Usulan Penerapan Concurent Engineering Pada Jaringan Kerja Metoda AON (Activity On Node) (Studi Kasus Pada Proyek Konstruksi Di CV.Teknik Perkasa Bandung).

(1)

CV. Teknik Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak di dalam

bidang jasa konstruksi sipil. Permasalahan yang dihadapi adalah metoda rencana

pekerjaan yang saat ini diterapkan yaitu diagram batang, kurang dapat memberi solusi

didalam pengaturan tenaga kerja dan biaya, serta didalam pengantisipasian waktu

kerja yang berubah. Untuk mengatasi itu, perusahaan ingin mengetahui metoda

rencana pekerjaan yang paling efisien, sehingga proyek bisa diselesaikan secara tepat

waktu dengan jumlah tenaga kerja dan penyediaan dana yang efisien. Selain itu,

penggambaran aktivitas berulang dan tumpang tindih, juga merupakan permasalahan

yang dihadapi perusahaan. Apabila aktivitas berulang dan tumpang tindih tidak

digambarkan secara terperinci, dikhawatirkan dapat terjadi keterlambatan dalam

penyelesaian kegiatan pada proyek yang akan datang.

Dalam rangka mencapai tujuan ini, penulis mencoba mengusulkan metoda

rencana pekerjaan dengan penerapan concurrent engineering pada jaringan kerja

metoda Activity On Node (AON). Dari concurrent engineering dapat digambarkan

kejelasan mengenai hubungan yang tumpang tindih dan saling berulang, sehingga

menjadi sebuah aktivitas penggabungan yang dapat dimasukkan kedalam AON.

Dengan perencanaan ini, kita bisa menggambarkan hubungan antara tenaga kerja

yang dibutuhkan dengan biaya yang diperlukan. Dari penyusunan concurrent

engineering pada jaringan kerja metoda Activity On Node (AON) diperoleh hasil

bahwa kegiatan 13 yaitu pengecatan besi Bengkel Mesin merupakan kegiatan kritis,

dengan slack 0. Kurun waktu penyelesaian proyek adalah 60 hari.

Keuntungan menggunakan metoda yang diusulkan adalah perusahaan

dapat merencanakan penyediaan dana dengan lebih efisien, yaitu jumlah maksimal

biaya ACWP (Actual Cost of Work Performance) yang diperlukan per hari pada

jaringan kerja metoda AON adalah Rp 2.643.036,09, dan BCWS (Budgeted Cost for

Work Schedule) yang diperlukan per hari adalah Rp 3.775.765,85. Pada metoda

rencana pekerjaan perusahaan, jumlah maksimal biaya ACWP yang diperlukan per

hari adalah Rp 3.652.056,37, dan jumlah maksimal biaya BCWS yang diperlukan per

hari adalah Rp 5.217.223,38. Jumlah maksimal biaya ACWP dan BCWS yang

diperlukan per hari pada metoda AON lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan

perusahaan. Pada metoda AON, total biaya yang dibutuhkan dalam perekrutan dan

pelepasan tenaga kerja adalah Rp 225.000,00, sedangkan pada metoda rencana

pekerjaan perusahaan adalah Rp 525.000,00. Total biaya perekrutan dan pelepasan

tenaga kerja pada metoda AON, lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan

perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat merencanakan tenaga kerja dengan

lebih efisien, hal ini terlihat dari jumlah maksimal tenaga kerja yang diperlukan per

hari pada proyek ini bisa ditekan dari 134 menjadi 86 tenaga kerja. Dengan demikian,

metoda yang diusulkan dapat mempermudah perusahaan, didalam pengaturan dan

pengawasan tenaga kerja dan pembiayaan.


(2)

ABSTRAK………..…..iv

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH………..v

DAFTAR ISI……….……...….vii

DAFTAR TABEL……….…….…...xii

DAFTAR GAMBAR………...………….xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...……….xvii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………..1-1 1.2 Identifikasi Masalah……….1-2 1.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi.……….……...…..1-2 1.4 Perumusan Masalah.……….………1-3 1.5 Tujuan Penelitian………..1-3 1.6 Manfaat Penelitian ……….………....…. 1-3 1.7 Sistematika Penulisan………....…...1-3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek.…….………..…..2-1 2.1.1 Pengertian Proyek.…….………..…….2-1 2.1.2 Apa yang Bukan Proyek.………..……2-2 2.1.3 Siklus Hidup Proyek.………..…..……….…..….2-3 2.2 Pekerjaan Kontraktor.……….……….……....2-4 2.3 Kegiatan Kontraktor.……….….………...2-6 2.4 Kontrak Konstruksi.……….….…...………..…...2-7 2.5 Pemilihan Alternatif...…….……….….….2-9 2.5.1 Rate Of Return (ROR)…...………..………….…...2-9 2.5.2 Minimum Attractive Rate Of Return (MARR)…..…………...2-9 2.6 Work Breakdown Structure (WBS)………..………..….2-9 2.7 Concurrent Engineering.………...………..…2-10


(3)

2.7.2 Kebutuhan akan Concurrent Engineering.…..……….2-12 2.7.3 Komunikasi dan Kolaborasi.…..……….……….2-13 2.7.4 Kapan Concurrent Engineering Digunakan……….2-14 2.7.5 Kelebihan Kompetitif.…..……….…….……….2-14 2.7.6 Peningkatan Performa.…..……….…….……….2-14 2.7.7 Pengurangan waktu desain dan pengembangan.……….….2-15 2.7.8 Bagaimana Concurrent Engineering Menguntungkan.…………2-15

perusahaan

2.8 Sejarah Perkembangan Jaringan Kerja.……….…….2-21 2.9 Mengembangkan Jaringan Proyek...……….……….….2-23 2.10 Membuat Jaringan Proyek...……….…….………....2-23 2.11 Ketentuan Dasar Mengembagkan Jaringan Proyek…...……...….2-24 2.12 Dasar-Dasar AON...…….…….……….………....2-25 2.13 Jalur Kritis...…….…….………..…..2-27 2.14 Metoda Activity-on-Arrow (AOA)……….…….….2-30 2.15 Perbandingan Metoda AON dan AOA.……….…….……..2-31 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penelitian Pendahuluan………...….3-1 3.2 Pembatasan Masalah dan Asumsi………...…….3-1 3.3 Perumusan Masalah………..…...3-2 3.4 Penentuan Tujuan Penelitian………...….3-2 3.5 Studi Pustaka………..….….3-2 3.6 Penentuan Metode Pemecahan Masalah………..…....3-4 3.7 Teknik Pengumpulan Data………..….…3-5 3.8 Pengumpulan Data………..….…3-5 3.9 Pengolahan Data dan Analisis………...…3-6 3.10 Kesimpulan dan Saran………...………...…...3-8 BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1 Data Umum Perusahaan……….….….…4-1 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………..…..…4-1 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan.……...………..……....4-1


(4)

4.3 Rencana Jadwal Penyelesaian Proyek……….…………...…....4-7 4.4 Jumlah Tenaga Kerja pada Pengerjaan Proyek.…..…………...…....4-10 4.5 Harga Jual Proyek……….………...…..…..4-11 4.6 Harga Produksi Proyek………..………...………...4-16 4.7 Peralatan yang digunakan dalam Proyek ...…………...…4-17 4.8 Denah Proyek...…….…….…...…4-18 BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

5.1 Work Breakdown Structure (WBS) Aktivitas.………..…………...5-1 pada Pengerjaan Proyek

5.2 Rata-Rata Waktu Pengerjaan Aktivitas untuk tiap m²…………...…..5-4 5.3 Metoda Concurrent Engineering.…..……….………..5-5 5.3.1 Penggabungan Aktivitas Pengerokan dan Pengecatan……….…..5-6

Dinding Eksterior LABTEK II

5.3.2 Penggabungan Aktivitas Pengerokan dan Pengecatan……….…..5-8 Dinding Eksterior Bengkel Mesin

5.3.3 Penggabungan Aktivitas Pengerokan dan Pengecatan……….…..5-9

Plafond Bengkel Mesin

5.3.4 Penggabungan Aktivitas Pengasaran Dak Beton...…...…5-10 dan Pemasangan Waterproofing + Plesteran Bengkel Mesin

5.3.5 Penggabungan Aktivitas Bongkar Seng Talang….…...….5-12 dan Pemasangan Seng Talang Penerbangan

5.4 Jaringan Kerja Metoda Activity On Node (AON)……….…….5-14 5.5 Analisis Jaringan Kerja Metoda Activity On Node (AON)……...5-22 5.6 Penyusunan Barchart dan Histogram Tenaga Kerja………...5-23

berdasarkan Jaringan Kerja Metoda Activity On Node (AON)

5.7 Analisis Barchart dan Histogram Tenaga Kerja………...5-26 berdasarkan Metoda AON

5.8 Penyusunan Barchart dan Histogram Tenaga Kerja………...5-27 berdasarkan Metoda Rencana Pekerjaan Perusahaan

5.9 Analisis Barchart dan Histogram Tenaga Kerja………...5-28 berdasarkan Metoda Rencana Pekerjaan Perusahaan


(5)

5.10.1 Barchart dan Kurva ACWP berdasarkan.……….……....…5-31

jaringan kerja Activity On Node (AON)

5.10.2 Barchart dan Kurva BCWS berdasarkan.……….……....…5-39

jaringan kerja Activity On Node (AON)

5.11 Analisis Biaya berdasarkan jaringan kerja.………..……...5-47

Activity On Node (AON)

5.12 Penyusunan Biaya Proyek pada Metoda...…..5-48

Rencana Pekerjaan Perusahaan

5.12.1 Barchart dan Kurva ACWP pada Metoda...….……....….5-50

Rencana Pekerjaan Perusahaan

5.12.2 Barchart dan Kurva BCWS pada Metoda...….……....…5-58

Rencana Pekerjaan Perusahaan

5.13 Analisis Biaya pada Metoda Rencana Pekerjaan Perusahaan....…...5-66

5.14 Biaya Pelepasan Tenaga Kerja………...…..5-67

5.15 Seleksi Proyek………...…..5-68

5.16 Analisis Seleksi Poyek.………...…...5-68

5.17 Analisis Perbandingan Metoda Rencana Pekerjaan…...5-69

yang diterapkan Perusahaan dengan Metoda yang diusulkan

5.18 Analisis Perbandingan Waktu, Tenaga Kerja, dan Biaya pada...5-70

Metoda Rencana Pekerjaan Perusahaan dengan Metoda Usulan

5.18.1 Analisis Perbandingan Waktu Penyelesaian Pekerjaan...…...…...5-70

5.18.2 Analisis Perbandingan Tenaga Kerja...………...5-71

5.18.3 Analisis Perbandingan Biaya...………...5-73

5.19 Analisis Keuntungan yang di dapat Perusahaan dengan ………...5-74


(6)

6.2 Saran………...………...…..6-3

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KOMENTAR DOSEN PENGUJI

DATA PENULIS


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Perbandingan antara pekerjaan rutin dan proyek 2-3 2.2 Hubungan matriks sasaran dan objek pengendalian 2-7

2.3 Kalender kerja 2-29

4.1 Jadwal pelaksanaan proyek 4-7

4.2 Ringkasan jadwal pelaksanaan proyek 4-9

4.3 Jumlah tenaga kerja 4-10

4.4 Rencana Anggaran Biaya 4-11

4.5 Perhitungan harga satuan 4-12 4.5 Perhitungan harga satuan (lanjutan) 4-13 4.6 Daftar harga satuan bahan 4-14 4.7 Daftar harga satuan upah 4-15

4.8 Rencana Anggaran Biaya 4-16

4.9 Peralatan yang digunakan 4-17

5.1 Penguraian lingkup proyek menjadi 5-1 komponen-komponen kegiatan

5.1 Penguraian lingkup proyek menjadi 5-2 komponen-komponen kegiatan (lanjutan)

5.2 Rata-rata waktu yang dibutuhkan 5-4 pada setiap pekerjaan untuk tiap m²

5.2 Durasi tiap aktivitas 5-15

5.3 Kegiatan kritis 5-21

5.4 Kalender hari kerja 5-23

5.5 ACWP per hari 5-31

5.6 BCWS per hari 5-39


(8)

Tabel Judul Halaman

5.8 BCWS per hari 5-58

5.9 Hasil dari barchart tenaga kerja 5-71 5.10 Hasil dari barchart tenaga kerja 5-72


(9)

5.26 Histogram BCWS 5-46

5.27 Kurva BCWS 5-46

5.28 Kurva biaya proyek 5-48

5.29 Barchart dan histogram ACWP 5-51

5.29 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-52 5.29 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-53 5.29 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-54 5.29 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-55 5.29 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-56

5.30 Histogram ACWP 5-57

5.31 Kurva ACWP 5-57

5.32 Barchart dan histogram BCWS 5-59

5.32 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-60 5.32 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-61 5.32 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-62 5.32 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-63 5.32 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-64

5.33 Histogram BCWS 5-65

5.34 Kurva BCWS 5-65

5.35 Kurva tenaga kerja 5-71


(10)

Gambar Judul Halaman

2.1 Siklus hidup proyek 2-4

2.2 Dasar-dasar jaringan AON 2-26

2.3 Blok pembangun jaringan AOA 2-30

2.4 Dasar jaringan AOA 2-30

3.1 Bagan Metodologi Penelitian 3-3 3.1 Bagan Metodologi Penelitian (lanjutan) 3-4 3.2 Langkah-langkah pengolahan data dan analisis 3-6 4.1 Struktur organisasi perusahaan 4-2 4.2 Struktur organisasi lapangan 4-2 5.1 Work Breakdown Structure 5-3

5.2 Aktivitas kerok dan cat 5-6

5.3 Jadwal pelaksanaan aktivitas kerok dan cat 5-6 5.4 Jangka waktu penyelesaian penggabungan aktivitas 5-7

pengerokan dan pengecatan dinding eksterior LABTEK II 5.5 Jadwal pelaksanaan aktivitas kerok dan cat 5-8 5.6 Jangka waktu penyelesaian penggabungan aktivitas 5-8

pengerokan dan pengecatan dinding eksterior Bengkel Mesin 5.7 Jadwal pelaksanaan aktivitas kerok dan cat 5-9 5.8 Jangka waktu penyelesaian penggabungan aktivitas 5-9

pengerokan dan pengecatan plafond Bengkel Mesin

5.9 Aktivitas pengasaran dak beton dan pemasangan 5-10 waterproofing

5.10 Jadwal pelaksanaan aktivitas pengasaran dak beton 5-10 dan pemasangan waterproofing


(11)

pengasaran dak beton dan pemasangan waterproofing + plesteran Bengkel Mesin

5.12 Aktivitas bongkar dan pemasangan seng talang 5-12 5.13 Jadwal pelaksanaan aktivitas bongkar dan pemasangan 5-12

seng talang

5.14 Jangka waktu penyelesaian penggabungan aktivitas 5-13 bongkar dan pasang seng talang

berdasarkan concurrent engineering

5.15 Jaringan kerja metoda Activity On Node (AON) 5-14 5.16 Node jaringan Activity On Node (AON) 5-16 5.17 Barchart dan histogram tenaga kerja 5-24 5.18 Barchart dan histogram tenaga kerja 5-25

5.19 Kurva tenaga kerja 5-26

5.20 Barchart dan histogram tenaga kerja 5-27

5.21 Kurva biaya proyek 5-29

5.22 Barchart dan histogram ACWP 5-32

5.22 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-33 5.22 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-34 5.22 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-35 5.22 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-36 5.22 Barchart dan histogram ACWP (lanjutan) 5-37

5.23 Histogram ACWP 5-38

5.24 Kurva ACWP 5-38

5.25 Barchart dan histogram BCWS 5-40

5.25 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-41 5.25 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-42 5.25 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-43 5.25 Barchart dan histogram BCWS (lanjutan) 5-44


(12)

Lampiran Judul Halaman

1 Proses Pelelangan L1-1

2 Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing) L1-1

3 Peninjauan Lapangan L1-2

4 Klarifikasi Dokumen Pengadaan L1-2 5 Penyampaian Dokumen Penawaran L1-3

6 Pemasukan Penawaran L1-7

7 Pembukaan dan Evaluasi Penawaran L1-8

8 Kerahasiaan L1-12

9 Klarifikasi Penawaran dan Larangan L1-12 Menghubungi Panitia

10 Perbaikan Kesalahan L1-13

11 Penilaian Kualifikasi L1-14

12 Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) L1-19

13 Hasil Koreksi Aritmatik L2-1

14 Rekap Hasil Koreksi Aritmatik L2-3

15 Evaluasi Administrasi L2-4

16 Hasil Evaluasi Penawaran Teknis dan Harga L2-5 17 Penetapan Peringkat Calon Pemenang Pelelangan L2-5 18 Rata-Rata Waktu Pengerjaan Aktivitas L3-1

untuk tiap m²

19 Denah Lantai 1 LABTEK II L4-1

20 Denah Lantai 2 LABTEK II L4-2

21 Denah Lantai 3 LABTEK II L4-3

22 Denah Lantai 4 LABTEK II L4-4


(13)

(14)

LAMPIRAN 1

Proses Pelelangan

Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing)

Peninjauan Lapangan

Klarifikasi Dokumen Pengadaan

Penyampaian Dokumen Penawaran

Pemasukan Penawaran

Pembukaan dan Evaluasi Penawaran

Kerahasiaan

Klarifikasi Penawaran dan Larangan Menghubungi Panitia

Perbaikan Kesalahan

Penilaian Kualifikasi


(15)

LAMPIRAN 2

Hasil Koreksi Aritmatik

Rekap Hasil Koreksi Aritmatik

Evaluasi Administrasi

Hasil Evaluasi Penawaran Teknis dan Harga


(16)

LAMPIRAN 3

Rata-Rata Waktu Pengerjaan Aktivitas untuk tiap m²


(17)

LAMPIRAN 4

Denah Lantai 1 LABTEK II

Denah Lantai 2 LABTEK II

Denah Lantai 3 LABTEK II

Denah Lantai 4 LABTEK II

Denah Lantai 5 LABTEK II

Denah Lantai 1 LAB. MESIN

Denah Lantai 2 LAB. MESIN


(18)

tujuh ratus empat belas ribu delapan ratus delapan puluh satu rupiah). Owner memasang pengumuman penawaran pelaksanaan pekerjaan “Pengecatan Gedung Labtek II dan Bengkel Mesin” di surat kabar lokal. Pekerjaan ini termasuk golongan tender dengan resiko proyek besar, karena harga pengadaan berada di range > Rp 100.000.000,00 dengan ketentuan sebagai berikut:

 Harga pengadaan Rp 0,00 – Rp 50.000.000,00 = Termasuk penunjukkan langsung, yaitu pelaksana pekerjaan (Perusahaan konstuksi) langsung ditunjuk oleh owner.

 Harga pengadaan Rp 50.000.000,00 - Rp 100.000.000,00 = Termasuk pemilihan langsung, yaitu dari 3 penawar pelaksana pekerjaan (Perusahaan konstuksi) dipilih salah satu oleh owner untuk mengerjakan proyek.

 Harga pengadaan > Rp 100.000.000,00 = Termasuk tender, yaitu dari banyak penawar pelaksana pekerjaan (Perusahaan konstuksi) dipilih salah satu oleh owner untuk mengerjakan proyek.

Proses Penjelasan Tender

1. Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing)

1.1Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing) dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan ini.

1.2Untuk peserta pelelangan yang tidak dihadiri oleh Direktur/ Direktis/ Pemilik perusahaan atau penerima kuasa dari Pemimpin Perusahaan yang nama penerima kuasanya tercantum dalam Akte pendirian atau perubahannya atau kepala cabang yang bermaterai dan bertandatangan yang berwenang atas perusahaan tersebut.

1.3Panitia Pengadaan harus menjelaskan isi Dokumen Pengadaan, menampung pertanyaan peserta pelelangan dan memberikan jawaban atas hal-hal yang kurang jelas yang terdapat dalam Dokumen Pengadaan.


(19)

1.4Panitia Pengadaan membuat Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijiizing) yang ditandatangani oleh Panitia Pengadaan dan wakil peserta pelelangan yang hadir.

1.5Ketidak hadiran peserta pelelangan dalam Penjelasan Pekerjaan (Aanwijiziing) tidak menggugurkan keikutsertaannya dalam pelelangan ini.

2. Peninjauan Lapangan

Peserta pelelangan dianjurkan untuk meninjau lapangan dan sekitarnya, untuk memperoleh semua informasi yang diperlukan serta dapat memetakan kondisi lapangan yang sedianya akan dijadikan objek pekerjaan jasa. Mengingat dalam pengadaan ini diterapkan kontrak Lumpsum Fixed Price, dimana setelah ditetapkan penyedia jasa untuk pengadaan ini, maka segala biaya, tanggung jawab dan resiko yang muncul dari pelaksanaan kontrak sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

3. Klarifikasi Dokumen Pengadaan

3.1 Peserta pelelangan yang memerlukan klarifikasi dokumen pengadaan dapat mengajukan permohonan kepada Panitia Pengadaan secara tertulis atau melalui facsimile.

3.2 Panitia Pengadaan akan menanggapi setiap permohonan klarifikasi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum batas waktu Pemasukan Penawaran berakhir.

3.3 Salinan tanggapan sebagaimana dimaksud pada angka 3.2 di atas akan disampaikan kepada setiap pembeli dokumen pengadaan, termasuk uraian pertanyaannya, tanpa mengidentifikasi sumbernya. Dalam hal tanggapan dari Panitia Pengadaan dapat mengubah Dokumen Pengadaan, maka harus dibuat Adendum atas Dokumen Pengadaan.


(20)

4.Penyampaian Dokumen Penawaran

4.1Metoda penyampaian Dokumen Penawaran menggunakan metoda satu sampul, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dokumen Penawaran dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yang terdiri dari 1 (satu) asli dan 2 (dua) salinan, tertutup rapat, dilem dan dilak di lima tempat.

b. Seluruh Dokumen Penawaran dimasukkan ke dalam satu sampul, yang mencakup semua persyaratan penawaran dan dokumen kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Dokumen Pengadaan ini.

c. Dokumen Penawaran harus mencakup surat penawaran yang dilengkapi dengan persyaratan administratif, teknis dan perhitungan harga yang ditandatangani oleh penyedia barang.

d. Pada sampul luar hanya dicantumkan “Dokumen Pengadaan” dan uraian pekerjaan, yang ditujukan ke alamat sebagaimana dimaksud dalam Dokumen Pengadaan.

e. Dokumen Penawaran bersifat rahasia, sehingga dilarang dikirim kepada Panitia Pengadaan dan / atau perorangan, dan hanya ditujukan ke alamat sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pengadaan ini. f. Dokumen Penawaran harus dimasukkan sendiri oleh calon peserta

kedalam tempat / kotak yang telah disediakan oleh Panitia Pengadaan. 4.2Format surat penawaran harus menggunakan kop surat perusahaan dari

peserta pelelangan. Dalam surat penawaran memuat nomor dan tanggal surat, stempel perusahaan, nama jelas Direktur / Direktris / Pimpinan Perusahaan, bermaterai Rp. 6.000,00 diberi tanggal dan ditandatangani oleh Direktur / Direktris / Pemilik Perusahaan atau penerima kuasa dari Pimpinan Perusahaan yang nama penerima kuasanya tercantum dalam Akta pendirian atau perubahannya atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik.


(21)

4.3Persyaratan lain yang harus disertakan dalam dokumen penawaran sebagai berikut:

a. Dokumen Administrasi: - Jaminan Penawaran (asli)

- Copy Surat Pengukuhan Kena Pajak (PKP) - Copy Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

- Copy Akta Pendirian dan Akta Perubahannya bila ada perubahan - Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

- Copy bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 terakhir.

- Copy Surat Setoran Pajak (SSP) PPh pasal 29 (bila ada kurang bayar dalam SPT PPh pasal 21).

- Dokumen Kualifikasi (Formulir kualifikasi ini diisi dengan lengkap dengan melampirkan dokumen-dokumen yang menyertainya. b. Persyaratan Teknis:

- Struktur Organisasi Perusahaan - Personil Pelaksana di Lapangan - Jadwal Pelaksanaan

- Metoda Pelaksanaan Pekerjaan - Peralatan yang digunakan

- Pengalaman melaksanakan proyek sejenis. c. Dokumen Penawaran Harga:

- Surat Penawaran yang mencantumkan harga penawaran - Rincian Anggaran Biaya (RAB)

- Analisa Harga Satuan Pekerjaan - Daftar Harga Satuan Bahan - Daftar Harga Satuan Upah. 4.4Harga Penawaran

a. Pengadaan jasa ini mempergunakan sistem Lumpsum Fixed Price, dimana penyelesaian seluruh pekerjaan ditentukan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap dan semua resiko


(22)

yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa.

b. Peserta pelelangan harus menyertakan harga penawaran untuk seluruh pekerjaan dalam Bill of Quantity (BoQ) dan ditulis dengan jelas dalam angka dan huruf.

c. Biaya-biaya untuk penyediaan bahan-bahan / material, peralatan, jasa, keuntungan, pajak-pajak, ijin-ijin, iuran-iuran, pungutan-pungutan, resiko dan biaya-biaya lainnya harus termasuk dalam total harga penawaran yang diserahkan oleh peserta pelelangan kepada Pantita Pengadaan.

4.5Satuan Mata Uang dalam Peawaran

Dalam penawaran peserta pelelangan harus menggunakan seluruh mata uang Rupiah.

4.6Masa Berlaku Penawaran

a. Penawaran yang disampaikan oleh peserta pelelangan harus memuat masa berlaku selama 60 (enam puluh) hari kalender hingga terpilihnya pemenang pelelangan.

b. Panitia Pengadaan melalui pemberitahuan tertulis atau facsimile dapat meminta peserta pelelangan untuk memperpanjang masa berlaku penawarannya sesuai yang ditentukan oleh Panitia Pengadaan. Pemberitahuan perpanjangan harus dilakukan sebelum masa berlaku Penawaran berakhir.

c. Peserta Pelelangan harus menanggapi pemberitahuan perpanjangan sebagaimana dimaksud huruf b diatas, dan melaksanakan proses perpanjangan tanpa berhak mengubah nilai penawarannya.

4.7Jaminan Penawaran

a. Peserta pelelangan harus menyerahkan Jaminan Penawaran yang dikeluarkan oleh Bank Umum (bukan Bank Perkreditan Rakyat) atau oleh perusahaan Asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) yang mempunyai dukungan reasuransi sebagaimana persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI, dengan nilai


(23)

jaminan sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen) dari nilai HPS (Harga Perkiraan Sendiri).

b. Jaminan Penawaran harus memiliki masa berlaku selama 75 (tujuhpuluh lima) hari kalender terhitung sejak tanggal pemasukan penawaran.

c. Jaminan Penawaran harus diperpanjang oleh peserta pelelangan apabila diperlukan oleh Panitia Pengadaan dalam hal-hal tertentu. d. Penawaran yang tidak disertai Jaminan Penawaran akan ditolak oleh

Panitia Pengadaan.

e. Panitia Pengadaan akan akan mengembalikan Jaminan Penawaran kepada peserta pelelangan yang tidak memenangkan pelelangan, selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah berakhirnya masa berlaku penawaran.

f. Jaminan penawaran dari peserta pelelangan yang memenangkan pelelangan, akan dikembalikan oleh Panitia Pengadaan saat peserta pelelangan telah menandatangani kontrak dan telah menyerahkan Jaminan Pelaksanaan sesuai yang ditentukan oleh Panitia Pengadaan. g. Jaminan Penawaran ditujukan kepada Panitia Pengadaan.

h. Jaminan Penawaran akan disita dan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dalam hal sebagai berikut:

 Peserta pelelangan menarik Penawarannya selama masa berlaku Penawaran.

 Peserta pelelangan menolak koreksi atas Harga Penawarannya.

 Peserta pelelangan telah ditetapkan sebagai pemenang pelelangan, tetapi tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk:

- Menandatangani kontrak

- Menyerahkan Jaminan Pelaksanaanya yang telah ditentukan. 4.8Hal-hal lainnya dari Penawaran

a. Peserta pelelangan harus menyerahkan 1 (satu) dokumen penawaran asli, dan diberi tanda ”ASLI”. Di sampin itu, peserta pelelangan juga harus memasukkan 2 (dua) buah salinan dan diberi tanda ”SALINAN”.


(24)

Apabila terdapat perbedaan diantara kedua Dokumen tersebut, maka yang berlaku adalah dokumen asli.

b. Dokumen penawaran yang asli dan semua salinan harus ditulis atau diketik dengan tinta yang tidak dapat dihapus dan ditandatangani oleh Direktur / Pimpinan atau seseorang yang diberi kuasa untuk itu, dan seluruh halaman yang terdapat dalam dokumen penawaran yang memuat isian ataupun perubahannya harus diparaf oleh pihak yang menandatangani dokumen penawaran tersebut.

c. Dokumen penawaran tidak boleh berisi perubahan, penghapusan atau penambahan, kecuali atas perintah Panitia Pengadaan, dan / atau adanya perbaikan atas kesalahan yang dibuat oleh peserta pelelangan. Dimana perbaikan tersebut harus diparaf oleh pihak yang menandatangani Dokumen Penawaran.

5.Pemasukan Penawaran

5.1Batas Waktu Pemasukkan Penawaran

a. Penawaran harus diserahkan oleh peserta pelelangan selambat-lambatnya dalam waktu yang telah ditentukan dalam dokumen pengadaan ini.

b. Panitia Pengadaan dapat memperpanjang batas waktu pemasukan penawaran apabila diperlukan, dengan catatan akan dibuatkan Addendum Dokumen Pengadaan atas perpanjangan waktu tersebut. Addendum Dokumen Pengadaan akan disampaikan kepada seluruh peserta pelelangan melalui surat / facsimile.

c. Apabila terjadi perpanjangan batas waktu pemasukan penawaran sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas, maka segala ketentuan waktu yang berkaitan proses pengadaan ini akan mengikuti perpanjangan waktu tersebut.


(25)

5.2Keterlambatan Pemasukan Penawaran

Penawaran yang pemasukannya melebihi batas waktu pemasukan penawaran yang telah ditentukan oleh Panitia Pengadaan, akan dikembalikan kepada si pengirim dalam keadaan tertutup.

5.3Perubahan dan Penarikan Penawaran

a. Peserta pelelangan dapat mengubah dan / atau menarik penawarannya sebelum berakhirnya batas waktu pemasukan Penawaran dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan.

b. Pemberitahuan perubahan atau penarikan harus dibuat, disegel, ditandai dan disampaikan dengan menambah tanda ”PERUBAHAN” atau ”PENARIKAN” pada sampul dalam dan luar dari Dokumen Penawaran.

c. Penawaran tidak dapat diubah apabila batas waktu pemasukan penawaran telah berakhir.

d. Penarikan penawaran sebelum berakhirnya masa berlaku Penawaran dapat mengakibatkan penyitaan dan pencairan terhadap Jaminan Penawaran.

6.Pembukaan dan Evaluasi Penawaran

6.1Pembukaan Penawaran

a. Panitia hanya mencatat waktu, tanggal dan tempat penerimaan dokumen penawaran yang diterima melalui pos pada sampul luar penawaran dan memasukannya ke dalam kotak / tempat dokumen penawaran.

b. Sampul bertanda ”PERUBAHAN” atau ”PENARIKAN” harus dibuka dan dibaca terlebih dahulu untuk ditindaklanjuti, dan untuk penawaran yang penarikannya telah disampaikan tidak dibuka.

c. Apabila batas waktu penyampaian dokumen penawaran telah berakhir, maka Panitia Pengadaan harus menyelenggarakan rapat pembukaan penawaran (dengan mengundang peserta pelelangan). Dalam rapat tersebut disampaikan bahwa waktu pemasukan dokumen penawaran


(26)

telah ditutup, selanjutnya menolak dokumen penawaran dan / atau tambahan dokumen penawaran yang masuknya terlambat, serta dilanjutkan dengan membuka dokumen penawaran yang telah masuk. d. Tidak diperkenankan mengubah batas waktu penyampaian dokumen

penawaran untuk hal-hal yang tidak penting. Namun apabila hal tersebut terpaksa dilakukan, maka terhadap perubahan batas waktu penawaran tersebut harus disampaikan kepada seluruh peserta pelelangan.

e. Panitia meminta kesediaan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari peserta pelelangan untuk hadir sebagai saksi dalam pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran. Apabila tidak terdapat dari peserta pelelangan yang hadir, maka panitia harus menunda pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran tersebut, dan menentukan waktu yang tepat. Bila hingga waktu yang ditentukan Panitia Pengadaan tetap tidak ada wakil dari peserta pelelangan yang hadir, maka pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran dapat dilakukan dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar Panitia Pengadaan yang ditunjuk secara langsung oleh Panitia Pengadaan. f. Apabila pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran telah

memenuhi syarat saksi sebagaimana dimaksud pada huruf e di atas, maka Panitia Pengadaan selanjutnya harus meneliti isi kotak / tempat pemasukan dokumen penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk (surat pengunduran diri tidak dihitung), dan apabila penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) peserta pelelangan, maka proses pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan harus diulang. Pengulangan ini diumumkan oleh Panitia Pengadaan, untuk kemudian mengundang calon peserta pelelangan yang baru.

g. Apabila penawaran yang masuk sama / atau lebih dari 3 (tiga) peserta pelelangan, maka Panitia Pengadaan dapat membuka kotak dan sampul penawaran dihadapan peserta pelelangan, untuk selanjutnya memeriksa, menunjukkan dan membacakan dihadapan peserta


(27)

pelelangan mengenai kelengkapan dokumen penawaran yang terdiri atas:

- Surat penawaran yang didalamnya mencantumkan masa berlaku penawaran.

- Jaminan penawaran (asli).

- Daftar kuantitas dan harga penawaran.

h. Panitia tidak dapat mengugurkan penawar saat pembukaan dokumen penawaran, kecuali untuk penawaran yang terlambat waktu pemasukannya.

i. Setelah seluruh dokumen penawaran dibuka maka Panitia Pengadaan harus membuat Berita Acara Pemasukan dan Pembukaan Dokumen Penawaran dan dibacakan dihadapan pihak yang hadir, untuk selanjutnya Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Panitia Pengadaan yang hadir dan 2 (dua) saksi. Setelah ditandatangani, Berita Acara tersebut dibagikan kepada saksi yang hadir tanpa dilampiri dokumen penawaran.

j. Dalam hal terjadinya penundaan waktu pembukaan dokumen penawaran, maka penyebab penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas didalam Berita Acara sebagaiman dimaksudkan pada huruf i di atas.

6.2 Evaluasi Dokumen Penawaran

a. Pelaksanaan evaluasi dokumen penawaran dilakukan dengan menggunakan sistem nilai (merit point system), dimana evaluasi penilaian penawaran akan dilakukan dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan ini, kemudian hasil evaluasi tersebut dibandingkan juga dengan jumlah nilai yang diperoleh oleh penawaran peserta lainnya.

b. Pada tahap awal evaluasi, Panitia Pengadaan dapat melakukan koreksi aritmatika terhadap semua penawaran yang masuk dan melakukan evaluasi sekurang-kurangnya terhadap 3 (tiga) penawaran terendah.


(28)

c. Urutan proses evaluasi dengan sistem nilai ini adalah sebagai berikut:

 Evaluasi Administrasi

- Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada pembukaan penawaran.

- Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat-syarat administrasinya.

- Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi.

 Evaluasi Teknis

- Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan dalam memenuhi persyaratan administrasi.

- Dalam evaluasi teknis menggunakan nilai ambang batas lulus (passing grade). Dimana Panitia membuat daftar urutan spesifikasi teknis, untuk selanjutnya memberikan nilai berupa angka terhadap unsur-unsur teknis yang dinilai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan ini.

- Hasil evaluasi teknis adalah: memenuhi syarat teknis (lulus) atau tidak memenuhi syarat teknis (gugur). Peserta dinyatakan memenuhi persyaratan teknis (lulus) apabila memenuhi nilai ambang batas (passing grade) 70% dari nilai ambang score (400).

 Evaluasi Harga

- Evaluasi harga dilakukan terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.

- Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, panitia pengadaan membuat daftar urutan penawaran yang dimulai dari urutan penawaran yang memiliki nilai tertinggi hingga terendah.


(29)

Penilaian teknis

Sumber: data perusahaan, 2007.

7.Kerahasiaan

Hal-hal yang berhubungan dengan pemeriksaan, klarifikasi, evaluasi dan perbandingan dokumen penawaran bersifat rahasia dan tidak diperbolehkan untuk diberitahukan kepada peserta pelelangan atau orang lain yang tidak berkepentingan dengan proses tersebut sampai keputusan pemenang diumumkan. Setiap usaha peserta pelelangan yang mempengaruhi keputusan pelelangan akan mengakibatkan ditolaknya penawaran yang bersangkutan.

8.Klarifikasi Penawaran dan Larangan Menghubungi Panitia

8.1Panitia Pengadaan dapat meminta klarifikasi dari peserta pelelangan, dan peserta pelelangan harus memberikan klarifikasi atas dokumen penawarannya. Permintaan klarifikasi dari Pantia Pengadaan kepada


(30)

peserta pelelangan harus dalam bentuk tertulis atau melalui facsimile. Demikian sebaliknya, klarifikasi dari peserta pelelangan atas dokumen penawarannya harus dalam bentuk tertulis atau melalui facsimile juga. Namun klarifikasi tidak untuk mencari, menawarkan, mengijinkan perubahan harga dan substansi atas dokumen penawaran, terkecuali jika dibutuhkan untuk konfirmasi perbaikan dari kesalahan aritmatik yang ditemukan oleh Panitia Pengadaan dalam proses evaluasi dokumen penawaran.

8.2Peserta pelelangan tidak diijinkan menghubungi Panitia Pengadaan untuk urusan apapun yang berkaitan dengan proses pelelangan.

8.3Usaha atau upaya apapun yang dilakukan oleh peserta pelelangan yang dapat mempengaruhi hasil evaluasi pelelangan dari Panitia Pengadaan, dapat mengakibatkan penolakan atas usulan penawarannya.

9.Perbaikan Kesalahan

9.1Penawaran harga yang telah dinyatakan memenuhi syarat oleh Panitia Pengadaan akan diperiksa kembali oleh Panitia Pengadaan dalam hal ada atau tidaknya kesalahan aritmatik dalam tahap evaluasi harga.

9.2Apabila kedapatan terjadi kesalahan aritmatik, maka Panitia Pengadaan akan melakukan perbaikan sebagai berikut:

a. Apabila terdapat perbedaan jumlah pada angka dan huruf, maka jumlah huruf yang menentukan.

b. Apabila terdapat perbedaan antara harga satuan dan jumlah harga pada baris nomor sebagai hasil perkalian antara harga satuan dengan volume, maka harga satuan yang menentukan, kecuali menurut pendapat Panitia Pengadaan bahwa ternyata ada kesalahan penempatan decimal, titik atau koma pada harga satuan, maka jumlah harga pada baris nomor tersebut yang menentukan, selanjutnya letak desimal, titik atau koma pada harga satuan tersebut akan diperbaiki.

c. Jumlah yang tercantum dalam penawaran akan disesuaikan oleh panitia sesuai dengan prosedur di atas. Apabila peserta pelelangan


(31)

tidak dapat menerima jumlah penawaran hasil koreksi aritmatik dari Panitia Pengadaan, maka penawarannya akan ditolak, dan jaminan penawarannya akan disita dan dicairkan.

9.3Koreksi aritmatika dilakukan sebagai berikut:

a. Volume pekerjaan yang tercantum dalam dokumen penawaran disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen pengadaan. b. Apabila terjadi kesalahan hasil pengalian antara volume dengan harga

satuan pekerjaan, maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diubah.

c. Jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang lain, dan harga satuan pada surat penawaran tetap dibiarkan kosong.

9.4Hasil koreksi aritmatik dapat mengubah nilai atau urutan penawaran menjadi lebih tinggi atau lebih rendah terhadap urutan penawaran semula.

10. Penilaian Kualifikasi

10.1 Tatacara kualifikasi

a. Evaluasi dokumen kualifikasi dilaksanakan setelah evaluasi Dokumen Penawaran.

b. Penawaran yang tidak memenuhi kualifikasi dinyatakan gugur.

c. Verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam dokumen kualifikasi dilakukan oleh Panitia Pengadaan dengan meminta salinan atau asli dari dokumen yang sah dan bila diperlukan dilakukan konfirmasi dengan peserta pelelangan.

10.2 Kualifikasi peserta pelelangan yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut:

a. Memiliki surat ijin usaha pada bidang usahanya yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang dan masih berlaku, seperti SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi) dan sebagainya.


(32)

c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan / atau tidak sedang menjalani sanksi pidana.

d. Dalam hal peserta pelelangan akan melakukan kemitraan, peserta pelelangan wajib membuat perjanjian kerjasama kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.

e. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokoi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29.

f. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan barang baik di lingkungan pemerintah atau swasta, kecuali peserta pelelangan yang baru terdiri dari 3 (tiga) tahun.

g. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di suatu instansi.

h. Dalam hal bermitra yang diperhitungkan adalah kemampuan dasar dari perusahaan yang mewakili kemitraan (lead firm).

i. Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah / swasta untuk mengikuti pengadaan, sekurang-kurangnya 5% (lima persen) dari nilai pekerjaan.

j. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

k. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang dimilikinya.

l. Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan.

m. Memiliki sisa kemampuan keuangan (SKK) yang cukup dan sisa kemampuan paket (SPK)


(33)

10.3 Penilaian Keuangan (contoh: nilai maksimum 10, nilai minimum 3,77) a. Sisa Kemampuan Keuangan (nilai maks. 7,50 dan nilai min. 3,75)

) ( ) ( ) Pr ( e d c b a KB KB FL MK MK Fp KK estasi NK KK SKK          

Diambil dari neraca. Penilaian:

Untuk Nilai Paket (NP) sebesar X,maka bila:  SKK ≥ X diberikan nilai 100%

 0,2 X ≤ SKK < X diberikan nilai 50%  SKK < 0,2 X diberi nilai 0%

Dimana:

KK = Kemampuan Keuangan Fp = Faktor Perputaran = 8 MK = Modal Kerja

KB = Kekayaan Bersih a = Aktiva Lancar b = Aktiva Tetap c = Aktiva Lainnya d = Utang Jangka Pendek e = Utang Jangka Panjang Fl = Faktor likuiditas = 0,8

NK = Nilai kontrak dalam pelaksanaan

Prestasi = Nilai pekerjaan yang sudah dilaksanakan NP = Nilai paket yang akan dilakukan pengadaannya DB = Dukungan Bank

b. Dukungan Bank (nilai maks. 2,5) berupa dukungan Keuangan yang dikeluarkan bank swasta atau pemerintah.

Untuk Dukungan Bank dinilai sebagai berikut:  Bila DB ≥ 0,1 X diberi nilai 100%


(34)

 Bila DB < 0,1 X diberi nilai 0%

Bila total nilai sisa keuangan dan dukungan bank < 0,375 rekanan dinyatakan gugur / tidak lulus kualifikasi.

10.4 Penilaian Pengalaman (contoh: nilai maksimum 60, nilai minimum 30) Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah dikerjakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir, Pengalaman pekerjaan yang dinilai disertai bukti penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pejabat pembuat komitmen.

Cara penilaian:

 Penilaian pengalaman dimulai dari pekerjaan yang mempunyai Bidang dan Sub Bidang yang sama dengan yang akan dilelangkan, dinilai terhadap 3 (tiga) unsur pada angka 1 sampai dengan 3.

 Bila masih belum mencapai nilai maksimum, penilaian dilanjutkan dengan pekerjaan bidang yang sama tapi Sub Bidang berbeda.

 Pekerjaan dengan bidang yang berbeda dinilai nol. Tiga unsur yang dinilai, yaitu:

a. Bidang pekerjaan (contoh: nilai makimum 25)

- Pekerjaan yang Bidang dan Sub Bidangnya sama dengan pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya mendapat bobot nilai 100%. - Pekerjaan yang Bidangnya sama, tetapi Sub Bidangnya berbeda

dengan pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya mendapat bobot nilai 50%.

b. Penilaian besarnya kontrak (contoh: nilai maksimum 25)

Bila nilai pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya sebesar X - Pengalaman Pekerjaan ≥ X, mendapat nilai 100%

- 0,5 X ≤ Pengalaman Pekerjaan <, dinilai 50% - Pengalaman Pekerjaan < 0,5 X, dinilai 0%

c. Status Bidang Usaha dalam pelaksanaan pekerjaan (contoh: nilai maksimum 10)

- Sebagai Kontraktor utama/Lead Firm J.O. dinilai 100% - Sebagai sub Kontraktor/anggota J.O. dinilai 30%


(35)

Bila total nilai pengalaman yang diperoleh < 30% yang bersangkutan gugur/ tidak lulus kualifikasi.

10.5 Penilaian Kemampuan Teknis (contoh: nilai maksimum 30, nilai minimum 15)

Usaha kecil dan usaha menengah dilakukan terhadap 2 (dua) unsur yaitu peralatan dan personil.

a. Penilaian Peralatan (contoh: nilai maksimum 15)

Kombinasi peralatan dapat berbeda dengan yang disusun panitia, yang dinilai adalah kesesuaian peruntukannya dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud. Penilaian dilakukan atas ekuivalensi kapasitas dan jumlah alat yang disediakan terhadap kapasitas dan jumlah alat yang disusun panitia.

Kondisi alat yang diperhitungkan hanya yang kondisinya tidak kurang dari 70%.

Penilaian kepemilikan peralatan sebagai berikut:

 Kepunyaan sendiri dengan bukti dinilai 100%

 Sewa beli dengan bukti dinilai 100%

 Sewa jangka panjang dengan bukti dinilai 90%

 Sewa jangka pendek dengan bukti dinilai 50%

 Untuk sewa dan sewa beli yang tidak disertai bukti, nilai 0% Untuk usaha kecil:

Contoh minimal peralatan yang harus disediakan adalah Beton Melon, 1 buah

Pompa air, 1 buah Stamper, 1 buah Ordinary truck, 1 buah

Panitia akan menyusun terlebih dahulu kebutuhan peralatan minimum yang diperlukan sesuai dengan sifat dan kebutuhan pekerjaan.

b. Penilaian Personil (contoh: nilai maksimum 10) Contoh personil perusahaan minimal untu usaha kecil:


(36)

 STM sipil 2 orang

 Tenaga administrasi 2 orang

Panitia harus menyusun terlebih dahulu daftar tenaga inti yang diperlukan sesuai kebutuhan pekerjaan.

Tenaga ahli dan tenaga terampil yang disediakan harus disertai sertifikat keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT)

10.6 Sertifikat Manajemen Mutu ISO (contoh: nilai maksimum 5)

Badan Usaha yang telah memiliki sertifikat manajemen mutu ISO mendapat nilai 5.

Bila tidak memiliki sertifikat manajemen mutu ISO dinilai 0.

Bila total nilai kemampuan teknis yang diperoleh < 15 BU yang bersangkutan gugur/tidak lulus kualifikasi.

10.7 Ambang lulus (passing grade) = 60

Bagi penyedia jasa yang memenuhi nilai ambang lulus, masih harus dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk melaksanakan paket pekerjaan dengan menilai Sisa Kemampuan Paket (SPK).

10.8 Sisa Kemampuan Paket (SPK)

Untuk penyedia jasa Usaha Kecil KP = 3

SKP = KP – (jumlah paket yang sedang dikerjakan) Dimana:

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat yang bersamaan selama kurun waktu 5 tahun terakhir.

KP = kemampuan menangani paket pekerjaan.

11. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)

Setelah seluruh proses evaluasi dan klarifikasi dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan, selanjutnya Panitia Pengadaan membuat kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi, teknis dan harga untuk selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP). Dalam BAHP juga akan dituangkan hasil pelaksanaan pelelangan termasuk cara penilaian, rumus-rumus yang digunakan dan urutan pemenang pelelangan.


(37)

(38)

(39)

Rekap Hasil Koreksi Aritmatik


(40)

Evaluasi Administrasi

EVALUASI ADMINISTRASI I

PEKERJAAN PENGECATAN GEDUNG LABTEK II INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

TAHUN ANGGARAN 2007

Sumber: data perusahaan, 2007.

EVALUASI ADMINISTRASI II

PEKERJAAN PENGECATAN GEDUNG LABTEK II INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

TAHUN ANGGARAN 2007


(41)

Hasil Evaluasi Penawaran Teknis dan Harga

HASIL EVALUASI PENAWARAN TEKNIS DAN HARGA I

PEKERJAAN PENGECATAN GEDUNG LABTEK II INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Sumber: data perusahaan, 2007.

Penetapan Peringkat Calon Pemenang Pelelangan


(42)

1 Hari = 7 jam kerja (pkl 08.00 – 16.00, istirahat pkl 12.00-13.00) Perhitungan rata-rata waktu pengerjaan aktivitas untuk tiap m²:  Pekerjaan pengerokan cat dinding eksterior LABTEK II:

1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 111,899 40 96 , 475 . 4  m²/hari

1 jam = 15,985

7 899 , 111 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,063jam 3,78menit 985 , 15 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengerokan cat dinding eksterior LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 3,78 menit.


(43)

 Pekerjaan pengecatan dinding eksterior LABTEK II: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 127,884 35 96 , 475 . 4  m²/hari

1 jam = 18,269

7 894 , 127 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,05473jam 3,284menit

269 , 18 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan dinding eksterior LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 3,284 menit.

 Pekerjaan pengecatan plafond LABTEK II: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 108,563 28 77 , 039 . 3  m²/hari

1 jam = 15,509

7 563 , 108 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,06447jam 3,868menit

509 , 15 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan plafond LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 3,868 menit.

 Pekerjaan pengecatan besi LABTEK II: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 11,488 27

20 , 310

 m²/hari

1 jam = 1,641

7 488 , 11 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,6093jam 36,557menit

641 , 1 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan besi LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 36,557 menit.


(44)

 Pekerjaan pemasangan buffer asbes LABTEK II: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 6

7 00 , 42

 m²/hari

1 jam = 0,857

7 6 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,166jam 70menit

857 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan buffer asbes LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 70 menit.

 Pekerjaan pemasangan plafond GRC LABTEK II: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 0,75 4

00 , 3

 m²/hari

1 jam = 0,107

7 75 , 0 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 9,346jam 560menit

107 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan plafond GRC LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 560 menit.

 Pekerjaan pemasangan listplank GRC LABTEK II: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 1,125 4

50 , 4

 m²/hari

1 jam = 0,1607

7 125 , 1 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 6,222jam 373,333menit

1607 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan listplank GRC LABTEK II membutuhkan rata-rata waktu 373,333 menit.


(45)

 Pekerjaan pengerokan cat dinding eksterior Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 87,671

28 78 , 454 . 2  m²/hari

1 jam = 12,524

7 671 , 87 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,07984jam 4,791menit

524 , 12 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengerokan cat dinding eksterior Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 4,791 menit.

 Pekerjaan pengecatan dinding eksterior Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 68,776

36 96 , 475 . 2  m²/hari

1 jam = 9,825

7 776 , 68 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,10178jam 6,15menit

825 , 9 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan dinding eksterior Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 6,15 menit.

 Pekerjaan pengecatan dinding carport Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 38,404 21

50 , 806

 m²/hari

1 jam = 5,486

7 404 , 38 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,1822jam 10,936menit

486 , 5 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan dinding carport Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 10,936 menit.


(46)

 Pekerjaan pengerokan cat plafond Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 65,24 12

89 , 782

 m²/hari

1 jam = 9,32

7 24 , 65 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,107jam 6,42menit

32 , 9 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengerokan cat plafond Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 6,42 menit.

 Pekerjaan pengecatan plafond Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 71,172 11

89 , 782

 m²/hari

1 jam = 10,167

7 172 , 71 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 0,098jam 5,88menit 167 , 10 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan plafond Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 5,88 menit.

 Pekerjaan pengecatan besi Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 4,083 14

17 , 57

 m²/hari

1 jam = 0,583

7 083 , 4 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,715jam 102,851menit

583 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan besi Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 102,851 menit.


(47)

 Pekerjaan pengecatan listplank Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 6,3035 14

25 , 88

 m²/hari

1 jam = 0,9005

7 3035 , 6 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,11jam 66,628menit

9005 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengecatan listplank Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 66,628 menit.

 Pekerjaan pemasangan dinding partisi Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 0,549 7

84 , 3

 m²/hari

1 jam = 0,07842

7 549 , 0 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 12,75jam 765,625menit 07842 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan dinding partisi Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 765,625 menit.

 Pekerjaan bongkar dan pasang seng talang Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 2,142 14

00 , 30

 m²/hari

1 jam = 0,306

7 142 , 2 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 3,267jam 196menit

306 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan bongkar dan pasang seng talang Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 196 menit.


(48)

 Pekerjaan pengasaran dak beton Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 4,36 10

60 , 43

 m²/hari

1 jam = 0,622

7 36 , 4 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,607jam 96,42menit

622 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pengasaran dak beton Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 96,42 menit.

Pekerjaan pemasangan waterproofing + plesteran Bengkel Mesin: 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 4,36 10

60 , 43

 m²/hari

1 jam = 0,622

7 36 , 4 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,607jam 96,42menit 622 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan waterproofing + plesteran Bengkel Mesin membutuhkan rata-rata waktu 96,42 menit.

 Pekerjaan bongkar seng talang (penerbangan): 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 5,1428 14

00 , 72

 m²/hari

1 jam = 0,7346

7 1428 , 5 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,361jam 81,667menit

7346 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan bongkar seng talang (penerbangan) membutuhkan rata-rata waktu 81,667 menit.


(49)

 Pekerjaan pemasangan seng talang (penerbangan): 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 5,1428 14

00 , 72

 m²/hari

1 jam = 0,7346

7 1428 , 5 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,361jam 81,667menit

7346 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan seng talang (penerbangan) membutuhkan rata-rata waktu 81,667 menit.

 Pekerjaan pemasangan sealent (lab kimia): 1 hari =

Hari jaan pe

Volume ker

= 5

6 00 , 30

 m²/hari

1 jam = 0,714

7 5 1 ker 1 ker   hari ja jam hari jaan pe volume m²/jam

1 m² = jam 1,4jam 84menit 714 , 0 1   /m²

Jadi, tiap 1 m² pada pekerjaan pemasangan sealent (lab kimia) membutuhkan rata-rata waktu 84 menit.


(50)

(51)

Denah Lantai 2 LABTEK II


(52)

Denah Lantai 3 LABTEK II


(53)

Denah Lantai 4 LABTEK II


(54)

Denah Lantai 5 LABTEK II


(55)

Denah Lantai 1 LAB. Mesin


(56)

Denah Lantai 2 LAB. Mesin


(57)

1.1. Latar Belakang Masalah

Proyek konstruksi bukanlah pekerjaan rutin yang berulang-ulang, tetapi merupakan pekerjaan yang bersifat unik. Keunikan dari proyek konstruksi, yaitu tidak ada proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis, proyek bersifat sementara, dan selalu melibatkan kelompok kerja dan lingkungan (kondisi) yang berbeda-beda. CV. Teknik Perkasa yang berlokasi di Antapani adalah perusahaan swasta yang bergerak di dalam bidang jasa konstruksi sipil, dan termasuk grade 2 (mampu mengerjakan proyek dengan biaya dari Rp 0,00 - Rp 300.000.000,00). Perusahan ini berdiri sejak tahun 2005. Sampai tahun 2007, CV. Teknik Perkasa telah memiliki pengalaman menangani ± 17 paket pekerjaan di Bandung dan Karawaci, Tangerang.

Untuk mendapat hasil pekerjaan yang maksimal, maka diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian waktu, biaya, dan tenaga kerja terhadap pekerjaan yang dilakukan dengan menyusun rencana pekerjaan. Dari rencana pekerjaan yang dibuat, diharapkan target perusahaan dapat tercapai yaitu ketepatan waktu penyelesaian proyek dengan biaya yang seminimal mungkin, serta penggunaan jumlah tenaga kerja yang stabil (tidak banyak keluar masuk pekerja).

Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah metoda rencana pekerjaan yang saat ini diterapkan yaitu diagram batang, tidak dapat digunakan untuk mengatur flutuasi tenaga kerja dan pembiayaan, akibatnya perusahaan mendapat kesulitan didalam pengawasan tenaga kerja dan pembiayaan. Oleh karena itu, perusahaan ingin mengetahui metoda perencanaan pekerjaan yang paling efisien, sehingga proyek bisa diselesaikan secara tepat waktu dengan jumlah tenaga kerja dan penyediaan dana yang efisien. Pembuatan standar biaya


(58)

kerja, juga merupakan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, perusahaan mendapat kesulitan dalam menggambarkan aktivitas yang berulang dan tumpang tindih. Apabila aktivitas yang berulang dan tumpang tindih tidak digambarkan secara terperinci, dikhawatirkan dapat terjadi keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan pada proyek yang akan datang. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian pada metoda rencana pekerjaan perusahaan untuk membuat metoda rencana pekerjaan yang lebih efisien.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan, maka masalah yang terjadi di perusahaan ini adalah:

1. Pengaturan flutuasi tenaga kerja dan pembiayaan. 2. Metoda rencana pekerjaan yang lebih efisien.

3. Penggambaran aktivitas yang berulang dan tumpang tindih. 4. Pembuatan standar biaya kerja.

1.3. Pembatasan Masalah dan Asumsi

Penulis membatasi dan mengasumsikan masalah-masalah yang dibahas dalam laporan ini dengan harapan tidak akan terjadi penyimpangan dari tujuannya. Batasan yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan hanya meliputi analisis penerapan manajemen proyek yang berkaitan dengan waktu penyelesaian proyek, tenaga kerja, dan pembiayaan. Sedangkan mutu tidak dimasukkan dalam pembahasan disini.

2. Proyek yang dibahas hanya pada Pekerjaan Pengecatan Gedung Labtek II dan Bengkel Mesin ITB (Institut Teknologi Bandung).

3. Permasalahan yang dibahas meliputi pengaturan flutuasi tenaga kerja dan pembiayaan, metoda rencana pekerjaan yang lebih efisien, dan penggambaran aktivitas berulang dan tumpang tindih. Sedangkan pembuatan standar biaya kerja tidak dimasukkan dalam pembahasan disini.


(59)

Asumsi yang digunakan penulis adalah:

1. Perubahan-perubahan yang tidak dapat diramalkan seperti harga bahan-bahan dan bunga bank, tidak dimasukkan dalam pembahasan disini. Walaupun ada kemungkinan timbul perubahan, tidak akan dibahas secara khusus.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi perusahaan, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah metoda rencana pekerjaan yang saat ini diterapkan di perusahaan?

2. Bagaimanakah metoda rencana pekerjaan yang lebih baik di perusahaan? 3. Keuntungan seperti apakah yang didapat perusahaan dengan menggunakan

metoda yang diusulkan?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui metoda rencana pekerjaan yang saat ini digunakan oleh perusahaan.

2. Mencari alternatif metoda rencana pekerjaan yang dapat diterapkan oleh perusahaan.

3. Mengemukakan keuntungan yang di dapat perusahaan dengan menggunakan metoda yang diusulkan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat meminimasi waktu keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan proyek.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah yang dihadapi, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah


(60)

yang digunakan agar permasalahan yang diamati tidak terlalu besar ruang lingkupnya, serta sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan digunakan sebagai dasar pemikiran penulis dalam memecahkan permasalahan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini, agar penelitian yang dilakukan lebih terstruktur dan terarah.

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

Bab ini berisi data–data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis.

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Bab ini berisi pengolahan data yang telah ada yang disesuaikan dengan teori yang ada. Serta analisis terhadap hasil yang diperoleh dalam pengolahan data dan membandingkannya dengan teori yang telah didapat.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberi saran-saran yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perusahaan.


(61)

6.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Metoda rencana pekerjaan yang diterapkan di perusahaan saat ini yaitu dengan

menggunakan diagram batang, dapat digunakan untuk melihat waktu mulai dan

selesai proyek. Tetapi diagram batang tidak memberikan gambaran secara

spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain.

Akibatnya, apabila terjadi perubahan dalam suatu aktivitas, maka sulit untuk

melakukan perbaikan.

Berdasarkan metoda rencana pekerjaan yang diterapkan di perusahaan saat ini

diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 60 hari. Total biaya ACWP yang

dibutuhkan untuk penyelesaian proyek adalah Rp 111.182.197,00 dan total biaya

BCWS adalah Rp 158.831.710,00. Jumlah maksimal biaya ACWP yang

diperlukan per hari adalah Rp 3.652.056,37. Jumlah maksimal biaya BCWS yang

diperlukan per hari pada metoda rencana pekerjaan perusahaan adalah Rp

5.217.223,38.

Histogram tenaga kerja yang disusun dari hasil pengumpulan data pada metoda

diagram batang diperoleh hasil, bahwa histogram tidak smooth. hal ini

menunjukkan bahwa banyak terjadi keluar masuk pekerja pada pelaksanaan

proyek. Jumlah maksimal tenaga kerja yang diperlukan per hari pada metoda

rencana pekerjaan perusahaan adalah 134 tenaga kerja.


(62)

Pada metoda rencana pekerjaan pekerusahaan, terjadi 10 kali perekrutan dan 11

kali pelepasan tenaga kerja. Total biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam

perekrutan dan pelepasan tenaga kerja adalah Rp Rp 525.000,00.

2. Metoda rencana pekerjaan yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan adalah

dengan penerapan concurrent engineering pada jaringan kerja metoda AON

(Activity On Node). Pada concurrent engineering digambarkan kejelasan

mengenai hubungan yang tumpang tindih dan saling berulang, sehingga menjadi

sebuah aktivitas penggabungan yang dapat dimasukkan kedalam AON.

Berdasarkan jaringan kerja yang telah disusun, diperoleh hasil bahwa kurun

waktu penyelesaian kegiatan yang berlangsung dalam proyek adalah 60 hari,

sedangkan kegiatan kritis adalah kegiatan 13 dengan slack 0. Artinya, apabila

terjadi penundaan waktu dikegiatan 13, akan mempengaruhi waktu penyelesaian

keseluruhan proyek.

Total biaya ACWP yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek adalah Rp adalah

Rp 111.182.197,00 dan total biaya BCWS adalah Rp158.831.710,00. Jumlah

maksimal biaya ACWP yang diperlukan per hari pada jaringan kerja metoda

AON adalah Rp 2.643.036,09. Jumlah maksimal biaya BCWS yang diperlukan

per hari pada jaringan kerja metoda AON adalah Rp 3.775.765,85. Jumlah

maksimal biaya ACWP dan BCWS yang diperlukan per hari pada metoda AON

lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan perusahaan.

Pada metoda activity on node (AON), terjadi 2 kali perekrutan dan 7 kali

pelepasan tenaga kerja. Maka total biaya yang dibutuhkan dalam perekrutan dan

pelepasan tenaga kerja adalah Rp 225.000,00. Total biaya perekrutan dan

pelepasan tenaga kerja pada metoda activity on node (AON), lebih kecil daripada

metoda rencana pekerjaan perusahaan.

Pada jaringan kerja metoda AON (Activity On Node) diperoleh hasil bahwa

barchart dan histogram tenaga kerjanya smooth. Hal ini menunjukkan tidak

banyak terjadi keluar masuk pekerja, pada pelaksanaan proyek. Jumlah maksimal


(63)

tenaga kerja yang diperlukan per hari pada jaringan kerja metoda AON adalah 86

tenaga kerja. Jumlah maksimal tenaga kerja yang diperlukan per hari pada

jaringan kerja metoda AON lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan

perusahaan.

3. Keuntungan yang di dapat perusahaan dengan menggunakan metoda yang baru

adalah perusahaan dapat melihat kejelasan mengenai hubungan saling

ketergantungan antar kegiatan yang berlangsung dalam proyek, dan

menggabungkannya sehingga membuat penyelesaian suatu proyek menjadi lebih

cepat. Selain itu, perusahaan juga dapat merencanakan tenaga kerja dan

penyediaan dana dengan lebih efisien.

6.2.

Saran

Penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan.

1. Sebaiknya perusahaan menerapkan concurrent engineering pada jaringan kerja

metoda AON (Activity On Node), didalam penyusunan metoda rencana pekerjaan

perusahaan

sebagai

upaya

mencegah terjadinya

keterlambatan dalam

penyelesaian proyek.

Saran untuk penelitian selanjutnya:

1.

Agar perhitungan dan pembuatan metoda rencana pekerjaan tidak terlalu rumit,

maka sebaiknya digunakan software yang dapat mempermudah perhitungan.

2.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis di lapangan maka saran yang

diberikan untuk penelitian berikutnya adalah kalau ada kegiatan tumpang tindih

dan berulang didalam pelaksanaan proyek, maka sebaiknya menggunakan

concurrent engineering.


(64)

USULAN PENERAPAN CONCURRENT ENGINEERING PADA

JARINGAN KERJA METODA AON

(ACTIVITY ON NODE)

(STUDI KASUS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI

CV.TEKNIK PERKASA BANDUNG)

PROPOSAL OF APPLYING CONCURRENT ENGINEERING

IN AON (ACTIVITY ON NODE) NETWORK METHOD

(CASE STUDY ON CONSTRUCTION PROJECT AT CV.

TEKNIK PERKASA BANDUNG)

Endang Wiwiet K.N1, Tulus P.Simbolon2 wiwit_31@yahoo.com

Abstrak

CV. Teknik Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak di dalam bidang jasa konstruksi sipil. Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah pengaturan flutuasi tenaga kerja dan pembiayaan, metoda rencana pekerjaan yang lebih efisien, dan penggambaran aktivitas berulang dan

tumpang tindih. Dalam rangka mencapai tujuan ini, penulis mencoba

mengusulkan metoda rencana pekerjaan dengan penerapan concurrent engineering pada jaringan kerja metoda Activity On Node (AON).

Dari penyusunan concurrent engineering pada jaringan kerja metoda Activity On Node (AON) diperoleh hasil bahwa kegiatan 13 (Pengecatan besi Bengkel Mesin) merupakan kegiatan kritis, dengan slack 0. Keuntungan menggunakan metoda yang diusulkan adalah perusahaan dapat merencanakan penyediaan dana dengan lebih efisien, yaitu jumlah maksimal biaya ACWP (Actual Cost of Work Performance) yang diperlukan per hari pada jaringan kerja metoda AON adalah Rp 2.643.036,09, dan BCWS (Budgeted Cost for Work Schedule) yang diperlukan per hari adalah Rp 3.775.765,85. Pada metoda rencana pekerjaan perusahaan, jumlah maksimal biaya ACWP yang diperlukan per hari adalah Rp 3.652.056,37, dan jumlah maksimal biaya BCWS yang diperlukan per hari adalah Rp 5.217.223,38. Jumlah maksimal biaya ACWP dan BCWS yang diperlukan per hari pada metoda AON lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat merencanakan tenaga kerja dengan lebih efisien, hal ini terlihat dari jumlah maksimal tenaga kerja yang diperlukan per hari pada proyek ini bisa ditekan dari 134 menjadi 86 tenaga kerja. Dengan demikian, metoda yang diusulkan dapat mempermudah perusahaan, didalam pengaturan dan pengawasan tenaga kerja dan pembiayaan.

Kata kunci: AON, concurrent engineering, efisiensi 1

Endang Wiwiet K.N adalah mahasiswa jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung.


(65)

Abstract

CV. Teknik Perkasa is a company working in civil construction service. Among the common problems faced by the company are financing and labor fluctuation arrangement, efficient workplanning, and also depicting recurrent and overlappping activities. In the effort of overcoming the problems, the writer proposed a work plan method applying concurrent engineering in Activity On Node (AON) network.

From the using of concurrent engineering in Activity On Node (AON) network, it could be concluded that Activity 13 (iron painting work for machinery workshop) was the most critical activity with 0 slack. The benefit of using the proposed method is that the company could provide more efficient funding, in this case achieveing maximum AON daily ACWP (Actual Cost of Work Performance) of Rp 2.643.036,09, and daily BCWS (Budgeted Cost for Work Schedule) of Rp 3.775.765,85. In the actual company work plan, the maximum ACWP needed every day was Rp 3.652.056,37 while the BCWS reached Rp 5.217.223,38. Thus, the maximum cost of ACWP and BCWS needed daily by using AON method is smaller than the company’s work plan. Furthermore, the company could also do more efficient labor planning. The maximum number of labors needed per day could be reduced from 134 to just 86 labors. To conclude, the proposed method provides the company the easiness in arranging and supervising their labors and finance.

keyword: AON, concurrent engineering, efficiency

1 Pendahuluan

Proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang bersifat unik. Keunikan tersebut ditampilkan dari tidak ada proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis, proyek bersifat sementara, dan selalu melibatkan kelompok kerja dan lingkungan (kondisi) yang berbeda-beda. CV. Teknik Perkasa adalah perusahaan yang bergerak di dalam bidang jasa konstruksi sipil.

Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah metoda rencana pekerjaan yang saat ini diterapkan yaitu diagram batang, tidak dapat digunakan untuk mengatur flutuasi tenaga kerja dan pembiayaan, akibatnya perusahaan mendapat kesulitan didalam pengawasan tenaga kerja dan pembiayaan. Oleh karena itu, perusahaan ingin mengetahui metoda perencanaan pekerjaan yang paling efisien, sehingga proyek bisa diselesaikan secara tepat waktu dengan jumlah tenaga kerja dan


(66)

kesulitan dalam menggambarkan aktivitas yang berulang dan tumpang tindih. Apabila aktivitas yang berulang dan tumpang tindih tidak digambarkan secara terperinci, dikhawatirkan dapat terjadi keterlambatan dalam penyelesaian kegiatan pada proyek yang akan datang.

2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Concurrent Engineering

Concurrent engineering adalah strategi bisnis yang menggantikan proses pengembangan produk tradisional, dimana tugas-tugas dikerjakan secara parallel dengan mempertimbangkan segala aspek pengembangan suatu produk. Strategi ini berfokus pada optimalisasi dan distribusi sumber daya suatu perusahaan dalam rangka menjamin proses pengembangan yang efektif dan efisien (16,1).

2.2 Work Breakdown Structure (WBS)

WBS adalah bagian perincian pekerjaan yang meliputi perlengkapan, tugas-tugas dan data yang dihasilkan dari usaha-usaha teknik proyek selama pengembangan dan pelaksanaan, dan mendefinisikan program secara menyeluruh. Struktur WBS menyerupai gambar piramida, dan posisi puncak mendefinisikan keseluruhan aktifitas pekerjaan. Posisi puncak ini adalah target atau sasaran yang harus dicapai dan disebut level 0. Level di bawahnya disebut level 1, yaitu deskripsi pekerjaan menjadi beberapa bagian jenis pekerjaan yang spesifik. Demikian level-level di bawahnya disebut level 2, 3, dan seterusnya (5,70).


(1)

5.6 Penyusunan Biaya Proyek pada Metoda Rencana Pekerjaan Perusahaan

Total biaya ACWP per hari adalah Rp 4.115.025,03. Total biaya BCWS per hari adalah Rp 5.878.607,188. Jumlah maksimal biaya ACWP yang diperlukan per hari pada metoda rencana pekerjaan perusahaan adalah Rp 3.652.056,37. Sedangkan jumlah maksimal biaya BCWS yang diperlukan per hari pada metoda rencana pekerjaan perusahaan adalah Rp 5.217.223,38.

5.7 Penyusunan Biaya berdasarkan Jaringan Kerja Metoda Activity On Node (AON)

Total biaya ACWP per hari adalah Rp 4.009.259,996. Total biaya BCWS per hari adalah Rp 5.727.514,28. Jumlah maksimal biaya ACWP yang diperlukan per hari pada adalah Rp 2.643.036,09. Jumlah maksimal biaya BCWS yang diperlukan per hari pada jaringan kerja metoda AON adalah Rp 3.775.765,85. Jumlah maksimal biaya

ACWP dan BCWS yang diperlukan per hari pada metoda AON

lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan perusahaan.

5.8 Biaya Pelepasan Tenaga Kerja

Pada metoda rencana pekerjaan pekerusahaan, terjadi 10 kali perekrutan dan 11 kali pelepasan tenaga kerja. Total biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam perekrutan dan pelepasan tenaga kerja adalah Rp 525.000,00. Sedangkan, pada metoda activity on node (AON), terjadi 2 kali perekrutan dan 7 kali pelepasan tenaga kerja. Maka total biaya yang dibutuhkan dalam perekrutan dan pelepasan tenaga kerja adalah Rp 225.000,00.

Berdasarkan perhitungan diatas, maka penerapan metoda activity on node (AON) pada proyek ini, mengeluarkan total biaya perekrutan


(2)

13

dan pelepasan tenaga kerja yang lebih kecil daripada metoda rencana pekerjaan perusahaan.

5.9 Seleksi Proyek

Kriteria seleksi proyek yang digunakan adalah ROI (Return On Investment). ROI > Bunga bank → 9.375% > 1% → Proyek layak diterima.

6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Metoda rencana pekerjaan yang diterapkan di perusahaan saat ini yaitu dengan menggunakan diagram batang, dapat digunakan untuk melihat waktu mulai dan selesai proyek, tetapi tidak dapat memberikan gambaran secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Akibatnya, apabila terjadi perubahan dalam suatu aktivitas, maka sulit untuk melakukan perbaikan.

2. Metoda rencana pekerjaan yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan adalah dengan penerapan concurrent engineering pada jaringan kerja metoda AON (Activity On Node). Pada concurrent engineering digambarkan kejelasan mengenai hubungan yang tumpang tindih dan saling berulang, sehingga menjadi sebuah aktivitas penggabungan yang dapat dimasukkan kedalam AON. 3. Keuntungan yang di dapat perusahaan dengan menggunakan

metoda yang baru adalah perusahaan dapat melihat kejelasan mengenai hubungan saling ketergantungan antar kegiatan yang berlangsung dalam proyek, dan menggabungkannya sehingga membuat penyelesaian suatu proyek menjadi lebih cepat. Selain itu,


(3)

perusahaan juga dapat merencanakan tenaga kerja dan penyediaan dana dengan lebih efisien.

7 Daftar Pustaka

1) Adieanto, Budi.; “Menyusun Program Komputer Untuk Analisa Manajemen Proyek Pada Pembangunan Kompleks Perumahan“, Laporan Tugas Akhir, 1987.

2) Asiyant.; ”Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi”, cetakan kesatu, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2005.

3) Dipohusodo, Istimawan.; ”Manajemen Proyek & Konstruksi”, jilid 1, Kasinius (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 1996.

4) Ervianto, Wulfram L.; ”Manajemen Proyek Konstruksi”, edisi revisi, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2005.

5) Ervianto, Wulfram L.; ”Teori - Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi”, edisi 1, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2004.

6) Gray, Clifford F.; “Project Management: The Managerial Process 3rd Edition”, The McGraw-Hill Companies, Inc., 2006.

7) Itpin.; “Concurrent engineering”, http://www.… tentang inovasi dan berpikir holistik»Blog Archive » ‘Concurrent engineering’.htm, 2007.

8) Morder, J.J., Philips C.R., Davis E.W.; “Project Management with CPM, PERTH and Precedence Diagramming”, Van Nostrand Reinhold Co., 1983.

9) Nicholas J.M.; “Project Management for Business and Engineering”, Pearson Education, Inc., 2004.

10) Pujawan, Nyoman.; “Perancangan Produk Baru dalam Perspektif

Supply Chain Management”,

http://www.centersom.org/wpblog/2005/08/09/, 2005.

11) Pusdatin.; “Pengawasan Alokasi Biaya Proyek Teknologi Informasi”, http://www.deptan.go.id, 2006.


(4)

15

12) Soeharto, Iman.; ”Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional)”, jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999.

13) Soeharto, Iman.; ”Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional)”, jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2001.

14) Sugiyono.; “Metode Penelitian Administrasi”, edisi ke-14, Alfabeta, Bandung, 2006.

15) Wirawan, Christina.; “Diktat Kuliah Ekonomi Teknik”, Bandung, 2007.

16) Ya, Wen.; “Concurrent engineering”, http://www.Strategies-Concurrent Engineering.htm, 1998.


(5)

1. Adieanto, Budi.; “Menyusun Program Komputer Untuk Analisa Manajemen Proyek Pada Pembangunan Kompleks Perumahan“, Laporan Tugas Akhir, 1987.

2. Asiyant.; ”Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi”, cetakan kesatu, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2005.

3. Dipohusodo, Istimawan.; ”Manajemen Proyek & Konstruksi”, jilid 1, Kasinius (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 1996.

4. Ervianto, Wulfram L.; ”Manajemen Proyek Konstruksi”, edisi revisi, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2005.

5. Ervianto, Wulfram L.; ”Teori - Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi”, edisi 1, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2004.

6. Gray, Clifford F.; “Project Management: The Managerial Process 3rd Edition”, The McGraw-Hill Companies, Inc., 2006.

7. Itpin.; “Concurrent engineering”, http://www.… tentang inovasi dan berpikir holistik»Blog Archive » ‘Concurrent engineering’.htm, 2007.

8. Morder, J.J., Philips C.R., Davis E.W.; “Project Management with CPM, PERTH and Precedence Diagramming”, Van Nostrand Reinhold Co., 1983. 9. Nicholas J.M.; “Project Management for Business and Engineering”,

Pearson Education, Inc., 2004.

10. Pujawan, Nyoman.; “Perancangan Produk Baru dalam Perspektif Supply Chain Management”, http://www.centersom.org/wpblog/2005/08/09/, 2005. 11. Pusdatin.; “Pengawasan Alokasi Biaya Proyek Teknologi Informasi”,

http://www.deptan.go.id, 2006.

12. Soeharto, Iman.; ”Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional)”, jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999.

13. Soeharto, Iman.; ”Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional)”, jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2001.


(6)

14. Sugiyono.; “Metode Penelitian Administrasi”, edisi ke-14, Alfabeta, Bandung, 2006.

15. Wirawan, Christina.; “Diktat Kuliah Ekonomi Teknik”, Bandung, 2007. 16. Ya, Wen.; “Concurrent engineering”, http://www.Strategies-Concurrent