live is advanture makalah keterampilan b (1)
live is advanture
Minggu, 26 April 2015
makalah keterampilan bertanya
KETERAMPILAN BERTANYA
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada matakuliah
Micro Teaching
Dosen pengampu
Drs. Erdi Indra, M.Pd.I
Disusun oleh
KELOMPOK 6
DIAN FITRI FADILA
KHALIDA SOPHIA
RIMA NUR ATIKA
ZAINAL
MAHASISWA PGMI A SEMESTER VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2015
KETERAMPILAN BERTANYA
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembalajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien. 1[1] Salah satu keterampilan
dasar tersebut adalah keterampilann dasar bertanya. Bertanya dikatakan
keterampilan karena dengan bertanya seorang guru maupun siswa bisa
melaksanakan proses pembelajaran. Akan tetapi ada cara yang dilakukan
untuk melaksanakan keterampilan bertanya dengan baik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya guru tidak
berhasil menggunakan teknik bertanya secara efektif. Keterampilan bertanya
menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan
“berfikir itu
sendiri adalah bertanya”. 2[2] Untuk mengetahui bagaimana
keterampilan
bertanya yang baik dan efektif berikut akan kami paparkan
dengan jelas tentang keterampilan bertanya.
1. Pengertian Keterampilan Bertanya
Pengertian keterampilan bertanya
secara etimologis bertanya
diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “terampil” dan “tanya”. Menurut
kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti
antara lain permintaan keterangan. Bertanya merupakan ucapan verbal yang
meminta respons dari seseorang yang dikenal. Respons yang diberikan dapat
berupa
pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan.
Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berfikir.3[3] Dan kemampuan mengemukakan pendapat/gagasan/jawaban.4
[4]
1[1]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 33.
2[2]Zainal Asril, Micro Teaching, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012),
hlm. 81.
Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian
tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan
bertanya
secara
sederhana
dapat
diartikan
dengan
kecakapan
atau
kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari
orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab
pada umumnya, guru selalu melibatkan/menggunakan Tanya jawab dalam
pengajarannya.
Keterampilan
Bertanya
merupakan
keterampilan
yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban / balikan dari orang lain . 5[5] hampir
semua proses evaluasi, pengukuran, penilaian dan pengujian dilakukan
dengan pertanyaan.
Jadi, keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan seorang guru
dalam meminta keterangan siswa ataupun sebaliknya untuk mendapatkan
informasi dalam pelaksanaan pengajaran.
Dalam proses belajar mengajar bertanya memainkan peranan penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan tekhnik penyampaian
yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.6[6]
Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang
sangat penting untuk dikuasai sebab melalui keterampilan ini guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Oleh karena itu dalam
setiap proses pembelajaran, model pembelajaran apapun yang digunakan
bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tak
3[3]J.J.Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2009),hlm.62
4[4]Didie Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 155.
Pembelajaran,
5[5]Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar, Strategi Belajar-Mengajar Di
Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014 ), hlm. 239.
6[6]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang professional (edisi kedua), (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.74.
terpisahkan. Mengingat begitu pentingnya peranan bertanya dalam proses
pembelajaran, maka setiap guru harus memiliki keterampilan ini, untuk
menjamin kualitas pembelajaran.
Keterampilan
bertanya
sangat
penting
dikuasai
oleh
guru,
keterampilan ini merupakan salah satu kunci untuk meningkatakan mutu dan
kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil
dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam pembelajaran bukan
hanya untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak yang ditanya.
Jauh lebih luas dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 7
[7]
2. Jenis-jenis Pertanyaan yang baik
Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan
berfikir siswa. Guru juga dapat menggunakan jawaban
siswa untuk
mengecek aktifitas pengajarannya yang sedang berlangsung. Tentu saja
pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tertulis demikian pula dengan
jawabannya. Pertanyaan dan jawaban yang tertulis kiranya bersifat formal
dan pada umumnya mirip dengan latihan yang sama dari pada tanya jawab
lisan yang berlangsung cepat
Pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur, guru harus
mendorong siswa agar menjawab pertanyaan dengan suara yang nyaring
dan tidak mengulangi jawaban siswa kecuali jika memang perlu atau jika
siswa tersebut merupakan kasus khusus. Pertanyaan juga dapat membentuk
pribadi siswa, namun hal itu tergantung pertanyaan yang diajukan gurunya. 8
[8]
Dilihat dari maksudnya, pertanyaan terdiri dari:
7[7]Dadang sukirman, dkk, Pembelajran Mikro, (Bandung: Upi Press, 2006),
hlm.177.
8[8]W. James Popham, dkk, Tekhnik mengajar secara sistematis. (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2003), hlm. 89.
1. Pertanyaan perintah (Compliance Question)
Adalah pertanyaan yang mengandung unsure suruhan dengan harapan agar
siswa dapat mematuhi perintah yang di ucapkan.
2. Pertanyaan retoris (Rhetorical Question)
Adalah jenis pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban dari siswa, akan
tetapi kita sendiri yang menjawabnya.
3. Pertanyaan mengarahkan atau menuntut (Prompting Question)
Adalah pertanyaan yang ditunjukan untuk menuntun proses berfikir siswa,
dengan harapan siswa dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang
lebih tepat dari jawban sebelumnya.
4. Pertanyaan menggali (Probing Question)
Pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong siswa agar dapat menambah
kualitas dan kuantitas jawaban.9[9]
Dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan bisa terdiri dari
pertanyaan
tingkat
rendah
dan
pertanyaan
tingkat
tinggi.
menurut
taksonomi Bloom :
1. Pertanyaan Pengetahuan (Knowledge Question)
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang memiliki tingkat kesukaran yang
paling rendah, karena hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta
atau data, oleh sebab itu dinamakan juga pertanyaan yang menghendaki
agar siswa dapat mengungkapkan kembali (Recall Question).
2. Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)
Dilihat
dari
tingkat
kesulitan
jawaban
yang
diharapkan,
pertanyaan
pemahaman lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan jenis pertama, oleh
sebab pertanyaan ini tidak hanya sekedar mengharapkan siswa untuk
mengungkapkan kembali apa yang diingatnya, akan tetapi pertanyaan yang
mengharapkan kemampuan siswa untuk memperjelas gagasan.
3. Pertanyaan Aplikatif (Application Question)
9[9]Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008 ), hlm. 157.
Adalah
pertanyaan
yang
menghendaki
jawaban
agar
siswa
dapat
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
4. Pertanyaan Analisis (Analysis Question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki agar siswa dapat menguraikan suatu
konsep tertentu.
5. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)
Pertanyaan jenis ini menghendaki agar siswa dapat membuat semacam
ringkasan melalui bagan dari suatu kajian materi pembelajaran.
6. Pertanyaan evaluasi (Evaluation Question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan
penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu.10[10]
Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran
1. Pertanyaan sempit (Narrow Question)
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup (convergent) yang
biasanya kunci jawabannya yang tersedia.
1) Pertanyaan sempit informasi langsung. Pertanyaan ini menuntut murid
untuk mengingat atau menghapal informasi yang ada.
2)
Pertanyaan sempit memusat. Pertanyaan ini menuntut murid agar
mengembangkan idea tau jawabannya dengan cara menuntutnya melalui
petunjuk tertentu.
2. Pertanyaan luas (Broad Question)
Adalah pertanyaan yang jawabannya yang mungkin lebih sari satu,
sebab pertanyaan in belum mempunyai jawaban yang spesifik, sehingga
masih bersifat terbuka.
1)
Pertanyaan luas terbuka (Open and Question).
kesempatan
Pertanyaan ini memberi
kepada murid untuk mencari jawabannya menurut cara dan
gayanya masing-masing.
10[10]Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar, op.cit., hlm.241- 242.
2)
Pertanyaan luas menilai (Valuing Question). Pertanyaan ini meminta murid
untuk mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap.
Pertanyaan ini efektif bila guru menghendaki murid untuk merumuskan
pendapat,
menentukan sikap, dan tukar menukar pendapat/perasaan
terhadap suatu isu yang ditampilkan.11[11]
Para ahli percaya pertanyaan yang baik, memiliki dampak yang positif
terhadap siswa diantaranya:
1.
Dapat meningkatkan partisipasi siswa
secara penuh dalam proses
pembelajaran.
2. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri
pada hakikatnya bertanya.
3. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
4. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.12[12]
Dasar – dasar Pertanyaan yang Baik
1. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
2. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
3. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu .
4. Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan
5. Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
6.
Berikan
respons
yang
ramah
dan
menyenangkan
sehingga
timbul
keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
7. Tuntunlah jawaban siswa
sehingga mereka dapat menemukan sendiri
jawaban yang benar .
11[11]Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Cet.VII,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm.121-123.
12[12] Wina Sanjaya, Op Cit., hlm.158 - 159
3. Tujuan Keterampilan Bertanya
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu .
2. Memusatkan perhatian siswa –siswi terhadap pokok bahasan
3. Mendiagnosis Kesulitan belajar
4. Mengembangkan Active Learning
5. Memberi kesempatan peserta didik mengasimiloasi informasi
6. Mendorong peserta didik untuk mengeluarkan Pendapat
7. Menguji dan mengukur hasil belajar .13[13]
4. Teknik Bertanya
Pertanyaan
yang
dirumuskan
dan
digunakan
dengan
tepat
merupakan suatu alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa
.Karena itu seyogyanya guru menguasai berbagai teknik bertanya. Selain itu
guru juga hendaknya mendengarkan dengan sunguh-sungguh apa yang
dikemukakan
siswa,
kemudian
memberikan
tanggapan
yang
positif
terhadapnya. Penguasaan berbagai teknik bertanya harus disertai dengan
keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan dengan baik, dilandasi
sikap terbuka dan positif .
