Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan).

(1)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan)

SKRIPSI

SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan)

SKRIPSI

DiajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmencapaigelarSarjanaSains

SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

Judul : Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi

(studi kasus : SMA Prayatna Medan).

Kategori : Skripsi

Nama : Siti Rayani Simatupang Nomor Induk Mahasiswa : 090803014

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (Fmipa) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Oktober 2013

Komisi Pembimbing,

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dra. Normalina Napitupulu, M.Sc Drs. Rachmad Sitepu, M.Si NIP. 19631106 198902 2 001 NIP. 19530418 198703 1 001

Disetujui oleh Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si.Ph.D NIP. 19620901 198803 1 002


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (Studi Kasus : SMA Prayatna Medan)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2013

SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan. Serta shalawat beriringkan salam kepada Rasulullah SAW.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Kepada Bapak Drs. Rachmad Sitepu M.Si dan Ibunda Dra. Normalina Napitupulu M.Sc selaku dosen-dosen pembimbing penulis yang telah memberikan panduan dan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan penulisan ini, dan Bapak Drs. Marihat Situmorang M.Komp dan Ibunda Asima Manurung S.Si M.Si selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan kritik dan saran pada penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Sutarman M.Si sebagai Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, dan ketua dan sekretaris Departmen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si.Ph.D dan Ibunda Dra. Mardiningsih, M.Si serta seluruh staf pengajar dan pegawai Departmen Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih teristimewa penulis ucapkan kepada kedua Orang tua tercinta ayahanda Johari Simatupang dan Ibunda Masdalifah Harahap, juga Abangda Rahmad Fauzi Simatupang, Abangda Ismail Simatupang S.Pt dan Adinda Nur Hasanah Simatupang telah memberikan doa, nasihat, serta bantuan yang tak ternilai harganya, dan kepada keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Dan juga ucapan terima kasih kepada Keluarga Besar HMI KOMISARIAT FMIPA USU, (Bayu Mustakim, Rizky BB, Adrian , kak Elisha, Majid, Eka, Irma, bang averros, dll). Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat

tersayang D’CUIH (Sari C Kembaren, Yuan Anisa, Wiwit Widyawati, Desi Ratna Sari, Siti Aisah, Juliarti Hardika, Ida Yanti Hsb, Defita Sari) dan DCCM (Ramadhani, Yudhana, Gilang, Efendi dan Jundi ) yang telah memberikan semangat dan persaudaraan yang begitu erat selama mengenyam pendidikan di FMIPA Universitas Sumatera Utara, serta teman-teman stambuk 2009, adek-adek stambuk 2012, 2011, 2010 dan rekan-rekan Mahasiswa Matematika FMIPA USU dan terima kasih atas bantuan kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu semoga Allah SWT memberikan balasan dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak.


(6)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA Prayatna Medan)

ABSTRAK

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama). Analisis diskriminan adalah metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel, sedemikian hingga setiap obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok.Tujuan penelitian ini adalah Mencari pengaruhnya prestasi berdasarkaN faktor penyebab kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Prayatna Medan Medan menunjukkan bahwa Ketepatan klasifikasi dari model ini adalah 59,6% dalam menentukan seberapa berpengaruhnya penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi siswa.


(7)

DISCRIMINANT ANALYSIS DOMINANT FACTOR IN DETERMINING THE CAUSE AND EFFECT ON DELINQUENCY ACHIEVEMENT

(case study: SMA Prayatna Medan)

ABSTRACT

Juvenile delinquency is all change in older children (teens) are contrary to public order (values and norms that are mutually recognized). Statistic discriminant analysis is a method for grouping or classifying a number of objects into groups, based on several variables, such that each object is a member of more than one group. Research purposes based upon the achievement Looking influence adolescent Juvenile delinquency factor. Based on the results of research conducted at the high school Prayatna Medan shows that the classification accuracy of this model was 59.6% in determining how influential the causes of juvenile delinquency on student achievement.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tinjauan Pustaka 3

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Kontribusi Penelitian 6

1.7 Metodologi Penelitian 7

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Remaja 8

2.2 Kenakalan Remaja 9

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja 9

2.2.2 Gejala-gejala yang mengarah kenakalan remaja 10

2.2.3 Jenis-jenis kenakalan remaja 10

2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja 11

2.4 Variabel 17

2.5 Data 18

2.5.1 Menurut Sifatnya 18

2.5.2 Menurut Cara Perolehannya 18

2.5.3 Menurut Waktunya 19

2.6 Skala Pengukur 19

2.6.1 Data Menurut Perolehannya 17

2.6.2 Data Menurut Sifatnya 18

2.7 Sampel dan Teknik Sampling 21

2.8 Uji Validitas 21

2.9 Uji Reliabilitas 22

2.10 Analisis Korelasi 23

2.11 Analisis Diskriminan 24

2.11.1 Hal-hal pokok tentang Analisis Diksriminan 26 2.11.2 Langkah- langkah Analisis Diskriminan 26


(9)

Bab 3 Metode Penelitian

3.1 Lokasi dan waktu penelitian 33

3.2 Visi dan misi penelitian 33

3.3 Penentuan populasi dan sampel 33

3.4 Variabel 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data 35

3.6 Uji Pengolahan Data 36

3.7 Analisis Data 36

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Hasil K uisioner 38

4.2 Pengujian Data 41

4.2.1 Uji Validitas 41

4.2.2 Uji Reliabilitas 41

4.2.3 Mencari Hubungan antar Variabel dengan Analis Korelasi 42 4.3 Mengolah Data dengan Analisis Diskriminan 47

4.3.1 Uji Kesamaan 47

4.3.2 Uji Kesamaan Matriks Kovarian 48 4.4 Analisis Diskriminan dalam SPSS 50

4.4.1 Interpretasi Output 52

4.4.2 Nilai Eigen 55

4.4.3 Uji Signifikan 55

4.5 Akurasi Statistik 58

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 60

5.2 Saran 61

Daftar Pustaka 62


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

3.1. Jumlah Siswa 35

3.2 Jumlah Sampel Penelitian 35

4.1 . Data hasil kuesioner 39

4.2. Regresi Linear 42

4.3. Nilai Korelasi Sesama Variabel 43

4.4 interpretasi koefisien korelasi 44

4.5. Uji Kesamaan Rata-rata 49 4.6. Uji Kesamaan Matriks Kovarian 50

4.7. Uji Box’s M 50

4.8. Matriks Kovarians 51

4.9. Grup Statistik 52

4.10. Variables Entered/Removed 54 4.11 Variable in the Analysis 54 4.12. Variable not in the Analysis 55

4.13. Nilai Eigen 55

4.14. Wilk’s Lambda 56

4.15. Koefisien Fungsi Diskriminan Kanonikal 56

4.16. Struktur Matriks 56

4.17. Koefisien Fungsi Diskriminan Kanonik 57 4.18. Fungsi pada Grup Terpusat 57 4.19. Peluang Utama untuk Grups 58


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran

1. Kuesioner Penelitian 63

2. Hasil output SPSS 17.0 65


(12)

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA Prayatna Medan)

ABSTRAK

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama). Analisis diskriminan adalah metode statistik untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sejumlah obyek ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan beberapa variabel, sedemikian hingga setiap obyek yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok.Tujuan penelitian ini adalah Mencari pengaruhnya prestasi berdasarkaN faktor penyebab kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Prayatna Medan Medan menunjukkan bahwa Ketepatan klasifikasi dari model ini adalah 59,6% dalam menentukan seberapa berpengaruhnya penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi siswa.


(13)

DISCRIMINANT ANALYSIS DOMINANT FACTOR IN DETERMINING THE CAUSE AND EFFECT ON DELINQUENCY ACHIEVEMENT

(case study: SMA Prayatna Medan)

ABSTRACT

Juvenile delinquency is all change in older children (teens) are contrary to public order (values and norms that are mutually recognized). Statistic discriminant analysis is a method for grouping or classifying a number of objects into groups, based on several variables, such that each object is a member of more than one group. Research purposes based upon the achievement Looking influence adolescent Juvenile delinquency factor. Based on the results of research conducted at the high school Prayatna Medan shows that the classification accuracy of this model was 59.6% in determining how influential the causes of juvenile delinquency on student achievement.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu di temukan di media - media massa, dimana sering terjadi di kota - kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan. Salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Pada Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas (Putra, 2011). Peristiwa kenakalan remaja ini serta korbannya dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kasus perilaku menyimpang lainnya juga ditemukan dalam bentuk penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba ini ditemukan sebanyak 15.000 kasus dua tahun terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. UNICEF Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut angka 87.000 pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Maria, 2007).

Masa remaja sering disebut dengan masa pemberontakan, kenapa? Pada masa masa tersebut seorang anak yang baru mengalami pubertas menunjukkan beragam gejolak emosi, mengalami banyak masalah, baik dirumah, sekolah dan lingkungan pertemanannya. Terkadang selama menjalani pembentukan kematangan dalam sikap, berbagai perubahan kejiwaan terjadi. Disisi lain remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga sebagai pelarian remaja seringkali terjerumus, seperti mabuk – mabukan, tawuran, narkotika, dan tindak kriminalitas lainnya, bahkan yang lagi marak saat ini yaitu genk - genk motor.


(15)

Pada awalnya, kenakalan remaja hanyalah merupakan perilaku “nakal” dari

kalangan remaja yang sering dikatakan sedang mencari identitas diri, kenakalan remaja yang demikian ini tidak menimbulkan kekhawatiran dikalangan masyarakat luas (guru, orang tua, teman sebaya, dan masyarakat umum), tetapi justru perilaku yang demikian itu dapat dipahami sebagai suatu fase yang akan terjadi dan dialami oleh setiap orang, yang pada akhirnya berlalu begitu saja. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu kenakalan remaja semakin meningkat. Fenomena kenakalan remaja inilah yang merupakan masalah yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Karena remaja adalah bagian dari generasi muda yang merupakan aset bangsa, tumpuhan harapan bagi masa depan.

Analisis diskriminan adalah salah satu teknik statistik yang bisa digunakan pada hubungan dependensi (hubungan antarvariabel dimana sudah bisa dibedakan mana variabel respon dan mana variabel penjelas). Dalam penelitian ini juga menentukan seberapa besar faktor faktor tersebut berpengaruh terhadap prestasi. Diantara variabel pembeda tersebut akan dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi diskriminan.Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul tugas akhir

“Analisis Diskriminan Dalam Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut 1. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja dan faktor


(16)

2. Seberapa besar pengaruh faktor faktor penyebab kenakalan remaja tersebut pada prestasi.

1.3Batasan Masalah

Agar nantinya lebih terarah dalam hal penulisan, maka penulis memberikan batasan masalah, sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMA Prayatna Medan 2. Responden penelitian siswa/i SMA Prayatna Medan

3. Data yang digunakan berupa data primer yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner

1.4Tinjauan Pustaka

Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas (criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal, bersifat kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis diskriminan mirip dengan regresi linear berganda (multivariable regression). Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris (maksudnya kalau menggunakan skala ordinal ataupun skala nominal) dan faktor independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio). Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun non metrik. Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora (2005).

Pengklasifikasian adalah salah satu analisis statistika yang diperlukan jika ada beberapa kelompok kemudian ingin diketahui apakah kelompok-kelompok tersebut memang berbeda secara statistika. Kelompok-kelompok-kelompok ini terjadi karena ada pengaruh satu atau lebih faktor lain yang merupakan faktor


(17)

independen. Kombinasi linier dari faktor-faktor ini akan membentuk suatu fungsi diskriminan (Tatham et.al, 1998).

Koefisien atau timbangan (weight) fungsi diskriminan bj diperkirakan sedemikian rupa sehingga kelompok (kategori) mempunyai nilai fungsi diskriminan (skor) yang sangat berbeda. Kalau ada dua kategori A dan B, nilai/skor fungsi diskriminan dari kelompok satu (A) sanga berbeda dengan kelompok kedua (B). Kalau ada 3 kelompok A, B dan C. Nilai fungsi diskriminan kelompok A sangat berbeda dengan B dan sangat berbeda dengan kelompok C.

Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel

criterion atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan variabel bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil penilaian/rating). Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori, disebut analisis diskriminan dua kelompok, sedangkan kalau variabel dependent lebih dari dua kategori disebut analisis diskriminan berganda.

Dalam tahapan melakukan diskriminan terdiri dari lima langkah : 1. Merumuskan masalah diskriminan, memerlukan identifikasi tujuan

2. Membuat estimasi (perkiraan), meliputi pengembangan suatu kombinasi linear dari prediktor

3. Penentuan signifikansi statistik, ,meliputi pengujian hipotesis nol 4. Mengintrepretasikan timbangan diskriminan

5. Validasi, mencakup pemgembangan matrik klasifikasi.

Di tahun 2006, Suryatmojo melakukan penelitian Analisis diskriminan terhadap perilaku PNS ADMINISTRASI UNS Bebelanja di Toko KPRI UNS SURAKARTA.Di tahun 2011, Dian Cahyawati melakukan penelitian Aplikasi analisis diskriminan dalam menentukan fungsi pengelompokkan anak putus sekolah pendidikan dasar.Di tahun 2005, Suranto dan Riza, melakukan


(18)

penentuan strategi pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dengan metode diskriminan.

1.5Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengkaji faktor-faktor kenakalan remaja.

2. Untuk mengetahui faktor yang lebih dominan pada faktor penyebab kenakalan remaja dan pengaruhnya pada prestasi.

3. Untuk mengetahui tingkat pengaruhnya faktor penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi.

1.6Kontribusi Penelitian

1. Penulis

Penelitian ini dapat berguna sebagai data pendukung bagi para peneliti yang diharapkan akan melanjutkan penelitian ini di masa yang akan datang.

2. Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan referensi tambahan mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kenakalan remaja pada siswa SMA dan sebagai sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan.

3. Masyarakat Umum

Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dalam peningkatan moralitas, pengaruh faktor penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi khususnya bagi siswa – siswi SMA dan remaja lainnya.


(19)

1.7Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data

a) Mengumpulkan bahan – bahan yang berkaitan dengan kenakalan remaja, dan analisis diskriminan.

b) Menentukan variabel penelitian

Adapun variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

X1 = Kurangnya Perhatian dari Orang tua X2 = Broken Home (Perceraian orang tua) X3 = Interaksi (Hubungan) Orang tua dan Anak X4 = Pengaruh Teman

X5 = Masalah yang dipendam X6 = Problema Waktu Luang

X7 = Kurangnya pemahanam dasar dasar tentang agama X8 = Kondisi Ekonomi

X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern c) Mengumpulkan data

Data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Dan populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang berada di sekolah. Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa angket (kuesioner).

2. Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis diskriminan dan dengan bantuan SPSS dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memisahkan faktor kedalam faktor dependent dan faktor independent b. Menguji validitas data. (Kesahian)

Validitas menunjukkan sejauh mana skor /nilai/ ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran / pengamatan yang ingin diukur.


(20)

c. Menguji matriks varian kovarian antar kelompok homogen.

d. Menghitung ketepatan klasifikasi dari hasil analisis kelompok yang terbentuk dengan Discriminant Analysis

e. Membentuk fungsi diskriminan.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional social dan fisik. Remaja adalah seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap keberikutnyadan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah – masalah. (Hurlock,1998).

