Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian

Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk Desa Cikedokan bermata pencaharian sebagai buruh tani. Para
buruh tani ini bekerja pada lahan sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil dengan
pemilik lahan sawah. Tingginya mata pencaharian warga Desa Cikedokan

sebagai

petanidipengaruhi oleh luas lahan pertanian di desa ini, dari total luas Desa Cikedokan
sebesar 140,40 Ha, 55Ha diantaranya merupakan lahan persawahan. Oleh karena itu, Desa
Cikedokan memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor pertanian apabila diolah dengan
baik. Ada dua tipe sistem bagi hasil yang dilakukan oleh para buruh tani, yang pertama yakni
semua biaya produksi pertanian ditanggung oleh buruh tani, petani hanya membayar uang
sewa pada pemilik tanah. Adapun sistem yang kedua yakni semua biaya produksi ditanggung
oleh pemilik lahan, buruh tani hanya bertugas sebagai pelaksana di lapangan.
Dalam setahun petani dapat memanen padi sebanyak tiga kali. Biaya produksi untuk
panennya tergolong rendah karena petani tidak menggunakan pestisida untuk mengusir
serangan hama dan penyakit tanaman yang dapat menurunkan hasil produksi padi. Kurang
adanya langkah yang tepat dari petani untuk mengendalikan hama dan penyakit
menyebabkan hasil panen di Desa Cikedokan tergolong rendah.
Industri rumah tangga pada Desa Cikedokan memiliki potensi ekonomi yang besar. Dari total
2114 mata pencaharian yang ada di Desa Cikedokan, 410 diantaranya bermata pencaharian

sebagai pengrajin industri rumah tangga. Industri rumah tangga yang ada antara lain industri
jaket kulit, rangginang, kue lapis dan kerajinan dari anyaman bambu. Industri-industri ini
menyerap banyak tenaga kerja yang berasal dari warga desa sehingga dapat mengurangi
pengangguran.
Penghasilan penduduk di Desa Cikedokan terlihat tidak merata, faktor mata pencaharian
menjadi salah satu alasan yang menyebabkan kesejahteraan penduduk kurang merata. Seperti
di dusun satu Kampung Urug, sebagian besar warganya masih hidup dalam kondisi yang
serba terbatas. Kondisi tempat tinggal masih belum memadai, baik dari segi sanitasi maupun
keindahan lingkungan. Sedangkan di dusun dua pendapatan para penduduknya lebih merata,
hal ini terlihat dari tempat tinggal yang cukup memadai sanitasinya.

Pendapatan masyarakat yang masyarakat yang masih rendah akan mempengaruhi aspekaspek lainnya, seperti aspek pendidikan dan kesehatan. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat maka masyarakat tersebut akan mampu menyisihkan sebagian pedapatannya
untuk biaya pendidikan. Apabila pendidikan masyarakat tinggi maka pola pikir masyarakat
akan lebih luas dan lebih peka terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan.