Sinopsis karya sastra Marah Rusli dan Mo

Sinopsis Karya Sastrawan Indonesia
1.

Sinopsis Sitti Nurbaya – Marah Rusli

Ringkasan Umum:
Novel ini bercerita tenang kisah asmara dua insan yang dianggap sedikit
bebas, karena telah terang-terangan memadu kasih. Disebabkan oleh
masalah adat, dua sejoli ini dipisahkan. Ketika dipisahkan, Sitti Nurbaya
dengan berat hati terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih untuk
menyelamatkan usaha orang tuanya yang juga berhutang.
Di kota Padang pada awal abad ke-20, Samsul bahri dan Sitti
Nurbaya – anak dari bangsawan Sutan Mahmud Syah dan Baginda Sulaiman
– adalah tetangga dan teman kelas yang masih remaja.mereka mulai jatuh
cinta, tetapi hanya bisa mengakui hal tersebut setelah Samsu mengaku bahwa
dia hendak ke kota Batavia (sekarang Jakarta) untuk melanjutkan
pendidikannya. Setelah menghabiskan waktu bersama di daerah perbukitan,
Samsu dan Nurbaya berciuman di depan rumah. Ketika ditangkap basah oleh
ayah Nurbaya serta para tetangga, Samsu dikejar dari Padang dan pergi ke
Batavia.
Sementara, Datuk Meringgih, yang iri atas kekayaan Sulaiman

dan mengkhawatirkan persaingan bisnis, berusaha untuk menjatuhkannya.
Anah

buah

Meringgih

menghancurkan

hak

milik

Sulaiman,

yang

membuatnya menjadi bangkrut dan terpaksa meminjam uang dari Meringgih.
Ketika Meringgih datang untuk minta uang itu dilunasi, Nurbaya
menawarkan diri sebagai istrinya, dengan syarat utang ayahnya harus

dianggap beres; Datuk Meringgih setuju.
Dalam suatu surat ke Samsu, Nurbaya menyatakan bahwa
mereka tidak dapat bersama lagi. Namun, setelah muak dengan watak
Meringgih yang kasar itu, Nurbaya melarikan diri ke Batavia supaya bisa
bersama Samsu; mereka akhirnya jatuh cinta kembali. Setelah dia menerima
sepucuk surat yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal, Nurbaya

kembali ke kota Padang, di mana dia meninggal setelah makan kue yang
ternyata telah diberi racun oleh anak buah Meringgih. Setelah menerima
kabar itu, Samsu berusaha bunuh diri di taman umum, namun tak berhasil.
Sepuluh tahun kemudian, Meringgih memimpin suatu revolusi
melawan pemerintah Hindia Belanda sebagai protes atas kenaikan pajak.
Dalam revolusi ini, Samsu – yang ternyata menjadi prajurit di bawah
pimpinan Belanda dan dikenal dengan nama Letnan Mas – menemukan dan
membunuh Meringgih, tetapi dia sendiri terluka berat. Setelah bertemu
dengan ayahnya dan memohon maaf, dia meninggal.
2. Sinopsis Anak dan Kemenakan – Marah Roesli
Ringkasan umum:
Cinta 2 pasangan kekasih yang terdiri dari empat orang sahabat dekat,
ternyata menghadapi cobaan yang berat. Asal mulai cobaan adalah Adat

Istiadat yang menginginkan keluarga bangsawan hanya bisa menikah
dengan keluarga bangsawan juga. Dengan cinta yang suci dan rencana
yang matang, akhirnya adat yang kuno dikalahkan setelah kebenaran
terungkap. Lalu 2 pasangan kekasih menikah dan bahagia selamanya.
Ada empat orang kawan dekat yaitu Mr. Muhammad Yatim, dr.
Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala. Mereka sudah bergaul semenjak kecil,
semuanya berasal dari keluarga bangsawan.
Seiring waktu ternyata ada benih-benih cinta di antara mereka.
Mr. Muhammad Yatim jatuh hati pada Puti Bidasari yang juga adik angkatnya
dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga Sutan Alamsyah dan
istrinya Sitti Maryam.
Dua orang yang lain yaitu Sitti Nurmala menjalin hubungan
cinta dengan dr.Aziz. Sitti Nurmala merupakan putri dari saudagar kaya di
Padang yaitu Baginda Mais dan istrinya Upik Bungsu.

Setelah Mr. Muhammad Yatim tamat dari Belanda, Sutan
Alamsyah sangat bahagia. Anaknya menyelesaikan sekolahnya sebagai
Hakim Tinggi sehingga dia mendapat gelar Master Doktor, yang pada saat itu
adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya Mr. Yatim yang mendapat gelar
tersebut.

Setelah melihat kedekatan antara Mr. Yatim dan Puti Bidasari,
Sutan Alamsyah Hopjaksa ingin menikahkan mereka. Puti Bidasari adalah
anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosarid dan Baheram.
Namun lamaran Sutan Alamsyah ditolak oleh Sutan Baheram
dan Putri Renosari kerena tahu asal-usul Mr. Yatim yang bukan anak kandung
Sutan Alamsyah. Mereka beranggapan bahwa Mr. Yatim adalah tukang pedati
yang miskin, walau dibesarkan dan diangkat oleh Sutan Alamsyah, termasuk
dibiayai pendidikan dan mendapat gelar Master Doktor di Negeri Belanda.
Kenyataannya yang terjadi bahwa adata yang kaku jadi
penghalang, diskriminasi dan membagi dalam tingkat kehidupan masyarakat,
seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan seorang
bangsawan juga.
Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan tinggi
Sutan Malik yaitu kemenakan Sutan Pamenan. Sutan Malik adalah orang
yang gemar berjudi dan menyabung ayam. Uang dan keperluan pernikahan
Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh pihak lain yaitu Baginda
Mais, karena dia ada maksud dibalik pernikahan Puti Bidasari dan Sutan
Malik. Baginda Mais jadi dapat peluang untuk menikahkan putrinya Sitti
Nurmala dengan Mr. Yatim.
Memang jadi dilema dan pilihan yang sulit bagi Mr. Yatim jika

menikah dengan Sitti Nurmala, karena dia mencintai Puti Bidasari. Lagi pula
Sitti Nurmala adalah kekasih dr. Aziz yang merupakan sahabat dekatnya sejak
kecil.

