DOCRPIJM 2bb0335334 BAB IXBAB 9 Aspek Pembiayaan Kab. HSU Bantek RPI2JM 20

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

  Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

  Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 1

  2. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya.

  3. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 2

  Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 3

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum. -

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 4

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2 Profil APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 5 (lima) tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 (lima) tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

  1. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  2. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  3. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan

  Sebagaimana dijelaskan dalam PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No. 13 tahun 2006, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Menjelaskan bahwa kebijakan perencanaan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD secara bruto mempunyai arti pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan daerah ini ditetapkan berdasarkan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai setiap sumber pendapatan.

  Pendapatan daerah dikelompokan kedalam sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari sumber penerimaan :

  1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  2. Dana Perimbangan dan 3. Pendapatan Lain-Lain Yang Sah.

  Termasuk dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah :

  1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah.

  3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 5

  4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) Yang Sah.

  Berikut ini akan dijabarkan Gambar 9.1 Grafik prosentase Tabel 9.1 komponen pendapatan APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.

  Hasil dari pertumbuhan pendapatan daerah 5 tahun terakhir mengalami peningkatan secara positif, perndapatan daerah pada tahun 2009 sebesar Rp. 504,677,018,000, terus meningkkat sampai pada tahun 2013 mencapai Rp. 823,456,158,358 atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 318,779,140,358 atau selama 5 (lima) tahun rata-rata mengalami kenaikkan sebesar 14 %. Pendapatan yang mengalami cukup signifikan yaitu dari lain-lain pendapatan yang sah yang mengalami rata-rata kenaikkan sebesar 49 %, atau selama 5 (lima) tahun mengalami kenaikkan sebesar Rp. 32,094,238,208. Komponen APBD yang berkontribusi paling besar adalah dari dana perimbangan, dari tahun 2009

  • – 2013 mengalami perumbuhan rata-rata sebesar 13 % atau mengalami peningkatan Rp. 259,981,664,438. Perkembangan realisasi setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel Gambar grafik 9.1 dan Tabel 9.1 berikut ini.

Gambar 9.1 Grafik Prosentase Pendapatan Daerah (%) Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 6

Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013

  Rata- Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 rata Komponen APBD Pertum Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Buhan (%) Pendapatan Asli 3.78 19,458,888,090 3.91 26,642,958,986 4.18 33,114,423,578.34 4.45 45,792,139,711.91

  5.56 19,088,902,000

  25 Daerah 4,575,558,448

  0.56

  22 Pajak Daerah 2,086,375,000 0.41 2,601,292,600 0.52 3,185,440,000 0.50 4,018,111,841

  0.54 6,139,628,643 0.75 -7 Retribusi Daerah 10,412,467,000

  2.06 11,613,095,490 2.33 13,463,018,986 2.11 12,783,815,038

  1.72 Hasil Pengelolaan 3,793,143,619

  0.46

  29 Kekayaan Daerah 2,265,000,000 0.45 2,120,000,000 0.43 5,370,000,000 0.84 3,877,797,795

  0.52 yang dipisahkan 31,283,809,002

  3.80

  85 Lain-lain PAD 4,325,060,000 0.86 3,124,500,000 0.63 4,624,500,000 0.72 12,434,698,904.34

  1.67 Dana Perimbangan 453,225,721,000 89.81 440,097,923,739 88.41 490,496,576,488 76.89 655,581,491,264 88.05 713,207,385,438

  86.61

  13 15.63 -4 Dana Bagi Hasil 152,867,711,000

  30.29 144,163,395,739 28.96 131,595,894,111 20.63 142,410,996,367 19.13 128,743,770,622 415,479,351,000

  50.46

  14 Dana Alokasi Umum 248,190,010,000 49.18 251,160,028,000 50.45 318,149,082,377 49.87 356,539,892,000

  47.89 62,093,770,000

  7.54

  6 Dana Alokasi Khusus 52,168,000,000 10.34 44,774,500,000 8.99 40,751,600,000 6.39 47,627,950,000

  6.40 Lain-Lain

  7.83

  49 Pendapatan 32,362,395,000 6.41 38,262,618,700 7.69 120,768,039,246 18.93 55,859,230,102 7.50 64,456,633,208 Daerah yang Sah Pendapatan Hibah Dana Darurat DBH Pajak dari

  7 11,237,986,000 2.23 11,262,618,700 2.26 24,850,654,625

  3.90 Pemda Lainnya Dana Penyesuaian &

  • 3 19,719,409,000

  3.91 22,000,000,000 4.42 21,800,000,000

  3.42 Otonomi Khusus Bantuan Keuangan

  • 3 1,405,000,000

  0.28 5,000,000,000 1.00 2,050,000,000

  0.32 Provinsi/ Pemda Lain 64,456,633,208 7.83 -4 Pendapatan Lainnya

  

72,067,384,621

11.30 55,859,230,102

  7.50 823,456,158,358 100.00

  14 Total Pendapatan 504,677,018,000 100.00 497,819,430,529 100.00 637,907,574,720 100.00 744,555,144,945 100.00 Sumber : Kabupaten Hulu Sungai Utara Dalam Angka tahun 2010 - 2014 Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  9 - 7 Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019 Dari data realisasi Pendapatan Daerah dari tahun 2009

  • – 2013 tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 11 % pertahun yang masing-masing sumber pertumbuhan pendapat sebagai berikut ini:  Pendapatan Asli Daerah dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 25 %.

   Pendapatan Dana Perimbangan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 13 %.  Lain-lain Pendapatan yang Sah rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 49 %.

  Rata-rata pertumbuhan pendapatan asli daerah pertahun yaitu sebesar 25 % atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,626,814,460 sampai tahun 2013. Dari kontribusi pendapatan asli daerah ini yang paling besar adalah dari lain-lain PAD yaitu menyumbang 3,8 % atau sebesar Rp. 31,283,809,002 pada tahun 2013. Untuk retribusi daerah mengalami penurunan sebesar -7 % atau menurun sebesar Rp. 4,272,838,357 dari tahun 2009 -2013.

  Pertumbuhan dana perimbangan dari tahun 2009

  • – 2013 terus mengalami pertumbuhan rata-rata secara signifikan yaitu sebesar 13 % atau bertambah sebesar Rp. 259,981,664,438. Komponen yang mempunyai kontribusi paling besar adalah dari Dana Alokasi Umum yaitu sebesar Rp. 415,479,351,000 atau sebesar 50,46 dari total pendapatan daerah pada tahun 2013. Yang perlu ada peningkatan adalah dari Dana Bagi Hasil yang mana terus mengalami penurunan dari tahun 2009
  • – 2013 sebesar -4%. Dari dana perimbangan ini dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara mendapat bantuan cukup banyak dari dana APBN yaitu pada tahun 2013 dari dana perimbangan berkontribusi sebesar 86,61 % dari total pendapatan daerah.

9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja

  Selanjutnya Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006,untuk belanja Daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan urusan pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan dalam 2 (dua) kelompok belanja daerah yang terdiri dari :

  1. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

  2. Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait secara langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan.

  a. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari ini terdiri dari : 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Bunga 3) Belanja Subsidi 4) Belanja Hibah 5) Belanja Bantuan Sosial 6) Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah Desa

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 8

  7) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah Desa

  8) Belanja Tidak Terduga

  b. Belanja langsung terdiri dari : 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang dan Jasa 3) Belanja Modal

  Rata-rata pertumbuhan belanja Kabupaten Hulu Sungai Utara dari tahun 2009

  • – 2013 mengalami kenaikkan sebesar 6 % atau secata rinci untuk belanja tidak langsung mengalami kenaikkan 15 % atau meningkat sebesar Rp. 178,367,523,026. Kontribusi yang menyumbang belanja daerah paling besar yaitu belanja pegawai 50,99 % dari total belanja pada tahun 2013 atau sebesar Rp. 376,443,483,447, meningkat Rp. 161,150,291,402 dari

