Analisis Konsep Cadangan Waktu Pada Penjadwalan Proyek Dengan Critical Path Method (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)
ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN
PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD
(CPM)
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam
menempuh Colloqium Doctum/Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh :
GEA GEBY AURORA SYAFRIDON
08 0404 045
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Konsep
Cadangan Waktu pada Penjadwalan Proyek Rumah Sakit Prima” guna memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan Studi Program Strata Satu pada Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan petunjuk, bantuan dan
dorongan pada penulis selama penyusunan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dalam penyelesaian tugas akhir
ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak/Ibu staf pengajar di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
5. Ayahanda dr. H. Syafridon, Sp.M dan Ibunda Hj. Norina Ridwan, AMG tercinta
yang selalu memberikan motivasi, nasehat, kasih sayang, doa, dukungan material
(3)
6. Adik-adik M.Fadhil Syafridon dan Syafira Syafridon tersayang yang selalu
memberikan motivasi, kasih sayang, doa dan dukungannya.
7. Kakek dan Nenek tersayang yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang, doa
dan dukungannya.
8. Sahabat tersayang Wika Lydia, S.Ked yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya.
9. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu, yang telah banyak memberikan perhatiannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna, baik tata bahasa maupun pembahasan materi,
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta referensi yang penulis miliki.
Oleh karena itu sangat diharapkan saran-saran serta kritikan yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
Medan, Desember 2012
Gea Geby Aurora Syafridon 08 0404 045
(4)
ABSTRAK
Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, biaya, dan mutu. Pemilihan metode penjadwalan pada proyek juga merupakan salah satu kebijakan yang sangat perlu diperhatikan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana awal.
CPM (Critical Path Method) merupakan suatu metode dalam mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis. CPM adalah metode perancangan alur proyek yang menggunakan perkiraan waktu tetap untuk setiap kegiatannya. Metode CPM memecahkan masalah dengan perhitungan maju, perhitungan mudur dan perhitungan cadangan waktu.
Cadangan waktu adalah kurun waktu proyek yang belum diperuntukkan (uncommitted) bagi kegiatan tertentu, sehingga dapat dipakai untuk memecahkan masalah proyek dalam aspek jadwal.
Kata Kunci :
(5)
DAFTAR ISI
Hal :
Kata Pengantar ……… i
Abstrak ……….. iii
Daftar Isi ……… iv
Daftar Gambar ……….. vii
Daftar Tabel ………... ix
Daftar Simbol ……… x
Daftar Lampiran ……… xi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……… 2
1.3 Tujuan Penulisan ……… 2
1.4 Manfaat Penulisan ……….. 3
1.5 Pembatasan Masalah ………... 3
1.6 Sistematika Penulisan ………. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum ……… 5
2.2 Proyek ……….. 7
2.2.1 Definisi Proyek ………. 7
2.2.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi ……….. 7
(6)
2.2.4 Unsur-Unsur Penyusunan Kegiatan Proyek ………. 9
2.3 Penjadwalan Proyek ……….. 10
2.3.1 tujuan dan Manfaat Perencanaan Jadwal ………... 10
2.3.2 Unsur-Unsur Penyusunan Kegiatan ………... 11
2.3.3 Macam-Macam Penjadwalan Proyek ……….... 11
2.3.3.1 Bar Chart(Diagram Batang) ……….. 11
2.3.3.2 Kurva S ………... 14
2.3.3.3 Presedence Diagram Method(PDM) ………. 16
2.3.3.4 Critical Path Method(CPM) ……….. 18
2.3.3.5 Program Evaluation and Review Technique(PERT) 23 2.4 Network Planning……….. 26
2.5 Konsep Cadangan Waktu (Time Reserve Management) ……….. 28
2.5.1 Waktu Kumulatif Jalur (WKJ) ……….. 28
2.5.2 Memantau dan Mengendalikan Jadwal Penggunaan Cadangan Waktu ………. 30
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian ………... 32
3.2 Lokasi Penelitian ………... 32
3.3 Jenis dan Sumber Data ………. 32
3.4 Metode Analisis Data ……… 33
3.5 Bagan Alir ……… 34
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ……….. 36
(7)
4.1.1 Analisis Penjadwalan Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima
dengan Critical Path Method(CPM) ……… 36
4.2 Pembahasan ……… 42
4.2.1 Analisis Penggunaan Cadangan Waktu ……….. 48
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………. 57
5.2 Saran ………... 58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR GAMBAR
Hal :
Gambar 2.1 : Sistem manajemen proyek ……… 6
Gambar 2.2 : Triple Constrain………... 6
Gambar 2.3 : Bar Chart………. 14
Gambar 2.4 : Kurva S ……… 16
Gambar 2.5 : Node PDM ……….. 17
Gambar 2.6 : Konstrain FF ……… 17
Gambar 2.7 : Konstrain FS ……… 17
Gambar 2.8 : Konstrain SS ……… 18
Gambar 2.9 : Konstrain SF ……… 18
Gambar 2.10 : Simbol kejadian CPM ……… 20
Gambar 2.11 : Simbol antarkejadian metode CPM ………... 20
Gambar 2.12 : Diagram CPM ……… 20
Gambar 2.13 : Sebuah kegiatan harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan lain dimulai ……….. 21
Gambar 2.14 : Tiga kegiatan harus diselesaikan lebih dahulusebelum kegiatan lain dimulai ………... 21
Gambar 2.15 : Dua kegiatan harus dimulai terlebih dahulu sebelum dua kegiatan lain dimulai ………. 21
Gambar 2.16 : Dua kegiatan harus selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai dan kegiatan lain dapat dimulai jika salah satu dari dua kegiatan sudah selesai ………. 22
(9)
Gambar 2.18 : Diagram perhitungan maju ……….. 23
Gambar 2.19 : Diagram perhitungan mundur ……….. 23
(10)
DAFTAR TABEL
Hal :
Tabel 4.1 : Hubungan ketergantungan antar kegiatan ……….. 37
Tabel 4.2 : Jumlah cadangan waktu pada tiap kegiatan ……… 44
Tabel : Perhitungan maju dan perhitungan mundur ………. 60
(11)
DAFTAR SIMBOL
Lingkaran (node), mewakili sebuah kejadian atau event yang
menunjukan titik waktu mulai/selesainya suatu kegiatan.
Anak panah mewakili sebuah kegiatan (activity) yang
memerlukan jangka waktu tertentu.
Anak panah putus-putus mewakili sebuah kegiatan semu (dummy)
yang tidak memerlukan jangka waktu.
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Time Schedule Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima
Lampiran II : Gambar Jaringan Kerja CPM
Lampiran III : Perhitungan Maju dan Perhitungan Mundur Metode CPM
(13)
ABSTRAK
Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, biaya, dan mutu. Pemilihan metode penjadwalan pada proyek juga merupakan salah satu kebijakan yang sangat perlu diperhatikan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana awal.
CPM (Critical Path Method) merupakan suatu metode dalam mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis. CPM adalah metode perancangan alur proyek yang menggunakan perkiraan waktu tetap untuk setiap kegiatannya. Metode CPM memecahkan masalah dengan perhitungan maju, perhitungan mudur dan perhitungan cadangan waktu.
Cadangan waktu adalah kurun waktu proyek yang belum diperuntukkan (uncommitted) bagi kegiatan tertentu, sehingga dapat dipakai untuk memecahkan masalah proyek dalam aspek jadwal.
Kata Kunci :
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membutuhkan
manajemen di berbagai bidang, karena keterpaduan antara teknologi yang dipakai dan
manajemen yang diterapkan akan membuahkan hasil atau produk yang optimum.
Seiring dengan perkembangan dunia industri konstruksi yang semakin pesat,
maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan sebuah proyek juga semakin
tinggi. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, berarti semakin panjang durasi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Untuk keluar dari masalah tersebut
adalah pelayanan manajemen konstruksi yang berfungsi sebagai alat bantu yang mampu
mengendalikan seluruh proses dalam proyek sehingga akan mencapai hasil yang optimal
dipandang dari segi waktu, biaya dan mutu (triple constraint).
Pemilihan metode pelaksanaan dan jadwal yang tepat sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu pelaksanaan pembangunan proyek. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembangunan suatu proyek adalah kecepatan waktu
pelaksanaan, ketepatan pencapaian mutu (quality) dan pengendalian biaya pelaksanaan.
Dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut akan didapatkan suatu hasil yang
maksimal dalam melaksanakan proyek tersebut.
Sebagian besar proyek pembangunan dibagi dalam beberapa kegiatan kerja
khusus, masing-masing dengan sasaran dan rentang waktu penyelesaiannya. Setiap
(15)
peralatan tertentu atau penggolongan kerja yang lebih spesifik. Keberhasilan
perencanaan proyek ditentukan adanya perencanaan kerja yang jelas sebelum proyek
konstruksi dimulai. Yang dimaksud dengan rencana kerja adalah suatu pembagian waktu
yang terinci untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari bagian pekerjaan
persiapan sampai pekerjaan akhir.
