Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem

Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia

1. Makna Nilai Dasar Pancasila
Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu, Pancasila sebagai dasar
filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu
nilai yang bersifat sistematis. Fungsi filsafat berkaitan dengan Pancasila yaitu mempertanyakan
dan menjawab apakah dasar kehidupan berpolitik dalam berbangsa dan bernegara.Sangat tepat
kiranya pertanyaan yang diajukan oleh Ketua BPUPKI, Dr. Radjiman Wediodiningrat di hadapan
rapat BPUPKI bahwa negara Indonesia yang akan kitabentuk itu apa dasarnya? Kemudian
Soekarno menafsirkan pertanyaan tersebut sebagai berikut “Menurut anggapan saya yang
diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah dalam Bahasa Belanda yaitu philosiphische
grondslag dari pada Indonesia Merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat,
pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia Merdeka”. Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis
dan sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan suatu sistem filsafat Sehingga
kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila
sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai maknabahwa dalam setiap
aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu
adalah negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.
Hal demkian dapat dijelaskansebagai berikut:

1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesiasebagai
kausa materialis Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian kritik sertahasil refleksi
filosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesiasehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai ataskebenaran, kebaikan,
keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai-nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan religius yangmanifestasinya sesuai
dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.Oleh karena
itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia padadasarnya bersifat religius,
kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan.Disamping itu Pancasila bercirikan asas
kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-hak individu.
1. Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.
Sebagai mana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu sistem nilai, artinya
setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila saling berhubungan, saling ketergantungan
secara sistematik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki tingkatan. Oleh karena

itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam pancasila merupakan
sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Nilai-nilai tersebut berupa nilai religious, nilai adat istiadat, kebudayaan dan setelah disahkan

menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai kenegaraan.
Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila harus di jabarkan
dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan dalam penyelenggaraan kenegaraan,
bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yaitu norma hukum dan norma moral atau etika. Sebagaimana
diketahui sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan dalam suatu peraturan
perundang-undangan yang ekplisit, hal itu secara kongkrit dijabarkan dalam tertib hukum
Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral yang merupakan
dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia. Bagaimanapun baiknya suatu peraturan
perundang-undangan kalau tidak dilandasi oleh moral yang luhur dalam pelaksanaannya dan
penyelenggaraan Negara, maka niscahaya hukum tidak akan mencapai suatu keadilan bagi
kehidupan kemanusiaan. Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah berifat
objektif dan subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Sehingga memungkinkan dapat diterapkan
pada Negara lain barangkali namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara menggunakan
prinsip filosofi bahwa Negara berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan
berkeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai silasila pancasila.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat yang terdalam menunjukkan
adanya sifat-sifat umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.

2) Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun
dalam kehidupan keagamaan.
3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum Memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental Negara sehingga merupakan suatu sumber hukum
positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki suatu tertib hukum hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah
secara hukum sehingga terlekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekuensinya jika
nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya
dengan pembubaran Negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung di dalam
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo. Tap. No.
IX/MPR/1978.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
bangsa kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis,
serta hasil refleksi fiosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga

merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas nilai kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara
3. Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius yang
manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa.
Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta motivasi atas segala
perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan kenegaraan. Dengan kata
lain bahwa nilai-nilai pancasila merupakan das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus
diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein. Di era sekarang sekarang ini, tampaknya
kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan amat
penting untuk ditetapkan. Hal ini terwujud dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001
tentang etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran
nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang
merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam
kehidupan bermasyarakat.
1. a) Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:
2. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek

3. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
4. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
5. b) Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
6. Etika sosial dan Budaya Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai,
saling mencintai, dan tolong-menolong di antara sesame manusia dan anak bangsa.
Senada dengan itu juga menghidupkansuburkan kembali budaya malu, yakni malu
berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa.
7. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Terhadap Sistem Etika Negara

Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanism. Oleh karena itu,
Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun Pancasila mempunyai nilai
universal tetapi tidak begitu sajadengan mudah diterimaoleh semua bangsa. Perbedaannya
terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi
satu kesatuan yang berfungsi sebagaibasis perilaku politik dan sikap moral bangsa.Adapun
Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung empat pokok
pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran darinilai-nilai Pancasila itu sendiri. Pokok
pikiran pertama menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara yang

melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham
golongan maupun perseorangan.Ketentuan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, “maka
disusunlah kemerdekaa kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia” menunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai dasar yang fundamental dalam hukum
mempunyai hakikat dan kedudukan yang kuat dan tidak dapat berubah mengingat pembukaan
UUD 1945 sebagai cita-cita Negara (staatsidee). para pediri bangsa sekaligus perumus konstitusi
(the framers of the constitution). Di samping itu, nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu
landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 bahwanegara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas
kemanusiaan yang adildan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraan kenegaraan antara
lain operasional pemerintahan negara, pembangunan negara, pertahanan-keamanannegara,
politik negara serta pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasaberdasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan.Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik
Indonesia merupakannilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya.
Untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila
Pancasila,makadapat diuraikan sebagai berikut:
1.Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam silaini
terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan tujuanmanusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha esa.
2.Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia yaitumahluk

yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensiitu yang
mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan
norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifatkhas manusia sesuai dengan
martabat.
3.Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini
mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosialbudaya dan keamanan.
Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiamiseluruh wilayah Indonesia. Persatuan
Indonesia merupakan faktor yang dinamisdalam kehidupan.
4.Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Per-musyawaratan/Perwakilan
Kerakyatan. Rakyat merupakan sekelompok manusiayang berdiam dalam satu wilayah negara
tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang
menempatkan rakyat di posisitertinggi dalam hirarki kekuasaan.

5.Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku
dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupunspiritual. Seluruh rakyat
Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.Adapun makna dan maksud
istilah beradab pada sila kedua, “Kemanusiaan yanga dil dan beradab” yaitu terlaksananya
penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia, jiwaraga, akal, rasa, kehendak, serta sifat kodrat
perseorangan dan makhluk Tuhan YangMaha Esa sebagai causa prima dalam kesatuan majemuktunggal. Hal demikian dilaksnakan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

bernagara yang bermartabat tinggi.
1. Implementasi Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga moral
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksuddengan nilai sosial
merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenaiapa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagaicontoh, orang menanggap menolong memiliki
nilai baik, sedangkan mencuri bernilaiburuk. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal
dalam ujian akan merasagagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi
sebagai landasan,alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.Nilai
mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalammasyarakat. Itu
adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai. Oleh karena itudapat disimpulkan bahwa
norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatukelompok masyarakat tertentu. Norma sering
juga disebut dengan peraturan sosial.Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas
dilakukan dalam menjalaniinteraksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat
memaksa individuatau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah
terbentuk.Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakatdapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat norma dasar
didalammasyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara, kebiasaan, tata kelakuan, danadat
istiadat. Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dandiasingkan ke daerah lain.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan beberapa kesimpulan,yaitu:


Pancasila merupakan sebuah nilai dasar Negara Indonesia. Pancasila diambil darinilainilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan,persatuan,
demokrasi dan keadilan. Di samping itu Pancasila bercirikan asaskekeluargaan dan
gotong royong serta pengakuan atas hak-hak individu.



Implementasi Pancasila sebagai sistem etika harus senantiasa terwujud prinsip- prinsip
sebagai nilai luhur termasuk sila kedua dari Pancasila, yaitu “Kemanusiaanyang adil dan
beradab”. Eksistensi pancasila sebagai sistem etika dapat ditegakkandengan

mengimplementasikan prinsip konstitusionalisme dalam penyelenggaraanpemerintahan
Negara Indonesia.
2. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat diuraikan beberapa saran, yaitu:



Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa danbernegara di
Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong senantiasadapat terwujud dalam
kehidupan di Indonesia.



Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan hak berpolitik seperti pemilu
dan kehidupan sehari-hari sehingga terwujud perilaku atauetika yang sesuai dengan
karakter Bangsa Indonesia.

Pentingnya Pancasila Sebagai Etika

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberi pemahamann yang saling melengkapi sebagai

sitem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikinya merupakan suatu sistem nilai yang
menjadi sumber dari penjabarannorma baik norma hukum, norma moral maupun norma yang
lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar,
rasional, dan konfrehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran falsafat adalah suatu nilai-nilai yang
mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijadikan dalam kehidupan yang bersifat praktis atau kehidupan yang
bersifat nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang
kemudian menjadi pedoman.
Norma-norma itu meliputi:

1. Norama moral: yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik
dan buruk, sopan dan tidak sopan, susila dan tidak susila.

2.

Norma hukum: sitem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan
waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum.
Dalam pengertian itulah Pacasila berkembang dengan sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikinya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung
bersifat normatif ataupun praktis melainkan merupakan suatu sistem nilai etika yang merupakan
sumber norma.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pancasila menjadi sistem Etika dalam Pilkada sampai Pemilu?
2. Bagaimana aplikasi nilai, norma dan moral dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang pancasila sebagai sistem etika.
2. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila sebagai sitem Etika.
1.3.2 Manfaat
1. Mengetahui lebih jelas peranan pancasila sebagai sitem etika.
2. Mendorang agar memiliki etika sesuai dengan Sila dan Pancasila.

BAB 2. PEMBAHASAN
3.1 Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat
penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem
etika”.
Disetiap saat dan dimana saja kita berada, kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah
laku kita. Seperti tercantum disila ke dua “kemanusian yang adil dan beradap” tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun eytika bangsa ini sangat berandil besar,
setiap sila pada dasarnya menupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan.
Pancasila adalah satu kesatuan yang majemuk tunggal, setiap siala tidak dapat berdiri
sendiri terlepas dari sila lainnya, diantara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Inti dan
isi Pancasila adalah manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat (jasmanirohani), sifat kodrat (individu makhluk sosial), kedudukan kodrat sebagai pribadi diri sendiri,
yaitu mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur hakekat manusia merupakansuatu kesatuan

yang bersifat organisdan harmonis, dan setiap unsur memiliki fungsi masing-masing namun
saling berhubungan. Pancasila merupakan penjelasan hakekat manusia monopluralis sebagai
kesatuan organis.
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu cabang dari ilmu-ilmu
kemanusiaan (humaniora). Sebagai cabang falsafah ia membahas sistem-sistem pemikiran yang
mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Sebagai cabang ilmu ia membahas bagaimana
ilmu dibagi dua, yaitu etika khusus dan etika umum.
Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki
etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak
lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga
bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab didunia.Kecenderungan
menganggap hal yang tak penting akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan.
Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika bukanlah hal yang
mudah, karena berasal dari tingkah laku dan hati nurani.
Pancasila sebagai etika, dapat kita ketahui bahwa dalam pembahasan Bab 3 ini tentang
pancasila sebagai etika. Etika merupakan kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada ) dan dibagi mejadi kelompok. Etika
merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika juga ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita harus belajar
tentang etika dan mengikuti ajaran moral. Etika pun dibagi menjadi 2 kelompok etika umum dan
khusus.
Etika khusus ini terbagi dua yaitu terdari etika individual dan etika social.
Etika politik adalah cabang bagian dari etika social dengan demikian membahas
kewajiban dan norma-norma dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu
masyarakat kenegaraan ( yang menganut system politik tertentu) berhubungan secara politik
dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam melaksanakan hubungan politik itu
seseorang harus mengetahui dan memahami norma-norma dan kewajiban-kewajiban yang harus
dipatuhi.Dan pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di
negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap
tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak
dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil

besar, Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan.
Maka bisa dikatakan bahwa fungsi pancasila sebagai etika itu sangatlah penting agar
masyarakat harus bisa memilih dan menentukan calon yang akan menjabat dan menjadi
pimpinan mayarakat dalam demokrasi liberal memberikan hak kepada rakyat untuk secara
langsung memilih pejabat dan pemimpin tinggi (nasional, provinsi, kabupaten/kota) untuk
mewujudkan harapan rakyat. Dengan biaya tinggi serta adanya konflik horizontal.
Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan
HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui
ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional
(konsep : RUU BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat rakyat miskin makin
tidak mampu menjangkau.Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No.
76 dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam
hak-hak sosial ekonomi bangsa.
Dalam pelaksanaan pilkada sebagai prakteknya demokrasi liberal, juga menghasilkan
otoda dalam budaya politik federalisme, dilaksanakan: dengan biaya amat mahal + social cost
juga mahal, dilengkapi dengan konflik horisontal sampai anarchisme. Pilkada dengan praktek
demokrasi liberal, menghasilkan budaya demokrasi semu (demokrasi palsu). Bagaimana tidak
semu bila peserta pilkada 3 – 5 paket calon terpilih dengan jumlah suara sekitar 40%, 35%, 25%.
Biasanya, yang terbanyak 40% ini dianggap terpilih sebagai mayoritas. Padahal norma mayoritas
di dunia umumnya dengan jumlah 51%, apa model demokrasi-semu (=demokrasi palsu) ini yang
akan dikembangkan reformasi Indonesia? atas nama demokrasi langsung dan HAM. Bandingkan
dengan demokrasi Pancasila dalam UUD Proklamasi 45 Pasal 1, 2 dan 37.
Pasal 95 (1), (2), yang menetapkan : calon terpilih bila memperoleh suara lebih dari 25 % dari
jumlah suara sah. Dalam hal tersebut PEMILU tahun 2009 banyak partai-partai yang belum
memakai etika politik. Bukan hanya para partai saja, melainkan masyarakat yang memilih pun
terkadang tidak memilih untuk memikirkan bangsanya melainkan hanya berfikir untuk
kepentingan sendiri (independent).
Dalam kehidupan bermasyarakat, ada yang mengatur tentang tingkah laku masyarakat,
dengan tujuan untuk hidup tentram dan damai tanpa gangguan, kalau masih ada saja tingkah laku
manusia yang melanggar ketentuan seperti yang sudah dicontohkan di atas maka perlu

ditegaskan lagi tatanan dalam masyarakat agar terwujud aturan-aturan yang menjadi pedoman
bagi segala tingkah laku manusia dalam bermasyarakat.
Etika adalah suatu kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran krisis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Selain itu,
etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa mengikuti suatu ajaran
tertentu dan bertanggung dan bertanggung jawab dengan beberapa ajaran moral.
Kelompok etika antara lain:
a. Etika khusus adalah membahas tentang prinsip dalam hubungan dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik individu maupun sosial. Etika khusus ini dibagi menjadi dua
yaitu, etika individual dan etika sosial.
Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan
kepercayaan

agama

yang

dianutnya

serta

panggilan

nuraninya,

kewajibannya

dan

tanggungjawabnya terhadap Tuhannya.
Etika sosial dilain hal membahas kewajiban serta norma-norma sosial yang seharusnya
dipatuhi dalam hubungan sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Etika umum adalah mempertanyakan tentang prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
yang dilakukan oleh manusia.
Dalam falsafah bart dan timur, seperti di Cina dan seperti dalam Islam, aliran-aliran
pemikiran etika beranekaragam. Tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan
dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung di dalamnya.

3.2 Aplikasi Nilai, Norma, dan Moral dalam Kehidupan Sehari-hari.
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga
moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan nilai sosial
merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Contohnya, orang menanggap menolong memiliki nilai
baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dan dapat juga dicontohkan, seorang kepala keluarga
yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga
yang tidak bertanggung jawab. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau
motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga
contoh dari nilai.
Dapat di jelaskan juga bahwa yang dimaksud norma social adalah patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar
hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang
diharapkan.
Tingkat norma dasar dalam masyarakat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Cara
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.
2. Kebiasaan
Contoh: memberi penghargaaan setiap ada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan
maupun dalam suatu kedudukan.
3. Tata kelakuan
Contoh: menjauhi tindakan yang bisa berakibat dengan hukum.
4. Adat istiadat
Contoh: misalnya seseorang yang melanggar hukum adat makan akan mendapat sanksi.
 Norma hukum (laws)
Peraturan yang timbul sebagai tatanan tingkah laku manusia, norma ini isinya mengikat
setiap orang, sumbernya bisa dari perundang-undangan, yuridis, kebiasaan, doktrin, dan agama.
Norma hukum ini bersifat memaksa dan sanksinya adalah ancaman hukuman.