    .

  tahun 2009 yang hanya Rp. 215,293,192,045 Hal ini seiring dengan semakin bertambahnya SDM yang ada di lingkungan pemerintahan. Sedangkan untuk belanja langsung pertumbuhannya fluktuatif, pada tahun 2009 merupakan pengeluaran belanja langsung paling besar yaitu Rp. 337,870,256,126 sedangkan belanja langsung paling kecil adalah pada tahun 2012 sebesar Rp. 261,556,520,504. Berikut ini akan dijabarkan Gambar 9.2 grafik prosentase belanja daerah dan Tabel 9.2 komponen pengeluaran belanja selama 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Gambar 9.2 Grafik Prosentase Belanja Daerah (%) Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009

  • – 2013

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 9

Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

  Belanja Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Belanja Tidak 250,022,399,217 2.53 313,663,950,735 3.93 364,450,017,324 3.53 390,899,371,295 9.91 428,389,922,243 8.03 Langsung

Belanja Pegawai 215,293,192,045 36.62 328,535,079,324 48.26 339,765,923,057 52.07 376,443,483,447 50.99

Belanja Bunga Belanja Subsidi 252,268,617,735 43.37 Belanja Hibah 3,647,500,000

  0.62 27,605,295,000 4.75 8,475,000,000 1.24 22,787,105,313 3.49 15,576,337,796 2.11 Belanja Bansos 13,903,335,000 2.36 17,282,078,000 2.97 10,242,878,000 1.50 2,011,266,000 0.31 6,235,575,000 0.84 Bantuan Pemda lain 15,528,372,172 2.64 15,905,060,000 2.73 16,447,060,000 2.42 26,335,076,925 4.04 26,643,466,000 3.61 Belanja Tidak Terduga

  1,650,000,000 0.28 602,900,000 0.10 750,000,000 0.11 3,491,060,000 0.47 Belanja Langsung 337,870,256,126 57.47 267,965,742,145 46.07 316,352,360,900 46.47 261,556,520,504 40.09 309,878,522,181 41.97 Belanja Pegawai 12,757,556,000

  2.17 12,332,238,100 2.12 25,357,930,000

  3.72 Belanja Barang & Jasa 107,084,915,468 18.22 105,807,328,405 18.19 137,802,712,127 20.24 100,690,282,887 15.43 123,770,402,995 16.76 Belanja Modal 218,027,784,658 37.09 149,826,175,640 25.76 153,191,718,773 22.50 160,866,237,617 24.66 186,108,119,186 25.21

  Total Belanja 587,892,655,343 100 581,629,692,880 100 680,802,378,224 100 652,455,891,799 100 738,268,444,424 100 Sumber : Kabupaten Hulu Sungai Utara Dalam Angka tahun 2010 - 2014

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 10

  Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019

  Dari tabel pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagaimana diatas, terlihat adanya defisit anggaran yang harus ditutupi oleh Pembelanjaan Daerah sebesar defisit tersebut. Defisit anggaran terjadi pada tahun 2009

  • – 2011, sedangkan untuk tahun 2012
  • – 2013 mengalami surplus. Adapun besaran defisit dan surplus tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 9.3 Gambaran Defisit Anggaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013

  APBD APBD APBD APBD APBD Uraian TA 2009 TA 2010 TA 2011 TA 2012 TA 2013 Pendapatan 497,819,430,529 637,907,574,720 744,555,144,945 823,456,158,358

  504,677,018,000 Daerah 576,720,615,000 581,629,692,880 681,076,216,988 652,455,891,799 700,877,839,195 Belanja Daerah

  • 72,043,597,000 -83,810,262,351 -43,168,642,268 92,099,253,146 122,578,319,163

  Surplus/ Defsit Sumber : Hasil Analisa

9.2.3 Komponen Pembiayaan

  Komponen ini adalah sebagai pengimbang perbedaaan antara pendapatan dan biaya dalam anggaran daerah. Unsur utama dalam komponen ini adalah sisa anggaran tahun lalu yang merupakan saving keuangan daerah. Komponen Pembiayaan tersebut adalah :

  1. Penerimaan Pembiayaan Daerah

  a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

  b. Pencairan Dana Cadangan

  c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

  d. Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah

  e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

  f. Penerimaan Piutang Daerah

  2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

  a. Pembentukan Dana Cadangan

  b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

  c. Pembayaran Pokok Utang

  d. Pemberian Pinjaman Daerah Berikut ini akan dijabarkan Tabel 9.4 komponen pembiayaan selama 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Gambar grafik 9.3.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 11

Tabel 9.4 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

  Pembiayaan Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Penerimaan 79,170,463,000 100 85,610,262,351 100 61,168,642,268 100 109,839,528,324 100 193,109,102,661 100

  Pembiayaan Penggunaan SiLPA 78,130,463,000 98.69 83,810,262,351 97.90 39,207,980,267 64.10 98,579,575,580 89.75 190,505,407,038 98.65 Pencairan Dana

  10,000,000,000 Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan

  5,160,662,001

  8.44 Daerah Penerimaan Pinjaman dan 15,000,000,000 24.52 667,102,744.32 0.61 895,120,623

  0.46 Obligasi Daerah Penerimaan Kembali 1,040,000,000 1.31 1,800,000,000 2.10 1,800,000,000 2.94 592,850,000 0.54 1,708,575,000

  0.88 Pinjaman Piutang Daerah Pengeluaran

  7,126,867,000 100 1,800,000,000 100 18,000,000,000 100 11,433,374,432 100 13,100,000,000 100 Pembiayaan Pembentukan Dana

  10,000,000,000 55.56 Cadangan 7,126,867,000 100 4,500,000,000 25.00 10,283,374,432 89.94 12,500,000,000 95.42 Penyertaan Modal

  Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian 1,800,000,000 100 3,500,000,000 19.44 1,150,000,000 10.06 600,000,000

  4.58 Pinjaman Daerah Sumber : Kabupaten Hulu Sungai Utara Dalam Angka tahun 2010 - 2014

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 12

  Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019

  Pertumbuhan perkembangan pembiayaan dari tahun 2009

  • – 2013 mengalami Kenaikan 37,9 % atau sebesar Rp. 119,911,772,661. dari aspek penerimaan pembiayan mengalami kenaikkan yang signifikan yaitu 33,7 % atau mengalami kenaikkan sebesar Rp. 113,938,639,661, yang berkontribusi paling besar yaitu penggunaan SilPA yang mana pada tahun 2013 menyumbang 98,5 % dari toral perkembangan pembiayaan. Sedangkan dari pengeluaran pembiayaan mengalami peningkatan 200,8 % atau meningkat Rp. 5,973,133,000 dari tahun 2009
  • – 2013. Aspek penyertaan modal mengalami peningkatan 16,7 % atau sebesar Rp. 5,373,133,000.

Gambar 9.3 Grafik Pembelanjaan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013

  Dari data APBD selama 5 (lima) tahun terakhir dari sisi pendapatan dapat dikemukakan permasalahan Pendapatan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai berikut: 1. Pendapatan dari retribusi daerah mengalami penurunan.

  2. Kontribusi BUMD masih rendah sebagai sumber pendapatan.

3. Sumber pendapatan pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara masih bertumpu pada pendapatan konvensional, masih tergantung dari penerimaan non PAD.

  Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peningkatan kemampuan keuangan daerah merupakan upaya yang terus dilakukan. Upaya-upaya tersebut secara umum adalah :

  1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Peningkatan pendapatan asli daerah merupakan upaya konvensional yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Pada dasarnya ada tiga upaya yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah, yaitu :

  a. Penyesuaian tarif pajak dan retribusi sesuai dengan tingkat harga dan tingkat inflasi, hal ini perlu dilakukan karena dalam beberapa tahun terakhir tarif tersebut belum

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 13

  9 - 14 Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  pernah disesuaikan sehingga tarif tersebut terlalu rendah dibandingkan dengan tingkat harga.

  b. Melakukan studi dalam upaya mencari kemungkinan terhadap jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

  c. Meningkatkan efisisensi dan efektifitas pengelolaan pendapatan asli daerah.

  2. Pengembangan Perusahaan Milik Daerah.

  Pengembangan perusahaan milik daerah ditempuh melalui peningkatan penyertaan modal, dengan semakin meningkatnya penyertaan modal maka akan semakin besar pula deviden yang akan diterima sebagai bagian dari laba perusahaan daerah tersebut.

  3. Pemanfaatan Pinjaman Daerah UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

  Pemerintah Daerah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk memanfaatkan pinjaman, namun demikian pemanfaatan pinjaman memerlukan penelitian yang cukup mendalam karena hal ini akan berkaitan dengan kemampuan untuk membayar cicilan dan bunga sehingga tidak memberatkan pemerintah daerah di kemudian hari.

  4. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Keuangan Daerah Peningkatan kemampuan keuangan daerah juga dilakukan melalui efisiensi pemanfaatan keuangan daerah, hal ini dilakukan dengan menetapkan standar harga dan standar analisa belanja dalam penyusunan anggaran.

  5. Peningkatan Kerjasama dengan Pihak Swasta.

  Upaya ini dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta dalam membangun sarana dan prasarana umum dengan prinsip saling menguntungkan. Dengan kerjasama dengan pihak swasta beberapa keuntungan yang akan diperoleh antara lain ; dapat memiliki suatu fasilitas tanpa mengeluarkan dana selain aset yang telah dimiliki dan

9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sub bab berikut ini akan mengkaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta di Kabupaten Hulu Sungai Utra.

  

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

APBN dalam 5 Tahun

  Pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 9.5 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013 Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi

  Sektor Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Pengembangan Air 4,250,000 4,312,564 2,189,424 4,520,000,000 4,100,000 Minum

  • Pengembangan PLP 2,494,032 1,343,000,000 3,050,000 Pengembangan - -

  850,000,000 5,338,008 846,010 Permukiman Penataan Bangunan

  • 2,092,500,000 4,092,500 - 330,300 & Lingkungan

    Total 4,250,000 7,136,896 3,035,434 10,146,390,000 13,530,508

  Sumber : PPK Randal PIP Kalsel, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAKSanitasidigunakanuntuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.6 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013

  Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Tahun Jenis DAK Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 2014

  • DAK Air Minum 742,649 776,800 1,070,419 1,231,370,000 DAK Sanitasi 697,428 691,500 - 358,181 959,520,000

  Sumber : PPK Randal PIP Kalsel, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  9 - 15

9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun

  • 2,494,032 - - 35,819 1,319,245 959,520 - - Pengembangan Pemukiman - - - - 846,010 - 812,500 - 5,338,008 - Penataan Bangunan & Lingkungan - - 330,300 - - - - - 4,092,500 - Total 4,250,000 329,999 7,136,896 350,405 3,035,434 161,671 9,355,922 2,459,520 13,530,508 - Sumber : PPK Randal PIP Kalsel, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan

  9 - 16 Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 4 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Berikut ini akan dijabarkan perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Tabel 9.7 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2009 - 2013 SEKTOR Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Total (x Rp 1000) % (x Rp 1000) % (x Rp 1000) % (x Rp 1000) % (x Rp 1000) %

  Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Pemukiman Penataan Bangunan & Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk DDUB Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 9.8 berikut ini.

Tabel 9.8 Perkembangan DDUB Tahun 2010 – 2014 Kabupaten Hulu Sungai Utara (x RP. 1000) SEKTOR Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB

  Pengembangan Air Minum 4,250,000 329,999 4,312,564 350,405 2,189,424 125,852 7,224,177 1,500,000 4,100,000 - Pengembangan

  PLP

  

9.3.3 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

Perusahaan Daerah dalam 5 Tahun

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

  Perusahaan Daerah (Perusda) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah PDAM Tirta Dharma. Perusda ini pada saatnya merupakan salah satu asset yang akan memberikan kontribusi terhadap PAD. Kondisi keuangan Perusda tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 9.9 Proyeksi Laba – Rugi Perusahaan Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010 – 2014 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

  I PENDAPATAN USAHA

  1. Pendapatan Penjualan Air 7,718,760,000 8,477,764,000 9,540,369,000 10,906,575,000 12,576,382,000

  2. Pendapatan Non Air 750,000,000 1,125,000,000 1,500,000,000 1,875,000,000 2,250,000,000

  3. Pendapatan Air Minum dalam Kemasan JUMLAH PENDAPATAN USAHA 8,468,760,000 9,602,764,000 11,040,369,000 12,781,575,000 14,826,382,000

  II BIAYA LANGSUNG USAHA

  1. Biaya Pegawai 830,129,000 871,636,000 915,218,000 960,978,000 1,009,027,000

  2. Biaya Listrik dan Usaha 1,339,635,000 1,406,617,000 1,476,948,000 1,550,795,000 1,628,335,000

  3. Biaya Penyusutan 3,113,237,000 3,580,223,000 4,117,256,000 4,734,845,000 5,445,072,000

  4. Biaya Pemeliharaan 350,871,000 368,415,000 386,835,000 406,117,000 426,486,000

  5. Biaya Bahan Kimia 790,460,000 829,983,000 871,482,000 915,056,000 960,809,000

  6. Biaya Lain-lain 15,363,000 16,131,000 16,938,000 17,785,000 18,674,000

  7. Harga Pokok Air Minum dalam Kemasan JUMLAH BIAYA LANGSUNG

  6,439,695,000 7,073,005,000 7,784,677,000 8,585,576,000 9,488,403,000 USAHA

  III LABA / (RUGI) KOTOR USAHA 2,029,065,000 2,529,759,000 3,255,692,000 4,195,999,000 5,337,979,000

  IV BIAYA TIDAK LANGSUNG

  1. Biaya Umum dan Administrasi 2,595,364,000 2,725,132,000 2,861,389,000 3,004,458,000 3,154,681,000 JUMLAH BIAYA TIDAK

  2,595,364,000 2,725,132,000 2,861,389,000 3,004,458,000 3,154,681,000 LANGSUNG

  

V LABA / (RUGI) USAHA (566,299,000) (195,373,000) 394,303,000 1,191,541,000 2,183,298,000

PENDAPATAN / (BIAYA) DI

  VI LUAR USAHA

  VI

  1. Pendapatan Lain-lain 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000

  2. Biaya Lain-lain (199,000) (218,000) (240,000) (264,000) (291,000) JUMLAH PENDAPATAN / (BIAYA) 50,199,000 50,218,000 50,240,000 50,264,000 50,291,000 DILUAR USAHA

  LABA / (RUGI) SEBELUM

  VII (516,100,000) (145,155,000) 444,543,000 1,241,805,000 2,233,589,000 PAJAK PENGHASILAN

  VII

  PAJAK PENGHASILAN

  I Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) 9 - 17

  Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

  

IX (516,100,000) (145,155,000) 444,543,000 1,241,805,000 2,233,589,000

LABA / (RUGI) BERSIH

  Sumber : Corporate Plan PDAM Kab. Hulu Sungai Utara Th 2010 - 2014

Tabel 9.10 Proyeksi Neraca Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010

  • – 2014 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Aset Aset Lancar
    • - Kas dan Bank 9,367,547,000 12,892,916,000 16,552,602,000 20,646,697,000 25,424,705,000

    • - Piutang Usaha 643,230,000 706,480,000 795,030,000 908,881,000 1,408,031,000

    • - Piutang Lain-lain 23,260,000 27,913,000 33,495,000 40,194,000 48,233,000

    • - Persediaan 68,056,000 81,668,000 98,001,000 117,602,000 141,122,000

  

Jumlah Aset Lancar 10,102,093,000 13,708,977,000 17,479,128,000 21,713,374,000 27,022,091,000

Aset tetap

  • - Nilai Perolehan 37,861,550,000 48,486,550,000 51,486,550,000 54,486,550,000 57,486,550,000

  • - Akumulasi Penyusunan (15,574,313,000) (19,814,873,000) (23,670,272,000) (27,248,445,000) (30,628,102,000)

  

Nilai Buku Aset Tetap 22,287,237,000 28,671,677,000 27,816,278,000 27,238,105,000 26,858,448,000

Aset Lain-lain

  • Aset Tetap dalam Penyelesaian

    - Bahan Instalasi 2,119,509,000 2,543,411,000 3,052,093,000 3,662,512,000 4,395,014,000

  • - Uang Jaminan 18,872,000 18,872,000 18,872,000 18,872,000 18,872,000

  • Pembayaran dimuka 290,000,000 290,000,000 290,000,000 290,000,000 290,000,000 Pembagian Laba

    - Aset Lain-lain 17,888,000 19,677,000 21,645,000 23,809,000 26,190,000

  

Jumlah Aset Lain-lain 2,446,269,000 2,871,960,000 3,382,610,000 3,995,193,000 4,730,076,000

Jumlah Aset 34,835,599,000 45,252,614,000 48,678,016,000 52,946,672,000 58,610,615,000

KEWAJIBAN dan MODAL Kewajiban Jangka Pendek

  • Biaya yang Masih Harus 6,928,000 6,928,000 5,542,000 5,542,000 4,434,000 Dibayar - Pendapatan diterima 68,824,000 82,589,000 99,106,000 118,928,000 142,713,000 dimuka
  • Utang Pajak - Utang Jangka Pendek 120,613,000 19,677,000 77,192,000 61,754,000 49,403,000 Lainnya

  Jumlah Kewajiban 196,365,000 109,194,000 181,840,000 186,224,000 196,550,000

  Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban Lain-lain

  • Uang Jaminan 198,730,000 236,257,000 286,284,000 Langganan

    - Cadangan Dana Meter 1,210,694,000 1,120,694,000 1,055,694,000 1,015,694,000 1,000,694,000

  

Jumlah Kewajiban 1,409,424,000 1,356,951,000 1,341,978,000 1,015,694,000 1,000,694,000

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  9 - 18

  • Akumulasi Kerugian Tahun Lalu (7,780,665,000) (8,296,765,000) (8,441,920,000) (7,997,377,000) (6,755,632,000)
  • - Laba Tahun Berjalan (516,100,000) (145,155,000) 444,543,000 1,241,745,000 2,233,589,000

    Jumlah Akumulasi Kerugian (8,296,765,000) (8,441,920,000) (7,997,377,000) (6,755,632,000) (4,522,043,000)

  9 - 19 Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

  Uraian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Lain-lain

JUMLAH KEWAJIBAN 1,605,789,000 1,466,145,000 1,523,818,000 1,201,918,000 1,197,244,000

Modal Kekayaan Pemda yang Dipisahkan

  32,480,824,000 43,105,824,000 46,105,824,000 49,105,824,000 52,105,824,000 Penyertaan yang Belum ditetapkan Statusnya 8,961,728,000 8,961,728,000 8,961,728,000 8,961,728,000 8,961,728,000

Modal Hibah 84,023,000 84,023,000 84,023,000 84,023,000 84,023,000

Akumulasi Kerugian

  

JUMLAH MODAL 33,229,810,000 43,709,655,000 47,154,198,000 51,395,943,000 56,629,532,000

JUMLAH KEWAJIBAN dan MODAL

  34,835,599,000 45,175,800,000 48,678,016,000 52,597,861,000 57,826,776,000 Sumber : Corporate Plan PDAM Kab. Hulu Sungai Utara Th 2010 - 2014

  

9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

Swasta dalam 5 Tahun

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non- cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 9.11 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

  Kegiatan Tahun Komponen

  KPS Satuan Vol Nila (Rp)

  Skema KPS Ket. Pengembangan Air minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Komponen Skema Kegiatan Tahun Satuan Vol Nila (Rp) Ket.

  KPS KPS Penataan Bangunan dan Lingkungan

9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan