Laporan Praktikum Lapangan Geologi Fisik

Laporan Praktikum Lapangan
Geologi Fisik dan Dinamik

Praktikum Lapangan
Daerah Buliide dan sekitarnya
Oleh :
Fauzul Chaidir A. Usman
471415002

Dosen Pengampu :

Intan Noviantari Manyoe, S.Si.,M.T
NIP 19821112 200812 2 002

Program Studi Teknik Geologi
Jurusan Ilmu dan teknologi kebumian
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unversitas Negeri Gorontalo
Gorontalo
2015


KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita hanturkan kepada Allah swt atas nikmat iman,
kesehatan, kesempatan dan kecerdasan yang diberikan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum lapangan dalam mata kuliah geologi fisik da
dinamik ini dengan sebaik-baiknya.
Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirmkan kepada baginda Rasulullah
SAW yang mana merupakan tokoh percontohan kita sekalian sekaligus
penyelamat kita dari gelapnya zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan
yang luas seperti saat ini.
Kita sadari bersama bahwasanya laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kesalahan-kesalahan dalam laporan yang perlu
diperbaiki. Oleh karenanya, dperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga laporan ini dapat jadi lebih baik dan bermanfaat.

Gorontalo,

Desember 2015

Penulis


Geologi Fisik dan Dinamik

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI ................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................


1

1.3. Tujuan .......................................................................................

2

BAB II GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM
2.1. Geomorfologi ..........................................................................

3

2.2. Stratigrafi ................................................................................

4

2.3. Struktur Geologi .....................................................................

5


BAB III METODOLOGI
3.1. Alat .........................................................................................

7

3.2. Bahan ......................................................................................

8

3.3. Prosedur ..................................................................................

9

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Geomorfologi lokasi praktikum ..............................................

12

4.2. Batuan Beku Intrusi dan Struktur Geologi .............................


14

4.3. Unconformity Batuan Beku dan Batuan Sedimen .................

16

4.4. Batuan sedimen Non Klastik dan Struktur Perlapisan ...........

18

4.5. Batuan Beku Intrusi dan Batuan Gamping ............................

20

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................

22

5.2. Saran .......................................................................................


23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

24

LAMPIRAN : 1. Peta lokasi praktikum
2. Peta Geomorfologi + Penampang topografi
3. Bentang Alam Lokasi Praktikum
4. Foto-foto kegiatan

Geologi Fisik dan Dinamik

ii

5. Sketsa Tiap Pos
6. Lembar Asistensi

Geologi Fisik dan Dinamik


i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanpa kita sadari, bumi kita selalu bergerak. Kenampakan-kenampakan
geologi yang terbentuk di bumi semua diakibatkan oleh tenaga yang
dihasilkan oleh bumi. Daerah Gorontalo memiliki banyak kenampakankenampakan yang dapat di kaji guna memperdalam ilmu kebumian kita. Oleh
karena itu, maka dilaksanakan praktikum lapangan untuk mempelajari tentang
geomorfologi dasar, stratigrafi dasar, struktur geologi dasar, serta petologi
dasar di daerah Buliide dan sekitarnya.
Daerah buliide dan sekitarnya dipilih sebagai lokasi praktikum lapangan
dikarenakan pada daerah ini kita dapat menemukan banyak kenampakankenampakan geologi seperti singkapan batuan beku intrusi, ketidakselarasan
(unconformity) pada batuan, singkapan batu gamping berlapis, dan struktur
geologi. Serta kita juga belajar tentang geomorfologi dari daerah tersebut.
Pada praktikum lapangan mata kuliah Geologi fisik dan Dinamik kali ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan geologi dasar bagi kami sehingga
kedepannya kami dapat menjalankan proses perkuliahan dengan lancar

sekaligus untuk memenuhi persyaratan untuk mata kuliah Geologi Fisik dan
Dinamik.

1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam kegiatan praktikum lapangan geologi
fisik dan dinamik di desa Buliide dan sekitarnya adalah :
1. Bagaimana cara mengklasifikasikan batuan beku intrusidi daerah
tersebut dan menjelaskan struktur geologinya ?
2. Bagaimana mendeskripsikanketidakselarasan (Unconformity) batuan
pada suatu wilayah

dan struktur geologi yang terdapat di wilayah

tersebut ?

