DOCRPIJM 2c19a6347a BAB IIBAB 2 Arahan Peren. Pembangunan Bidang CK Kab. HSU Bantek RPI2JM

2.1 Konsep Perencanaan Dan Pelaksanaan Program Dirjen Cipta Karya

  Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

  Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

  Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing- masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholder pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

  RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan ntuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

  Kondisi Eksisting Pembangunan Bidang Cipta Karya

  

B. Pelaksanaan Pembangunan Bidang CK

Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan

  Permasalahan dan Potensi Daerah Dukungan Stakeholder

  • - Daerah (Prov/Kota/Kab) - Dunia Usaha - Masyarakat Isu-Isu Strategis - Bencana Alam - Perubahan Iklim - Reformasi Birokasi - Kepadatan Penduduk Perkotaan - Pengarusutamaan Gender - Green Economy Amanat Penataan Ruang/Spasial :

   UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang  RTRW NAsional/KSN  RTRW Provinsi /Kota/Kabupaten Amanat Pembangunan Nasional : - RPJPN 2005-2025 - RPJMN 2010-2014 - UU/PP (UU 32/2004, PP 38/2007.dll) - MP3EI

  • - MP3KI - KEK - Direktif Presiden Amanat Pembangunan Nasional : - UU No. 20/2001 tentang Rumah Susun - UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan

    Persampahan

    - UU No. 7/2004 tentang SDA - PP No. 18/2005 tentang Pengembangan SPAM - PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis - PP 36/2005 tentang Peraturan
    • - Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang - RPI-2JM Amanat Internasional :

       Agenda Habitat  RIO +20  MDGs  SDG

    A. Rencana dan Program Bidang CK

    2.2 Amanat Pembangunan Nasional

    2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

      Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya ( alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

      b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

      c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

      d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

      RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui 

      percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

      RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat 

      terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

       dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

      RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

    2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

      RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H,pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

      1. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

      2. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air

      limbah terpusat ( off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan

      air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas

      sistem pengelolaan air limbah setempat ( on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.

      3. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.

      4. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

      Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui: 1. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah, 2. memastikan ketersediaan air baku air minum, 3. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman, 4. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan, 5. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, 6. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

      7. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

      8. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, 9. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, 10. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

    2.2.3 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

      Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

      A. Prinsip Dasar Keberhasilan Pembangunan

      Prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju membutuhkan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh komponen bangsa, sebagai berikut:

      1. Perubahan harus terjadi untuk seluruh komponen bangsa;

      2. Perubahan pola pikir (mindset) dimulai dari Pemerintah dengan birokrasinya;

      3. Perubahan membutuhkan semangat kerja keras dan keinginan untuk membangun kerjasama dalam kompetisi yang sehat;

      4. Produktivitas, inovasi, dan kreatifitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi salah satu pilar perubahan;

      5. Peningkatan jiwa kewirausahaan menjadi faktor utama pendorong perubahan;

      6. Dunia usaha berperan penting dalam pembangunan ekonomi;

      7. Kampanye untuk melaksanakan pembangunan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan;

      8. Kampanye untuk perubahan pola pikir untuk memperbaiki kesejahteraan dilakukan secara luas oleh seluruh komponen bangsa.

      B. Prasyarat Keberhasilan Pembangunan

      1. Peran Pemerintah dan Dunia Usaha Dunia Usaha (Swasta, BUMN, dan BUMD) mempunyai peran utama dan penting dalam pembangunan ekonomi, terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja, sementara Pemerintah bertanggung jawab menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif untuk percepatan dan perluasan investasi. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan harus didukung oleh komitmen dunia usaha maupun Pemerintah

      2. Reformasi Kebijakan Keuangan Negara Kebijakan anggaran harus dimulai dengan menciptakan Anggaran Pendapatan dan credible dan berkelanjutan, serta diprioritaskan untuk Belanja Negara (APBN) yang akselerasi pertumbuhan demi menciptakan pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Pajak dan Bea Masuk adalah instrumen kebijakan ekonomi untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional, untuk itu diperlukan reformasi. Hal lain terkait reformasi kebijakan keuangan negara adalah diperlukannya reformasi sistem pelaporan kekayaan negara yang meliputi penyusunan arus dana negara dan neraca, harta dan kewajiban, baik yang bersifat keuangan, sumber daya alam, tanah dan bangunan, maupun yang lain. Laporan kekayaan negara tersebut memungkinkan pemerintah melakukan pemberdayaan aset secara efektif dan efisien.