Sebagai contohnya:
 Menaati peraturan lalulintas saat mengendara meski tida ada Polantas.
 Menghormati pengadilan dan peradilan Indonesia,
 Tidak melakukan perbuatan kriminal.
 Norma kesusilaan
Norma ini dianggap sebagai suara hati sanubari manusia. Kesusilaan memberikan
peraturan-peraturan kepada manusia agar ia menjadi manusia yang sempurna
Sebagai contohnya:
 Orang yang melakukan tindakan asusila di tempat umum maka akan di cap sebagi tindakan
pelecehan seksual, dan akan mendapat sanksi,
 Tidak membunus sesama,
 Norma kesopanan
Norma kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia.
Peraturan itu diikuti dan ditaat sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku manusia terhadap
masyarakat disekitarnya, menggolongkan prilaku yang baik dan tidak baik dalam masyarakat,
dan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bermasyarakat.
Norma ini tidak berlaku untuk seluruh dunia melainkan bersifat khusus, berlaku hanya
untuk masyarakat tertentu saja, kareana ada beberapa yang dianggap sopan dalam golongan
masyarakat belum tentun dianggap sopan juag dalam golongan masyarakat yang lain.
Sebagai contohnya:
 Menghormati orang yang lebih tua dari kita, terutama kedua orang tua dan guru
 Membiasakan menerima atau memberi sesuatu kepada seseorang menggunakan tangan kanan.
 Tidak meludah di sembarang tempat, apalagi ditempat umum.
 Berteman dengan siapa saja.
 Norma agama
Norma agama adalah peraturan hidup yang diteriam sebagai perintah-perintah, larangan
dan anjuran yang berasal dari Tuhan. Para pemeluk agama mengakui dan berkeyakianan bahwa
peraturan hidup berasal dari Tuhan dan yang menuntun hidup kejalan yang benar.
Norma ini adalah satu-satunya norma yang mengatur tentang peribadatan yaitu kehidupan
keagamaan

yang

sesungguhnya.

Tapi

juga

kemasyarakatan.
Sebagai contohnya:
 Berbuat baik kepada kedua orangtua,
 Tidak melakukan zina, atau perbuatan kesusilaan.

mengatur

tentang

peraturan-peraturan

Selai itu juga masih ada banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari dari norma-norma
diatas yang belum disebutlkan. Setelah masuk dalam nilai dan norma, maka selanjudnya dalam
aplikasi moral.
Moral adalah istilah manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai
positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Pada
zama sekarang ini moral mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral
atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan
di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Contoh dari moral: tidak ada pemaksaan kepada seseorang untuk memeluk suatu agama
tertentu, dengan demikian masyarakat menjujung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) kebebasan
dalam memelik agama menurut keyakinan masing-masing.
Jika contoh moral dalam kehidupan kita sehari-hari seperti: misalnya, kita menemukan
tas atu dompet yang berisikan dokumen penting dan sejumlah uang, maka kita harus
mengembalikan kepada yang memiliki atau menyerahkan kepada pihak yang berwaji agar bisa
ditemukan pemiliknya.
Hubungan nilai, norma, dan morallangsung maupun tidak langsung memiliki hubungan
yang cukup erat, karena masinga-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan
diantaranya dapat diringkas sebagai berikut
1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan batin).
 nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati oleh manusia
 nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan batiniah
manusia.
 Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan bersifat obyaktif bila melekat
pada sesuatu yang terlepas dari penilaian manusia.
2.

Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Norma
hukum merupakan norma yang paling kuat keberlakuannya karean dapat dip[aksakan oleh suatu
kekuasaan eksternal, misalnya penguasa atau penegak hukum.

3. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.
4.

Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang akan tercermin pada sikap dan
tingkah lakunya. Norma menjadi panutan sikap dan tingkah laku manusia.
5. Moral dan etika sangat erat hubungannya.
Pada hakikatnya segala sesuatu nitu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk menggolonggolongkan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat beranekaragam, tergantung pada sudut
pandang dalam rangka penggolongan tersebut.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, yaiyu:
1) Nilai Material, segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan
material ragawi manusia.
2) Nilai Vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas.
3) Nilai Kerohanian, segala sesuatu yang berhubungan bagi rohani manusia.

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembelajaran penulis selama melaksanakan penyusunan makalah ini, penulis
atau penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pendukung dari Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang peranan
dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja
kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke
dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri
bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan
menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam
masyarakat, bangsa dan negara.
4.2 Saran
Hubungan nilai dengan norma adalah nilai mendasari terbentuknya pola perilaku. Pola
perilaku akan bisa terwujud sesuai denagan yang kita inginkan apabila terdapat kaidah-kaidah
atau ketentuan-ketentuan yang memendorong dan mengarahkan untuk mewujudkan pola
perilaku itu menjadi perbuatan atau tindakan konkret. Dalam bersosialisasi kita juga haru
menerapkan aturan pancasila sebagai sitem etika, dengan norma-norma dan ketentuan yang telah
ada.