BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Di SMK Mataram Semarang

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Penulis akan memaparkan teori-teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Landasan teori dari
penelitian ini terdiri dari beberapa teori yang saling
berkaitan. Teori-teori yang akan dipaparkan meliputi:
tugas

pokok

kepala

sekolah;

kompetensi

guru

profesional; dan pengelolaan supervisi akademik, yang
meliputi


perencanaan,

implementasi,

dan

umpan

baliknya.

2.2 Tugas Pokok Kepala Sekolah
Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di
sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan
dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal
ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat
menempatkan posisi pendidikan di level yang utama.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis
saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala

sekolah merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah
yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemimpinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan
antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak
pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala
11

sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh
kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil
resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil
dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya
akan diikuti oleh guru atau staf kerja.
Dari kepemimpinan yang profesional tersebut
berarti juga merupakan proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan
orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya
akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan
tugas

kepala


kompetensi

sekolah

kepribadian,

yaitu

mempunyai

manjerial,

supervisi

dasar
dan

kewirausahaan. Dari keempat kompetensi tersebut,
yang


tidak

kalah

pentingnya

adalah

kompetensi

supervisi. Pelaksanaannya disesuaikan prosedur dan
teknik-teknik yang tepat.
Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala
sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat
yaitu EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak
pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala
sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally &
Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:

(1) peranan yang berkaitan dengan hubungan
personal, mencakup kepala sekolah sebagai
figurehead atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan connection atau penghubung; 2)

12

peran-an yang berkaitan dengan informasi,
mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor,
disseminator, dan spokesman yang menyebarkan
informasi ke semua lingkungan organisasi, dan; 3)
peranan yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan, yang mencakup kepala sekolah
sebagai
entrepreneur,
disturbance
handler,
penyedia segala sumber, dan negosiator.

Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu

orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesuatu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam
perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua
kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap
saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan
terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergantung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang memadai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat
dibutuhkan peranannya.
Bentuk-bentuk

tugas

di

bidang

administrasi

adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan
tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut,

bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan
komponen organisasi sekolah yang berupa benda.
Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas
kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan
guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru
13

untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan
situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya
meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kompetensi Guru Profesional
Agar dapat melaksanakan tanggung jawab dan
tugas dengan baik, maka seorang guru dituntut
memiliki keterampilan dan kemampuan tertentu. Hal
tersebut

merupakan

perwujudan


dari

kompetensi

profesional guru. Pada Kepmendiknas no. 045/U/2002
juga

disebutkan

bahwa

kompetensi

merupakan

seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
pekerjaan tertentu. Merujuk pada UU No.14 tahun
2005 tentang guru dan dosen, maka guru

memiliki

empat

kompetensi,

yaitu

harus

kompetensi

profesional, pedagogis, personal, dan sosial.
Dari keempat kompetensi tersebut dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diwujudkan dalam tindakan yang cerdas
dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya.
No.16

Ditandaskan


tahun

2007

lagi

tentang

dalam

Permendiknas

standar

kompetensi

akademik dan kompetensi guru, bahwa

standar


kompetensi guru terdiri dari kompetensi inti guru dan
kompetensi profesional guru. Dari dasar tersebut
maka yang dimaksud kompetensi profesional guru
adalah
14

kemampuan

dan

wewenang

guru

dalam

melaksanakan profesinya sebagai guru. Secara rinci
kompetensi profesional guru dapat dijelaskan pada
tabel berikut:
Tabel 2.1
Kompetensi Profesional Guru
NO

ASPEK

SUB ASPEK

1

Menguasai materi,
struktur, konsep dan
pola pikir yang
mendukung mata
pelajaran yang diampu

1.1
1.2
1.3
1.4

Menguasai materi
Memahami struktur
Memahami konsep
Memahami pola pikir yang mendukung
mata pelajaran

2

Menguasai standar
kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu

2.1 Menguasai standar kompetensi mata
pelajaran yang diampu
2.2 Memahami kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu
2.3 Memahami tujuan pembelajaran mata
pelajaran yanag diampu

3

Mengembangkan materi
pelajaran yang diampu
secara kreatif

3.1 Memilih materi mata pelajaran yang
diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik
3.2 Mengolah materi mata pelajaran yang
diampu secara kreatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peseta didik

4

Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif

4.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja
sendiri secara terus menerus
4.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam
rangka peningkatan keprofesionalan
4.3 Melakukan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan keprofesionalan
4.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan
belajar dari berbagai sumber

5

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri

5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam berkomunikasi
5.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk pengembangan diri.

