REVIEW BUKU PENGANTAR HUKUM INTERNASIONA (1)
PENGANTAR HUKUM INTERNASIONAL
Durotun Nafiah
[email protected]
Judul Buku
: Pengantar Hukum Internasional
Penulis
: Bambang Iriana Djajaatmadja,S.H
Penerbit
: Sinar Grafika
Tahun Terbit
:2012
Kota Terbit
: Jakarta
Bahasa Buku
:Bahasa Indonesia
Jumlah Halman :881
ISBN
: 9789-979-22-6139-4
Buku yang ditulis oleh Bambang Iriana Djajaatmadja,S.H meski dari buku
sebelumnya yaitu edisi kesembilan meskipun dalam priode ini terbagi dalam
dua jenis dimana menjadi bsebuah keunikan buku ini yaitu perubahanperubahan atau penegasan-penegasan dengan tidambah penekanan pada
kaidah-kaidah seta pristiwa-pristiwa dan praktek-praktek
yang menjdi
keunikan dalam buku ini yang berkitan dengan hukum internsional ( hukum
damai, hukum perang dan hukum lembaga-lembaga internasional).
Dalam BAB 11 tentang suksesi terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban
dengan buku-buku dengan judul state succession berkaitan penalihan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban negra-negara yang berubah kehilangan identitasnya
kepada negara-negara dan kesatuan-kesatuan lain, perubahan kehilangan
identitas terjdi terutama apabila berlangsung perubahan baik secara
keselurahan sebagai kedaulatan atas bagian wilayah dalam pasal 2 konvensi
wina mngenai suksesi negara-negara berkaitan dengan trkta-trakta tanggal 23
agustus 1978 dan pasal 2 konvensi wina mengenai suksesi negara berkaitan
dengan harta benda, arsip-arsip dan utang-utang negara tanggal 7 april 1983.
Dapat disimpulkan artinya penggatian kedudukan satu negara dalam hal
tanggung jawab bagi hubungan-hubungan internasional wilayah itu contohnya
didalam kasus kedaulatan negara menyewa wilayah tertentu dikembalikan
kepada pihak negara yang menyewakan sebagaimana yang akan terjadi pada
tahun 1997 di cina yang akan memperoleh kedaulatannya kembali atas
wilayah-wilayah hongkong yang pada saat itu dilaksanakan oleh inggris
sebagai
negara-negara
penyewa
cina.
Persoalan-persoalan
hukum
internasional yang berkenaan dengan masalah dapat di simpulkan sebagai
berikut : Sampai sejauh mana hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara yang
digantikan (predecessor state) akan terhapus atau apabila hanya ada
perubahan kedaulatan terhdap sebagian dari wilayah negara itu sampai sejauh
mana hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut masih tetapmelekat pada
negara Sampai sejauh mana negara pengganti (successor state) yaitu negara
yng diserahi seluruh atau sebagian kedaulatan tersebut berhak atas hak-hak
atau tunduk pada kewajiban-kewajiban demikian.
Pada BAB 12 Nasionalisme berdasarkan kaidah yang berbeda-beda salah satu
yang menjadi keunikan dalam buku ini yang di kutip dari salah satu penyataan
deklaratif Brintish-Mexican Claims Commission dalam perkara Re Lynch yaitu
nasionalisme seseorang merupakan suatu keadaan terus-menerus dan bukan
suatu fakta fisik yang terjadi pada suatu pristiwa istimewa tertentu, yang
berkiatan dengan hubungan yang terus menerus antara yang berdaulat di satu
pihak dan warga neegara di pihak lain landasan pokok nassionalisme
seseorang keanggotaanya pada suatu masyarakat politik yang independen
hubungan hukum inilah yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajibankewajiban yang dengan ke-dua belah pihak-pihak yang tidak kurang dan lebih
dari suatu negara. Sebagian besar kaidah mengenai nasionalitas semata-mata
hanya berkenaan dengan hukum nasional yang telah lama diakui bahwa
menjadi hak prerogratif setiap negara untuk menentukan sendiri dan menurut
konstitusi serta perundang-undangan kelompok orang yang bagimana yang
akan menjadi warga negara dalam buku ini.Buku ini mengatur tentang
keajiban-kewajiban negara-negara berkenaan dengan orang-orang asing yang
mengaratur izin masuk orang-orang asing seperti apa kedudukan izin orangorang asingapabila di izinkan masuk
dan membahas juga bagaimana
pengusiran dan rekonduksidari orang asing tersebut. Ekstrasi penyerahan dan
suaka dimana kebebasan suatu negara memberikan suaka kepadaseseorang
sampai batas tertentu asing tumpukan tindih dengan kekuasaan untuk
menolak ekstradisi dan penyerahan orang itu atas permintaan negara lain dan
saling tumpang tindih itu terlihat sekali dalam pemberiaan suaka kepada
tokoh-tokoh politik, yang menurut ketentuan tindak dapat di eksradisikasikan
suaka ini berakhir dengan sendirinya apabila mulai ekstradisi atau penyerahan
dan saling ketergantungan ini akan di bahas dalam buku ini yang sanggat unik
yang berkaitan dengan ekstradisi yang melalui pertimbangan-pertimbangan
nasional yang menentukan hukum dan praktek ekstradisi diantaranya:
1. Kehendak bersama semua negara untuki menjamin bahwa kejahatan serius
tidak akan dibiarkan tanpa penghukuman.
2. Negara yang wilayahnya terjadi tindak pidana adalah yang paling mampu
mengadili pelaku tindak pidana itu karena bukti-bukti yang diperluas lebih
banyak tersendia dan negara tersebut lebih banyak memiliki kepentingan
lebih besar untuk menghyukum pelaku tindak pidana.
Berkenaan dengan hukum nasional inggris, tradisi-tradisi khusus dari common
law menentukan perlunya traktat atau statuta yang dimana menurut common
law mahkota ( crown) tidak memiliki kekuasaan untuk menagkap penjahat
buronan asing untuk menyerahkannya kepada negara lain dan mensyaratkan
perundang-undangan sebelum trakta-trakta itu dapat berlaku di inggris dapat
di ambil kesimpulan bahwa perundang-undangan merupakan hal yang pokok
dan solusi yang dipakai adalah mengeluarkan suatu statuta ekstradisi umum
ect 1870 yang hanya berlaku adalah kaitan dengan negara-negara yang telah
membuat persetujuan untuk menyerahkan pelaku-pelaku kejahatan yang
buron dan untuk mana undang-undang itu sendiri telah diberlakukan melalui
orde-in-council.
Hukum internasional mengakui bahwa pemberian atau prosedur ekstradisi
paling tepat diserahkan kepada hukum nasional dan tidak merintangi negara
untuk membuat undang-undang untuk menghalang-halangi penyerahan
buronan-buronan oleh mereka apabila tampak bahwa permintaan ekstradisi
dibuat untuk mengadili buronan itu atas dasar ras-nya agamanya atau
pandangan-pandangan politik atau oelh pengadilan negara yang memintanya,
ada beberapa perbedaan mengenai masalah ekstradisi di undang-undang
negara khususnya mengenai persoalan-persoalan dapat tindaknya warga dari
negara yang memberi suaka ekstradisikan pembuktian kesalahan yang
diminta oleh negara tempat berlindung dan kekuasaan-kekuasaan relatif dari
organ-organ eksekutif dan yudisial dalam prosedur penyerahan penjahat
buronan sebelum permohonan untuk pengekstradisikan melalui seluryh
diplomatik diperlukan dua syarat kaidah yang harus dipenuhi:
a. Harus ada orang yang dapat diakstradisi
b. Harus ada kejahatan ekstradisi.
Hukum internasioonal menyerahkan kepada negara pemberi suaka hak
berdaulat untuk memutiskan menurut hukum dan praktek nasionalnya
persoalan mengenai apakah tindeak pidana yang berkaitan dengan
permiintaan ekstradisi itu merupaka kejahatan politik atau bukan yang
berkaitan dengan karakter kejahatan sebagian besar negara mengikuti kaidah
double criminality yaitu bahwa merupakan syarat dari ekstradisi bahwa
kejahtan tersebut dapat di hukum menurut hukum kedua negara baik negara
yang memberikan suaka maupun yang meminta ekstradisi.
Hak-hak dan kebebasan-kebebasan dasar manusia didalam buku ini hukum
internasiona yang selalu mengikat kepada perlindungan hak-hak manusia dan
kebebasan-kebabasan asasi oleh perangkat kerja yang memadahi untuk
pemberlakuannya adalah masih lebih merupaka janji dari pada suatu prestasi
memang di eropa di bentuk badan administratif internasional dan sebuah
pengadilan nasional yang bertujuan melindungi hak-hak manusia yaitu
eurpean commission of human rights dan euroean courtf of human rights
bahwa retriksi-retriksi yuridiksional dan prosedural dalam hubungan baru
negara kecil yang sudah menerima kompetensi tersebut namun sebuah
prestasi penting adalah adanya pengakuan umum dewasa in bahwa suatu
negara dengan perlindungan hak-hak manusia terhadap warganya tidak
memiliki suatu bi8danag perlindungan hak-hak manusia terhadap warganya
tidak memili8ki suatu biddang yurikdis dalam kaitan ini ke dalam norma
hukum internasional atau diplomai luar tidak dapat memasukinya lebih lanjut
sampai tarafb tertentu negara-negara itu benar-benar memperhatikan
standar-standar hak-hak manusia individu-individu memperoleh perlindungan
tanpa memandang apakah mereka warga negara yang berangkutan atau
bukan.