Masa remaja merupakan awal masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan. Dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis maupun secara social (Hurlock, 1973). Drs. Andi Mappiere dengan mengutip lengkap dari Elisabeth B Hurlock, menulis tentang adanya sebelas masa rentan kehidupan.

1. Prenata : Saat konsepsi sampai lahir

2. Masa neonatal : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir 3. Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir minggu kedua 4. Masa kanak - kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun

5. Masa kanak – kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun 6. Pubertas pra-adolesen : Sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai

empat belas tahun

7. Masa remaja awal : Tiga belas tahun atau empat belas tahun

sampai tujuh bekas tahun

8. Masa remaja akhir : Tujuh belas tahun sampai dulu puluh satu tahun 9. Masa dewasa awal : Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun 10. Masa setengah baya : Empat puluh tahun sampai enam puluh tahun 11. Masa tua : Enam puluh tahun sampai meninggal dunia


(22)

Menurut parapsikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang berlangsung antara umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa pendewasaan diri yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

2.2Kenakalan remaja

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Menurut Sudarsono kenakalan adalah:

“Bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat.”

Dengan demikian masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan remaja dirasakan sangat mengganggu, dan merisaukan kehidupan masyarakat, bahkan sebagian anggota masyarakat menjadi terancam hidupnya.

2.2.2 Gejala – gejala yang mengarah kenakalan remaja

Adapun beberapa gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut:

a. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya baik di sekolah maupun di tempat-tempat bermain sehingga anak tersebut selalu menyendiri. Perilaku demikian, dapat menyebabkan kegoncangan emosi sehingga dapat mengarahkan pada tindakan-tindakan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku.


(23)

b. Anak-anak yang suka atau biasa menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau disekolah.

c. Anak-anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mereka mengalami masalah dan tidak sanggup mencari jalan pemecahannya. Kondisi ini akan menyebabkan anak mencari jalan kearah yang sering bersifat negatif, misalnya minum-minuman keras, dan menggunakan narkotika untuk menghilangkan masalah yang dihadapi. Akibatnya, kondisi hidupnya makin hancur.

d. Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah dalam bentuk melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.

e. Anak-anak yang suka dusta dan bohong. Dusta dengan penyimpangan perilaku ini cenderung mempunyai kaitan yang erat. Suatu kecenderungan umum apabila anak itu mempunyai mental suka dusta atau pembohong, dia akan suka atau sering melakukan tindakan yang menyimpang.

2.2.3 Jenis - jenis kenakalan remaja

Beberapa jenis kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah sebagai berikut.

1. Penentangan

Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang otoritas orang tua. Transisi menuju kebebasan yang lebih besar pada masa remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan orang tua. Penegakan disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan argumentasi rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian orang tua.

2. Perkelahian

Salah satu ciri khas remaja adalah membuktikan eksistensinya di dalam komunitasnya. Remaja laki-laki selalu dipersepsikan dengan kekuatan dan keberanian, banyak remaja laki-laki yang terobsesi menjadi “hero” dengan


(24)

menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Contohnya: Tawuran.

3. Narkoba

Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai dari obat-obat psikotropika sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban permainan orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan mereka. Contohnya : penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

4. Tindak Kriminal

Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian anak-anak pelajar remaja. Bahkan banyak pelajar remaja sudah terlibat perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan, pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembunuhan.

2.3 Faktor - faktor yang menyebabkan kenakalan remaja

Berikut ini merupakan faktor–faktor yang menyebabkan kenakalan remaja adalah

1. Kurangnya perhatian orang tua

Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak bisa memicu anak terhadap hal yang negatif. Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti orang tua, Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti kurangnya perhatian perhatian orang tua yang dibutuhkan sang anak. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang


(25)

yang temperamental menjadi anak yang nakal. Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan prestasi si anak, dengan cara menanyakan tugas si anak merupakan salah satu cara untuk membentuk si anak menjadi rajin belajar dan berprestasi.

2. Broken home (Perceraian orang tua)

Salah satu penyebab broken home adalah perceraian orang tua, sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Suasana kenyamanan rumah dapat menimbulkan si remaja untuk belajar lebih giat lagi.

3. Interaksi (hubungan) orang tua dan anak

Salah satu interaksi orang tua dan anak adalah berkomunikasi, komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan orang tua dan anak erat. Seorang anak mampu berfikir dengan cepat bahwa orang tua tidak sungguh-sungguh

mendengarkan ketika pertanyaannya hanya dijawab “Hm…” atau “Oke”.

Lebih parah lagi ketika orang tua sering memberitahu tidak punya waktu luang untuk berbicara. Rangkaian kejadian seperti ini akan menciptakan situasi negatif yang dapat menyebabkan seorang anak berfikir tidak ada gunanya berkomunikasi dengan orang tua. Akibatnya, mereka akan mengalihkan komunikasinya dengan dunia luar yang bisa jadi orang tua tidak akan mampu mengontrol kegiatannya setelah itu. Salah satu daya tarik remaja untuk belajar dengan maksimal yaitu ketika si remaja pulang rumah, mereka slalu ingin berbagi apa yang terjadi pada mereka terhadap orang tua mereka. Menurut Lynas Waun, komunikasi komunikasi negatif terhadap anak seperti itu seringkali terjadi ketika :


(26)

a. Orang tua mengabaikan perasaan anak

b. Orang tua meletakkan kepentingan anak dalam rangka mengeja kepentingannya sendiri

c. Orang tua minim perhatian.

d. Orang tua mengkritik, menghakimi atau menyalahkan anak-anaknya.

4. Pengaruh teman

Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004) menunjukkan bahwa pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005) bahwa pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan (attachment). Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan dekat dan berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk terlibat dalam kenakalan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara dini (Billy, Rodgers, &Udry, dalam Santrock, 2004). Sementara itu, remaja alkoholik tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya dan memiliki kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang lain (Muro & Kottman, 1995).

Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan kontak fisik yang penuh rasa hormat. Remaja juga membutuhkan perhatian dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah, butuh orang yang mau mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan memberikan kesempatan untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah, takut, cemas, dan keraguan (Cowie and Wallace, 2000). Teman sebangku adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Saking berpengaruhnya teman terhadap si remaja terkadang kebanyakan remaja jadi


(27)

ketergantungan terhadap teman mereka tersebut, dan berpikir slalu mengandalkan teman mereka.

5. Masalah yang dipendam

Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak terbuka pada orang tua sehingga merek merasa bahwa mereka mampu mengatasi masalah itu sendiri. Ternyata mereka tidak sanggup. Contoh masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke hal-hal yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, merokok,dll. Ketidaktahuan mereka akan penyelesaian masalah mereka, terkadang membuat mereka jadi malas melakukan apa yang bisa mereka lakukan.

6. Problema waktu luang

Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya. Ketika mereka tidak tahu bagaimana mengisi waktu mereka, mereka awali mengisinya dengan bermain sama teman-teman sehingga mereka lebih mementingkan bermain ketimbang belajar untuk meningkatkan prestasinya.


(28)

7. Kurangnya pemahaman dasar dasar tentang agama

Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) anak-anak sedang mengalami goncangan jiwa, manakala jiwa mereka tertekan dan mengalami ketegangan, sering mereka tidak mampu lagi mengendalikannya secara stabil, maka sering tindakan delikulen dimunculkan dalam perilaku sebagai wujud penyaluran goncangan jiwa tadi. Masalah kesehatan / ketenangan jiwa adalah masalah erat kaitannya dengan masalah supra logis, yaitu keimanan dan kepercayaan yang merupakan awal beragamanya seseorang.

Keimanan dan kepercayaan ini menjadi integral dari kepribadian, asal bukan pengakuan di lisan semata, sebab penyelewengan-penyelewengan yang datangnya dari orang-orang yang mengaku ber Tuhan itu karena kurang tertanamnya jiwa agama (mental religius) dalam kepribadiannya. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang memperhatikan hal ini. Terkadang dalam diri si remaja yang tak takut akan dosa mereka sering melakukan dosa, yang mereka anggap kecil seperti menyontek. Karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan.

8. Kondisi ekonomi

Keadaan ekonomi yang tinggi maupun yang rendah, keduanya dapat menyebabkan para siswa menjadi sering melakukan tindakan kenakalan-kenakalan remaja. Hal ini mungkin terjadi karena pada kalangan ekonomi tinggi orang tua terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial, atau sibuk mencari nafkah pada kalangan ekonomi rendah sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi yanga baik dengan anaknya. Pada kalangan keluarga ekonomi tinggi sering kita lihat banyak ibu-ibu pejabat yang sibuk berorganisasi, arisan, piknik, menolong korban banjir dan sebagainya.


(29)

Kesemuanya itu menyebabkan para ibu lupa pada tugasnya sebagai pendidik, mereka tidak sempat memberikan perhatian, tuntunan dan kasih sayang yang wajar terhadap anak-anaknya. Kenyataan kita semua kebanyakan keluarga kaya mempercayakan pemeliharaan anak-anak mereka kepada pembantu yang pendidikannya relatif rendah, dimana mereka kurang mengerti bagaimana memelihara/mendidik anak yang baik. Sementara orang tua yang beranggapan bahwa anak cukup hidup hanya dengan diberi uang, perhiasan dan segala macam kebutuhannya tanpa mengingat kebutuhan rokhaniah anak. Contoh ekonomi rendah adalah orang tua yang tidak mampu membeli buku untuk anaknya, ini sering kali berdampak kepada si remaja menjadi malas untuk belajar dan mengembangkan prestasinya.

9. Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

Teknologi informasi dan komunikasi sudah ada sejak zaman modern. Teknologi trsebut biasa dikenal dengan komputer, internet dan lain-lain. Komputer sejak dulu sudah sering digunakan di semua kalangan, di kalangan pelajar sekarang juga sudah banyak yang menggunakan komputer untuk pelajaran. Dan alat canggih tersebut juga sudah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang pekerjaaannya bersangkut paut dengan alat tersebut. Apa lagi sekarang juga sudah ada alat komputer yang lebih praktis di bawa kemana-kemana yaitu laptop. Laptop tidak hanya digunakan orang-orang penting saja, pelajar pun mamakai laptop untuk proses belajar mengajar.

Di samping komputer yang begitu sangat bermanfaat itu, sekarang juga sudah ada internet. Internet adalah sebuah jaringan komputer yang digunakan untuk mencari sebuah informasi yang ingin kita ketahui. Di dalam internet kita bias surfing mengenai beberapa hal, misalnya sebagai inspirasi untuk belajar mengenai pelajaran, dan masih banyak lagi yg bias kita lakukan. Di jaringan internet kita juga bias mendunia, misalnya ingin mengetahui mengenai Negara lain atau informasi-informasi mengenai Negara tersebut. Imternet sangat bermanfaat apabila kita bias menggunakannya.


(30)

Tetapi ada juga yang salah menggunakannya, misalnya untuk membuka situs-situs yang berbau pornografi. Biasanya hal tersebut di lakukan para siswa zaman sekarang. Sebaiknya sebagai remaja/pelajar yang mengaku berpendidikan, tidak membuka situs-situs yang berbau tersebut. Itu akan sangat meruusak otak kita dan akan mencemari otak kita.

2.4 Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007)

a. Variabel kontinu

Variabel Kontinu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas.

b. Variabel descrete

Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.

c. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel output, variabel terpengaruh, variabel terikat atau variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dan disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent. d. Variabel Independent

Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, variabel pengaruh atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

e. Variabel Moderator

Variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut, tetapi tidak mempunyai pengaruh utama, maka variabel ini dinamakan variabel moderator.


(31)

f. Variabel aktif

Variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti dinamakan variabel aktif. g. Variabel atribut

Ada juga variabel variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.

2.5Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima dapat berbentuk berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya (Andi Supangat,2007)

2.5.1 Menurut Sifatnya

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau berwujud pernyataan-pernyataan bukan dalam bentuk angka. Biasanya bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Biasanya bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh orang lain.

2.5.2 Menurut Cara Perolehannya

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang


(32)

dengan sengaja melakukan pengumpulan data atau instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian

2.5.3Menurut Waktunya

a. Data silang (cross section data) merupakan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan/kegiatan pada waktu tersebut

b. Data berkala (time series data) merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu.

2.6 Skala Pengukur

Bentuk-bentuk model skala pengukur yang sering digunakan dalam penelitian ada 5 (lima), yaitu:

a. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur dan dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

a. 5 = Sangat setuju (SS)

b. 4 = Setuju (S) c. 3 = Ragu – Ragu (RG

d. 2 = Tidak Setuju (TS)


(33)

b. Skala Gruttman

Skala Gruttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

c. Skala Diferensial Semantik

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub).

d. Skala Rating (Rating scale)

Berbeda dengan ketiga skala diatas, jika skala likert, skala gruttman, dan skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

e. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10 tetapi nilai- nilainya tidak diketahui responden.

2.7Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Supranto, 2010). Teknik sampling secara statistik dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk menentukan jumlah sampel, sehingga setiap sampel terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya. Metode slovin dipilih sebagai teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai berikut (Arikunto, 2010):

2 1 Ne

N n

 

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(34)

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

2.8 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini untuk uji validitas pengumpul data dengan menggunakan metode uji regresi linear, dengan cara regresi linear dapat diketahui uji normalitasnya, atau bisa disebut dengan uji validitas data secara keseluruhan. Dan dikatakan valid jika Rhitung > Rtabel.

2.9Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkanTeknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Brown, yaitu :

� = ��

+ �

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas rb = nilai validitas ( rhitung)

2.10 Analisis Korelasi

Korelasi ialah metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Perhitungan derajat didasarkan pada persamaan regresi. Dalam ilmu statistika, istilah korelasi diartikan sebagai hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel


(35)

dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation.

Tujuan dilakukan analisis korelasi antara lain ialah:

a) Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel. b) Bila sudah ada hubungan, maka dapat digunakan untuk melihat tingkat

keeratan hubungan antarvariabel.

c) Dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti.

Tinggi-rendah, kuat-lemah atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut angka indeks korelasi atau coefficient of correlation, yang disimbolkan dengan ρ

atau r. Koefisien korelasi untuk data populasi disimbolkan dengan ρ, sedangkan korelasi untuk data sampel disimbolkan dengan r. Angka korelasi berkisar antara

0<r<1. Perhatikan tanda plus minus (±) pada angka indeks korelasi. Tanda plus minus pada angka indeks korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah korelasi jadi bukan sebagai tanda aljabar. Apabila angka indeks korelasi bertanda plus (+) maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah dan apabila angka indeks korelasi bertanda minus (-), maka korelasi tersebut negatif berlawanan arah, serta apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini menunjukkan tidak ada korelasi. Dengan demikian, arah korelasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah.

Apabila terdapat dua buah variabel yaitu X dan Y yang keduanya memiliki tingkat pengukuran ordinal maka koefisien korelasi yang dapat dipergunakan ialah koefisien korelasi product moment dan angka indeks korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

� = � ∑ − ∑ . ∑


(36)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor pertanyaan

Y = skor total

n = jumlah sampel

Untuk menentukan valid/tidaknya suatu instrumen dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai koefisien (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95 %.

Apabila rxy ≥ rtabel → valid dan apabila rxy< rtabel → tidak valid

2.11 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas (criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal, bersifat kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis diskriminan mirip dengan regresi linear berganda (multivariable regression).Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris (maksudnya kalau menggunakan skala ordinal ataupun skala nominal) dan faktor independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun nonmetrik. Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora (2005).

Model Analisis Diskriminan dapat ditulis sebagai berikut ini :

� = � + � + � + � + ⋯ + � + ⋯ + �

Keterangan :

= Nilai (skor) diskriminan dari responden (objek) ke-i. Dimana i = 1, 2, ...,n. � merupakan variabel tak bebas.


(37)

� = Intersep

� = Koefisien (slope kemiringan) dari variabel atau atribut ke j.

= Variabel bebas/prediktor ke-j dari responden ke-i, disebut juga atribut.

Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel criterion atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan variabel bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil penilaian/rating). Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori, disebut analisis diskriminan dua kelopmok, sedangkan kalau variabel dependet lebih dari dua kategori disebut analisis diskriminan berganda.

Analisis diskriminan dapat digunakan jika variabel dependen terdiri dari dua kelompok atau lebih kelompok. Pengelompokkan pada analisis ini bersifat apriori, artinya seorang peneliti sudah mengetahui sebelumnya individu atau objek mana saja yang masuk ke dalam kelompok 1, 2, dan 3.Analisis diskriminan memiliki kemiripan dengan regresi linier berganda (multivariable regression). Perbedaannya ialah analisis diskriminan dipakai jika variabel dependennya kategori (menggunakan skala ordinal ataupun nominal) dan variabel independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).

Sedangkan dalam regresi berganda variabel dependennya harus metrik dan variabelnya independen dapat berupa metrik maupun nonmetrik. Sama halnya dengan regresi berganda, dalam analisis diskriminan pun variabel dependen hanya satu sedangkan variabel independen banyak (multiple). Ada dua hal dalam analisis diskriminan, yaitu pengelompokan dan identifikasi sifat khas suatu kelompok yang dapat dilakukan sekaligus dengan analisis tersebut, dimana kelompok dikenal sebagai group dan sifat khas dikenal sebagai discriminating variables (variabel pembeda). Antara kelompok dan variabel pembeda tersebut kemudian dibuat suatu hubungan fungsional yang disebut dengan fungsi diskriminan.


(38)

2.11.1 Hal-hal pokok tentang analisis diskriminan

Bentuk multivariat dari analisis diskriminan ialah dependen sehingga variabel dependen ialah variabel yang menjadi dasar pada analisis diskriminan. Variabel dependen bisa berupa kode grup 1 atau grup 2 atau lainnya. Tujuan dilakukannya analisis diskriminan ialah:

a) Menentukan secara statistik ada perbedaan yang bermakna, mengenai nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (populasi) yang terlebih dahulu diketahui dengan secara jelas dan mantap pengelompokannya.

b) Menetapkan prosedur-prosedur untuk mengelompokkan satuan-satuan statistik (individu atau objek) ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan nilai- nilai dari beberapa peubah.

c) Menentukan peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan terbanyak untuk membedakan nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (Hair et al, 1988).

2.12 Langkah – Langkah Analisis Diskriminan

Langkah-langkah dalam analisis diskriminan ialah sebagai berikut:

1. Pemilihan variabel dependen dan independen

Variabel dependen merupakan variabel kategorik sedangkan variabel independen merupakan variabel numerik. Bedasarkan jumlah kelompok variabel dependen yang dalam hal ini harus mutually exclusive dan exhaustive, analisis diskriminan dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Analisis diskriminan dua kategori/kelompok, dimana variabel dependen dikelompokkan menjadi 2 (dikotomi), diperlukan satu fungsi diskriminan.

b. Analisis diskriminan berganda (Multiple Discriminant Analysis/MDA), dimana variabel dependen dikelompokkan menjadi


(39)

lebih dari 2 kelompok (multikotomi), diperlukan fungsi diskriminan sebanyak (k-1) kalau ada k kategori.

2. Melakukan uji equality

Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel independen harus equal dilihat pada significancy dari Wilk’s Lambda jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari group covariance adalah relative sama.

3. Pembentukan fungsi diskriminan

Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan:

1. Direct Method (Simultaneous Estimation), dimana semua variabel dimasukkan secara bersama – sama kemudian dilakukan proses diskriminan.

2. Step-wise Discriminant Analysis, dimana variabel dimasukkan satu persatu kedalan model diskriminan.

a. Fungsi Diskriminan

Fungsi diskriminan merupakan fungsi atau kombinasi linier peubah-peubah asal yang akan menghasilkan cara terbaik dalam pemisahan kelompok-kelompok. Fungsi ini akan memberikan nilai-nilai yang sedekat mungkin dalam kelompok dan sejauh mungkin antar kelompo. Banyaknya fungsi diskriminan yang terbentuk secara umum tergantung dari min (p,k-1), dengan p ialah banyaknya peubah pembeda dan k ialah banyaknya kelompok yang telah ditetapkan. Fungsi diskriminan ini diartikan sebagai keragaman peubah yang terpilih sebagai kekuatan pembeda. Apabila fungsi diskriminan yang terbentuk sebanyak lebih dari satu fungsi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi diskriminan pertama akan menjadi kekuatan pembeda yang paling besar, demikian berturut-turut untuk fungsi berikutnya. Fungsi diskriminan yang terbentuk mempunyai bentuk umum berupa Fisher’s Sample Linear Discriminant Function (persamaan linier) yaitu:


(40)

1 11 1 12 2 1 1

2 21 1 22 2 2 2

1 1 2 2

ˆ ˆ ... ˆ ... ˆ

ˆ ˆ ... ˆ ... ˆ

...

ˆ ˆ ... ˆ ... ˆ

...

j j p p

j j p p

i i i ij j ip p

y x x x x

y x x x x

y x x x x

     

     

     

1 1 2 2

...

ˆ ˆ ... ˆ ... ˆ

q q q qj j qp p

yxx   x   x

dengan i=1,2,…,q (min p,k-1); j=1,2,…,p atau dapat ditulis sebagai: '

ˆ yx

'

' 1

1 2 G Ya XXX SX

dimana: ˆ  a Vektor koefisien pembobot fungsi diskriminan.

y = skor diskriminan.

X = Vektor variabel acak yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan. 1

X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama.

1 1 1 1 1 1 n j j X X n  

2

X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua.

2 2 2 1 2 1 n j j X X n  

1 G

S  = Invers matriks gabungan.

1 1 2 1 2

1 1 1

1

2 1 2 1 2

1 1 1

2 1

1 1

1

n n n

i i i i

i i i

n n n

i i i i

i i i

S x x x x

n

S x x x x

n                      

Sehingga,

 

1

1

 

2

2

1 2 1 2

1 1

1 1 1 1

pooled

n n

S S S

n n n n

     

     


(41)

Nilai ˆ dipilih sedemikian sehingga fungsi diskriminan berbeda sebesar mungkin antara kelompok, atau sehingga rasio antara jumlah kuadrat antar kelompok dengan jumlah kuadrat dalam kelompok maksimum.

b. Pembentukan Fungsi Linier (dengan bantuan SPSS)

Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam model dapat dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Tabel ini akan dihasilkan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian

Unstandardized diaktifkan.

c. Menghitung discriminant score

Setelah dibentuk fungsi liniernya, maka dapat dihitung skor diskriminan untuk tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.

d. Menghitung Cutting Score

Untuk memprediksi responden/observasi akan termasuk kedalam kelompok yang mana, kita dapat menggunakan optimum cutting score. Memang dari computer informasi ini sudah diperoleh. Sedangkan cara mengerjakan secara manual

Cutting Score (m) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan untuk dua grup yang mempunyai ukuran yang sama cutting score dinyatakan dengan rumus (Simamora, 2005):

2

A B ce

Z Z Z  

Keteragan :

Zce = cutting score untuk grup yang sama ukuran

ZA = centroid grup A

ZB = Centroid grup B

Apabila dua grup berbeda ukuran, rumus cutting score yang digunakan ialah:

A B B A CU

A B

N Z N Z

Z

N N

 

 Keterangan :


(42)

NB = Jumlah anggota grup B

ZA = Centroid grup A

ZB = Centroid grup B

Kemudian nilai-nilai discriminant score tiap observasi akan dibandingkan dengan

cutting score, sehingga dapat diklasifikasikan suatu obsevasi akan termasuk kedalam kelompok yang mana.

e. Perhitungan Hit Ratio

Setelah semua observasi diprediksi keanggotaannya, dapat dihitung hit ratio yaitu rasio antara observasi yang tepat pengklasifikasiannya dengan total seluruh observasi. Misalkan ada sebanyak n observasi, akan dibentuk fungsi linier dengan observasi sebanyak n-1. Observasi yang tidak disertakan dalam pembentukan fungsi linier ini akan diprediksi keanggotaannya dengan fungsi yang sudah dibentuk tadi. Proses ini akan diulang dengan kombinasi observasi yang berbeda-beda, sehingga fungsi linier yang dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut dengan metode Leave One Out.

1 1 100% k ic i k i i n Hit Ratio n   

Keterangan:

ni =

nij I

=1,2,…,k dan j =1,2,…,k

f. Kriteria posterior probability

Aturan pengklasifikasian yang ekivalen dengan model linier Fisher ialah berdasarkan nilai peluang suatu observasi dengan karakteristik tertentu (x) berasal dari suatu kelompok. Nilai peluang ini disebut posterior probability dan bisa ditampilkan pada sheet SPSS dengan mengaktifkan option probabilities of group membership pada bagian Save di kotak dialog utama.


(43)

 

k k

 

 

k k k

p f x p k x

p f x

Keterangan :

k

p = prior probability kelompok ke-k dan

 

 

 

1 2

1

1

exp 1 2

2 p z k k

fi x f x xx

    

Suatu observasi dengan karakteristik x akan diklasifikasikan sebagai anggota kelompok 0 jika p k x p k x -nilai posterior probability inilah yang mengisi kolom di 1_1 dan kolom di 1_2 pada sheet SPSS. g. Akurasi statisik,

Dapat di uji secara statistik apakah klasifikasi yang dilakukan (dengan menggunakan fungsi diskriminan) akurat atau tidak. Uji statistik tersebut ialah prees-Q Statistik. Ukuran sederhana ini membandingkan jumlah kasus yang diklasifikasi secara tepat dengan ukuran sampel dan jumlah grup. Nilai yang diperoleh dari perhitunngan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis (critical velue) yang diambil dari tabel Chi-Square dan tingkat keyakinan sesuai yang diinginkan. Statistik Q ditulis dengan rumus:

 

2 Pr 1 N nk ees Q N k         Keterangan :

N = ukuran total sampel

n = jumlah kasus yang diklasifikasi secara tepat

K = jumlah grup

Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan.

Untuk menguji signifikansi fungsi diskriminan dilihat nilai signifikansi dari

Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan

ini dapa memperlihatkan perbedaan yang jelas antara dua kelompok variabel dependen


(44)

1. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan

Untuk menguji ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan dilakukan uji dengan Casewise Diagnostics. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan mengklasifikasi kasus > 50 %, ketepatan model dianggap tinggi.

2. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut.

2.13 Pengujian Hipotesis

Intepretasi hasil analisis diskriminan tidak berguna jika fungsinya tidak signifikan. Hipotesis yang akan diuji ialah H0 yang menyatakan bahwa rata-rata semua variabel dalam semua grup ialah sama. Dalam SPSS, uji dilakukan dengan menggunakan Wilks’ λ. Jika dilakukan pengujian sekaligus beberapa fungsi sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, statistik Wilks’ λ ialah hasil λ univariat untuk setiap fungsi. Kemudian, tingkat signifikansi diestimasi berdasarkan chi-square yang telah ditransformasi secara statistik.Setelah hasil analisis diketahui, kemudian dilihat apakah Wilks’ λ berasosiasi dengan fungsi diskriminan. Selanjutnya, angka ini ditransformasi menjadi chi-quare dengan derajat kebebasan (df ) yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan dengan uji kriteria hipotesis berikut:

H0: Tidak ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja

H1: ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja

Dengan titik keputusan sebagai berikut:

Jika F hitung >F tabel maka H0 ditolak Jika F hitung F tabel maka H1 diterima

Selanjutnya dengan menggunakan nilai F, dapat di ambil keputusan untuk menerima atau menolak H0. Jika H0 diterima, akan memberikan kesimpulan.


(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi Penelitian dilakukan di sebuah SMA Prayatna Medan, yang bertempat di Jalan Letda Sujono No.402 Medan dan Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data pada tanggal 03 September 2013.

3.2Visi dan Misi Sekolah

Visi SMA Prayatna Medan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendidik para siswa untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi.

Misi SMA Prayatna Medan adalah mewujudkan ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah – tengah masyrakat.

3.3Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu objek yang berada pada wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah dalam penelitian tersebut (Riduwan dan


(46)

Kuncoro, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa/i kelas X, XI dan XII SMA Prayatna Medan yang berjumlah sebanyak 800 siswa.

Menurut Sugiyono (2004), sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode slovin, dengan perhitungan sebagai berikut :

2 1 Ne N n   2 ) 1 , 0 ( 800 1 800   n ) 01 , 0 ( 800 1 800   n 88 , 88  n

Dengan mengambil tingkat kepercayaan 90% maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 89 siswa.

TABEL 3.1 Jumlah siswa SMA Prayatna Medan

No Kelas Jumlah Siswa

1 X 200

2 XI 240

3 XII 360

Jumlah 800

TABEL 3.2 Jumlah Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Teknik pengambilan sampel

Jumlah Sampel

1 X 200


(47)

2 XI 240

� = , 27 siswa

3 XII 360

� = , 40 siswa

Jumlah populasi

800 Jumlah sampel 89 siswa

3.4Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Independent Variable (variabel bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya

 

x ialah sebagai berikut:

X1 = Kurangnya Perhatian dari Orang tua X2 = Broken Home (Perceraian orang tua) X3 = Interaksi (Hubungan) Orang tua dan Anak X4 = Pengaruh Teman

X5 = Masalah yang dipendam X6 = Problema Waktu Luang

X7 = Kurangnya pemahanam dasar dasar tentang agama X8 = Kondisi Ekonomi

X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

2. Dependent Variable (variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat

 

y adalah dibagi 2 kelompok yaitu berpengaruh dan tidak berpengaruh.


(48)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti dan alat yang digunakan berupa kuesioner yang merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan menyebarkannya kepada responden penelitian. Setiap jawaban responden akan diukur dengan menggunakan skala likert pada kuesioner. (Pada Lampiran 1)

3.6Uji Pengolahan Data

Ada dua konsep yang digunakan untuk mengukur kualitas instrumen penelitian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

3.7Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan ialah teknik analisis diskriminan dengan bantuan software statistik SPSS versi 17.0 dan Microsoft excel untuk menggambarkan karakteristik data dengan tahapan sebagai berikut :

a. Melakukan analisis univariat, untuk mengeta hui kenormalan data.

b. Melakukan uji equality. Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel independen harus equal dilihat pada tabel Test of Equality Group Means

signifikansi dari Wilk’s Lambda. Jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari

group covariance matrices dengan Box’s M. Jika nilai p > 0,05 berarti group covariance ialah relatif sama.

c. Pembentukan fungsi diskriminan. Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan, yaitu:

1. Direct Method (Simultan Estimation), yaitu semua variabel dimasukkan secara bersama-sama kemudian dilakukan proses diskriminan.

