BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja - Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

  Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional social dan fisik. Remaja adalah seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap keberikutnyadan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah

  • – masalah. (Hurlock,1998). Masa remaja merupakan awal masa transisi, dimana usianya berkisar antara

  13-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan. Dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis maupun secara social (Hurlock, 1973). Drs. Andi Mappiere dengan mengutip lengkap dari Elisabeth B Hurlock, menulis tentang adanya sebelas masa rentan kehidupan. 1. : Saat konsepsi sampai lahir

  Prenata 2. : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir

  Masa neonatal 3. : Akhir minggu kedua sampai akhir minggu kedua

  Masa bayi 4. Masa kanak - kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun 5. Masa kanak – kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun

  6. : Sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai Pubertas pra-adolesen empat belas tahun

  7. : Tiga belas tahun atau empat belas tahun Masa remaja awal sampai tujuh bekas tahun

  8. : Tujuh belas tahun sampai dulu puluh satu tahun Masa remaja akhir

  9. : Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun Masa dewasa awal

  10. : Empat puluh tahun sampai enam puluh tahun Masa setengah baya

  11. : Enam puluh tahun sampai meninggal dunia Masa tua

  Menurut parremaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang berlangsung antara umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak

  • – kanak menuju masa pendewasaan diri yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

2.2 Kenakalan remaja

  2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

  Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Menurut Sudarsono kenakalan adalah: “Bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat.” Dengan demikian masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan remaja dirasakan sangat mengganggu, dan merisaukan kehidupan masyarakat, bahkan sebagian anggota masyarakat menjadi terancam hidupnya.

  2.2.2 Gejala – gejala yang mengarah kenakalan remaja

  Adapun beberapa gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut: a.

  Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya baik di sekolah maupun di tempat-tempat bermain sehingga anak tersebut selalu menyendiri. Perilaku demikian, dapat menyebabkan kegoncangan emosi sehingga dapat mengarahkan pada tindakan-tindakan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku. b.

  Anak-anak yang suka atau biasa menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau disekolah.

  c.

  Anak-anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mereka mengalami masalah dan tidak sanggup mencari jalan pemecahannya. Kondisi ini akan menyebabkan anak mencari jalan kearah yang sering bersifat negatif, misalnya minum-minuman keras, dan menggunakan narkotika untuk menghilangkan masalah yang dihadapi. Akibatnya, kondisi hidupnya makin hancur.

  d.

  Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah dalam bentuk melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.

  e.

  Anak-anak yang suka dusta dan bohong. Dusta dengan penyimpangan perilaku ini cenderung mempunyai kaitan yang erat. Suatu kecenderungan umum apabila anak itu mempunyai mental suka dusta atau pembohong, dia akan suka atau sering melakukan tindakan yang menyimpang.

2.2.3 Jenis - jenis kenakalan remaja

  Beberapa jenis kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah sebagai berikut.

  1. Penentangan Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang otoritas orang tua. Transisi menuju kebebasan yang lebih besar pada masa remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan orang tua. Penegakan disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan argumentasi rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian orang tua.

  2. Perkelahian Salah satu ciri khas remaja adalah membuktikan eksistensinya di dalam komunitasnya. Remaja laki-laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan keberanian, banyak remaja laki- laki yang terobsesi menjadi “hero” dengan menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Contohnya: Tawuran.

  3. Narkoba Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai dari obat-obat psikotropika sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban permainan orang- orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan mereka. Contohnya : penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

  4. Tindak Kriminal Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian anak- anak pelajar remaja. Bahkan banyak pelajar remaja sudah terlibat perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan, pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembunuhan.

2.3 Faktor - faktor yang menyebabkan kenakalan remaja

  Berikut ini merupakan faktor

  • –faktor yang menyebabkan kenakalan remaja adalah 1.

  Kurangnya perhatian orang tua Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak bisa memicu anak terhadap hal yang negatif. Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti orang tua, Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti kurangnya perhatian perhatian orang tua yang dibutuhkan sang anak. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental menjadi anak yang nakal. Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan prestasi si anak, dengan cara menanyakan tugas si anak merupakan salah satu cara untuk membentuk si anak menjadi rajin belajar dan berprestasi.

