BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Profitabilitas

  Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Secara konsep dapat disimpulkan bahwa kinerja fundamental perusahaan diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan kualitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan (Harmono, 2011:110-111).

  Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru (Kasmir, 2008:196).

  Menurut Sartono (2010:122) “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”Menurut Warsono (2003:37) “profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan.”Menurut Kasmir (2010:115) “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.” perusahaan, diantaranya: 1.

  Gross Profit Margin (GPM) Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualansesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.

  2. Operating Profit Margin (OPM) Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualansesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi, kecuali bunga dan pajak.

  3. Net Profit Margin (NPM) Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

  4. Return on Investment (ROI) Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalammenghasilkan laba dengan aset yang tersedia.

  5. Return on Equity (ROE) Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.

  Bringham dan Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa “profitability

  

ratio are a group of ratios that shows the combine effects of liquidity, assets

management, and debt on operations ”, yang berarti bahwa rasio profitabilitas

  merupakan suatu kelompok rasio yang menunjukkan aspek likuiditas, manajemen aset dan besarnya operasional perusahaan yang dibiayai dari sumber utang. Horne (2005:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusaahaan”. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu: 1.

  Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu,

  2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya disbanding dengan tahun sekarang,

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, 4.

  Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, 5. Untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan dengan modal sendiri.

  Return On Asset (ROA) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat

  penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/ komprehensif.

  Analisa Return On Asset (ROA) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Asset (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan.

  Return On Asset (ROA)menghubungkan keuntungan yang diperoleh

  dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah aset (Net

  

Operating Assets ) yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi

  tersebut. Sebutan lain untuk ROA adalah “Net OperatingPprofit Rate Of

  

Return ” atau “Operating Earning Power” (Munawir, 2004:89). Semakin

  tinggi rasio ini semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya. Semakin besar nilai Return On Asset (ROA)maka akan semakin baik, karena berarti perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi dengan menggunakan total aset yang dimilikinya. Formulasi Return On

  Asset (ROA) yaitu:

  × 100% =

2.1.3 Modal Kerja

  Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129). Martono (2002:72- 73) mengemukakan bahwa modal kerja bisa mengacu pada tiga konsep yaitu: a.

  Konsep Kuantitatif.

  Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working capital).

  Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat- surat berharga (sekuritas), piutang, dan persediaan.

  b.

  Konsep Kualitatif Pada konsep kualitatif modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti: hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net workingcapital).

  c.

  Konsep Fungsional.

  Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik fungsional, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk menghasilkan current income .

  Menurut Halim (1999:85) “modal kerja adalah aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari pada suatu perusahaan.” Menurut Dwi (2010:111) “modal kerja atau working capital merupakan suatu aktiva lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan baik oleh manajer perusahaan.”

  Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari 1 tahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi.

  Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (working capital) (Martono dan Agus, 2001:71).

  Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:35) modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk periode tertentu.

  Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktifitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar utang dan lain sebagainya. Kekurangan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan persediaan akan memyebabkan perusahaan tidak dapat memproleh keuntungan karena calon pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas akitiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Syahyunan, 2004:36).

  Menurut Djarwanto (2004:87-88) terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni: a.

  Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terdap utang jangka pendek.

  Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri.

  b.

  Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital)

  Menurut Abdullah (2005 : 71) “manajemen penggunaan modal kerja dapatdiuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut:

  − = × 100%

  Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut, dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah.

  Rasio perputaran modal kerja ini juga berhubungan dengan likuiditas perusahaan. Jika rasio perputaran modal kerja tinggi, maka mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah artinya likuiditas perusahaan yang tinggi. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan. Hal ini juga menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

  Fred Weston, menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek yang artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Kasmir, 2010:110). Menurut Harmono (2011:106) “konsep likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah utang jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun.” Menurut Warsono (2003:34) “rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuanperusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi.” Menurut Halim (1999:53) rasio likuiditas adalah “rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dengan segera.”

2.1.6 Rasio likuiditas

  Dalam menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai posisinya.

  Rasio likuiditas antara lain terdiri dari current ratio dan quick ratio.

  1. Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets / current liabilities). Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.

  Quick Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1: 1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

  Penelitian ini menggunakan rasio lancar (current ratio). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Ketepatan current ratio menurut Tunggal (2000: 155) tergantung dari banyak faktor, yaitu sebagai berikut : 1. Syarat kredit yang diterima dari pemasok dibanding dengan syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan pada para pembeli,

2. Waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, 3.

  Perputaran persediaan, 4. Ciri-ciri program keuangan perusahaan, 5. Musim tahun yang bersangkutan, 6. Situasi konjungtur, 7. Lamanya siklus modal kerja, 8. Apakah perusahaan itu sedang diperluaskan / diperkecilkan.

  Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakansebagai berikut: =

  × 100%

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  kerja dan variabel tingkat likuiditas terhadap profitabilitas sudah pernahdilakukan. Penelitian tersebut dapat diuraikan melalui tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

  

Variabel Yang Hasil

Peneliti dan No Digunakan Penelitian Tahun

  1 Ety Variabel Efisiensi modal kerja tidak memiliki Mawaddah Independen: pengaruh positif dan signifikan terhadap (2011) Modal Kerja, profitabilitas. Begitu pula dengan

  Likuiditas variabel likuiditas yang tidak selalu Variabel berpengaruh terhadap profitabilitas Dependen: Profitabilitas

  2 Nurhayati Variabel Perputaranmodal kerjaberpengaruh (2010) Independen: terhadapprofitabilitas.

  Perputaran modal kerja Variabel Dependen: Profitabilitas

  3 Maretha(201 Variabel

  1. Manajemenmodal kerjatidak 3) Independen: memilikipengaruhpositif secaraparsial

  Manajemen terhadapprofitabilitas Modal kerja dan 2. Likuiditas Likuiditasberpengaruhterhadapprofitabil Variabel itas Dependen:

  3. Manajemenmodal kerja danlikuiditas Profitabilitas secarabersama- samaberpengaruhsignifikan terhadapprofitabilitas

  Sumber: dari berbagai sumber yang di olah

  Mawaddah (2011)

  Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009”. Hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa efisiensi modal kerja (X1) tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Likuiditas (X2) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.Variabel independen (efisiensi modal kerja dan likuiditas) secara bersamasama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (profitabilitas).

  Nurhayati (2010)

  Nurhayati, yang meneliti Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana hasil penelitiannya membuktikan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap profitabilitas sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas dan secara simultan perputaran persediaan dan piutang berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

  Maretha (2013)

  Judul penelitian “Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas sebagai variabel independen dan Profitabilitas (ROA) sebagai variabel dependen yang diukur melalui Current Ratio. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah Manajemen modal kerja tidak Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas. Manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti. Kerangka konseptual atau kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan. Suatu kerangka pemikiran akan menghubungkan secara teoretis antar variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan terikat. (Sekaran dalam Sumarni dan Wahyuni, 2006:27).

  Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129).

  Di dalam sebuah perusahan, apabila perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebihan akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana mengaggur yang akan menyebabkan perusahaan tidak efisien, dan membuang kesempatan untuk mendapatkan laba. Sehingga, penetapan modal kerja dalam suatu perusahaan akan berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

  Menurut Warsono (2003:34) “rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuanperusahaan dalam demikian, sebuah perusahaan tidaklah boleh menanamkan seluruh uangnya kedalam usaha dikarenakan apabila perusahaan terlalu likuid, yang mana banyak modal yang tersimpan dalam bentuk kas, hal ini dapat menyebabkan hilangnya kesempatan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba jika kas tersebut ditanamkan. Berdasarkan teori tersebut maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

  Modal Kerja (X

  1 )

  Profitabilitas (Y) Likuiditas (X

  2 ) Sumber: Diolah oleh Peneliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah penyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis nol yang merupakan hipotesis yang diterima kecuali bahwa data yang kita kumpulkan salah dan hipotesis alternatif yang merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan mendukungnya (Rochaety, 2007:108). Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas berpengaruh terhadap Profitabilitas baik secara parsial maupun simultan pada tahun 2009-2013.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) - Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Tanjung Rejo Percut Sei Tuan Sumatera Utara

0 6 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan - Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

0 1 10

KATA PENGANTAR - Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerja Gotong royong Masyarakat Petani Padi di Indonesia - Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar(Di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 18

Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar(Di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Nur Ainil Putri - Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 22

Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Modal Kerja - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

KATA PENGANTAR - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21