1.2 Perumusan Masalah
Umumnya terdapat beberapa proyek yang proses kegiatannya tidak berjalan
sesuai perencanaan dasar, terutama bagi proyek yang besar dan kompleks. Hal ini
disebabkan antara lain waktu menyusun perencanaan dasar belum cukup tersedia data
dan informasi yang diperlukan sehingga bahan perencanaan sebagian besar didasarkan
pada prakiraan dan asumsi. Sebagai contoh, akan sulit untuk menentukan selama proyek
berlangsung mengenai berapa besar berubahnya nilai tukar mata uang, atau adanya
pemogokan buruh, perubahan iklim yang tidak menolong, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu perubahan atau penyimpangan dari rencana selalu terjadi.
Dalam Tugas Akhir ini penyusun akan membahas tentang Time Reserve
Management atau dikenal dengan “cadangan waktu” sebagai salah satu metode
pengelolaan proyek yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan jadwal.
Sedangkan proses pengkajian dan perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan
aplikasi konsep tersebut menggunakan jaringan kerja Metode Jalur Kritis atau Critical
(16)
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui hasil evaluasi ulang pelaksanaan Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Prima yang mencakup waktu pelaksanaan di lapangan dengan menggunakan
Critical Path Method(CPM).
b. Mengetahui apakah tersedia cadangan waktu dalam pelaksanaan Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Prima.
c. Membandingkan metode penjadwalan proyek di lapangan dengan menggunakan
kurva S dengan Critical Path Method(CPM).
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa didapatkan dari perencanaan ini adalah :
a. Manfaat teoritis, yaitu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen konstruksi serta
penerapannya di lapangan.
b. Manfaat praktis, yaitu dapat memberikan gambaran kepada pelaksana proyek
bahwa metode CPM dapat dipakai untuk mengevaluasi apakah terdapat
cadangan waktu dari keseluruhan waktu yang diberikan oleh pemilik proyek
sehingga kurun waktu yang belum diperuntukkan (uncommitted) bagi
kegiatan tertentu tersebut dapat dipakai untuk memecahkan masalah proyek
(17)
1.5 Pembatasan Masalah
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, serta untuk memperjelas dan
memudahkan penulisan, maka permasalahan yang dibahas akan dibatasi.
Batasan-batasan tersebut meliputi :
a. Lokasi proyek yang digunakan sebagai objek pembahasan adalah proyek
pembangunan Rumah Sakit Prima.
b. Pengolahan data perencanaan dan pengendalian yang dibuat berdasarkan data-data dan dokumentasi perusahan.
c. Time Schedule proyek sebagai acuan untuk durasi masing-masing kegiatan
pelaksanaan pekerjaan.
d. Asumsi sumber daya tersedia dalam jumlah yang normal.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan Tugas Akhir ini maka
diuraikan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, pembatasan masalah dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari uraian tentang teori dasar yang
digunakan dalam mendukung penelitian ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, terdiri dari kerangka pemecahan
masalah dan gambaran umum dalam pengumpulan data, pengolahan
data serta analisa dari masalah yang diteliti.
(18)
penyelesaian masalah dikaitkan dengan teori maupun literature secara
sistematis.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari kesimpulan dan saran yang
diperlukan atas pembahasan dan penyelesaian masalah yang telah
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum
Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction
management). Kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain dan bersinergi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan proyek.
Teknologi konstruksi (construction technology) mempelajari metoda atau teknik
yang digunakan untuk mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek. Dalam bahasa
Inggris, istilah technology berasal dari kata techno dan logic. Logic, dapat diartikan
sebagai urutan dari setiap langkah kegiatan (prosedur), misalnya kegiatan X harus
dilaksanakan lebih dahulu, kemudian baru kegiatan Y dan seterusnya, sedangkan techno
adalah cara yang harus digunakan secara logic.
Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang
telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan
hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun horizontal (H. Kerzner, 1982).
Dari definisi di atas terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung
hal-hal pokok berikut :
a. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya
(20)
b. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan
secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan
yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
c. Memakai pendekatan sistem (system approach to management).
d. Mempunyai hirarki (arus kegiatan) horizontal disamping hirarki vertikal.
Gambar 2.1. Sistem Manajemen Proyek
Pada setiap proses penyelesaiannya, proyek konstruksi harus berpegang pada tiga
kendala (triple constraint), yaitu sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time
schedule, dan sesuai biaya yang direncanakan.
Gambar 2.2. Triple Constraint
Agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang diinginkan,
(21)
sesuai dengan ketiga batasan tersebut, diperlukan suatu sistem manajemen proyek.
Manajemen untuk constraint mutu, waktu dan biaya dilakukan dengan jalan
pengawasan (controlling). Constraint waktu dan biaya merupakan constraint yang
saling terkait satu sama lain. Sehingga untuk mengendalikan keduanya perlu dilakukan
usaha manajemen waktu dan biaya yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan
waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas yang cenderung
bertambah. Hal itu dapat dilakukan dengan bantuan Analisis Jaringan Kerja (network
analysis) yang berupa penyajian perencanaan dan pengendalian, khususnya jadwal
kegiatan secara sistematis dan analitis.
2.2 Proyek
2.2.1 Definisi Proyek
Proyek adalah suatu proses pembangunan fisik yang mempunyai waktu terbatas
(awal dan akhir proyek relatif pasti) dan hasil proyek yang bersifat unik (hanya
satu/terbatas).
Dari definisi proyek di atas, diketahui bahwa ciri pokok proyek adalah :
a. Memiliki tujuan atau hasil kerja akhir.
b. Biaya, jadwal dan mutu dalam pencapaian tujuan telah ditetapkan.
c. Waktu awal dan akhir proyek ditentukan dengan jelas.
d. Tidak berulang-ulang jenis kegiatan.
2.2.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu
(22)
Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah :
1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi
pondasi umumnya sudah diketahui.
3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressingpekerjaan.
Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah :
1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna
bagi kepentingan manusia.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi
pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada
umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana
yang berbeda.
2.2.3 Tahapan dalam Kegiatan Proyek
1.Tahap kegiatan persiapan tersebut meliputi :
a. Identifikasi gagasan proyek atau analisis pendahuluan.
b. Pengembangan gagasan menjadi konsep-konsep alternatif.
c. Evaluasi kelayakan konsep alternatif yang baik.
d. Penentuan konsep alternatif yang baik.
(23)
f. Menyusun perkiraan biaya.
g. Menyusun organisasi pelaksana.
2. Tahap pelaksanaan ditandai dengan kegiatan proyek, mencakup :
a. Menyiapkan rincian rekayasa desain untuk kegiatan pengadaan material
dan konstruksi.
b. Menyusun anggaran definitif dan jadwal induk proyek.
c. Pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja.
d. Pembelian material dan peralatan masuk pabrikasi.
e. Penyelesaian konstruksi, pra-operasi dan start-up.
2.2.4 Unsur-unsur Penyusunan Kegiatan Proyek
Penyusunan kegiatan secara logis menurut waktu tertentu, akan menghasilkan
rencana formal yang mencantumkan :
Kegiatan atau tugas Waktu
Sumber daya
Biaya, sebagai target dalam pelaksanaan nantinya
Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka
beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif,
yaitu :
1. Secara teknis jadwal tersebut bisa dipertanggungjawabkan (technically feasible).
2. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat (reliable estimate).
(24)
4. Sesuai dengan penjadwalan proyek lain yang menggunakan sumber daya yang
sama.
5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan.
6. Mendetail, dipakai sebagai alat ukur hasil yang dicapai dengan pengendalian
kemajuan proyek.
7. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.
2.3 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek merupakan hal yang sangat perlu kita perhatikan dalam
pelaksanaan proyek. Penjadwalan merupakan alat mutlak yang diperlukan guna
menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek yang berskala kecil yang hanya memiliki
beberapa kegiatan, umumnya penjadwalan tidak begitu mutlak dilakukan. Akan tetapi
pada proyek berskala besar serta rumitnya ketergantungan (keterkaitan) antar kegiatan,
penjadwalan serta kontrol menjadi sangat penting agar kegiatan dapat dilaksanakan
dengan efisien dan tepat waktu.
2.3.1 Tujuan dan Manfaat Perencanaan Jadwal
Jadwal bagi proyek adalah sangat penting untuk dapat menyelesaikan proyek
secara terjadwal. Untuk itu, sebelum proyek dimulai sebaiknya terlebih dahulu
direncanakan jadwal proyek. Tujuan perencanaan jadwal dalam suatu proyek adalah :
a. Mempermudah perumusan masalah proyek
b. Menemukan metode atau cara yang sesuai
(25)
d. Mendapatkan hasil yang optimum
Adapun manfaat dari perencanaan tersebut adalah :
a. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan
b. Mengetahui kegiatan yang perlu menjadi perhatian (kegiatan kritis)
c. Mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus
menyelesaikannya
2.3.2 Unsur-unsur Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan secara logis menurut waktu tertentu akan menghasilkan
rencana formal yang mencantumkan kegiatan, waktu, sumber daya, dan biaya sebagai
target di dalam pelaksanaan.
Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka
beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif,
yaitu :
a. Secara teknis jadwal tersebut bisa dipertanggung jawabkan
b. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat, seperti perkiraan waktu,
sumber daya serta biaya berdasarkan kegiatan pada proyek sebelumnya
c. Sesuai sumber daya yang tersedia
2.3.3 Macam-macam Penjadwalan Proyek
Dengan perkembangan saat ini, penjadwalan proyek mengalami perkembangan
yang pesat pula. Sampai saat ini terdapat beberapa metode penjadwalan yang sering
(26)
2.3.3.1 Bar Chart (Diagram Batang)
Bar chart adalah grafik batang dari sejumlah data kategori yang memiliki
sifat-sifat yang sama, seperti skala yang sama, periode pengumpulan yang sama
serta persamaan kondisi lainnya sehingga kategori data tersebut dapat
diperbandingkan.
Bar chart merupakan metode network planning yang cukup banyak
digunakan. Pada Gantt Chart ini mengkombinasikan dua hal, yaitu penjadwalan
dan fungsi perencanaan. Gantt chart ini lebih dikenal karena penggunaannya
yang mudah dan sederhana.
Sebuah Gantt Chart digunakan dengan mudah karena pelaksanaan sebuah
pekerjaan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya yang benar-benar dikerjakan
sesuai dengan urutan pekerjaan tanpa mendahului atau melewati waktu
perencanaan. Milestone chart juga merupakan bagian dari Gantt chart ini.
Dengan menggunakan Gantt chart dapat diperoleh berbagai keuntungan seperti
pada pelaksanaan pekerjaan, sebuah aktivitas mudah untuk dipahami urutan
pekerjaannya. Dengan bar chart sebuah urutan pelaksanaan mudah dibuat dan
diperbaiki. Namun, akibat dari ketidaktergantungannya pekerjaan yang satu
dengan yang lain, maka pelaksanaan pekerjaan akan menjadi lebih lama. Juga
dengan menggunakan metode ini, urutan kegiatan sebuah pekerjaan menjadi
(27)
Pembuatan bar chart bertujuan untuk memudahkan visualisasi dan
pembacaan data. Untuk mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam
merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai dan
pada saat pelaporan . penggambarannya terdiri dari baris kolom, pada kolom
tersusun urutan kegiatan, sedang baris menunjukkan periode waktu (jam, hari,
minggu atau bulan).
Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom terdapat
urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Baris menunjukkan periode
waktu yang dapat berupa jam, hari, mingguan, ataupun bulanan. Penggambaran
bar (batang) pada setiap baris kegiatan untuk menunjukkan waktu mulai dan
waktu selesainya kegiatan. Kelemahan bar chart, kurang dapat menjelaskan
keterkaitan kegiatan satu dengan yang lainnya. Bar chart mula-mula
diperkenalkan oleh Hendra Lawrence Gantt pada tahun 1917. Metode tersebut
bertujuan mengidentifikasi unsur waktu dan urutan untuk merencanakan suatu
kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai dan waktu pelaporan.
Aturan Bar Chart
Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom terdapat
urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Baris menunjukkan periode
waktu yang dapat berupa jam, hari, mingguan, ataupun bulanan.
Penggambaran bar (batang) pada setiap baris kegiatan untuk menunjukkan
(28)
bila diperlukan, pada masing-masing balok minimal dibubuhi keterangan
perihal :
Kurun Waktu Kegiatan
Rencana atau perkiraan kurun waktu maupun kenyataan waktu yang
digunakan. Kenyataan waktu yang digunakan yang terungkap pada
waktu pelaporan biasanya digambarkan dengan garis tabel, sejajar
dengan waktu pelaksanaan. Disini akan terlihat berapa besar
perbedaan antara perencanaan dan kenyataan.
Sumber Daya
Penjelasan mengenai jumlah sumber daya untuk menyelesaikan
kegiatan yang bersangkutan.
Node I dan J
Bila bagan balok ini dihasilkan dari analisis jaringan kerja, misalnya
CPM, maka akan meningkatkan dan mempermudah penggunaannya
bila dicantunkan pula penjelasan mengenai nomor node-I dan node-J
pada masing-masing kegiatan.
Garis Laporan
Laporan terkahir (setiap bulan) ditandai dengan garis putus vertikal.
Dengan demikian, akan terlihat seberapa jauh kemajuan atau
(29)
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponen yang bersangkutan dan
ditentukan urutan pelaksanaan pekerjaannya, kemudian diperkirakan kurun
waktu yang diperlukan.
Gambar 2.3. Bar Chart 2.3.3.2 Kurva S
Kurva S merupakan gambaran diagram persen kumulatif biaya yang
diplot pada suatu sumbu koordinat dimana sumbu absis (X) menyatakan waktu
sepanjang masa proyek dan sumbu (Y) menyatakan nilai persen kumulatif biaya
selama masa proyek tersebut. Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan
pengendalian biaya yang sangat lazim digunakan pada suatu proyek.
Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot
kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk
mengetahui kemajuan proyek tersebut.
Setelah mendapatkan bobot kegiatan, selanjutnya adalah membuat tabel
(30)
periode dijumlahkan dan selanjutnya bobot per periode ditambahkan periode
sebelumnya (kumulatif) sehingga akhir proyek akan mencapai 100%.
Tujuan pembuatan kuva S adalah untuk mengetahui pengeluaran biaya
yang dikeluarkan per satuan waktu dan progress pekerjaan yang didasarkan pada
volume yang dihasilkan di lapangan.
Gambar 2.4. Kurva S
Bobot kegiatan = ℎ
ℎ 100%
2.3.3.3 Presedence Diagram Method (PDM)
PDM adalah metode jaringan kerja dimana kegiatan ditulis dalam node
yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya berfungsi
sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Oleh
karena itu PDM sering disebut juga AON (Activity On Node).
(31)
Forward Analysis (perhitungan ke depan) untuk menentukan Earliest Start(ES) dan Earliest Finish(FS).
Backward Analysis (perhitungan ke belakang) untuk menentukan Latest Start(LS) dan Latest Finish(LF).
Bentuk node yang umum digunakan dalam diagram PDM adalah sebagai berikut:
Dimana,
ES : Earliest Start
EF : Earliest Finish
LS : Latest Start
LF : Latest Finish
Gambar 2.5. Node PDM D : Durasi
PDM mempunyai 4 jenis konstrain/hubungan logis ketergantungan, yaitu :
1. Finish to Finish (FF), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa
selesainya kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya
kegiatan sebelumnya (predecessor).
Gambar 2.6. Konstrain FF
2. Finish to Start (FS), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya
kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya kegiatan
sebelumnya (predecessor).
(32)
Gambar 2.7. Konstrain FS
3. Start to Start (SS), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya
kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada mulainya kegiatan
sebelumnya (predecessor).
Gambar 2.8. Konstrain SS
4. Start to Finish (SF), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya
kegiatan berikutnya tergantung pada mulainya kegiatan sebelumnya.
Gambar 2.9. Konstrain SF
2.3.3.4 Critical Path Method (CPM)
CPM (Critical Path Method) merupakan suatu metode dalam
mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis. CPM dikembangkan pada
tahun 1957 sebagai model jaringan untuk pemetaan alur sebuah proyek. CPM
adalah metode perancangan alur proyek yang menggunakan perkiraan waktu
(33)
Pada CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai
tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan
antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek. Jadi CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian
total proyek yang bersangkutan. Teknik penyusunan jaringan kerja yang terdapat
pada CPM, sama dengan yang digunakan pada PERT. Perbedaan yang terlihat
adalah bahwa PERT menggunakan activity oriented, sedangkan dalam CPM
menggunakan event oriented. Pada activity oriented anak-panah menunjukkan
activity atau pekerjaan dengan beberapa keterangan aktivitasnya, sedang event
orientedpada peristiwa merupakan pokok perhatian dari suatu aktivitas.
CPM mempunyai beberapa manfaat dalam kegiatan penjadwalan proyek,
antara lain :
Memprediksi waktu yang dibuthkan untuk menyelesaikan proyek. Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan
dalam menjaga jadwal penyelesaian proyek.
Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan suatu proyek. CPM sering disebut juga AOA (Activity On Arrow) yang terdiri dari anak
panah dan lingkaran/segi empat. Anak panah menggambarkan kegiatan/aktivitas,
sedangkan lingkaran/segiempat menggambarkan kejadian (event). Kejadian
(34)
anak panah disebut node “J”. Grafik atau bagan yang terdiri dari simbol-simbol
anak panah dan lingkaran/segiempat tersebut melambangkan ilustrasi dari sebuah
proyek.
Bentuk node yang umum digunakan dalam diagram CPM adalah sebagai berikut:
Gambar 2.10. Simbol Kejadian
Gambar 2.11. Simbol antarkejadian
Bentuk jaringan kerja CPM secara sederhana dapat dilihat pada diagram berikut,
(35)
Dimana,
Lingkaran (node), mewakili sebuah kejadian atau event yang
menunjukan titik waktu mulai/selesainya suatu kegiatan.
Anak panah mewakili sebuah kegiatan (activity) yang
memerlukan jangka waktu tertentu.
Anak panah putus-putus mewakili sebuah kegiatan semu (dummy)
yang tidak memerlukan jangka waktu.
Anak panah tebal mewakili kegiatan pada lintasan kritis.