Pada acara perayaan penyambutan Mr. Yatim yang kembali
dari Belanda, Baginda Mais meminta kepada Sutan Alamsyah untuk
menjadikan Mr. Yatim sebagai menantunya, yaitu untuk dinikahkan dengan
Sitti Nurmala. Tentu saja Sutan Alamsyah menolak permintaan Baginda Mais,
mesik pun pertunangan itu belum resmi. Melihat peristiwa ini, Baginda Mais
jadi kecewa.
Di lain pihak, Putri Renosari dan Sutan Baheram menolak
lamaran Sutan Alamsyah untuk melamar Puti Bidasari dengan Mr. Yatim.
Mereka menilai ada perbedaan status sosial antara keturunan bangsawan
dengan anak tukang pedati yang miskin.
Argumen lain dari Putri Renosari yaitu mengenai pertunangan
Mr. Yatim dan Puti Bidasari yang diputuskan sendiri dan sepihak oleh
keluarga Sutan Alamsyah, mereka sebagai orang tua kandung Puti Bidasari
tidak diajak merundingkan pertunangan tersebut.
Putri Bidasari dibawa pergi dari rumah Sutan Alamsyah oleh
kedua orang tuanya dan dilarang bertemu dengan Mr. Yatim. Mr. Yatim jadi

sangat terpukul. Lebih parah lagi, dari peristiwa ini Mr. Yatim jadi tambah
terpukul karena dia mendengar bahwa kedua orang tua yang sudah
membesarkan dan memberikan kasih sayang, ternyata bukan orang tua
kandung.
Akhirnya, setelah dipikir matang-matang, Sutan Alamsyah
menerima lamaran Baginda Mais untuk menjadikan Mr. Yatim sebagai
menantunya dengan tiga syarat, yaitu: pernikahan Mr. Yatim harus
dilaksanakan pada hari yang sama dengan pernikahan Puti Bidasari. Kedua,
pernikahan Mr. Yatim harus lebih meriah dibandingkan pernikahan Puti
Bidasari. Dan yang ketiga jika ada sesuatu hal yang membatalkan pernikahan
Puti Bidasari maka pernikahan Mr. Yatim pun harus dibatalkan. Syarat yang
ketiga ini membuat Baginda Mais bingung.
Dari kesepakatan Sutan Alamsyah dan Baginda Mas bahwa
Mr.Yatim diminta untuk menikah dengan Sitti Nurmala oleh kedua orang tua

angkatnya. Mr. Yatim menganggap keputusan ini sangat sulit diambil
keputusan. Di satu pihak Sitti Nurmala adalah kekasih sahabatnya sejak kecil
yaitu dr. Aziz. Di pihak lain dia tidak bisa menolak permintaan ayah
angkatnya yang sudah membesarkan dia dan menyekolahkannya sampai
menjadi orang yang sangat dihormati dan dikagumi di Padang.

Ada alasan lain yang paling memberatkan Mr. Yatim adalah
karena dia sangat mencintai Puti Bidasari yang pada waktu itu akan
dinikahkan kepada Sutan Malik yang mempunyai tabiat yang sangat buruk,
gemar berjudi dan menyambung ayam.
Puti juga merasa kebingungan dan sangat bersedih, lalu
mengirim surat kepada Mr. Yatim yang isinya bahwa Puti Bidasari akan
bunuh diri, karena tidak mau dipaksa kawin dengan Sutan Malik.
Berdasarkan masalah yang terjadi, empat sahabat dekat yang sedang dilema
membuat sebuah rencana. Mr. Yatim, dr. Azis, Puti Bidasari, dan Sitt Nurmala
membuat sebuah rencana matang.
Lalu datanglah hari pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan
Malik yang dilaksanakan pada hari yang sama dengan pernikahan Mr. Yatim
dengan Sitti Nurmala. Lalu dimulailah rencana empat sahabat tadi, baru satu
hari menikahi Sitti Nurmala, Mr. Yatim langsung menceraikannya.
Di lain pihak, Puti Bidasari merasa putus asa, karena akad
pernikahannya dengan Sutan Malik akan segera dilakukan. Tapi tiba-tiba
datanglah dr. Aziz, da memanggil Sutan Pamenan untuk berbicara sebentar.
Dengan sigap, dr. Aziz meminta Sutan Pamenan untuk membatalkan
pernikahan keponakannya dengan Puti Bidasari dan kalau tidak, terpaksa dr.
Aziz akan melaporkan Sutan Malik kepada polisi karena dia terlibat dalam

kasus pembakaran rumah tetangganya yang menewaskan satu orang.
Karena kasus itu Sutan Malik pasti dipenjara, karena Sutan
Pamenan sangat menyayangi keponakannya maka dia membatalkan
pernikahan itu. Hasilnya pernikahan Mr. Yatim pun batal, karena tidak mau

menanggung malu maka Baginda Mais menikahkan puterinya Sitti Nurmala
dengan dr. Aziz.
Di lain pihak ornag tua Puti Bidasari yaitu Sutan Baheram dan
Putri Renosari akhirnya menerima lamaran Sutan Ali Akbar yang tidak lain
adalah paman Mr. Yatim yang berasal dari Iderapura.
Dari Sutan Ali Akbar dan Sutan Pamenan, akhirnya semua
orang tahu siapa sebenarnya Mr. Ytim. Orang tua Bidasari sudah mengakui
bahwa Mr. Yatim adalah keturunan bangsawan tinggi yang setara dengan
anaknya. Setelah diketahui jati diri Mr. Yamin yang sebenarnya, maka tidak
ada lagi yang dapat menghalangi pernikahannya dengan Bidasari, termasuk
adat istiadat masyarakat Padang.
Beberapa waktu setelah Mr. Yatim dan Puti menikah, mereka
lalu pergi ke pulau Jawa, karena Mr. Yatim dipindah tugaskan kesana. Lalu
sampailah masa-masa bahagia kedua sejoli yang sudah lama jatuh cinta.
3. Sinopsis Memang Jodoh – Marah Rusli