Dalam bab 13 negara dan kepentingan ekonomi yang berkitan dengan hukum
ekonomi dan moneter internaasional yang dilakukan oleh negara modern
melakukian pengawasan yang luas terhadap ekonomi termasuk aspek-aspek
perusahaan konomi swata seperti perdagangan ekspor dean impor
penanaman modal itern dan ekstren perkapalan produksi-produksi pertanian
dan perbankan swasta perjajian yang di buat dari negara dengan negara lain
sebagian besar adalah perjanjian bilateral misalnya trakta-trrakta
perdagangan atau trakta-trakta komersial dan navigasi atau trakta-trakta
pembentukan akan tetapi terdapat juga trakta-trakta perjanjian lateral yang
bersifat umum termasuk Articles of Agreement Dana moneter internasional
(internasional Monetary Fund-IMF) Bank internasional untuk Rekonstruksi dan
pembangunan.
Di dalam bab 14 dan 15 pembangunan dan lingkungan diman dalam hukum
internasional mengenai pembangunan belum mencapai tahap di mana dapat
diuraikan sebagai serangkaian kaidah yang mengikat yang memberikan hakhak khusus kepada negara-negara maju yang sebagian besar dalam bukiui ini
lebih mengarah kepada sebagai institusional yaitu hukum tentang macammacam badan agen melalui mana pembangunan didukung dan bantuan
pembangunan
disalurkan.
Landasan
dari
perkembanbangan
hukum
pembangunan dewasa ini adalah strukrtur internasional keanekaragaman yang
memberikasumbangan-sumbnagan guna memungkinkan pembangunan skala
internasional, organisasi utama badan-badan agen-agen terlibat dalam proses
itu termasuk perserikatan bangsa-bangsa yang berkerja melalui organ-organ
seluruh seperti UNCTAD,UNDP,UNIDO,OECD,EEC.
Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup manusia di dalam buku ini
mendefinisikan tiga penyebab utama yang bertanggung jawab atas
pemburuannya kondisi lingkungan yaitu pesatnya pertumbuhan penduduk,
penigkatan urbanisaasi, perkembangan dan dihasilkan teknologi baru yang
menyebabkan penigkatnya tuntutan akan ruang, pangan dan sumber-sumber
daya alam. Didalam konfrensi stockholm 1972 tentang lingkungan hidup
manusia dimana tugas konferensi dikerjakan melalui tiga komitme utama yang
terbuka bagi semua negara yang berpartisipasi yiatu komite pertama berkaitan
dengan pemukiman-pemukiman manusia dan aspek-aspek non ekonomis yang
berkenaan
dengan
sumber-sumber
daya
alam
dan
aspek-aspek
pembangunann dan berkenaan dengan organisasional hal ini membentuk
sebuah kelompok kerja untuk mengkaji dan mempertimbnagkan rancangan
deklarasi tentang lingkungan hidup manusia untuk diajukan dan dilakukan
konsesi kepada pemerintah-pemerintah yang kurang puas dengan rancangan
atau siapapun yang merasa kehilangan kesempatan untuk mengemukakan
panangan-pandangan selama periode siapan.
Dalam bab 16 dan 17 sengketa-sengketa internasional yang mencangkup antar
negara melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup
pengaturan internasional namun yang utama akan membahas sengketasengketa antar negara-neraga fan hal ini menjangkau mulai dari perbedaanpebedaan kecil yang hampir tidak menimbulkan gelombang di permukaan
internasional sampai dengan situasi-situasi ekstrim dari friksi dan ketegangan
yang berkepanjangan antar negara-negara yang berpuncak pada ancaman
terhadap perdamaian dan keamanan penyelesaian sengketa-sengketa
internasional sendini mungkin dengan cara seadil-adilnya bagi para pihak yang
terlibat, merupakan tujuan hukum internasional sejak lama dan kaidah-kaidah
serta prosedur-prosedur yang terkait sebagian merupakan kebiasaan dan
praktek Cara-cara penyelesaian damai atau bersahabat suatu metode-metode
penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai atau bersahat
dapat disimpulkan dalam klarifikasi berikut ini :
a.Arbitrasi (arbitration)
b.Penyelesaian Yudisial ( judical Settlement)
c.Negosiaasi, jasa-jasa baik (good offices), mediasi, konsiliasi dan penyelidikan
( inquiry)
d Penyelesaian di bawah naugan organisasi perserikatan bangsa-bangsa.
Sedangkan cara-cara penyelesaian paksa atau kekerasan karena tidak
mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa secara
persahabatan maka cara pemecaham yang mungkin adalah dengan melalui
cara-cara kekerasan prinsip-prinsip dari cara penyelesaian melalui kekerasan
adalah:
a. Perang dan tindakan bersenjata non perang
b. Retorsi (retorasion)
c. Tindakan-tindakan pembalasan ( repraisals)
d. Blookade secara damai ( pacific blockade)
e. Intervensi ( intervention)
Dalam bab 18 tentang perang, konflik bersenjata dan hubungan permusuhan
lainya konflik bersenjata dan non-perang permasalahan perang yang adil jus ad
bellum dan bukannya maslah –masalah yang berkiatan dengan pencegahan
perang dalam pengertian klasik telah menimbulkan banyak sekali perdeatan
diantara para penulis hukum tampaknya ini seperti suatu pengulangan kembali
perebatan-perdebatan tradisional pada abad ke-enam belas dan tujuh belas
tetapi masalah moral dan etika dalam konteks berbeda yang di jelaskan dalam
buku ini sanggat menarik. Akibat –akibat pecahnya perang dan konflik-konflik
bersenjata yang membawa pengaruh besar terhadap hubungan-hubungan
anatar negara yang terlibat perang, kaidah dalam hukum internasonal yang
berbeda dari hukum nasional adalah bahwa negara-negara bebas untuk
mengundangkan peraturan perundang-undangan demikian tentang pecahnya
perang dan kaidah umum yang sama prinsipnya harus berlaku dalam kasus
konflik bersenjata non-perang tunduk kepada persyaratan bahwa apabila suatu
konflik dibawa yurisdiksi penegakkan perdamaian dari dewan keamanan
perserikatan bangsa-bangsa maka negara-negara yang terlibat harus
mematuhi keputusan-keputusan dan rekomendasi-rekomendasi dewan
keamanan.
Bab 19 netralitas,kuasi-netralitas dan ketidakterlibatan perang meskipun di
dalam buku ini sudah di jelaskan di bagian bab sebelumnya hubunganhubungan permusuhan antara negara-negara bukan saja berupa perang dalam
pengertian tradisonal melainkan konflik-konflik bersenjata non-perang dan
pelanggaran-pelanggaran perdamaian sejalan dengan kategori itu terdapat dua
macam status para pihak di luar lingkup hubungan permusuhan setatus
netralitas
(netrality)
dalam
perang
sesungguhnya
dan
status
ketidakikutsertaan atau ketidakterlibatan negara-negara kesatuan-kesatuan
non-negara dalam suatu konflik non-perang.
Apabila konflik itu tidak tunduk kepada yurisdiksi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pemaksaan perdamaian pihak-pihak kuasinetral baik negara anggota perserikatan bangsa-bangsa atau bukan anggota
harus tunduk kepada suatu tindakan perang ekonomi yang ditetapkan oleh
dewan keamanan.
Bab 20 Lembaga-Lembaga Internasional dimana sudah dilihat dalam bab
sebelumnya subyek-subyek hukum internsional bukan hanya meliputi negaranegara saja melainkan juga lembaga-lembaga internasional seperti
perserikatan bangsa-bangsa Organisasi Buruh Internasional (ILO), meskipun
dikatakan secara tegas struktur dan tugas badan-badan dan asosiasi-asosiasi
ini terutama menyangkut bidang ilmu politik yang dikenal sebagai organisasi
internasional atau administrasi tetapi aktivitas-aktivitas mereka secara materil
berkaitan dengan bidang hukum internasional ada tiga hal umum yang penting
untuk diperhatikan :
1. Fungsi-fungsi dari lembaga internasional tertentu dapat ditunjukan
terutama untuk memperkuat kerja sama negara-negara yakni apa
disebutkan aktivitas-aktivitas “operasional” dan hanya dalam sebagian
kecil melakukan tugas-tugas penting secara langsung yaitu apa yang
dinamakan aktivitas-akttivitas “opersional” karenanya organisasi
perang,perdamaina PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
lebih merupakan badan-badan “promosional” daripada badan-badan
“operasional”.
2. Meskipun begitu jauh lembaga-lembaga ini merupakan badan-badan
“operasional” namun secara hukum lembaga –lembaga internasional
hanya diberi kewenangan untuk menyelidiki atau mengusulkan bukan
membuat keputusan yang mengikat.
3. Dalam beberapa contoh lembaga-lembaga internasional sedikit banyak
beranjak dari suatu konferensi internasional, dalam pengertian bahwa
suatu keputusan badan atau organ pada akhirnya bergantung pada suatu
keputusan mayoritas negara-negara anggota yaitu perjanjian dari pada
korporator.
Buku ini sangat berguna bagi Mahasiswa ataupun aparat karena buku ini
sudah bagus dan baik dengan secara detail dan lengkap membahas tentang
hukum internasional yang begitu luas pembahasanya dan dijadikan dasar
sebagai susunan organisasi dan mengenal pritiswa bersejarah koflik yang
terjadi di belahan dunia yang mengancam perdamian dalam buku ini
dengan mengambil mangfaat dan pengalam prakteknya di ranah
internsional dalam buku terdapat putusan-putusan dari internasional Court
of Justice : perjanjian eropa tunggal dan perundang-undangan masyarakat
eropa lainya, gerkan-gerakian untuk melaksankan konvensi hukum laut
1982 kasus Rainbow Warrior akibat-akibat Chernobyl ; perjanjian hing kong
dan konvensi 1988 yang menjadi dasar terbentuknya rejim eksploitasi
mineral di kawasan antratika .