  2. Broken home (Perceraian orang tua) Salah satu penyebab broken home adalah perceraian orang tua, sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.

  

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal inilah

  yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Suasana kenyamanan rumah dapat menimbulkan si remaja untuk belajar lebih giat lagi.

  3. Interaksi (hubungan) orang tua dan anak Salah satu interaksi orang tua dan anak adalah berkomunikasi, komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan orang tua dan anak erat. Seorang anak mampu berfikir dengan cepat bahwa tidak sungguh-sungguh mendengarkan ketika pertanyaannya hanya dijawab “Hm…” atau “Oke”.

  Lebih parah lagi ketika orang tua sering memberitahu tidak punya waktu luang untuk berbicara. Rangkaian kejadian seperti ini akan menciptakan situasi negatif yang dapat menyebabkan seorang anak berfikir tidak ada gunanya berkomunikasi dengan orang tua. Akibatnya, mereka akan mengalihkan komunikasinya dengan dunia luar yang bisa jadi orang tua tidak akan mampu mengontrol kegiatannya setelah itu. Salah satu daya tarik remaja untuk belajar dengan maksimal yaitu ketika si remaja pulang rumah, mereka slalu ingin berbagi apa yang terjadi pada mereka terhadap orang tua mereka. Menurut Lynas Waun, komunikasi komunikasi negatif terhadap anak seperti itu seringkali terjadi ketika : a.

  Orang tua mengabaikan perasaan anak b.

  Orang tua meletakkan kepentingan anak dalam rangka mengeja kepentingannya sendiri c.

  Orang tua minim perhatian.

  d.

  Orang tua mengkritik, menghakimi atau menyalahkan anak-anaknya.

4. Pengaruh teman

  Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004) menunjukkan bahwa pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005) bahwa pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan (attachment). Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan dekat dan berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk terlibat dalam kenakalan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara dini (Billy, Rodgers, &Udry, dalam Santrock, 2004). Sementara itu, remaja alkoholik tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya dan memiliki kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang lain (Muro & Kottman, 1995).

  Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan kontak fisik yang penuh rasa hormat. Remaja juga membutuhkan perhatian dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah, butuh orang yang mau mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan memberikan kesempatan untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah, takut, cemas, dan keraguan (Cowie and Wallace, 2000). Teman sebangku adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Saking berpengaruhnya teman terhadap si remaja terkadang kebanyakan remaja jadi ketergantungan terhadap teman mereka tersebut, dan berpikir slalu mengandalkan teman mereka.

  5. Masalah yang dipendam Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak terbuka pada orang tua sehingga merek merasa bahwa mereka mampu mengatasi masalah itu sendiri. Ternyata mereka tidak sanggup. Contoh masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke hal-hal yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, merokok,dll. Ketidaktahuan mereka akan penyelesaian masalah mereka, terkadang membuat mereka jadi malas melakukan apa yang bisa mereka lakukan.

  6. Problema waktu luang Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Ketika mereka tidak tahu bagaimana mengisi waktu mereka, mereka awali mengisinya dengan bermain sama teman-teman sehingga mereka lebih mementingkan bermain ketimbang belajar untuk meningkatkan prestasinya.

  7. Kurangnya pemahaman dasar dasar tentang agama Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) anak-anak sedang mengalami goncangan jiwa, manakala jiwa mereka tertekan dan mengalami ketegangan, sering mereka tidak mampu lagi mengendalikannya secara stabil, maka sering tindakan delikulen dimunculkan dalam perilaku sebagai wujud penyaluran goncangan jiwa tadi. Masalah kesehatan / ketenangan jiwa adalah masalah erat kaitannya dengan masalah supra logis, yaitu keimanan dan kepercayaan yang merupakan awal beragamanya seseorang.

  Keimanan dan kepercayaan ini menjadi integral dari kepribadian, asal bukan pengakuan di lisan semata, sebab penyelewengan-penyelewengan yang datangnya dari orang-orang yang mengaku ber Tuhan itu karena kurang tertanamnya jiwa agama (mental religius) dalam kepribadiannya. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang memperhatikan hal ini. Terkadang dalam diri si remaja yang tak takut akan dosa mereka sering melakukan dosa, yang mereka anggap kecil seperti menyontek. Karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan.

