Penyebaran Pesantren Abad ke 19 sampai (1)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksistensi pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Isla tradisional di Tatar
Jawa Barat pada periode 1800-1945 tidak bisa dipandang sebelah mata. Kehadiran
pesantren menempati posisi yang sangat strategis dalam kehidupan masyarakat.
Itulah sebabnya, posisi dan keberadaan pesantren mendapatkan tempat yang utama
karena dianggap mampu memberi pengaruh bagi kehidupan sebagian besar lapisan
masyarakat.
Pondok pesantren merupakan lembaga yang sangat penting dalam penyebaran
dakwah Islam. Dikatakan demikian karena kegiatan pembinaan calon-calon guru
agama, kyai-kyai, atau ulama hanya dapat terjadi di pesantren. Dalam makalah ini,
Kami akan memaparkan pesantren-pesantren yang ada pada abad ke-19 dan awal
abad ke-20.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penyebaran Pesantren di Jawa Barat Abad ke-19?
2. Bagaimana Penyebaran Pesantren di Jawa Barat Awal Abad ke-20?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penyebaran Pesantren di Jawa Barat Abad ke-19.
2. Untuk mengetahui Penyebaran Pesantren di Jawa Barat Awal Abad ke-20.


BAB II
PEMBAHASAN

1

Kamis, 19-Februari-2015

A. Penyebaran Pesantren di Jawa Barat Abad ke-19 (1800-1900)
Jumlah pesantren di wilayah Jawa Barat, pada waktu dulu, dengan sekarang pasti
berbeda. Dalam konteks sekarang, jumlah pesantren di wilayah Jawa Barat
dipastikan lebih banyak. Hal ini tentu saja berbeda dengan jumlah pesantren pada
abad ke-19 M. Pada abad ke-19 M, jumlah pesantren mungkin masih sangat terbatas.
Bahkan, mungkin hanya dapat dihitung beberapa puluh atau mungkin untuk jumlah
ratusan pun tidak mencapainya.1
Berangkat dari kenyataan ini, walaupun belum ditemukan adanya data statistik
yang menjelaskan berapa banyak jumlah pesantren di Jawa Barat pada masa
Pemerintah Belanda, terutama pada abad ke-19 sampai tahun 1945, namun dapat
dipastikaan bahwa keberadaan pesantren di wilayah Jawa Barat, berdasarkan peta
penyebarannya, masih sangat sedikit. ssss, perlu diketahui bahwa di beberapa daerah
di wilayah Jawa Barat, pada masa Pemerintah Hindia-Belanda, ternyata, terdapat

beberapa pesantren yang telah berdiri. Sampai saat ini, pesantren itu ikut dan terlibat
aktif dalam mengembangkan syiar Islam. Ia juga aktif berperan dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Karena itu dapat dikatakan bahwa usia
pesantren yang terbilang sudah tua, dan memiliki pengaruh yang sangat besar di
antara pesantren lainnya yang ada dan tersebar di wilayah Jawa Barat.2
Berikut adalah di antara beberapa pesantren yang sudah berusia tua dan memberi
pengaruh yang sangat besar bagi penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat.
1. Pesantren al-Falah-Biru Garut
Pesantren al-Falah Biru merupakan pesantren kelanjutan dari Pesantren Biru
yang didirikan oleh Kyai Akmaludin – seorang penghulu Timbanganten/ Garut,
pada 1749 M. Setelah Kyai Akmaludin meninggal, Pesantren Biru dipimpin dan
dikelola oleh Kyai Fakarudin, Kyai Abdul Rosyid, Kyai Irfan, Kyai Abdul Qoim,
Kyai Muhammad Adra’ie (Ama Biru).3
Setelah masa Raden Bagus Kyai Muhammad Adra’ie berakhir, lokasi
Pesantren Biru dipindahkan ke Kampung Torikolot, dan diberi nama tambahan
“al-Falah” yang dipimpin oleh putranya, Raden Kyai Muhammad Asnawi
Kafrawi Faqieh (Bani-Faqieh). Kepemimpinan pesantren kemudian dilanjutkan
oleh Syekh Badruzzaman, Kyai Bahrudin, Kyai Enjang Saepudin, dan Kyai
Hanif Mamun Budi Kafrawi.4
1 Ading Kusdiana, Sejarah Pesantren: Jejak, Penyebaran, dan Jaringannya di Wilayah

Priangan 1800-1945, (Bandung: Humaniora, 2014), hlm. 122-123.
2 Ibid., hlm. 123.
3 Ibid., hlm. 123.
4 Ikyan, wawancara 12 Desember 2011 dalam Ibid., hlm. 123-124.

2

Kamis, 19-Februari-2015

Pada periode kepemimpinan Syekh Badruzaman5, Pesantren al-Falah-Biru
menjadi basis perjuangan dalam rangka menentang pendudukan Jepang dan
Agresi Militer Belanda I. Pada masa pendudukan Jepang dan Agresi Militer
Belanda II, Syekh Badruzaman pernah membentuk pasukan Hizbullah dan
Hizbullah fi Sabilillah. Ia juga memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda
dengan melakukan kaderisasi para mujahid melalui khalwat. Karena Pesantren
al-Falah-Biru tidak aman dan sering menjadi sasaran serangan musuh, ia pernah
mengungsi di Cikalong Wetan (Purawakarta), Padalarang, Majenang (Jawa
Tengah)

dan Taraju


(Tasik).

Meskipun

dalam

pengungsian,

ia

terus

mengembangkan ilmu agama di tempat-tempat itu.6
Selain Pesantren al-Falah-Biru, pesantren yang berdiri sejak masa Pemerintah
Hindia-Belanda, dan berperan aktif dalam pengembangan syiar Islam adalah
Pesantren Sumur Kondang. Tidak hanya melakukan fisik untuk melawan
penjajah, sejak berdirinya, pesantren ini juga menyelenggarakan kegiatan
pendidikan di daerah Garut. Pesantren Sumur Kondang diperkirakan telah ada
sejak decade pertama abad ke-19. Pendirinya adalah Kyai Nuryayi, dan

dilanjutkan oleh Kyai Nursalim dan Kyai Nurhikam. Pesantren Sumur Kondang
merupakan pesantren yang dapat dipandang sebagai cikal bakal Pesantren
Keresek. Dikatakan demikian karena pendiri Pesantren Keresek, yaitu Kyai Tobri
merupakan anak dari Kyai Nurhikam.7
Pesantren Keresek8 ini merupakan pesantren ketiga yang masih dapat
ditelusuri keberadannya di Kabupaten Garut. Pesantren ini berlokasi di Desa
Cibundar, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Pesantren Keresek diperkirakan
telah ada sejak 1887 M. Pada masa Kyai Tobri, tepatnya 1887, bersamaan dengan
5 Pada 1933-1928, M. Raden KH> Asnawi Muhammad Faqieh dan putranya Syekhuna
Badruzzaman mengungsi dari kampung Al-Falah, untuk menyebarkan agama Islam di daerah Kab.
Tasik yaitu Taraju/ Indularang yang masih menganut agama Hidnu yang kebetulan di daerah Garut
sedang terjadi fitnah “Perintah Suntik” dari penjajah Belanda. Sepulang dari pengungsian pengajian
dibuka lagi, pada waktu itu Pesantren Al-Falah Bitu mempunyai puluhan ribu murid bahkan pada
masa penjajahan Jepang berjumlah ratusan ribu murid sehingga Jepang menyebutnya “Maha Raja”
kepada KH. Faqieh yang dibantu oleh puteranya Syekhuna Badruzzaman, karena Jepang melihat
kehebatan pengaruhnya melebihi yang lainnya. (Arifin, “Selayang Pandang Pesantren Al-Falah
Biru”, http://biru-garut.blogspot.com, tanggal 30 Juni 2010 dalam Ibid., hlm. 124).
6 Hanif, wawancara 28 Juli 2011 dalam Ibid., hlm. 124.
7 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 125.
8 Nama Keresek diambil dari kata Keresek. Kata ini memiliki keterkaitan dengan cerita adanya

dua sejoli pasangan anak muda yang sedang berpacaran, yaitu seorang Menak Sumedang yang
berpacaran dengan Menak Limbangan. Di antara keduanya saling mengejar di sebuh padang ilalang
sehingga terdengar suara keresek, keresek, keresek … Dari suara itulah pesantren ini dinamakan
Keresek (Lilis, wawancara 13 Januari 2010 dalam Ibid., hlm. 125).

3

Kamis, 19-Februari-2015

dibelinya sebidang tanah seluas 2 ha, ia berpindah dan membangun sebuah
bangunan sederhana berukuran 7x7 m sebagai tempat belajar, di tambah masjid
dan rumah tempat tinggal Kyai sebagai pengajar dan sesepuh. Hingga kini,
keberadaan Pesantren Keresek telah dipimpin oleh liama generasi. Generasi
pertama adalah Kyai Tobri. Selain sebagai perintis, ia juga merupakan figure
Kyai yang menjadi peletak dasar keberadaan Pesantren Keresek.
Sealin Pesantren al-Falah-Biru, Sumur Kondang, dan Pesantren Keresek,
pesantren yang sudah eksis di Garut sejak abad ke-19 adalah Pesantren alHidayah. Pesantren ini berlokasi di Panembong, Bayongbong, Garut. Pesantren
al-Hidayah didirikan pada 1835 oleh Raden Kyai Mohammad Hasan. Kyai
Mohammad Hasan mendirikan Pesantren al-Hidayah setelah ia melihat
perkembangan Islam yang sangat menggembirakan di daerah tersebut.9

Kyai Mohammad Hasan adalah anak Kyai Kasim; salah seorang penyebar
Islam di daerah Panembong yang wafat pada 1710 M. Menurut informasi, setelah
Sultan Agung, Raja Kerajaan Mataram mengadakan penyerbuan pada bad ke-17,
terdapat salah seorang di antara prajuritnya yang tidak ikut kembali. Prajurit itu
bernama Mohammad Kasim. Ia berhenti di sebuah hutan yang masih termasuk
wilayah Garut dalam perjalanan kembali ke Mataram. Di tengah hutan tersebut,
Mohammad Kasim membuat rumah sederhana dan tempat beribadah (Mas’udi,
1986: 28-29 dalam Kusdiana, 2014: 126). Ternyata, tempat yang dihuni oleh
Muhammad Kasim, seiring dengan berjalannya waktu, semakin ramai hingga
akhirnya ia berkembang menjadi sebuah perkampungan yang ramai. Karena
ramainya itu, kampung itu diberi nama Panembong, kira-kira 9 km sebelah barat
Kota Garut. Di tempat ini, Kyai Mohammad Kasim menyampaikan dakwah
Islam dan memberikan bimbingan tentang cara bertani kepada penduduk
setempat.
Kepemimpinan Raden Kyai Muhammad Hasan dalam mengelola dan
memimpin Pesantren al-Hidayah tidak berlangsung lama karena ia meniggal pada
1835. Sepeninggal Kyai Muhammad Hasan, kepemimpinan pesantren dilanjutkan
oleh puteranya, Raden Mohammad Kosasih. Estafeta kepemimpinan di Pesantren
al-Hidayah terus berlanjut sampai kemudian pada decade ke delapan dari abad
ke-20 dipimpin oleh Kyai Abdul Salam. Pada masa kepemimpinan Kyai Abdul

Salam, Pesantren al-Hidayah memiliki areal tanah seluas 0,14 ha. Bangunannya
9 Masdar Mas’udi, Direktori Pesantren, (Jakarta: Perhimpinan Pengembangan Pesantren dan
Masyarakat, 1986), hlm. 29 dalam Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 126.

4

Kamis, 19-Februari-2015

meliputi 4 lokal sarana pendidikan, dan 37 kamar untuk 182 santri mukim. Sejak
1946, pesantren ini telah menerapkan sistem klasikal.10
2. Pesantren Ciwedus, Pesantren Lengkong-Kuningan dan Pesantren Santi
Asromo-Majalengka
Di Cilimus, Kuningan terdapat Pesantren Ciwedus yang didirikan oleh K. H.
Kalamudin, ulama asal Banten, pada awal abad ke-18. Sepeninggal K. H.
Kalamudin Pesantren Ciwedus dilanjutkan oleh menantunya yang bernama K. H.
Syueb. Setelah K. H. Syueb meninggal, digantikan oleh oleh K. H. Adroi.
Selanjutnya, setelah K. H. Adro’i wafat, Pesantren Ciwedus dipimpin oleh K. H.
Shobari. Menurut Obing Asy’ari pada masa kepemimpinan K. H. Shobari
Pesantren Ciwedus banyak didatangi oleh para santri dari dalam dan luar
Ciwedus


yang

bermaksud

belajar

di

pesantren

tersebut.

Pada

masa

kepemimpinan K. H. Shobari pula pesantren ini banyak mengalami kemajuan,
bahkan dapat dikatakan pada masa K. H. Shobari inilah pesantren Ciwedus
pernah mengalami masa-masa keemasannnya hingga tahun 1916 ketika K. H.

Shobari meninggal dunia.11
Sejak berdiri, Pesantren Ciwedus telah melahirkan ulama-ulama atau para
kiyai yang kemudian banyak mendirikan pesantren baru di beberapa daerah di
Pulau Jawa, seperti di antaranya K. H. Habib Abdurohman di Semarang, Habib
Jagasatru di Cirebon, K. H. Sanusi di Babakan Ciwaringin Cirebon, K. H. Syatibi
dan K. H. Hidayat di Cikijing-Majalengka, K. H. Zaenal Mustofa di daerah
Kandang Sapi-Cianjur, K. H. Abdul Halim (pendiri PUI) di Majalengka, K. H.
Mutawali dan K. H. Mahfudz di Cilimus Kuningan, K. H. Sudjai di GudangTasikmalaya, K. H. Hambali di Ciamis, K. H. Syamsuri Baedowi di TebuirengJawa Timur, K. H. Ilyas di daerah Cibeunteur (Banjar) dan lain-lain.12
Pesantren tua yang juga terkenal di Kuningan adalah Pesantren Lengkong.
Pesantren ini didirikan oleh Syekh Haji Muhammad Dako, utusan dari Cirebon,
pada sekitar akhir abad ke-18. Pesantren Lengkong terdapat di daerah Lengkong,
Kecamatan Garawangi Kab. Kuningan. Setelah Syekh Haji Muhammad Dako
meninggal pesantren diteruskan oleh Kiyai Abdul Karim, Kiyai Fakih Tolab,
Kiyai Lukmanul Hakim atau yang dikenal sebagai Kiyai Hasan Maolani. Bila
10 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 127.
11 Nina Herlina, Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat, (Bandung: Pustaka UNPAD,
2011), hlm. 37-38.
12 K.H. Obing Asyari, wawancara tanggal 30 Januari 2010 dalam Ibid., hlm. 39.

5


Kamis, 19-Februari-2015

ditelusuri, dari keturunan dan murid-murid K.Hasan Maolani inilah banyak
menurunkan para penghulu di Kuningan.13
Sementara itu, salah satu pesantren tua di Majalengka yang sekarang masih
terus berkembang adalah Pesantren Santi Asromo yang didirikan oleh K. H.
Abdul Halim pada bulan April tahun 1932. Kendati demikian jauh sebelum
mendirikan Pesantren Santi Asromo, K. H. Abdul Halim sudah mendirikan
lembaga pendidikan yang dapat dipandang sebagai cikal bakal kelahiran dari
Pesantren Santi Asromo. Lembaga pendidikan tersebut bernama Majlisul Ilmi
yang didirikan pada tahun 191158 sebagai lembaga yang menjadi tempat
kegiatan pendidikan agama, yaitu berupa mushala/surau yang terbuat dari bambu.
Selanjutnya pada tahun 1912 ia juga mendirikan organisasi yang bernama
Hayatul Qulub yang dengan melalui organisasi ini, selain ia banyak
mengembangkan gagasan pembaruan pendidikan, ia juga banyak melibatkan
bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan. Ia juga pada tahun 1916
mendirikan organisasi yang bernama Jamiyah Ianah Muta’allimin sebagai usaha
untuk terus mengembangkan pendidikan (Wanta, 1997).
Seperti diketahui pendirian Pesantren Santi Asromo

itu

sendiri

dilatarbelakangi dari gagasan briliannnya yang disampaikan melalui risalahnya
yang berjudul Afatul Ijtimaiyah wa Ilajuha dalam Kongres Persyarikatan Oelama
IX pada tahun 1931. Dalam risalahnya itu ia mencetuskan gagasannya bahwa
anak didik di masa depan harus dapat hidup mandiri dan tidak bergantung kepada
orang lain. Atas dasar pertimbangan itu, setiap anak didik harus diberi bekal
keterampilan yang cukup, sesuai dengan kecenderungan dan bakat masingmasing.
Untuk meralisasikan gagasan tersebut pada kongres tersebut telah disepakati
sekaligus memberikan dukungan dan kepercayaan sepenuhnya kepada K. H.
Abdul Halim untuk mengelola sebuah program pendidikan yang tempatnya
dibangun secara terpisah dan khusus. Program pendidikan itu kemudian terkenal
dengan nama Santi Asromo. Gagasan K. H. Abdul Halim ini kemudian
disampaikan kembali dalam Kongres Persyarikatan Oelama X tanggal 14-17 Juli
1932 di Majalengka dengan menjadi sebuah keputusan kongres.62 Akhirnya
Pengurus Besar Persyarikatan Oelama (PB PO) Majelis Perguruan memutuskan
13 Ajip Rosidi, Ensiklopdei Sunda: Alam, manusia, dan Budaya Termasuk Budaya Cirebon
dan Betawi, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), hlm. 514-515 dalam Ibid., hlm. 39.

6

Kamis, 19-Februari-2015

bahwa, sistem pondok pesantren, selain mengajarkan pelajaran agama dan
pengetahuan umum seperti sejarah dunia, bahasa Belanda, diberi juga pelajaran
praktik bercocok tanam, tukang kayu, kerajinan tangan dan lainnya untuk
memenuhi pendidikan akliyah, pendidikan ruhaniyah dan pendidikan amaliyah.
Kemudian, program pendidikan Santi Asromo bertujuan agar kelak anak-anak
dapat mencari rizki yang halal tidak memiliki ketergantungan terhadap bantuan
dari luar, bahkan secara berangsurangsur dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan
percaya pada diri sendiri. Selanjutnya, para siswa wajib tinggal di asrama atau
pondok selama 5 atau 10 tahun, dan diharuskan membawa bekal tiap-tiap bulan
yang diserahkan kepada pengurus, tidak dipungut uang sekolah, dan anak-anak
harus belajar sendiri.14
Program pendidikan Santi Asromo terus berkembang. Pendirian Santi
Asromo banyak mendapat dukungan yang sangat besar dari masyarakat dan para
tokoh Persyarikatan Oelama (PO). Mereka banyak memberi dukungan moril
maupun materiil. Mata pelajaran agama yang diajarkan di Pesantren Santi
Asromo terdiri atas al-Quran, Qiraah, Khat, Imla, Ilmu Tauhid, Fiqih, Lugah,
Ilmu Tajwid, Muhaddasah, Insya, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Tarikh dan Akhlak.
Sedangkan mata pelajaran umum yang diajarkan di Pesantren Santi Asromo
meliputi menggambar, berhitung, membaca dan menulis hurup Jawa dan Latin,
ilmu bumi, bahasa Indonesia, serta ilmu tumbuh-tumbuhan. Adapun mata
pelajaran keterampilan yang disajikan mencakup bercocok tanam, beternak,
perikanan, dan pekerjaan tangan seperti kerajinan kayu, bambu dan besi. Selain
itu diajarkan pula keterampilan menenun dan menjahit pakaian serta belajar
membuat minyak wangi dan sabun.64
Dengan berbagai kegiatan seperti itu, santri Pesantren Santi Asromo dikenal
dengan sebutan Santri Lucu, yang maksudnya bahwa para santri tidak saja pandai
mengaji, menulis dan memiliki ilmu pengetahuan, akan tetapi mereka juga
memeiliki keahlian (skill) dalam berbagai lapangan kerja. Dengan demikian
kelak di dalam menjalani kehidupan di msyarakat para santri diharapkan dapat
hidup mandiri bahkan membantu orang lain. Di samping mengembangkan bidang
pendidikan agama, umum dan keterampilan, K. H. Abdul Halim juga
memperluas usaha bidang dakwah. Dalam bidang dakwah, ia selalu menjalin
hubungan dengan beberapa organisasi Islam lainnnya di Indonesia, seperti
14 Nina Herlina Lubis, loc. cit., hlm. 41.

7

Kamis, 19-Februari-2015

dengan Muhammadiyah di Yogyakarta, Sarekat Islam (SI) di Surabaya, dan AlIttihadiyatul Islamiyah di Sukabumi. Inti dakwahnya adalah mengukuhkan
ukhwah Islamiyah dengan penuh cinta kasih, sebagai usaha menampakkan syiar
Islam. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dakwah yang
dilakukan K. H. Abdul Halim adalah mempersatukan umat Islam guna mengusir
kaum penjajah.15
3. Pesantren Gentur Cianjur
Keberadaan Pesantren Genturyang

berlokasi

di

Desa

Jambudipa

Warungkondang Cianjur, diduga, merupakan pesantren tertua di Kabupaten
Cianjur. Kehadiran Pesantren Gentur di wilayah Cianjur ini sezaman dengan
Pesantren Keresek di Garut. Pesantren ini ternyata masih memiliki hubungan
geneologis (kekeluargaan) dengan Pesantren Keresek di Garut karena pendiri
Pesantren Keresek dan Pesantren Gentur adalah dua bersaudara; kakak-adik.
Sampai sekarang, menurut M. A. H. Ismatulah, Pesantren Gentur diperkirakan
telah berumur kurang lebih 200 tahun.16
Pesantren Gentur didirikan oleh Kyai Muhammad Said. Ia merupakan
generasi pertama sekaligus peletak dasar kehadiran Pesantren Gentur. Setelah
Kyai Muhammad Said meninggal ketika melaksanakan ibadah haji ke Mekkah,
kepemimpinan Pesantren Gentur dilanjutkan oleh anaknya, Kyai Syatibi. Setelah
Kyai Syatibi meninggal, Pesantren Gentur dipimpin oleh Kyai Abdullah Haq
Nuh. Pasca-kepemimpinan Kyai Abdullah Haq Nuh, pesantren ini diteruskan
oleh Kyai Amadar. Sekarang, Pesantren Gentur masih eksis dan dipimpin oleh
Kyai Cucu Saliskalimatullah.
Pesantren lain yang sudah berdiri sejak masa pemerintah Hindia-Belanda dan
sampai sekarang masih eksis dalam pengembangan Islam, serta berperan-aktif
dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan di Cianjur adalah Pesantren
Kandang Sapi. Pesantren ini didirikan oleh Kyai Opo Mustofa pada 1897 M.
Kyai Opo Mustofa, sebagai pendiri, sebenarnya, bukanlah putra kelahiran
Cianjur. Jika ditelusuri asal-usul geneologinya, ternyata, ia berasal dari Garut,
tepatnya daerah Cibatu yang pada 1897, beliau hijrah dari Garut ke Cianjur.Kyai
Opo Mustofa lahir pada 1848 M/ 1256 H dan wafat pada 1977 M/ 1398 H. Ia
merupakan anak dari Kyai Arkan bin Syekh Jamhari Cikondang bin Syekh Abdul
15 Cholid H. Fadlullah, Tri Sila Hasta Wahana dalam Intisab Persatuan
Ummat Islam, (Jakarta: Panitia Muktamar IX PUI, 1994) dalam Nina Herlina Lubis, loc. cit.,
hlm. 42.
16 Ismatullah, wawancara tanggal 12 Februari 2010 dalam Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 127.

8

Kamis, 19-Februari-2015

Jabar bin Syekh Jafar Sidik Gunung Haruman, Garut. Sejak berdirinya pada 1897
sampai meninggalnya pimpinan pondok pesantren pada 1977. Di antara para
santri yang belajar di pesantren ini, umumnya, kebanyakan datang dari Cianjur,
Bogor, Sukabumi dan Tasikmalaya. Tapi, ada juga yang berasal dari luar jawa,
misalnya, Jambi.17
Salah satu karaktersitik yang sangat menarik dari Pesantren Kandang Sapi
dibandingkan dengan keberadaan pesantren-pesantren lainnya yang terdapat di
daerah Cianjur adalah komitmen terhadap tradisi kesederhanaan. Jelasnya, sejak
Kyai Opo Mustofa hingga kini, pesantren ini tidak menggunakan alat-alat
elektronik modern, seperti pengeras suara atau sound system. Generasi penerus
pascsameninggalnya Kyai Opo Mustofa pun tetap komitmen pada sikap yang
unik ini. Para penerusnya bukan tidak mau melihat dan menolak kemajuan
zaman, tetapi semua ini dilakukan dalam rangka memelihara tradisi yang sudah
dilakukan oleh Kyai Opo Mustofa di masa-masa sebelumnya.
Selain Pesantren Gentur dan Kandang Sapi yang sudah ada sejak masa
Pemerintahan Hindia-Belanda dan hingga kini masih eksis dalam kegiatan
pengembangan syiar Islam dan pendidikan di daerah Cianjut, ada pula nama
Pesantren Jambudipa. Menurut Choerul Anam, Pesantren Jambudipa didirikan
pada 1894 M oleh Kyai Mohammad Holil (Being Sambong). Pada awal
berdirinya, pesantren ini hanya berupa masjid dan kobong. Di tempat yang sangat
sederhana tersebut, Kyai Mohammad Holil, sesuai dengan keahliannya, pada
mulanya, pesantren hanya mengajarkan Ilmu Al-Qur’an dan Fiqih kepada santrisantrinya.
Pada 1917, Kyai Mohammad Holil meninggal. Selanjutnya, Pesantren
Jambudipa dipimpin Kyai Fahrudin. Pada masa Kyai Fahrudin, Pesantren
Jambudipa tidak hanya mengajarkan Al-Qur’an, tapi juga mulai melakukan
kegiatan berbagai pengajian kitab kuning. Pada 1935, untuk memenuhi keinginan
masyarakat, didirikanlah bangunan majlis talim sebagai wadah bagi pengajian
masyarakat umum. Pengajian melalui majlis talim ini dilakukan setiap hari Senin
pagi untuk laki-laki dan Selasa pagi untuk wanita. Biasanya, tidak kurang 1.500
pria dan 1.700 wanita menghadiri pengajian tersebut. Mereka datang dari
Cianjur, Sukabumi dan Bogor.
17 Nina Herlina, Perkembangan Islam di Jawa Barat, (Bandung: Yayasan Masyarakat
Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat), hlm. 42 dalam Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 128.

9

Kamis, 19-Februari-2015

Di Pesantren Jambudipa, para santri selain berasal dari daerah sekitar Cianjur,
Banten dan Sukabumi, ada juga santri yang berasal dari luar pulau Jawa, tepatnya
dari Sumatera. Beberapa nama santri yang kemudian menjadi tokoh dan ulama
penting yang merupakan jebolan Pesantren Jambudipa adalah Abah Anom (Kyai
A. Shohibul Wafa Tajul Arifin), pimpinan Pondrok Pesantren Suryalaya; Kyai
Jumhur, pengasuh Pesantren Ciwaringin Bogor dan Kyai Acep, pimpinan pondok
Pesantren di daerah Cilember.
4. Pesantren Minhajul Karomah Cibeunteur-Banjar
Pesantren di wilayah Priangan yang sudah ada sejak masa Pemerintahan
Hindia-Belanda, ternyata, tidak hanya di temukan di daerah Garut dan Cianjur.
Di Banjar pun jejak keberadaan pesantren yang berusia tua juga masih dapat
dilacak. Bahkan, hingga kini, beberapa pesantren masih eksis dalam melakukan
kegiatan pengembangan syiar Islam dan pendidikan. Salah satu nama pesantren
tersebut adalah Pesantren Minhajul Karomah Cibeunteur yang terletak di Kota
Banjar.
Pesantren CIbeunteur berdiri sejak awal abad ke-19. Pesantren ini
diperkirakan berdiri paada 1809 M atas inisiatif Kyai Mohammad Ilyas.
Sepeninggal Kyai Mohammad Ilyas, Pesantren Cibeunteur diteruskan oleh Kyai
Mohammad Holil. Kyai Mohammad Holil merupakan anak kedua dari Kyai
Mohammad

Ilyas.

