BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Evaluasi Penjadwalan Waktu Dan Biaya Proyek Dengan Metode Pert Dan CPM (Study Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta Medan, Sumatera Utara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

  

management). Kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain dan bersinergi untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan proyek..

2.1.1 Proyek

  Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Proyek didefinisikan sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan waktu tertentu sebelum keseluruhan tugas diselesaikan (Taha, 2007). Munawaroh (2003) menyatakan proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia. Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat awal, akan dilaksanakan serta diselesaikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Ali, 1997). Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu (Tampubolon, 2004).

  Dari beberapa pengertian proyek yang diambil dari beberapa sumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai cirri:

   Dimulai dari awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan diakhiri dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan), serta mempunyai jangka waktu yang umumnya terbatas

   Rangkaian kegitan proyek hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik. Jadi, tidak ada dua atau lebih proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang sejenis.

2.1.2 Jenis-jenis Proyek Konstruksi

  Menurut Ervianto (2009) Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu :

   Bangunan Gedung : rumah, kantor dan lain-lain. Ciri-ciri dan kelompok bangunan ini adalah : 1.

  Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

  2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah dikethui.

  3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.

   Bangunan Sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah : 1.

  Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguan bagi kepentingan manusia.

  2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

  Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda.

2.2 Manajemen Proyek

  Manajemen Proyek menurut Harold Kenzer adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek menurut wideman adalah ilmu dan seni untuk mengatur dan memadukan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya lain untuk mencapai tujuan-tujuan dalam waktu, anggaran, kualitas yang terbatas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua individu yang terlibat.

  Dapat disimpulkan pengertian Manajemen Proyek dari beberpa pengertian diatas adalah suatu ilmu dan seni dalam merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya-sumber daya yang ada untuk tercapainya tujuan-tujuan dalam kegiatan konstruksi.

  Manajemen Proyek adalah suatu pola yang digunakan agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

  Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method.

  Menurut Gusti Ayu, Manajemen proyek bertugas merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan agar dapat mencapai tujuan proyek. Secara garis besarnya konsep manajemen proyek bertujuan untuk menciptakan keterkaitan yang erat antara perencanaan dan pengendalian.

  Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain : 1.

  Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan

  2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan

  3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan

  4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah- masalah yang terjadi di lapangan

  5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis performa dilapangan

2.2.1 Tujuan Manajemen Konstruksi

  Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (Spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control) , pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

  Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut

  1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.

2. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap disain.

  3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain 4. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.

  2. 2.2 Peranan Manajemen Konstruksi

  Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :

  a. Agency Construction Manajement (ACM) Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.

  b. Extended Service Construction Manajemen (ESCM) Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.

  c. Owner Construction Management (OCM) Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan d. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM) Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik.

  Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

2.2.3 Tahapan-Tahapan Dalam Proyek Konstruksi

  Ervianto (2009) menjelaskan bahwa suatu kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Disamping itu, di dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Adapun urutan rangkaian kegiatan dalam suatu proyek konstruksi adalah sebagai berikut

1. Tahap Perencanaan (Planning)

  Semua proyek konsruksi biasanya dimulai dari gagasan atau rencana dan dibangun berdasarkan kebutuhan (need). Pihak yang terlibat adalah pemilik.

  Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi : a. Menentukan tujuan.

  Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan dilakukan.

  b. Menentukan sasaran.

  Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya.

  c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan.

  Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi perlu diadakan kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai d. Memilih alternatif.

  Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak.

  e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.

  Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan selanjutnya dilakukan penjadwalan.

2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)

  Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan : a. Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya

  b. Meramalkan manfaat yang akan diperoleh

  c. Menyusun analisis kelayakan proyek

  d. Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi Pihak yang terlibat adalah konsultan studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi (MK)

3. Tahap Penjelasan (Briefing)

  Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan sehingga konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan keinginan pemilik. Kegiatan yang dilaksanakan :

  a. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli

  b. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan, merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.

  c. Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan

  d. Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat menggambarkan denah dan batas-batas proyek. Pihak yang terlibat adalah pemilik dan Konsultan Perencana

4. Tahap Perancangan (Design)

  Pada tahap ini adalah melakukan perancangan (design) yang lebih mendetail sesuai dengan keinginan dari pemilik. Seperti membuat Gambar rencana, spesifikasi, rencana anggaran biaya (RAB), metoda pelaksanaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan : a. Mengembangkan ikhtisiar proyek menjadi penyelesaian akhir b. Memeriksa masalah teknis.

  c. Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek

  d. Mempersiapkan: Rancangan terinci, Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal, serta daftar kuantitas

   Taksiran biaya akhir. Pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan

   MK, konsultan rekayasa nilai dan konsultan quantitiy surveyor.

5. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)

  Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya Kegiatan yang dilaksanakan : a.

  Prakulaifikasi b. Dokumen Kontrak

  Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa konstruksi (kontraktor), konsultan MK.

6. Tahap Pelaksanaan (Construction)

  Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua operasional di lapangan : a.

  Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah: Perencanaan dan pengendalian Jadwal waktu pelaksanaan

  

  Organisasi lapangan

   Tenaga kerja

   Peralatan dan material

   b. Kegiatan Koordinasi

   Mengkoordinasi para sub kontraktor

  Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan

   Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK, kontraktor, Sub Kontraktor, suplier dan instansi terkait.

7. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance & Start Up)

  Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatan yang dilakukan adalah : a.

  Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing) b.

  Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan- kerusakan c. Mempersiapkan petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan.

  d.

  Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, pemilik.

2.2.4 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

  Menurut Ervianto (2009) dalam kegiatan proyek konstruksi, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Secara skematik, pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dapat dilukiskan seperti Gambar 2.4. Manajemen proyek mempunyai kewajiban untuk mengoordinasikan semua pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut di atas sehingga tujuan proyek dapat tercapai dengan baik dan semua pihak secara optimal mendapatkan hal-hal yang menjadi tujuan atau sasaran keterlibatan mereka dalam proyek tersebut.

  Lembaga Pemilik Proyek

  Konsultan Internal

  Kontraktor Utama Tenaga Kerja

  & khusus Manajemen Proyek

  Badan Pemasok

  Pemerintah Lembaga

  Institusi Pelayanan

  Keuangan Masyarakat

Gambar 2.1 Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi

  Disamping memperhatikan sasaran yang ingin dicapai masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, manajemen proyek juga perlu memperhatikan saat-saat keterlibatan dari masing-masing pihak.

2.3 Unsur-Unsur Pembangunan

  Ervianto (2009) menjelaskan bahwa usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak yaitu pihak pemilik (Owner), pihak perencana (Designer), dan pihak kontraktor (Aannemer).

PEMILIK PROYEK

  PENGGUNA JASA

  PENYEDIA JASA

Gambar 2.2 Hubungan Antar Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

  2.3.1 Pemilik Proyek

  Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penerima jasa dan membayar biaya pekerja tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan badan/ lembaga/ instansi pemerintah maupun swasta.

  2.3.2 Konsultan

  Pihak atau badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisah menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisnya, yaitu konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal dan lain sebagainya.

  Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan yang disebut sebagai konsultan perencana.

  Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang merekat erat mebuat system bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan/ perseorangan berbadan hokum/ badanbergerak dalam hukum yang dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan. Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.

  2.3.3 Kontraktor

  Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.

  2.3.4 Kontrak Konstruksi

  Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama adalah kontrak. Dalam proyek konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak konstruksi.

  Dasar-dasar pengertian mengenai kontrak dalam konteks kontrak pekerjaan konstruksi pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan:  Proses pembentukan kontrak  Proses dan prosedur pelaksanaan kontrak  Pelanggaran kontrak  Analisis kerugian akibat pelanggaran kontrak  Hubungan komunikasi Proses pembentukan kontrak diawali dengan adanya dua pihak atau lebih yang telah saling menyetujui untuk mengadakan suatu transaksi, umumnya berupa kesanggupan oleh satu pihak untuk melakukan sesuatu bagi pihak lainnya dengan sejumlah imbalan yang telah disepakati bersama. Namun demikian tidak semua persetujuan dan transaksi akan dilanjutkan dalam bentuk kontrak. Persetujuan hanya dapat dilakukan dalam bentuk kontrak bila memenuhi dua aspek utama yaitu saling setuju serta ada penawaran dan penerimaan. Dalam proyek konstruksi hampir selalu terjadi pergeseran terhadap kelausul-kelausul kontrak. Hal ini disebabkan oleh karakteristik proyek tersebut dan juga aksi atau reaksi dari pihak-pihak yang telah bersepakat dalam kontrak. Terjadinya pergeseran tersebut tidak semuanya dikategorikan sebagai pelanggaran kontrak, tetapi harus ditinjau secara detail situasi atau kondisi yang menyebabkannya.

  Pelanggaran kontrak terjadi jika salah satu atau semua pihak yang terlibat dalam kontrak melanggar sebagian atau seluruh kesepakatan yang telah disetujui bersama. Akibatnya salah satu pihak atau kesemuanya akan mengalami kerugian dan oleh karena kerugian itu, dapat dilakukan tuntutan pergantian pada pihak yang menyebabkan.

  Pelanggaran kontrak akan terjadi jika pihak-pihak yang bersepakat melakukan pelanggaran terhadap satu atau lebih persyaratan yang terkandung dalam kontrak, dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak yang bersepakat. Dengan merujuk pada kadar pelanggaran yang terjadi, pihak yang merugikan dapat dituntut sesuai aturan yang berlaku atas akibat pelanggaran tersebut. Pemutusan kontrak dapat terjadi dengan sendirinya atau karena pertimbangan lain yang mengakibatkan kontrak terhenti sebelum saatnya. Jika dalam proses pelaksanaan kegiatan terjadi kegagalan yang bersifat material yang dilakukan oleh kontraktor, yang oleh pemilik dapat dinilai membahayakan kelangsungan dan penyelesaian pekerjaan seperti yang tercantum dalam klausul mengenai pemutusan kontrak, maka dapat terjadi pemutusan hubungan kontrak melalui pemberitahuan singkat atau bahkan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada kontraktor. Apabila ini terjadi maka pemutusan tersebut tentunya harus disertai dengan ganti rugi yang memadai bagi pihak kontraktor.

2.4 Penjadwalan Proyek

  Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan berbagai kejadian dalam proyek konstruksi yang menyatakan bahwa perencanaan yang baik dapat menghemat ± 40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran sampai ± 400%.

  Sering terjadi ketidak tepatan persepsi oleh pihak industri konstruksi antara perencanaan dan penjadwalan. Kedua kata tersebut sering disatukan dan digunakan untuk menyebut jabatan seseorang dalam unit usaha “perencanaan dan penjadwalan”. Arti sesungguhnya dari keduanya sangat berlainan meskipun tetap saling berkaitan. “Penjadwalan” digunakan untuk menggambarkan “proses” dalam proyek konstruksi dan merupakan b agian dari “perencanaan”. Keterkaitan antara perencananaan dan penjadwalan dapat diilustrasikan sebagai berikut. Perencanaan pondasi dari sebuah bangunan mencakup beberapa fungsi yang terkait, yaitu fungsi estimasi, penjadwalan, pengendalian. Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan dari berbagai alternative yang mungkin, misalnya metoda konstruksi yang tepat dan urutan kerjanya. Proses ini nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan estimasi dan penjadwalan dan selanjutnya sebagai tolak ukur untuk pengendalian proyek. Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan kegiatan merefleksikan perencanaan dan oleh karenanya perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu. Hal

  • – hal yang mendasar dari kegiatan perencanaan adalah pencarian informasi dan data, pengembangan dari berbagai alternative, pemilihan alternative, pelaksanaan dan memberikan masukan. Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah perencanaan proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir proyek. Jadi penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek. Penjadwalan Proyek merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang Manajer Proyek dalam:
    • yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

  Membagi projek kedalam bentuk tugas dan estiamsi waktu serta sumber daya

  • Meminimumkan ketergantungan tugas untuk menghindari adanya jeda waktu

  Pengorganisasian tugas yang bersamaan untuk membuat jadwal yang optimum.

  • (delay) yg ditimbulkan oleh suatu tugas yang pengerjaannya harus menunggu tugas lainnya selesai.

  Penjadwalan dibutuhkan dalam suatu proyek untuk membantu : Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan terhadap

  • keseluruhan proyek Mengidenifikasi hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan.
  • Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
  • Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara
  • hal-kritis pada proyek

  Faktor-Faktor yang harus dipetimbangkan dalam membuat jadwal pelaksanaan proyek a.

  Kebutuhan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan b.

  Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek selanjutnya c.

  Alasan social politiklainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah d. Kondisi alam dan lokasi proyek e. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut f.

  Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya g.

  Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung h.

  Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan teknis. i.

  Cuaca, musim dan gejala alam lainnya j. Referensi hari kerja efektif.

  Prinsip-prinsip dalam Penjadwalan Proyek diantaranya adalah sebagai berikut: Pembagian

  • Proyek harus dibagi-bagi ke dalam sejumlah tugas & aktifitas yang dapat dikendalikan untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan yang ada (melakukan dekomposisi masalah).

  Saling Ketergantungan

  Adanya saling ketergantungan dari setiap tugas & aktifitas yang dibagi harus ditentukan dari awal penjadwalan proyek .

  • Setiap tugas yang akan dijadwalkan harus dialokasikan kedalam sejumlah satuan kerja (mis. Person-day dll).

  Alokasi Waktu

  • Setiap proyek memiliki staff tertentu, dimana pada saat pembagian tugas, harus dipastikan bahwa tidak akan kelebihan alokasi waktu atau jumlah SDM pada saat tertentu.

  Validasi Kerja

  Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam Penjadwalan Proyek diantaranya adalah sebagai berikut: Produktifitas tidak berbanding lurus dengan jumlah orang yang mengerjakan

  • tugas.
  • proyek, namun solusi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan adanya overhead komunikasi antar personal dalam proyek karena terlalu banyak personal yang terlibat dalam proyek.

  Seringkali hal tersebut diatasi dengan solusi penambahan personal pada akhir

  • akan terjadi, sehingga membutuhkan suatu perencanaan yang matang dalam penjadwalan proyek, apabila perlu dibuat perencanaan cadangan dalam proyek.

  Segala sesuatu yang tidak diharapkan bahkan hal yang paling buruk mungkin

2.5 Metode Penjadwalan Proyek

  Menurut Kinkinzaen (2004) proyek (Project) adalah mendefinisikan suatu kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan- urutan tertentu sebelum keseluruhan tugas-tugas proyek dapat diselesaikan. Kegiatan- kegiatan dalam proyek ini saling berkaitan dan berhubungan dalam suatu urutan yang logis, dalam artian bahwa beberapa kegiatan tidak dapat di mulai sampai kegiatankegiatan yang lainnya terlebih dahulu di selesaikan. Yang harus dicapai dalam proyek, kapan dan bagaimana proyek tersebut dilaksanakan. Adapun beberapa metode penjadwalan adalah sebagai berikut:

  Metode Gantt Chart

  • Metode CPM (Critical Path Method)
  • Metode PERT (Project Evaluation and Review Technique)
  • Metode PDM (Precedence Diagram Method )
  • Metode Schedule Linear ( Line of Balance )
  • 2.5.1 Metode Gantt Chart

  Pada tahun 1917, Henry Gantt mengembangkan sebuah metode untuk membantu penjadwalan job shops. Metode ini akhirnya terkenal dan dipakai sampai sekarang dengan nama Gantt Chart. Gantt Chart adalah suatu metode yang bernilai khususnya untuk proyek-proyek dengan jumlah anggota tim yang sedikit. Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub-sub tugas dari proyek. Semakin banyak tugas-tugas dalam proyek dan semakin penting urutan antara tugas-tugas maka senakin besar kecendrungan dan keinginan untuk memodifikasi gant chart. Gant chart membantu menjawab pertanyaan- pertanyaan “what if” saat melihat kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap kebutuan. Gantt Chart merupakan suatu grafik dimana ditampilkan kotak-kotak yang mewakili setiap tugas dan panjang masing-masing setiap kotak menunjukkan waktu pengerjaan tugas-tugas tersebut dalam format perwaktuan tertentu seperti jam, hari, tanggal, minggu, bulan atau tahun .