  8. Kondisi ekonomi Keadaan ekonomi yang tinggi maupun yang rendah, keduanya dapat menyebabkan para siswa menjadi sering melakukan tindakan kenakalan- kenakalan remaja. Hal ini mungkin terjadi karena pada kalangan ekonomi tinggi orang tua terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial, atau sibuk mencari nafkah pada kalangan ekonomi rendah sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi yanga baik dengan anaknya. Pada kalangan keluarga ekonomi tinggi sering kita lihat banyak ibu-ibu pejabat yang sibuk berorganisasi, arisan, piknik, menolong korban banjir dan sebagainya.

  Kesemuanya itu menyebabkan para ibu lupa pada tugasnya sebagai pendidik, mereka tidak sempat memberikan perhatian, tuntunan dan kasih sayang yang wajar terhadap anak-anaknya. Kenyataan kita semua kebanyakan keluarga kaya mempercayakan pemeliharaan anak-anak mereka kepada pembantu yang pendidikannya relatif rendah, dimana mereka kurang mengerti bagaimana memelihara/mendidik anak yang baik. Sementara orang tua yang beranggapan bahwa anak cukup hidup hanya dengan diberi uang, perhiasan dan segala macam kebutuhannya tanpa mengingat kebutuhan rokhaniah anak. Contoh ekonomi rendah adalah orang tua yang tidak mampu membeli buku untuk anaknya, ini sering kali berdampak kepada si remaja menjadi malas untuk belajar dan mengembangkan prestasinya.

9. Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern Teknologi informasi dan komunikasi sudah ada sejak zaman modern.

  Teknologi trsebut biasa dikenal dengan komputer, internet dan lain-lain. sejak dulu sudah sering digunakan di semua kalangan, di kalangan pelajar sekarang juga sudah banyak yang menggunakan komputer untuk pelajaran. Dan alat canggih tersebut juga sudah sangat bermanfaat bagi orang- orang yang pekerjaaannya bersangkut paut dengan alat tersebut. Apa lagi sekarang juga sudah ada alat komputer yang lebih praktis di bawa kemana- kemana yaituLaptop tidak hanya digunakan orang-orang penting saja, pelajar pun mamakai laptop untuk proses belajar mengajar.

  Di samping komputer yang begitu sangat bermanfaat itu, sekarang juga sudah ada internetadalah sebuah jaringan komputer yang digunakan untuk mencari sebuah informasi yang ingin kita ketahui. Di dalam internet kita surfing mengenai beberapa hal, misalnya sebagai inspirasi untuk belajar mengenai pelajaran, dan masih banyak lagi yg bias kita lakukan. Di jaringan internet kita juga bias mendunia, misalnya ingin mengetahui mengenai Negara lain atau informasi-informasi mengenai Negara tersebut. Imternet sangat bermanfaat apabila kita bias menggunakannya.

  Tetapi ada juga yang salah menggunakannya, misalnya untuk membuka situs-situs yang berbau pornografi. Biasanya hal tersebut di lakukan para siswa zaman sekarang. Sebaiknya sebagai remaja/pelajar yang mengaku berpendidikan, tidak membuka situs-situs yang berbau tersebut. Itu akan sangat meruusak otak kita dan akan mencemari otak kita.

2.4 Variabel

  Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007) a.

  Variabel kontinu Variabel Kontinu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas.

  b.

   Variabel descrete

  Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.

  c.

  Variabel Dependen Variabel ini sering disebut variabel output, variabel terpengaruh, variabel terikat atau variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dan disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.

  d.

  Variabel Independent Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, variabel pengaruh atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

  e.

  Variabel Moderator Variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut, tetapi tidak mempunyai pengaruh utama, maka variabel ini dinamakan variabel moderator. f.

  Variabel aktif Variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti dinamakan variabel aktif.

  g.

  Variabel atribut Ada juga variabel variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.

2.5 Data

  Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima dapat berbentuk berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya (Andi Supangat,2007)

  2.5.1 Menurut Sifatnya a.

  Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau berwujud pernyataan-pernyataan bukan dalam bentuk angka. Biasanya bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda.

  b.

  Data Kuantitatif Data Kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Biasanya bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh orang lain.

  2.5.2 Menurut Cara Perolehannya a.

  Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.

  b.

  Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data atau instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian

2.5.3 Menurut Waktunya a.

  Data silang (cross section data) merupakan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan/kegiatan pada waktu tersebut b. Data berkala (time series data) merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu.

2.6 Skala Pengukur

  Bentuk-bentuk model skala pengukur yang sering digunakan dalam penelitian ada 5 (lima), yaitu: a.

  Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur dan dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut : a.

  5 = Sangat setuju (SS) b. 4 = Setuju (S) c. 3 = Ragu – Ragu (RG d. 2 = Tidak Setuju (TS) e. 1 = Sangat tidak Setuju (STS) b.

  Skala Gruttman Skala Gruttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

  c.

  Skala Diferensial Semantik Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub).

  d.

  Skala Rating (Rating scale) Berbeda dengan ketiga skala diatas, jika skala likert, skala gruttman, dan skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

  e.

  Skala Thurstone Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10 tetapi nilai- nilainya tidak diketahui responden.

2.7 Sampel dan Teknik Sampling

  Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Supranto, 2010). Teknik sampling secara statistik dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk menentukan jumlah sampel, sehingga setiap sampel terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya. Metode slovin dipilih sebagai teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai berikut (Arikunto, 2010): 2

  1 Ne

  

N

n

   

  Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

  2.8 Uji Validitas

  Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini untuk uji validitas pengumpul data dengan menggunakan metode uji regresi linear, dengan cara regresi linear dapat diketahui uji normalitasnya, atau bisa disebut dengan uji validitas data secara keseluruhan. Dan dikatakan valid jika R hitung > R tabel .

  2.9 Uji Reliabilitas

  Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkanTeknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Brown, yaitu :

  2 =

  11

  1 + Keterangan : r

  11 = nilai reliabilitas

  r b = nilai validitas ( r hitung )

  2.10 Analisis Korelasi

  Korelasi ialah metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Perhitungan derajat didasarkan pada persamaan regresi. Dalam ilmu statistika, istilah korelasi diartikan sebagai hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation.

  Tujuan dilakukan analisis korelasi antara lain ialah:

a) Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel.

  b) Bila sudah ada hubungan, maka dapat digunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarvariabel.

  c) Dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti.

  Tinggi-rendah, kuat-lemah atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut angka indeks korelasi atau coefficient of correlation, yang disimbolkan dengan ρ atau r. Koef isien korelasi untuk data populasi disimbolkan dengan ρ, sedangkan korelasi untuk data sampel disimbolkan dengan r. Angka korelasi berkisar antara

  

0<r<1 . Perhatikan tanda plus minus (±) pada angka indeks korelasi. Tanda plus

  minus pada angka indeks korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah korelasi jadi bukan sebagai tanda aljabar. Apabila angka indeks korelasi bertanda plus (+) maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah dan apabila angka indeks korelasi bertanda minus (-), maka korelasi tersebut negatif berlawanan arah, serta apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini menunjukkan tidak ada korelasi. Dengan demikian, arah korelasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah.

  Apabila terdapat dua buah variabel yaitu X dan Y yang keduanya memiliki tingkat pengukuran ordinal maka koefisien korelasi yang dapat dipergunakan ialah koefisien korelasi product moment dan angka indeks korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

  (∑ ) − (∑ . ∑ ) =

  2

  2

  2

  2

  √{ ∑ − (∑ ) − (∑ ) } }{ ∑

  < r

  → tidak valid

  r xy

  = koefisien korelasi

  X = skor pertanyaan Y = skor total n = jumlah sampel

  Untuk menentukan valid/tidaknya suatu instrumen dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai koefisien (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95 %. Apabila r

  xy

  ≥ r

  tabel

  → valid dan apabila r

  

xy

  Keterangan :

  tabel

2.11 Analisis Diskriminan

  Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas (criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal, bersifat kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis diskriminan mirip dengan regresi linear berganda (multivariable regression).Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris (maksudnya kalau menggunakan skala ordinal ataupun skala nominal) dan faktor independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun nonmetrik. Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora (2005).

  Model Analisis Diskriminan dapat ditulis sebagai berikut ini : = +

  • 2
  • 3
  • ⋯ + + ⋯ + Keterangan :

  1

  1

  2

  3

  = Nilai (skor) diskriminan dari responden (objek) ke-i. Dimana i = 1, 2, ...,n. merupakan variabel tak bebas.

  = Intersep = Koefisien (slope kemiringan) dari variabel atau atribut ke j.

  = Variabel bebas/prediktor ke-j dari responden ke-i, disebut juga atribut. Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel criterion atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan variabel bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil penilaian/rating). Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori, disebut analisis diskriminan dua kelopmok, sedangkan kalau variabel dependet lebih dari dua kategori disebut analisis diskriminan berganda.

  Analisis diskriminan dapat digunakan jika variabel dependen terdiri dari dua kelompok atau lebih kelompok. Pengelompokkan pada analisis ini bersifat apriori, artinya seorang peneliti sudah mengetahui sebelumnya individu atau objek mana saja yang masuk ke dalam kelompok 1, 2, dan 3.Analisis diskriminan memiliki kemiripan dengan regresi linier berganda (multivariable regression). Perbedaannya ialah analisis diskriminan dipakai jika variabel dependennya kategori (menggunakan skala ordinal ataupun nominal) dan variabel independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).

  Sedangkan dalam regresi berganda variabel dependennya harus metrik dan variabelnya independen dapat berupa metrik maupun nonmetrik. Sama halnya dengan regresi berganda, dalam analisis diskriminan pun variabel dependen hanya satu sedangkan variabel independen banyak (multiple). Ada dua hal dalam analisis diskriminan, yaitu pengelompokan dan identifikasi sifat khas suatu kelompok yang dapat dilakukan sekaligus dengan analisis tersebut, dimana kelompok dikenal sebagai group dan sifat khas dikenal sebagai discriminating

  

variables (variabel pembeda). Antara kelompok dan variabel pembeda tersebut

  kemudian dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi diskriminan.

2.11.1 Hal-hal pokok tentang analisis diskriminan

  Bentuk multivariat dari analisis diskriminan ialah dependen sehingga variabel dependen ialah variabel yang menjadi dasar pada analisis diskriminan. Variabel dependen bisa berupa kode grup 1 atau grup 2 atau lainnya. Tujuan dilakukannya analisis diskriminan ialah: a)

  Menentukan secara statistik ada perbedaan yang bermakna, mengenai nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (populasi) yang terlebih dahulu diketahui dengan secara jelas dan mantap pengelompokannya.

  b) Menetapkan prosedur-prosedur untuk mengelompokkan satuan-satuan statistik (individu atau objek) ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan nilai- nilai dari beberapa peubah.

  c) Menentukan peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan terbanyak untuk membedakan nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (Hair et al,

  1988).

2.12 Langkah – Langkah Analisis Diskriminan

  Langkah-langkah dalam analisis diskriminan ialah sebagai berikut: 1.

  Pemilihan variabel dependen dan independen Variabel dependen merupakan variabel kategorik sedangkan variabel independen merupakan variabel numerik. Bedasarkan jumlah kelompok variabel dependen yang dalam hal ini harus mutually exclusive dan exhaustive, analisis diskriminan dibedakan menjadi dua yaitu : a.

  Analisis diskriminan dua kategori/kelompok, dimana variabel dependen dikelompokkan menjadi 2 (dikotomi), diperlukan satu fungsi diskriminan.

  b. diskriminan berganda (Multiple Discriminant Analisis

  Analysis/MDA), dimana variabel dependen dikelompokkan menjadi lebih dari 2 kelompok (multikotomi), diperlukan fungsi diskriminan sebanyak (k-1) kalau ada k kategori.

  2. Melakukan uji equality Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel independen harus equal dilihat pada significancy dari Wilk’s Lambda jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari group covariance adalah relative sama.

  3. Pembentukan fungsi diskriminan Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan: 1.

  Direct Method (Simultaneous Estimation), dimana semua variabel dimasukkan secara bersama – sama kemudian dilakukan proses diskriminan.

2. Step-wise Discriminant Analysis, dimana variabel dimasukkan satu persatu kedalan model diskriminan.

  a.

  Fungsi Diskriminan Fungsi diskriminan merupakan fungsi atau kombinasi linier peubah-peubah asal yang akan menghasilkan cara terbaik dalam pemisahan kelompok-kelompok.

  Fungsi ini akan memberikan nilai-nilai yang sedekat mungkin dalam kelompok dan sejauh mungkin antar kelompo. Banyaknya fungsi diskriminan yang terbentuk secara umum tergantung dari min (p,k-1), dengan p ialah banyaknya peubah pembeda dan k ialah banyaknya kelompok yang telah ditetapkan. Fungsi diskriminan ini diartikan sebagai keragaman peubah yang terpilih sebagai kekuatan pembeda. Apabila fungsi diskriminan yang terbentuk sebanyak lebih dari satu fungsi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi diskriminan pertama akan menjadi kekuatan pembeda yang paling besar, demikian berturut-turut untuk fungsi berikutnya. Fungsi diskriminan yang terbentuk mempunyai bentuk umum berupa

  

Fisher’s Sample Linear Discriminant Function (persamaan linier) yaitu:

  1 11 1 12 2

1

1 2 21 1 22 2

2

2 1 1 2 2 ˆ ˆ ˆ ˆ

... ...

  Sehingga,

  1

  1

  1 n n n i i i i i i i n n n i i i i i i i S x x x x n S x x x x n

           

            

       

          

          1 2 1 2 1 2 1 2

  2 1

2

1 2 1 1 1 2

  1

  1

  1

  1

  1

  1 pooled n n S S S n n n n

       

 

   

  1

   1 G S  = Invers matriks gabungan. 1 1 2 1 2 1 1 1 1

  ˆ ˆ ˆ ˆ

... ...

..............................................................

  X X S

  ˆ ˆ ˆ ˆ

... ...

........................ j j p p j j p p i i i ij j ip p y x x x x y x x x x y x x x x

                    1 1 2 2 ...................................... ˆ ˆ ˆ ˆ

... ...

q q q qj j qp p y x x x x      

  dengan i =1,2,…,q (min p,k-1); j=1,2,…,p atau dapat ditulis sebagai:

  '

  ˆ

  y x    ' '

1

1 2 G

  Y a X

  X

  

     dimana: ˆ a   Vektor koefisien pembobot fungsi diskriminan. y = skor diskriminan. X = Vektor variabel acak yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan. 1 X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama. 1 1 1 1 1

  1 n j j

  X X n

  

   2 X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua. 2 2 2 1 2

  1 n j j

  X X n

           

  ˆ

  Nilai dipilih sedemikian sehingga fungsi diskriminan berbeda sebesar mungkin antara kelompok, atau sehingga rasio antara jumlah kuadrat antar kelompok dengan jumlah kuadrat dalam kelompok maksimum.

  b.

  Pembentukan Fungsi Linier (dengan bantuan SPSS) Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam model dapat dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Tabel ini akan dihasilkan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian Unstandardized diaktifkan.

  c.

  Menghitung discriminant score Setelah dibentuk fungsi liniernya, maka dapat dihitung skor diskriminan untuk tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.

  d.

  Menghitung Cutting Score Untuk memprediksi responden/observasi akan termasuk kedalam kelompok yang mana, kita dapat menggunakan optimum cutting score. Memang dari computer informasi ini sudah diperoleh. Sedangkan cara mengerjakan secara manual

  

Cutting Score (m) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan

  untuk dua grup yang mempunyai ukuran yang sama cutting score dinyatakan dengan rumus (Simamora, 2005):

  ZZ A B Zce

  2 Keteragan :

  

Zce = cutting score untuk grup yang sama ukuran

ZA = centroid grup A ZB = Centroid grup B

  Apabila dua grup berbeda ukuran, rumus cutting score yang digunakan ialah:

  N ZN Z A B B A Z CUN N A B

  

  Keterangan :

  

ZCU = Cutting score untuk grup tak sama ukuran

NA = Jumlah anggota grup A

  NB = Jumlah anggota grup B ZA = Centroid grup A ZB = Centroid grup B

  Kemudian nilai-nilai discriminant score tiap observasi akan dibandingkan dengan

  

cutting score , sehingga dapat diklasifikasikan suatu obsevasi akan termasuk

kedalam kelompok yang mana.

  e.