Dalam novel ini berkisah tentang kehidupan seorang Marah
Hamli. Hamli adalah seorang bangsawan di Padang. Ayahnya merupaka
bangsawan Padang yang terpandang beserta keluarga besarnya dan ibunya
adalah bangsawan Jawa yang telah memilih untuk patuh pada adat istiadat
dan menjadi bangsawan melayu.
Setamat sekolah Raja di Bukit tinggi, Hamli berencana
menerima beasiswa di Belanda. Namun sayang niat itu ditentang oleh ibunya
Siti Anjani. Sang ibu ketakutan kalau Hamli akan melupakan tanah minang
dan menikah dengan orang asing. Akhirnya Hamli melanjutkan kuliahnya di
tanah Jawa. Ia belajar ilmu pertanian di Bogor ditemani sang nenek
Khadjidjah.
Baru tingkat dua Hamli bersekolah, ia mengalami sakit yang
sangat hebat. Sakit pilu yang dirasanya tidak dapat disembuhkan begitu saja.
Begitu banyak wanita di Bogor dan begitu banyak wanita Padang yang mau
menjemputnya namun ia menolak dan penyakit itu dapat sirna ketika ia

akhirnya bertemu dan berkenalan dekat seorang wanita bangsawan Sunda
bernama Nyai Radin Asmawati.
Melihat kesembuhan yang berangsur-angsur pulih, nenek
Hamli dan bibinya hendak menikahkan Hamli dengan Din Wati. Banyak

pertentangan dari keluarga Din Wati yang tidak mempercayai Hamli karena
berasal dari jauh, namun mendapat izin dari kedua orangtua Din Wati dan
keluarga Hamli di Padang pun tak diberitahu. Hanya nenek, bibi, pamannya
saja yang berada di pulau Jawa. Namun mendapatkan izin dari ayah amli
yang tinggal di Medan.
Kegaduhan pernikahan ini sampai ke Padang. Seluruh sanak
saudara Hamli geger dan menyalahkan Siti Anjani yang tidak dapatmenjada
Hamli yang merupakan putra Baginda Raja saudaranya. Pengecualian dan
sindiran terjadi namun ibu Hamli tetap berharap mendapatkan kabar yang
benar dari anaknya di Bogor, meskipun tidak kunjung ada.
Ayah Hamli dan ibu tirinya yang tinggal di Medan mengajak
Hamli dan Din Wati berkunjung kesana, disiapkan segalanya beserta
sambutan yang masih meriah oleh rekan-rekan bangsawan meskipun status
Hamli masih seorang pelajar. Disinilah ujian datang silih berganti. Tipu daya
orang yang hendak menjemput dan memaksa Hamli menikah dengan Puteri
Miang asli namun hal itu ditolak Hamli yang tetap kukuh pada cintanya yaitu
Din Wati. Ayahnya dan ibu tiri hanya mendukung prinsip anaknya itu.
Sepulangnya Hamli dan Din Wati ke Bogor, ternyata banyak
sanak saudara Hamli yang tersebar di daerah Jakarta, Surabaya, Bandung
yang pada akhirnya mengetahui pernikahan mereka dan gencar meminta

Hamli untuk menceraikan istrinya yang bukan dari Padang. Tak banyak
praktik fitnah dan hasut yang digunakan untuk membuat Hamli dan Din Wati
berpisah.
Setelah menamatkan sekolah pertanian di Bogor, Hamli pulang
ke Padang namun Din Wati tidak ingin ikut karena setelah apa yang terjadi di
Maedan, ia takut. Hamli bertemu ibunya dan sahabat-sahabat karibnya dan
tentunya

menceritakan

perihal

pernikahannya

di

Bogor.

Meskipun

mengejutkan Anjani bersuka cita dan ingin bertemu dengan menantu dan
cucunya. Tetapi urusann Anjani dengan keluarga Baginda Raja belum selesai
dan berbuntut panjang.

Karena kepulangan Hamli pula sanak saudaranya mengadakan
pertemuan dengan Hamli perihal pernikahannya. Laki-laki Padang tidak
diizinkan kawin dengan perempuan selain Padang dan akan dipandang sangat
hina jika menikahi wanita bangsa lain. Dipaksanya menceraikan Din Wati
atau berpoligami dengan menikahi perempuan Minang. Namun Hamli tetap
berpegang teguh dan tidak pernah ingin sedikitpun berpoligami karena akan
menyakiti hati istrinya. Hamli pun dibuang dari kaumnya dan diharamkan
untuk pulang kembali ke Padang.
Hamli kembali ke Jawa dengan rasa menyesal tidak dapat
membawa ibunya bersamanya. Hamlipun bekerha sebagai ahli pertanian yang
ditempatkan diberbagai tempat seperti Sumbawa, Semarang, Kalimantan.
Namun, rintangan tidak pernah henti karena sanak saudara Hamli pun
tersebar di Indonesia dan sangat menyayangkan sekali mengetahui
bangsawan Padang menikahi perempuan Sunda. Pinang silih berganti untuk
menjemput Hamli oleh ibu-ibu Padang melalui nenek, ayah, bibi, paman.
Namun semuanya tidak berani menerima jemputan itu karena menghargai
keputusan Hamli.
Tidak kalah dari Hamli, Din Wati yang merupakan bangsawan
Sunda pun mendapat pinangan dan hasutan dari para bangsawan Sunda
perihal pernikahan dengan orang sebrang. Din Wati diceritakan beberapa
peristiwa yang memang telah terjadi dikalangan Sunda yang menikah dengan
orang pulau Sumatera yang dibawa pergi suaminya dan tidak bisa pulang lagi.
Bahkan disana suami mereka menikah lagi dengan jodohnya, dan perempuan
Sunda tidak dianggap ada di rumah keluar suaminya. Meski was-was dalam
diri, Din Wati tetap percaya bahwa Hamli tahu dia tidak pernah ingin di
poligami.
Saat bertugas di Semarang, ada surat untuk Hamli dari rekan
ayahnya untuk menjemput istri kedua Hamli di Padang yang hendak ke
Semarang. Rupanya Hamli dijemput dan di wali-nikahnya oleh pamannya di
Padang dengan perempuan minang. Din Wati hendak pergi meninggalkan
Hamli namun keesokan harinya ada kabar kalau istri Hamli yang dari Padang
itu meninggal. Tidak sempat bertemu sama sekali, Din Wati tidak jadi pergi.
Saat pensiun, meskipun pemerintah masih membutuhkan
Hamli namun karena kondisi badannya akhirnya menyetujui pensiunnya

