BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Bank

  Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Sedangkan menurut PSAK No.31 (2004:31.1) bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

  Menurut Kasmir (2008:25) bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito.

  Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

  Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa usaha pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk – bentuk lainnya. Dari penjelasan diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan.

2.1.2 Peran dan Fungsi Bank

2.1.2.1 Peran Bank Umum

  Peran bank dalam melaksanakan fungsinya perlu diatur secara baik dan benar yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan nasabah terhadap aktivitas perbankan. Salah satu peraturan yang dibuat untuk mengatur perbankan berdasarkan Basel I dan II adalah peraturan mengenai permodalan bank yang berfungsi sebagai penyangga terhadap . kemungkinan terjadinya kerugian   Dalam Basel II lebih berfokus dalam menjaga konsistensi peraturan yang cukup dan berupaya dengan menyiapkan persyaratan manajemen risiko dan modal yang ketat yang dirancang untuk meyakinkan bahwa suatu bank memiliki cadangan modal yang cukup untuk risiko yang dihadapinya karena praktik pemberian kredit dan investasi yang dilakukannya. Secara umum, aturan-aturan ini menegaskan bahwa semakin besar risiko yang dihadapi bank, semakin besar pula jumlah modal yang dibutuhkan bank untuk menjaga likuiditas dan solvabilitas bank tersebut serta stabilitas . ekonomi Dengan demikian, kemampuan mengelola bank akan sangat

   

  menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu bank, sehingga diperlukan strategi penilaian Assets, Liability, and

  Management (ALM) yang merupakan suatu usaha dalam membatasi risiko sekecil mungkin sehingga dapat diperoleh laba maksimal.

  Menurut Sitompul (2005), peranan perbankan dalam menjalankan kegiatannya mempunyai peran penting dalam sistem keuangan, yaitu: a.

  Pengalihan aset (asset transmutation) Merupakan pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit defisit. Dimana sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal dari pemilik dana yaitu unit keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower).

  b.

  Transaksi (transaction) Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu produk – produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, deposito, saham, dan sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

  c.

  Likuiditas (liquidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk – produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk – produk tersebut masing – masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda – beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas.

  Efisiensi (efficiency) Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya.

  Disini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak

  • – pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga menjadi efisiensi biaya ekonomi.

2.1.2.2 Fungsi Bank Umum

  Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak ( www.bi.go.id , 2011). Menurut Darmawi (2006), fungsi – fungsi yang dilakukan bank umum dapat digolongkan sebagai berikut: a.

  Penciptaan uang Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral,

  (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

  b.

  Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa – jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran.

  c.

  Memberikan pinjaman (kredit) Fungsi utama bank umum adalah pemberian kredit kepada para peminjam. Dalam pemberian kredit, bank umum memberikan pelayanan sosial yang besar karena melalui kegiatannya produksi dapat ditingkatkan. Investasi barang modal dapat diperluas dan pada akhirnya standard hidup yang lebih tinggi dapat dicapai.

  d.

  Menghimpun Dana dari Tabungan Masyarakat Bank memberikan jasa yang sangat penting bagi kelancaran perekonomian dengan memberikan fasilitas berupa menghimpun tabungan masyarakat untuk tujuan ekonomi dan sosial melalui proses tabungan.

  e.

  Menyediakan Fasilitas untuk Memperlancar Perdagangan Perdagangan luar negri mengharuskan pelayanan perbankan internasional karena adanya perbedaan valuta antara suatu negara dengan negara yang lain. Untuk keperluan ini pembeli dapat datang ke bank umum devisa dan dengan cepat dan efisien mengatur jumlah valuta asing yang diperlukan.

  Adapun secara spesifik terdapat beberapa fungsi bank pada umumnya menurut Susilo, dkk (2000), antara lain:

  a.

   Agent of trust

  Merupakan lembaga yang landasannya adalah kepercayaan, baik dalam menghimpun dana ataupun dalam penyaluran dana. Masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa uangnya akan dikelola dengan baik. Pihak bank sendiri akan menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, mengelola dana dengan baik, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

  b.

