Pengaruh Pupuk Terhadap Petumbuhan Tanam

A. Topik :
Pengaruh Pupuk Terhadap Petumbuhan Tanaman
B. Tanggal :
1. Pembuatan larutan nutrisi
2. Pengamatan minggu pertama
3. Pengamatan minggu kedua
4. Pengamatan minggu ketiga

: 17 September 2014
: 24 September 2014
: 1 Oktober 2014
: 8 Oktober 2014

C. Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman
D. DATA
Kel
1
2
3
4

5
6

Kel
1

2
3

Minggu

Jenis

Ke1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Nutrisi
Urea 0ppm
TSP 0ppm
KCl 0ppm
Urea 10ppm
TSP 10ppm
KCl 10ppm
Urea 20ppm

TSP 20ppm
KCl 20ppm
Urea 30ppm
TSP 30ppm
KCl 30ppm
Urea 40ppm
TSP 40ppm
KCl 40ppm
Urea 50ppm
TSP 50ppm
KCl 50ppm

Minggu

Jenis

Ke2
2
2


Nutrisi
Urea 0ppm
TSP 0ppm
KCl 0ppm

2
2
2
2
2

Urea 10ppm
TSP 10ppm
KCl 10ppm
Urea 20ppm
TSP 20ppm

Panjang Hidrilla
U1
U2

U3
3,7
4
4,5
5,5
6
5,5
5,5
4,4
4,9
3,2
3
4
4
7
6,8
6,5
5
3,5
3,3

9
4
4,3
7,5
4,8
4,5
6,5
3,8
4,4
5,5
6,5
5,8
5
8
4
3,3
3,7
6
6,5
4,5

6,9
7,3
7,1
7,1
7,3
7
9,5
6
6
6,5
5,5
6
6,5
7,5
6

X
4,07
5,67
4,93

3,4
5,93
5
5,43
5,53
4,93
5,46
6,26
3,67
5,67
7,1
7,13
7,16
6
6,67

Panjang Hidrilla
U1
U2
U3

4
4
4,5
6
6
5,5
5,5
5
4

X
4,2
5,48
4,8

3,2
6,8
3,6
3,35
5,1


3
6,3
5,2
4,15
8

3,9
4
6,6
9
5

3,74
5,7
5,1
5,1
6

Keadaan Daun

Hijau segar
Hijau segar
Hijau segar
Lebih kuning
Lebih kuning
Lebih kuning
Hijau segar
Hijau segar
Hijau segar
Lebih kuning
Lebih kuning
Lebih kuning
Hijau kekuningan
Hijau segar
Hijau segar
Warna menjadi sedikit
kuning

Keadaan Daun
Secara

umum,

daun

berwarna hijau, namun
ada satu batang bedaun
kuning
Hijau kekuningan
Hijau pudar
Hijau pudar
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan

4
5
6

Kel
1
2
3
4
5
6

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

KCl 20ppm
Urea 30ppm
TSP 30ppm
KCl 30ppm
Urea 40ppm
TSP 40ppm
KCl 40ppm
Urea 50ppm
TSP 50ppm
KCl 50ppm

4,9
4,6
5,6
3,1
6,9
6,8
7,5
6,5
6
6,5

7
3,5
4,7
3,9
6,3
7,2
7,3
6
6,5
7,5

3,8
6,3
8
3,5
4,6
7,2
7,4
10,4
6,5
8

Minggu

Jenis

Ke3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Nutrisi
Urea 0ppm
TSP 0ppm
KCl 0ppm
Urea 10ppm
TSP 10ppm
KCl 10ppm
Urea 20ppm
TSP 20ppm
KCl 20ppm
Urea 30ppm
TSP 30ppm
KCl 30ppm
Urea 40ppm
TSP 40ppm
KCl 40ppm
Urea 50ppm
TSP 50ppm
KCl 50ppm

Panjang Hidrilla
U1
U2
U3
4
4,8
4,2
6,2
6,2
5,3
6,3
4,6
5
2,9
3
4
6,1
3,8
7
4,9
7
3,5
3,3
9
4,5
8
5,1
5,3
7,8
3,8
4,8
5,5
6,8
4,1
5,1
8,5
6,1
3,4
3,8
4,2
5,5
4,3
6,4
6,6
4
7,3
6,7
6,4
6,8
7
10,5
6,9
7,2
5,9
7,5
6,4
7,3

5,2
4,8
6,1
3,5
6
7
7,4
7,6
6,3
7,3

X
4,3
5,9
5,3
3,3
5,63
5,13
5,6
6,1
5,47
5,47
6,57
3,8
5,4
5,97
6,63
8,75
6,67
7,1

Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau
Hijau muda
Hijau kekuningan
Hijau
Hijau
Semakin kuning
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan

Keadaan Daun
Hijau segar
Hijau kekuningan (++)
Hiaju kekuningan (+)
Hijau kecoklatan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Hijau segar
Hijau segar
Hijau segar
Coklat
Hijau
Hijau kekuningan
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Hijau segar
Kuning kecoklatan
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan

E. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Minggu pertama
Pengamatan yang dilakukan kelompok 1 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 0 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,7 cm,
4 cm, dan 4,5 cm dengan jumlah rata-rata 4,0 cm dan keadaan daun berwarna hijau segar.
Jenis nutrisi TSP sebanyak 0ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil
panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm, 6 cm, 5,5 cm dengan jumlah rata-rata 5,7 cm dengan
keadaan daun berwarna Hijau segar. Jenis nutrisi KCl sebanyak 0 ppm dengan pengulangan

sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm, 4,4 cm, 4,9 cm
dengan jumlah rata-rata 4,9 cm dengan keadaan daun berwarna hijau segar.
Pada kelompok 2 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 10 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,2 cm, 3 cm, 4 cm, dengan
jumlah rata-rata 3,4 cm dan keadaan daunnya berwarna lebih kuning (tipis). Jenis nutrisi TSP
sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla
berturut-turut 4 cm, 7 cm, 6,8 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan mempunyai daun yang
banyak. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh
hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 5 cm, 3,5 cm dengan jumlah rata-rata 5 cm dan
memiliki daun yang banyak.
Pada kelompok 3 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 20 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,3 cm, 9 cm, 4 cm dengan
jumlah rata-rata 5,9 cm dan keadaan daunnya pendek. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,3 cm,
7,5 cm, 4,8 cm deengan jumlah rata-rata 5,5 cm dan keadaan daunnya lebih panjang. Jenis
nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang
hydrilla berturut-turut 4,5 cm, 6,5 cm, 3,8 cm dengan jumlah rata-rata 4,9 cm dan keadaan
daunnya lebih banyak berwarna hijau.
Pada kelompok 4 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 30 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,4, cm, 5,5, cm, 6,5 cm
dengan jumlah rata-rata 5,5 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning. Jenis nutrisi TSP
sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla
berturut-turut 5,8 cm, 5 cm, 8 cm, dengan jumlah rata-rata 6,3 cm dan keadaan daunnya
berwarna kuning. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali
diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm, 3,3, cm, 3,7 cm dengan jumlah rata-rata
3,7 dan keadaan daunnya berwarna kuning.
Pada kelompok 5 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 40 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6 cm, 6,5 cm, 4,5 cm dengan
jumlah rata-rata 5,67 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10
ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut
6,9 cm, 7,3 cm, 7,1 cm dengan jumlah rata-rata 7,1 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau.
Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil
panjang hydrilla berturut-turut 7,1 cm, 7,3 cm, 7 cm dengan jumlah rata-rata 7,13 cm dan
keadaan daunnya berwarna hijau.