Durotun Nafiah
[email protected]
Judul Buku
: Pengantar Hukum Internasional
Penulis
: Bambang Iriana Djajaatmadja,S.H
Penerbit
: Sinar Grafika
Tahun Terbit
:2012
Kota Terbit
: Jakarta
Bahasa Buku
:Bahasa Indonesia
Jumlah Halman :881
ISBN
: 9789-979-22-6139-4
Buku yang ditulis oleh Bambang Iriana Djajaatmadja,S.H meski dari buku
sebelumnya yaitu edisi kesembilan meskipun dalam priode ini terbagi dalam
dua jenis dimana menjadi bsebuah keunikan buku ini yaitu perubahanperubahan atau penegasan-penegasan dengan tidambah penekanan pada
kaidah-kaidah seta pristiwa-pristiwa dan praktek-praktek
yang menjdi
keunikan dalam buku ini yang berkitan dengan hukum internsional ( hukum
damai, hukum perang dan hukum lembaga-lembaga internasional).
Dalam BAB 11 tentang suksesi terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban
dengan buku-buku dengan judul state succession berkaitan penalihan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban negra-negara yang berubah kehilangan identitasnya
kepada negara-negara dan kesatuan-kesatuan lain, perubahan kehilangan
identitas terjdi terutama apabila berlangsung perubahan baik secara
keselurahan sebagai kedaulatan atas bagian wilayah dalam pasal 2 konvensi
wina mngenai suksesi negara-negara berkaitan dengan trkta-trakta tanggal 23
agustus 1978 dan pasal 2 konvensi wina mengenai suksesi negara berkaitan
dengan harta benda, arsip-arsip dan utang-utang negara tanggal 7 april 1983.
Dapat disimpulkan artinya penggatian kedudukan satu negara dalam hal
tanggung jawab bagi hubungan-hubungan internasional wilayah itu contohnya
didalam kasus kedaulatan negara menyewa wilayah tertentu dikembalikan
kepada pihak negara yang menyewakan sebagaimana yang akan terjadi pada
tahun 1997 di cina yang akan memperoleh kedaulatannya kembali atas
wilayah-wilayah hongkong yang pada saat itu dilaksanakan oleh inggris
sebagai
negara-negara
penyewa
cina.
Persoalan-persoalan
hukum
internasional yang berkenaan dengan masalah dapat di simpulkan sebagai
berikut : Sampai sejauh mana hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara yang
digantikan (predecessor state) akan terhapus atau apabila hanya ada
perubahan kedaulatan terhdap sebagian dari wilayah negara itu sampai sejauh
mana hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut masih tetapmelekat pada
negara Sampai sejauh mana negara pengganti (successor state) yaitu negara
yng diserahi seluruh atau sebagian kedaulatan tersebut berhak atas hak-hak
atau tunduk pada kewajiban-kewajiban demikian.
Pada BAB 12 Nasionalisme berdasarkan kaidah yang berbeda-beda salah satu
yang menjadi keunikan dalam buku ini yang di kutip dari salah satu penyataan
deklaratif Brintish-Mexican Claims Commission dalam perkara Re Lynch yaitu
nasionalisme seseorang merupakan suatu keadaan terus-menerus dan bukan
suatu fakta fisik yang terjadi pada suatu pristiwa istimewa tertentu, yang
berkiatan dengan hubungan yang terus menerus antara yang berdaulat di satu
pihak dan warga neegara di pihak lain landasan pokok nassionalisme
seseorang keanggotaanya pada suatu masyarakat politik yang independen
hubungan hukum inilah yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajibankewajiban yang dengan ke-dua belah pihak-pihak yang tidak kurang dan lebih
dari suatu negara. Sebagian besar kaidah mengenai nasionalitas semata-mata
hanya berkenaan dengan hukum nasional yang telah lama diakui bahwa
menjadi hak prerogratif setiap negara untuk menentukan sendiri dan menurut
konstitusi serta perundang-undangan kelompok orang yang bagimana yang
akan menjadi warga negara dalam buku ini.Buku ini mengatur tentang
keajiban-kewajiban negara-negara berkenaan dengan orang-orang asing yang
mengaratur izin masuk orang-orang asing seperti apa kedudukan izin orangorang asingapabila di izinkan masuk
dan membahas juga bagaimana
pengusiran dan rekonduksidari orang asing tersebut. Ekstrasi penyerahan dan
suaka dimana kebebasan suatu negara memberikan suaka kepadaseseorang
sampai batas tertentu asing tumpukan tindih dengan kekuasaan untuk
menolak ekstradisi dan penyerahan orang itu atas permintaan negara lain dan
saling tumpang tindih itu terlihat sekali dalam pemberiaan suaka kepada
tokoh-tokoh politik, yang menurut ketentuan tindak dapat di eksradisikasikan
suaka ini berakhir dengan sendirinya apabila mulai ekstradisi atau penyerahan
dan saling ketergantungan ini akan di bahas dalam buku ini yang sanggat unik
yang berkaitan dengan ekstradisi yang melalui pertimbangan-pertimbangan
nasional yang menentukan hukum dan praktek ekstradisi diantaranya:
1. Kehendak bersama semua negara untuki menjamin bahwa kejahatan serius
tidak akan dibiarkan tanpa penghukuman.
2. Negara yang wilayahnya terjadi tindak pidana adalah yang paling mampu
mengadili pelaku tindak pidana itu karena bukti-bukti yang diperluas lebih
banyak tersendia dan negara tersebut lebih banyak memiliki kepentingan
lebih besar untuk menghyukum pelaku tindak pidana.
Berkenaan dengan hukum nasional inggris, tradisi-tradisi khusus dari common
law menentukan perlunya traktat atau statuta yang dimana menurut common
law mahkota ( crown) tidak memiliki kekuasaan untuk menagkap penjahat
buronan asing untuk menyerahkannya kepada negara lain dan mensyaratkan
perundang-undangan sebelum trakta-trakta itu dapat berlaku di inggris dapat
di ambil kesimpulan bahwa perundang-undangan merupakan hal yang pokok
dan solusi yang dipakai adalah mengeluarkan suatu statuta ekstradisi umum
ect 1870 yang hanya berlaku adalah kaitan dengan negara-negara yang telah
membuat persetujuan untuk menyerahkan pelaku-pelaku kejahatan yang
buron dan untuk mana undang-undang itu sendiri telah diberlakukan melalui
orde-in-council.
Hukum internasional mengakui bahwa pemberian atau prosedur ekstradisi
paling tepat diserahkan kepada hukum nasional dan tidak merintangi negara
untuk membuat undang-undang untuk menghalang-halangi penyerahan
buronan-buronan oleh mereka apabila tampak bahwa permintaan ekstradisi
dibuat untuk mengadili buronan itu atas dasar ras-nya agamanya atau
pandangan-pandangan politik atau oelh pengadilan negara yang memintanya,
ada beberapa perbedaan mengenai masalah ekstradisi di undang-undang
negara khususnya mengenai persoalan-persoalan dapat tindaknya warga dari
negara yang memberi suaka ekstradisikan pembuktian kesalahan yang
diminta oleh negara tempat berlindung dan kekuasaan-kekuasaan relatif dari
organ-organ eksekutif dan yudisial dalam prosedur penyerahan penjahat
buronan sebelum permohonan untuk pengekstradisikan melalui seluryh
diplomatik diperlukan dua syarat kaidah yang harus dipenuhi:
a. Harus ada orang yang dapat diakstradisi
b. Harus ada kejahatan ekstradisi.
Hukum internasioonal menyerahkan kepada negara pemberi suaka hak
berdaulat untuk memutiskan menurut hukum dan praktek nasionalnya
persoalan mengenai apakah tindeak pidana yang berkaitan dengan
permiintaan ekstradisi itu merupaka kejahatan politik atau bukan yang
berkaitan dengan karakter kejahatan sebagian besar negara mengikuti kaidah
double criminality yaitu bahwa merupakan syarat dari ekstradisi bahwa
kejahtan tersebut dapat di hukum menurut hukum kedua negara baik negara
yang memberikan suaka maupun yang meminta ekstradisi.
Hak-hak dan kebebasan-kebebasan dasar manusia didalam buku ini hukum
internasiona yang selalu mengikat kepada perlindungan hak-hak manusia dan
kebebasan-kebabasan asasi oleh perangkat kerja yang memadahi untuk
pemberlakuannya adalah masih lebih merupaka janji dari pada suatu prestasi
memang di eropa di bentuk badan administratif internasional dan sebuah
pengadilan nasional yang bertujuan melindungi hak-hak manusia yaitu
eurpean commission of human rights dan euroean courtf of human rights
bahwa retriksi-retriksi yuridiksional dan prosedural dalam hubungan baru
negara kecil yang sudah menerima kompetensi tersebut namun sebuah
prestasi penting adalah adanya pengakuan umum dewasa in bahwa suatu
negara dengan perlindungan hak-hak manusia terhadap warganya tidak
memiliki suatu bi8danag perlindungan hak-hak manusia terhadap warganya
tidak memili8ki suatu biddang yurikdis dalam kaitan ini ke dalam norma
hukum internasional atau diplomai luar tidak dapat memasukinya lebih lanjut
sampai tarafb tertentu negara-negara itu benar-benar memperhatikan
standar-standar hak-hak manusia individu-individu memperoleh perlindungan
tanpa memandang apakah mereka warga negara yang berangkutan atau
bukan.
Dalam bab 13 negara dan kepentingan ekonomi yang berkitan dengan hukum
ekonomi dan moneter internaasional yang dilakukan oleh negara modern
melakukian pengawasan yang luas terhadap ekonomi termasuk aspek-aspek
perusahaan konomi swata seperti perdagangan ekspor dean impor
penanaman modal itern dan ekstren perkapalan produksi-produksi pertanian
dan perbankan swasta perjajian yang di buat dari negara dengan negara lain
sebagian besar adalah perjanjian bilateral misalnya trakta-trrakta
perdagangan atau trakta-trakta komersial dan navigasi atau trakta-trakta
pembentukan akan tetapi terdapat juga trakta-trakta perjanjian lateral yang
bersifat umum termasuk Articles of Agreement Dana moneter internasional
(internasional Monetary Fund-IMF) Bank internasional untuk Rekonstruksi dan
pembangunan.
Di dalam bab 14 dan 15 pembangunan dan lingkungan diman dalam hukum
internasional mengenai pembangunan belum mencapai tahap di mana dapat
diuraikan sebagai serangkaian kaidah yang mengikat yang memberikan hakhak khusus kepada negara-negara maju yang sebagian besar dalam bukiui ini
lebih mengarah kepada sebagai institusional yaitu hukum tentang macammacam badan agen melalui mana pembangunan didukung dan bantuan
pembangunan
disalurkan.
Landasan
dari
perkembanbangan
hukum
pembangunan dewasa ini adalah strukrtur internasional keanekaragaman yang
memberikasumbangan-sumbnagan guna memungkinkan pembangunan skala
internasional, organisasi utama badan-badan agen-agen terlibat dalam proses
itu termasuk perserikatan bangsa-bangsa yang berkerja melalui organ-organ
seluruh seperti UNCTAD,UNDP,UNIDO,OECD,EEC.
Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup manusia di dalam buku ini
mendefinisikan tiga penyebab utama yang bertanggung jawab atas
pemburuannya kondisi lingkungan yaitu pesatnya pertumbuhan penduduk,
penigkatan urbanisaasi, perkembangan dan dihasilkan teknologi baru yang
menyebabkan penigkatnya tuntutan akan ruang, pangan dan sumber-sumber
daya alam. Didalam konfrensi stockholm 1972 tentang lingkungan hidup
manusia dimana tugas konferensi dikerjakan melalui tiga komitme utama yang
terbuka bagi semua negara yang berpartisipasi yiatu komite pertama berkaitan
dengan pemukiman-pemukiman manusia dan aspek-aspek non ekonomis yang
berkenaan
dengan
sumber-sumber
daya
alam
dan
aspek-aspek
pembangunann dan berkenaan dengan organisasional hal ini membentuk
sebuah kelompok kerja untuk mengkaji dan mempertimbnagkan rancangan
deklarasi tentang lingkungan hidup manusia untuk diajukan dan dilakukan
konsesi kepada pemerintah-pemerintah yang kurang puas dengan rancangan
atau siapapun yang merasa kehilangan kesempatan untuk mengemukakan
panangan-pandangan selama periode siapan.
Dalam bab 16 dan 17 sengketa-sengketa internasional yang mencangkup antar
negara melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup
pengaturan internasional namun yang utama akan membahas sengketasengketa antar negara-neraga fan hal ini menjangkau mulai dari perbedaanpebedaan kecil yang hampir tidak menimbulkan gelombang di permukaan
internasional sampai dengan situasi-situasi ekstrim dari friksi dan ketegangan
yang berkepanjangan antar negara-negara yang berpuncak pada ancaman
terhadap perdamaian dan keamanan penyelesaian sengketa-sengketa
internasional sendini mungkin dengan cara seadil-adilnya bagi para pihak yang
terlibat, merupakan tujuan hukum internasional sejak lama dan kaidah-kaidah
serta prosedur-prosedur yang terkait sebagian merupakan kebiasaan dan
praktek Cara-cara penyelesaian damai atau bersahabat suatu metode-metode
penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai atau bersahat
dapat disimpulkan dalam klarifikasi berikut ini :
a.Arbitrasi (arbitration)
b.Penyelesaian Yudisial ( judical Settlement)
c.Negosiaasi, jasa-jasa baik (good offices), mediasi, konsiliasi dan penyelidikan
( inquiry)
d Penyelesaian di bawah naugan organisasi perserikatan bangsa-bangsa.