Geologi Fisik dan Dinamik

1

3. Bagaimana membuat kolom stratigrafi batuan pada singkapan batu

gamping berlapis ?
4. Bagaimana menjelaskan batuan pada singkapan yang memiliki banyak
jenis batuan ?
5. Bagaimana cara menginterpretasikangeomorfologi suatu wilayah?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum lapangan Geologi Fisik
dan Dinamik di Desa Buliide ini adalah agar :
1. Mahasiswa diharapkandapat mengklasifikasikan batuan beku intrusidi
daerah tersebut dan menjelaskan struktur geologinya.
2. Mahasiswa

diharapkan

dapat

mendeskripsikan

ketidakselarasan


(unconformity) batuan pada suatu wilayah dan sturktur geologi yang
terdapat di wilayah tersebut.
3. Mahasiswa diharapkan dapat membuat kolom stratigrafi batuan pada
singkapan batu gamping berlapis.
4. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan batuan pada singkapan yang
memiliki banyak jenis batuan.
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengintrepetasikangeomorfologi suatu
wilayah.

Geologi Fisik dan Dinamik

2

BAB II
GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional diambil dari lembar kotamobagu

2.1. Geomorfologi
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau

lainnya, Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia, maka
bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk
yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik.
Oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted
arc. Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi
oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di
batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman
mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung
Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan
dan dataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat
disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya
adalah dibagian lengan Selatan.(Geomorfologi Sulawesi : 2005)

Geologi Fisik dan Dinamik

3

Berdasarkan orogenesa dapat dibagi menjadi 3 bagian, (Van
Bemmelen, 1949) yaitu :
1. Orogenesa di bagian sulawesi utara
2. Orogenesa di bagian sulawesi sentral (tengah)
3. Orogenesa di bagian sulawesi selatan
Orogenesa di bagian sulawesi utara meliputi lengan Utara Sulawesi
yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu-Parigi. Daerah
ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc (busur Samar).
Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah
orogenesa ini sebagian termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud
sebagai Outer Arc. (Geomorfologi Sulawesi : 2005)
Pada bagian lengan utara terdapat seksi Gorontalo dimana merupakan
bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun
aktifitas vulkanisnya sudah padam yang lebar daratannya sekitar 35 – 110
km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai
utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi
menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan
di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto.
( Dasar-dasar geomorfologi Indonesia : UM Press)
2.2. Stratigrafi


BATUGAMPING TERUMBU (Ql) : Batugamping terumbu terangkat dan
batugamping klastik dengan komponen utama koral, setempat berlapis,
terutama dijumpai didaerah pantai selatan.



ENDAPAN DANAU (Qpl) : Satuan ini dikuasai oleh batulempung kelabu,
setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus
sampai kasar serta kerikil dijumpai di beberapa tempat.

Geologi Fisik dan Dinamik

4



BATUAN GUNUNGAPI PINOGU (TQpv) : Tuff, tuff lapilli, breksi dan
lava. Breksi gunungapi di Peg.Bone, G. Mongandalai dan Pusian
bersusunan andesit piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di G. Lemibut
dan G. Lolombulan umunya batuapung, kuning muda, bebutir sedang –
kasar, diselingi oleh lava bersusunan menengah samapi basa. Tuf dan tuf
lapilli di sekitar S. Bone bersusunan dasitan.Lava berwarna kelabu muda –
kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin.



DIORIT BONE (Tmb) : Diorit kuarsa, diorite, granodiorit, granit. Diorite
kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa, dengan keragaman diorite,
granodiorit dan granit. Sedang granit umumnya dijumpai di daerah S. Bone.

2.3. Struktur Geologi
Strukutur geologi yang dapat diamati di lapangan pada pencitraan jauh
antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan,
namun di bagian barat Lembar cenderung berarah lebih –kurang timur- barat.
Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB – SST (sesar menganan) dan
UUT – SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah Sesar Gorontalo
yang berdasarkan analisis kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran
menganan.
Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30o dan dapat di amati di
beberapa tempat, khususnya pada batuan Gunung Api Bilungala. Daerah
pemetaan telah mengalami lebih dari satu kali perioda tektonik kompresi
yang menghasilkan lipatan. Bongkahan batuan terkersikkan berukuran sampai
5 meter yang dijumpai di beberapa tempat di hulu Dutuna Iya (cabang kiri S.
Taludaa), dan diperkirakan berasal dari Formasi Tinombo, menunjukkan
paling sedikit 2 kali pelipatan. Pelipatan tua menghasilkan lipatan isoklinal
yang kemudian mengalami pelipatan ketat – terbuka oleh pelipatan yang lebih
muda.