Penguasaan teknik bertanya merupakan suatu wahana penunjang
terlaksananya cara belajar siswa aktif. Dalam mengajukan pertanyaan dapat
digunakan teknik sebagai berikut :
1.
Guru bertanya kepada semua siswa, lalu memberikan giliran kepada
seseorang
2. Siswa memberikan jawaban yang tepatdan dapat mendorong siswa lainnya
untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan
13[13] Eni Purwati,dkk, Micro Teaching, (Surabaya: Lapis PGMI, 2009),
hlm.6.16
3. Setelah beberapa tanggapan dan jawaban siswa, guru mengemukakan
pertanyaan lagi dan akhirnya siswa bersama guru membuat kesimpulan
jawaban .
Selain itu dapat pula digunakan teknik sebagai berikut :
1. Semua siswa dalam kelas secara serentak memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan
2.
Pertanyaan ditujukan kepada seluruh kelas, kemudian beberapa siswa
diminta untuk menjawab
3. Masing-masing siswa ditanya secara langsung
4. Dengan cara berkompetisi sehat, misalnya antara siswa wanita dengan lakilaki,
atau
antara
kelompok
pertama
dengan
kelompok
kedua,
dan
seterusnya.14[14]
Beberapa petunjuk teknis
1. Tunjukkan keantusiasan dan Kehangatan
2. Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir
3. Atur lalu lintas bertanya jawab .
4. Hindari pertanyaan ganda
Meningkatkan Kualitas Pertanyaan
1. Berika pertanyaan secara berjenjang
2. Gunakan pertanyaan – pertanyaan untuk melacak15[15]
Kebiasaan yang perlu dihindari
1. Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawabnya.
Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian dan partisipasi siswa .
14[14]Conny
Semiawan,
Pendekatan
Keterampilan
PT.Gramedia, 1985), hlm.72-73.
15[15]Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm.160 – 162.
Proses,
(Jakarta:
2. Jangan mengulang-ulang jawaban siswa. Hal ini akan membuang-buang
waktu, siswa tidak memperhatikan jawaban dari temannya karena menungu
komentar dari guru.
3.
Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa
memperoleh kesempatan untuk menjawabnya. Hal ini membuat siswa
frustasi dan mungkin ia tidak mengikuti pelajaran dengan baik.
4. Usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serentak karena
guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab benar dan
siapa yang menjawab salah serta menutup kemungkinan berinteraksi
selanjutnya.
5.
Menentukan siapa siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan
pertanyaan akan menyebabkan siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab
tidak
memikirkan
jawaban
pertanyaan.
Oleh
karena
itu,
pertanyaan
hendaknya ditujukan lebih dahulu kerpada seluruh siswa, baru kemudian
guru menunjuk salah seorang untuk menjawabnya .
6.
Pertanyaan ganda: Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang
sifatnya ganda ,menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa. contoh : Apa yang menyebabkan terjadinya turun
hujan dan bagaimana akibatnya bila turun hujan ?16[16]
Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus diperhatikan
guru antara lain:
1. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusis kepada siswa di kelas.
2. Berikan waktu berfikir untuk menjawab pertanyaan
3. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu
4. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk berfikir
5. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.17[17]
16[16]Moh .Uzer Usman, Op.Cit., hlm.76 -77.
17[17]Seri Manajemen
(Rajawali Pers), Hlm. 83-84.
Sekolah
Bermutu,
Model-Model
Pembelajaran,
6. Keterampilan Bertanya Dasar
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa
kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa
dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala
pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan
tidak selalu dalam rumusan kalimat Tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan,
selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
1. Tipe dan syarat-syarat bertanya
Adapun Tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam bentuk setiap
pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe pertanyaan yaitu:
a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih
b.
daya ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya.
Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan,, yaitu pertanyaan untuk
mengembangkan atau melatih daya fakir analisis dan sintesis.
c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyan untuk mengembangkan
atau melatih kemampuan atau membuat perkiraan-perkiraan.
d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan dan
melatih kemampuan daya analisis.
e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau
melatih kemampuan berfikir secara teratur.
f. Pertanyan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan untuk memberikan
penegasan atau meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan
pertanyan retorika yang tidak perlu mendapatkan jawaban.18[18]
2. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar
a. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
18[18]H. Udin. S Winata Putra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002), hlm. 179.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan
menggunakan kata-kata yang dapat difahami oleh siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya.
b. Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang
berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
c. Pemusatan kearah jawaban yang diminta
Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas
(terbuka) kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
d. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena
jawaban siswa benar atau belum memadai.
e. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru
perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
f. Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi
waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk
menjawab.
g. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru
hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar19[19]
7. Keterampilan Bertanya Lanjut
Keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau
pembuka untuk mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Utnuk
menindak lanjuti pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya
atau disebut dengan pertanyaan lanjut.
19[19]J.J.Hasibuan, dkk, Op Cit., hlm. 77-78.
Dengan
pertanyaan
demikian
pertama
pertanyaan
(dasar)
yaitu
lanjut
adalah
mengorek
atau
kelanjutan
dari
mengungkapkan
kemampuan berfikir yang lebih dalam dan komperehensif dari pihak yang
diberi
pertanyaan
(siswa).
Keberhasilan
mengembangkan
kemampuan
berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak dipengaruhi oleh hasil
pembelajaran
yang
dikembangkan
melalui
pengggunaan
pertanyaan
dasar20[20]
Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar
lebih
mengutamakan
usaha
mengembangkan
kemampuan
berfikir,
memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan
kritits mengembangkan kemampuan berfikirnya. Melalui bertanya lanjut
setiap siswa dirangsang untuk aktif berfikir melakukan berbagai aktifitas
belajar, sehingga proses dan hasil pembelajaran akan lebih dinamis dan
berkualitas. Oleh karena itu bagi setiap calon guru atau para guru
keterampilan menerapkan bertanya dasar maupun lanjut harus dilatih dan
dikembangkan
sehingga akan menjadi daya kekuatan utnuk menunjang
kemampuan sebagai tenaga guru yang lebih professional.
1. Tujuan dan Manfaat Bertanya Lanjut
Tujuan dan manfaat dari keterampilan bertanya dasar masih relevan
dan berlaku pula untuk kepentingan bertanya lanjut. Namun, untuk
kepentingan bertanya lanjut, tujuan dan manfaat itu lebih luas lagi dan ada
hal-hal yang belum terjangkau oleh tujuan dan manfaat dari pertanyaan
lanjut yang dimaksud yaitu memungkinkan siswa dapat mengembangkan
kemampuannya
dalam
mengatasi
masalah
atau
mengembangkan
kemampuan berfikir secara lebih tajam analitis dan komperehensif. Lebih
spesifik tujuan dan manfaat dari bertanya lanjut adalah:
a.
Mengembangkan
kemampuan
berfikir
siswa
untuk
mengorganisasi atau menilai atas informasi yang diperoleh.
20[20]Moh. Uzer Usman, Op Cit,. .hlm. 182.
menemukan,
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyan yang didasarkan atas informasi yang lebih lengkap
dan relevan.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide yang
lebih kreatif dan inovatif.
d. Memberi kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran kepada hal-hal
yang lebih analitis, rumit dan kompleks.
Keuntungan yang dapat diambil dari pemberian waktu berfikir siswa,
antara lain:
a.
Respon
siswa
cenderung
lebih
panjang,
kelimatnya
lebih
lengkap,
menunjukan kepercayaan diri.
b.
Proses belajar mengajar cenderung berubah dari guru sentries ke
pembicaraan antarsiswa tentang perbedaan respon yang diberikan.
c. Guru punya waktu untuk mendengarkan dan berfikir
d. Siswa yang kurang partisipasi menjadi lebih partisipasi.21[21]
2. Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya lanjut:
a.
Terjadinya Pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan: untuk
mengembangkan
kemampuan
berfikir
siswa
diperlukan
pengubahan
tuntunan tingkat kognitif pertanyaan.
b.
Pengaturan
urutan pertanyaan:
pertanyaan yang
diajukan haruslah
mempunyai urutan yang logis.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak. Melacak yaitu untuk mengetahui sejauh
mana
kemampuan
siswa
yang
berkaitan
dengan
jawaban
yang
dikemukakan, keterampilan melacak perlu untuk dimiliki oleh guru.
d. Peningkatan terjadinya interaksi.22[22]
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberi pertanyaan
21[21]Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik
Edukatif, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2010), hlm. 107.
22[22]Moh. Uzer Usman, Op Cit, hlm,. 78-79.
Dalam Interaksi
a. Sebelum memberi pertanyaan hendaknya guru sudah mengetahui jawaban
yang dimaksud, sehingga jawaban yang menyimpang dari siswa akan segera
dapat diketahui dan diatasi.
b. Guru harus mengetahui pokok masalah yang ditanyakan dan memberi
pertanyaan sesuai dengan pokok yang dibahas.
c. Hendaknya guru memberi pertanyaan dengansikap hangat dan antusias
agar murid berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, maka guru harus
menunjukkan sikap yang baik diwaktu bertanya dan menerima jawaban dari
siswa. Ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan guru dalam bersikap
diwaktu bertanya atau menerima jawaban.
a) Menunjukkan gaya, ekspresi wajah, posisi badan dan gerakan badan yang
baik dan tepat diwaktu memberi pertanyaan dan menerima jawaban.
b) Memberi penguatan bagi siswa yang menjawab dengan benar.
c) Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan cara yang simpatik.
d) Apabila guru tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan
siswa hendaknya tidak langsung menjawab dengan berbelit-belit atau
menjawab dengan sekedarnya.
e)
Menerima jawaban siswa dengan menggunakan sebagai tolak uraian
selanjutnya. Hal ini penting untuk mengaitkan bahan yang dibahas dengan
materi yang sudah dimiliki siswa berdasarkan jawaban itu.
d. Hendaknya guru menghindari beberapa kebiasaan yang tidak perlu, yang
bisa merugikan siswa dalam proses belajarnya.23[23]
4. Kelemahan dan kelebihannya
Kelamahannya
a. Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
b. Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
c. Tidak semua anak mengerti dan bisa mengajukan pendapat.
Kelebihannya
23[23]Soetomo, Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional,
1993) hal.79.
a. Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
b. Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga
pelajaran akan lebih menarik.
c. Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma.24[24]
DAFTAR PUSTAKA
Asril, Zainal. 2012. Micro Teaching. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
J.J.Hasibuan,
dkk.
2009.
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Marno dan M. Idris. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran Cet.VII. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Munsyi, Abdul Kodir, dkk. 1981. Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk
Calon Guru. Surabaya: Al – Ikhlas.
Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Popham, W. James, dkk. 2003. Tekhnik mengajar secara sistematis. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Purwati, Eni, dkk. 2009. Micro Teaching. Surabaya: Lapis PGMI.
Putra, Udin. S Winata, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
--------------. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Semiawan, Conny. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.Gramedia.
24[24]Abdul Kodir Munsyi DIP.AD.ED dkk, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk
Calon Guru,(Surabaya: Al – Ikhlas, 1981), hal.70.
Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers.
Soetomo. 1993. Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sukirman, Dadang, dkk. 2006. Pembelajran Mikro. Bandung: Upi Press.
Supriadie, Didie dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru yang professional (edisi kedua),
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Diposkan oleh rima nuratika di 02.44
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
rima nuratika
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (6)
o
► Mei (3)
o
▼ April (3)
makalah keterampilan bertanya
cerpen SMA
RPP IPA SD
Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.
BLOG PUTU SRI UTAMI
Sabtu, 16 Mei 2015
makalah keterampilan dasar
memberikan penguatan
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang bersifat
khusus yang harus dimiliki tenaga pengajar agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien, dan profesional 25[1]. Keterampilan dasar
mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan peranya dalam
pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan
secara efektif dan efesien. Salah satu keterampilan dasar mengajar guru yang
tidak boleh dilupakan adalah keterempilan dalam memberi penguatan. 26[2]
A. Pengertian Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang berarti kukuh, teguh, tahan, dan
awet, mendapat awalan pe dan akhiran –an menjadi penguatan yang berarti
perbuatan mengukuhkan, meneguhkan, mempertahankan dan mengawetkan. 27
[3] Secara tradisional, Penguat dianggap sebagai sebuah stimulasi atau
perangsang28[4]
Keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon baik verbal ataupun non verbal, yang diberikan guru terhadap tingkah
laku siswa untuk memberikan umpan balik atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa yang lain untuk berbuat hal yang
sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi. 29[5]
25[1] Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2012).h.154
26[2] Zainal Aqib, Membangun Prefesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah,
(Bandung:Yrama Widya, 2007).h.61
27[3] W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka,1984).h.529
28[4] B.R.HERGENHAHN, dan MATTHEW, theories of learning(teori belajar),
(Jakarta:prenada media group.2008),ed 7.h.119
29[5]
Wina
Sanjaya,Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media,2006).h.37
Standar
Proses
Keterampilan memberikan penguatan juga diartikan dengan tingkah laku
guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali, dimaksudkan untuk
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi
belajar-mengajar.30[6]
Ada pula pendapat lain, Keterampilan memberikan penguatan adalah
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai
keterampilan memberika penguatan karena “penguatan merupakan dorongan
bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan
perhatian.31[7]
Selain itu, Keterampilan memberikan penguatan merupakan tindakan
atau respon terhadap suatu bentuk prilaku yang dapat mendorong munculnya
peningkatan kualitas tingkah laku diwaktu yang lain 32[8]
Dapat penulis simpulkan bahwa pemberian penguatan adalah segala
bentuk respon positif atau negatif yang diberikan oleh guru baik yang bersifat
verbal ataupun nonverbal terhadap tingkah laku siswa
yang baik sehingga
menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan
perilaku yang baik tersebut dan menghilangkan perilaku yang kurang baik.
B.
Tujuan Pemberian Penguatan
Ada beberapa tujuan pemberian penguatan didalam kelas yang diambil
dari beberapa referensi, diantaranya :
30[6] JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2008).h.84
31[7]
IG.A.K
Wardani
dkk,Pemantapan
Kemampuan
Mengajar
(PKM),
(Jakarta:Universitas Terbuka,2001).h.25
32[8]
Abdul
Majid,Belajar
(Bandung:Rosdakarya,2012).h.288
dan
Pembelajaran
PAI,
a.
Meningkatkan perhatian siswa dan membangkitkan motivasi siswa
Melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar
siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian
perhatian siswa pun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru
melalui respon yang diberikan kepada siswanya. Apabila perhatian siswa
semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi(energy dari dalam diri
seseorang yang mengarahkan tingkah lakunya) 33[9] belajarnya pun akan
semakin baik pula.
b. Memudahkan siswa belajar
Tugas guru sebagai
fasilitator
pembelajaran
bertujuan
untuk
memudahkan siswa belajar.34[10] Kemudahan berfungsi untuk memberikan
suasana
yang
dapat
mendorong
siswa
untuk
meningkatkan
aktivitas
belajarnya35[11]. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaankebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan responrespon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk
mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
c. Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif
yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus
dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negatif
dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan
oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
d. Memelihara iklim kelas yang kondusif
Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong
aktivitas belajar siswa lebih maksimal.36[12] Melalui penguatan yang dilakukan
oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis, sehingga siswa akan lebih
33[9] Sudarwan, Danim, Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi,
Ke Professional Madani,(Jakarta: prenada media group.2011).h.119
34[10] Wina Sanjaya, op. cit, h.23
35[11]
Aria,Djalil,dkk.
Pembelajaran
Kelas
Rangkap,(Jakarta:universitas
terbuka.2002),cet 4.h 2.36
36[12] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar ,
(Jakarta: Rineka Cipta,2006).h.174
bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba dan melakukan
perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Untuk memelihara iklim kelas dapat
dilakukan dengan cara menanggapi dengan penuh kepekaan yang mengganggu
PBM, memeratakan perhatian, mengurangi keteganagan dengan humor,dll
C. Komponen Pemberian Penguatan
Komponen pemberian penguatan yang bisa diberikan oleh guru dalam
a.
kegiatan pembelajaran yaitu dengan penguatan verbal dan nonverbal.
Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata- kata,
baik pujian dan penghargaan atau kata- kata koreksi 37[13]. Melalui kata- kata
itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa
puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar.
Penguatan verbal paling mudah digunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran. Diantara bentuk penguatan verbal adalah :
Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan alat
motivasi
yang
positif38[14].
Guru
menggunakan
pujian
sebagai
bentuk
penguatan untuk menyenangkan perasaan anak didik sehingga merasa
diperhatikan oleh guru serta bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik
frekuensinya dapat berulang bahkan ditingkatkan, namun pemberian pujian
tidak pula berlebihan. contoh pujian yang wajar misalnya ketika guru
mengajukan sebuah pertanyaan dan kemudian siswa menjawab dengan tepat
guru memberi pujian dengan kata- kata, “bagus!”, “tepat sekali”, “benar”, atau
memakai kalimat, ”wah, hebat kamu”, wah, kamu anak pintar”, “seratus untuk
kamu”, “kalian bisa meniru pekerjaan tina, pekerjaannya rapi”, dll. Begitu pula
ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru mesti pula memberi pujian
seperti, “ hampir tepat…”, “yah, bagus ada jawaban yang lain?”, dll. Pujian
semacam
ini
dimaksudkan
agar
siswa
kembali
terdorong
untuk
37[13] Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta :Rineka Cipta,2005), cet 2.h.289
38[14] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,( Jakarta : Rajawali
Pers,2011).h.94
menyempurnakan
jawabannya,
penguatan
ini
disebut
penguatan
tak
penuh39[15].
Hukuman, adalah bentuk reinforcement yang negatif namun bersifat mendidik
dan diperlukan dalam proses pembelajaran. Apabila diberikan secara tepat
dapat menghadirkan sebuah stimulus yang menyebabkan subyek melakukan
sesuatu yang berbeda40[16]. Tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan
frekuensi tingkah laku yang kurang baik.
Misalnya ketika siswa membuat
keributan dapat diberi hukuman untuk menjelaskan kembali pelajaran yang
baru guru jelaskan. Pemberian hukuman harus segera dilakukan jangan
ditunda, hal ini dimaksudkan agar mendapat umpan balik bagi siswa yang
mendapat hukuman agar tidak mengulangi lagi perbuatannya sekaligus
menjadi
semacam
peringatan
bagi
siswa
lainnya
agar
tidak
meniru
perbuatannya. Contoh “ Tono, coba jelaskan kembali penjelasan ibu tadi “, “
b.
kalau masih ada yang ribut, ibu keluarkan dari kelas”, dll.
Penguatan non verbal
Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui
bahasa isyarat41[17]. Bentuk penguatan non verbal adalah :
Mimik dan gerakan badan
Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, mengekspresikan wajah ceria,
anggukan, tepukan tangan, mengacungkan ibu jari, dan gerakan-gerakan
badan
lainnya,
penguatan
semacam
ini
dikenal
dengan
sebutan
body
language42[18]. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru
tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman
belajar bagi siswa.
