Macam Macam Candi Di Indonesia

KUMPULAN SITUS PENINGGALAN
KEBUDAYAAN INDONESIA

DI SUSUN OLEH :
DAVINA MUTIARA SYAHDILLA

KELAS 4-C
SDN BAROS MANDIRI 6

1. Candi Borobudur

Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari
enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk
bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang
lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah
barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut
agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa

pemerintahan wangsa Syailendra.

2. Candi Mendut

Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang
berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk
kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor
garuda.
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama
Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi
Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari
dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh
824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun
bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan
bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de
Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.


3. Candi Ngawen

Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya
mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa
pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi
duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak
berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi
candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran
Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km
sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen,
kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini
dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman
Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini
kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang
Tengah pada tahun 824 M.

4. Candi Lumbung


Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam
kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi
Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9
pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan
kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif
cukup bagus.

5. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa
Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu
Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah
kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat
zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat
sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Ciri-cirinya:
Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan
ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih

nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan
tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada
tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah
persawahan.

6. Kompleks Percandian Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisasisa percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya
dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa
Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan
candi yang tersebar di beberapa titik.
Cirri-cirinya:
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara
umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi.
Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian
kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi
Blandongan.
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah
berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam
bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak

memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.

7. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di
Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa
Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau
jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau.
Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus
sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar
Kanan.
Ciri-cirinya:
Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter
diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5
kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai
Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan
Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka.
Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu
bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini
dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir

kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat
ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk.
Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara
beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti

kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi
itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

8. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa, berlokasi di
Kecamatan Singosari, Malang. Dengan jarak sekitar 6 km dari
Candi Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan Kerajaan
Singhasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu.
Candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang, +/- 6 Km, di sebelah Barat Laut
Candi Singosari, candi ini dibuat dari batu andesit dengan ukuran
P. 6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun pada ketinggian 650 mDPL, di
kaki bukit Gunung Arjuna. Pemandangan di sekitar candi ini sangat
indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening

airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
Cirri-cirinya:
Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada
batur candi yang tinggi terdapat selasar, kaki candi memiliki

penampil pada keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa
yang terdiri atas lapik bujur sangkar, dan lapik berbentuk segi
delapan dengan bantalan Padma, sedang bagian atas berbentuk
genta (stupa) yang puncaknya telah hilang.

9. Candi Brahu

Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan
abad 15 Masehi. Pendapat lain, candi ini berusia jauh lebih tua
ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus
Arwana, kata Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama
ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan
dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi
brahu. Dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada tahun 861
Saka atau 9 September 939,

Cirri-cirinya:
Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium)
jenazah raja-raja Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu
pakarpun yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik

candi. Lebih lebih setelah ada pemugaran candi yang dilakukan
pada tahun 1990 hingga 1995.

10. Candi Sewu

Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks
candi Prambanan (hanya beberapa ratus meter dari candi utama
Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun
pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran
(746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha
terbesar setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang
merupakan candi bercorak Hindu.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999
dan dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso
hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa


memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal
karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5