Hamli. Sejak saat itu ia tinggal dan beristirahat di Salabintana Sukabumi
dengan keluarganya. Genap pernikahan yang ke-50 Hamli menceritakan kisah
perjodohan sejatinya dari Allah SWT dengan Din Wati yang penuh liku.
Semua terharu sedih karena perbedaan adat-istiadat yang membuat Hamli
tidak dapat pulang lagi ke Padang dan Din Wati dipandang buruk oleh
keluarga Hamli di Padang. Namun begitu Hamli dan Dini Wati hidup bahagia
dan bersyukur kepada yang maha kuasa.
4.
Sinopsis La Hami – Marah Rusli
Telah dua bulan lamanya, Ompu Keli dan istrinya menunggu
dengan cemas keberadaan anak angkatnya La Hami yang telah disuruh pergi
olehnya bertandang ke Gunung Donggo. Perjalanannya mengendarai kuda
Sumba dengan senjata parang, tombak, panah, jerat, dan tanpa membawa
bekal makanan. Perjalanannya dari sini ke Kempo melalui Sanggar, dompo,
padende, lalu ke Gunung Soramandi. Di Sanggar, La Hami di sambut senang
oleh Ompu Ito bahkan La Hami diberi bekal makanan olehnya. Selain
perjalanannya ke Gunung Donggo, La Hami juga melakukan perjalanan ke
Bima. Ketika perjalanan ke Bima, ikutlah nelayan yang bernama Kifa dan dia
menginap di rumahnya. Di tempat tinggal Kifa kebetulan sedang ada
perayaan Maulid Nabi dan upacara perayaan Sirih Puan yang diramaikan
dengan permainan Kuraci (berpukul-pukulan badan rotan) dan permainan
bersepak kaki. Melihat permainan bersepak kaki, La Hami tampaknya pingin
mencoba, setelah diladeni jago Wera ternyata roboh oleh La Hami. Datang
orang tinggi besar menahannya untuk berkawanan, dengan terpaksa karena
La Hami dilecehkan, akhirnya dia menuruti tantangan jago dari Sape tersebut
dan akhirnya Sape tersebut kalah. La Hami dipanggil Sultan Bima yakni
Sultan Kamarudin. Di depan permaisuri Sultan, putra-putrinya, dan para
punggawa untuk diberi pekerjaan. Namun, La Hami mohon untuk pulang
kampung Sanggar pamit pada kedua orang tuanya.
Malam hari Ompu Keli bercerita kepada La Hami tentang asalusulnya. Diceritakan pada 24 tahun yang lalu, yang menjadi Datuk Rangga di
negeri Sumbawa adalah Raja Ajong atau Ompu Keli dan didampingin sang
istri Putri Nakia. Saat itu Raja Sumbawa asalah Sultan Badrunsyah.

Kepergiannya karena keadaan pemerintah saat itu tidak stabil. Terjadilah
fitnah dari Daeng Matita yang haus jabatan. Ia bekerja sama dengan Ponto
Wanike, seorang pimpinan bajak dari pulau Ragi. Pada suatu hari, Ompu Keli
pergi memancing ke pantai, di situlah, Dewa mendengar tangisan bayi.
Setelah didekati ternyata seoarng bayi laki-laki yang berumur sekitar satu
bulan. Diletakkan di atas sampan beralaskan tikar jontal yang baik
anyamannya, berkalung dokoh yang terbuat dari mas, berselimutkan sutera
bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Lalu dibawanya pulang dan
di beri nama La Hami, Ina Rinda atau Putri Nakia merasakan senang karena
selama ini tak berketurunan.
Terdengar kabar oleh Daeng Matita bahwa Raja Ajong yang
menyingkirkan diri dari Sumbawa kini ada di pantai Sanggar dengan
mengganti nama Ompu Keli dan akhirnya timbul kembali dendam lamanya
yang sudah 24 tahun. Daeng Matita akan segera menyerang Sanggar. Di
bagilah tugas mereka dengan Ponto Wanike menyerang pantai Sanggar dan
Daeng Matita menyerang dari arah darat yakni di Lembah Jambu. Perang
belum dimulai namun rencana serangan pasukan sumba telah tercium oleh
pasukan Sanggar sehingga Sanggar telah bersiap-siap. Di kedua belah pihak
terdapat pasukan yang mati dan luka-luka, namun jumlah yang celaka lebih
banyak di pihak Sumba. Dengan gagah berani, Ponto Wanike bisa dibunuh
oleh La Hami. Kemudian pasukan Sanggar menuju lembah Jambu untuk
membantu Raja Ajong dan Lalu Jala, di tengah perjalanan pasukan yang
dipimpin Daeng Matita dihadang oleh pasukan Sanggar dan peperangan
terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan Suma terlihat kewalahan karena harapan
bantuan dari pasukan lain tidak kunjung datang sementara pasukan Sanggar
mendapat bantuan dari Dompo dan Kempo. Semakin paniklah Daeng Matita.
Datanglah pasukan La Hami tambahlah kacau pasukan Sumba. Sebagian
besar pasukan Sumba terbunuh, Daeng Matita melarikan diri setelah menebas
rusuk Raja Ajong. Namun setelah dikejar oleh pasukan yang tersisa diampuni
dan kembali ke Sumba.