Pada kelompok 6 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 50 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 9,5 cm, 6 cm, 6 cm, dengan
jumlah rata-rata 7,2 cm dan keadaan daunnya berwarna sedikit kuning. Jenis nutrisi TSP
sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla
berturut-turut 6,5 cm, 5,5 cm, 6 cm dengan jumlah rata-rata 6 cm dan keadaan daunnya
berwarna sedikit kuning. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak
tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm, 7,5 cm, 6 cm dengan jumlah
rata-rata 6,7 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning.
b. Minggu ke dua
Pengamatan yang dilakukan kelompok 1 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 0 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm,
4,5 cm, 4 cm dengan jumlah rata-rata 4,2 dan keadaan daunnya berwarna hijau, tetapi ada
juga daun yang berwarna kuning. Jenis nutrisi TSP sebanyak 0ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6 cm, 5,5 cm, 6 cm, dnegan
jumlah rata-rata 5,8 2 dan keadaan daunnya berwarna hijau, tetapi ada juga daun yang
berwarna kuning. Jenis nutrisi KCl sebanyak 0 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali
diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5 cm, 5,5 cm, 4 cm dengan jumlah rata-rata 4,8
cm dan keadaan daunnya berwarna hijau, tetapi ada juga daun yang berwarna kuning.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 2 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 10 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,2 cm,
3 cm, 3,9 cm dengan jumlah rata-rata 3,4. Jenis nutrisi TSP sebanyak 10ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,8 cm, 6,3 cm,
4 cm, dengan jumlah rata-rata 5,7 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,6 cm, 5,2 cm,
6,6 cm dengan jumlah rata-rata 5,1 cm.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 3 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 20 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,35
cm, 4,15 cm, 9 cm dengan jumlah rata-rata 5,5 cm. Jenis nutrisi TSP sebanyak 20ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,1 cm, 8 cm, 5
cm, dengan jumlah rata-rata 6 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 20 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,9 cm, 7 cm, 3,8 cm dengan
jumlah rata-rata 5,2 cm.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 4 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 30 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,6 cm,

3,5 cm, 6,3 cm dengan jumlah rata-rata 4,8 cm. Jenis nutrisi TSP sebanyak 30 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,6 cm, 4,7 cm,
8 cm dengan jumlah rata-rata 6,1 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 30 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,1 cm, 3,9 cm,
3,5 cm dengan jumlah rata-rata 3,5 cm.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 5 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 40 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,9 cm,
6,3 cm, 4,6 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan daunnya berwarna hijau kekuningan.
Jenis nutrisi TSP sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil
panjang hydrilla berturut-turut 6,8 cm, 7,2 cm, 7,2 cm dengan jumlah rata-rata 7,1 cm dan
keadaan daunnya berwarna hijau. Jenis nutrisi KCl sebanyak 40 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 7,5 cm, 7,3 cm, 7,4 cm
dengan jumlah rata-rata 7,4 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 6 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 50 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,5 cm,
6 cm, 10,4 cm dengan jumlah rata-rata 7,6 dan daun berwarna kuning. Jenis nutrisi TSP
sebanyak 50 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla
berturut-turut 6 cm, 6,5 cm, 6,5 cm dengan rata rata 6,3 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 0
ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut
6,5 cm, 7,5 cm, 8 cm dengan jumlah rata-rata 7,3 cm.
c. Minggu ketiga
Pengamatan yang dilakukan kelompok 1 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 0 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4 cm,
4,8 cm, 4,2 cm dengan jumlah rata-rata 4,3 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau segar.
Jenis nutrisi TSP sebanyak 0ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil
panjang hydrilla berturut-turut 6,2 cm, 6,2 cm, 5,3 cm dengan jumlah rata-rata 5,9 cm dan
keadaan daunnya berwarna hijau kekuningan (++). Jenis nutrisi KCl sebanyak 0 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,3 cm, 4,6 cm,
5 cm, dengan jumlah rata-rata 5,13 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau kekuningan (+).
Pengamatan yang dilakukan kelompok 2 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 10 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 2,9 cm,
3 cm, 4 cm dengan jumlah rata-rata 3,3 cm dan daun berwarna hijau kecoklatan. Jenis nutrisi
TSP sebanyak 10 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang
hydrilla berturut-turut 6,1 cm, 3,8 cm, 7 cm, dengan jumlah rata-rata 5,63 cm dan keadaan

daun berwarna hijau kekuningan. Jenis nutrisi KCl sebanyak 10 ppm dengan pengulangan
sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 4,9 cm, 7 cm, 3,5 cm,
dengan jumlah rata-rata 5,13 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau kekuningan.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 3 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 20 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,3 cm,
9 cm, 4, cm, 4,5 cm dengan jumlah rata-rata 5,6 cm dan daun berwarna hijau segar. Jenis
nutrisi TSP sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang
hydrilla berturut-turut 8 cm, 5,1 cm, 5,8 cm, dengan jumlah rata-rata 6,1 cm dan keadaan
daun hijau segar. Jenis nutrisi KCl sebanyak 20 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali
diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 7,8 cm, 3,8 cm, 4,8 cm dengan jumlah rata-rata
5,47 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau segar.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 4 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 30 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm,
6,8 cm, 4,1 cm dengan jumlah rata-rata 5,47 cm dan daun berwarna cokelat. Jenis nutrisi TSP
sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla
berturut-turut 5,1 cm, 8,5 cm, 6,1 cm dengan jumlah rata-rata 6,57 cm dan keadaan daunnya
berwarna hijau. Jenis nutrisi KCl sebanyak 30 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali
diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 3,4 cm, 3,8 cm, 4,2 cm, dengan jumlah ratarata 3,8 cm dan keadaan daun berwarna hijau kekuningan.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 5 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 40 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 5,5 cm,
4,3 cm, 6,4 cm dengan rata-rata 5,4 cm dan keadaan daunnya berwarna kuning kecoklatan.
Jenis nutrisi TSP sebanyak 40 ppm dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil
panjang hydrilla berturut-turut 6,6 cm, 4 cm, 7,3 cm dengan jumlah rata-rata 5,97 cm dan
keadaan daunnya berwarna kuning kecoklatan. Jenis nutrisi KCl sebanyak 40 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,7 cm, 6,4 cm,
6,8 cm dengan jumlah rata-rata 6,63 cm dan keadaan daunnya berwarna hijau segar.
Pengamatan yang dilakukan kelompok 6 dengan jenis nutrisi Urea sebanyak 50 ppm
dengan pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 7 cm,
10,5cm, 0 cm dengan jum;ah rata-rata 8,75 cm. Jenis nutrisi TSP sebanyak 50 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 6,9 cm, 7,2 cm,
5,9 cm dengan jumlah rata-rata 6,67 cm. Jenis nutrisi KCl sebanyak 50 ppm dengan
pengulangan sebanyak tiga kali diperoleh hasil panjang hydrilla berturut-turut 7,5 cm, 6,4 cm,
7,3 cm dengan jumlah rata-rata 7,1 cm.

Pupuk adalah bahan bahan yang diberikan kedalam tanah baik organic maupun
anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsure hara dari dalam tanah dan
meningkatkan produksi tanaman, dimana faktor keliling atau lingkungan baik (Sutejo,2002).
Ketiga pupuk yang kami gunakan yaitu pupuk urea, TSP dan KCl memiliki kandungan dan
fungsi yang berbeda pada tumbuhan khususnya tumbuhan hydrilla.
1.

Pupuk Urea
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH 4 (ammonia) dengan CO2.

Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak
bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering
terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah
yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %.
Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman
(Hardjowigeno dan Sarwono, 2010).
Pada percobaan kami, daun hydrilla yang diberi pupuk urea mengalami perubahan
warna dan panjang, hal ini disebabkan adanya unsur N yang ada dalam pupuk urea.
Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman,
khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas

dan

perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002). Nitrogen yang terkandung dalam pupuk
urea berfungsi merangsang pertumbuhan daun dengan cepat serta menyebabkan daun dan
batang berwarna hijau karena nitogen merupakan bahan pembentuk klorofil (Sudjijo et al.,
1994).
Jika tanaman kekurangan nitrogen mengakibatkan daun tidak tampak hijau segar,
melainkan agak kekuning-kuningaan dan pada akhirnya daun tersebut akan gugur
(Dwidjoseputro, 1978). Beberapa pernyataan di atas menjadi jawaban pada percobaan
kami, dimana terjadi perubahan warna daun hydrilla dan panjang batang yang berbeda dari
minggu ke minggu pada konsentrasi urea yang berbeda.
Dari data pengamatan, terlihat bahwa pada konsentrasi urea 10 ppm warna daun
berubah semakin kuning pada tiap minggu bahkan sampai kecoklatan dan tidak mengalami
pertambahan panjang, dikarenakan kurangnya konsentasi urea. Pada konsentrasi urea 30-50
ppm juga mengalami perubahan warna daun menjadi kuning hingga kecoklatan tiap
minggunya walaupun pada sebagian daun mengalami pertambahan panjang yang sangat
drastis dikarenakan tingginya konsentrasi urea yang diberikan. Sedangkan pada urea 20
ppm terjadi perubahan warna daun hydrilla yaitu hijau segar dan pertambahan panjang yang

cukup konstan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi urea 20 ppm merupakan
konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun hydrilla.
2.

Pupuk TSP
Pupuk TSP adalah nutrient anorganik yang digunakan untuk memperbaiki hara tanah

untuk pertanian. TSP artinya triple super phosphate. Rumus kimianya Ca(H2PO4)2.
Kandungan kadar P2O5 pupuk ini adalah 46%. Artinya setiap 100 kg pupuk TSP didalamnya
terkandung 46 kg unsur hara P2O5, bahan dasar utama TSP sendiri adalah asam fosfat dan
kalsium (Sianturi, 2010).
Pada percobaan kami, daun hydrilla yang diberi pupuk TSP mengalami perubahan
warna dan panjang, hal ini disebabkan adanya unsur kalsium (Ca) yang ada dalam pupuk
TSP. Kalsium (Ca) diambil dari tanah sebagai kation, berguna untuk pengutan dinding sel
(lamel tengah) dan terdapat sebagai kristal kalsium oksalat. Kalsium mempergiat
pembelahan sel di meristem, membantu pengambian nitrat dan mengaktifkan berbagai
enzim (Dwidjoseputro, 1978).
Jika kekurangan kalsium menyebabkan desintegrasi pada ujung batang maupun ujung
akar, daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mongering pada bagian
ujungnya (Benyamin, 2007). Beberapa pernyataan di atas menjadi jawaban pada percobaan
kami, dimana terjadi perubahan warna daun hydrilla dan panjang batang yang berbeda dari
minggu ke minggu pada konsentrasi TSP yang berbeda.
Dari data pengamatan, terlihat bahwa pada konsentrasi TSP 10 ppm warna daun
berubah semakin kuning atau bisa dibilang mengering pada tiap minggunya dan tidak
mengalami pertambahan panjang melainkan penurunan panjang batang hydrilla
dikarenakan kurangnya konsentrasi pupuk TSP. Pada konsentrasi TSP 30-50 ppm juga
terjadi perubahan wrna daun yang umumnya berubah menjadi lebih kuning dan mengalami
penurunan panjang batang daun hydrilla dikarenakan kelebihan konsentrasi pupuk TSP.
sedangkan pada konsentrasi TSP 20 ppm terjadi perubahan yang konstan pada warna daun
yaitu hijau muda sampai hijau segar dan mengalami pertambahan panjang batang. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi TSP 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk
pertumbuhan daun hydrilla.
3.

Pupuk KCl
Kalium klorida (KCl) merupakan jenis pupuk kalium yang termasuk pupuk tunggal.

Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstrasi bahan baku (deposit K) yang kemudian
diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl.
Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl. Dan sedikit K 2SO4. Hal ini

disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus
dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K 2O sampai 60%
(Hardjowigeno, 1992).
Pada percobaan kami, daun hydrilla yang diberi pupuk KCl mengalami perubahan
warna dan panjang, hal ini disebabkan adanya unsur kalsium kalium yang ada dalam pupuk
KCl. Kalium pada tubuh tumbuhan sebagai garam anorganik, pada bagian tumbuhan yang
menyelenggarakan pertumbuhan lebih banyak didapatkan kalium dari pada di dalam daun
yang sudah tua (Dwidjoseputro, 1978). Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen
yang essensial bagi tanaman. Peran utama kalium adalah sebagai aktivator berbagai macam
enzim yang essensial dalam reaksi respirasi dan fotosintesis, serta berperan dalam mengatur
potensi osmotic sel dan tekanan turgor sel (Benyamin, 2007).
Jika kekurangan kalium maka protein yang terdapat dalam tanaman sedikit sedangkan
persenan asam amino agak tinggi, gejala yang tampak adalah daun menjadi kuning, ada
noda jaringan mati di tengah lembaran dan pertumbuhan terhambat dimana batang kurang
kuat (Dwidjoseputro, 1978). Pernyataan di atas menjadi jawaban pada percobaan kami,
dimana terjadi perubahan warna daun hydrilla dan panjang batang yang berbeda dari
minggu ke minggu pada konsentrasi KCl yang berbeda.
Dari data pengamatan, terlihat bahwa pada konsentrasi KCl 10-30 ppm warna daun
berubah semakin kuning meskipun ada sebagian yang masih bewarna hijau pada tiap
minggunya dan pada batang umumnya mengalami penambahan panjang batang hydrilla
dikarenakan kurangnya konsentrasi pupuk TSP. Pada konsentrasi KCl 50 ppm terjadi
perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuningan pada tiap minggunya dan mengalami
penurunan panjang batang karena kelebihan konsentrasi pupuk KCl yang diberikan.
Sedangkan pada konsentrasi KCl 40 ppm terjadi perubahan warna daun yang konstan yaitu
warna hijau, dengan panjang batang yang juga mengalami pertambahan. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi KCl 40 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk
pertumbuhan daun hydrilla.
Secara keseluruhan, pupuk yang paling ideal untuk pertumbuhan hydrilla dalam
percobaan yang kami lakukan adalah pupuk TSP karena pada sebagian besar hasil yang
didapat di minggu ketiga warna daun hydrilla menjadi hijau segar dan juga mengalami
pertambahan panjang batang. Hasil ini melebihi dari pupuk urea dan juga pupuk KCl
meskipun sama-sama terjadi perubhan pada warna daun dan panjang batang hydrilla tetapi
tidak sebaik perubahan pada pemberian pupuk urea.
Pada percobaan kami, beberapa diperoleh hasil yang sedikit membingungkan dimana
warna daun yang awalnya hijau segar kemudian berubah menjadi hijau kekuningan dan pada

minggu berikutnya berubah menjadi hijau muda. Selain itu pada panjang batang yang misal
pada awalnya panjang 3 cm, pada minggu berikutnya mengalami pertambahan panjang tetapi
pada minggu selanjutnya lagi mengalami penurunan panjang batang. Hal ini dikarenakan ada
daun hidrila yang tertukar saat mengganti larutan dalam botol dan juga kurang teliti dalam
mengamati warna daun dan panjang batang hydrilla.
F.

KESIMPULAN
 Konsentrasi urea 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun
hydrilla.
 Konsentrasi TSP 20 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun
hydrilla.
 Konsentrasi KCl 40 ppm merupakan konsentrasi ideal untuk pertumbuhan daun
hydrilla.
 Secara keseluruhan, pupuk TSP adalah yang ideal untuk pertumbuhan hydrilla

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Lakitan. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Depok: PT. AgroMedia Pustaka
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia
Sutejo Mul Mulyani, 2002, Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjijo dan Frits H. Silalahi. 1994. “Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Wortel” dalam Jurnal Hortikultura Balai Penelitian Hortikultura
Brastagi
Wahyuni, Pipit. 2012. Komposisi Unsur Hara dalam Pupuk. Kediri: Fakultas Pertanian
Univeristas Brawijaya

Laporan
Pengaruh Pupuk Terhadap Petumbuhan Tanaman
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Fisiologi Tumbuhan
Yang di bina oleh Bapak Sarwono
Kelompok 2
Offering C
Arista Silmia
Desy Putri Rahmawati
Dina Yuli Pertiwi
Henrika Jempormase
Liana Sari Wijaya
Yoananda Ramadina A

130341614845
1303416148
1303416148
1303416147
1303416147
130341614826

The Learning University

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Jurusan Biologi
Oktober 2014