Geologi Fisik dan Dinamik

5

Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan pada perselingan batuan
gunung api dan sedimen di daerah S. Sogitia Kiki, S. Tombuililato maupun S.
Bilungala didapatkan pelipatan terbuka dengan kemiringan sayap sekitar 30o
dan sumbu berarah hampir timur – barat. Lava bantal yang dijumpai di S.
Sogitia Kiki juga menunjukkan pelipatan terbuka.

Geologi Fisik dan Dinamik

6

BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan selama praktikum adalah :
1. Kompas Geologi
Kompas geologi digunakan untuk mengukur strike/dip, Mengukur arah
foto,dan Arah aliran.

2. Palu Geologi
Palu geologi digunakan untuk mengambil sampel batuan

3. Alat tulis Menulis
Alat tulis menulis digunakan untuk mencatat data praktikum di lapangan
untuk di teliti lebih lanjut.

Geologi Fisik dan Dinamik

7

4. Kamera
Kamera berfungsi mendokumentasikan hasil penelitian di lapangan.

5. Kantung sampel
Kantung sampel digunakan untuk mengambil sampel penelitian di
lapangan.

Dan Bahan yang digunakan adalah :
1. Larutan HCl
Larutan HCl digunakan untuk mengecek adanya kandungan senyawa
karbonat (CO3) pada batuan.

Geologi Fisik dan Dinamik

8

3.2. Prosedur Kerja
A. Persiapan
Persiapan praktikum lapangan di mulai dengan menyiapkan alat,
seperti palu geologi, kompas geologi, alat tulis menulis, kamera, dan
kantung sampel. Peralatan ini akan digunakan dalam praktikum untuk
mengambil data dan sampel batuan.
Bahan yang disiapkan adalah berupa larutan HCl yang akan
digunakan untuk mengecek adanya kandungan karbonat pada batuan,
khususnya batuan sedimen.
Uang administrasi meliputi biaya transportasi dan juga perbelakan
makanan dan minuman yang disiapkan untuk makan siang di lokasi
praktikum.
B. Pengambilan data penelitian


Pos 1
Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di desa Biau dengan
cuaca cerah pada pukul 09.31 wita. Lalu dilanjutkan dengan
mengsketsa singkapan batuan beku intrusi dan dilanjutkan dengan
mendengarka materi dari asisten. Pada tahap akhir dilakukan
pengambilan sampel batuan dan kemudian mendokumentasikan
kegiatan di pos tersebut.



Pos 2
Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di desa Buliide
dengan cuaca cerah pada pukul 11.05 Wita. Lalu dilanjutkan dengan
mengsketsa sigkapan batuan sedimen dan vulkanik dimana terdapat
ketidakselarasan (unconformity) pada singkapan tersebut. Kemudian
mendengarkan materi dari asisten dan pada tahap akhir dilakukan
pengambilan sampel batuan dan dokumetasi kegiatan.



Pos 3
Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di desa Iluta dengan
cuaca cerah berawan pada pukul 13.50 Wita. Lalu dilanjutkan
dengan mengsketsa singkapan batu gamping berlapis. Lalu

Geologi Fisik dan Dinamik

9

mendengarkan materi dari asisten dan kemudian dilanjutkan dengan
pengambilan sampel batuan dan dokumentasi kegiatan.


Pos 4
Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di bagian lain desa
Buliide dengan cuaca mendung pada pukul 15.19 Wita. Lalu
dilanjutkan dengan mengsketsa singkapan batuan yang kompleks
karena terdiri dari batuan beku intrusi dan batuan sedimen.
Kemudian mendengarkan materi dari asisten dan selanjutnya
pengambilan sampel di lapangan dan dokumentasi kegiatan.

C. Pengolahan data
Pada tahap pengolahan data adalah tahap dimana data yang didapat dari
praktikum lapangan kemudian diolah berdasarkan pos-posnya.

D. Tahap Pembuatan laporan penelitian
Pada tahap ini, data praktikum lapangan yang telah diolah kemudian di
buat dalam bentuk laporan sesuai format laporan yang diberikan oleh
asisten.