Sultan Komarudin yang sedang asik bercengkerama dengan
permaisuri Cahya Amin dan putrinya Putri Sari Langkas, teringatlah bahwa
suatu saat tak ada lagi yang bisa menggantikan baginda karena tak punya
anak putra. Anak sulungnya telah diculiknya 24 tahun yang lalu, sedangkan
Putri Sari Langkas adalah putri kedua. Akhirnya teringatlah sang permaisuri
kepada pemuda yang bernama La Hami karena umur dan perawakannya
mirip dengan putra sulungnya bahkan mirip dengan Sultan Komarudin.
Khayalannya dengan La Hami akhirnya membuat penasaran yang semakin
mendalam. Namun, permaisuri tidaklah yakin karena pemuda tu bernama La
Hami yang telah membinasakan Daeng Matita dan Ponto Wanike dari
Sumbawa. Cahya Amin lalu membayangkan dan mencari-cari sebab Ompu
Keli ternyata Raja Ajong atau Datu Ranga Sumbawa dulu yang menyingkir
ke pantai Sanggar 24 tahun lalu. Namun, permaisuri ragu karena Raja Ajong
seingat permaisuri tidak punya anak. Akhirnya permaisuri mengutus
pengawal untuk mencari tahu tentang La Hami ke Sanggar. Beberapa hari
kemudian, utusan itu pulang memberi kabar bahwa yang sebenarnya. La
Hami adalah anak Ompu keli, Raja Ajong Sanggar yang dulu adalah Datu
Ranga Sumbawa. La Hami adalah anak angkat yang ditemukan di pantai
Sanggar ketika masih berumur sekitar satu bulan dengan tanda-tanda ada
sehelai tilam daun jontal, sehelai selimut buatan Bima, dan gembira karena
pastilah La Hami itu putranya dan dengan segera beberapa hari kemudian
menyuruh utusan untuk menjemput La Hami.
Kabar yang menyenangkan seisi istana Sanggar ini membuar
Raja Sanggar, Sultan Amarullah, Raja Ajong, Lalu Jala, La Hami, dan Putri
Nakia datang menghadap Sultan Abdul Azis untuk mengabarkan perihal yang
sebenarnya. Sebelum datang rombongan dari Sanggar, terdengarlah kabar
kalau Sultan Bima Sultan Kamaruddin akan datang ke Dempo untuk
menjemput diiringi oleh Raja Nakia, dan La Hami dengan Lalu Jala. Dalam
perjalanan menuju Sanggar terlihatlah pula kalau Lalu Jala menyukai adik La
Hami yakni Putri Sari Langkas. Pada suatu hari, Sultan Bima menyampaikan
maksudnya melamar Puti Nila Kanti untuk La Hami dan Raja Sanggar Sultan
Amarullah melamar Putri Sari Langkas kepada Sultan Bima Sultan

Kamaruddin

untuk

Lalu

Jala.

Pada

hari

yang

telah

ditentukan,

dilangsungkanlah perkawinan keempat sejolo ini dnegan meriah. Beberapa
bulan kemudian, La Hami dinobatkan menjadi Sultan Bima dengan gelar
Sultan Abdul Hamid dan Lalu Jala dinobatkan menjadi Sultan Sanggar
dengan gelar Sultan Abdul Jalal.
5.

Anak Cina Bermain Wayang – Marah Rusli
Ini adalah salah satu pantun karya Marah Rusli, mengisahkan

tentang cinta yang dirangkai dengan kata penuh makna dan disusun dengan
pola yang rapih.
Dalam Bab VII. Surat Samsul Bahri kepada Nurbaya
Anak Cina bermain wayang
Anak Keling bermain api
Jika siang terbayang-bayang
Jika malam menjadi mimpi

Terbang melayang kunang-kunang
Anak balam mati tergugur
Jatuh ke tanah ke atas kembang
Kembang kuning kembang cempaka

Jika siang tak dapat senang
Jika malam tak dapat tidur
Pikiran kusut hati pun bimbang
Teringat kakanda Samsu juga

Lurus jalan ke Payakumbuh
Bersimpang lalu ke Kinali
Jika hati sama sungguh
Kering lautan dapat dinanti

Encik amat mengaji tamat
Mengaji Quran di waktu fajar
Biar lambat asal selamat
Tidak lari gunung dikejar
6. Sinopsis Harimau! Harimau! – Mochtar Lubis
Ada seorang pemuda bernama Buyung, walau masih muda dan
baru berumur 19 tahun, tapi sudah bisa bekerja mencari nafkah, dan berani
pergi ke hutan belantara.
Buyung pergi ke hutan bersama Wak Katok, Pak Haji, Pak
Balam, Sutan, Sanip, dan Talib. Mereka bertujuh pergi ke hutan
mengumpulkan damar.
Yang paling tua di antara mereka adalah Pak Haju dan telah
berumur 60 tahun. Walau sudah tua tapi badannya masih tetap sehat dan kuat.
Ada juga Wak Katok yang berumur 50 tahun memiliki perawakan yang keras.
Dia sering berpakaian serba hitam dan masih terlihat seperti berumur 40
tahunan. Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang lain
adalah Sutan yang berumur 22 tahun, telah berkeluarga. Setelah itu ada Talib
yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25
tahun juga telah beristri dan mempunyai empat anak. Yang ketujuh yaitu Pak

Balam yang seusia dengan Wak Katok. Orangnya pendiam dan kurus namun
ia masih kuat untuk bekerja.
Tujuh orang yang satu kelompok ini disenangi dan dihormati
oleh penduduk kampung karena mereka dikenal sopan, mau bergaul, mau
bergotong royong, dan taat dalam agama. Kelompok ini sering berburu rusa
dan babi dengan menggunakan senapan milik Wak Katok. Babi sering masuk
ke rumah Wak Hitam. Oleh karena itu mereka sering menolong Wak Hitam.
Kemudian mereka sering menginap di pondok Wak Hitam ini.
Wak Hitam adalah seorang laki-laki yang berusia 70 tahun. Orang kurus,
berkulit hitam, menyukai celana dan baju hitam.
Ia tinggal bersama Siti Rubiyah yaitu istri keempatnya yang
cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai menggunakan sihir dan
memiliki ilmu gaib. Wak Hitam senang mencari perawan muda untuk
penyegar dirinya.
Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang
menjadi perampok dan penyamun yang tinggal di hutan. Di samping itu ada
pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang
dirahasiakan di dekat ladangnya.
Rombongan ini sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam
tiba. Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiyah karena selama di
hutan mereka belum pernah menikmati masakan yang enak.
Semua anggota rombongan terpesona oleh keindahan tubuh
Rubiyah. Buyung si rombongan anggota termuda dan satu-satunya yang
masih bujangan, dia terpesona akan kecantika Rubiyah. Dia membandingkan
kelebihan Rubiyah dan Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talip, dan
Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti
Rubiyah.
Wak Katok mengintai Rubiyah sedang mandi di sungai.
Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah mandi tanpa

busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalik memberi manikmanik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar.
Hal ini terulang lagi pada Buyung yang juga mengintai
Rubiyah mandi di sungai. Dia tidak bisa menahan gejolak menyaksikan tubuh
Rubiyah yang menawan.
Buyung lalu menghampiri Rubiyah yang sedang mandi. Lalu
terjadilah hubungan intim antara keduanya. Pada kesempatan itu Rubiyah
menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan Wak Hitam, dia merasa
menderita bersama Wak Hitam.
Lalu Buyung merasa telah jatuh cinta, dan ingin melindungi
dan meyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Ia ingin menikahi
Rubiyah, tapi bimbang, karena masih tetap mencintai Zaitun tunangannya.
Esok harinya rombongan yang tujuh orang pergi berburu ke
tempat kumpulan rusa yang juga kumpulan harimau. Setelah menunggu
beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan.
Mereka pun langsung ke tempat bermalam dan menguliti rusa
tersebut di situ. Tapi tiba-tiba, mereka semua mendengar auman seekor
harimau. Lalu dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung
pergi.
Mereka beristirahat setelah perjalanan jauh dan makan. Lalu
mencari tempat bermalam. Kemudian membuat sebuah pondok dan api
unggun. Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan
membawanya masuk ke dalam hutan. Lalu dengan cepat Wak Katok
menembak dan harimau tersebut akhirnya lari dan meninggalkan Pak Balam.
Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah.
Mereka lalu merawat Pak Balam. Setelah sadar Pak Balam lalu
berkata ia telah memiliki fiasat sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpimimpi buruknya ketika masih di kampung dan di rumah Wak Hitam.

Berdasarkan itu Pak Balam meminta mereka semua untuk
bertobat dan mengakui semua dosa. Namun tak ada satu orang pun yang mau
mengakui dosa.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tapi panas Pak
Balam tak juga reda, mereka ingin cepat-cepat sampai kampung agar Pak
Balam dapat segera diobati.
Musibah datang lagi ketika dalam perjalanan. Talib dibawa lari
oleh harimau ketika ia hendak membuang air seni. Saat berada di barisan
paling belakang. Kemudian semua anggota mengikuti jejak harimau tersebut.
Sampai akhirnya menemukan Talib yang sudah berlumuran darah di tempat
terbuka dalam hutan.
Harimau lalu pergi karena mendengar kedatangan rombongan.
Kemudian Talib diobati, tapi sayang akhirnya meninggal. Semua ikut
membantu kecuali Wak Katok karena ia adalah seorang pemimpin.
Setelah Talib dikuburkan, Pak Haji dan Sutan menjaga pondok
serta Pak Balam. Sedangkan yang lain pergi memburu harimau.
Sutan tak tahan mendengar igauan Pak Balam yang meminta
utnuk mengaku dosa. Ia pun pergi meninggalkan Pak Haji dan Pak Balam
yang sedang sakit dan pergi menyusul kawan-kawan lainnya.
Di dalam hutan Wak Katok dan rombongan terus mengikuti
jejak harimau. Pada saat mereka merasa sudak dekat dengan sang harimau,
mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Mereka kemudian bersembunyi
di belakang pohon yang besar dan menunggu snag harimau tiba. Malam pun
tiba, saat itu juga mereka mendengar jeritan manusia, dan auman harimau
secara bersamaan. Tapi mereka tidak menolongnya, dan memutuskan kembali
ke tempat mereka bermalam.
Ketika sampai di tempat bermalam, Pak Haji menanyakan
keberadaan Sutan. Mereka menjawab tidak tahu dan menceritakan apa yang

terjadi pada dua tempat yang berbeda, mereka pun menyimpulkan bahwa
yang menjadi korban harimau tersebut adalah Sutan.
Ketika bangun tidur, mereka terkejut karena Pak Balam
akhirnya meninggalkan dunia.
Lalu Pak Balam dikuburkan, dan mereka semua memutuskan
untuk pergi berburu. Wak Katok memutuskan mengambil jalan pintas,
ternyata jalan pintas itu melewati hutan yang sangat lembab. Hutan ini pun
seperti tak pernah disentuh makhluk hidup kecuali babi dan badak.
Semua ingin keluar dari rimba jahat tersebut, namun Wak
Katok yang menjadi pimpinan rombongan hanya membuat mereka berputarputar di jalan yang sama karena sebenarnya Wak Katok takut memburu
harimau.
Kemudian Wak Katok malah marah-marah sendiri, dan
memaksa satu persatu orang untuk mengakui dosa-dosanya. Semua mau
menurut kecuali Buyung. Wak Katok memaksa Buyung dengan cara
meletakkan senapan di dadanya, dan saat itu pula suara auman harimau
terdengar. Setelah harimau pergi, Wak Katok tak dapat diajak berbicara lagi
yang akhirnya Wak Katok pun mengusir mereka.
Kemudian Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana
untuk mengambil senapan. Mereka merebut senapan dan berkelahi dengan
Wak Katok. Akhirnya Wak Katok pingsan dan Pak Haji meninggal karena
luka yang disebabkan oleh Wak Katok.
Setelah itu Buyung menyusun rencana yang sangat bagus
hingga akhirnya dapat membunuh harimau tersebut. Dengan menggunakan
Wak Katok sebagai umpan dan diikat di sebuah batang pohon yang besar, lalu
Buyung melepaskan bidikan ke arah harimau, dan mengenai sasaran tepat,
hasilnya harimau tersebut mati.
Pada akhirnya Buyung menjadi mengerti maksud dari Pak Haji
bahwa untuk keselamatan kita sebaiknya dibunuh dahulu harimau yang ada di

dalam diri kita. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia
dan ia akan sungguh-sungguh mencintai Zaitun.
Manfaat lainnya adalah Buyung merasa bebas dari hal-hal
yang bersifat takhayul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari
Wak Katok.
Buyung jadi tahu tentang kepemimpinan yang bobrok leh Wak
Katok yang selalu dimitoskan oleh pengikutnya sebagai seorang yang
dihormati, disegani, dan sakti. Tapi pada kenyataanya Wak Katok adalah
seorang penakut dan tidak bisa apa-apa.
7. Sinopsis Jalan tak Ada Ujung – Mochtar Lubis
Ada sebuah keluarga. Kepala keluarga bernama Isa yang
bekerja sebagai guru. Istrinya bernama Fatimah. Kemudian ada seorang anak
laki-laki yang bernama Salim yang merupakan anak angkat.
Karena berprofesi sebagai seorang pendidik, Isa sangat
dihormati oleh tetangganya. Tapi dia sangat takut pada perang dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pergolakan.
Dalam perjalanan ke sekolah, guru Isa menjadi sangat takut
ketika mendengar suara ubel-ubel dan teriakan para serdadu di dekat jalan
jaksa. Kemudian dia sembunyi di sebuah rumah, lalu mengintip dari balik
jendela, sampai seorang mendobrak pintu rumah itu dan membuat tubuhnya
bergetar.
Setelah itu tentara tadi pergi. Guru Isa bersama orang-orang
lain keluar rumah untuk melihat keadaan. Mereka menemukan seorang
Tionghoa tergelettak karena tertembak oleh pasukan tadi. Melihat darah yang
merah mengental mengalir di hadapannya, guru Isa jadi sangat takut.
Walau sudah tiba di sekolah guru Isa merasa takut, lalu dia
memainkan biola untuk menenangkan hatinya.

