65883815 Program Penanggulangan Masalah Gizi Berdasarkan Analisis SWOT

ANALISIS SWOT MASALAH
PENANGGULANGAN GIZI : ASI EKSKLUSIF

1

HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI TAHUN 2010
Berdasarkan hasil laporan kegiatan program gizi tahun 2010, didapatkan
beberapa program yang belum mencapai target realisasi, diantaranya :
Tabel 1.1 Masalah Gizi
Kegiatan
Prosentase balita naik berat badan
Prosentase ibu hamil KEK
Cakupan ASI Eksklusif
Sumber: Data Sekunder plan of action

Sasaran

Target

1 tahun
2024

737
166

(%)
8%
5%
80%

Hasil

%

31
43
11

0,89
5,80
6,60


Keterangan :
1. Prosentase balita naik berat badan masih rendah, yaitu 0,80%
2. Prosentase ibu hamil KEK yang masih tinggi, yaitu 5,80%
3. Cakupan ASI Eksklusif masih rendah yaitu 6,60%

ANALISIS MASALAH PROGRAM GIZI PUSKESMAS SIBELA
TAHUN 2010
A. Landasan Teori
Dalam merumuskan

perencanaan

strategis

dan

untuk

pengembangan mutu pelayanan, maka dilakukan analisis keadaan
Puskesmas Sibela melalui analisis SWOT (strength, weakness, opportunity

dan threat), sehingga Puskesmas Sibela dapat menetapkan strategi yang
perlu dilakukan dalam menghadapi perubahan masalah kesehatan ibu dan
anak yang terjadi. Analisis SWOT meliputi:
1. Analisis lingkungan internal
a. Strength (S): kekuatan
Adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilihan keunggulan komparatif organisasi.
b. Weakness (W): kelemahan
Adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya,
ketrampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
tampilnya kinerja organisasi yang memuaskan
2

2. Analisis lingkungan eksternal
a. Threats (T): ancaman
Adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu
organisasi, jika tidak diatasi menjadi ganjalan bagi organisasi
b.

tersebut baik di masa sekarang maupun mendatang.

Opportunities (O): peluang
Adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi

suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. Analisis Masalah
1. Prioritas masalah
Dari data plan of action Puskesmas Sibela tahun 2011 dapat
diketahui beberapa program Gizi yang belum mencapai target yang
telah ditetapkan. Ada tiga program Gizi puskesmas yang hasilnya
belum memenuhi target dan merupakan masalah bagi puskesmas,
yaitu:
a.

Prosentase balita naik berat badan yang masih rendah

b.

Prosentase ibu hamil KEK yang masih tinggi

c.


Cakupan ASI Eksklusif yang masih sangat rendah
Prioritas masalah-masalah diatas ditentukan melalui matrikulasi
masalah. Indikator yang digunakan dalam membuat matrikulasi
masalah antara lain adalah:
a.

Importance yaitu pentingnya masalah, dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Prevalence (besarnya masalah)
2) Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
3) Social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
4) Rate of increase (kenaikan besarnya masalah)
5) Degree of unmet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak

terpenuhi)
6) Public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah)
7) Political climate (suasana politik)
b. Technology yaitu kelayakan teknologi yang tersedia
c. Resources yaitu sumber daya yang tersedia
Dari indikator tersebut diatas, terdapat beberapa kriteria yaitu 1 = tidak

penting; 2 = agak penting; 3 = cukup penting; 4 = penting; 5 = sangat
penting (Azwar, 1996).

3

Tabel 1.3. Matrikulasi masalah Gizi
I

Daftar Masalah
1
2.
3.