Geologi Fisik dan Dinamik

10

Persiapan
Alat

Bahan

Administrasi

Pengambilan data penelitian
SOP

Sketsa Singkapan

Mendengarkan
materi

Pengambilan
sampel

Dokumentasi

Pengolahan data

Pembuatan laporan Penelitian
Diagram 3.2 Diagram Proses Pelaksanaan Praktikum

Geologi Fisik dan Dinamik

11

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Geomorfologi lokasi praktikum
Lokasi praktikum lapangan secara geomorfologi merupakan daerah
perbukitan (Biau, Buliide) dan daerah pesisir pantai. Hal ini dilihat dari ketinggian
lokasi praktikum dari permukaan laut.
Di desa Biau secara geomorfologi merupakan daerah perbukitan intrusi
dilihat dar jenis batuan pada sebuah singkapan yang diamati berupa batuan beku
intrusi. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa daerah ini merupakan daerah
intrusi.
Pada desa Buliide tempat lokasi Pos 2 merupakan daerah perbukitan
vulkanik dikarenakan adanya batuan beku vulkanik pada lokasi namun daerah ini
juga sempat menjadi daerah perairan laut dangkal akibat sea level change. Hal ini
didukung karena adanya lapisan batugamping pada lapisan teratas singkapan.
Desa Iluta secara geomorfologi merupakan daerah pesisir pantai ditinjau
dari singkapan batu pasir (sandstone) dan batu gamping berlapis (limestone) dan
lokasinya yang dekat dengan permukaan laut.
Di sisi lain desa Buliide tempat lokasi Pos 4 merupakan daerah perbukitan
vulkanik pula di karenakan adanya batuan beku vulkanik pada daerah ini dan
masih berdekatan dengan letak Pos 2. Namun, pada singkapan di tempat ini,
batuannya lebih kompleks.
Pada peta topografi sekitar daerah praktikum dapat kita bagi menjadi 7
unit Geomorfologi, yaitu :
 Unit geomorfologi cekungan danau
Pada peta topografi di dapatkan

daerah cekungan ini

berupa

cekungan danau limboto. Cekungan danau limboto ini berada pada
cekungan lengan utara Sulawesi dimana sebagian besar daerah ini

Geologi Fisik dan Dinamik

12

ditempati oleh gunung api tertier. Namun keadaan yang dilihat di lapangan
danau limboto sekarang sudah mengalami pendangkalan pertahunnya
.
 Unit geomorfologi dataran landai
Pada peta topografi pada unit 2 didapatkan dataran landai hal ini
dilihat dari garis kontur yang memiliki pola yang renggang atau jarang,
dataran ini terbentuk akibat timbulnya dasar danau akibat terjadi
pengeringan.
 Unit geomorfologi Perbukitan
Daerah perbukitan dilihat dari bentuk garis kontur yang sama
yang memiliki ketinggian < 500 meter.
 Unit geomorfologi Perbukitan bergelombang
Daerah perbukitan yang bergelombang hal ini dilihat dari garis
konturnya yang bergelombang dan kontur perbukitannya yang tidak
teratur, dengan ketinggian < 500 meter.


Unit geomorfologi Perbukitan terjal
Daearh perbukitan terjal hal ini dilihat dari garis kontur yang rapat,

dan memiliki ketinggian yang kurang dari 500 m, karena semakin rapat
kontur maka akan semakin terjal daearah perbukitan tersebut.


Unit geomorfologi Pegunungan
Daerah Pegunungan hal ini dilihat dari garis kontur yang

daerahnya yang memiliki ketinggian lebih dari 500 m, Serta memiliki pola
kontur yang meruncing.


Unit geomorfologi pesisir pantai
Daerah dataran pantai hal ini dikarenakan daerah tersebut terletak

dipesisir pantai dengan ketinggian kurang dari 100 m.
Geologi Fisik dan Dinamik

13

4.2. POS 1 (Batuan beku intrusi dan struktur geologi)

Lokasi POS 1 praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik
pada hari Minggu, 15 November 2015 adalah desa Biau dengan cuaca pada saat
itu cerah pada pukul 09.31 Wita.

Foto 4.2 Pos 1 (batuan beku intrusi dan struktur geologi)

Di lokasi ini ditemukan singkapan batuan beku intrusi dengan tinggi
sekitar 17 meter. Hal ini dapat dibuktikan dengan ciri-ciri batuannya yang
berwarna cerah, mineralnya dapat dilihat secara makroskopis,dan tekstur
mineralnya Phaneritic. Batuan beku intrusi pada singkapan ini diperkirakan
adalah batuan granit karena dari pengidentfikasian batuan ditemukan bahwa
batuan tersebut bertekstur Phaneritic, mineralnya makroskopis, berwarna cerah,
dan terlihat mineral kuarsa pada batuan tersebut yang merupakan ciri batu granit.
Di singkapan tersebut juga terdapat Senolit, yaitu batuan mafik yang telah
ada sebelum batuan yang ditempatinya, dalam kasus ini pada batuan beku intrusi.
Hal ini disebabkan adanya intrusi magma yang menerobos batuan basement dan
mengakibatkan pecahan batuan tersebut jauh ke dalam magma yang bersifat asam.

Geologi Fisik dan Dinamik

14

Saat magma membeku, batuan tersebut ikut membeku namun tidak menyatu
dengan batuan yang membeku. Sehingga ia disebut sebagai “Batuan Inklusi”.
Terdapat juga beberapa sesar pada singkapan batuan beku intrusi tersebut.
Sesar yang ditemukan pada daerah tersebut dapat dipastikan adalah sesar turun
(Reverse Fault) dikarenakan sisi foot wall pada singkapan tersebut lebih rendah
dibanding sisi hanging wall.
Singkapan tersebut terletak di daerah perbukitan. Vegetasi disekitar lokasi
cenderung gersang dikarenakan lokasi tersebut telah dijadikan areal penambangan
batuan.

Foto. 4.2.1 Struktur Sesar

Foto. 4.2.2 batuan granit + senolit

Geologi Fisik dan Dinamik

15

4.3. POS II ( Unconformity batuan beku dan batuan sedimen)

Lokasi POS 2 Praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik
pada hari Minggu, 15 November 2015 adalah desa Buliide dengan cuaca yang
masih cerah pada pukul 11.05 wita.

Foto 4.3 Pos 2 (unconformity batuan beku dan batuan sedimen)

Di lokasi ini dapat ditemukan singkapan dengan ketinggian sekitar 20
meter yang terdiri dari lapisan batuan vulkanik, konglomerat, lempung, dan
batuan gamping (karbonat). Juga dapat dilihat adanya batas antara batuan
vulkanik dan batuan konglomerat yang keduanya berbeda jenis batuannya,
sehingga di batas antara kedua batuan tersebut terdapat Unconformity atau
ketidakselarasan antara 2 jenis batuan yang berbeda.
Batuan beku vulkanik yang ditemukan pada singkapan ini memiliki ciri
bertekstur

Aphanitic

dan

berwarna

gelap.

Batuan

beku

vulkanik

ini

mengindikasikan adanya aktivitas gunung api di daerah tersebut. Batuan
konglomerat pada singkapan dapat diidentifikasi dengan melihat batuannya yang
tersementasi. Batuan konglomerat yang cenderung terbentuk di daerah aliran

Geologi Fisik dan Dinamik

16

sungai mengindikasikan bahwa daerah tersebut dulunya adalah sungai, dan
batugamping yang berada pada lapisan teratas menunjukkan bahwa singkapan ini
dulunya berada di daerah perairan laut dangkal.
Dari lapisan-lapisan batuan tersebut dapat kita menjelaskan perkiraan
daerah tersebut pada dahulu kala. Kemungkinan daerah ini awalnya adalah area
vulkanik aktif bawah laut, kemudian terangkat menjadi daerah daratan, akibat
proses pengangkatan dan kemudian dikarenakan terjadinya perubahan tingkat air
laut(sea level change), maka daratan tersebut berubah menjadi area laut dangkal,
ditandai adanya batugamping.

Geologi Fisik dan Dinamik

17

4.4. POS III (Perlapisan batuan sedimen klastik dan non klastik )

Lokasi POS 3 praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik
pada hari minggu, 15 November 2015 adalah desa Iluta dengan cuaca yang
berawan (mendung) pada pukul 13.50 wita.

Foto 4.4 Pos 3 (Batuan sedimen non klastik dan struktur perlapisannya)

Di lokasi ini, ditemukan singkapan dengan tinggi sekitar 18 meter dan
lebar sekitar 32 meter. Lapisannya terdiri dari batupasir (sandstone) dan
batugamping (limestone) yang cukup kompleks, juga dapat dilihat batuan pasir
gampingan, yaitu batuan pasir yang memililki kandungan karbonat (CO32-).
Batupasir gampingan umumnya terbentuk di perairan laut dalam. Lokasi
singkapan ini berdekatan dengan lautan sehingga tidak mengherankan jika
terdapat lapisan-lapisan batu gamping. Lapisan terbawah pada singkapan tersebut
adalah batupasir gampingan,lapisan kedua ialah batu lempung, lapisan ketiganya
batupasir gampingan, lapisan keempatnya batugamping, lapisan kelimanya
batupasir gampingan lagi, lapisan keenam ialah batupasir, dan pada bagian teratas
terdapat lapisan batugamping.

Geologi Fisik dan Dinamik

18

Batugamping termasuk dalam kelompok batuan sedimen non klastik.
untuk mengidentifikasikannya dapat digunakan klasifikasi Embry & Klovan,
klasifikasi Folk dan Klasifikasi Dunham untuk menentukan ukuran butirnya.
Batupasir termasuk dalam kelompok batuan sedimen klastik. Batuan sedimen
jenis ini dibedakan dari ukuran butirnya. Mulai dari ukuran lanau (Clay) yang
berukuran 256 mm.
skala ini dikenal dengan Skala Wentworth. Batupasir (sandstone) masuk dalam
skala sand (pasir) dengan ukuran butir 1/16 mm – 2 mm.
Batugamping

Batupasir

Batupasir Gampingan
batugamping

Batupasir gampingan
Batu Lempung
Batupasir gampingan
Diagram 4.4.1 Struktur lapisan singkapan

Dari lapisan tersebut dapat kita deskripsikan bahwa singkapan ini awalnya
terdapat di daerah perairan laut dangkal karena batupasir gampingan merupakan
batuan reservoir dari batugamping (gampingan klastik), lalu kemudian fragmenfragmen halus yang mengendap menjadi lapisan batu lempung, kemudian
batugamping terendapkan lagi, lalu terendapkan lagi batu pasir gampingan
diatasnya, disusul oleh endapan batupasir, dan akhirnya di lapisan terakhir
terendapkan batugamping. Setelah itu, kemudian daerah singkapan tersebut
terangkat ke permukaan setelah lama mengalami proses pengendapan di daerah
laut dangkal.

Geologi Fisik dan Dinamik

19

.
Gambar 4.4.1 Skala Wentworth

4.5. POS IV ( Batuan Beku Intrusi dan Batu Gamping)

Lokasi POS 4 praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik
pada hari Minggu, 15 November 2015 adalah di desa Buliide dengan cuaca yang
berawan (mendung) pada pukul 15.19 wita.

Foto 4.5 Pos 4 (Batuan beku intrusi dan Batu Gamping)

Geologi Fisik dan Dinamik

20

Di lokasi ini, kita dapat melihat singkapan batuan kompleks yang terdiri
dari batuan beku intrusi, konglomerat, batugamping, batupasir, dan batupasir
gampingan. Dengan kompleksnya batuan yang terdapat di singkapan tersebut,
maka proses geologi yang terjadi di lokasi tersebut juga pastinya sangat kompleks.
Sill juga dapat ditemukan pada singkapan di daerah ini. Di lokasi penelitian kita
juga dapat menemukan keseragaman ukuran mineral pada batuan yang berukuran
relatif sama (Equigranular).
Dari identifikasi yang dilakukan, batuan beku pada daerah ini diperkirakan
adalah diorit. Hal ini dikarenakan ciri batuan beku yang berwarna kelabu (tidak
gelap, tidak terang) yang menandakan bahwa kandungan besi-magnesium dan
silikanya berimbang dan teksturnya phaneritik (berbutir kasar).
Pada lokasi pula terdapat batuan konglomerat. Hal ini didasarkan pada
pengamatan yang menunjukkan ciri-ciri fragmen (pecahan) batuannya yang bulat
dan tersementasi. Dari batuan ini dapat didefinisikan bahwa daerah ini dulunya
berada pada aliran sungai karena batuan konglomerat umumya berada pada daerah
aliran sungai.
Batugamping yang umumnya terdapat pada daerah perairan air dangkal
juga terdapat pada singkapan di daerah ini. Ciri yang mendukung bahwa batu
tersebut adalah batugamping adalah adanya fosil cangkang kerang-kerang laut.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa daerah ini dahulunya berada pada daerah
perairan laut dangkal dan kemungkinan mengalami pengangkatan (uplift).
Batupasir gampingan juga dapat ditemukan di daerah ini dengan ciri
merupakan hasil pemadatan (compaction) dari butiran-butiran pasir dan juga
mengandung karbonat (CO32-) dengan kadar >50%. Hal ini diperkuat dengan saat
ditetesi larutan HCl batuan tersebut berbuih.