      3. Reformasi Birokrasi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memerlukan dukungan birokrasi Pemerintah berupa reformasi yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Menciptakan birokrasi yang efektif, dapat mengatur kehidupan masyarakat dan mendukung kebutuhan sektor usaha; b. Birokrasi didukung oleh kelembagaan yang kuat dan efektif, menciptakan birokrasi dan administrasi yang rapi, lembaga legislatif yang bertanggung jawab, lembaga yudisial yang independen;

      c. Menciptakan komitmen kepada penerapan good governance;

      d. Birokrasi dan struktur kelembagaan yang kuat dan efektif harus mampu menjadi saluran umpan balik bagi perencanaan ke depan.

      4. Penciptaan Konektivitas Antar Wilayah di Indonesia Pemerintah menjadi motor penciptaan konektivitas antar wilayah yang diwujudkan dalam bentuk: a. Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi; b. Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang; c. Penguatan konektivitas intra dan antar koridor dan konektivitas internasional (global connectivity); d. Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh aktifitas ekonomi, aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.

      5. Kebijakan Ketahanan Pangan, Air, dan Energi Ketahanan pangan merupakan prasyarat penting mendukung keberhasilan pembangunan Indonesia. Berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi;

      b. Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif; c. Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya; d. Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan dengan potensi produksi pangan daerah; e. Pembangunan sentra produksi pangan baru berskala ekonomi luas di Luar Jawa;

      f. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan pengembangan khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen. Kebijakan terkait penyediaan air bersih tidak terfokus pada pembangunan infrastruktur, namun juga harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: a. Pemerintah memastikan ketersediaan dan akses terhadap air bagi seluruh penduduk;

      b. Penyediaan air bersih memperhatikan kelestarian lingkungan sumber air untuk menjaga keberlanjutannya; c. Pengembangan hutan tanaman harus dilanjutkan guna memastikan peningkatan luas hutan untuk keberlanjutan ketersediaan air; d. Kabupaten/Kota memiliki luasan hutan sebagai persentase tertentu dari luas wilayahnya. Ketahanan energi didasarkan kepada manajemen resiko dari kebutuhan dan ketersediaan energi di Indonesia, yang meliputi: a. Manajemen resiko tersebut melalui pengaturan komposisi energi (energy mix) yang mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan; b. Revisi peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung iklim usaha, serta perbaikan konsistensi antar peraturan; c. Pembatasan ekspor komoditas energi untuk pengolahan lebih lanjut di dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah ekspor; d. Tata kelola penambangan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan.

      6. Jaminan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan

      Negara bertanggung jawab melaksanakan sistem perlindungan sosial untuk melindungi masyarakat terhadap resiko pembangunan ekonomi, sehingga perlu menyediakan jaminan sosial, bantuan sosial dan asuransi sosial. Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan berlandaskan penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya. Penanggulangan kemiskinan adalah upaya terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat yang mana masing-masing memiliki peran tersendiri

    C. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi

      Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

      Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).

      Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dibutuhkan penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk mendukung pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya yang berlokasi di luar Jawa, terutama kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut adalah agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

      Perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi: kebijakan perpajakan dan kepabeanan peraturan ketenagakerjaan, dan perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Untuk menghindari terjadinya enclave dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan mengupayakan terjadinya keterkaitan ( linkage) semaksimal mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru tersebut dapat berupa KEK dalam skala besar yang diharapkan dapat dikembangkan disetiap koridor ekonomi disesuaikan dengan potensi wilayah yang bersangkutan.

      Pembangunan koridor ekonomi ini juga dapat diartikan sebagai pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu dan kompetitif serta berkelanjutan. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia melalui pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia memberikan penekanan baru bagi pembangunan ekonomi wilayah.

    Gambar 2.2 Ilustrasi Koridor Ekonomi Indonesia D.

       Penguatan Konektivitas Nasional

      Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).

      Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusat perekonomian regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global/internasional.

    Gambar 2.3 Konsep Gerbang Pelabuhan dan Bandar Udara Internasional di Masa Depan

      Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:

      1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter-modal supply chains systems.