Prosentase ibu hamil KEK
Prosentase balita naik berat
badan
Cakupan ASI Eksklusif

P
5

3

ES

4

T

Jumlah

4
4

S
5
3

RI
4
2


DU
4
3

SB
5
4

PB
5
3

PC
4
3

4
3


4
4

IxTxR
2560000
93312

5

4

3

3

4

4

3


3

3

311040

Keterangan:

urutanbenefits
prioritas
I
:Berdasarkan
importance kriteria matriks diatasSBmaka: social
masalah adalah sebagai berikut:
PUrutan :prioritas
prevalence
PB
: public concern
ibu hamil KEK

ES a. :Prosentase
easy solving
PC
: political climate
b. :Cakupan
severity ASI Eksklusif
T
: technology
balita naik berat badan R
RI c. :Prosentase
rate of increase
: resources
Dari hasil
matrikulasi
prioritas masalah pertama dalam
DU
: degree
of unmet masalah,
need
S

program Gizi adalah prosentase ibu hamil KEK di wilayah Puskesmas
Sibela. Namun dalam laporan ini yang akan dibahas adalah mengenai
Cakupan ASI Eksklusif yang masih rendah di Puskesmas Sibela. Hal
ini disebabkan karena permasalahan mengenai prosentasi ibu hamil
KEK sudah pernah dibahas sebelumnya. Selain itu cakupan ASI
ekslusif juga menempati prioritas permasalahan kedua sehingga masih
perlu untuk dibahas dan dicari alternatif pemecahan masalahnya.
2.

R

Prioritas pemecahan masalah
Prioritas masalah yang telah diperoleh melalui matrikulasi
masalah perlu disusun alternatif pemecahannya dengan terlebih dahulu
menggali penyebab dari masalah tersebut. Penyebab rendahnya
cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Sibela dikarenakan oleh
beberapa sebab, yaitu:
4

1. Kondisi ibu dan bayi: proses

ibu

melahirkan

(normal/caesar),

kesehatan dan status gizi ibu, usia ibu saat hamil dan melahirkan,
paritas ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, kondisi bayi serta
kemampuan dan kemauan bayi untuk menghisap puting susu ibu.
2. Kesadaran Ibu: rasa percaya diri, pengetahuan/ pendidikan ibu
mengenai ASI Eksklusif, serta adanya pengaruh dari luar seperti
dukungan keluarga dan lingkungan.
3. Tenaga kesehatan: kinerja tenaga kesehatan dalam manajemen
laktasi, kuantitas tenaga kesehatan dalam program gizi, cakupan
pelaksanaan program gizi ASI Eksklusif, dan pemanfaatan kader.
4. Kader: kinerja kader dan motivasi kader.
Penyebab rendahnya cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Sibela
tergambar dalam diagram di bawah ini:

ASI Eksklusif
tidak optimal

Akibat

Cakupan ASI Eksklusif rendah optimal

Masalah utama

Sebab

Kondisi ibu dan bayi
Kesadaran ibu masih rendah
Nakes yang kurang optimal
Kader yang kurang optimal

Manajemen laktasi
Proses melahirkan
Kinerja
Kuantitas Nakes di bidang gizi
Kesehatan dan status gizi ibu
Motivasi
Cakupan pelaksanaan program
Usia ibu saat hamil dan melahirkan
Paritas ibu
Pekerjaan ibu
Pendapatan keluarga
Kondisi bayi (bayi sakit, kembar,prematur)
Pengetahuan
ASI Eksklusif
Pengaruh
keluarga dan lingkungan
Gambar
4.1. Pohon
masalah
rendahnya
cakupan
ASI Eksklusif
Rasa
percaya
diri dukungan
b

(Depkes , 2005; Perinasia, 2004; Purnamawati, 2003)
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, bisa didapatkan beberapa

alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 1.4. Alternatif
pemecahan
masalah Kegiatan promosi
Tingkat
pendidikan
5
Kinerja petugas

Sarana KIE

Pendanaan

Masalah
Cakupan ASI
Eksklusif
rendah

Penyebab
1. Kondisi ibu dan bayi:
a. Proses melahirkan
b. Kesehatan dan status
gizi ibu yang rendah
c. Usia ibu saat hamil dan
melahirkan (paling baik
antara usia 20-30 tahun)
d. Paritas ibu
(menyangkut produksi
ASI dan pengalaman ibu
dalam memberikan ASI)
e. Pekerjaan ibu
f. Pendapatan keluarga
g. Kondisi bayi (bayi
sakit, kembar, prematur),
kemampuan dan kemauan
bayi untuk menghisap
puting susu ibu (minum
ASI)

Alternatif Pemecahan Masalah
 Peningkatan kesehatan serta
status gizi ibu hamil dan
menyusui (PMT, tablet Fe, vaksin
TT 2x selama hamil)
 Persiapan menyusui bagi ibu
melalui manajemen laktasi:
a. Periode Masa Kehamilan
(Antenatal)  pemeriksaan
payudara, pemantauan BB/
status gizi ibu, pemberian KIE
melalui konseling gizi ibu
hamil, cara memberikan ASI
pertama, upaya untuk
memperbanyak ASI, cara
perawatan payudara selama
menyusui,
manfaat&keunggulan ASI
serta bahaya susu botol, dan
juga konseling mengenai KB
b. Periode Segera Setelah Bayi
Lahir  inisiasi menyusui dini
(sesegera mungkin
memberikan ASI)
c. Periode Pasca Persalinan 
rawat gabung dan KIE melalui
konseling ASI eksklusif,
meliputi cara pemberian ASI
yang baik dan benar serta cara
pemerasan dan penyimpanan
ASI, terutama bagi ibu yang

6

bekerja

2. Kesadaran Ibu:

 Peningkatan pengetahuan ibu,

a. Rasa percaya diri untuk
menyusui yang kurang
b. Pengetahuan/

keluarga (suami, ortu, mertua),
dan lingkungan tentang
pentingnya ASI eksklusif melalui

pendidikan ibu

a. Penyuluhan ASI Eksklusif

mengenai ASI

b. Penyebaran leaflet

Eksklusif yang masih

c. Pemasangan poster di

rendah

puskesmas, posyandu,

b. Kurangnya dukungan
dari keluarga dan
lingkungan.

maupun pelayanan kesehatan
lainnya
 Peningkatan kepercayaan diri ibu
untuk menyusui melalui
persiapan menyusui dengan
manajemen laktasi
 Pengikutsertaan peran suami dan
keluarga dalam mendukung,
memotivasi dan membantu ibu
untuk menyusui.

7

3. Tenaga kesehatan:
 Kinerja tenaga

 Meningkatkan peran serta dan
tanggung jawab tenaga kesehatan

kesehatan belum

puskesmas terhadap

optimal dalam

penyelenggaraan manajemen

manajemen laktasi
 Kuantitas tenaga
kesehatan program gizi
di Puskesmas Sibela

laktasi 3 periode
 Pengadaan Pojok Laktasi
 Alokasi tambahan tenaga
kesehatan dalam program gizi di

masih kurang
 Cakupan pelaksanaan
program gizi; ASI

Puskesmas Sibela
 Perluasan pelaksanaan program

Eksklusif masih

gizi; ASI Eksklusif ( KP-ibu,

terbatas

pelatihan dan pembelajaran ASI
Eksklusif, kelas hamil) di
wilayah binaan Puskesmas Sibela

4. Kader :
Kinerja kader yang belum

 Optimalisasi kinerja kader

optimal dan motivasi yang
masih

kurang

cakupan
program

karena

pelaksanaan
ASI

Eksklusif

yang masih terbatas

dengan menyelenggarakan
pelatihan tentang ASI Eksklusif,
peningkatan motivasi melalui
pemanfaatan Forum Komunikasi
Kader Posyandu (FKKP).

Alternatif pemecahan masalah diatas apabila dilaksanakan
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya cakupan
ASI eksklusif dengan baik. Namun, untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Untuk itu perlu
dipilih prioritas pemecahan masalah dengan mengacu pada:
a. Efektivitas pemecahan masalah
Untuk menentukan efektivitas pemecahan masalah digunakan
kriteria:
1) Magnitude (M) yaitu besarnya masalah
8

2) Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah
3) Vulnerability (V) yaitu sensitifitas dalam mengatasi masalah
yang dihadapi
Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah
mulai dari angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5
(paling efektif)
b. Efisiensi pemecahan masalah
Efisiensi ini dikaitkan dengan biaya (cost (C)) yang diperlukan
untuk melaksanakan pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni
angka 1 (paling efisien) sampai angka 5 (paling tidak efisien).
Hitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan
masalah, dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan
nilai C. Pemecahan masalah dengan nilai P tertinggi adalah
prioritas pemecahan masalah terpilih.
Prioritas pemecahan masalah terhadap rendahnya cakupan ASI
Eksklusif diberikan sebagai berikut:
Tabel 1.5. Matrikulasi alternatif pemecahan masalah
Efektifitas
Daftar Pemecahan Masalah
1

M

Optimalisasi kondisi ibu dan bayi

I

V

Efisiensi
(C)

Jumlah
MxIxV

4

4

3

3

C
16

5

5

4

3

33,3

melalui:
a. Peningkatan status gizi ibu hamil dan
menyusui
b. Persiapan menyusui bagi ibu melalui
2

manajemen laktasi.
Peningkatan kesadaran ibu, keluarga, dan
lingkungan, melalui:
 Peningkatan pengetahuan ibu,
keluarga, dan lingkungan tentang
pentingnya ASI eksklusif melalui:
a. Penyuluhan ASI Eksklusif
9

b. Penyebaran leaflet
c. Pemasangan poster di puskesmas,
posyandu, maupun pelayanan
kesehatan lainnya
d. Advokasi tempat kerja untuk
memfasilitasi ibu yang menyusui.
 Peningkatan kepercayaan diri ibu
untuk menyusui melalui persiapan
menyusui dengan manajemen laktasi
 Pengikutsertaan peran suami dan
keluarga dalam mendukung,
memotivasi dan membantu ibu untuk
3

menyusui.
Optimalisasi kinerja tenaga kesehatan

3

4

4

3

16

4

3

3

3

12

melalui
a. Peningkatan peran serta dan
tanggung jawab tenaga kesehatan
puskesmas terhadap
penyelenggaraan manajemen
laktasi 3 periode
b. Pengadaan Pojok Laktasi
c. Alokasi tambahan tenaga
kesehatan dalam program gizi di
Puskesmas Sibela
d. Perluasan pelaksanaan program
gizi; ASI Eksklusif ( KP-ibu,
pelatihan dan pembelajaran ASI
Eksklusif, kelas hamil) di wilayah
4

binaan Puskesmas Sibela
Optimalisasi kinerja kader dengan
menyelenggarakan pelatihan tentang ASI
10

Eksklusif, peningkatan motivasi melalui
pemanfaatan Forum Komunikasi Kader
Posyandu (FKKP).
Dari tabel di atas , didapatkan prioritas utama yaitu:
Peningkatan kesadaran ibu, keluarga, dan lingkungan, melalui:
 Peningkatan pengetahuan ibu, keluarga, dan lingkungan tentang
pentingnya ASI eksklusif melalui:
a. Penyuluhan ASI Eksklusif
b. Penyebaran leaflet
c. Pemasangan poster di puskesmas, posyandu, maupun pelayanan
kesehatan lainnya
d. Advokasi tempat kerja untuk memfasilitasi ibu yang menyusui.
 Peningkatan kepercayaan diri ibu untuk menyusui melalui
persiapan menyusui dengan manajemen laktasi
 Pengikutsertaan peran suami dan keluarga dalam mendukung,
memotivasi dan membantu ibu untuk menyusui.
Dengan adanya media promosi di posyandu, masyarakat dapat
lebih mudah memahami pentingnya ASI Eksklusif. Penyuluhan,
konseling dan penggunaan media promosi, seperti poster/ leaflet
diberikan dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami.
Diharapkan dengan media tersebut, posyandu dapat menjadi sarana
promotif dan preventif yang mudah dijangkau dan terpercaya.
Sehingga seluruh level masyarakat (tidak hanya masyarakat menengah
ke bawah, tetapi juga masyarakat menengah ke atas) mulai memahami
pentingnya ASI Eksklusif dan dengan kesadaran diri memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya.
C. Analisis SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor pendukung dan penghambat
subprogram gizi yaitu ASI Eksklusif, dilakukan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT sebagai berikut :
11

Tabel 1.6. Analisis SWOT ASI Eksklusif
Kekuatan (S)
 Ada tenaga profesional (personil medis: 3