Geologi Fisik dan Dinamik

21

BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari penelitian lapangan yang kami lakukan dan studi dari literaturliteratur tenrpercaya, dapat disimpulkan bahwa :


Geomorfologi tiap-tiap lokasi berbeda-beda tergantung kepada letak
masing-masing singkapan dan juga dipengaruhi oleh batuan penyusun
daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan proses geologi yang terjadi
di daerah tersebut pada masa lalu.



Desa biau merupakan daerah perbukitan intrusi dengan litologi batuan
beku plutonik dengan ciri mineral yang dapat dilihat secara
makroskopis, warnanya yang cenderung cerah dan teksturnya
Phaneritic, sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan tersebut adalah
batu granit. Juga dapat ditemukan struktur geologi berupa sesar pada
batuan di lokasi tersebut.



Desa Buliide merupakan daerah perbukitan vulkanik yang sudah
padam diindikasikan oleh adanya batuan vulkanik dan adanya
konglomerat mengindikasikan bahwa daerah singkapan ini dulunya
terdapat di aliran sungai. Juga terdapat batugamping sehingga
kemungkinan daerah ini awalnya adalah daerah vulkanik bawah laut
kemudian terangkat menjadi daratan lalu menjadi daerah perairan
dangkal karena perubahan tingkat air laut (sea level change).



Lokasi singkapan Pada Pos 3 (Desa Iluta) terletak di daerah pesisir
pantai yang diindikasikan adanya lapisan batugamping (limestone)
pada singkapannya. Jika dilihat jumlah lapisannya, maka dapat
disimpulkan bahwa proses pengendapan di daerah laut dangkal pada
singkapan tersebut telah terjadi sangat lama dan kemudian mengalami
pengangkatan (uplift) ke daratan.



Di bagian lain dari desa Buliide dapat ditemukan juga sebuah
singkapan kompleks yang terdapat berbagai jenis batuan yaitu batuan
beku intrusi intermediet (diorit), konglomerat, batugamping dan

Geologi Fisik dan Dinamik

22

batupasir gampingan. Juga dapat ditemukaan sill. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peristiwa geologi yang terjadi di daerah tersebut
sangat kompleks.

5.2. SARAN
Alam kita memiliki begitu banyak keunikan di bidang geologi yang
menarik untuk di kaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu, sangat diharapkan kepada
semua pihak untuk tetap menjaga kelestariannya, maka diperlukan adanya
pengkajian tentang alam, sehingga diharapkan kedepannya praktikum lapangan
mata kuliah geologi fisik dan dinamik seperti ini tetap dilaksanakan sebagai
pelatihan kepada mahasiswa-mahasiswi geologi agar terbiasa melakukan kegiatan
lapangan.

Geologi Fisik dan Dinamik

23

DAFTAR PUSTAKA

Arini. Geomorfologi sulawesi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2005
Herlambang, Sudarno.Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia.Malang.UM
Press.T Apandy dan S Bachri. Peta geologi lembar Kotamobagu. Skala 1 : 250.000
.1997
Noor, Djauhari. Geologi dasar. 2010
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2004.
NN. Geologi dasar. Jakarta. 2013

Geologi Fisik dan Dinamik

24

LAMPIRAN 1 : PETA LOKASI PRAKTIKUM

LAMPIRAN 2 : PETA GEOMORFOLOGI

LAMPIRAN 2 : PENAMPANG TOPOGRAFI

LAMPIRAN 3 : FOTO BENTANG ALAM LOKASI PRAKTIKUM

Kenampakan Bentang Alam Lokasi Praktikum ( sebelah kanan )

Kenampakan Bentang Alam Lokasi Praktikum (sebelah kiri)

LAMPIRAN 4 : FOTO KEGIATAN
1. POS 1 : Desa Biau

2. POS 2 : Desa Buliide

3. POS 3 : Desa Iluta

4. POS 4 : Desa Buliide

LAMPIRAN 5 : SKETSA TIAP POS

LAMPIRAN 6 : LEMBAR ASISTENSI