      2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat hinterland). pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya ( 3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal,

      .

      terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan

    Tabel 2.1 Komponen Konektivitas

      Sumber: MP3EI

    Gambar 2.4 Visi Konektivitas Indonesia

      Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut kemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘TERINTEGRASI SECARA LOKAL,

      LOCALLY INTEGRATED, GLOBALLY CONNECTED) TERHUBUNG SECARA GLOBAL ( ’. Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung

      perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik. Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi, kawasan pergudangan, bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan sarana inter-moda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik.

      Sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi ( virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal ( origin) sampai dengan titik tujuan ( destination).

      Globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien

      yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui international gateway/exchange) jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara ( custom dan trade/industry facilitation. Efektivitas dan efisiensi sistem termasuk fasilitas konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.

    Gambar 2.5 Kerangka Kerja Konektivitas Nasional

      Fokus Penguatan Konektivitas Nasional untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut:

    E. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional

      Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan MP3EI. Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi

    2.2.4 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

      Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

      1. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

      2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

      3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

      Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPM-Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

      1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan (Ekonomi Makro)

      2. Kerangka Desain Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

      MP3KI Komponen Saat ini 2013-1014 2015-2025

      A. Mekanisme Ekonomi Pertumbuhan inklusif (MP3EI)

    • Pertumbuhan Ekonomi Pengendalian Inflasi dan Kesinambungan fiskal untuk menjaga daya beli
    • Stabilitas Ekonomi Makro

      masyarakat

      B. Afirmasi (Keberpihakan) Belum terpadu lokasi  Terpadu pada lokasi &  Konsolidasi program

    • Program 4 Klaster dan waktu, terutama waktu, terutama kantong bantuan sosial >>> unified data base untuk kantong kemiskinan

       Sinergi dengan program kemiskinan daerah dan CSR Sistem dan cakupan  Sistem diperbaiki (BPJS  Sistem semakin

    • Sistem Jaminan Sosial terbatas Kesehatan) dan cakupan lengkap (BPJS universal diperluas lainnya) & coverage Terbatas >> daya Peningkatan income generating activities (wirausaha,
    • Sustainable Livelihood financial inclusion, dan supply chain MP3EI) tahan penduduk miskin rentan Data belum terpadu Data sasaran terintegrasi (PPLS), bertahap me
    • Dukungan social security number (e-KTP)

      3. Transformasi : Perlindungan Sosial, Pelayanan Dasar dan Penghidupan Berkelanjutan

      4. Agenda Transformasi Penanggulangan Kemiskinan MP3KI 2013-2025 dan RPJMN 2015- 2025.

      Strategi Utama Koridor Kalimantan

      

    Penguatan

    Kecamatan Kantong Kemiskinan

      4. Pemberian jaminan pelayanan dasar dan perlindungan sosial di wilayah perdesaan, terpencil dan perbatasan

      3. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dasar terpadu, yaitu: listrik, sanitasi, air bersih, dan transportasi alternative bagi masyarakat perdesaan

      2. Pengembangan dan diversifikasi sumber usaha masyarakat miskin berbasis sumber daya alam

      1. Peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia masyarakat miskin perdesaan dan perkotaan

      Ketiga instrumen dilaksanakan dengan menggunakan platform PNPM

      Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (Livelihood)

      Quick Wins)

      Percepatan Pengurangan Kemiskinan (

    • 6 Kecamatan - Uji coba pendekatan penghidupan berkelanjutan melalui perlindungan dan pengembangan aset, khususnya perluasan akses ekonomi
    • Pendanaan: anggaran K/L di lokasi pilot

      c. Implementasi (antara lain) 1) Kebijakan umum: industri padat karya dan upah minimum 2) Meningkatkan akses (transportasi) dari pusat pertumbuhan ke non pusat pertumbuhan 3) Membangun Sekolah Kejuruan dan melaksanakan berbagai diklat kewirausahaan dan ketrampilan 4) Mendorong program kemitraan antara perusahaan dan UKM lokal 5) Mempermudah penyediaan permodalan dan pembentukan wira usaha (business star up) serta outlet pemasaran (pasar-pasar local)

      b. Strategi 1) Meningkatkan efek spill over dari pusat-pusat pertumbuhan MP3EI ke wilayah 2) Meningkatkan kapasitas penduduk untuk memanfaatkan peluang

      a. Tujuan 1) Mempercepat upaya pengurangan kemiskinan 2) Menghindarkan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antar penduduk