Sebelum

memimpin

Pesantren

Minhajul

Karomah,

Mohammad Holil pernah belajar kepada kyai dari beberapa pesantren lain, antara
lain, K.H. Mohammad Sobari di Pesantren Ciwedus Kuningan.
Setelah Kyai Mohammad Holil wafat, estafeta kepemimpinan Pesantren
Cibeunteur dilanjutkan oleh kedua orang kakak dari Kyai Dudung Abdul Wadud,
yaitu Kyai Bahrudin memimpin dan mengelola Pesantren Minhajul Karomah
sampai wafat, Pesantren Minhajul Karomah diteruskan oleh adiknya, yaitu Kyai
Sudjai. Pascakepemimpinan Kyai Sudjai, pesantren ini diteruskan oleh Kyai
Dudung Abdul Wadud. Sebelum Kyai Dudung Abdul Wadud belajar kepada
orang tuanya, ia pernah menimba ilmu di Pesantren Cikalama (Cicalengka) dan
Pesantren Keresek. Jadi, hingga kini, Pesantren Cibeunteur yang hingga kini
masih eksis ini sudah dipimpin oleh lima orang kyai.18
5. Pesantren Mahmud, Sukafakir dan Sukamiskin
Pesantren Mahmud adalah pesantren yang telah berdiri sejak abad ke-19 di
Bandung. Menurut salah seorang ajengan di Pesantren Cigondewah, pendiri
18 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 129-130.

10

Kamis, 19-Februari-2015

pesantren ini adalah Buya Odang yang dilanjutkan oleh puteranya Buya Uya.
Diduga, Pesantren Mahmud adalah pesantren tertua di Bandung, yang berdiri
pada paruh kedua abad ke-19, bersamaan dengan tumbuhnya semangat menimba
ilmu agama ke daerah-daerah di timur Jawa di kalangan warga Sunda, baik dari
kalangan menak, menak kaum maupun Santana. Pesantren ini pun banyak
menghasilkan ajengan yang dikenal luas di daerah Bandung. Ulama-ulama dari
pesantren ini banyak yang menjadi penasihat bupati Bandung.
Masih sezaman dengan Pesantren Mahmud, di Bandung Barat bagian Selatan,
selain Pesantren Mahmud terdapat juga Pesantren Sukafakir. Keberadaan
Pesantren Sukafakir diprediksi lebih muda daripada Pesantren Mahmud. Namun,
waktu pendirian Pesantren Sukafakir tidak diketahui. Diduga, pada 1870-an,
sudah banyak santri yang mulai belajar di Pesantren Sukafakir ini.
Pondok Pesantren Sukamiskin merupakan salah satu pesantren tua yang
berlokasi di arah timur dari pusat kota Bandung. Pada decade kedelapan dari
abad ke-19, lokasi pesantren ini berada di Distrik Ujung-Berung, tidak jauh dari
jalan raya pos. Nama “Sukamiskin” sendiri diambil dari kata “suq” yang berarti
pasar, dan “Misq” yang berarti minyak wangi. Nama ini diberikan oleh ajengan
Alqo. Nama ini mengasosiasikan pengertian yang sangat indah tentang sebuah
tempat yang menebarkan keharuman bagi lingkungan sekitarnya. Semula, nama
pesantren ini adalah “Suqmisk”. Namun, karena pelafalan orang Sunda, nama
yang lebih dikenal adalah “Sukamiskin”. Nama lainnya yang dikenal adalah
Pesantren Gedong. Disebut “Gedong” karena bangunannya bersifat permanen
dan gagah.
Pesantren Sukamiskin didirikan oleh Kyai Muhammad Alqo pada 1881.
Hingga

kini,

nama

Pesantren

Sukamiskin

masih

bergaung

meskipun

ketenarannya terlibas oleh dahsyatnya arus perputaran roda zaman. Sejak
berdirinya, Pesantren Sukamiskin dikelola dan dipimpin oleh beberapa generasi.19
B. Penyebaran Pesantren di Jawa Barat Awal Abad ke-20 (1900-1945)
Keberadaan dan penyebaran pesantren di wilayah Priangan terus bermunculan
dan mengalami peningkatan jumlah. Pada awal abad ke-20, selain terdapat
pesantren-pesantren yang telah bertebaran sebelumnya sejak abad ke-19, di wilayah
Priangan juga banyak bermunculan dan berdiri pesantren-pesantren baru yang tentu
19 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 130-132.

11

Kamis, 19-Februari-2015

saja akan menambah khazanah perbendaharaan pesantren.20 Berikut adalah namanama pesantren yang berdiri sejak awal ke-20 sampai 1945 dan penjelasan tentang
visi-misi pesantren yang dimaksud.
1. Pesantren Pangkalan, Pesantren Cipari, dan Pesantren Darussalam
Pesantren Pangkalan, Pesantren Cipari dan Pesantren Darussalam-Wanaraja,
pada awal abad ke-20, merupakan pesantren yang pengaruhnya sangat besar di
Kabupaten Garut setelah Pesantren al-Falah-Biru dan Pesantren Keresek.
Pesantren Pangkalan didirikan oleh Kyai Qurtubi di daerah Tarogong-Garut.
Pesantren ini diperkirakan berdiri pada periode awal abad ke-20. Pesantren
Pangkalan Garut disebut-sebut pernah menjadi tempat menuntut ilmunya Kyai
Badruzaman. Masa kepemimpinan Kyai Qurtubi, bagi Pesantren Pangkalan,
merupakan masa keemasan. Sebabnya, selain karena charisma yang melekat kuat
dalam dirinya juga karena kemampuannya yang mumpuni dalam mentransfer
ilmu-ilmu agama. Saying sekali, pasca-meninggalnya Kyai Qurtubi, secara
perlahan-lahan, Pesantren Pangkalan mulai mengalami kemunduran dan
kevakuman.21
Hampir sama dengan sejarah Pesantren Pangkalan, Pesantren Ciparipun tidak
memiliki data yang jelas tentang sejarah kehadirannya. Namun, menurut
perkiraan, pesantren ini berdiri antara akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
yang didirikan oleh Kyai Zaenal Abidin. Pada awal pendiriannya, Pesantren
Cipari lebih menitikberatkan pada pendidikan nonformal melalui kegiatan
pengajian berupa majelis taklim unutk masyarakat, pengajian kitab kuning dan
Al-Qur’an untuk para santri.
Pada dekade ketiga abad ke20, kepemimpinan dan pengelolaan pesantren
dilanjutkan oleh Kyai Harmaen. Pada masanya, peran serta Pesantren Cipari di
kancah perjuangan bangsa menjadi salah satu bidang garapannya, terlebih ketika
di daerah Garut. Sejak berdirinya sampai sekarang, pesantren ini masih eksis dan
berkiprah bagi seluruh warga masyarakat. Kepemimpinan dan pengelolaan

20 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 134.
21 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 135

12

Kamis, 19-Februari-2015

pesantren dipegang dan dikelola oleh abak-anak Kyai Harmaen yang meneruskan
kepemimpinan dari orangtuanya.22
Pesantren lain yang memiliki hubungan genealogis dan berdiri pada awal
abad 20 adalah Pesantren Darussalam. Sebenarnya, Pesantren Darussalam dan
Pesantren Cipari memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Pendiri Pesantren
Darussalam adalah Kyai Yusuf Tauziri yang notabene adalah seorang pengasuh
Pesantren Cipari. Diduga, Pesantren Darussalam berdiri pada 1939. Kyai Yusuf
Tauziri merupakan sosok yang tegas dalam mempertahankan hal-hal yang
prinsipil. Beliau adalah ulama yang memiliki keteguhanan dan kekuatan spiritual
yang luar biasa tangguh. Kyai Yusuf Tauziri meninggal di Garut pada 1982, dan
beliau dimakamkan di lingkungan Pesantren Darussalam Wanaraja.23
2. Pesantren Kudang, Suryalaya, Cilenga, Cintawana, Miftahul Ulum,
Mathlaul Khair, As-Salam, Bahrul Ulum, Sukahideung, Sukamanah, dan
Cipasung Tasikmalaya
Satu, Pesantren Kudang Tasikmalaya. Pendiri Pesantren Kudang adalah Kyai
Muhammad Syujai. Tidak ada informasi yang pasti tentang kapan pesantren ini
mulai berdiri. Namun, menurut keterangan, diperkirakan, Pesantren Kudang
berdiri antara akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dua, Pesantren Suryalaya
yang berdiri pada 5 September 1905 M/7 Rajab 1323 H oleh Kyai Abdullah
Mubarak atau Abah Sepuh. Pada 1956, Kyai Abdullah Mubarok atau Ajengan
Godebag meninggal. Kepemimpinan Pesantren Suryalaya selanjutnya diteruskan
oleh anaknya, yaitu Kyai A. Sohibul Wafa Tajul Arifin.24
Tiga, Pesantren Cilenga. Letaknya di Leuwisari Tasikmalaya. Pesantren ini
didirikan oleh Kyai Sobandi atau Kyai Syabandi. 25 Empat, Pesantren Cintawana.
Pesantren Cintawana berdiri sejak 1917 M. Pesantren ini didirikan oleh Kyai
Mohammad Toha yang lahir pada 1882 M di Kampung Cireule, Desa Banjarsari,
Kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya. Kyai Mohammad Toha mendirikan dan
memimpin pesantren ini selama 28 tahun, dan pada 1945, ia meninggal.
22 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 136.
23 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 138.
24 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 139.
25 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 140.

13

Kamis, 19-Februari-2015

Pesantren ini tidak hanya mengajarkan pengajian Al-Qur’an, tetapi juga
mengajarkan Tafsir Al-Qur’an, Jurmiyah, Alfiyah, bahasa asing selain Arab, dan
kitab-kitab kuning.26
Lima, Pesantren Miftahul Ulum yang eksis di Tasikmalaya sejak abad ke-20.
Pesantren ini didirikan oleh Kyai Zaenal Abidin pada 1917. Pada 1946, Kyai
Zaenal Abidin meninggal. Sepeninggal Kyai Zaenal Abidin, pengurus dan
pengelola pesantren Miftahul Ulum dilanjtukan oleh Kyai A. Najmudin. Enam,
Pesantren Al-Mathlaul Khair didirikan oleh Kyai Dimyati pada 1918. Pesantren
Al-Mathlaul Khair mengajarkan berbagai ilmu agama yang menjadi pelajaran
wajib, seperti Ilmu Fiqih, Tasauf, Tafsir, Nahwu, Sharaf, Badi dan Bayan.
Tujuh, Pesantren As-Salam yang sudah berdiri sejak awal 1920. Pendirinya
adalah Kyai Qolyubi, alumni Pesantren Keresek Garut. Pascameninggalnya Kyai
Qolyubi, kegiatan pesantren pun secara perlahan-lahan mengalami pasang surut.
Delapan, Pesantren Bahrul Ulum. Pesantren Bahrul Ulum ini berdiri atas desakan
masyarakat sekitar yang ingin mendalami pendidikan agama. Pendiri pesantren
ini adalah Kyai Masduki.27
Sembilan, Pesantren Sukamanah. Diprediksi, pesntren ini didirikan pada 1927
oleh Kyai Zaenal Mustafa di kampung Cikembang dengan nama Pesantren
Sukamanah.28 Sepuluh, Pesantren Cipasung. Pesantren Cipasung merupakan
salah satu pesantren yang menjadi basis perjuangan para ulama NU di
Tasikmalaya. Pesantren yang didirikan oleh Kyai Ruhiyat ini telah berdiri sejak
1931. Pesantren ini berlokasi di Kampung Cipasung, sekitar 2 km dari Kota
Singaparna, Tasikmalaya.29
3. Pesantren Al Bidayah Cangkorah, Al Asyikin, Baitul Arqam, IslamiyahCijawura, Cikapayang, Sindangsari Al Jawami, Al Ittifaq, Pesantren
Persis,

Mathlaul

Anwar

Palgenep,

Hegarmanah,

Cigondewah,

Sinarmiskin, Sadangsari dan Cijerah di Bandung

26 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 142.
27 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 143.
28 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 145.
29 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 146.

14

Kamis, 19-Februari-2015

Satu, Pesantren Al-Bidayah terletak di Jalan Raya Batujajar No. 01 Desa
Giriasih RT 03 RW 08 Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
Pesantren Al-Bidayah Cangkorah didirikan oleh Kyai Muhammad Asy’arie pada
1907.30 Dua, Pesantren Al-Asyikin terletak di Kelurahan Pajajaran, Bandung.
Pesantren Al-Asyikin telah ada sejak 1912 dan didirikan oleh Kyai Zarkasyi bin
Ahmad.
Tiga, Pesantren Baitul Arqam didirikan oleh Kyai Muhammad Faqih pada
1922. Pesantren ini terletak di sebelah selatan Kota Bandung, tepatnya di Jalan
Lembur Awi, Desa Pacet, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.31 Empat,
Pesantren Islamiyah Cijawura. Pesantren ini berdiri pada 1927. Lokasinya di
Jalan Terusan Buah Batu, Desa Margasari, kira-kira 8 km dari kota Bandung.
Pesantren ini didirikan oleh Kyai Abdussyukur, dengan tujuan utama mengubah
sikap masyarakat melalui pengajaran agama.
Lima, Pesantren Cikapayang adalah pesantren yang berlokasi di Kampung
Cikapayang, Sukaluyu, Cibeunying, Bandung. Pesantren ini telah ada sejak tahun
1928 dan didirikan oleh Ibrahim Wiratmaja.32 Enam, Pesantren Sindangsari AlJawami. Pesantren ini terdapat di Cileunyi Wetan, Kec. Cileunyi, Kab. Bandung.
Pesantren ini berdiri pada 3 Mei 1931 dan didirikan oleh Kyai Muhammad
Syujai.
Tujuh, Pesantren Al-Ittifaq didirikan oleh Kyai Mansyur pada 1 Februari
1934 M. Pesantren ini berlokasi di Kampung Ciburial, Desa Alam Indah,
Kecamatan Ciwidey. Pesantren ini berdiri atas restu Kanjeng Dalem Wiranata
Kusumah.33 Delapan, Pesantren Persatuan Islam No. 1 dan 2 Pajagalan.
Pesantren ini terletak di pusat perdagangan Kota Bandung. Pesantren ini
merupakan pondok pesantren yang pertama yang didirikan oleh organisasi
Persatuan Islam (Persis). Pesantren ini berdiri pada Maret 1936 M/1 Dzulhijjah
1354 H. Sembilan, Pesantren Mathlaul Anwar-Palgenep didirikan oleh Ajengan
Sahroni antara 1939-1940. Pesantren Hegarmanah Cibabat didirikan oleh
Ajengan Maftuh pada 1939. Pesantren Cigondewah didirikan oleh Ajengan Fakih
30 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 147.
31 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 148.
32 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 149.
33 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 151.