Gambar 2.3 Grant Chart dengan format perwaktuan hariGambar 2.4 Grand Chart Dengan Format Perwaktuan Bulan

  Beberapa keuntungan dalam menggunakan Gantt Chart: Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat

  • komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
  • sesungguhnya pada saat pelaporan. Beberapa kerugian dalam menggunakan Gantt Chart:

  Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan

  • kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru

  Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu

2.5.2 Metode CPM ( Critical Path Method)

  Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk

  perencanaan dan pengendalian sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont untuk membangun suatu pabrik kimia dengan tujuan untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan- pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007). Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek

  Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat (Taha, 2007). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis harus mampu dilakukan oleh seorang manajer proyek dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek.

  Jaringan Kerja

  Menurut Eka, Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.

  Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) : (anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu

  • tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke
kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.

  • atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan- kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.

  (lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa

  • activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.

  (anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy

  • Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005) : a.

  (anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis.

  Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah. b.

  Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.

  c.

  Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.

  d.

  Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).

  Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 2.5 Ketergantungan Logikal Penggambaran Diagram Jaringan Kerja a.

  Kegiatan B hanya dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilaksanakan.

  b.

  Kegiaatan C hanya dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai dilaksanakan c. Kegiatan B dan C dapat dimulai setelah kegiatan A selesai dilaksanakan.

  d.

  Kegiatan C dan D hanya dapat dilakukan setelah kegiatan A dan B selesai dilaksanakan Ervianto (2004) menjelaskan dalam CPM (Critical Path Method) dikenal EET ( Earliest Event Time) dan LET (Last Event Time), Total Float, Free Float, dan Float Interferen, EET itu sendiri adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event.

Gambar 2.6 EET dan LET suatu Kegiatan

  X /(i, j) = nama kegiatan

  i = Peristiwa awal kegiatan X j = Peristiwa akhir kegiatan X

  Lij = Durasi kegiatan (i, j) EET ( Earliest Event Time) Perhitungan maju untuk mengitung EET (Earliest Event Time)

  EET = (EET + d)

  j i max

  Prosedur menghitung EET :  Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor satu berturut-turut samapi nomor maksimal  Tentukan nilai EET untuk pristiwa nomor satu (paling kiri) sama dengan nol.

   Dapat dihitung nilai EET berikutnya dengan rumus diatas. LET (Last Event Time) Perhitungan waktu mundur untuk menghitung LET (Last Event Time) LET = (LET + d)

  i j max Prosedur Perhitungan LET :  Tentukan nilai LET peristiwa terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET kegiatan trakhir.

   Dapat dihitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus diatas  Bila terdapat lebih dari satu kegiatan ( termasuk dammy) maka dipilih LET yang minimum.

  Total Float (TF)

  • Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kehiatan boleh ditunda atau
  • terlambat tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Nilai Total Float (TF) adalah

  TF = LET

  • – d - EET Contoh: Float total kegiatan D : TF = LET
  • – d – EET = 9 – 2 – 5 = 2 Nilai TF = 2, Berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaannya maksimal dua minggu tanpa menyebabkan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek.

  Free Float (FF)

  Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat, tanpa mempengaruhi atau menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya. Nilai Free Float (FF) dapat dihitung:

  FF = EET

  beriku(j) – d – EET awal(i)

  Contoh: FF = EET j i = 8

  • – d - EET – 2 – 5 = 1 Nilai FF = 1, berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaannya maksimum 1 minggu tanpa mempengaruhi waktu pelaksanaan atau menyebabkan keterlambatan pada kegitan berikutnya (Kegiatan G).
    • Adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan lagi yang merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF), Sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.

  Inferent Float (IF)

  IF = TF

  • – FF Contoh:

  IF = TF

  • – FF = 2 – 1 =1
Nilai IF = 1, berarti kegiatan D boleh mengalami penundaan lagi sebesar maksimal 1 minggu lagi (sampai nilai IF = 0)

  Jalur Kritis

  Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999).

  Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997).