      6. Sinergi MP3KI dan MP3EI

      5. Instrumen MP3KI Jangka Pendek-Menengah

    • 157 Kecamatan - Pola “keroyokan” di lokasi kemiskinan terpilih
    • Pendanaan: anggaran regular, block grant dari Kementerian, dan APBD
    • 273 Kecamatan - Penambahan (on top) BLM PNPM Mandiri - Pendanaan: block grant dari Kementerian

    2.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

      UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

      KEK terdiri atas satu atau beberapa zona sebagai berikut:

      1. Pengolahan ekspor; diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan industri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.

      2. Logistik; diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam negeri dan dari luar negeri.

      3. Industri; diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang. Setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri.

      4. Pengembangan teknologi; diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi.

      5. Pariwisata; diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran, serta kegiatan yang terkait.

      6. Energi; diperuntukkan untuk kegiatan riset dan pengembangan di bidang energi serta produksi dari energi alternatif, energi terbarukan, dan energi primer.

      7. Ekonomi lain; diperuntukkan untuk kegiatan lain selain huruf a sampai f yang ditetapkan oleh Dewan Nasional.

      Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria:

      1. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;

      2. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;

      3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; dan 4. Mempunyai batas yang jelas.

      Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh:

      1. Badan Usaha, usulan disampaikan melalui pemerintah provinsi setelah memperoleh persetujuan pemerintah kabupaten/kota

      2. Pemerintah kabupaten/kota, usulan diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota usulan disampaikan melalui pemerintah provinsi Pemerintah provinsi, usulan disampaikan setelah mendapat persetujuan pemerintah 3. kabupaten/kota.

      Penyelenggaraan KEK meliputi:

      1. Pengusulan KEK;

      2. Penetapan KEK;

      3. Pembangunan KEK;

      4. Pengelolaan KEK; dan 5. Evaluasi pengelolaan KEK.

      Lokasi yang diusulkan untuk pembentukan KEK oleh Badan Usaha berada pada:

      1. Dalam satu wilayah kabupaten/kota; atau 2. Lintas wilayah kabupaten/kota.

      Usulan pembentukan KEK dilengkapi dengan dokumen berupa:

      1. Deskripsi rencana pengembangan KEK yang diusulkan, paling sedikit memuat rencana dan sumber pembiayaan serta jadwal pembangunan KEK;

      2. Peta detail lokasi pengembangan serta luas area KEK yang diusulkan;

      3. Rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi dengan peraturan zonasi;

      4. Studi kejayakan ekonomi dan finansial;

      5. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

      6. Usulan jangka waktu beroperasinya KEK dan rencana strategis pengembangan KEK;

      7. Penetapan lokasi atau bukti hak atas tanah;

      8. Rekomendasi dari otoritas pengejola infrastruktur pendukung dalam hal untuk pengoperasian KEK memerlukan dukungan infrastruktur lainnya;

      9. Pernyataan kesanggupan melaksanakan pembangunan dan pengelolaan KEK; dan

      10. Komitmen pemerintahan kabupaten/kota mengenai rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah serta kemudahan.

      Penetapan KEK dilakukan oleh Dewan Nasional setelah Dewan Nasional melakukan kajian terhadap usulan pembentukan KEK dalam waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara lengkap. Kajian dilakukan terhadap:

      1. Pemenuhan kriteria lokasi KEK; dan 2. Kebenaran dan kelayakan isi dokumen yang dipersyaratkan.

      Pembangunan KEK meliputi kegiatan:

      1. Pembebasan tanah untuk lokasi KEK; dan 2. Pelaksanaan pembangunan fisik KEK.

      Pembangunan KEK dibiayai dari:

      1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

      2. Badan Usaha;

      3. Kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota dengan Badan Usaha; dan/atau

      4. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

      Pengelolaan KEK dilakukan oleh:

      1. Administrator; dibentuk oleh Dewan Kawasan, yang bertugas :

      a. memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan

      b. Bagi pelaku usaha untuk mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha di kek: c. Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi kek yang dilakukan oleh badan usaha pengelola kek; dan d. Menyampaikan laporan operasionalisasi kek secara berkala dan insidental kepada dewan kawasan.

      2. Badan Usaha pengelola; bertugas menyelenggarakan kegiatan usaha KEK, berbentuk :

      a. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;

      b. Badan Usaha koperasi;

      c. Badan Usaha swasta; atau

      d. Badan Usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

      Badan Usaha pengelola KEK ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK dan paling lambat sebelum KEK dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional.

    2.2.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

      Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs.

      Program-program pembangunan yang berkeadilan, meliputi:

      1. Program pro rakyat :

      a) Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

      b) Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

      c) Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil;

      2. Program keadilan untuk semua :

      a) Program keadilan bagi anak;

      b) Program keadilan bagi perempuan;

      c) Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

      d) Program keadilan di bidang bantuan hukum;

      e) Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

      f) Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan; 3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s) :

      a) Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

      b) Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

      c) Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

      d) Program penurunan angka kematian anak;

      e) Program kesehatan ibu;

      f) Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

      g) Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup; h) Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

      Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

    2.3 Peraturan Perundangan

    2.3.1 UU No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

      Pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:

      1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;

      2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi mbr;

      3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap;

      4. Memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

      5. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

      6. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

      7. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

      Tugas Pemerintah kabupaten/kota dalam rangka melaksanaan pembinaan melakukan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten/Kota (pasal 15). Sementara itu wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan perumahan dan kawasan permukiman adalah:

      1. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

      2. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama dprd;

      3. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

      4. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

      5. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi mbr;

      6. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi mbr pada tingkat kabupaten/kota;

      7. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;

      8. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota; dan

      9. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

      Penyelenggaraan perumahan meliputi perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan. Jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi:

      1. Rumah komersial, diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

      2. Rumah umum, diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.

      3. Rumah swadaya diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok.

      4. Rumah khusus, diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk kebutuhan khusus.

      5. Rumah umum, mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

      6. Rumah swadaya, dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

      7. Rumah khusus dan rumah Negara, disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

      Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan ekologis meliputi: 1. rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari permukiman 2. rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.

      Ketentuan mengenai pembangunan rumah dan perumahan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai berikut :  Pasal 34 ayat 1 dan 2

      Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan.

    • Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan perumahan dengan hunian berimbang.
    • Pembangunan perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan.

       Pasal 35 ayat 1

    • Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang meliputi rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah.

       Pasal 36 ayat 1 dan 2

    • Dalam hal pembangunan perumahan dengan hunian berimbang tidak dalam satu hamparan, pembangunan rumah umum harus dilaksanakan dalam satu daerah kabupaten/kota.
    • Pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau tempat kerja.

       Pasal 38 ayat 1,2,4

    • Pembangunan rumah meliputi pembangunan rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah susun.
    • Pembangunan rumah dikembangkan berdasarkan tipologi, ekologi, budaya, dinamika ekonomi pada tiap daerah, serta mempertimbangkan faktor keselamatan dan keamanan.
    • Pembangunan rumah dan perumahan harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

       Pasal 47 ayat 3 Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi persyaratan:

    • kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;
    • keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian;  ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana,dan utilitas umum.

      Ketentuan mengenai pemanfaatan rumah dan perumahan dalam Undang-undang No.

      1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai berikut :

       Pasal 48 Pemanfaatan perumahan digunakan sebagai fungsi hunian, meliputi:

    • pemanfaatan rumah;
    • pemanfaatan prasarana dan sarana perumahan; dan
    • pelestarian rumah, perumahan, serta prasarana dan sarana perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

       Pasal 49 ayat 1 dan 2

    • Pemanfaatan rumah dapat digunakan sebagai kegiatan usaha secara terbatas tanpa membahayakan dan tidak mengganggu fungsi hunian.
    • Pemanfaatan rumah selain digunakan untuk fungsi hunian harus memastikan terpeliharanya perumahan dan lingkungan hunian.

      Sementara itu ketentuan mengenai pengendalian pembangunan perumahan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai berikut :  Pasal 53 ayat 1 dan 2

    • Pengendalian perumahan dimulai dari tahap:

      a. perencanaan;

      b. pembangunan; dan c. pemanfaatan.

    • Pengendalian perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

      Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam bentuk:

      a. perizinan;

      b. penertiban; dan/atau  Pasal 64 ayat 1,2,6

      Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen rencana kawasan permukiman sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan kawasan permukiman.