Pada CPM terdapat logika ketergantungan antar kegiatan-kegiatan yang
dinyatakan sebagai berikut:
1. Kegiatan A harus selesai sebelum kegiatan B dimulai.
Gambar 2.13. Sebuah kegiatan harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan lain dimulai
2. Kegiatan A, B dan C harus selesai sebelum kegiatan D dapat dimulai.
Gambar 2.14. Tiga kegiatan harus diselesaikan lebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai
(36)
3. Kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D.
Gambar 2.15. Dua kegiatan harus dimulai terlebih dahulu sebelum dua kegiatan lain dimulai
4. Kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi
D sudah dapat dimulai bila kegiatan B telah selesai.
Gambar 2.16. Dua kegiatan harus selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai dan kegiatan lain dapat
dimulai jika salah satu dari dua kegiatan sudah selesai
5. Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang
sama.
(37)
Dalam CPM (Critical Path Method) dikenal beberapa istilah, yaitu EET
(Earliest Event Time) dan LET (Latest Event Time), Float, dan Critical Path.
EET adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah
peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event.
Berikut ini akan dijelaskan istilah-istilah yang terdapat pada CPM, yaitu:
EET (Earliest Event Time), adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. Untuk menghitung besarnya nilai EET, digunakan
perhitungan ke depan (forward analysis), dimulai dari kegiatan paling
awal dan dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya.
Gambar 2.18. Diagram Perhitungan Maju
EETj= EETi+ durasi A
EETk= EETj+ durasi B
LET (Latest Event Time), adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event. Untuk menghitung besarnya nilai LET,
digunakan perhitungan ke belakang (backward analysis), dimulai dari
kegiatan paling akhir dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
(38)
Gambar 2.19. Diagram Perhitungan Mundur
LETj= LETk– durasi B
LETi= LETj– durasi A
Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan penundaan atau perlambatan
kegiatan tersebut secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi penundaan
tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam
penyelesaiannya.
Lintasan kritis (critical path), adalah sebuah kegiatan yang menghubungkan antarkegiatan kritis. Aktifitas jalur terpanjang yang
dilewati antarkegiatan merupakan jalur kritis. Sebuah kegiatan dikatakan
kritis apabila penundaan saat awal akan menyebabkan penundaan waktu
penyelesaian keseluruhan proyek.
2.3.3.5 Program Evaluation and Review Technique (PERT)
Program Evaluation and Review Technique (PERT) adalah suatu model
jaringan yang mampu memetakan waktu penyelesaian kegiatan yang acak. PERT
dikembangkan pada akhir tahun 1950-an untuk proyek U.S. Navy’s Polaris yang
memiliki ribuan kontraktor. PERT dikembangkan agar tercipta ruang/potensi
untuk pengurangan waktu dan biaya yang diperlukan untuk penyelesaian proyek
(39)
Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang
melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari
beberapa titik(nodes)yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik
tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis
yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam
sebuah proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan.
Metode ini bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya
penundaan maupun gangguan konflik suatu jadwal. PERT pada prinsipnya
adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian kegiatan yang harus
didahulukan. Metode PERT ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu
hubungan ketergantungan yang logis, sehingga memungkinkan proyek
dikendalikan dengan jelas. Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara
umum adalah bahwa perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing-masing
kegiatan bersifat subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum
PERT cenderung terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah
proyek.
Diagram PERT sangat bermanfaat bagi pengelolaan sebuah proyek
karena menyediakan informasi berikut:
Jangka waktu penyelesaian proyek.
(40)
Tahapan kegiatan yang kritis, yang dapat berdampak langsung terhadap waktu penyelesaian proyek.
Kegiatan yang memiliki tenggat waktu relatif longgar yang seharusnya dapat dikelola sebagai tambahan waktu bagi tahapan kegiatan kritis.
Tanggal kegiatan dimulai dan tanggal kegiatan berakhir (periode program).
Untuk membuat jaringan kerja, harus diketahui semua kegiatan yang
terjadi pada suatu proyek, waktu (durasi) setiap kegiatan, dan ketergantungan
antar kegiatan (kegiatan pendahulu dan kegiatan pengikut).
Untuk dapat menjadwal dengan metode tersebut, ada beberapa hal yang
perlu diketahui, yaitu elemen-elemen PERT.
Lingkaran (node), mewakili sebuah kejadian atau event
yang menunjukan titik waktu mulai/selesainya suatu
kegiatan.
Anak panah mewakili sebuah kegiatan (activity) yang
memerlukan jangka waktu tertentu.
Anak panah putus-putus mewakili sebuah kegiatan semu
(41)
Gambar 2.20. Diagram PERT
2.4 Network Planning
Pengelolaan proyek berskala besar memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan
pengkoordinasian yang tepat dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Untuk itu
diperlukan prosedur yang tepat berdasarkan penggunaan network (jaringan) dan
teknik-teknik networkdalam perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian suatu proyek.
Dengan menggunakan penjadwalan yang memiliki sifat sistematis maka pihak
manajemen dapat mengetahui :
1. Hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.
2. Hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan.
3. Perkiraan biaya dan waktu realistis untuk setiap kegiatan.
4. Penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dngan cara hal-hal kritis
pada proyek.
Dalam penjadwalan proyek, dikenal juga istilah metode jaringan kerja atau
(42)
penyempurnaan dari bagan balok, karena dapat memberikan penyelesaian
masalah-masalah yang belum terpecahkan seperti lama perkiraan waktu penyelesaian proyek,
kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Pada dasarnya network planning dimaksudkan untuk merencanakan dan
mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang
kompleks dalam masalah design engineering, konstruksi dan pemeliharaan. Dari segi
penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan dari
bagan balok, karena dapat memberikan penyelesaian masalah-masalah yang belum
terpecahkan seperti lama perkiraan waktu penyelesaian proyek, kegiatan-kegiatan yang
bersifat kritis dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Network planning banyak membantu memecahkan persoalan perencanaan,
penjadwalan dan pengendalian proyek yang besar dan kompleks. Manfaat penggunaan
teknik-teknik network planning dalam pelaksanaan suatu proyek antara lain :
1. Untuk mengatur jalannya proyek.
2. Mengetahui lintasan kritis pekerjaan.
3. Mengetahui pekerjaan mana yang harus diutamakan dan dapat selesai tepat waktu.
4. Untuk persyaratan dokumen tender lelang proyek.
5. Untuk mengetahui jenis pekerjaan mana yang tidak masuk lintasan kritis sehingga
pengerjaannya bisa lebih santai sehingga tidak menggangu pekerjaan utama yang
harus tepat waktu.
6. Sebagai rekayasa value engineering sehingga dapat ditentukan metode kerja
(43)
Gambar 2.21. Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja
2.5 Konsep Cadangan Waktu (Time Reserve Management)
Cadangan waktu adalah kurun waktu proyek yang belum diperuntukkan
(uncommitted) bagi kegiatan tertentu, sehingga dapat dipakai untuk memecahkan
masalah proyek dalam aspek jadwal (Dennis H. Busch, 1991).
Konsep cadangan waktu dijabarkan sebagai perbandingan antara waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek terhadap waktu yang tersedia.
Dalam konteks yang spesifik, CW adalah cadangan waktu pada jalur tertentu dari
urutan kegiatan proyek. Adapun WKJ merupakan jumlah kumulatif kurun waktu untuk
menyelesaikan node-node pada jalur tersebut. Angka CW dapat positif, negatif, atau nol.
Positif berarti waktu yang tersedia lebih besar dari waktu yang diperlukan guna
(44)
diperlukan. Sedangkan angka CW negatif berarti tidak cukup waktu untuk
menyelesaikan proyek sesuai jadwal.
2.5.1 Waktu Kumulatif Jalur – WKJ
Idealnya jadwal yang dihasilkan dari perencanaan dasar sudah merupakan
perencanaan yang memiliki WKJ yang terpendek, akan tetapi telah diketahui bahwa
pada awal proyek sewaktu membuat perencanaan dasar, masih terbatas data dan
informasi yang tersedia, sehingga WKJ yang tersusun masih banyak memiliki peluang
untuk penyempurnaan.
Cadangan Waktu Node
Untuk menghitung CW jalur, terlebih dahulu ditinjau cadangan waktu
node CW. Selanjutnya, dianalisis bagaimana hubungan CW node-node yang
menjadi komponen jalur tersebut terhadap CW jalur proyek secara keseluruhan.
Batasan cadangan waktu node dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.
Cadangan waktu node,
CW = EET – LET
Dimana,
CW = Cadangan Waktu
EET = Earliest Event Time
LET = Latest Event Time
Angka CW dapat positif dan negatif. Positif berarti bahwa node yang
bersangkutan memiliki waktu tersedia lebih besar dari yang diperlukan untuk
(45)
sebaliknya. Untuk menghitung cadangan waktu node, urutannya adalah sebagai
berikut :
a. Dari kalender kerja diambil angka-angka numerik parameter EET dan
LET dari node.
b. Hitung CW dengan rumus diatas.
2.5.2 Memantau dan Mengendalikan Jadwal Penggunaan Cadangan Waktu
Syarat utama agar kegiatan pengendalian efektif adalah adanya tolok ukur yang
dapat dipakai sebagai pembanding objek yang dikaji. Dalam hal pengendalian jadwal,
tolok ukur yang dimaksud berupa jadwal induk. Jadwal induk ini terdiri dari beberapa
milestone sebagai sasaran kegiatan komponen proyek.