  Perhitungan Hit Ratio Setelah semua observasi diprediksi keanggotaannya, dapat dihitung hit ratio yaitu rasio antara observasi yang tepat pengklasifikasiannya dengan total seluruh observasi. Misalkan ada sebanyak n observasi, akan dibentuk fungsi linier dengan observasi sebanyak n-1. Observasi yang tidak disertakan dalam pembentukan fungsi linier ini akan diprediksi keanggotaannya dengan fungsi yang sudah dibentuk tadi. Proses ini akan diulang dengan kombinasi observasi yang berbeda- beda, sehingga fungsi linier yang dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut dengan metode Leave One Out. k

  n ici 1 Hit Ratio   100% k n i

   i1 Keterangan: ni = nij

  I

  =1,2,…,k dan j =1,2,…,k f.

  Kriteria posterior probability Aturan pengklasifikasian yang ekivalen dengan model linier Fisher ialah berdasarkan nilai peluang suatu observasi dengan karakteristik tertentu (x) berasal dari suatu kelompok. Nilai peluang ini disebut posterior probability dan bisa ditampilkan pada sheet SPSS dengan mengaktifkan option probabilities of group

  membership pada bagian Save di kotak dialog utama.

  p f x k k   p k x    p f x k k  

   k

  Keterangan :

  p = prior probability kelompok ke-k dan k

  1  1 fi xf x  exp 1 2  x   x  

       k   kp z 1 2

  2    

  Suatu observasi dengan karakteristik x akan diklasifikasikan sebagai anggota kelompok 0 jika p k x p k x -nilai posterior

  probability inilah yang mengisi kolom di 1_1 dan kolom di 1_2 pada sheet SPSS.

  g.

  Akurasi statisik, Dapat di uji secara statistik apakah klasifikasi yang dilakukan (dengan menggunakan fungsi diskriminan) akurat atau tidak. Uji statistik tersebut ialah prees-Q Statistik. Ukuran sederhana ini membandingkan jumlah kasus yang diklasifikasi secara tepat dengan ukuran sampel dan jumlah grup. Nilai yang diperoleh dari perhitunngan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis (critical

  

velue ) yang diambil dari tabel Chi-Square dan tingkat keyakinan sesuai yang

  diinginkan. Statistik Q ditulis dengan rumus: 2

   Nnk

 

    Pr ees Q   N k

  1

 

  Keterangan :

  N = ukuran total sampel n = jumlah kasus yang diklasifikasi secara tepat K = jumlah grup Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan.

  Untuk menguji signifikansi fungsi diskriminan dilihat nilai signifikansi dari Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan ini dapa memperlihatkan perbedaan yang jelas antara dua kelompok variabel dependen

  1. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan Untuk menguji ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan dilakukan uji dengan Casewise Diagnostics. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan mengklasifikasi kasus > 50 %, ketepatan model dianggap tinggi.

  2. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut.

2.13 Pengujian Hipotesis Intepretasi hasil analisis diskriminan tidak berguna jika fungsinya tidak signifikan.

  Hipotesis yang akan diuji ialah H yang menyatakan bahwa rata-rata semua variabel dalam semua grup ialah sama. Dalam SPSS, uji dilakukan dengan menggunakan Wilks ’ λ. Jika dilakukan pengujian sekaligus beberapa fungsi sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, statistik Wilks ’ λ ialah hasil λ univariat untuk setiap fungsi. Kemudian, tingkat signifikansi diestimasi berdasarkan chi-square yang telah ditransformasi secara statistik.Setelah hasil analisis diketahui, kemudian dilihat apakah Wilks