SW

Kelemahan (W)
 Pendataan kurang menyeluruh

dokter umum dan 1 dokter gigi) dan

sehingga belum tercapainya angka

jumlah paramedis sebanyak 34 orang

yang maksimal

 Kepercayaan terhadap puskesmas

 Alokasi dana dari Puskesmas yang
masih kurang

 Adanya fasilitas penunjang puskesmas
(ranap dan lab)



masih kurang

 Adanya program gizi cakupan ASI
Eksklusif, KIA dan posyandu yang telah



konseling gizi dan ASI (pojok gizi),



pelatihan dan pembelajaran ASI Eksklusif,
kelas hamil
 Adanya Kelompok Pendukung Ibu (KP-



Belum adanya pojok laktasi



Kurangnya upaya kesehatan dalam
hal promotif (KIE-ASI)

 Adanya Forum Komunikasi Kader
Posyandu (FKKP) yang diadakan tiap dua



Peran kader yang belum optimal



Kurangnya partsipasi lintas

bulan sekali

sektoral

 Memiliki simpus dan pelaporan puskesmas



Sibela yang cukup luas

spesialis dan ahli gizi sebagai konsultan

namun secara keseluruhan

melalui program kunjungan ahli
pelatihan bagi para kader tentang masalah

Kinerja Dinas Kesehatan

gizi terutama ASI Eksklusif



Adanya kader kesehatan

 Optimalisasi FKKP sebagai sarana
pemotivator bagi kader sekaligus sarana

12

Cakupan pelaksanaan program gi
ASI eksklusif masih terbatas
Strategi WO



Memperbaiki sistem pendataan
yang sudah ada



 Terus memberikan pembekalan dan

petugas
Surakarta cukup baik



Strategi SO

 Lokasi wilayah Puskesmas  Meningkatkan kerjasama dengan dokter

mudah dijangkau oleh

Waktu pelaksanaan Posyandu yan
kurang tepat

ibu)

Peluang (O)

Program Manajemen laktasi yang
kurang optimal

terjadwal, termasuk di dalamnya

OT

Kuantitasdan kualitas Nakes yang

Optimalisasi program manajemen
laktasi 3 periode



Meningkatkan kualitas dan
kuantitas tenaga kesehatan di
Puskesmas sehingga kegiatan
penyuluhan, konseling, maupun

di wilayah puskesmas

tukar pikiran (sharing) antar kader



Adanya poliklinik swasta

mengenai masalah-masalah yang dihadapi



Adanya praktisi swasta

 Meningkatkan mutu pelayanan medis Gizi

dalam mendukung program gizi

(dokter praktik swasta,

 Kerjasama dengan poliklinik dan praktisi

terutama ASI Eksklusif, jika perlu

bidan praktik swasta,
perawat praktik swasta)

KIE-ASI dapat lebih maksimal


Meningkatkan peran serta kader

dengan memberikan reward

swasta
 Optimalsasi program Gizi, Posyandu, dan



Adanya posyandu

KIA , khususnya konseling/ KIE tentang



Adanya JPKM untuk

gizi dan ASI pada bayi dan balita



Pengadaaan pojok laktasi di
Puskesmas



Meningkatkan kerja sama lintas
sektoral, termasuk rumah sakit

pembiayaan kesehatan

untuk tidak memberikan susu
formula kepada bayi yang
Ancaman (T)
 Kurangnya pengetahuan

Strategi ST
 Melakukan survei dan memberikan

dilahirkan disana.
Strategi WT
 Lebih melibatkan peran serta tokoh

masyarakat dan dukungan

kuesioner pada masyarakat wilayah

masyarakat ataupun organisasi

dari keluarga terhadap

Puskesmas Sibela untuk mengetahui

masyarakat setempat dalam

manfaat dan pentingnya

sejauh mana pengetahuan mereka tentang

mendukung program Gizi

ASI Eksklusif pada bayi

ASI eksklusif

Puskesmas; ASI eksklusif

 Tingkat pendidikan dan



Meningkatkan kegiatan-kegiatan

 Mengadakan penyuluhan rutin serta

status ekonomi

promosi kesehatan (penyuluhan,

memperbaiki perencanaan dan

masyarakat yang masih

konseling/ KIE, pembagian leaflet,

strategi program penyuluhan

rendah

pemasangan poster)