  Jalur kritis dalam suatu diagram jaringan adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan- kegiatan kritis dan peristiwa-peristiwa kritis yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan satu hari juga (Ali, 1997). Sedangkan peristiwa kritis merupakan peristiwa yang memiliki EET - i = LET i sehingga EET i LET i = 0 hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lintasan kritis sama dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. (Siagian, 1998).

  Menurut Badri (1997) Manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut : Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek

  • tertunda penyelesaiannya.
  • lintasan kritis dapat dipercepat.

  Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada

  • dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur.

  Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat

  • lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.

  Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui

2.5.3 Metode PERT ( Project Evaluation and Review Technique)

  Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan yang diberi nama diagram PERT, merupakan singkatan dari Program Evaluation and

  

Review Technique. Diagram PERT dapat digunakan untuk mempermudah proses

  perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktifitas. Pada diagram PERT, suatu aktifitas dalam proyek diwakili dengan jaringan simpul dan tanda panah yang kemudian dievaluasi untuk menentukan kegiatan- kegiatan terpenting, meningkatkan jadwal yang diperlukan dan merevisi kemajuan- kemajuan saat proyek telah dijalankan. Jadi pada metode PERT ini dilakukan dengan cara pembentukan diagram anak panah.

  Teknik PERT (Project Evaluation and Review Technique) adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.

  Menurut Gusti Ayu metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur-unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan-kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi

  Probabiiitas Dalam Penjadwalan Proyek

  Gusti Ayu menjelaskan bahwa teori Probabilitas dengan kurva distibusinya bermaksud untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta menjelaskannya secara kuantitatif.

  Dalam metode PERT, diketahui tiga angka estimasi setiap kegiatan. Tujuan dari penggunaan tiga angka estimasi adalah untuk memberikan rentang waktu yang paling lebar dalam melakukan sasaran dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan. Ketiga estimasi durasi tersebut adalah:

  • Kurun waktu optimistik adalah durasi yang tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam seratus kali kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama

  Kurun waktu optimistic (optimistic duration time)

  • Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

  Kurun waktu paling mungkin (most likely time)

  • Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, bila segala sesuatunya serba tidak baik. Durasi disini dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

  Kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)

  Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang disebut (te) atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time).

  Dalam menentukan nilai (te) dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik (b) adalah sama. Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin adalah empat kali lebih besar dari kedua peristiwa optimistik dan pesimistik sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam) sesuai dengan rentang kurva distribusi peristiwa yang telah di standarkan. Rumusannya adalah ( Yamit, 2003): Dimana: te = waktu yang diharapkan a = waktu optimis b = waktu pesimis m = waktu paling mungkin

  Identifikasi Jalur Kritis dan Slack

Dokumen yang terkait

Analisa Percepatan Durasi Proyek Dengan Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya (Time Cost Trade Off Method) (Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan)

26 171 92

Evaluasi Penjadwalan Waktu Dan Biaya Proyek Dengan Metode Pert Dan CPM (Study Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta Medan, Sumatera Utara)

22 133 104

Analisis Konsep Cadangan Waktu Pada Penjadwalan Proyek Dengan Critical Path Method (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

6 111 76

Evaluasi Penjadwalan Waktu dan Biaya Pada Proyek Pembangunan Gedung Kelas di Fakultas Ekonomi Universitas Jember Dengan Metode PERT

1 13 8

Evaluasi Penjadwalan Waktu Dan Biaya Pada Proyek Pembangunan Gedung Kelas Di Fakultas Ekonomi Universitas Jember Dengan Metode PERT

4 17 94

Studi Perbandingan Waktu Dan Biaya Dengan Metode Konstruksi Yang Berbeda (Studi Kasus Dalam Proyek Pembangunan Villa Grand Sinensis)

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan

1 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROYEK - Pengendalian Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Studi Kasus : Pembangunan Gardu Induk Pasir Pangaraian dan Bangkinang

0 0 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Manajemen Proyek Konstruksi - Analisis Anggaran Biaya dan Waktu Optimal dengan Least Cost Scheduling (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Percepatan Durasi Proyek Dengan Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya (Time Cost Trade Off Method) (Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan)

0 5 18