Sumber: data yang diolah (2013)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa

kompetensi

profesional

guru

merupakan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam. Hal ini mencakup penguasaan materi
15

kurikulum atau pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, termasuk penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.

2.4 Pengelolaan Supervisi Akademik
Setelah membahas tugas-tugas bidang garapan
kepala sekolah dan kompetensi profesional guru,
selanjutnya pembahasan difokuskan pada pelaksanaan supervisi di sekolah dasar. Kegiatan supervisi merupakan usaha yang sifatnya membantu guru atau
melayani guru agar ia dapat memperbaiki, mengembangkan, dan bahkan meningkatkan pengajarannya,
serta dapat pula menyediakan kondisi belajar siswa
yang efektif dan efisien. Dari alur perkembangan tersebut, maka akan mengarah upaya untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Telah ditandaskan lagi oleh Purwanto (2006: 76)
bahwa bantuan atau pelayanan yang diberikan, yang
dimaksud adalah bantuan yang diberikan dengan
jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
guru untuk dapat mengembangkan pengelolaan pembelajaran yang terdiri dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
prestasi belajar. Dari pandangan tersebut, supervisi
dapat juga diartikan sebagai segala bantuan dari para
pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Berarti juga
16

bahwa supervisi ini berupa dorongan, bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan dan keahlian serta
kecakapan guru-guru.
Bentuk-bentuk kegiatannya seperti bimbingan
dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam
pendidikan dan pembelajaran; pemilihan alat-alat
pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik; cara
penilaian yang sistematis terhadap seluruh fase proses
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan supervisi ini sesuai
dengan fungsi dan tujuannya akan memacu peningkatan kinerja guru. Pemberian bantuan pembinaan
dan pembimbing tersebut dapat bersifat langsung atau
tidak langsung kepada guru yang bersangkutan.
Supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Hal itu sama sekali bukan
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Pengembangan
kemampuan dalam konteks ini perlu

ditafsirkan

secara luas. Hal ini bukan semata-mata ditekankan
pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan
komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness)
atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas
pembelajaran akan meningkat.

17

Dalam rangkaian upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, diperlukan sumber data supervisi. Sumber data tersebut adalah sesuatu yang dituju
oleh pelaku supervisi yang sedang mengumpulkan
data. Oleh karenanya sumber data supervisi dikenal
dengan istilah sasaran supervisi. Dalam penyelenggaraan supervisi akademik dilakukan

dengan cara

pemberian diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Proses
supervisi

akademik

tersebut

dilakukan

dengan

beberapa tahapan, antara lain tahapan perencanaan,
implementasi, dan umpan balik. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala sekolah melalui konfirmasi kepada
guru atau pihak lain yang berkompeten.

2.4.1 Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan

merupakan

salah

satu

syarat

mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi
setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok.
Perencanaan merupakan bekal kegiatan pelaksanaan.
Pelaksanaan supervisi akademik perlu direncanakan
dengan

baik,

rapi

dan

terstruktur.

Perencanaan

dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas, wawancara hingga diskusi dan tindak lanjutnya. Berkaitan
dengan hal ini Hartoyo (2006: 93) menyatakan, ada
pandangan bahwa perencanaan ini meliputi: tujuan,
waktu, tempat, instrumen dan sebagainya yang diperlukan demi kelancaran proses supervisi. Pandangan mengenai perencanaan itu sangat berpengaruh

18

terhadap hasil supervisi. Oleh karena itu perencanaan
yang matang merupakan awal keberhasilan.
Perincian perencanaan disusun bersama antara
pengawas,

kepala

sekolah

dan

guru.

Hal

ini

dimaksudkan untuk menciptakan koordinasi antara
keduanya,
tumpang

sehingga
tindih.

pelaksanaa

Dalam

supervisi

perencanaan

tidak

supervisi

pembelajaran kepala sekolah bersama guru sekaligus
menghadirkan

pengawas

berdiskusi

menyusun

rencana kerja untuk kurun waktu tertentu, misalnya
satu tahun yang kemudian dibagi menjadi rencana
caturwulan dan bulan.

2.4.2 Implementasi Supervisi Akademik
Kegiatan pelaksanaan supervisi akademik merupakan implementasi dari perencanaan yang telah disusun. Bagaimana dapat melaksanakan dengan baik,
tentu saja memerlukan teknik atau cara yang baik
pula. Pelaksanaan supervisi akademik dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat. Tempat yang satu kemungkinan
berbeda dengan palaksanaan di tempat yang lain.
Fenomena yang demikian ini dapat menggunakan
ketentuan rambu-rambu pelaksanaan kegiatan supervisi akademik.
Herabudin (2009: 234) memberikan pandangan
sebagai berikut:

19

Rambu-rambu dalam pelaksaan supervisi akademik yaitu (1) kunjungan rutin yang terjadwal ke
setiap sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi
para supervisor sehingga terbentuk hubungan
dialogis yang harmonis dalam mendiskusikan berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi
sekolah; (2) melakukan berbagai kegiatan sekolah
dengan melibatkan para guru dan siswa untuk
mengenali dan menerapkan metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran; (3) melaksanakan
seminar pendidikan untuk para guru untuk menambah wawasan kependidikannya; (4) pelaksanaan kurikulum baru yang lebih menekankan
kepada kemandirian siswa; (5) penilaian terhadap
kinerja guru dan reward yang dijanjikan.

Ada yang menerapkan dengan rambu-rambu,
tetapi ada juga yang mengatakan dengan teknik.
Untuk pelaksanaan kegiatan supervisi yang baik
tentunya dengan teknik yang sesuai keadaan setempat
dan saling menerima. Teknik supervisi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik supervisi individual
dan teknik supervisi kelompok. Klasifikasi ini untuk
mempermudah menjangkau tujuan. Bahwa dalam
pelaksanakan kegiatan supervisi perlu rambu-rambu
ataupun

teknik-teknik

yang

mendukung.

Dalam

implementasinya perlu menyesuaikan kondisi dan
situasi setempat. Pengaruh ataupun efek yang muncul
sesaat di lapangan perlu dicatat untuk menemukan
solusinya,

sekaligus

supervisi berikutnya.

20

sebagai

bahan

perbaikan

2.4.3 Umpan Balik Supervisi Akademik
Setelah

memerinci

perencanaan,

kemudian

melaksanakan kegiatan supervisi akademik maka yang
berikutnya adalah tindak lanjut umpan balik dari
kegiatan itu sendiri. Pertemuan balikan dilakukan
segera setelah melaksanakan observasi pengajaran.
Namun terlebih dahulu melakukan analisis terhadap
hasil observasi. Pertemuan balikan ini merupakan
tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku
guru

dengan

cara

memberikan

balikan

tertentu.

Sergiovanni (2007: 65) menjelaskan bahwa balikan ini
harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi,
aktual, dan akurat, sehingga betul-betul bermanfaat
bagi guru. Pandangan tersebut diperkuat lagi oleh
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (2001: 69),
yang menyatakan bahwa:
Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan
bagi guru, sebagaimana dikemukakan yaitu:
(1) guru bisa diberikan penguatan dan kepuasan,
sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isuisu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama
supervisor dan guru dengan tepat, (3) supervisor
bila mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan
bantuan didaktis dan bimbingan, (4) guru bisa
dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa
diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa
yang akan datang.

Dari pendapat tersebut dapat ditambah bahwa
sebelum mengadakan pertemuan balikan ini kepala
sekolah terlebih dahulu menganalisa hasil observasi
dan merencanakan bahan yang akan dibicarakan
21

dengan guru. Begitu pula diharapkan guru menilai
dirinya sendiri. Setelah itu dilakukan pertemuan
balikan ini. Dalam pertemuan balikan ini sangat
diperlukan adanya keterbukaan antara kepala sekolah
dan guru. Sebaiknya kepala sekolah menanamkan
kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan
ini bukan untuk menyalahkan guru melainkan untuk
memberikan masukan balikan. Kepala sekolah dalam
setiap

pertemuan

penguatan

balikan

(reinforcement)

adalah
terhadap

memberikan
guru.