Mimik dan gerakan badan dapat dipakai bersama-sama
dengan penguatan verbal.
Gerak mendekati
39[15] Eni Purwati,dan Zumrotul Mukaffa, Micro Teaching,( Surabaya: Aprinta,2009).h.7-12
40[16] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,
(Jogjakarta:Ar-ruzz Media.2010),cet v.h.80
41[17] Eddy Noviana, dkk. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran
IPS SD,(Pekanbaru: Cendikia Insan.2010).h108
42[18] Abuddin, Nata, Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: Prenada Media Group.2009),Ed 1,cet 2,h.290
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati
siswa, berdiri di samping siswa
atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi
tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati
adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan
siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk penguatan ini
biasanya dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal, artinya ketika guru
mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan
tambahan.
Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik
antara guru dengan siswa. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau
pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang
menang,
mengelus anggota badan
tertentu yang dianggap tepat. Jika
sentuhan dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif
bagi siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh
kehati-hatian dengan mempertimbangkan berbagai unsur misalnya, kultur,
etika, moral, umur, serta jenis kelamin siswa.
Kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk
mengerjakan
sesuatu
yang
menjadi
kegemarannya
atau
sesuatu
yang
memungkinkan dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa
dapat digunakan sebagai penguatan.
Misalnya, siswa yang dapat menyelesaikan masalah matematika lebih dahulu
diberi
kesempatan
demikian,
untuk
membantu
temannya
siswa akan merasa dihargai dan
yang
kesulitan,
dengan
akan semakin menambah
keyakinan, kepercayaan diri untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Pemberian simbol atau benda/hadiah
Penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu.
Simbol dapat berupa
tanda cek
(√ ), komentar tertulis pada buku siswa,
tanda bintang, berbagai tanda dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning,
ungu, atau merah. Atau dengan pemberian angka sebagai symbol/hasil
aktivitas belajar siswa Sedangkan benda yang digunakan sebagai penguatan
adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal tetapi berarti bagi
siswa. Misalnya pensil atau buku tulis, bintang, dan benda-benda kecil lainnya.
D. Aplikasi Pemberian Penguatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus
yakin bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang
diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat berikut 43[19] :
Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang
menjadi tujuan belajar.
Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di
papan tulis.
Menyelesaikan hasil kerja.
Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan
mutu materi).
Perbaikan pekerjaan.
Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis),
Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah
laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
E. Model Pemberian Penguatan
Ada tiga model dalam pemberian penguatan diantaranya sebagai berikut 44[20]:
a. Penguatan seluruh kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat
dilakukan sacara terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan
untuk individu. Penguatan verbal, gestural, tanda, dan kegiatan adalah
merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukan pada seluruh
b.
anggota kelompok
Penguatan partial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak
berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya.
Sebenarnya penguatan tersebut digunakan untuk menghindari penggunaan
penguatan negatif dan pemberian kritik.
c. Penguatan perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus,
misalnya
menyebutkan kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang
bersangkutan.
43[19]Kunandar. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007).h.57
44[20] Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesioanal, (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA.2008),cet 22,h.83
D. Prinsip Pemberian Penguatan
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan seorang guru
dalam memberikan penguatan, diantaranya sebagai berikut :
a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan respon yang diberikan oleh
guru terhadap prilaku belajar siswa harus mencerminkan perasaan senang dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang
gembira, suara yang meyakinkan atau sikap yang memberi kesan bahwa
penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain
penguatan harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima
penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong
siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa
guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai
kehangatan dan keantusiasan
b. Kebermaknaan
Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan
pada situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian
penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu sangat bermanfaat.
Sering pemberian penguatan secara verbal menjadi tidak efektif atau bahkan
menjadi salah terhadap seorang siswa, karena guru menggunakan kalimat
“pekerjaan mu bagus” siswa merasa curiga dan bahkan merasa diejek, karena
ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi
tidak bermakna, karena guru kurang hangat dan antusias. Penguatan
hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa
sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan
demikian penguatan itu bermakna baginya.
c. Menghindari penggunaan respon yang negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang
diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu
dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan
dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak dapat memberika jawaban yang
diharapkan,
guru
jangan
langsung
menyalahkannya,
melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.
tetapi
masih
bisa
d. Penggunaan bervariasi
Pemberian
penguatan
seharusnya
diberikan
secara
bervariasi
baik
komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias.
Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya guru selalu
menggunakan kata-kata ”bagus” akan mengurangi efektifitas pemberian
penguatan,
pemberian
penguatan
juga
akan
bermanfaat
bila
arah
pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian
kekelompok kecil, akhirnya ke individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.
e. Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku
tertentu. Penguatan yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan
kurang bermakna.
f. Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan
penguatan kepada
siswa tertentu, kepada kelompok siswa, ataupun kepada
seluruh siswa secara utuh, misalnya : “Wah Ibu bangga benar dengan
kedisiplinan Semester II ini”.
g. Pemilihan waktu penguatan45[21]
Timing atau pemilihan waktu dalam memberikan penguatan juga harus
diperhatikan oleh guru. Contoh, ketika pembubaran kelas lebih awal pada saat
siswa sedang ribut akan menjadi bentuk penguatan perilaku yang kurang
tepat. Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut sebelum jam
pelajaran berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.
E.
Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Penguatan
45[21] Margaret ,E Gredler, Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi),
(Jakarta: Kencana.2011),ed ke-6,h.145
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa
kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, namun juga
memiliki kelemahan dalam penggunaannya, antara lain 46[22]:
1.
Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2.
Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3.
Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4.
Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5.
Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru
yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan
penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal
Walaupun
pemberian
penguatan
sifatnya
sederhana
dalam
pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan
kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang
diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya,
pemberian
penguatan
berupa
hadiah
secara
terus-menerus
dapat
mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.
46[22] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatandalam-proses-pembelajaran/,diakses pada tanggal 10 februari 2015
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal,2007. Membangun Prefesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah.
Bandung: Yrama Widya
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Eka,2010. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media
B.R.HERGENHAHN,danMATTHEW,2008.Theories
Of
Learning(TeoriBelajar)Jakarta:Prenada Media Group
Danim, Sudarwan,2011. Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke
Professional Madani. Jakarta: Prenada Media Group
Djalil, Aria.dkk.2002, CET 4. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas
Terbuka
Djamarah, Syaiful Bahri,2005,cet 2. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan
Zain ,Aswan,2006. Strategi Belajar Mengajar .Jakarta:
Rineka Cipta
E Gredler,Margaret,2011,ed ke-6. Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi).
Jakarta: Kencana
Hasibuan, JJ, 2008 . Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Kunandar. 2007.Guru
Profesional,
Implementasi
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Majid, Abdul, 2012. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
Nata, Abuddin,2009,Ed 1,cet 2. Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Prenada Media Group.
Noviana, Eddy. Dkk,2010. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran IPS
SD. Pekanbaru: Cendikia Insan
Poerwadarminta, W.J.S,1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwati, Eni dan Mukaffa, Zumrotul ,2009. Micro Teaching. Surabaya: Aprinta
Sanjaya,Wina,2006.Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar
ProsesPendidikan.
Jakarta:Kencana Prenada Media
Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Supriadie, Didi dan Darmawan, Deni, 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA
Uzer Usman,Moh,2008,cet ke 22. Menjadi Guru Profesioanal. Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA
Wardani,IG.A.K,dkk,
2001.
Pemantapan
Kemampuan
Mengajar
(PKM).
Jakarta:Universitas Terbuka
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatandalam-proses-pembelajaran/,diakses pada tanggal 10 februari 2015
Diposkan oleh PUTU SRI UTAMI DEWI di 03.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
PUTU SRI UTAMI DEWI
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (6)
o
▼ Mei (6)
RPP IPA KELAS V
makalah pencak silat
gambar kartun berzakat
makalah keterampilan dasar memberikan penguatan
makalah administrasi
MAKALAH TAMADUN
Template Tanda Air. Gambar template oleh ideabug. Diberdayakan oleh Blogger.
February 17, 2017 03:48:24 AM Menu
About
Contact
More
Menu
Twitter
Facebook
Google+
Rss
Linkedin
Dribbble
Pinterest
InterJog.inc
Menu
Home
About
Archive
Comments
With Sub Menu
Error 404
Text to sea
Search
What's New?
02:03 AM KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Home » »Unlabelled » Ketrampilan memberi penguatan dalam pembelajaran
Ketrampilan memberi penguatan dalam
pembelajaran
A+APrintEmail
×
interjog inc
Link Author
Title: Ketrampilan memberi penguatan dalam pembelajaran
Author: interjog inc
Rating 5 of 5 Des:
Keterampilan Memberikan Penguatan
A. Hakikat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang
mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah
dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan
bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi
pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam
hidupnya.
Keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas
perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi.
Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa
akan merasa terdorong untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru,
atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat.
Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan
meningkatkan kerjanya.
Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah
menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak
akan merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi
motivator untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi
yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang
ditunjukkannya mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan
terhaap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak
positif terhadap proses pembelajaran.
Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons
yang betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa
dapat memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah
dan tidak perlu dilanjutkan.
Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan
membiasakan
diri
untuk
menerapkannya
dalam
pembelajaran.
