa sehingga
didapatkan kesimpulan yang relevan. Sehingga tujuan penelitian tidak hanya
untuk menyederhanakan data tetapi juga untuk memastikan data yang diolah itu
merupakan data yang tercakup dalam penelitian.

13

Teknik analisis data yang kedua yaitu penyajian data. Penyajian data
merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan serta langkah apa yang harus dilakukan oleh peneliti
selanjutnya. Dalam penyajian data ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan
informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama
proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan
penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Sehingga peneliti dapat memahami apa
yang sedang terjadi serta langkah apa yang harus dilakukan.
Teknik analisis data yang terakhir yaitu penarikan kesimpulan/verifikasi.
Pada bagian ini peneliti menulis kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan
mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa
dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek
penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam
penelitian tersebut. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama peneliti
melakukan penelitian dengan menguji makna-makna yang muncul dari data yang
diperoleh sehingga didapatkan kebenaran dan kegunaannya.

14

DAFTAR PUSTAKA
Fadel, Muhammad.2004. Reinventing Government (Pengalaman Dari Daerah).
PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Moleong, Lexy J .2012. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Michael lacono; David Levinson. 2016. Mutual causality in road network growth
and economic development. Transport Policy. Vol. 45. Pages 209 - -217.
Science Direct.
Rustem L. Sakhapov; Regina V. Nikolaeva; Marat M. Makhmutov; Talgat R.
Gabdullin. 2015. Motor Roads As a Factor of the Economic Potential of
the Republic of Tatarstan. Procedia Economics and Finance. Vol. 24.
Pages 606 - 612. Science Direct.
Sibarani, M.H.M., (2002). Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana,
Universitas Indonesia, Jakarta.

15