Baru

dilanjutkan dengan analisis bersama setiap aspek
pengajaran yang menjadi perhatian supervisi klinis.
Pada kesempatan ini kepala sekolah bersama
guru mengidentifikasi target keterampilan sebagai
perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum
dicapai. Bisa juga pada saat ini kepala sekolah menunjukkan hasil rekaman kegiatan. Dengan demikian
guru mengetahui apa yang telah dilakukan dan dicapai. Apabila ada yang belum sesuai dengan target
kegiatan dan perhatian utama guru sebagaimana disepakati pada tahap pertemuan awal maka guru dapat
memperbaiki diri. Kegiatan ini kepala sekolah bisa
juga merekam proses belajar mengajar dengan alat
elektronik,

maka

sebaiknya

hasil

rekaman

ini

dipertontonkan kepada guru sehingga ia dengan bebas
melihat dan menafsirkannya sendiri.
Berikut ini beberapa langkah dalam Anonim
(2008: 45)
balikan.
22

yang perlu dilakukan selama pertemuan

Langkah-langkah ini antara lain, a)menanyakan
perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian
supervisor berusaha memberikan penguatan
(reinforcement);
(b)
menganalisis
pencapaian
tujuan pengajaran yaitu kepala sekolah bersama
guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan
penga-jaran yang direncanakan dan tujuan
pengajaran yang dicapai; (c) menganalisis target
keterampilan dan perhatian utama guru; (d) kepala
sekolah
me-nanyakan
perasaannya
setelah
enganalisis target keterampilan dan perhatian
utamanya; (e) Me-nyimpulkan hasil dari apa yang
telah diperolehnya selama proses supervisi klinik.
Di sini supervisi memberikan kesempatan kepada
guru untuk menyimpulkan target keterampilan
dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama
proses supervisi klinis; (f) mendorong guru untuk
merenca-nakan latihan-latihan sekaligus menetapkan rencana berikutnya.

Adapun pemberian umpan balik (feed back) oleh
Dharma (2004: 8) dapat digambarkan sebagai berikut:

Umpan balik formatif

Kondisi

Proses

Hasil

Umpan balik
motivasi

Gambar 2.1
Pemberian Umpan Balik
Sumber: Manajemen Supervisi (Dharma, 2004: 8)

23

Penjelasan dari Gambar 2.1 di atas adalah
sebagai berikut:
Kondisi: unsur masukan atau input yaitu semua masukan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu lingkungan
kerja, media pembelajaran, hubungan antar pribadi guru,
suasana kerja, kebijakan sekolah.
Proses: semua kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran
yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, analisis penilaian
hasil pembelajaran, tindak lanjut hasil penilaian pembelajaran.
Hasil: salah satu parameter hasil pembelajaran adalah perolehan
rata-rata nilai hasil ujian nasional dan prestasi non
akademik yang lain yang diperoleh siswa.
Balikan formatif: diberikan untuk mengubah kinerja guru dalam
memperbaiki kualitas pembelajaran yang langsung disampaikan setelah supervisi pembelajaran.
Balikan motivasi: digunakan untuk mendorong guru agar
bekerja lebih baik dengan memberikan penghargaan bagi
yang berprestasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan gambar dan penjelasan tersebut,
bahwa fungsi balikan dalam pelaksanan supervisi
adalah mengkomunikasikan hasil supervisi kepada
guru sebagai feedback atau balikan untuk memperbaiki kesalahan dengan tindak lanjutnya. Dengan
adanya balikan ini dapat mempengaruhi pembelajaran
yang diinginkan (umpan balik motivasi) dan mempengaruhi bentuk pembelajaran yang diinginkan (umpan
balik formatif). Umpan balik tersebut diharapkan ada
perbaikan proses pembelajaran. Harapan lainnya adalah meningkatnya mutu pembelajaran. Peningkatan
kinerja guru tersebut akan terlihat dengan adanya

24

peningkatan pelayanan siswa pada proses pembelajaran dan meningkatnya perolehan hasil belajar.