Sedangkan cara-cara penyelesaian paksa atau kekerasan karena tidak
mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa secara
persahabatan maka cara pemecaham yang mungkin adalah dengan melalui
cara-cara kekerasan prinsip-prinsip dari cara penyelesaian melalui kekerasan
adalah:
a. Perang dan tindakan bersenjata non perang
b. Retorsi (retorasion)
c. Tindakan-tindakan pembalasan ( repraisals)
d. Blookade secara damai ( pacific blockade)
e. Intervensi ( intervention)
Dalam bab 18 tentang perang, konflik bersenjata dan hubungan permusuhan
lainya konflik bersenjata dan non-perang permasalahan perang yang adil jus ad
bellum dan bukannya maslah –masalah yang berkiatan dengan pencegahan
perang dalam pengertian klasik telah menimbulkan banyak sekali perdeatan
diantara para penulis hukum tampaknya ini seperti suatu pengulangan kembali
perebatan-perdebatan tradisional pada abad ke-enam belas dan tujuh belas
tetapi masalah moral dan etika dalam konteks berbeda yang di jelaskan dalam
buku ini sanggat menarik. Akibat –akibat pecahnya perang dan konflik-konflik
bersenjata yang membawa pengaruh besar terhadap hubungan-hubungan
anatar negara yang terlibat perang, kaidah dalam hukum internasonal yang
berbeda dari hukum nasional adalah bahwa negara-negara bebas untuk
mengundangkan peraturan perundang-undangan demikian tentang pecahnya
perang dan kaidah umum yang sama prinsipnya harus berlaku dalam kasus
konflik bersenjata non-perang tunduk kepada persyaratan bahwa apabila suatu
konflik dibawa yurisdiksi penegakkan perdamaian dari dewan keamanan
perserikatan bangsa-bangsa maka negara-negara yang terlibat harus
mematuhi keputusan-keputusan dan rekomendasi-rekomendasi dewan
keamanan.
Bab 19 netralitas,kuasi-netralitas dan ketidakterlibatan perang meskipun di
dalam buku ini sudah di jelaskan di bagian bab sebelumnya hubunganhubungan permusuhan antara negara-negara bukan saja berupa perang dalam
pengertian tradisonal melainkan konflik-konflik bersenjata non-perang dan
pelanggaran-pelanggaran perdamaian sejalan dengan kategori itu terdapat dua
macam status para pihak di luar lingkup hubungan permusuhan setatus
netralitas
(netrality)
dalam
perang
sesungguhnya
dan
status
ketidakikutsertaan atau ketidakterlibatan negara-negara kesatuan-kesatuan
non-negara dalam suatu konflik non-perang.
Apabila konflik itu tidak tunduk kepada yurisdiksi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pemaksaan perdamaian pihak-pihak kuasinetral baik negara anggota perserikatan bangsa-bangsa atau bukan anggota
harus tunduk kepada suatu tindakan perang ekonomi yang ditetapkan oleh
dewan keamanan.
Bab 20 Lembaga-Lembaga Internasional dimana sudah dilihat dalam bab
sebelumnya subyek-subyek hukum internsional bukan hanya meliputi negaranegara saja melainkan juga lembaga-lembaga internasional seperti
perserikatan bangsa-bangsa Organisasi Buruh Internasional (ILO), meskipun
dikatakan secara tegas struktur dan tugas badan-badan dan asosiasi-asosiasi
ini terutama menyangkut bidang ilmu politik yang dikenal sebagai organisasi
internasional atau administrasi tetapi aktivitas-aktivitas mereka secara materil
berkaitan dengan bidang hukum internasional ada tiga hal umum yang penting
untuk diperhatikan :
1. Fungsi-fungsi dari lembaga internasional tertentu dapat ditunjukan
terutama untuk memperkuat kerja sama negara-negara yakni apa
disebutkan aktivitas-aktivitas “operasional” dan hanya dalam sebagian
kecil melakukan tugas-tugas penting secara langsung yaitu apa yang
dinamakan aktivitas-akttivitas “opersional” karenanya organisasi
perang,perdamaina PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
lebih merupakan badan-badan “promosional” daripada badan-badan
“operasional”.
2. Meskipun begitu jauh lembaga-lembaga ini merupakan badan-badan
“operasional” namun secara hukum lembaga –lembaga internasional
hanya diberi kewenangan untuk menyelidiki atau mengusulkan bukan
membuat keputusan yang mengikat.
3. Dalam beberapa contoh lembaga-lembaga internasional sedikit banyak
beranjak dari suatu konferensi internasional, dalam pengertian bahwa
suatu keputusan badan atau organ pada akhirnya bergantung pada suatu
keputusan mayoritas negara-negara anggota yaitu perjanjian dari pada
korporator.
Buku ini sangat berguna bagi Mahasiswa ataupun aparat karena buku ini
sudah bagus dan baik dengan secara detail dan lengkap membahas tentang
hukum internasional yang begitu luas pembahasanya dan dijadikan dasar
sebagai susunan organisasi dan mengenal pritiswa bersejarah koflik yang
terjadi di belahan dunia yang mengancam perdamian dalam buku ini
dengan mengambil mangfaat dan pengalam prakteknya di ranah
internsional dalam buku terdapat putusan-putusan dari internasional Court
of Justice : perjanjian eropa tunggal dan perundang-undangan masyarakat
eropa lainya, gerkan-gerakian untuk melaksankan konvensi hukum laut
1982 kasus Rainbow Warrior akibat-akibat Chernobyl ; perjanjian hing kong
dan konvensi 1988 yang menjadi dasar terbentuknya rejim eksploitasi
mineral di kawasan antratika .