Kemudian datang seorang teman bernama Saleh, mereka main
biola cukup lama. Setelah itu mereka pulang, tapi sesampainya di rumah,
guru Isa masih merasan ketakutan. Ketika menghadirir pertemuan rapat
dalam rangka perjuangan revolusi, guru Isa mengenal Hazil yaitu seorang
pejuang muda pada masa revolusi yang pandai bermain biola dan seorang
komponis.
Dari rapat tersebut guru Isa mendapatkan tugas sebagai kuriri
(pengantar) senjata dan surat-surat di dalam kota Jakarta . dalam hati guru Isa
ingin menolaknya tetapi tidak mau dibilang pengecut. Karena terus didesak
akhirnya dengan sangat terpaksa ia menerimanya.
Setelah itu guru Isa dan Hazil bertugas mengambil senjata dan
bom tangan yang disimpan di daerah Asam Reges. Karena butuh kendaraan
untuk mengangkut, lalu mereka meminjam truk pada Tuan Hamidy dengan
sopirnya bernama Abdullah.
Di Asam Reges mereka bertemu Rakhmat yaitu seorang
pemuda yang berani dan bersemangat sama seperti Hazil. Kemudian senjata
dan bom mereka simpan di Manggarai, alalu di selundupkan ke Karawang.
Walau berjalan dengan baik, tapi ketakutan yang melanda guru Isa sangat
membuatnya tersiksa karena baru pertama kalinya ia ikut berjuang dalam
kemerdekaan.
Pada suatu hari guru Isa merasakan sakit ditubuhnya.
Tubuhnya sangat panas hingga guru Isa tidak dapat keluar dari kamarnya.
Lalu Hazil menjenguk ke rumahnya. Disana Hazil melihat Fatimah dia
terlihat tertarik kepadanya. Peristiwa itu menjadi awal dari perselingkuhan
Hazil dan Fatimah. Karena setelah selama enam bulan guru Isa tidak dapat
memberikan kepuasan secara batin kepada istrinya.
Guru Isa tidak mengetahui hubungan mereka tadi, dia tidak
curiga mengapa setiap hari Hazil pergi ke rumahnya. Hingga pada suatu hari
guru Isa pulang dari sekolah dia sangat lelah dan merebahkan tubuhnya di

atas kasurnya, tapi dia menemukan pipa di balik bantalnya, dan dia tahu pipa
itu adalah milik Hazil.
Walau guru Isa sangat marah, tapi ia lebih memilih untuk
diam. Karena dia bertanya, dia akan tahu apa yang diduga akan terjadi, itu
akan membuatnya jadi lebih menderita. Setelah perjanjian Linggar Jati,
tentara Inggris meninggalkan Indonesia dan membuat masyarakat lega dan
tenang karena tidak ada lagi perang. Begitu juga dengan guru Isa yang merasa
senang, karena rasa takutnya selama ini menjadi berkurang.
Tapi suasana tenang ini tidak berlangsung lama, karena tentara
Belanda kembali datang ke Indonesia menggantikan tentara Inggris.\
Lalu

guru

Isa,

Hazil,

dan

Rakhmat

merencanakan

pemberontakan besar dan akan menyerang serdadu Belanda di sebuah
bioskop yang bernama Rex. Setelah film selesai diputar, Hazil dan Rakhmat
meledakkan dan melemparkan bom di depan pintu masuk bioskop tersebut.
Akibatnya beberapa serdadu Belanda terluka akibat ledakan
bom. Lalu mereka bertiga pulang ke tempat masing-masing. Setelah itu guru
Isa mengamati keadaan di luar bioskop, tapi dia sangat takut ketika melihat
polisi militer datang. Pemberontakan itu membuat guru Isa merasa sangat
ketakutan setiap hari, seandainya Rakhmat atau Hazil tertangkap dan
mengatakan bahwa guru Isa ikut dalam pengeboman di Bioskop Rex.
Lalu ada berita bahwa salah seorang pelempar granat telah
ditangkap, mendengar berita itu guru Isa langsung pingsan dan jatuh sakit.
Setelah tiga hari berbaring di tempat tidur, akhirnya guru Isa bisa bangun dari
tempat tidurnya. Setelah itu juga dia ditangkap oleh polisi.
Bersama Hazil, guru Isa dipaksa memberi informasi siapa saja
yang terlibat pengeboman di bioskop Rex. Karena mereka tetap tidak mau
memberi tahu di mana Rakhmat bersembunyi, akhirnya mereka berdua
disiksa.

Mereka sadar bahwa mereka akan mati karena terus disiksa.
Guru Isa terus berjuang menahan siksaan. Dari peristiwa ini guru Isa baru
merasakan sifat laki-lakinya dan menemukan arti kehidupan yang nyata.
8. Sinopsis Senja di Jakarta- Mochtar Lubis
Partai Indonesia membutuhkan dana untuk membiayai politik.
Melalui pemimpin partai yang bernama Husni Lumbara, mereka berusaha
mencari dana dengan segala uapaya.
Raden Kaslan mendapat kepercayaan dari Husni Lumbara
untuk menangani penyediaan dana bagi partai Indonesia. Sebagai salah
seorang anggota dewan Partai Indonesia, Raden Kaslan merencanakan untuk
mendirikan perusahaan-perusahaan fiktif yang bergerak dalam usaha eksporimpor barang-barang kebutuhan rakyat.
Tidak tanggung-tanggung, dia memakai nama istrinya yaitu
Fatma dalam perusahaan fiktif tersebut, termasuk nama anak tunggalnya yaitu
Suryono. Setelah itu Husni Lumbara serta beberapa rekan separtainya
menjadi direktur-direktur pada perusahaan fiktif tersebut.
Anak tunggalnya Suryono juga dipercaya menjabat direktur
perusahaan fiktif. Saat itu anaknya menjadi pegawai kementrian luar negeri.
Dia juga berprofesi sebagai penghibur wanita-wanita kesepian tingkat atas.
Suryono baru saja menyelesaikan tugas dinasnya di luar negeri, namun
merasa tidak puas terhadap fasilitas melimpah yang diraihnya. Maka ketika
ayahnya membujuk untuk keluar dari pekerjaannya dan mengajak untuk
menjabat direktur di beberapa perusahaan, ia langsung menerima dengan
senang hati.
Sugeng adalah orang berikutnya yang juga menjabat direktur
perusahaan fiktif. Dia adalah seoarng pegawai negeri yang selalu dituntut
istrinya untuk memnuhi kebutuhan materi yang melebihi kemampuannya
hingga ia langsung menerima tawaran tersebut.

Tapi ada seorang PNS lain yang bernama Rusdi. Dia todak
tergoda oleh tawaran jabatan direktur perusahaan fiktif. Walaupun istrinya
Dahlia sering menuntut kebutuhan materi yang berlebihan, ia tetap menjadi
pegawai negeri.
Hal tersebut membuta Dahlia lari ke pangkuan Suryono yang
mampu memenuhi semua kebutuhan materinya ketika suaminya tidak berada
di rumah.
Semua perusahaan fiktif tadi berhasil meraih keuntungan yang
sangat besar sehingga membuat orang-orang terlibat di dalamnya bisa
menjani hidup dengan bahagia dan serba kecukupan. Sementara itu di lain
pihak, rakyat banyak yang menderita. Sebagai contoh adalah Pak Iji dan
istrinya harus berjuang untuk menahan lapar dan menghidupi dirinya dan
keluarganya.
Ada lagi masyarakat lain yang lebih susah, namanya Neneng,
seorang wanita yang harus menjadi pelacur karena tak kuat menahan lapar.
Masih banyak rakyat yang hidupnya sengsara, makan susah, berobat tidak
sanggup, pendidikan tidak bisa dicapai, dan kebutuhan pokok tidak dicapai,
dan kebutuhan pokok tidak bisa terpenuhi. Keadaan tersebut luput dari
perhatian Partai Indonesia, termasuk anggotanya Raden Kaslan dan para
direktur fiktif yang hidup serba mewah, harta melimpah, dan banyak fasilitas.
Tapi kemewahan komplotan Raden Kaslan termasuk direkturdirektur fiktif tidak berlangsung lama. Berita di media massa menyoroti
pergolakan partai politik, termasuk Partai Indonesia. Perusahaan-perusahaaan
fiktif Raden Kaslan dan komplotannya dibongkar kebobrokakannya.
Tidak beberapa lama Raden Kaslan dan beberapa rekannya
ditangkap. Anaknya Suryono tewas karena kecelakaan ketika melarikan diri,
sementara keluarga yang lainnya menderita luka-luka.
9. Sinopsis Tidak Ada Esok – Mochtar Lubis

Novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang tokoh
Johan ketika masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan paska
kemerdekaan. Berawal dari penggambaran setting yang sangat piawai
dilakukan oleh pengarang. Tokoh Johan bersama pasukan lainnya hendak
mengepung para penjajah di sebuah hutan. Kegelisahannya mulai terasa
ketika pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang memberatkan.
Setelah tahu musuh tidak jadi lewat di daerah yang mereka
tunggui, mereka beristirahat membentuk sebuah perkumpulan, dimana
seorang-seorang saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Johan
yang kala itu menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang gadis.
Pengalaman itu baginya sangat berarti. Dari situlah kisah cintanya dengan
perempuan itu timbul.
Kemudian ia hendak pergi ke kota Yogya, ke rumah temannya.
Di sana ia bersama dengan teman lainnya masuk ke dalam organisasi masingmasing, ada yang masuk sebagai tentara, sebagai Laskar Rakyat, dan
sebagainya. Sedangkan ia sendiri masuk PETA pada tahun 1944. Ia dikenal
sebagai seorang yang sangat kuat, ia diniali sangat bagus.
Kemerdekaan pun tiba, saat itulah ia merasa telah tenang.
Akan tetapi ketenangannya itu kembali harus terusik setelah kedatangan
kembali Belanda untuk menghancurkan bangsa Indonesia. Pada saat itu Johan
bertindak sebagai pembawa laporan dari para pejuang yang hendak
dilaporkan kepada kantor pusat.
Pada pertempuran paska kemerdekaan itulah banyak temannya
yang gugur. Kematian teman-temannya menjadi dasar pemikirannya untuk
merenungi, untuk apa ada pertempuran, pertumpahan. Ia akhirnya menyadari
semua itu adalah sebuah pengorbanan.
10.

Sinopsis Buku Manusia Indonesia – Mochtar Lubis
Buku ini merupakan salinan ceramah Mochtar Lubis yang

dikemukakan oleh beliau di TIM (Taman Ismail Marzuki). Pidato ini

menerangkan tentang karakter manusia Indonesia menurut prespektif
Mochtar Lubis. Setidaknya ada 6 ciri yang diungkapkan oleh beliau yang
dirangkum menjadi 6 bab pada buku tersebut. Ciri-ciri ini mungkin banyak
yang masyarakat Indonesia sudah merasakannya sekarang, walau banyak
juga kritik dalam buku tersebut.
Setidaknya kita seperti dibawa pengenalan karakter masyarakat
Indonesia seperti Munafik, Lepas Tanggung Jawab, ABS (Asal Bapak
Senang), Neo-Feodalisme, bahkan sikap positifnya yaiut punya artistik yang
tinggi. Tapi buku ini dianggap tidak menampilkan keseluruhan masyarakat
Indonesia secara objektif karena tanpa didasari data-data. Itulah yang
menajdi kritik beberapa tokoh setelah mendengar atau membaca tulisan
Mochtar Lubis ini.
Namun, buku ini cukup bagus untuk membuka wacana tentang
Manusia Indonesia walau harus dikritis dengan lebih analitis. Tapi, dalam
buku ini kita bisa mengetahui bagaimana keberanian Mochtar Lubis untuk
mengungkapkan pemikirannya. Tentulah bagus untuk terus ditelaah apalagi
buku atau ceramah tersebut keluar pada dekade 70-an. Apakah, karakter
manusia Indonesia sudah membaik? Atau malah bertambah buruk?.