   Agent of development

  Merupakan lembaga yang memobilisasi dana untuk dan menyalurkan dana merupakan hal yang sangat diperlukan bagi lancarnya perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, kegiatan distribusi serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

  c.

   Agent of services

  Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa tersebut antara lain berupa jasa pengiriman uang, penitipan surat berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan

2.1.3 Jenis – Jenis Bank

  Menurut Dendawijaya (2009:15) penggolongan bank dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

  6. Jenis bank berdasarkan undang-undang Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, a.

  Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  b.

  Bank perkreditan rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  7. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah: a.

  Bank milik negara (badan usaha milik negara atau BUMN) Bank milik negara yaitu bank yang baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh negara, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh negara pula.

  b.

  Bank milik swasta nasional Bank jenis ini merupakan bank yang seluruh atau pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

  c.

  Bank milik koperasi Kepemilikan saham – saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

  d.

  Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.

  e.

  Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.

8. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya a.

  Bank retail Bank yang mengkhususkan usahanya pada produk jasa bank yang ditawarkan, baik kepada nasabah perseorangan maupun badan usaha/perusahaan berskala kecil.

  b.

  Bank komersial Jenis bank yang menyediakan jasa seperti menerima produk investasi dasar.

  c.

  Bank pedesaan Jenis bank yang melayani kebutuhan perbankan masyarakat di wilayah pedesaan, guna mendukung kepentingan masyarakat di pedesaan.

  d.

  Bank pembangunan Bank yang memberikan pinjaman dan modal ekuitas untuk kemajuan ekonomi dan sosial. Mendukung investasi dan modal publik untuk kepentingan pembangunan.

  9. Jenis bank bedasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha a.

  Bank konvensional

  Bank yang dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya didasarkan pada dua metode, yaitu spread based dan fee based.

  b.

  Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank yang menetapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal penyimpanan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.1.4 Kinerja Keuangan

  Menurut Sutrisno (2009), pengertian kinerja keuangan adalah “prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut”. Menurut Zarkasyi (2008), pengertian kinerja keuangan adalah “sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan”. Sedangkan menurut Muchlis (2000), pengertian kinerja keuangan adalah kinerja keuangan merupakan prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan perusahaan yaitu neraca rugi laba dan kinerja keuangan menggambarkan usaha perusahaan (operation income). Profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

  Menurut Kasmir (2004), kinerja bank merupakan “ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja itu buruk maka tidak mungkin para direksi ini akan diganti”. Bank perlu dinilai kesehatannya, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya, apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat, atau mungkin sakit. Apabila kondisi bank tersebut dalam kondisi sehat, maka perlu dipertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka segera perlu diambil tindakan untuk mengobatinya. Dari penilaian kesehatan bank ini pada akhirnya akan ketahuan kinerja bank tersebut.

  Penilaian kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan tindakan evaluasi atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan perusahaan tersebut atau mencari alternatif perusahaan lain. Selain itu adanya informasi mengenai kinerja perusahaan dapat memperlihatkan kepada

  shareholder dan stakeholder secara umum bahwa perusahaan memiliki

  kredibilitas baik di mata mereka. Pengukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai nilai yang tinggi, dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif mengelola berbagai kegiatannya.

2.1.5 Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan sejumlah lembar kertas yang berisikan angka-angka, tetapi dibalik angka-angka tersebut sangat penting untuk mengetahui aset yang sebenarnya (Brigham, dkk, 2001). Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan jangka waktu tertentu. Laporan keuangan bank umum pada prinsipnya terdiri dari Laporan Posisi Keuangan dan Perhitungan Laba Rugi. Laporan Posisi Keuangan merupakan bentuk laporan keuangan bank yang memberikan informasi kepada pihak di luar bank, misalnya bank sentral, masyarakat umum, dan investor, mengenai gambaran posisi keuangannya, yang lebih jauh dapat digunakan pihak eksternal untuk menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank. Laporan laba rugi bersangkutan.

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:4)

  tujuan laporan keuangan

  menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

  adalah “

  perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

  Menurut Kasmir (2004), secara umum tujuan pembuatan laporam keuangan suatu bank adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aset dan jenis- jenis aset yang dimiliki.

  2. Memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber- sumber pendapatan bank tersebut.

  3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis – jenis modal bank.

  4. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

  5. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

  6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aset, liabilitas, dan modal suatu bank.

   Analisis Rasio Keuangan

  Pengertian mengenai analisis rasio ini dijelaskan Prastowo, dkk (2005) ialah “merupakan analisis yang dapat menyingkapi hubungan dan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri”. Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio yang dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard (Munawir, 1990).

  Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan dapat menentukan tingkat kinerja suatu bank. Menurut Dendawijaya (2003), rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Rasio likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi liabilitas - liabilitas jangka pendeknya atau liabilitas yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank yaitu cash ratio, loan to deposit ratio, dan loan

  to asset ratio.

  2. Rasio solvabilitas mengukur kemampuan bank dalam memenuhi liabilitas jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi liabilitas - liabilitas jika terjadi likuidasi bank. Perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aset/kekayaan yang cukup untuk membayar semua liabilitas - liabilitasnya, begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar liabilitas - liabilitasnya disebut perusahaan yang insolvable. Beberapa rasionya adalah capital adequacy ratio (car), debt to equity ratio (der), long term debt to assets ratio.

  3. Rasio rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi dengan pos-pos pada laporan posisi keuangan bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain yaitu return on assets, return on equuity, net profit margin, rasio biaya operasional.

  Rasio penilaian Rasio Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham. Meliputi price earning ratio (PER), dan market to book value ratio.

5. Rasio aktivitas

  Rasio Aktivitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi

  inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover.

2.1.7 Profitabilitas (ROA)

  Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang

  digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas bank. Hal ini dikarenakan ROA dapat mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Selain itu, Dendawijaya (2009:119) mengungkapkan bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return on Assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur Return on Equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabiltas suatu bank yang diukur dengan aset yang dana nya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat

  ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total aset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, yang juga dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif (Tangkilisan, 2003).

  Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA merupakan rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan.

2.1.8 Equity to Total Assets Ratio (EAR)

  Rasio ini menunjukkan jumlah modal sendiri yang tertanam dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan tersediannya modal untuk menjaga likuiditas (protective

  

function) dan kelangsungan operasionalnya sehingga dapat melindungi para

  pemilik modal dari kepailitan atau kebangkrutan. Peranan pemilik mampu mendorong pihak manajemen meningkatkan efisiensi kinerja yang akan berimbas pada laba yang didapatkan perusahaan, selain itu adanya modal dapat melindungi nasabah dari kerugian yang timbul dan menjaga kepercayaan masyarakat karena adanya modal yang tersedia untuk menjaga dana mereka.

  2.1.9 Debt to Equity Ratio (DER)

  merupakan perbandingan antara total liabilitas dan

  Debt to Equity Ratio

  ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan unt29uk memenuhi seluruh liabilitasnya. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan menaikkan ekuitas perusahaan tersebut. Nilai DER semakin membaik ditunjukkan dengan menurunnya DER. Hal ini mengindikasikan membaiknya keadaan emiten karena adanya peningkatan laba. Peningkatan laba akan berdampak pada kenaikan ekuitas, sehingga menurunkan rasio DER.

  2.1.10 Assets Growth (Pertumbuhan Aset)

  Pertumbuhan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Floating cost pada emisi saham biasa lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan liabilitas (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhannya. Pertumbuhan aset sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan.

  2.1.11 Firm Size (Ukuran Perusahaan)

  Ukuran perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal dalam suatu perusahaan. Pada kenyataannya semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga semakin besar. Hal ini disebabkan perusahaan besar memiliki kebutuhan adalah pendanaan eksternal. Kebijakan liabilitas perusahaan dipengaruhi oleh ukuran besaran perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage perusahaan.

  2.1.12 Inflation (Inflasi)

  Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya ( www.bi.go.id ).

  Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Manurung, dkk 2004).

  Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam mengerahkan dana masyarakat.

  Hal ini disebabkan, karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Ada beberapa cara untuk mengukur inflasi, salah satunya adalah dengan Indeks Harga Konsumen. Dalam penelitian ini, indikator IHK (Indeks Harga Konsumen) digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat inflasi.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Terdapat berbagai kajian literatur yang memberikan argumen-argumen berkaitan dengan pengaruh variabel internal dan eksternal terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan, dan juga penelitian secara empiris mengenai profitabilitas juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti.

  Adapun hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Silvia Hendrayanti (2013) melakukan penelitian tentang Analisis

  Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan; (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003 – Februari 2012). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ROA sedangkan EAR, BOPO, LAR, firm size, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan volatilitas ROA digunakan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa variabel EAR, LAR, firm size dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap ROA. Variabel BOPO, inflasi, dan volatilitas ROA berpengaruh negatif terhadap ROA.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Rupaida (2012) dengan judul “Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Profitabilitas; (Kasus Pada PT. Bank NTB Cabang Sumbawa Besar periode Januari 2006

  • Agustus 2011)”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ROA sedangkan nilai kredit, NPL, LDR, inflasi, dan kurs valas digunakan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa variabel NPL, LDR, inflasi, dan kurs vallas dollar US tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap nilai kredit yang disalurkan oleh PT. Bank NTB Cabang Sumbawa Besar.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Gul et al (2011) tentang Factors

  Affecting Bank Profitability in Pakistan. Variabel independen yang

  digunakan dalam penelitian ini, yaitu size, capital, loan, deposits, GDP,

  inflation rate , market capitalization sedangkan ROA, ROE, ROCE, dan

  NIM digunakan sebagai variabel dependen. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, ROE dan ROCE. Capital berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, Loan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan NIM. Deposits berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. GDP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE.

  Inflation rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, ROE, dan

  NIM. Market capitalization berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu o Na ma Peneliti Judul Variab

  Bank NTB Cabang Sumbawa Besar)

  Size berpengaruh positif

  , market

  inflatio n rate

  GDP,

  Variab el independen: size , capital , loan ,

d

eposits ,

  Factors Affecting Bank Profitability in Pakistan

  1)

  Gul et al. (201

  Variabel NPL, LDR, inflasi, dan kurs vallas dollar US tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap pencapaian ROA. Variabel yang memberikan pengaruh signifikan hanya nilai kredit yang disalurkan oleh PT. Bank NTB Cabang Sumbawa Besar.

  Variab el dependen: Return on Assets (ROA)

  Nilai kredit, NPL, LDR, inflasi, dan kurs vallas

  Variab el independen:

  Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Profitabilitas; (Kasus Pada PT.

  

el Penelitian

Hasil Penelitian

  Rupaida (2012)

  negatif dan signifikan terhadap ROA. Volatilitas ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Ida

  Inflation rate berpengaruh

  Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

  size berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

  EAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap ROA. Firm

  variabel dependen: ROA

  EAR, BOPO, LAR, firm size, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan volatilitas ROA

  variab el independen:

  Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan

  (201 3)

  Silvi a Hendrayanti

  dan signifikan terhadap ROA, ROE, ROCE. Capital berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Loan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan NIM. Deposits berpengaruh positif dan signifikan terhadap

  capitalization ROA dan ROE. GDP Variab berpengaruh positif dan

  signifikan terhadap ROA dan

  el dependen:

  ROA, ROE, ROE. Inflation rate ROCE, dan berpengaruh positif dan NIM signifikan terhadap ROA,

  ROE, dan NIM. Market

  capitalization berpengaruh

  negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

EAR (X1)

    H1   DER (X2) H2   Pertumbuhan Aset H3 Return On Assets

  (X3) (Y) Ukuran H4 Perusahaan (X4) Inflasi (X5) H5 H6

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan kerangka konseptual, dapat diketahui bahwa variabel independen dalam penelitian ini adalah Equity to Total Assets Ratio (EAR),

  Debt to Equity Ratio (DER), pertumbuhan aset (Assets Growth), ukuran

  perusahaan (Firm Size), dan inflasi (Inflation), sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA).

  Equity to Total Assets Ratio (EAR) sebagai indikator tersedianya

  modal untuk menjaga likuiditas dan kelangsungan operasionalnya, selain itu juga melindungi nasabah dari kerugian yang timbul dan menjaga dana mereka. Secara teoritis dikatakan bahwa semakin tinggi nilai EAR, maka akan semakin baik anggaran bank dalam membelanjakan investasinya sehingga kemampuan bank dalam meningkatkan labanya menjadi semakin optimal (Berger, 1995).

  Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur kemampuan ekuitas pemilik perusahaan dalam memenuhi liabilitasnya.

  Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah liabilitas suatu perusahaan. Kondisi ini pada umumnya kurang baik bagi perusahaan, terutama dalam hal memperoleh pinjaman dari pihak kreditur. Semakin tinggi rasio DER juga dapat disebabkan oleh menurunnya ekuitas perusahaan. Salah satu faktor yang menyebabkan ekuitas menurun adalah karena laba negatif atau menurunnya laba.

  Pertumbuhan aset dalam penelitian ini diukur dengan menghitung selisih total aset yang dimiliki perusahaan pada periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap total aset periode sebelumnya. Pertumbuhan aset sangat diharapkan menaik dari tahun ke tahun, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan.

  Ukuran perusahaan menunjukkan besarnya total aset perusahaan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, dimana melalui pengelolaan atas sumber daya tersebut, perusahaan bisa menghasilkan laba perusahaan perbankan karena dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

  Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Jika bank dapat mengantisipasi inflasi, profitabilitas bank akan positif selama bank menyesuaikan suku bunga dengan waktu yang tepat, dan menghasilkan peningkatan keuntungan yang lebih cepat dibanding peningkatan biaya. Namun, jika bank gagal mengantisipasi inflasi, pengaruh terhadap ROA akan negatif, karena bank terlalu lambat menyesuaikan suku bunga mereka, sehingga menghasilkan peningkatan biaya (bunga) yang lebih cepat dibanding peningkatan keuntungan.

2.3.2 Hipotesis penelitian

  Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan. Hipotesis adalah suatu bentuk pernyataan yang sederhana mengenai harapan peneliti akan hubungan antara variabel-variabel dalam suatu masalah untuk diuji dalam penelitian.

  Hipotesis nol (nully hypothesis) merupakan hipotesis tentang tidak adanya perbedaan. Hipotesis ini pada umumnya diformulasikan untuk ditolak.

  Hipotesis pengganti (Ha) merupakan hipotesis penelitian yang berupa penelitian adalah prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji.

  Berdasarkan kajian masalah, tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

  H1 : Equity to Assets Ratio (EAR) berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA).

  H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return On Asstes (ROA).

  H3 : Pertumbuhan Aset berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA). H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA).

  H5 : Inflasi berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA). H6: Equity to Assets Ratio (EAR), Debt to Equity Ratio (DER),

  Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Inflasi secara bersama – sama berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA)berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA).

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 74 140

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal - Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian dan Fungsi kredit - Pengaruh Jumlah Kredit yang diberikan dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Kualitas Aset Produktif Terhadap Tingkat Profitabilitas pada bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Manajemen Laba - Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas - Analisis Pengaruh Tingkat Profitabilitas dan Harga Saham Terhadap Volume Penjualan Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indones

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas - Analisis Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18