Pada umumnya cadangan waktu yang tersedia pada beberapa kegiatan dalam suatu
proyek dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut:
1. Memperpanjang rentang waktu dari kegiatan non kritis sehingga dapat
mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan sumber daya manusia.
2. Penundaan mulainya beberapa kegiatan dalam rangka menyesuaikan dengan
situasi yang berkaitan dengan baik buruknya cuaca, kemungkinan pelaksanaan
konstruksi yang lebih mapan, atau sekedar memperlambat sementara kegiatan
berkaitan dengan proses manajemen.
3. Merangkai kegiatan non kritis tertentu yang memerlukan sumber daya yang
sama untuk penyelesaiannya, sebagai contoh kita dapat menggunakan peralatan
tertentu dengan cara memindah-mindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya,
(46)
Cadangan waktu akan memberikan kesempatan cukup dalam mengatur penjadwalan
(47)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mencoba membandingkan waktu
pelaksanaan pembangunan Rumah Sakit Prima di lapangan yang menggunakan kurva S
dengan CPM (Critical Path Method).
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian, untuk memperoleh data, penulis menggunakan data
yang telah ada dan diperoleh langsung dari CV.PRIMA ABADI JAYA yaitu berupa time
schedule proyek pembangunan Rumah Sakit Prima yang beralamat di Jl. Belanga (Simp.
Ayahanda) No. 1 Medan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam pelaksanaan penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa jenis data
yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini. Data
primer yang diperlukan untuk penelitian ini berupa data Kurva S yang diperoleh
dari konsultan, kontraktor dan pengawas proyek tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas
akhir ini. Data sekunder ini merupakan data-data yang diperoleh dari literatur
(48)
3.4 Metode Analisis Data
Dalam Tugas Akhir ini penyusun akan membandingkan waktu pelaksanaan
pembangunan Rumah Sakit Prima yang di lapangan menggunakan Kurva S dengan
CPM (Critical Path Method) serta menganalisis ketersediaan cadangan waktu setelah
dilakukan penjadwalan ulang menggunakan CPM.
Data primer berupa time schedule akan dianalisis menggunakan CPM yang
digunakan untuk menganalisis jaringan kerja proyek. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengevaluasian ulang time scheduleproyek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan
tiap pekerjaan.
2. Membuat jaringan kerja CPM.
3. Mengidentifikasi jalur kritis dan jalur non kritis pada jaringan.
4. Menghitung jumlah hari cadangan waktu yang didapat dari jalur non kritis
(49)
3.5 Bagan Alir
Bagan alir penulisan tugas akhir
(50)
Bagan alir perhitungan metode CPM
(51)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil
Pada penelitian ini akan dilakukan analisa ulang waktu penjadwalan proyek
dengan menggunakan CPM. Unsur-unsur yang dibutuhkan untuk membuat jaringan
CPM adalah jenis pekerjaan proyek, perkiraan waktu pelaksanaan pekerjan dan logika
ketergantungan kegiatan proyek. Jika data-data tersebut dapat diperoleh, kita dapat
menghitung EET (Earliest Event Time) dan LET (Latest Event Time), Float, danCritical
Path dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dilakukan karena pemilihan metode
pelaksanaan dan jadwal yang tepat akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
pelaksanaan pembangunan proyek.
Dari data yang didapat dalam bentuk time schedule proyek pembangunan rumah
sakit Prima diperoleh bahwa pembangunan rumah sakit tersebut terdiri dari berbagai
macam kegiatan/pekerjaan. Pekerjaan tersebut dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
pekerjaan basementyang terdiri dari 16 jenis kegiatan dan pekerjaan bangunan atas yang
terdiri dari 81 jenis kegiatan.
Data time scheduleproyek secara detail dapat dilihat pada lampiran 1.
4.1.1 Analisis Penjadwalan Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima dengan
Critical Path Method(CPM)
Sebelum menganalisis suatu proyek, dibuat suatu daftar logika ketergantungan
antar kegiatan yang disajikan dalam Tabel 4.1 serta dilanjutkan dengan menggambarkan
jaringan kerja seluruh kegiatan pembangunan gedung yang dapat dilihat pada gambar
(52)
Jaringan kerja dibuat untuk menjelaskan hubungan antara kegiatan dan waktu
perencanaan proyek. Penyusunan jaringan kerja ini dibuat berdasarkan logika mengenai
keterkaitan suatu aktivitas kegiatan dengan aktivitas-aktivitas kegiatan lainnya dalam
menyelesaikan proyek secara keseluruhan. Setelah network digambarkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu
perhitungan maju (forward analysis) dan perhitungan mundur (backward analysis). Pada
bab 2 telah dibahas perhitungan maju dan mundur, yaitu sebagai berikut:
Perhitungan maju EETj= EETi+ durasi A
EETk= EETj+ durasi B
Perhitungan mundur LETj= LETk– durasi B
LETi= LETj– durasi A
Untuk mempermudah proses pembuatan jaringan kerja, sebelumnya perlu dibuat
hubungan ketergantungan antar kegiatan yang disajikan dalam Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Hubungan ketergantungan antar kegiatan
No. Uraian Kegiatan Kegiatan Durasi
(hari)
Aktivitas Pendahulu A. BASEMENT
1. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang A1 19
-2. Galian Tanah A2 15 A1
3. Galian Pile Cup & Sloof A3 11 A1
4. Lantai Kerja A4 10 A1
(53)
6. Pembesian Pile Cup A6 7 A1
7. Pembesian Sloof A7 6 A1
8. Pembesian Stick Kolom A8 6 A1
9. Pembesian Plat Lantai Basement A9 6 A1
10. Pengecoran Base Plate Basement A10 2 A4
11. Pembesian Dinding Basement A11 8 A2, A6, A10
12. Bekisting Dinding Basement A12 11 A9
13. Pengecoran Dinding Basement A13 9 A9
14. Pembesian Kolom Basement ke Lt. 1 A14 4 A2, A6, A10 15. Bekisting Kolom Basement ke Lt. 1 A15 3 A14 16. Pengecoran Kolom Basement ke Lt. 1 A16 3 A14 B. BANGUNAN ATAS
17. Bekisting Balok & Plat Lt. 1 B17 14 A14 18. Pembesian Balok & Plat Lt. 1 B18 11 A11, A15 19. Pengecoran Balok & Plat Lt. 1 B19 2 A12, A13 20. Pembesian Kolom Lt. 1 ke Lt. 2 B20 3 B17, B18 21. Bekisting Kolom Lt. 1 ke Lt. 2 B21 3 B17, B18
22. Pengecoran Kolom Lt. 1 ke Lt. 2 B22 3 B21
23. Bekisting Balok & Plat Lt. 2 B23 12 B17, B18 24. Pembesian Balok & Plat Lt. 2 B24 9 B21 25. Pengecoran Balok & Plat Lt. 2 B25 2 B22 26. Pembesian Kolom Lt. 2 ke Lt. 3 B26 3 B23, B24 27. Bekisting Kolom Lt. 2 ke Lt. 3 B27 3 B23, B24 28. Pengecoran Kolom Lt. 2 ke Lt. 3 B28 3 B26, B27 29. Bekisting Balok & Plat Lt. 3 B29 12 B23, B24 30. Pembesian Balok & Plat Lt. 3 B30 9 B26, B27 31. Pengecoran Balok & Plat Lt. 3 B31 1 B30
32. Pembesian Kolom Lt. 3 ke Lt. 4 B32 3 B31
(54)
34. Pengecoran Kolom Lt. 3 ke Lt. 4 B34 3 B32, B33 35. Bekisting Balok & Plat Lt. 4 B35 12 B31 36. Pembesian Balok & Plat Lt. 4 B36 9 B32, B33 37. Pengecoran Balok & Plat Lt. 4 B37 2 B34 38. Pembesian Kolom Lt. 4 ke Lt. 5 B38 3 B35, B36 39. Bekisting Kolom Lt. 4 ke Lt. 5 B39 3 B35, B36
40. Pengecoran Kolom Lt. 4 ke Lt. 5 B40 3 B39
41. Bekisting Balok & Plat Lt. 5 B41 11 B34 42. Pembesian Balok & Plat Lt. 5 B42 9 B35, B36 43. Pengecoran Balok & Plat Lt. 5 B43 2 B40 44. Pembesian Kolom Lt. 5 ke Lt. 6 B44 3 B41, B42 45. Bekisting Kolom Lt. 5 ke Lt. 6 B45 3 B41, B42
46. Pengecoran Kolom Lt. 5 ke Lt. 6 B46 3 B45
47. Bekisting Balok & Plat Lt. 6 B47 11 B40 48. Pembesian Balok & Plat Lt. 6 B48 9 B41, B42 49. Pengecoran Balok & Plat Lt. 6 B49 2 B46 50. Pembesian Kolom Lt. 6 ke Lt. 7 B50 3 B47, B48 51. Bekisting Kolom Lt. 6 ke Lt. 7 B51 3 B47, B48 52. Pengecoran Kolom Lt. 6 ke Lt. 7 B52 3 B50, B51 53. Bekisting Balok & Plat Lt. 7 B53 11 B46 54. Pembesian Balok & Plat Lt. 7 B54 9 B47, B48 55. Pengecoran Balok & Plat Lt. 7 B55 2 B52 56. Pembesian Kolom Lt. 7 ke Lt. 8 B56 3 B53, B54 57. Bekisting Kolom Lt. 7 ke Lt. 8 B57 3 B53, B54 58. Pengecoran Kolom Lt. 7 ke Lt. 8 B58 3 B56, B57 59. Bekisting Balok & Plat Lt. 8 B59 11 B52 60. Pembesian Balok & Plat Lt. 8 B60 9 B53, B54 61. Pengecoran Balok & Plat Lt. 8 B61 2 B58 62. Pembesian Kolom Lt. 8 ke Lt. 9 B62 3 B59, B60
(55)
63. Bekisting Kolom Lt. 8 ke Lt. 9 B62 3 B59, B60 64. Pengecoran Kolom Lt. 8 ke Lt. 9 B64 3 B62, B63 65. Bekisting Balok & Plat Lt. 9 B65 11 B58 66. Pembesian Balok & Plat Lt. 9 B66 9 B61 67. Pengecoran Balok & Plat Lt. 9 B67 2 B64
68. Pembesian Kolom Lt. 9 ke Lt. 10 B68 3 B64
69. Bekisting Kolom Lt. 9 ke Lt. 10 B69 3 B64
70. Pengecoran Kolom Lt. 9 ke Lt. 10 B70 3 B68, B69 71. Bekisting Balok & Plat Lt. 10 B71 11 B64 72. Pembesian Balok & Plat Lt. 10 B72 9 B64 73. Pengecoran Balok & Plat Lt. 10 B73 2 B70 74. Pembesian Kolom Lt. 10 ke Lt. 11 B74 3 B71, B72 75. Bekisting Kolom Lt. 10 ke Lt. 11 B75 3 B71, B72 76. Pengecoran Kolom Lt. 10 ke Lt. 11 B76 3 B75 77. Bekisting Balok & Plat Lt. 11 B77 11 B70 78. Pembesian Balok & Plat Lt. 11 B78 9 B71, B72 79. Pengecoran Balok & Plat Lt. 11 B79 2 B76 80. Pembesian Kolom Lt. 11 ke Lt. 12 B80 3 B77, B78 81. Bekisting Kolom Lt. 11 ke Lt. 12 B81 3 B77, B78 82. Pengecoran Kolom Lt. 11 ke Lt. 12 B82 3 B81 83. Bekisting Balok & Plat Lt. 12 B83 11 B76 84. Pembesian Balok & Plat Lt. 12 B84 9 B77, B78 85. Pengecoran Balok & Plat Lt. 12 B85 2 B82 86. Pembesian Kolom Lt. 12 ke Lantai Atap B86 3 B83, B84 87. Bekisting Kolom Lt. 12 ke Lantai Atap B87 3 B83, B84 88. Pengecoran Kolom Lt. 12 ke Lantai Atap B88 3 B86, B87 89. Bekisting Balok & Plat Lantai Atap B89 8 B82 90. Pembesian Balok & Plat Lantai Atap B90 6 B83, B84 91. Pengecoran Balok & Plat Lantai Atap B91 1 B90
(56)
92. Pembesian Kolom Lantai Atap ke Lantai
Helipad B92 3 B90
93. Bekisting Kolom Lantai Atap ke Lantai
Helipad B93 3 B90
94. Pengecoran Kolom Lantai Atap ke Lantai
Helipad B94 3 B93
95. Bekisting Balok & Plat Lantai Helipad B95 10 B91 96. Pembesian Balok & Plat Lantai Helipad B96 8 B92, B93 97. Pengecoran Balok & Plat Lantai Helipad B97 1 B96
Contoh perhitungan pembuatan jaringan kerja dengan metode CPM, yaitu:
Perhitungan Maju EETj= EETi+ durasi A
- EET0= 0
- EET1= EET0+ durasi A1
= 0 + 19
= 19
- EET2= EET1+ durasi A2
= 19 + 15
= 34
- EET3= EET1+ durasi A3
= 19 + 11
= 30
- EET4= EET1+ durasi A4
= 19 + 10
(57)
- EET5= EET1+ durasi A5
= 19 + 11
= 30
Perhitungan Mundur LETj= LETk– durasi B
- LET97 = EET97
= 179
- LET96 = LET97- durasi B97
= 179 – 1
= 178
- LET95= LET97- durasi B97
= 179 – 1
= 178
- LET94= LET97- durasi B97
= 179 – 1
= 178
- LET93= LET96- durasi B96
= 178 – 8
= 170
- LET92= LET96- durasi B96
(58)
= 170
Perhitungan maju dan perhitungan mundur selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel lampiran 3.
4.2 Pembahasan
Dari hasil perhitungan dengan metode CPM diperoleh bahwa waktu untuk
menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit Prima adalah 179 hari.
Setelah melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur, langkah
selanjutnya adalah menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan
jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:
o Earliest Event Time(EET) = Latest Event Time(LET)
o Latest Event Time(LET) -Earliest Event Time(EET) = Durasi Kegiatan
Dari hasil pengolahan data pada jaringan kerja CPM, jalur kritis yang diperoleh yaitu
pada kegiatan A1 – A2 A11 B18 B21 B24 B27 B30 B31 B33 B36 B42
-B48 - B54 - B60 - B63 - B64 - B71 - B78 - B84 - B90 - B92 - B96 - B97 . Pada jalur
kritis ini terletak kegiatan-kegiatan yang apabila pelaksanaannya terlambat, akan
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
Berikut adalah uraian kegiatan yang bersifat kritis, yaitu:
- A1 yaitu pekerjaan pondasi tiang pancang.
- A2 yaitu pekerjaan galian tanah.
- A11 yaitu pekerjaan pembesian dinding basement.
- B18 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 1.
- B21 yaitu pekerjaan bekisting kolom lantai 1 ke lantai 2.
(59)
- B27 yaitu pekerjaan bekisting kolom lantai 2 ke lantai 3.
- B30 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 3.
- B31 yaitu pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai 3.
- B33 yaitu pekerjaan bekisting kolom lantai 3 ke lantai 4.
- B36 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 4.
- B42 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 5.
- B48 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 6.
- B54 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 7.
- B60 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 8.
- B63 yaitu pekerjaan bekisting kolom lantai 8 ke lantai 9.
- B64 yaitu pekerjaan pengecoran kolom lantai 8 ke lantai 9.
- B71 yaitu pekerjaan bekisting balok dan plat lantai 10.
- B78 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 11.
- B84 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai 12.
- B90 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai atap.
- B92 yaitu pekerjaan pembesian kolom lantai atap ke lantai helipad.
- B96 yaitu pekerjaan pembesian balok dan plat lantai helipad.
- B97 yaitu pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai helipad.
Selain kegiatan kritis, juga terdapat kegiatan non kritis atau kegiatan yang
memiliki cadangan waktu pada tiap waktu pekerjaannya. Berikut akan diuraikan
(60)
Tabel 4.2. Jumlah cadangan waktu pada tiap kegiatan
No. Uraian Kegiatan Kegiatan Jumlah cadangan waktu (hari)
A. BASEMENT
1. Galian Pile Cup & Sloof A3 12
2. Lantai Kerja A4 11
3. Bobok Kepala Tiang Pancang A5 12
4. Pembesian Pile Cup A6 16
5. Pembesian Sloof A7 42
6. Pembesian Stick Kolom A8 42
7. Pembesian Plat Lantai Basement A9 31
8. Pengecoran Base Plate Basement A10 11
9. Bekisting Dinding Basement A12 31
10. Pengecoran Dinding Basement A13 40
11. Pembesian Kolom Basement ke Lt. 1 A14 12 12. Bekisting Kolom Basement ke Lt. 1 A15 12 13. Pengecoran Kolom Basement ke Lt. 1 A16 12
B. BANGUNAN ATAS
14. Bekisting Balok & Plat Lt. 1 B17 26 15. Pengecoran Balok & Plat Lt. 1 B19 31 16. Pembesian Kolom Lt. 1 ke Lt. 2 B20 29 17. Pengecoran Kolom Lt. 1 ke Lt. 2 B22 15 18. Bekisting Balok & Plat Lt. 2 B23 13 19. Pengecoran Balok & Plat Lt. 2 B25 15
20. Pembesian Kolom Lt. 2 ke Lt. 3 B26 9
21. Pengecoran Kolom Lt. 2 ke Lt. 3 B28 7 22. Bekisting Balok & Plat Lt. 3 B29 1 23. Pembesian Kolom Lt. 3 ke Lt. 4 B32 18 24. Pengecoran Kolom Lt. 3 ke Lt. 4 B34 15
(61)
25. Bekisting Balok & Plat Lt. 4 B35 9 26. Pengecoran Balok & Plat Lt. 4 B37 16 27. Pembesian Kolom Lt. 4 ke Lt. 5 B38 11
28. Bekisting Kolom Lt. 4 ke Lt. 5 B39 8
29. Pengecoran Kolom Lt. 4 ke Lt. 5 B40 8 30. Bekisting Balok & Plat Lt. 5 B41 19 31. Pengecoran Balok & Plat Lt. 5 B43 14 32. Pembesian Kolom Lt. 5 ke Lt. 6 B44 12
33. Bekisting Kolom Lt. 5 ke Lt. 6 B45 9
34. Pengecoran Kolom Lt. 5 ke Lt. 6 B46 9 35. Bekisting Balok & Plat Lt. 6 B47 8 36. Pengecoran Balok & Plat Lt. 6 B49 9
37. Pembesian Kolom Lt. 6 ke Lt. 7 B50 7
38. Bekisting Kolom Lt. 6 ke Lt. 7 B51 4
39. Pengecoran Kolom Lt. 6 ke Lt. 7 B52 4 40. Bekisting Balok & Plat Lt. 7 B53 22 41. Pengecoran Balok & Plat Lt. 7 B55 20
42. Pembesian Kolom Lt. 7 ke Lt. 8 B56 2
43. Bekisting Kolom Lt. 7 ke Lt. 8 B57 15 44. Pengecoran Kolom Lt. 7 ke Lt. 8 B58 15 45. Bekisting Balok & Plat Lt. 8 B59 4 46. Pengecoran Balok & Plat Lt. 8 B61 15 47. Pembesian Kolom Lt. 8 ke Lt. 9 B62 22 48. Bekisting Balok & Plat Lt. 9 B65 17 49. Pembesian Balok & Plat Lt. 9 B66 15 50. Pengecoran Balok & Plat Lt. 9 B67 14 51. Pembesian Kolom Lt. 9 ke Lt. 10 B68 16 52. Bekisting Kolom Lt. 9 ke Lt. 10 B69 13 53. Pengecoran Kolom Lt. 9 ke Lt. 10 B70 13
(62)
54. Pembesian Balok & Plat Lt. 10 B72 11 55. Pengecoran Balok & Plat Lt. 10 B73 13 56. Pembesian Kolom Lt. 10 ke Lt. 11 B74 9 57. Bekisting Kolom Lt. 10 ke Lt. 11 B75 6 58. Pengecoran Kolom Lt. 10 ke Lt. 11 B76 6 59. Bekisting Balok & Plat Lt. 11 B77 6 60. Pengecoran Balok & Plat Lt. 11 B79 8 61. Pembesian Kolom Lt. 11 ke Lt. 12 B80 6 62. Bekisting Kolom Lt. 11 ke Lt. 12 B81 3 63. Pengecoran Kolom Lt. 11 ke Lt. 12 B82 3 64. Bekisting Balok & Plat Lt. 12 B83 6 65. Pengecoran Balok & Plat Lt. 12 B85 7 66. Pembesian Kolom Lt. 12 ke Lt. Atap B86 5 67. Bekisting Kolom Lt. 12 ke Lt. Atap B87 2 68. Pengecoran Kolom Lt. 12 ke Lt. Atap B88 2 69. Bekisting Balok & Plat Lantai Atap B89 3 70. Pengecoran Balok & Plat Lantai Atap B91 2 71. Bekisting Kolom Lt. Atap ke Lt. Helipad B93 8
72. Pengecoran Kolom Lantai Atap ke Lantai
Helipad B94 5
Contoh perhitungan untuk mencari cadangan waktu pada tiap node, yaitu :
- CWA3= EET3– LET3
= 35 – 34 = 1
- CWA4= EET4– LET4
= 31 – 30 = 1
(63)
- CWA5= EET5– LET5
= 31 – 30 = 1
- CWA6= EET6– LET6
= 34 – 26 = 8
- CWA7= EET7– LET7
= 41 – 25 = 16
Perhitungan CW selengkapnya dapat dilihat pada Tabel lampiran 4.
4.2.1 Analisis Penggunaan Cadangan Waktu
Pada dasarnya cadangan waktu dapat digunakan untuk mengatur ulang jadwal
pengerjaan suatu kegiatan proyek, salah satunya adalah penundaan waktu mulai setiap
kegiatan yang memiliki cadangan waktu.
1. Kegiatan galian pile cup dan sloof (A3) yang memiliki cadangan waktu selama
12 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 10 Juli 2011.
2. Kegiatan lantai kerja (A4) yang memiliki cadangan waktu selama 11 hari, dapat
dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 11 Juli 2011.
3. Kegiatan bobok kepala tiang pancang (A5) yang memiliki cadangan waktu
(64)
4. Kegiatan pembesian pile cup (A6) yang memiliki cadangan waktu selama 16
hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 21 Juli 2011.
5. Kegiatan pembesian sloof (A7) yang memiliki cadangan waktu selama 42 hari,
dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 18 Agustus 2011.
6. Kegiatan pembesian stick kolom (A8) yang memiliki cadangan waktu selama 42
hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 18 Agustus 2011.
7. Kegiatan pembesian plat lantai basement (A9) yang memiliki cadangan waktu
selama 31 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 8 Agustus 2011.
8. Kegiatan pengecoran base plate basement (A10) yang memiliki cadangan waktu
selama 11 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 19 Juli 2011.
9. Kegiatan bekisting dinding basement (A12) yang memiliki cadangan waktu
selama 31 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 14 Agustus
2011.
10. Kegiatan pengecoran dinding basement (A13) yang memiliki cadangan waktu
selama 40 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 25 Agustus
2011.
11. Kegiatan pembesian kolom basement ke lantai 1 (A14) yang memiliki cadangan
waktu selama 12 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 24 Juli
2011.
12. Kegiatan bekisting kolom basement ke lantai 1 (A15) yang memiliki cadangan
waktu selama 12 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 29 Juli
(65)
13. Kegiatan pengecoran kolom basement ke lantai 1 (A16) yang memiliki
cadangan waktu selama 12 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
29 Juli 2011.
14. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 1 (B17) yang memiliki cadangan waktu
selama 26 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 12 Agustus
2011.
15. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 1 (B19) yang memiliki cadangan
waktu selama 31 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 25
Agustus 2011.
16. Kegiatan pembesian kolom lantai 1 ke lantai 2 (B20) yang memiliki cadangan
waktu selama 29 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 29
Agustus 2011.
17. Kegiatan pengecoran kolom lantai 1 ke lantai 2 (A22) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 18
Agustus 2011.
18. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 2 (B23) yang memiliki cadangan waktu
selama 13 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 13 Agustus
2011.
19. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 2 (B25) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 24
(66)
20. Kegiatan pembesian kolom lantai 2 ke lantai 3 (B26) yang memiliki cadangan
waktu selama 9 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 21
Agustus 2011.
21. Kegiatan pengecoran kolom lantai 2 ke lantai 3 (B28) yang memiliki cadangan
waktu selama 7 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 22
Agustus 2011.
22. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 3 (B29) yang memiliki cadangan waktu
selama 1 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 13 Agustus 2011.
23. Kegiatan pembesian kolom lantai 3 ke lantai 4 (B32) yang memiliki cadangan
waktu selama 18 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 23
September 2011.
24. Kegiatan pengecoran kolom lantai 3 ke lantai 4 (B34) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 23
September 2011.
25. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 4 (B35) yang memiliki cadangan waktu
selama 9 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 14 September
2011.
26. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 4 (B37) yang memiliki cadangan
waktu selama 16 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 30
September 2011.
27. Kegiatan pembesian kolom lantai 4 ke lantai 5 (B38) yang memiliki cadangan
waktu selama 11 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 28
(67)
28. Kegiatan bekisting kolom lantai4 ke lantai 5 (B39) yang memiliki cadangan
waktu selama 8 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 25
September 2011.
29. Kegiatan pengecoran kolom lantai 4 ke lantai 5 (B40) yang memiliki cadangan
waktu selama 8 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 28
September 2011.
30. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 5 (B41) yang memiliki cadangan waktu
selama 19 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 4 Oktober 2011.
31. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 5 (B43) yang memiliki cadangan
waktu selama 14 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 7
Oktober 2011.
32. Kegiatan pembesian kolom lantai 5 ke kolom lantai 6 (B44) yang memiliki
cadangan waktu selama 12 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
7 Oktober 2011.
33. Kegiatan bekisting kolom lantai 5 ke lantai 6 (B45) yang memiliki cadangan
waktu selama 9 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 5 Oktober
2011.
34. Kegiatan pengecoran kolom lantai 5 ke lantai 6 (B46) yang memiliki cadangan
waktu selama 9 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 8 Oktober
2011.
35. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 6 (B47) yang memiliki cadangan waktu
(68)
36. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 6 (B49) yang memiliki cadangan
waktu selama 9 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 11
Oktober 2011.
37. Kegiatan pembesian kolom lantai 6 ke lantai 7 (B50) yang memiliki cadangan
waktu selama 7 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 12
Oktober 2011.
38. Kegiatan bekisting kolom lantai 6 ke lantai 7 (B51) yang memiliki cadangan
waktu selama 4 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 9 Oktober
2011.
39. Kegiatan pengecoran kolom lantai 6 ke lantai 7 (B52) yang memiliki cadangan
waktu selama 4 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 12
Oktober 2011.
40. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 7 (B53) yang memiliki cadangan waktu
selama 22 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 25 Oktober
2011.
41. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 7 (B55) yang memiliki cadangan
waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 13
Oktober 2011.
42. Kegiatan pembesian kolom lantai 7 ke lantai 8 (B56) yang memiliki cadangan
waktu selama 18 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 1
(69)
43. Kegiatan bekisting kolom lantai 7 ke lantai 8 (B57) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 29
Oktober 2011.
44. Kegiatan pengecoran kolom lantai 7 ke lantai 8 (B58) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 1
November 2011.
45. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 8 (B59) yang memiliki cadangan waktu
selama 4 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 16 Oktober 2011.
46. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 8 (B61) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 3
November 2011.
47. Kegiatan pembesian kolom lantai 8 ke lantai 9 (B62) yang memiliki cadangan
waktu selama 22 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 14
November 2011.
48. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 9 (B65) yang memiliki cadangan waktu
selama 17 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 8 November
2011.
49. Kegiatan pembesian balok dan plat lantai 9 (B66) yang memiliki cadangan
waktu selama 15 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 8
November 2011.
50. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 9 (B67) yang memiliki cadangan
waktu selama 14 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 12
(70)
51. Kegiatan pembesian kolom lantai 9 ke lantai 10 (B68) yang memiliki cadangan
waktu selama 16 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 17
November 2011.
52. Kegiatan bekisting kolom lantai 9 ke lantai 10 (B69) yang memiliki cadangan
waktu selama 13 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 14
November 2011.
53. Kegiatan pengecoran kolom lantai 9 ke lantai 10 (B70) yang memiliki cadangan
waktu selama 13 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 17
November 2011.
54. Kegiatan pembesian balok dan plat lantai 10 (B72) yang memiliki cadangan
waktu selama 11 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 11
November 2011.
55. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 10 (B73) yang memiliki cadangan
waktu selama 13 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 20
November 2011.
56. Kegiatan pembesian kolom lantai 10 ke lantai 11 (B74) yang memiliki cadangan
waktu selama 9 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 19
November 2011.
57. Kegiatan bekisting kolom lantai 10 ke lantai 11 (B75) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 16
(71)
58. Kegiatan pengecoran kolom lantai 10 ke lantai 11 (B76) yang memiliki
cadangan waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
19 November 2011.
59. Kegiatan bekkisting balok dan plat lantai 11 (B77) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 14
November 2011.
60. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 11 (B79) yang memiliki cadangan
waktu selama 8 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 24
November 2011.
61. Kegiatan pembesian kolom lantai 11 ke lantai 12 (B80) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 25
November 2011.
62. Kegiatan bekisting kolom lantai 11 ke lantai 12 (B81) yang memiliki cadangan
waktu selama 3 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 22
November 2011.
63. Kegiatan pengecoran kolom lantai 11 ke lantai 12 (B82) yang memiliki
cadangan waktu selama 3 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
25 November 2011.
64. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 12 (B83) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 23
(72)
65. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 12 (B85) yang memiliki cadangan
waktu selama 7 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 2
Desember 2011.
66. Kegiatan pembesian kolom lantai 12 ke lantai atap (B86) yang memiliki
cadangan waktu selama 5 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
3 Desember 2011.
67. Kegiatan bekisting kolom lantai 12 ke lantai atap (B87) yang memiliki cadangan
waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 30
November 2011.
68. Kegiatan pengecoran kolom lantai 12 ke lantai atap (B88) yang memiliki
cadangan waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
3 Desember 2011.
69. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai atap (B89) yang memiliki cadangan
waktu selama 3 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 29
November 2011.
70. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai atap (B91) yang memiliki cadangan
waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 6
Desember 2011.
71. Kegiatan bekisting kolom lantai atap ke lantai helipad (B93) yang memiliki
cadangan waktu selama 8 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
(73)
72. Kegiatan pengecoran kolom lantai atap ke lantai helipad (B94) yang memiliki
cadangan waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
13 Desember 2011.
73. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai helipad (B95) yang memiliki cadangan
waktu selama 1 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 6
Desember 2011.
Penundaan jadwal dimulainya kegiatan-kegiatan di atas tidak akan menyebabkan
keterlambatan pada kegiatan selanjutnya karena masing-masing kegiatan tersebut
mempunyai cadangan waktu. Selain dapat dilakukan penundaan waktu mulai pekerjaan,
cadangan waktu dapat juga berdampak pada jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap kegiatan. Pada kegiatan yang bersifat non kritis, jumlah tenaga
kerja dapat dikurangi atau dapat dipindahkan ke kegiatan yang bersifat kritis agar
(1)
58. Kegiatan pengecoran kolom lantai 10 ke lantai 11 (B76) yang memiliki
cadangan waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
19 November 2011.
59. Kegiatan bekkisting balok dan plat lantai 11 (B77) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 14
November 2011.
60. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 11 (B79) yang memiliki cadangan
waktu selama 8 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 24
November 2011.
61. Kegiatan pembesian kolom lantai 11 ke lantai 12 (B80) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 25
November 2011.
62. Kegiatan bekisting kolom lantai 11 ke lantai 12 (B81) yang memiliki cadangan
waktu selama 3 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 22
November 2011.
63. Kegiatan pengecoran kolom lantai 11 ke lantai 12 (B82) yang memiliki
cadangan waktu selama 3 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
25 November 2011.
64. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai 12 (B83) yang memiliki cadangan
waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 23
(2)
71 65. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai 12 (B85) yang memiliki cadangan
waktu selama 7 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 2
Desember 2011.
66. Kegiatan pembesian kolom lantai 12 ke lantai atap (B86) yang memiliki
cadangan waktu selama 5 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
3 Desember 2011.
67. Kegiatan bekisting kolom lantai 12 ke lantai atap (B87) yang memiliki cadangan
waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 30
November 2011.
68. Kegiatan pengecoran kolom lantai 12 ke lantai atap (B88) yang memiliki
cadangan waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
3 Desember 2011.
69. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai atap (B89) yang memiliki cadangan
waktu selama 3 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 29
November 2011.
70. Kegiatan pengecoran balok dan plat lantai atap (B91) yang memiliki cadangan
waktu selama 2 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 6
Desember 2011.
71. Kegiatan bekisting kolom lantai atap ke lantai helipad (B93) yang memiliki
cadangan waktu selama 8 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
12 Desember 2011.
(3)
72. Kegiatan pengecoran kolom lantai atap ke lantai helipad (B94) yang memiliki
cadangan waktu selama 6 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal
13 Desember 2011.
73. Kegiatan bekisting balok dan plat lantai helipad (B95) yang memiliki cadangan
waktu selama 1 hari, dapat dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 6
Desember 2011.
Penundaan jadwal dimulainya kegiatan-kegiatan di atas tidak akan menyebabkan
keterlambatan pada kegiatan selanjutnya karena masing-masing kegiatan tersebut
mempunyai cadangan waktu. Selain dapat dilakukan penundaan waktu mulai pekerjaan,
cadangan waktu dapat juga berdampak pada jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap kegiatan. Pada kegiatan yang bersifat non kritis, jumlah tenaga
kerja dapat dikurangi atau dapat dipindahkan ke kegiatan yang bersifat kritis agar
(4)
73 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Pada dasarnya pemilihan metode pelaksanaan dan jadwal yang tepat sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu pelaksanaan pembangunan proyek. Dari analisis hasil
evaluasi ulang pelaksanaan Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima yang mencakup
waktu pelaksanaan di lapangan dengan menggunakanCritical Path Method(CPM) yang
dilakukan oleh penulis dapat diambl kesimpulan sebagai berikut:
1. Waktu total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut adalah 179
hari.
2. Jumlah cadangan waktu yang tersedia pada setiap kegiatan berbeda-beda, serta
dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut :
a. penundaan waktu mulai pekerjaan
b. pengaturan ulang jumlah tenaga kerja pada setiap kegiatan
3. Dengan menggunakan Critical Path Method (CPM), dapat diketahui secara
lebih terperinci kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dan kegiatan-kegiatan
yang bersifat non kritis yang jika dipergunakan dengan efektif akan memberikan
kesempatan cukup dalam mengatur penjadwalan kegiatan proyek.
(5)
5.2 Saran
Dari hasil analisis konsep cadangan waktu dengan metode CPM untuk studi kasus
Pembangunan Rumah Sakit Prima dihasilkan beberapa kesimpulan. Namun hasil ini
belum cukup dan masih memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih jauh untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan mengenai ketersediaannya cadangan waktu pada
kegiatan-kegiatan tertentu dalam suatu proyek. Pada umumnya cadangan waktu yang
terdapat pada beberapa kegiatan seringkali tidak dapat digunakan secara efektif, maka
selain penggunaan metode penjadwalan yang tepat, sistem pelaksanaan pekerjaan
(6)
75 DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Hira N. Project Management Techniques in Planning and Controlling Construction Projects. Wiley. Toronto.
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2. Kanisius. Yogyakarta.
Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Andi. Yogyakarta.
Ervianto, Wulfram I. 2002. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Andi. Yogyakarta.
Maseleno, Andino. Evaluasi Pengelolaan Proyek Saluran Air Limbah Domestik dengan Aplikasi Primavera Project Planner. journal.uii.ac.id (diakses tanggal 7 Mei 2012).
Ngurah, Gusti I. Penjadwalan Proyek dengan Precedence Diagram Method (PDM) dan Ranked Weight Method (RPWM). ejournal.unud.ac.id (diakses tanggal 7 Mei 2012).
Rukmayadi, Dede. Metoda Diagram Preseden dan Konsep Cadangan Waktu. http://pksm.mercubuana.ac.id (diakses 3 Mei 2012).
Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 2.Erlangga. Jakarta.