15

Kamis, 19-Februari-2015

pada 1939. Pesantren Sinarmiskin didirikan oleh Kyai Ahmad Dimyati pada
1935. Pesantren Sadangsari didirikan oleh Ajengan Sulaeman

pada 1938,

Pesantren Cijerah didirikan oleh Ajengan Muhammad Syafi’I pada 1940.34
4. Pesantren Darul Ulum, Pesantren Cidewa/Darussalam, Pesantren alQuran Cijantung, Pesantren Miftahul Khoer, Pesantren Al-Fadhiliyah
(Petir) di Ciamis
Satu, Pesantren Darul Ulum, Pesantren Cidewa/Darussalam, Pesantren alFadhiliyah dan Pesantren Miftahul Khoer adalah empat pesantren yang
keberadaannya dapat dikatakan cukup tua, yang ditemukan dan masih eksis di
Kabupaten Ciamis. Dua, Pesantren Darussalam Ciamis, didirikan pada 1929 oleh
Kyai Ahmad Fadlil. Tiga, Pesantren Al-Quran Cijantung Ciamis. Pesantren ini
berlokasi di Desa Sukarapih, Kecamatan Cijantung Kabupaten Ciamis. Pendiri
pesantren ini adalah Kyai Siradj yang dikenal luas sebagai lulusan Makkah alMukarromah.35
Empat, Pesantren Miftahul Khoer pun termasuk pesantren tertua di Ciamis.
Pesantren ini didirikan oleh Kyai Sulaeman Kurdi pada 1940. Lima, Pesantren
Al-Fadhiliyah, yang berlokasi di Desa Pusaka Nagara Kec. Baregbeg, Kabupaten
Ciamis. Pesantren Al-Fadhiliyah didirikan pada 194 oleh Kyai Ahmad
Komarudin.36
5. Pesantren Cantayan, Genteng dan Syamsul Ulum Gunung Puyuh
Sukabumi
Ketiga pesantren ini dapat dikatakan sebagai pesantren tua dan dipandang
memliki pengaruh yang besar di daerah Sukabumi. Walaupun diantara ketiga
pesantren itu hanya pesantren Samsul Ulum yang masih eksis keberadaannya
sampai sekarang dan mengembangkan dakwah Islam, namun kehadiran ketiga
pesantren tersebut tidak dapat dipisahkan.37

34 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 153.
35 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 155.
36 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 157.
37 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 158.

16

Kamis, 19-Februari-2015

6. Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo di Banjar
Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar berlokasi di Desa Kujangsari, Kecamatan
Langensari, Kota Banjar. Pesantren ini didirikan pada 1911 oleh Kyai Marzuki,
seorang kyai yang berasal dari daerah Kebumen, Jawa Tengah.38
7. Pesantren

Pagelaran

Sumedang-Subang

dan

Darul

Hikmah

di

Sumedang
Dua nama pesantren yang menjadi “produk” wilayah Sumedang adalah
Pesantren Pgelaran Sumedang-Subang dan Darul Hikmah. Pesantren Pagelaran
didirikan pada 1920 oleh Kyai Muhyidin.

39

Kehadiran Pesantren Pagelaran

membawa banyak perubahan bagi kehidupan warga masyarakat. Contoh, daerah
Cisalak-Subang, sebelum Pesantren Pagelaran berdiri, terkenal sebagai “daerah
hitam”. Daerah ini merupakan daerah yang menjadi tempat berkembangnya
praktik-praktik kemusyrikan. Daerah ini juga pernah menjadi daerha komunis.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, setelah Pesantren Pagelaran berdiri,
daerah Cisalak saat ini menjadi salah satu daerah agamis di Kabupaten Subang.
Sepeninggal Kyai Muhyidin, kepemimpinan Pesantren Pagelaran dilanjutkan
oleh anaknya, Kyai Oom Abdul Qoyim Muhyidin.
Pesantren lainnya yang muncul pada awal abad ke-20 di Sumedang adalah
Pesantren Darul Hikmah. Lokasinya di Desa Tanjungmekar, Kecamatan
Tanjungkerta, Sumedang. Pondok pesantren ini didirikan pada 1927 oleh Kyai
Nahrowi. Selain menyelenggarakan pendidikan klasikal, pesantren ini juga
mengembangkan kegiatan keterampilan yang meliputi pertukangan, pertanian
dan menjahit.40 Demikianlah pemaparan secara komprehensif tentang jejak-jejak
informasi penyebaran pesantren di wilayah Priangan dari 1800 sampai
pertengahan decade keempat abad ke-20.41
38 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 159.
39 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 160.
40 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 161.
41 Ading Kusdiana, loc. cit., hlm. 162.

17

Kamis, 19-Februari-2015

8. Pesantren Sempur dan Al-Mutohhar – Kabupaten Purwakarta
Pesantren tua di Kabupaten Purwakarta adalah Pesantren Sempur dan Al
Mutohhar. Pesantren Sempur telah ada sejak dekade kedua abad ke-20. Pesantren
ini didirikan pada tahun 1911 oleh K. H. Tubagus Bakri. Bila ditelusuri, K. H.
Tubagus Bakri merupakan anak dari Tubagus Saeda, seseorang yang masih
memiliki hubungan geneologis dengan Maulana Hasanudin dari Banten. Setelah
menyelesaikan pendidikannnya, K. H. Tubagus Bakri memberanikan diri
membuka sebuah pesantren baru. Di antara santri-santrinya yang belajar di
pesantren ini selain mereka yang berasal dari daerah sekitar Purwakarta, banyak
juga yang berasal dari Banten dan Cirebon. Di antara santri-santrinya yang
pernah belajar di Pesantren Sempur, banyak yang menjadi ulama-ulama besar,
seperti K. H. Makmum Nawawi dari Cibarusah, K. H. Ahmad Dimyati dari
Banten, K. H. Bustomi.128 Sepeninggal K. H. Tubagus Bakri, kepemimpinan di
Pesantren Sempur dilanjutkan oleh K. H. R. Muhtar, K. H. Kholil dan K. H.
Munawar129 dengan dibantu oleh K. H. .Ahmad Dudus dan K. H. Ahmad Dadih,
yang semuanya merupakan keturunan dari K. H. Tubagus Bakri.
Selanjutnya selain Pesantren Sempur, pesantren lain yang cukup berumur
yang terdapat di Purwakarta ialah Pesantren al-Mutohar. Pesantren yang
berlokasi di Plered, tepatnya di Cilegok ini didirikan pada tahun 1912. Dari
semenjak berdirinya nama pesantren ini telah mengalami tiga kali pergantian.
Pada awalnya Pesantren Al-Mutohar bernama Pesantren al-Huda kemudian Darul
Ulum dan sekarang bernama al-Mutohhar. Pesantren ini didirikan pertama kali
oleh K. H. Toha. Dalam proses awal pendiriannnya, semula pesantren ini hanya
memiliki masjid dan kemudian menyusun pondok seiring adanya santri yang
mondok di tempat itu. Dari sejak berdirinya pada tahun 1912 Pesantren alMutohar telah dipegang oleh empat orang. Setelah K. H. Toha meninggal,
kepemimpinan Pesantren al-Mutohhar dipimpin K. H. Sirojudin Toha. Kemudian
setelah itu dilanjutkan oleh K. H. Manaf Sholeh.133 Sekarang pesantren ini
dipimpin K. H. Syadullah.

18

Kamis, 19-Februari-2015

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jumlah pesantren di wilayah Jawa Barat, pada waktu dulu, dengan sekarang pasti
berbeda. Dalam konteks sekarang, jumlah pesantren di wilayah Jawa Barat
dipastikan lebih banyak. Hal ini tentu saja berbeda dengan jumlah pesantren pada
abad ke-19 M. Pada abad ke-19 M, jumlah pesantren mungkin masih sangat terbatas.
Bahkan, mungkin hanya dapat dihitung beberapa puluh atau mungkin untuk jumlah
ratusan pun tidak mencapainya. Berikut adalah di antara beberapa pesantren yang
sudah berusia tua dan memberi pengaruh yang sangat besar bagi penyebaran Islam di
wilayah Jawa Barat: Pesantren al-Falah-Biru Garut, Pesantren Sumur Kondang,
Pesantren Keresek, Pesantren al-Hidayah, Pesantren Ciwedus, Pesantren LengkongKuningan, Pesantren Santi Asromo-Majalengka, Pesantren Gentur Cianjur, Pesantren
Kandang Sapi, Pesantren Jambudipa, Pesantren Minhajul Karomah CibeunteurBanjar, Pesantren Mahmud, Pesantren Sukafakir dan Pesantren Sukamiskin.
Keberadaan dan penyebaran pesantren di wilayah Priangan terus bermunculan
dan mengalami peningkatan jumlah. Pada awal abad ke-20, selain terdapat
pesantren-pesantren yang telah bertebaran sebelumnya sejak abad ke-19, di wilayah
Priangan juga banyak bermunculan dan berdiri pesantren-pesantren baru yang tentu
saja akan menambah khazanah perbendaharaan pesantren. Berikut adalah namanama pesantren yang berdiri sejak awal ke-20 sampai 1945 dan penjelasan tentang
visi-misi pesantren yang dimaksud: Pesantren Pangkalan, Pesantren Cipari,
Pesantren Darussalam, Pesantren Kudang, Suryalaya, Cilenga, Cintawana, Miftahul
Ulum, Mathlaul Khair, As-Salam, Bahrul Ulum, Sukahideung, Sukamanah,
Cipasung- Tasikmalaya, Pesantren Al Bidayah Cangkorah, Al Asyikin, Baitul Arqam,
Islamiyah-Cijawura, Cikapayang, Sindangsari Al Jawami, Al Ittifaq, Pesantren
Persis, Mathlaul Anwar Palgenep, Hegarmanah, Cigondewah, Sinarmiskin,

19

Kamis, 19-Februari-2015

Sadangsari,

Cijerah

di

Bandung,

Pesantren

Darul

Ulum,

Pesantren

Cidewa/Darussalam, Pesantren al-Quran Cijantung, Pesantren Miftahul Khoer,
Pesantren Al-Fadhiliyah (Petir) di Ciamis, Pesantren Cantayan, Genteng, Syamsul
Ulum Gunung Puyuh Sukabumi, Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo di
Banjar, Pesantren Pagelaran Sumedang-Subang, Darul Hikmah di Sumedang, dan
Pesantren Sempur dan Al-Mutohhar – Kabupaten Purwakarta.
B. Saran
Perkembangan penyebaran pesantren di Jawa Barat merupakan hal yang sangat
menarik bagi kita semua, jika kita menelusurinya dengan baik dan benar. Makalah
ini, kami hadirkan kepada para pembaca untuk berusaha mengungkapkan bagaimana
Perkembangan penyebaran pesantren di Jawa Barat ini merupakan hal yang sangat
menarik. Oleh karena itu, kita harus membaca makalah ini dengan seksama karena
berisi penjelasan penyebaran pesantren di Jawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA

20

Kamis, 19-Februari-2015

1. Buku
Fadlullah, Cholid H. (1994). Tri Sila Hasta Wahana dalam Intisab Persatuan
Ummat Islam. Jakarta: Panitia Muktamar IX PUI.
Herlina, Nina. (2011). Perkembangan Islam di Jawa Barat. Bandung:
Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.
Herlina, Nina. (t.th.). Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat. Bandung:
Pustaka UNPAD.
Kusdiana, Ading. (2014). Sejarah Pesantren: Jejak, Penyebaran, dan
Jaringannya di Wilayah Priangan 1800-1945. Bandung: Humaniora.
Mas’udi, Masdar. (1986). Direktori Pesantren. Jakarta: Perhimpinan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.
Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopdei Sunda: Alam, manusia, dan Budaya
Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya.
2. Artikel dalam Internet
Arifin. “Selayang Pandang Pesantren Al-Falah Biru” dalam http://birugarut.blogspot.com. Diakses tanggal 30 Juni 2010.
3. Sumber Lisan
Asy’ari, K.H. Obing (82 tahun). Pimpinan Pesantren Ciwedus. Wawancara.
Kuningan, tanggal 30 Januari 2010.
Hanif, Ust. (40 tahun). Pengasuh Pesantren Al-Falah Biru dan keturunan
pendiri Pesantren Al-Falah Biru. Wawancara. Garut, tanggal 28 Juli 2011.
Ikyan (53 tahun). Pimpinan Pesantren Al-Falah Biru sekaligus anak dari
Syekh Badruzzaman. Wawancara. Tasikmalaya, tanggal 12 Desember 2011.
Ismatullah, Ust. M.A.H. (25 tahun). Salah satu pimpinan sekaligus keturunan
K.H. Said pendiri Pesantren Gentur Jambudipa Warungkondang. Wawancara.
Cianjur, tanggal 12 Februari 2010.
Lilis Hasan Basri, Hj. (60 tahun). Isteri dari K.H. Hasan Basri (alm.)
pimpinan kelima dari Pesantren Keresek. Wawancara. Garut, tanggal 13 Januari
2010.

21

Kamis, 19-Februari-2015