2.5 Kinerja Mengajar Guru
2.5.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.
Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris
Job performance atau actual performance yang artinya
sebagai prestasi kerja

sesungguhnya yang dicapai

seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah
kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang
dicapai, 2. prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan
kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan
bahwa:
Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu
artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan
oleh
pengetahuan,
keterampilan,
motivasi,
pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh
guru dalam menjalankan tugas dan perannya
dengan standar yang spesifik dan jelas yang
ditetapkan
oleh
organisasi.
Seorang
guru
dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila
seorang guru memiliki: (1) Keterampilan mengajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan
dan ketertiban.

1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus
memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan
mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga
terjadi proses belajar mengajar. Adapun keterampilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar
membuat

persiapan

dari

rumah,

(b)

dalam
25

mengajar seorang guru menggunakan berbagai
gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan
untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah,
(d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan
memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai
nilai yang baik.
2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas,
siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan
manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat
adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b)
dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak
terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada
kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh
oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan
belajar mengajar selalu berusaha untuk mengembangkan diri.
3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a)
seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir
di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan
belajar

mengajar

tidak

mengerjakan

pekerjaan

tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan
pekerjaannya

dengan

penuh

tanggung

jawab

selama proses belajar mengajar, (d) guru mengerjakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya)
tepat waktu, (e) selama proses belajar mengajar

26

guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif
(2004) Menjelaskan bahwa:
Sekolah merupakan salah satu bentuk dari
organisasi dan tujuan dari sekolah adalah
menciptakan
pendidikan
yang
berkualitas.
Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak
diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan
keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah
apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak
efektif.

Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang efektif
merupakan
pendidikan.

suatu

keharusan

untuk

Pekerjaan guru selain

perkem-

bangan

mengajar di dalam

kelas juga bekerja dalam konteks organisasi sekolah. Guru
mempunyai peran dan tanggungjawab yang luas terkait
dengan

mengajar,

manajemen

sekolah,

perubahan

kurikulum, inovasi pendidikan, pendidikan guru, bekerja
dengan

orang

(community

tua

siswa

services).

dan

Masih

pelayanan
dalam

masyarakat

Hanif

(2004)

berpendapat bahwa:
Terdapat beberapa faktor yang memberikan
kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu
seorang guru harus mengajar secara efektif di
kelas dan puas dengan gaya mengajar dan
kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur
waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya
yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus
mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang
mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat
pencapaian siswa. Guru juga harus teratur dan
tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar.
Memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan
orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena
keterampilan antar pribadi guru juga menentukan
kinerja mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik
kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas
rendah.

27

Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan
terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di
kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di
sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang
berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah
kinerja

mengajar

guru.

Hasil

belajar

siswa

berhubungan dengan kinerja mengajar guru. Kinerja
mengajar

seorang

guru

sangatlah

berhubungan

dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada
faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta
faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru
tersebut melaksanakan tugas mengajar.
Kinerja mengajar guru dapat kita lihat dalam
kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan

inti

dari

proses

pendidikan

secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan
interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat
dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling
berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk
mencapai tujuan. Termasuk komponen pembelajaran
antara lain menyusun: program pengajaran, termasuk
merumuskan

tujuan,

memilih

materi

pelajaran,

metode mengajar, alat peraga, dan evaluasi sebagai
alat ukur tercapai-tidaknya tujuan.

28

2.5.2 Faktor-Faktor yang berhubungan Kinerja
Mengajar Guru
Kinerja mengajar guru secara signifikan dipengaruhi
oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor status, jumlah siswa
dalam kelas, pendapatan dan pengalaman kerja, sekolah
negeri-swasta. Guru yang

sudah

menikah

ditemukan

memiliki kinerja yang rendah dibandingkan dengan guru
yang belum menikah. Kinerja mengajar guru di kelas
dengan jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan hasil
belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat
mempengaruhi

kinerja

guru,

karena

terbukti

bahwa

semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin baik
kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang semakin banyak
juga akan semakin meningkatkan kinerja guru menjadi
semakin

baik.

mempengaruhi

Status
kinerja

sekolah
guru,

ternyata

yang

juga

meneliti

dapat

mengenai

kinerja guru di sekolah negeri dengan di sekolah swasta di
Pakistan menemukan bahwa kinerja guru di sekolah negeri
adalah buruk, sedangkan kinerja guru di sekolah swasta
adalah baik.
2.5.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.
Teacher Job Performance Scale skala digunakan
untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui
empat dimensi yaitu: (a) dimensi keterampilan mengajar, (b)
dimensi keterampilan manajemen, (c) dimensi kedisiplinan
dan ketertiban, dan (d) dimensi keterampilan komunikasi
antar pribadi. Teacher Job Perfomence Scale juga diadaptasi
untuk mengukur

kinerja mengajar guru. TJPS telah

terbukti valid dan reliabel hasilnya adalah r (correctes itemtotal correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.
TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru di

29

tempat kerja dan dapat membantu untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan

kinerja mengajar guru pada

tingkat individual dan organisa- sional serta membantu
guru untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas dalam
mengajar.
TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan
mengukur 4 demensi, yaitu:
1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki kete- rampilan
mengajar yang baik, yaitu mengajar secara efektif di
kelas

dan

memuaskan

mengajarnya

mencakup

dalam
enam

gaya

dan

indikator,

kualitas
yaitu:

(a)

Menggunakan gaya mengajar yang berbeda-beda, (b)
Kebanyakan siswa nilai perkembangan anak dengan
baik,

(c) Mengajar siswa sesuai kapasitas mereka, (d)

Membuat persiapan dari rumah sebelum mengajar, (e)
Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f) Menjawab
pertanyaan dari siswa sebaik mungkin sehingga siswa
merasa puas.
2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru untuk
mengatur waktu mengajar dan tugas-tugasnya yang lain
yang ditugaskan oleh kepala sekolah dan departemen
terdiri empat indikator, yaitu: (a) berbuat adil dalam
memberi nilai, (b) Kegiatan belajar mengajar di kelas
tidak terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c)
Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh oleh
pekerjaan rumah, (d) Berusaha untuk mengembangkan
diri.
3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan
keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah
meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak
mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar di

30

dalam

kelas,

dengan

(c)

penuh

Mengerjakan

tanggung

pekerjaan

jawab,

(d)

mengajar

Menyelesaikan

silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara metodametoda di dalam kelas.
4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan keterampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan
siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a)
Menolong

siswa

yang

mengalami

masalah

selain

masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang baik
dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan rekan
sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru untuk
memecahkan masalah di kelas, (e) Memo- tivasi untuk
mengambil

bagian

dalam

kegiatan

yang

lain,

(f)

Menghubungi orang tua siswa untuk pengembangan
siswa, (g) Membantu

kepala sekolah memecahkan

masalah disekolah.

Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher
Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,
yaitu “Selalu (SL)”, Sering (SR)”, Jarang (J)” dan “Tidak
Pernah (TP)”. Pada penelitian ini menggunakan empat
kategori

pilihan

Perfomence

Scale

jawaban
karena

dalam
dalam

Teacher
Sukardi

Job
(2008)

menyatakan bahwa:
Berdasar pada pengalaman di masyarakat di
Indonesia, ada kecenderungan seseorang atau
responden memberikan pilihan jawaban pada
katagori tengah bila menggunakan pilihan
jawaban dengan katagori ganjil.

31

2.6 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa jurnal sebagai penelitian terdahulu yang sudah membahas tentang kepemimpinan
kepala sekolah, kompetensi guru profesional, dan
sekaligus dengan pelaksanaan supervisi. Penjelasan
dalam jurnal tersebut sudah merupakan persamaan
yang ada pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Journal of Case Studies in Education berjudul
leadership effectiveness and instructional supervision:
the case of the failing twin menyatakan oleh Bloom
(2003: 8) bahwa kepala sekolah sebagai administrator
mempunyai kewajiban dalam melakukan supervisi dan
monitoring secara teratur. Tujuannya untuk mengurangi benturan sumber daya manusia yang dikelola
baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal
tersebut digambarkan beberapa fenomena permasalahan pembelajaran, efektifitas kepemimpinan, pengawasan

pelatihan

peningkatan

kinerja

guru.

Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena
dalam sebuah instansi pendidikan. Dijelaskan bahwa
penjiwaan

kepemimpinan

yang

beroreantasi

pada

efektifitas dan etos kerja yang tinggi akan membawa
sebuah keberhasilan yang cemerlang. Penjiwaan ini
adalah proses mengangkat semangat kinerja tenaga
pendidikan

yang

dilakukan

secara

efektif

dan

professional. Perlakuan dalam proses peningkatan
tersebut difokuskan pada peningkatan hasil perolehan
keterampilan yang diraih anak. Kecemerlangan hasil

32

yang digenggam anak merupakan cermin kepemimpinan yang efektif dan etos kerja yang tinggi.
Jurnal

internasional

berjudul

TAFE

head

teachers: Discourse brokers at the managementteaching
interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College of
TAFE Northern Sydney Institute menyatakan bahwa
kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam
memanajemen guru. Kepala sekolah merupakan kunci
dalam pengelolaan tersebut. Banyak kegiatan guru
dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Kegiatan supervisi ini untuk meningkatkan
kinerja guru dalam pendidikan. Supervisi ini mampu
mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan.
Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan guru
dan

staf,

sarana

dan

prasarana,

hubungan

masyarakat dengan sekolahan, pengelolaan kesiswaan
dan

kurikulum,

hal

tersebut

dalam

rangka

pendayagunaan sumberdaya secara optimal. Pada
intinya adalah pada faktor utama dikelola dengan baik
maka komponen-komponen yang lain akan terimbas
juga. Dengan demikian apabila faktor semangat guru
sudah termotifasi dengan baik maka semua yang
berkaitan dengan tugas guru akan menghasilkan
produk yang optimal.
Canadian Journal of Educational Administration
and Policy,
Education

January

Program

14,

2007

Admission

berjudul

Criteria

Teacher

and

What

Beginning Teachers Need to know to be Successful
Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam
33

abstraknya melaporkan mengenai pemilihan program
pendidikan guru yang prospektif. Program tersebut
berkaitan dengan skill, wawasan dan perilaku yang
merupakan

kriteria

persiapan

guru

dalam

pembelajaran. Hasil dari proses tersebut mampu
menmproduksi

guru

potensi

dimiliki

yang

professional.
anak

juga

Keberhasilan
merupakan

keberhasilan seorang guru.
Journal Effectiveness of the blended Supervision
model: a case study of Student teachers learning to
teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,
Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan bahwa
model supervisi merupakan upaya mengkolaborasikan
atau mencampurkan model tutorial guru dan murid
dalam pembelajaran. Metode ini banyak memfokuskan
pada aktivitas diskusi. Perbedaannya terletak pada
subjek yang melakukan supervisi, yaitu apabila dalam
penelitian terdahulu yang melakukan supervisi adalah
guru terhadap siswa, sedangkan pada penelitian ini
adalah kepala sekolah terhadap guru. Persamaannya
adalah penggunaan metode kualitatif dan pembahasan
metode supervisi dengan cara hubungan kerja sama
atau diskusi.
Jurnal internasional berjudul Supervision as
Professional

Development:

Compatible

or

Strange

Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student
Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3) bahwa
supervisi

merupakan

usaha

evaluasi

guru

yang

berguna untuk meningkatkan kualifikasi guru sebagai
34

tenaga

pengajar.

Prosesnya

berlangsung

secara

berjangka atau bertahap yang dilakukan dalam rangka
peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui guru
yang disupevisi. Dijelaskan pula bahwa professional
dikembangkan melalui pengawasan yang profesional.
Melalui

pengawasan

maka

dedikasi,

karakter,

semangat, dan sikap akan terbentuk, maka tugas
keprofesionalannya lebih diakui. Profesional menunjukkan kinerja yang mumpuni, dimana kebijakan
profesi itu dapat meningkatkan prestasi. Dengan
kebijakan professional guru maka akan mampu untuk
meningkatkan prestasi siswa.
Perbedaan

penelitian

ini

dengan

penelitian

terdahulu adalah bahwa penelitian ini lebih memfokuskan pada pengelolaan supervisi pembelajaran yang
meliputi perencanaan, implementasi dan umpan balik.
Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana
penelitian ini dilakukan pada taraf Sekolah Menengah
Kejuruan. sedangkan persamaannya adalah samasama membahas cara peningkatan profesionalisme
guru

melalui

suatu

pembinaan

dalam

bentuk

supervisi.

35

36

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121