 Kurangnya koordinasi

 Optimalisasi KP-ibu sebagai sarana

 Membangun koordinasi yang baik
antara puskesmas, kader, maupun

antara puskesmas dan

pemotivator bagi ibu dan keluarga, dan

tokoh masyarakat setempat untuk

kader kesehatan yang ada

sarana tukar pikiran (sharing) mengenai

melaksanakan program puskesmas

masalah-masalah yang dihadapi

gizi; ASI eksklusif
 Perluasan cakupan pelaksanaan
program gizi; ASI Eksklusif

Kesimpulan dari analisis SWOT :
Untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif pada tahun mendatang, puskesmas
dapat melakukan:
1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada
peningkatan peran para ibu, misalnya dengan penyuluhan bersama antara
petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang harus
13

dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan ASI
eksklusif pada buah hatinya.
2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada anaknya, untuk selanjutnya dianalisis
penyebabnya dan diberikan alternatif pemecahan masalahnya.
3. Untuk meningkatkan kinerja kader, puskesmas dapat

memberikan

penghargaan/ reward pada kader terbaik tiap tahunnya.
4. Petugas dari puskesmas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam
membina kader, mengawasi jalannya program gizi khususnya ASI eksklusif,
dan menepati jadwal yang telah ditentukan bersama
5. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan mengadakan
rapat koordinasi program untuk membahas sasaran dan target program yang
harus dicapai. Target program dalam satu tahun bisa dibagi per bulan atau
tergantung komitmen bersama antara puskesmas dan kader.
6. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat
tentang ASI Eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau
wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan
program selanjutnya.
7. Optimalisasi program KIE, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi dan
ASI pada bayi dan balita, pengadaan pojok laktasi, serta program manajemen
laktasi 3 periode, meliputi:
a. Antenatal melalui pemeriksaan payudara, pemantauan BB ibu, dan KIE
b. Segera setelah bayi lahir  inisiasi menyusui dini
c. Pasca persalinan  rawat gabung, pemberian KIE
8. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak
memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Prioritas masalah program Gizi Puskesmas Sibela tahun 2010 adalah
rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif sedangkan prioritas pemecahan
masalah

ialah dengan peningkatan kesadaran ibu melalui peningkatan

pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dengan cara:
14

1.

Konseling dan penyuluhan tentang ASI eksklusif

2.

Penyebaran leaflet

3.

Pemasangan poster di puskesmas, posyandu, maupun pelayanan kesehatan
lainnya

B. Saran
1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada
peningkatan peran para ibu, misalnya dengan penyuluhan bersama antara
petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang
harus dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan
ASI eksklusif pada buah hatinya.
2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada anaknya, untuk selanjutnya dianalisis
penyebabnya dan diberikan alternatif pemecahan masalahnya.
3. Untuk meningkatkan kinerja kader, puskesmas dapat memberikan
penghargaan/ reward pada kader terbaik tiap tahunnya.
4. Petugas dari puskesmas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam
membina kader, mengawasi jalannya program gizi khususnya ASI
eksklusif, dan menepati jadwal yang telah ditentukan bersama
5. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader

dengan

mengadakan rapat koordinasi program untuk membahas sasaran

dan

target program yang harus dicapai. Target program dalam satu tahun bisa
dibagi per bulan atau tergantung komitmen bersama antara puskesmas dan
kader.
6. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat
tentang ASI Eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau
wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan
program selanjutnya.
7. Optimalisasi program KIE, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi
dan ASI pada bayi dan balita, pengadaan pojok laktasi, serta program
manajemen laktasi 3 periode, meliputi:
a. Antenatal melalui pemeriksaan payudara, pemantauan BB ibu, dan KIE
15

b. Segera setelah bayi lahir  inisiasi menyusui dini
c. Pasca persalinan  rawat gabung, pemberian KIE
8. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak
memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.

16

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63