Sehingga
pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak,
akan tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membent
Minggu, 26 April 2015
makalah keterampilan bertanya
KETERAMPILAN BERTANYA
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada matakuliah
Micro Teaching
Dosen pengampu
Drs. Erdi Indra, M.Pd.I
Disusun oleh
KELOMPOK 6
DIAN FITRI FADILA
KHALIDA SOPHIA
RIMA NUR ATIKA
ZAINAL
MAHASISWA PGMI A SEMESTER VI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2015
KETERAMPILAN BERTANYA
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembalajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien. 1[1] Salah satu keterampilan
dasar tersebut adalah keterampilann dasar bertanya. Bertanya dikatakan
keterampilan karena dengan bertanya seorang guru maupun siswa bisa
melaksanakan proses pembelajaran. Akan tetapi ada cara yang dilakukan
untuk melaksanakan keterampilan bertanya dengan baik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya guru tidak
berhasil menggunakan teknik bertanya secara efektif. Keterampilan bertanya
menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan
“berfikir itu
sendiri adalah bertanya”. 2[2] Untuk mengetahui bagaimana
keterampilan
bertanya yang baik dan efektif berikut akan kami paparkan
dengan jelas tentang keterampilan bertanya.
1. Pengertian Keterampilan Bertanya
Pengertian keterampilan bertanya
secara etimologis bertanya
diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “terampil” dan “tanya”. Menurut
kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti
antara lain permintaan keterangan. Bertanya merupakan ucapan verbal yang
meminta respons dari seseorang yang dikenal. Respons yang diberikan dapat
berupa
pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan.
Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berfikir.3[3] Dan kemampuan mengemukakan pendapat/gagasan/jawaban.4
[4]
1[1]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 33.
2[2]Zainal Asril, Micro Teaching, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012),
hlm. 81.
Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian
tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan
bertanya
secara
sederhana
dapat
diartikan
dengan
kecakapan
atau
kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari
orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab
pada umumnya, guru selalu melibatkan/menggunakan Tanya jawab dalam
pengajarannya.
Keterampilan
Bertanya
merupakan
keterampilan
yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban / balikan dari orang lain . 5[5] hampir
semua proses evaluasi, pengukuran, penilaian dan pengujian dilakukan
dengan pertanyaan.
Jadi, keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan seorang guru
dalam meminta keterangan siswa ataupun sebaliknya untuk mendapatkan
informasi dalam pelaksanaan pengajaran.
Dalam proses belajar mengajar bertanya memainkan peranan penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan tekhnik penyampaian
yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.6[6]
Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang
sangat penting untuk dikuasai sebab melalui keterampilan ini guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Oleh karena itu dalam
setiap proses pembelajaran, model pembelajaran apapun yang digunakan
bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tak
3[3]J.J.Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2009),hlm.62
4[4]Didie Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 155.
Pembelajaran,
5[5]Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar, Strategi Belajar-Mengajar Di
Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014 ), hlm. 239.
6[6]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang professional (edisi kedua), (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.74.
terpisahkan. Mengingat begitu pentingnya peranan bertanya dalam proses
pembelajaran, maka setiap guru harus memiliki keterampilan ini, untuk
menjamin kualitas pembelajaran.
Keterampilan
bertanya
sangat
penting
dikuasai
oleh
guru,
keterampilan ini merupakan salah satu kunci untuk meningkatakan mutu dan
kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil
dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam pembelajaran bukan
hanya untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak yang ditanya.
Jauh lebih luas dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 7
[7]
2. Jenis-jenis Pertanyaan yang baik
Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan
berfikir siswa. Guru juga dapat menggunakan jawaban
siswa untuk
mengecek aktifitas pengajarannya yang sedang berlangsung. Tentu saja
pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tertulis demikian pula dengan
jawabannya. Pertanyaan dan jawaban yang tertulis kiranya bersifat formal
dan pada umumnya mirip dengan latihan yang sama dari pada tanya jawab
lisan yang berlangsung cepat
Pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur, guru harus
mendorong siswa agar menjawab pertanyaan dengan suara yang nyaring
dan tidak mengulangi jawaban siswa kecuali jika memang perlu atau jika
siswa tersebut merupakan kasus khusus. Pertanyaan juga dapat membentuk
pribadi siswa, namun hal itu tergantung pertanyaan yang diajukan gurunya. 8
[8]
Dilihat dari maksudnya, pertanyaan terdiri dari:
7[7]Dadang sukirman, dkk, Pembelajran Mikro, (Bandung: Upi Press, 2006),
hlm.177.
8[8]W. James Popham, dkk, Tekhnik mengajar secara sistematis. (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2003), hlm. 89.
1. Pertanyaan perintah (Compliance Question)
Adalah pertanyaan yang mengandung unsure suruhan dengan harapan agar
siswa dapat mematuhi perintah yang di ucapkan.
2. Pertanyaan retoris (Rhetorical Question)
Adalah jenis pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban dari siswa, akan
tetapi kita sendiri yang menjawabnya.
3. Pertanyaan mengarahkan atau menuntut (Prompting Question)
Adalah pertanyaan yang ditunjukan untuk menuntun proses berfikir siswa,
dengan harapan siswa dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang
lebih tepat dari jawban sebelumnya.
4. Pertanyaan menggali (Probing Question)
Pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong siswa agar dapat menambah
kualitas dan kuantitas jawaban.9[9]
Dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan bisa terdiri dari
pertanyaan
tingkat
rendah
dan
pertanyaan
tingkat
tinggi.
menurut
taksonomi Bloom :
1. Pertanyaan Pengetahuan (Knowledge Question)
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang memiliki tingkat kesukaran yang
paling rendah, karena hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta
atau data, oleh sebab itu dinamakan juga pertanyaan yang menghendaki
agar siswa dapat mengungkapkan kembali (Recall Question).
2. Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question)
Dilihat
dari
tingkat
kesulitan
jawaban
yang
diharapkan,
pertanyaan
pemahaman lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan jenis pertama, oleh
sebab pertanyaan ini tidak hanya sekedar mengharapkan siswa untuk
mengungkapkan kembali apa yang diingatnya, akan tetapi pertanyaan yang
mengharapkan kemampuan siswa untuk memperjelas gagasan.
3. Pertanyaan Aplikatif (Application Question)
9[9]Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008 ), hlm. 157.
Adalah
pertanyaan
yang
menghendaki
jawaban
agar
siswa
dapat
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
4. Pertanyaan Analisis (Analysis Question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki agar siswa dapat menguraikan suatu
konsep tertentu.
5. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question)
Pertanyaan jenis ini menghendaki agar siswa dapat membuat semacam
ringkasan melalui bagan dari suatu kajian materi pembelajaran.
6. Pertanyaan evaluasi (Evaluation Question)
Adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan
penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu.10[10]
Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran
1. Pertanyaan sempit (Narrow Question)
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup (convergent) yang
biasanya kunci jawabannya yang tersedia.
1) Pertanyaan sempit informasi langsung. Pertanyaan ini menuntut murid
untuk mengingat atau menghapal informasi yang ada.
2)
Pertanyaan sempit memusat. Pertanyaan ini menuntut murid agar
mengembangkan idea tau jawabannya dengan cara menuntutnya melalui
petunjuk tertentu.
2. Pertanyaan luas (Broad Question)
Adalah pertanyaan yang jawabannya yang mungkin lebih sari satu,
sebab pertanyaan in belum mempunyai jawaban yang spesifik, sehingga
masih bersifat terbuka.
1)
Pertanyaan luas terbuka (Open and Question).
kesempatan
Pertanyaan ini memberi
kepada murid untuk mencari jawabannya menurut cara dan
gayanya masing-masing.
10[10]Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar, op.cit., hlm.241- 242.
2)
Pertanyaan luas menilai (Valuing Question). Pertanyaan ini meminta murid
untuk mengadakan penilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap.
Pertanyaan ini efektif bila guru menghendaki murid untuk merumuskan
pendapat,
menentukan sikap, dan tukar menukar pendapat/perasaan
terhadap suatu isu yang ditampilkan.11[11]
Para ahli percaya pertanyaan yang baik, memiliki dampak yang positif
terhadap siswa diantaranya:
1.
Dapat meningkatkan partisipasi siswa
secara penuh dalam proses
pembelajaran.
2. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri
pada hakikatnya bertanya.
3. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
4. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.12[12]
Dasar – dasar Pertanyaan yang Baik
1. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
2. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
3. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu .
4. Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan
5. Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
6.
Berikan
respons
yang
ramah
dan
menyenangkan
sehingga
timbul
keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
7. Tuntunlah jawaban siswa
sehingga mereka dapat menemukan sendiri
jawaban yang benar .
11[11]Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Cet.VII,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm.121-123.
12[12] Wina Sanjaya, Op Cit., hlm.158 - 159
3. Tujuan Keterampilan Bertanya
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu .
2. Memusatkan perhatian siswa –siswi terhadap pokok bahasan
3. Mendiagnosis Kesulitan belajar
4. Mengembangkan Active Learning
5. Memberi kesempatan peserta didik mengasimiloasi informasi
6. Mendorong peserta didik untuk mengeluarkan Pendapat
7. Menguji dan mengukur hasil belajar .13[13]
4. Teknik Bertanya
Pertanyaan
yang
dirumuskan
dan
digunakan
dengan
tepat
merupakan suatu alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa
.Karena itu seyogyanya guru menguasai berbagai teknik bertanya. Selain itu
guru juga hendaknya mendengarkan dengan sunguh-sungguh apa yang
dikemukakan
siswa,
kemudian
memberikan
tanggapan
yang
positif
terhadapnya. Penguasaan berbagai teknik bertanya harus disertai dengan
keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan dengan baik, dilandasi
sikap terbuka dan positif .
Penguasaan teknik bertanya merupakan suatu wahana penunjang
terlaksananya cara belajar siswa aktif. Dalam mengajukan pertanyaan dapat
digunakan teknik sebagai berikut :
1.
Guru bertanya kepada semua siswa, lalu memberikan giliran kepada
seseorang
2. Siswa memberikan jawaban yang tepatdan dapat mendorong siswa lainnya
untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan
13[13] Eni Purwati,dkk, Micro Teaching, (Surabaya: Lapis PGMI, 2009),
hlm.6.16
3. Setelah beberapa tanggapan dan jawaban siswa, guru mengemukakan
pertanyaan lagi dan akhirnya siswa bersama guru membuat kesimpulan
jawaban .
Selain itu dapat pula digunakan teknik sebagai berikut :
1. Semua siswa dalam kelas secara serentak memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan
2.
Pertanyaan ditujukan kepada seluruh kelas, kemudian beberapa siswa
diminta untuk menjawab
3. Masing-masing siswa ditanya secara langsung
4. Dengan cara berkompetisi sehat, misalnya antara siswa wanita dengan lakilaki,
atau
antara
kelompok
pertama
dengan
kelompok
kedua,
dan
seterusnya.14[14]
Beberapa petunjuk teknis
1. Tunjukkan keantusiasan dan Kehangatan
2. Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir
3. Atur lalu lintas bertanya jawab .
4. Hindari pertanyaan ganda
Meningkatkan Kualitas Pertanyaan
1. Berika pertanyaan secara berjenjang
2. Gunakan pertanyaan – pertanyaan untuk melacak15[15]
Kebiasaan yang perlu dihindari
1. Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawabnya.
Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian dan partisipasi siswa .
14[14]Conny
Semiawan,
Pendekatan
Keterampilan
PT.Gramedia, 1985), hlm.72-73.
15[15]Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm.160 – 162.
Proses,
(Jakarta:
2. Jangan mengulang-ulang jawaban siswa. Hal ini akan membuang-buang
waktu, siswa tidak memperhatikan jawaban dari temannya karena menungu
komentar dari guru.
3.
Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa
memperoleh kesempatan untuk menjawabnya. Hal ini membuat siswa
frustasi dan mungkin ia tidak mengikuti pelajaran dengan baik.
4. Usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serentak karena
guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab benar dan
siapa yang menjawab salah serta menutup kemungkinan berinteraksi
selanjutnya.
5.
Menentukan siapa siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan
pertanyaan akan menyebabkan siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab
tidak
memikirkan
jawaban
pertanyaan.
Oleh
karena
itu,
pertanyaan
hendaknya ditujukan lebih dahulu kerpada seluruh siswa, baru kemudian
guru menunjuk salah seorang untuk menjawabnya .
6.
Pertanyaan ganda: Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang
sifatnya ganda ,menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa. contoh : Apa yang menyebabkan terjadinya turun
hujan dan bagaimana akibatnya bila turun hujan ?16[16]
Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus diperhatikan
guru antara lain:
1. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusis kepada siswa di kelas.
2. Berikan waktu berfikir untuk menjawab pertanyaan
3. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu
4. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk berfikir
5. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.17[17]
16[16]Moh .Uzer Usman, Op.Cit., hlm.76 -77.
17[17]Seri Manajemen
(Rajawali Pers), Hlm. 83-84.
Sekolah
Bermutu,
Model-Model
Pembelajaran,
6. Keterampilan Bertanya Dasar
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa
kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa
dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala
pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan
tidak selalu dalam rumusan kalimat Tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan,
selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
1. Tipe dan syarat-syarat bertanya
Adapun Tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam bentuk setiap
pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe pertanyaan yaitu:
a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih
b.
daya ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya.
Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan,, yaitu pertanyaan untuk
mengembangkan atau melatih daya fakir analisis dan sintesis.
c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyan untuk mengembangkan
atau melatih kemampuan atau membuat perkiraan-perkiraan.
d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan dan
melatih kemampuan daya analisis.
e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau
melatih kemampuan berfikir secara teratur.
f. Pertanyan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan untuk memberikan
penegasan atau meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan
pertanyan retorika yang tidak perlu mendapatkan jawaban.18[18]
2. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar
a. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
18[18]H. Udin. S Winata Putra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002), hlm. 179.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan
menggunakan kata-kata yang dapat difahami oleh siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya.
b. Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang
berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
c. Pemusatan kearah jawaban yang diminta
Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas
(terbuka) kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
d. Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena
jawaban siswa benar atau belum memadai.
e. Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru
perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
f. Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi
waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk
menjawab.
g. Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru
hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan
sendiri jawaban yang benar19[19]
7. Keterampilan Bertanya Lanjut
Keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau
pembuka untuk mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Utnuk
menindak lanjuti pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya
atau disebut dengan pertanyaan lanjut.
19[19]J.J.Hasibuan, dkk, Op Cit., hlm. 77-78.
Dengan
pertanyaan
demikian
pertama
pertanyaan
(dasar)
yaitu
lanjut
adalah
mengorek
atau
kelanjutan
dari
mengungkapkan
kemampuan berfikir yang lebih dalam dan komperehensif dari pihak yang
diberi
pertanyaan
(siswa).
Keberhasilan
mengembangkan
kemampuan
berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak dipengaruhi oleh hasil
pembelajaran
yang
dikembangkan
melalui
pengggunaan
pertanyaan
dasar20[20]
Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar
lebih
mengutamakan
usaha
mengembangkan
kemampuan
berfikir,
memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan
kritits mengembangkan kemampuan berfikirnya. Melalui bertanya lanjut
setiap siswa dirangsang untuk aktif berfikir melakukan berbagai aktifitas
belajar, sehingga proses dan hasil pembelajaran akan lebih dinamis dan
berkualitas. Oleh karena itu bagi setiap calon guru atau para guru
keterampilan menerapkan bertanya dasar maupun lanjut harus dilatih dan
dikembangkan
sehingga akan menjadi daya kekuatan utnuk menunjang
kemampuan sebagai tenaga guru yang lebih professional.
1. Tujuan dan Manfaat Bertanya Lanjut
Tujuan dan manfaat dari keterampilan bertanya dasar masih relevan
dan berlaku pula untuk kepentingan bertanya lanjut. Namun, untuk
kepentingan bertanya lanjut, tujuan dan manfaat itu lebih luas lagi dan ada
hal-hal yang belum terjangkau oleh tujuan dan manfaat dari pertanyaan
lanjut yang dimaksud yaitu memungkinkan siswa dapat mengembangkan
kemampuannya
dalam
mengatasi
masalah
atau
mengembangkan
kemampuan berfikir secara lebih tajam analitis dan komperehensif. Lebih
spesifik tujuan dan manfaat dari bertanya lanjut adalah:
a.
Mengembangkan
kemampuan
berfikir
siswa
untuk
mengorganisasi atau menilai atas informasi yang diperoleh.
20[20]Moh. Uzer Usman, Op Cit,. .hlm. 182.
menemukan,
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyan yang didasarkan atas informasi yang lebih lengkap
dan relevan.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide yang
lebih kreatif dan inovatif.
d. Memberi kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran kepada hal-hal
yang lebih analitis, rumit dan kompleks.
Keuntungan yang dapat diambil dari pemberian waktu berfikir siswa,
antara lain:
a.
Respon
siswa
cenderung
lebih
panjang,
kelimatnya
lebih
lengkap,
menunjukan kepercayaan diri.
b.
Proses belajar mengajar cenderung berubah dari guru sentries ke
pembicaraan antarsiswa tentang perbedaan respon yang diberikan.
c. Guru punya waktu untuk mendengarkan dan berfikir
d. Siswa yang kurang partisipasi menjadi lebih partisipasi.21[21]
2. Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya lanjut:
a.
Terjadinya Pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan: untuk
mengembangkan
kemampuan
berfikir
siswa
diperlukan
pengubahan
tuntunan tingkat kognitif pertanyaan.
b.
Pengaturan
urutan pertanyaan:
pertanyaan yang
diajukan haruslah
mempunyai urutan yang logis.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak. Melacak yaitu untuk mengetahui sejauh
mana
kemampuan
siswa
yang
berkaitan
dengan
jawaban
yang
dikemukakan, keterampilan melacak perlu untuk dimiliki oleh guru.
d. Peningkatan terjadinya interaksi.22[22]
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberi pertanyaan
21[21]Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik
Edukatif, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2010), hlm. 107.
22[22]Moh. Uzer Usman, Op Cit, hlm,. 78-79.
Dalam Interaksi
a. Sebelum memberi pertanyaan hendaknya guru sudah mengetahui jawaban
yang dimaksud, sehingga jawaban yang menyimpang dari siswa akan segera
dapat diketahui dan diatasi.
b. Guru harus mengetahui pokok masalah yang ditanyakan dan memberi
pertanyaan sesuai dengan pokok yang dibahas.
c. Hendaknya guru memberi pertanyaan dengansikap hangat dan antusias
agar murid berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, maka guru harus
menunjukkan sikap yang baik diwaktu bertanya dan menerima jawaban dari
siswa. Ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan guru dalam bersikap
diwaktu bertanya atau menerima jawaban.
a) Menunjukkan gaya, ekspresi wajah, posisi badan dan gerakan badan yang
baik dan tepat diwaktu memberi pertanyaan dan menerima jawaban.
b) Memberi penguatan bagi siswa yang menjawab dengan benar.
c) Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan cara yang simpatik.
d) Apabila guru tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan
siswa hendaknya tidak langsung menjawab dengan berbelit-belit atau
menjawab dengan sekedarnya.
e)
Menerima jawaban siswa dengan menggunakan sebagai tolak uraian
selanjutnya. Hal ini penting untuk mengaitkan bahan yang dibahas dengan
materi yang sudah dimiliki siswa berdasarkan jawaban itu.
d. Hendaknya guru menghindari beberapa kebiasaan yang tidak perlu, yang
bisa merugikan siswa dalam proses belajarnya.23[23]
4. Kelemahan dan kelebihannya
Kelamahannya
a. Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
b. Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
c. Tidak semua anak mengerti dan bisa mengajukan pendapat.
Kelebihannya
23[23]Soetomo, Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional,
1993) hal.79.
a. Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
b. Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga
pelajaran akan lebih menarik.
c. Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma.24[24]
DAFTAR PUSTAKA
Asril, Zainal. 2012. Micro Teaching. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
J.J.Hasibuan,
dkk.
2009.
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Marno dan M. Idris. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran Cet.VII. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Munsyi, Abdul Kodir, dkk. 1981. Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk
Calon Guru. Surabaya: Al – Ikhlas.
Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Popham, W. James, dkk. 2003. Tekhnik mengajar secara sistematis. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Purwati, Eni, dkk. 2009. Micro Teaching. Surabaya: Lapis PGMI.
Putra, Udin. S Winata, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
--------------. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Semiawan, Conny. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.Gramedia.
24[24]Abdul Kodir Munsyi DIP.AD.ED dkk, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk
Calon Guru,(Surabaya: Al – Ikhlas, 1981), hal.70.
Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers.
Soetomo. 1993. Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sukirman, Dadang, dkk. 2006. Pembelajran Mikro. Bandung: Upi Press.
Supriadie, Didie dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru yang professional (edisi kedua),
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Diposkan oleh rima nuratika di 02.44
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
rima nuratika
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (6)
o
► Mei (3)
o
▼ April (3)
makalah keterampilan bertanya
cerpen SMA
RPP IPA SD
Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.
BLOG PUTU SRI UTAMI
Sabtu, 16 Mei 2015
makalah keterampilan dasar
memberikan penguatan
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang bersifat
khusus yang harus dimiliki tenaga pengajar agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien, dan profesional 25[1]. Keterampilan dasar
mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan peranya dalam
pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan
secara efektif dan efesien. Salah satu keterampilan dasar mengajar guru yang
tidak boleh dilupakan adalah keterempilan dalam memberi penguatan. 26[2]
A. Pengertian Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang berarti kukuh, teguh, tahan, dan
awet, mendapat awalan pe dan akhiran –an menjadi penguatan yang berarti
perbuatan mengukuhkan, meneguhkan, mempertahankan dan mengawetkan. 27
[3] Secara tradisional, Penguat dianggap sebagai sebuah stimulasi atau
perangsang28[4]
Keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon baik verbal ataupun non verbal, yang diberikan guru terhadap tingkah
laku siswa untuk memberikan umpan balik atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa yang lain untuk berbuat hal yang
sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi. 29[5]
25[1] Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2012).h.154
26[2] Zainal Aqib, Membangun Prefesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah,
(Bandung:Yrama Widya, 2007).h.61
27[3] W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka,1984).h.529
28[4] B.R.HERGENHAHN, dan MATTHEW, theories of learning(teori belajar),
(Jakarta:prenada media group.2008),ed 7.h.119
29[5]
Wina
Sanjaya,Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media,2006).h.37
Standar
Proses
Keterampilan memberikan penguatan juga diartikan dengan tingkah laku
guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali, dimaksudkan untuk
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi
belajar-mengajar.30[6]
Ada pula pendapat lain, Keterampilan memberikan penguatan adalah
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai
keterampilan memberika penguatan karena “penguatan merupakan dorongan
bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan
perhatian.31[7]
Selain itu, Keterampilan memberikan penguatan merupakan tindakan
atau respon terhadap suatu bentuk prilaku yang dapat mendorong munculnya
peningkatan kualitas tingkah laku diwaktu yang lain 32[8]
Dapat penulis simpulkan bahwa pemberian penguatan adalah segala
bentuk respon positif atau negatif yang diberikan oleh guru baik yang bersifat
verbal ataupun nonverbal terhadap tingkah laku siswa
yang baik sehingga
menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan
perilaku yang baik tersebut dan menghilangkan perilaku yang kurang baik.
B.
Tujuan Pemberian Penguatan
Ada beberapa tujuan pemberian penguatan didalam kelas yang diambil
dari beberapa referensi, diantaranya :
30[6] JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2008).h.84
31[7]
IG.A.K
Wardani
dkk,Pemantapan
Kemampuan
Mengajar
(PKM),
(Jakarta:Universitas Terbuka,2001).h.25
32[8]
Abdul
Majid,Belajar
(Bandung:Rosdakarya,2012).h.288
dan
Pembelajaran
PAI,
a.
Meningkatkan perhatian siswa dan membangkitkan motivasi siswa
Melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar
siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian
perhatian siswa pun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru
melalui respon yang diberikan kepada siswanya. Apabila perhatian siswa
semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi(energy dari dalam diri
seseorang yang mengarahkan tingkah lakunya) 33[9] belajarnya pun akan
semakin baik pula.
b. Memudahkan siswa belajar
Tugas guru sebagai
fasilitator
pembelajaran
bertujuan
untuk
memudahkan siswa belajar.34[10] Kemudahan berfungsi untuk memberikan
suasana
yang
dapat
mendorong
siswa
untuk
meningkatkan
aktivitas
belajarnya35[11]. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaankebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan responrespon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk
mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
c. Menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negatif
yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus
dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negatif
dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan
oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
d. Memelihara iklim kelas yang kondusif
Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong
aktivitas belajar siswa lebih maksimal.36[12] Melalui penguatan yang dilakukan
oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis, sehingga siswa akan lebih
33[9] Sudarwan, Danim, Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi,
Ke Professional Madani,(Jakarta: prenada media group.2011).h.119
34[10] Wina Sanjaya, op. cit, h.23
35[11]
Aria,Djalil,dkk.
Pembelajaran
Kelas
Rangkap,(Jakarta:universitas
terbuka.2002),cet 4.h 2.36
36[12] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar ,
(Jakarta: Rineka Cipta,2006).h.174
bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba dan melakukan
perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Untuk memelihara iklim kelas dapat
dilakukan dengan cara menanggapi dengan penuh kepekaan yang mengganggu
PBM, memeratakan perhatian, mengurangi keteganagan dengan humor,dll
C. Komponen Pemberian Penguatan
Komponen pemberian penguatan yang bisa diberikan oleh guru dalam
a.
kegiatan pembelajaran yaitu dengan penguatan verbal dan nonverbal.
Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata- kata,
baik pujian dan penghargaan atau kata- kata koreksi 37[13]. Melalui kata- kata
itu siswa akan merasa tersanjung dan berbesar hati sehingga ia akan merasa
puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar.
Penguatan verbal paling mudah digunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran. Diantara bentuk penguatan verbal adalah :
Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan alat
motivasi
yang
positif38[14].
Guru
menggunakan
pujian
sebagai
bentuk
penguatan untuk menyenangkan perasaan anak didik sehingga merasa
diperhatikan oleh guru serta bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik
frekuensinya dapat berulang bahkan ditingkatkan, namun pemberian pujian
tidak pula berlebihan. contoh pujian yang wajar misalnya ketika guru
mengajukan sebuah pertanyaan dan kemudian siswa menjawab dengan tepat
guru memberi pujian dengan kata- kata, “bagus!”, “tepat sekali”, “benar”, atau
memakai kalimat, ”wah, hebat kamu”, wah, kamu anak pintar”, “seratus untuk
kamu”, “kalian bisa meniru pekerjaan tina, pekerjaannya rapi”, dll. Begitu pula
ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru mesti pula memberi pujian
seperti, “ hampir tepat…”, “yah, bagus ada jawaban yang lain?”, dll. Pujian
semacam
ini
dimaksudkan
agar
siswa
kembali
terdorong
untuk
37[13] Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta :Rineka Cipta,2005), cet 2.h.289
38[14] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,( Jakarta : Rajawali
Pers,2011).h.94
menyempurnakan
jawabannya,
penguatan
ini
disebut
penguatan
tak
penuh39[15].
Hukuman, adalah bentuk reinforcement yang negatif namun bersifat mendidik
dan diperlukan dalam proses pembelajaran. Apabila diberikan secara tepat
dapat menghadirkan sebuah stimulus yang menyebabkan subyek melakukan
sesuatu yang berbeda40[16]. Tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan
frekuensi tingkah laku yang kurang baik.
Misalnya ketika siswa membuat
keributan dapat diberi hukuman untuk menjelaskan kembali pelajaran yang
baru guru jelaskan. Pemberian hukuman harus segera dilakukan jangan
ditunda, hal ini dimaksudkan agar mendapat umpan balik bagi siswa yang
mendapat hukuman agar tidak mengulangi lagi perbuatannya sekaligus
menjadi
semacam
peringatan
bagi
siswa
lainnya
agar
tidak
meniru
perbuatannya. Contoh “ Tono, coba jelaskan kembali penjelasan ibu tadi “, “
b.
kalau masih ada yang ribut, ibu keluarkan dari kelas”, dll.
Penguatan non verbal
Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui
bahasa isyarat41[17]. Bentuk penguatan non verbal adalah :
Mimik dan gerakan badan
Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, mengekspresikan wajah ceria,
anggukan, tepukan tangan, mengacungkan ibu jari, dan gerakan-gerakan
badan
lainnya,
penguatan
semacam
ini
dikenal
dengan
sebutan
body
language42[18]. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru
tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman
belajar bagi siswa.
Mimik dan gerakan badan dapat dipakai bersama-sama
dengan penguatan verbal.
Gerak mendekati
39[15] Eni Purwati,dan Zumrotul Mukaffa, Micro Teaching,( Surabaya: Aprinta,2009).h.7-12
40[16] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,
(Jogjakarta:Ar-ruzz Media.2010),cet v.h.80
41[17] Eddy Noviana, dkk. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran
IPS SD,(Pekanbaru: Cendikia Insan.2010).h108
42[18] Abuddin, Nata, Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: Prenada Media Group.2009),Ed 1,cet 2,h.290
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati
siswa, berdiri di samping siswa
atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi
tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati
adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan
siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa. Bentuk penguatan ini
biasanya dipakai bersama-sama dengan penguatan verbal, artinya ketika guru
mendekati siswa, guru mengucapkan kata-kata tertentu sebagai penguatan
tambahan.
Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik
antara guru dengan siswa. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, atau
pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang
menang,
mengelus anggota badan
tertentu yang dianggap tepat. Jika
sentuhan dilakukan dengan tepat, dapat merupakan penguatan yang efektif
bagi siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh
kehati-hatian dengan mempertimbangkan berbagai unsur misalnya, kultur,
etika, moral, umur, serta jenis kelamin siswa.
Kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk
mengerjakan
sesuatu
yang
menjadi
kegemarannya
atau
sesuatu
yang
memungkinkan dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa
dapat digunakan sebagai penguatan.
Misalnya, siswa yang dapat menyelesaikan masalah matematika lebih dahulu
diberi
kesempatan
demikian,
untuk
membantu
temannya
siswa akan merasa dihargai dan
yang
kesulitan,
dengan
akan semakin menambah
keyakinan, kepercayaan diri untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Pemberian simbol atau benda/hadiah
Penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu.
Simbol dapat berupa
tanda cek
(√ ), komentar tertulis pada buku siswa,
tanda bintang, berbagai tanda dengan warna tertentu misalnya hijau, kuning,
ungu, atau merah. Atau dengan pemberian angka sebagai symbol/hasil
aktivitas belajar siswa Sedangkan benda yang digunakan sebagai penguatan
adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal tetapi berarti bagi
siswa. Misalnya pensil atau buku tulis, bintang, dan benda-benda kecil lainnya.
D. Aplikasi Pemberian Penguatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus
yakin bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang
diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat berikut 43[19] :
Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang
menjadi tujuan belajar.
Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di
papan tulis.
Menyelesaikan hasil kerja.
Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan
mutu materi).
Perbaikan pekerjaan.
Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis),
Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah
laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
E. Model Pemberian Penguatan
Ada tiga model dalam pemberian penguatan diantaranya sebagai berikut 44[20]:
a. Penguatan seluruh kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat
dilakukan sacara terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan
untuk individu. Penguatan verbal, gestural, tanda, dan kegiatan adalah
merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukan pada seluruh
b.
anggota kelompok
Penguatan partial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak
berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya.
Sebenarnya penguatan tersebut digunakan untuk menghindari penggunaan
penguatan negatif dan pemberian kritik.
c. Penguatan perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus,
misalnya
menyebutkan kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang
bersangkutan.
43[19]Kunandar. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007).h.57
44[20] Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesioanal, (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA.2008),cet 22,h.83
D. Prinsip Pemberian Penguatan
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan seorang guru
dalam memberikan penguatan, diantaranya sebagai berikut :
a. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan respon yang diberikan oleh
guru terhadap prilaku belajar siswa harus mencerminkan perasaan senang dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang
gembira, suara yang meyakinkan atau sikap yang memberi kesan bahwa
penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Dengan kata lain
penguatan harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima
penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong
siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa
guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai
kehangatan dan keantusiasan
b. Kebermaknaan
Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan
pada situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian
penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu sangat bermanfaat.
Sering pemberian penguatan secara verbal menjadi tidak efektif atau bahkan
menjadi salah terhadap seorang siswa, karena guru menggunakan kalimat
“pekerjaan mu bagus” siswa merasa curiga dan bahkan merasa diejek, karena
ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi
tidak bermakna, karena guru kurang hangat dan antusias. Penguatan
hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa
sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan
demikian penguatan itu bermakna baginya.
c. Menghindari penggunaan respon yang negatif
Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang
diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu
dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan
dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak dapat memberika jawaban yang
diharapkan,
guru
jangan
langsung
menyalahkannya,
melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.
tetapi
masih
bisa
d. Penggunaan bervariasi
Pemberian
penguatan
seharusnya
diberikan
secara
bervariasi
baik
komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias.
Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya guru selalu
menggunakan kata-kata ”bagus” akan mengurangi efektifitas pemberian
penguatan,
pemberian
penguatan
juga
akan
bermanfaat
bila
arah
pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian
kekelompok kecil, akhirnya ke individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.
e. Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respon atau tingkah laku
tertentu. Penguatan yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan
kurang bermakna.
f. Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan
penguatan kepada
siswa tertentu, kepada kelompok siswa, ataupun kepada
seluruh siswa secara utuh, misalnya : “Wah Ibu bangga benar dengan
kedisiplinan Semester II ini”.
g. Pemilihan waktu penguatan45[21]
Timing atau pemilihan waktu dalam memberikan penguatan juga harus
diperhatikan oleh guru. Contoh, ketika pembubaran kelas lebih awal pada saat
siswa sedang ribut akan menjadi bentuk penguatan perilaku yang kurang
tepat. Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut sebelum jam
pelajaran berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.
E.
Kelebihan dan Kelemahan Pemberian Penguatan
45[21] Margaret ,E Gredler, Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi),
(Jakarta: Kencana.2011),ed ke-6,h.145
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa
kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, namun juga
memiliki kelemahan dalam penggunaannya, antara lain 46[22]:
1.
Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2.
Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3.
Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4.
Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5.
Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru
yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan
penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal
Walaupun
pemberian
penguatan
sifatnya
sederhana
dalam
pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan
kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang
diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut.
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya,
pemberian
penguatan
berupa
hadiah
secara
terus-menerus
dapat
mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.
46[22] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatandalam-proses-pembelajaran/,diakses pada tanggal 10 februari 2015
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal,2007. Membangun Prefesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah.
Bandung: Yrama Widya
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Eka,2010. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media
B.R.HERGENHAHN,danMATTHEW,2008.Theories
Of
Learning(TeoriBelajar)Jakarta:Prenada Media Group
Danim, Sudarwan,2011. Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke
Professional Madani. Jakarta: Prenada Media Group
Djalil, Aria.dkk.2002, CET 4. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas
Terbuka
Djamarah, Syaiful Bahri,2005,cet 2. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan
Zain ,Aswan,2006. Strategi Belajar Mengajar .Jakarta:
Rineka Cipta
E Gredler,Margaret,2011,ed ke-6. Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi).
Jakarta: Kencana
Hasibuan, JJ, 2008 . Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Kunandar. 2007.Guru
Profesional,
Implementasi
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Majid, Abdul, 2012. Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
Nata, Abuddin,2009,Ed 1,cet 2. Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Prenada Media Group.
Noviana, Eddy. Dkk,2010. Bahan Ajar Kajian dan Pengembangan Pembelajaran IPS
SD. Pekanbaru: Cendikia Insan
Poerwadarminta, W.J.S,1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwati, Eni dan Mukaffa, Zumrotul ,2009. Micro Teaching. Surabaya: Aprinta
Sanjaya,Wina,2006.Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar
ProsesPendidikan.
Jakarta:Kencana Prenada Media
Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Supriadie, Didi dan Darmawan, Deni, 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA
Uzer Usman,Moh,2008,cet ke 22. Menjadi Guru Profesioanal. Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA
Wardani,IG.A.K,dkk,
2001.
Pemantapan
Kemampuan
Mengajar
(PKM).
Jakarta:Universitas Terbuka
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatandalam-proses-pembelajaran/,diakses pada tanggal 10 februari 2015
Diposkan oleh PUTU SRI UTAMI DEWI di 03.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
PUTU SRI UTAMI DEWI
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (6)
o
▼ Mei (6)
RPP IPA KELAS V
makalah pencak silat
gambar kartun berzakat
makalah keterampilan dasar memberikan penguatan
makalah administrasi
MAKALAH TAMADUN
Template Tanda Air. Gambar template oleh ideabug. Diberdayakan oleh Blogger.
February 17, 2017 03:48:24 AM Menu
About
Contact
More
Menu
Google+
Rss
Dribbble
InterJog.inc
Menu
Home
About
Archive
Comments
With Sub Menu
Error 404
Text to sea
Search
What's New?
02:03 AM KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Home » »Unlabelled » Ketrampilan memberi penguatan dalam pembelajaran
Ketrampilan memberi penguatan dalam
pembelajaran
A+APrintEmail
×
interjog inc
Link Author
Title: Ketrampilan memberi penguatan dalam pembelajaran
Author: interjog inc
Rating 5 of 5 Des:
Keterampilan Memberikan Penguatan
A. Hakikat Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang
mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah
dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan
bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi
pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam
hidupnya.
Keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas
perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi.
Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa
akan merasa terdorong untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru,
atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat.
Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan
meningkatkan kerjanya.
Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah
menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak
akan merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi
motivator untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi
yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang
ditunjukkannya mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan
terhaap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak
positif terhadap proses pembelajaran.
Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons
yang betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa
dapat memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah
dan tidak perlu dilanjutkan.
Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan
membiasakan
diri
untuk
menerapkannya
dalam
pembelajaran.
Sehingga
pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak,
akan tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membent