2. Step-Wise Discrimminant Analysis, yaitu variabel dimasukkan satu persatu ke dalam model diskriminan.


(49)

d. Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan. Dapat dilihat dari nilai

signifikansi Wilk’s Lambda, jika nilai p < 0,05, maka menunjukkan bahwa fungsi diskriminan ini dapat memperlihatkan perbedaan yang jelas antar dua kelompok variabel dependen.

e. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan. Dapat dilihat dari tabel Casewise Statistic. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan mengklasifikasi kasus > 50%, ketepatan model dianggap tinggi.


(50)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA HASIL KUESIONER

Data tersebut dimasukkan kedalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Kuisioner

No. Responden

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Y

1 2 1 2 4 5 1 4 4 4 1

2 3 1 4 5 2 1 4 1 5 1

3 4 2 2 4 4 4 3 5 2 1

4 4 4 4 2 4 2 4 1 2 1

5 1 3 1 5 5 3 4 4 3 0

6 2 1 3 1 4 3 2 1 1 0

7 4 1 4 4 4 5 4 1 3 0

8 2 4 3 2 4 2 3 2 1 0

9 1 4 3 4 5 4 4 3 4 1

10 1 1 2 4 4 1 2 4 1 1

11 5 2 2 4 2 4 4 2 2 1

12 1 2 4 2 2 4 1 4 2 0

13 5 1 4 4 1 2 2 1 2 0

14 2 1 4 1 4 4 4 4 4 0

15 2 1 4 4 4 4 4 1 5 1

16 4 1 3 1 4 4 1 4 1 1

17 2 3 4 2 3 2 3 2 4 0

18 4 2 4 2 2 4 2 2 2 1

19 5 2 4 3 4 2 3 3 2 1

20 5 2 4 2 2 4 2 4 1 1

21 5 1 1 1 4 2 2 1 1 1


(51)

23 2 3 2 2 3 5 5 3 3 0

24 2 2 3 1 4 1 1 1 1 1

25 2 2 1 3 3 3 2 4 2 1

26 2 1 4 1 1 1 1 2 2 1

27 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1

28 2 2 1 1 1 4 4 1 1 1

29 4 2 2 2 4 2 2 2 2 1

30 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1

31 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1

32 2 2 1 2 4 1 1 2 4 1

33 4 2 1 2 2 1 1 2 1 1

34 2 2 2 2 4 2 2 1 2 0

35 2 2 4 2 2 5 4 2 4 0

36 2 1 4 1 5 5 4 1 1 1

37 4 1 3 1 3 4 3 3 5 0

38 2 2 2 2 3 3 2 2 1 0

39 2 2 2 2 4 2 4 2 2 0

40 2 2 2 4 5 3 2 1 1 1

41 2 3 1 1 2 2 2 1 4 1

42 2 5 3 1 2 5 2 1 4 1

43 2 1 2 4 1 4 1 2 1 0

44 2 2 2 5 4 2 1 1 4 0

45 3 5 4 1 4 2 1 1 1 1

46 4 2 2 2 2 3 3 3 2 0

47 2 1 5 1 1 1 1 1 1 1

48 4 2 2 2 2 4 4 4 3 1

49 2 1 3 3 3 4 4 2 2 1

50 2 4 3 2 3 4 3 3 4 0

51 2 4 5 1 1 5 5 1 1 0

52 2 1 5 4 2 1 5 1 2 1

53 2 1 4 1 4 2 4 1 4 0

54 2 2 1 2 4 1 1 2 2 1

55 2 2 3 1 2 2 1 3 2 1

56 2 1 4 1 1 2 3 1 2 1

57 2 2 4 2 2 2 4 1 2 1

58 2 1 4 1 2 3 3 2 1 1

59 2 2 4 2 4 4 3 1 1 1

60 2 2 1 1 4 1 1 1 4 1

61 2 2 3 2 4 2 1 1 5 0


(52)

64 2 3 2 3 2 3 4 3 4 1

65 2 3 2 3 2 4 4 3 4 1

66 2 1 1 1 4 2 2 2 5 1

67 4 4 4 2 2 4 4 2 5 1

68 2 1 1 4 1 2 2 1 5 1

69 2 4 2 2 4 4 1 1 2 0

70 2 2 1 1 5 1 1 2 5 1

71 2 1 1 4 1 2 5 1 1 1

72 2 4 2 4 1 4 1 5 4 0

73 2 2 2 2 1 4 1 3 2 1

74 2 2 5 4 3 1 4 2 4 1

75 2 1 3 2 2 2 4 2 1 1

76 2 4 3 2 2 4 2 2 4 1

77 2 4 4 2 1 2 4 5 1 1

78 2 4 4 4 2 4 4 1 3 0

79 4 2 5 5 4 2 4 5 1 0

80 2 4 4 2 3 4 4 3 5 1

81 2 1 2 1 5 5 4 2 4 0

82 3 1 4 1 2 5 4 2 5 1

83 2 4 1 4 1 4 4 2 5 0

84 2 1 4 2 4 2 1 2 1 0

85 2 4 4 1 4 4 1 1 4 1

86 4 4 4 1 4 2 1 2 3 1

87 2 4 5 4 2 2 2 3 5 1

88 2 4 1 4 5 3 2 1 3 1

89 2 1 4 1 4 3 1 3 3 0

Keterangan :

Y = Pengaruh faktor penyebab kenakalan remaja terhadap prestasi 0 = tidak berpengaruh

1 = berpengaruh

X1 = Kurangnya Perhatian dari Orang tua X2 = Broken Home (Perceraian orang tua)

X3= Interaksi (Hubungan) Orang tua dan Anak

X = Pengaruh Teman X5 = Masalah yang dipendam X6 = Problema Waktu Luang


(53)

X8 = Kondisi Ekonomi

X9 = Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

4.2 Pengujian Data

4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Perhitungan validitas dengan program SPSS for Windows 17.0 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Uji Regresi Linear

Item kuisioner dianggap valid jika jika Rhitung > Rtabel maka valid. Berdasarkan tabel diatas maka nilai R = 0,355 dengan kata lain item instrument dianggap valid karena memunhi syarat Rhitung > Rtabel yaitu 0,355 > 0,207.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali. Reliabilitas kuesioner mencirikan tingkat konsistensi.

Dengan menggunakan rumus Brown, yaitu :

� = + ���

MODEL R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R

Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F Change


(54)

� = ��

+� = ,

+ , = ,5239 = 0,6

Jadi, item kuesioner yang digunakan pada penelitian ini cukup baik untuk dapat digunakan lebih dari satu kali.

4.2.3 Mencari Hubungan Antar Variabel dengan Analisis Korelasi.

Untuk mencari korelasi atau hubungan diantara variabel-variabel, yakni variabel bebas dengan variabel tak bebas, variabel bebas dengan sesama variabel bebas. Maka dapat mencari nilai korelasinya dengan menggunakan rumus seperti berikut:

:�

, = � ∑ − ∑ ∑

√[� ∑ 2−(∑ 2][� ∑ 2−(∑ 2]

menggunakan rumus tersebut, dapat mencari nilai korelasi antara variabel bebas dengan variabel tak bebas maupun diantara sesama variabel bebas. Berikut adalah tabel korelasi SPSS 17.0

TABEL 4.3 Nilai Korelasi Sesama Variabel

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

Pearso n Correla

tion

Y 1,000 0,108 0,001 -0,063 -0,067 -0,086 -0,281 -0,063 -0,040 -0,082

X1 0,108 1,00 -0,089 -0,126 0,013 -0,066 0,063 0,037 0,085 -0,146 X2 0,001 -0,089 1,000 0,069 0,071 -0,031 0,230 0,014 0,088 0,066 X3 -0,063 0,126 0,069 1,000 -0,048 -0,127 0,122 0,253 0,009 -0,011 X4 -0,067 0,013 0,071 -0,048 1,000 -0,023 -0,013 0,277 0,203 0,088 X5 -0,086 -0,066 -0,031 -0,127 -0,023 1,000 -0,065 -0,117 -0,016 0,090 X6 -0,281 0,063 0,230 0,122 -0,013 -0,065 1,000 0,321 0,136 0,147 X7 -0,063 0,037 0,014 0,253 0,277 -0,117 0,321 1,000 0,064 0,120 X8 -0,040 0,085 0,088 0,009 0,203 -0,016 0,136 0,064 1,000 0,011 X9 -0,082 -0,146 0,166 -0,011 0,088 0,090 0,147 0,120 0,011 1,000


(55)

TABEL 4.4 Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,800 – 1,00 Sangat kuat

0,600 – 0,799 Kuat

0,400 – 0,599 Cukup Kuat

0,200 – 0,399 Lemah

0,000 – 0,199 Sangat Lemah

Dari tabel 4.3 dapat diketahui sebagaimana hubungan/korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas, maupun sesama variabel bebas. Adapun sedikit penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Korelasi antara pengaruhnya prestasi (Y) dan kurangnya perhatian orang tua (X1). Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai korelasi antara Pengaruhnya prestasi dan kurangnya perhatian orang tua sebesar 0,108. Angka tersebut menunjukkan sangat lemah korelasi antara pengaruhnya terhadap prestasi dengan kurangnya perhatian orang tua. Sedangkan tanda positif mengartikan adanya arah hubungan yang searah. Semakin tinggi kurangnya perhatian orang tua semakin tinggi pengaruhnya terhadap prestasi begitu juga sebaliknya

b. Korelasi antara pengaruhnya prestasi (Y) dan broken home/perceraian orang tua (X2).

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai korelasi antara Pengaruhnya prestasi dan broken hom/perceraian orang tua sebesar 0,001. Angka tersebut menunjukkan sangat lemah korelasi antara prestasi dengan broken home/perceraian orang tua. Sedangkan tanda positif mengartikan adanya arah hubungan yang searah. Semakin banyak perceraian orang tua semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap prestasi begitu juga sebaliknya.

c. Korelasi Korelasi antara pengaruhnya prestasi (Y) dan Interaksi (Hubungan) Orang tua dan anak (X3).


(1)

Group Statistics

Y Mean

Std. Deviation

Valid N (listwise) Unweighted Weighted

.00 X1 2.3000 .91539 30 30.000

X2 2.2000 1.18613 30 30.000

X3 2.9333 1.17248 30 30.000

X4 2.4333 1.35655 30 30.000

X5 3.1667 1.28877 30 30.000

X6 3.3333 1.12444 30 30.000

X7 2.7333 1.38796 30 30.000

X8 2.2000 1.24291 30 30.000

X9 2.8667 1.40770 30 30.000

1.00 X1 2.5254 1.02311 59 59.000

X2 2.2034 1.18583 59 59.000

X3 2.7627 1.35620 59 59.000

X4 2.2542 1.22606 59 59.000

X5 2.9322 1.31128 59 59.000

X6 2.5593 1.32965 59 59.000

X7 2.5593 1.29016 59 59.000

X8 2.1017 1.12487 59 59.000


(2)

Total X1 2.4494 .98870 89 89.000

X2 2.2022 1.17917 89 89.000

X3 2.8202 1.29300 89 89.000

X4 2.3146 1.26667 89 89.000

X5 3.0112 1.30117 89 89.000

X6 2.8202 1.31046 89 89.000

X7 2.6180 1.31862 89 89.000

X8 2.1348 1.15985 89 89.000

X9 2.6966 1.48021 89 89.000

Variables Entered/Removeda,b,c,d

Step Entered

Wilks' Lambda

Statistic df1 df2 df3

Exact F

Statistic df1 df2 Sig.

1 X6 .921 1 1 87.000 7.446 1 87.000 .008

At each step, the variable that minimizes the overall Wilks' Lambda is entered. a. Maximum number of steps is 18.

b. Maximum significance of F to enter is .05. c. Minimum significance of F to remove is .10.


(3)

Variables in the Analysis

Step Tolerance

Sig. of F to Remove

1 X6 1.000 .008

Variables Not in the Analysis

Step Tolerance

Min. Tolerance

Sig. of F to Enter

Wilks' Lambda

0 X1 1.000 1.000 .312 .988

X2 1.000 1.000 .990 1.000

X3 1.000 1.000 .559 .996

X4 1.000 1.000 .531 .995

X5 1.000 1.000 .425 .993

X6 1.000 1.000 .008 .921

X7 1.000 1.000 .559 .996

X8 1.000 1.000 .708 .998

X9 1.000 1.000 .443 .993

1 X1 .990 .990 .221 .905


(4)

X3 .988 .988 .781 .920

X4 .999 .999 .493 .916

X5 .991 .991 .314 .910

X7 .899 .899 .779 .920

X8 .983 .983 .983 .921

X9 .983 .983 .689 .919

Wilks' Lambda

Step

Number of

Variables Lambda df1 df2 df3

Exact F

Statistic df1 df2 Sig.

1 1 .921 1 1 87 7.446 1 87.000 .008

Standardized Canonical Discriminant Function

Coefficients

Function 1


(5)

Prior Probabilities for Groups

Y Prior

Cases Used in Analysis Unweighted Weighted

.00 .500 30 30.000

1.00 .500 59 59.000

Total 1.000 89 89.000

Canonical Discriminant Function

Coefficients

Function 1

X6 .791

(Constant) -2.230

Functions at Group Centroids

Y

Function 1

.00 .406

1.00 -.206

Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means

Structure Matrix

Function 1

X6 1.000

X7a .317

X2a .240

X9a .130

X8a .130

X3a .109

X1a .098

X5a -.094


(6)

Classification Resultsb,c

Y

Predicted Group Membership

Total

.00 1.00

Original Count .00 20 10 30

1.00 26 33 59

% .00 66.7 33.3 100.0

1.00 44.1 55.9 100.0

Cross-validateda Count .00 20 10 30

1.00 26 33 59

% .00 66.7 33.3 100.0

1.00 44.1 55.9 100.0

a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case.

b. 59.6% of original grouped cases correctly classified.

c. 59.6% of cross-validated grouped cases correctly classified.

Classification Function Coefficients

Y .00 1.00

X6 2.083 1.599

(Constant) -4.165 -2.740 Fisher's linear discriminant functions


Dokumen yang terkait

Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Penyakit Sosial Pada Masyarakat Dengan Metode Analisis Diskriminan

3 31 107

Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Penyakit Sosial Pada Masyarakat Dengan Metode Analisis Diskriminan

0 0 10

Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Penyakit Sosial Pada Masyarakat Dengan Metode Analisis Diskriminan

0 0 2

Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Penyakit Sosial Pada Masyarakat Dengan Metode Analisis Diskriminan

0 0 6

Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Penyakit Sosial Pada Masyarakat Dengan Metode Analisis Diskriminan

0 0 21

Menentukan Faktor Dominan Yang Menyebabkan Penyakit Sosial Pada Masyarakat Dengan Metode Analisis Diskriminan

0 0 1

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studi kasus : SMA PRAYATNA MEDAN)

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja - Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan).

0 0 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan).

0 0 7

ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MENENTUKAN FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI (studikasus : SMA Prayatna Medan) SKRIPSI SITI RAYANI SIMATUPANG 090803014

0 0 11