Analisis Prevalensi dan Faktor Risiko Terjadinya Obstructive Sleep Apnea Dengan Kuesioner Berlin Pada Sekelompok Karyawan Di Jakarta.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

ANALISIS PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DENGAN KUESIONER BERLIN PADA

SEKELOMPOK KARYAWAN DI JAKARTA

Cynthia Natalia, 2010; Pembimbing I : dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP. Pembimbing II : Dr. Slamet Santosa, dr., M.Kes.

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas saat tidur dengan dengkuran yang keras serta berhentinya nafas dalam periode pendek. Tujuan studi ini untuk mengetahui prevalensi risiko terkena OSA dan faktor risikonya, serta mengetahui hubungan hasil kuesioner Berlin dengan snoring dan hasil Epworth Sleepiness Scale.

Penelitian ini bersifat prospektif observasional, metode survei, bersifat deskriptif dan analitik dengan metode statistik Fisher Exact. Sejumlah karyawan usia >30 tahun mengisi kuesioner Berlin dan Epworth Sleepiness Scale. Dari hasil kuesioner Berlin, 6 dari 46 orang (13,04%) berisiko tinggi tinggi terkena OSA, 1 wanita, 5 laki-laki; 33,33% (2/6) usia 30-39 tahun; 66,67 % (4/6) usia 40-49 tahun; 0 % usia 50-59 tahun; 0% BMI ≤ 18,5; 83,33 % (5/6) BMI 18,5-24,9; 0% BMI 25-29,9; 16,67 % (1/6) BMI >30; 50% (3/6) kelompok lingkar leher <37 cm, 33,33% (2/6) kelompok lingkar leher 37-48 cm, 16,67% (1/6) kelompok lingkar leher >48 cm; 1 snoring (-), 5 snoring (+); dan 1 tidak mengantuk, 5 mengantuk menurut hasil Epworth Sleepiness Scale.

Kesimpulannya, prevalensi risiko tinggi terkena OSA 13,04% dari total subjek penelitian, rasio pria : wanita adalah 5:1. Kelompok usia 40-49 tahun, kelompok BMI 18,5-24,9 dan kelompok ukuran lingkar leher <37 cm lebih berisiko tinggi terkena OSA daripada kelompok lainnya. Snoring sangat berhubungan dengan risiko tinggi OSA, dan hasil Epworth Sleepiness Scale tidak berhubungan dengan hasil kuesioner Berlin.

Kata Kunci : obstructive sleep apnea, snoring, kuesioner berlin, epworth sleepiness scale.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

ANALYSIS PREVALENCE AND RISK FACTORS OF OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA WITH BERLIN QUESTIONNAIRE ON A GROUP OF

EMPLOYEES IN JAKARTA

Cynthia Natalia, 2010; Tutor I: dr. J. Teguh Widjaja, SpP., FCCP. Tutor II: Dr. Slamet Santosa, dr., M. Kes.

Obstructive sleep apnea (OSA) is a breathing disorder during sleep which characterized by loud snoring and cessation of breathing in short. The purpose of this study to determine the risk prevalences and risk factors of OSA, and to know the comparation of Berlin questionnaire results with snoring and Epworth Sleepiness Scale results.

This study is a prospective observational, survey method, descriptive and analyzed by using Fisher Exact statistical method. A group of employees aged 30 years or older filled out questionnaires Berlin and Epworth Sleepiness Scale. From the results of the Berlin questionnaire, 6 of 46 people (13.04%) is classified as being at high-risk of OSA; 1 female, 5 male; 33,33% (2/6) of the 30-39 year age group; 66,67 % (4/6) of the 40-49 year age group; 0% of the 50-59 year age group; 0% of the BMI ≤ 18.5 group; 83,33 % (5/6) of the BMI 18,5-24,9 group; 0% of the BMI 25-29,9 group; 16,67 % (1/6) of the BMI >30 group; 50% (3/6) of the neckline <37 cm group, 33,33% (2/6) of the neckline 37-48 cm group, 16,67% (1/6) of the neckline >48 cm group; 1 snoring (-), 5 snoring (+); and 1 was not sleepy, 5 sleepy by Epworth Sleepiness Scale results.

In conclusion, risk prevalences of OSA affected 13.04% of the total subjects, the ratio men : women is 5:1. 40-49 year age group, the group of BMI 18,5-24,9 and the group of neckline <37 cm are more vulnerable of OSA than other groups. Snoring is associated with a high risk of OSA, and Epworth Sleepiness Scale results was not associated with the Berlin questionnaire results.

Keywords: obstructive sleep apnea, snoring, berlin questionnaire, epworth sleepiness scale.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL………. i

LEMBAR PERSETUJUAN……… ii

SURAT PERNYATAAN………... iii

ABSTRAK………. iv

ABSTRACT………... v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR GAMBAR……….xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Identifikasi Masalah ………..2

1.3 Maksud dan Tujuan ………...2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah………...3

1.5 Hipotesis………..……..3

1.6 Metodologi ………3

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………5

2.1 Tidur ………..5

2.1.1 Definisi Tidur………5

2.1.2 Fase Tidur ……….6

2.1.3 Efek Fisiologis Tidur ………8

2.1.4 Klasifikasi Gangguan Tidur ……….9

2.2 Sleep Apnea ……….10 2.3 Obstructive Sleep Apnea (OSA) ………..11


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.3.1 Definisi OSA ………11

2.3.2 Patofisiologi OSA ………...12

2.3.2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Atas ………12

2.3.2.2 Aktivitas Otot Dilator Saluran Pernafasan Atas Dan Reflek ………13

2.3.3 Gejala Klinis OSA ………..13

2.3.4 Faktor Risiko OSA ……….14

2.3.4.1 Obesitas ………15

2.3.4.2 Jenis Kelamin Pria ………16

2.3.4.3 Usia ………17

2.3.5 Komplikasi OSA ………19

2.3.6 Diagnosis OSA ………20

2.3.7 Penanganan OSA ………20

2.4 Polysomnography ………22

2.4.1 Kegunaan Polysomnography ………..22

2.4.2 Cara Kerja Polysomnography ……….22

2.4.3 Penilaian Hasil Polysomnography ………..23

2.4.4 Kekurangan Polysomnography ………..24

2.5 Kuesioner Berlin ………..25

2.6 Epworth Sleepiness Scale ………26

BAB III. BAHAN / SUBJEK DAN METODE PENELITIAN ………27

3.1 Bahan/Subjek Penelitian ………..27

3.1.1 Bahan Penelitian ………27

3.1.2 Subjek Penelitian ……….27

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ………28

3.2 Metode Penelitian ………28

3.2.1 Desain Penelitian ………28

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ……….28

3.2.3 Prosedur Kerja ………28


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.2.4.1 Kuesioner Berlin ………...29

3.2.4.2 Epworth Sleepiness Scale ……….30

3.2.5 Metode Analisis ………..30

3.2.6 Aspek Etik Penelitian ……….31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………33

4.1 Prevalensi Risiko Tinggi OSA Menurut Hasil Kuesioner Berlin....33

4.2 Pembagian Hasil Kuesioner Berlin Berdasarkan Kelompok Usia ..35

4.3 Pembagian Hasil Kuesioner Berlin Berdasarkan Kelompok BMI ..37

4.4 Pembagian Hasil Kuesioner Berlin Berdasarkan Kelompok Ukuran Lingkar Leher………..38

4.5 Hubungan Snoring dengan Hasil Kuesioner Berlin ………39

4.6 Hubungan Hasil Epworth Sleepiness Scale dengan Hasil Kuesioner Berlin ………...………41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………...43

5.1 Kesimpulan ….………..…………43

5.2 Saran ….………..43

DAFTAR PUSTAKA ………...44

LAMPIRAN ………..48


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas Menurut WHO………..16 Tabel 2.2 Hasil Skor Apnea-Hypopnea pada Pria dan Wanita pada Kelompok

Usia Tertentu……….19

Tabel 4.1 Prevalensi Risiko Tinggi OSA menurut Hasil Kuesioner Berlin...33 Tabel 4.2 Pembagian Hasil Kuesioner Berlin Berdasarkan Kelompok Usia…35 Tabel 4.3 Pembagian Hasil Kuesioner Berlin Berdasarkan Kelompok BMI…37 Tabel 4.4 Pembagian Hasil Kuesioner Berlin Berdasarkan Kelompok Ukuran Lingkar Leher...38 Tabel 4.5 Hubungan Snoring dengan Hasil Kuesioner Berlin………..39 Tabel 4.6 Hubungan Hasil Epworth Sleepiness Scale dengan Hasil Kuesioner


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Letak Supra Chiasmatic Nucleus ………...5 Gambar 2.2 Polysomnogram OSA dan CSA, Diikuti Arousal pada Keadaan Tidur Tipe Apnea Obstruktif (OSA) ……….11 Gambar 2.3 Saluran Nafas yang Terbuka dan yang Tersumbat ………....12 Gambar 2.4 Perbedaan AHI antara Pria dan Wanita dengan BMI yang Sesuai dengan Setiap Kuartil NHR ………...18 Gambar 2.5 Hasil Polysomnography, Ledakan Aktivitas Elektromiogram Direkam dari Kiri Otot Tibialis Anterior Disebabkan oleh Gerakan Periodik Tidur ………..24

Gambar 3.1 Meteran Kain……….27

Gambar 3.2 Timbangan Badan/Weight Scale………....27 Gambar 3.3 Statur Meter/Microtoise……….27


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan………...52

Lampiran 2 Kuesioner Berlin ………....53

Lampiran 3 Epworth Sleepiness Scale ………..56


(9)

Universitas Kristen maranatha Lampiran 1

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama lengkap :

Tanggal lahir :

Alamat :

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi narasumber dalam penelitian yang dilakukan oleh Cynthia Natalia, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, NRP : 0510025 yang bertempat di PT. PARAHITA SANU SETIA, Jakarta.

SURAT PERSETUJUAN INI SAYA BUAT DENGAN KESADARAN SAYA SENDIRI TANPA TEKANAN ATAUPUN PAKSAAN DARI MANAPUN.

Jakarta, ……….. 2009

ttd.


(10)

Universitas Kristen maranatha Lampiran 2

KUESIONER BERLIN

Nama : ___________________ Jenis Kelamin : ___ Umur : ___ Tempat, Tgl Lahir : ___________________

Alamat : _______________________________________________ Berat Badan : ____kg Tinggi Badan : ____cm Lingkar Leher : ___cm

Kategori 1 :

1. Apakah anda mendengkur ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu Jika anda mendengkur :

____________________________________________________________ ____________________________________________________________

2. Dengkuran anda ?

a. Sedikit lebih nyaring dari bunyi napas biasa (lauder than breathing)

b. Keras seperti bicara c. Lebih nyaring dari bicara

d. Sangat keras, dapat didengar dari ruangan yang bersebelahan

3. Berapa kali anda mendengkur ? a. Hampir setiap hari b. 3-4 kali seminggu c. 1-2 kali seminggu d. 1-2 kali sebulan


(11)

Universitas Kristen maranatha 4. Apakah dengkuran anda mengganggu orang lain ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

5. Apakah ada orang yang mengatakan bahwa anda berhenti bernafas saat tidur ?

a. Hampir setiap hari b. 3-4 kali seminggu c. 1-2 kali seminggu d. 1-2 kali sebulan

e. Tidak pernah atau hampir tidak pernah

Kategori 2 :

6. Berapa sering anda merasa lelah atau tidak fit stelah bangun tidur ? a. Hampir setiap hari

b. 3-4 kali seminggu c. 1-2 kali seminggu d. 1-2 kali sebulan

e. Tidak pernah atau hampir tidak pernah

7. Pada saat beraktivitas, apakah anda merasa lelah dan tidak segar ? a. Hampir setiap hari

b. 3-4 kali seminggu c. 1-2 kali seminggu d. 1-2 kali sebulan

e. Tidak pernah atau hampir tidak pernah

8. Apakah anda pernah terkantuk-kantuk atau tertidur saat mengemudi ? a. Ya


(12)

Universitas Kristen maranatha 9. Berapa sering hal tersebut terjadi ?

a. Hampir setiap hari b. 3-4 kali seminggu c. 1-2 kali seminggu d. 1-2 kali sebulan

e. Tidak pernah atau hampir tidak pernah

Kategori 3 :

10.Apakah tekanan darah anda tinggi ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu


(13)

Universitas Kristen maranatha Lampiran 3

EPWORTH SLEEPINESS SCALE :

Score :

1 : Tidak mungkin mengantuk

2 : Kemungkinan sedikit untuk mengantuk 3 : Kemungkinan sedang untuk mengantuk 4 : Sangat mungkin untuk mengantuk

No. Keadaan Kemungkinan Score

1 Duduk dan membaca 2 Menonton TV

3 Duduk diam di area publik

4 Menjadi penumpang kendaraan selama 1 jam lebih 5 Berbaring pada siang hari

6 Duduk pada siang hari dan berbicara pada seseorang 7 Duduk diam setelah makan siang

8 Berhenti pada lampu lalu lintas selama beberapa saat Nilai Total (Nilai Epworth)


(14)

Universitas Kristen maranatha Lampiran 4

HASIL PENELITIAN

NO USIA JK TB BB LH TD BMI Hasil Berlin Skor Epworth Hasil Epworth Snoring 1 33 W 149,5 77 36 120/80 34,45 resiko rendah 10 mengantuk - 2 51 P 169 54 35 106/80 18,91 resiko rendah 19 sangat mengantuk + 3 48 W 155 66 35 140/100 27,47 resiko rendah 15 mengantuk - 4 39 P 160 59 36 140/96 23,05 resiko tinggi 13 mengantuk + 5 37 W 161 63 34 110/86 24,30 resiko rendah 16 mengantuk - 6 40 P 162,5 51 34 110/70 19,31 resiko rendah 15 mengantuk - 7 41 W 153 55 33 120/80 23,50 resiko rendah 14 mengantuk + 8 49 W 147 47 34 120/80 21,75 resiko rendah 17 mengantuk - 9 32 P 167,5 54 37 110/70 19,25 resiko rendah 18 sangat mengantuk - 10 37 W 151 54 36 110/80 23,68 resiko rendah 16 mengantuk - 11 38 W 149,5 42 31 140/90 18,79 resiko rendah 9 tidak mengantuk - 12 31 W 148,5 64 36 120/80 29,02 resiko rendah 11 mengantuk - 13 34 W 150 48 32 110/80 21,33 resiko rendah 8 tidak mengantuk - 14 42 W 157 61 36 110/70 24,75 resiko rendah 8 tidak mengantuk + 15 39 W 161 58 36 104/76 22,38 resiko rendah 13 mengantuk -


(15)

Universitas Kristen maranatha

16 30 W 152,5 56 33 100/68 24,08 resiko rendah 14 mengantuk - 17 38 W 153 54 36 110/70 23,07 resiko rendah 14 mengantuk - 18 36 W 162 61 33 110/68 23,24 resiko rendah 14 mengantuk - 19 41 P 170 56 38 116/80 19,38 resiko rendah 18 sangat mengantuk - 20 43 W 160 75 34 120/90 29,30 resiko rendah 14 mengantuk - 21 30 W 152 45 32 110/68 19,48 resiko rendah 13 mengantuk - 22 34 W 153 55 36 110/70 23,50 resiko rendah 18 sangat mengantuk - 23 38 W 152 50 33 90/56 21,64 resiko rendah 12 mengantuk - 24 31 W 152 62 34 110/60 26,84 resiko rendah 19 sangat mengantuk + 25 43 W 150 49 31 126/80 21,78 resiko rendah 9 tidak mengantuk + 26 33 W 122 50 31 100/60 33,59 resiko rendah 13 mengantuk - 27 34 W 156 51 33 100/70 20,96 resiko rendah 15 mengantuk + 28 34 W 162 50 33 120/86 19,05 resiko rendah 14 mengantuk - 29 44 P 163 65 38 140/100 24,46 resiko tinggi 16 mengantuk + 30 34 W 157 54 32 120/80 21,91 resiko rendah 10 mengantuk - 31 43 W 161 55 33 130/100 21,22 resiko tinggi 14 mengantuk - 32 42 W 160 49 34 110/70 19,14 resiko rendah 13 mengantuk - 33 37 W 156 53 31 108/80 21,78 resiko rendah 11 mengantuk - 34 34 W 161,5 51 31 110/76 19,55 resiko rendah 13 mengantuk - 35 30 W 168 78 35 120/80 27,64 resiko rendah 8 tidak mengantuk +


(16)

Universitas Kristen maranatha

36 32 P 165 71 38 110/70 26,08 resiko rendah 17 mengantuk - 37 40 P 171 49 31 100/68 16,76 resiko rendah 11 mengantuk - 38 40 P 169,5 56 35 104/66 19,49 resiko rendah 9 tidak mengantuk - 39 32 P 167 55 35 110/70 19,72 resiko rendah 12 mengantuk - 40 42 P 167 71 38 120/80 25,46 resiko tinggi 14 mengantuk + 41 42 P 167 59 36 120/80 21,16 resiko rendah 8 tidak mengantuk - 42 34 P 171 115 49 126/94 39,33 resiko tinggi 8 tidak mengantuk + 43 36 P 159 45 35 100/60 17,80 resiko rendah 10 mengantuk - 44 41 P 167 57 36 120/90 20,44 resiko tinggi 10 mengantuk + 45 34 W 156 60 34 100/80 24,65 resiko rendah 16 mengantuk + 46 31 P 162 45 33 116/80 17,15 resiko rendah 9 tidak mengantuk +

Keterangan :

JK = Jenis Kelamin P = Pria

W = Wanita TB = Tinggi Badan BB = Berat Badan LH = Lingkar Leher

TD = Tekanan Darah BMI = Body Mass Index Snoring (+) = Mendengkur Snoring (-) = Tidak Mendengkur


(17)

Universitas Kristen maranatha RIWAYAT HIDUP

Nama : Cynthia Natalia

NRP : 0510025

Tempat dan Tanggal Lahir : Slawi, 18 Juni 1988

Alamat : Jl. Layur No. 69, Tegal

Riwayat Pendidikan :

1. TK Binladik II, Tegal. Lulus tahun 1993.

2. SDN Mintaragen 5, Tegal. (Kelas 1-3) Tahun 1993-1996. 3. SD Pius, Tegal. (Kelas 4-6) Tahun 1996-lulus tahun 1999. 4. SMP Pius, Tegal. Lulus tahun 2002.

5. SMA Pius, Tegal. Lulus tahun 2005.

6. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung. 2005-sekarang.


(18)

1 Universitas Kristen maranatha 1.1Latar Belakang

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas yang dialami pada saat tidur dengan penyebab yang masih tidak jelas. Sebagian besar pasien mengalami obstruksi di palatum molle dan meluas ke daerah pangkal lidah. Di daerah ini tidak ada bagian yang keras, seperti kartilago atau tulang, sehingga otot-ototlah yang menjaga agar saluran ini tetap terbuka. Pada saat penderita OSA tertidur, otot-otot daerah ini mengalami relaksasi ke tingkat dimana saluran nafas ini menjadi kolaps dan terjadi obstruksi (Chung F., et al., 2008).

Ketika saluran nafas tertutup, penderita berhenti bernafas, dan penderita akan berusaha terbangun dari tidurnya supaya saluran nafas dapat kembali terbuka. Proses terbangun dari tidur ini biasanya hanya berlangsung beberapa detik, tetapi dapat menganggu irama tidur yang berkesinambungan. Dan juga dapat menghalangi seseorang masuk ke dalam tingkat tidur yang dalam, seperti rapid eye movement (REM) sleep. Tidak dapatnya seseorang masuk ke tingkat tidur yang dalam dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang, seperti mengantuk sepanjang hari, penurunan daya ingat, erectile dysfunction (impotensi), depresi, dan perubahan kepribadian. (Swierzewski S.J., 2000).

Penelitian menunjukkan OSA berhubungan dengan risiko tinggi kecelakaan lalu lintas, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. OSA juga merupakan faktor risiko utama yang merugikan pada masa perioperative. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi pasien dengan OSA sebagai langkah pertama mencegah komplikasi post operatif yang berkaitan dengan OSA. (Chung F., et al., 2008).

Ada beberapa metode untuk mendiagnosis OSA, antara lain Overnight polysomnography (PSG) yang menjadi standar paling baik. Akan tetapi metode diagnosis ini membutuhkan biaya mahal dan waktu pemeriksaan lama. Oleh karena itu, untuk efektifitas dikembangkan metode lain untuk mengukur risiko


(19)

Universitas Kristen maranatha terjadinya OSA, antara lain Epworth Sleepiness Scale dan kuesioner Berlin. (Chung F., et al., 2008).

Dari hasil penelitian di India yang menguji validitas kuesioner Berlin untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko terkena OSA, kuesioner ini dinilai lebih mudah digunakan dan lebih akurat, karena dengan kuesioner ini dapat dibedakan orang-orang yang berisiko tinggi dan berisiko rendah terkena OSA, dan juga internal reliability-nya baik karena jawaban dari tiap kuesioner dinilai per kategori. (Sharma S.K., et al., 2006).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai prevalensi dan faktor risiko terjadinya OSA, seperti usia, BMI dan snoring dengan menggunakan Kuesioner Berlin, serta mengetahui hubungan hasil kuesioner Berlin dengan hasil Epworth Sleepiness Scale.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, identifikasi masalah ini adalah :

1) Berapa prevalensi orang yang berisiko tinggi terkena OSA berdasarkan hasil kuesioner Berlin.

2) Jenis kelamin mana yang lebih banyak berisiko tinggi terkena OSA. 3) Kelompok usia mana yang paling banyak berisiko tinggi terkena OSA. 4) Kelompok BMI mana yang paling banyak berisiko tinggi terkena OSA. 5) Kelompok lingkar leher mana yang paling banyak berisiko tinggi terkena

OSA.

6) Bagaimana hubungan snoring dengan hasil kuesioner Berlin.

7) Bagaimana hubungan hasil Epworth Sleepiness Scale dengan hasil kuesioner Berlin.

1.3Maksud dan Tujuan


(20)

Universitas Kristen maranatha Tujuan penelitian : mengetahui prevalensi risiko terjadinya Obstructive Sleep

Apnea, mengetahui jenis kelamin, kelompok usia, kelompok BMI dan kelompok lingkar leher mana yang lebih berisiko tinggi terkena OSA, serta mengetahui hubungan hasil kuesioner Berlin dengan snoring dan hasil Epworth Sleepiness Scale.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademis :

Menambah wawasan dunia kedokteran mengenai Obstructive Sleep Apnea terutama mengenai prevalensi dan faktor risikonya, dan hubungan hasil kuesioner Berlin dengan snoring dan hasil Epworth Sleepiness Scale.

Manfaat praktis :

Membantu karyawan untuk lebih mengetahui tentang Obstructive Sleep Apnea, serta dapat membantu mereka mengetahui apakah mereka berisiko terkena OSA, sehingga dapat mengantisipasi secara dini dan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

1.5Hipotesis

Untuk masalah 6 dan 7, hipotesisnya adalah : snoring berhubungan dengan hasil kuesioner Berlin dan hasil Epworth Sleepiness Scale berhubungan dengan hasil kuesioner Berlin.

1.6Metodologi

Penelitian ini bersifat observasional deskriptif untuk menjawab masalah 1, 2, 3, 4, dan 5. Metode yang digunakan adalah survei dengan pembagian kuesioner Berlin dan Epworth Sleepiness Scale kepada sekelompok karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Dari data tersebut dapat diketahui apakah seseorang berisiko tinggi terkena OSA atau tidak, kelompok usia dan kelompok BMI mana


(21)

Universitas Kristen maranatha yang paling berisiko terkena OSA. Untuk masalah 6 dan 7 digunakan desain observasional analitik dengan menganalisis hubungan hasil kuesioner Berlin dengan snoring dan hasil Epworth Sleepiness Scale mengunakan metode statistik Fisher Exact.

Lokasi penelitian dipilih di perusahaan ini karena perusahaan ini adalah milik salah satu keluarga penulis, sehingga mempermudah dalam melakukan penelitian.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu perusahaan di Jakarta selama bulan Februari-Desember 2009.


(22)

44 Universitas Kristen maranatha 5.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan hasil kuesioner Berlin, didapatkan prevalensi risiko tinggi terkena OSA adalah 13,04%.

2) Risiko terkena OSA lebih banyak dijumpai pada pria daripada wanita, yaitu 5 kali lebih banyak.

3) Kelompok usia 40-49 tahun lebih berisiko tinggi terkena OSA dibandingkan dengan kelompok usia yang lainnya.

4) Kelompok dengan BMI 18,5-24,9 lebih berisiko tinggi terkena OSA dibandingkan dengan kelompok BMI lainnya.

5) Kelompok dengan lingkar leher <37 cm lebih berisiko tinggi terkena OSA dibandingkan dengan kelompok lingkar leher lainnya.

6) Snoring sangat berhubungan dengan risiko terkena OSA.

7) Hasil kuesioner Berlin tidak berhubungan dengan hasil Epworth Sleepiness Scale.

5.2 Saran

1) Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya digunakan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat, atau dapat juga dilakukan pada kelompok target.

2) Disarankan kepada perusahaan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut karyawan yang berisiko tinggi terhadap OSA.


(23)

44 Universitas Kristen maranatha

Ancoli-Israel S., Kripke D.F. 1991. Prevalent sleep problems in the aged. Biofeedback Self Regul, 16: 349-59.

Armon C. 2007. Polysomnography: overview and clinical application. http://emedicine.medscape.com/article/1188764-overview, 23 November 2009.

Askandar. 2009. Obesitas. PDE RS. Panti Rapih.

http://www.pantirapih.or.id/baru09/article_read.php?nid=6, October 2009. Chung F., Ward B., Ho J., Yuan H., Kayumov L., Shapiro C. 2007. Preoperative

identification of sleep apnea risk in elective surgical patients, using the berlin questionnaire. J Clin Anesth., 19(2):130-4.

Chung F., Yegneswaran B., Liao P., Chung S.A., Vairavanathan S., Islam S., et al. 2008. Validation of the berlin questionnaire and american society of anesthesiologists checklist as screening tools for obstructive sleep apnea in surgical patients. Anesthesiology, 5(108): 822-30.

_______. 2008. STOP questionnaire: a tool to screen patients for obstructive sleep apnea. Anesthesiology, 5(108): 812-21.

Dancey D.R., Hanly P.J., Soong C., Lee B., Hoffstein V. 2001. Impact of menopause on the prevalence and severity of sleep apnea. Chest; 120: 151-5. _______. 2003. Gender differences in sleep apnea : the role of neck

circumference. Chest, 5(123): 1544-50.

Davies R.J., Ali N.J., Stradling J.R. 1992. Neck circumference and other clinical features in the diagnosis of the obstructive sleep apnoea syndrome. Thorax, 47(2): 101-5.

Dorlans. 2007. Dorland's medical dictionary for healthcare consumers. Elsevier publication.


(24)

Universitas Kristen maranatha

Eckert D.J., Malhotra A. 2008. Pathophysiology of adult obstructive sleep apnea. The Proceedings of the American Thoracic Society 5:144-153.

Expert P.T. 2009. Sleeping well. Royal College of Psychiatrists. http://www.rcpsych.ac.uk/mentalhealthinformation/mentalhealthproblems/sle epproblems/sleepingwell.aspx, April 2009.

Felix. 2008. Misteri sleep apnea, tak hanya sekedar dengkuran. Farmacia, edisi Juli 2008, Hlm. 20., Vol.7, No.12.

Friedman N.R. 2007. Obstructive sleep apnea in children. http://www.sleepeducation.com/Disorder.aspx?id=71, 31 Agustus 2007. Gami A.S., Pressman G., Caples S., Kanagala R., Gard J.J., Davidson D.E., et al.

2004. Association of atrial fibrillation and obstructive sleep apnea. Circulation, 110(4)27: 364-367.

Guide B. 2009. Snoring affects 30 to 40 percent of people today. Artipot. http://www.artipot.com/articles/412562/snoring-affects-30-to-40-percent-of-people-today.htm. 13 Agustus 2009.

Guyton A.C., Hall J. E. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Editor : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Jasmin L. 2009. Polysomnography.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003932.htm, 28 Agustus 2009.

Ludwig B.A., Czervinske M.P., Mathews P.J., Gregg B.L., Mathewson J.A. OSA Polysomnography. University Cansas Medical Center. http://classes.kumc.edu/cahe/respcared/cybercas/sleepapnea/trenpoly.html Malhotra A., Huang Y., Fogel R., Lazic S., Pillar G., Jakab M., et al. 2006. Aging

influences on pharyngeal anatomy and physiology: the predisposition to pharyngeal collapse. Am J Med. 119(1): 72.e9–72.14.

Marin J.M., Carrizo S.J., Vicente E., Augusti A.G. 2000. Long-term cardiovascular outcomes in men with obstructive sleep apnoea-hypopnoea with or without treatment with continuous positive airway pressure: an observational study. Lancet 365:1046–53.


(25)

Universitas Kristen maranatha

National Institute of General Medical Science. 2008. Circadian Rhythms Fact Sheet.http://www.nigms.nih.gov/Publications/Factsheet_CircadianRhythms.ht m, 11 Desember 2009.

Netzer N.C., Stoohs R.A., Netzer C.M., Clark K., Strohl K.P. 1999. Using the berlin questionnaire to identify patients at risk for the sleep apnea syndrome. Ann Intern Med. 5:131(7):485-91.

Pillar G., Malhotra A., Fogel R., Beauregard J., Schnall R., White D.P. 2000. Airway mechanics and ventilation in response to resistive loading during sleep. Am. J. Respir. Crit. Care Med., 5(162): 1627-32.

Popovic M.R., White D.P. 1998. Upper airway muscle activity in normal women: influence of hormonal status. J Appl Physiol 84: 1055-1062, 8750-7587/98. Redline S., Kump K., Tishler P.V., Ferrette V. 1994. Gender differences in sleep

disordered breathing in a community-based sample. Am. J. Respir. Crit. Care Med 3(149): 722-26.

Ronen O., Malhotra A., Pillar G. 2007. Influence of gender and age on upper-airway length during development. PEDIATRICS 4(120): e1028-e1034 (doi:10.1542/peds.2006-3433).

Rosenthal L.D., Dolan D.C. 2008. The epworth sleepiness scale in the identification of obstructive sleep apnea. J Nerv Ment Dis 196(5): 429-31. Sharma S.K., Vasudev C., Sinha S., Banga A., Pandey R.M., Handa K.K. 2006.

Validation of the modified berlin questionnaire to identify patients at risk for the obstructive sleep apnoea syndrome. Indian J Med Res 124: 281-290. Sumardi, Barmawi H., Bambang S.R., Eko B. 2006. Buku ajar ilmu penyakit

dalam : sleep apnea (gangguan bernafas saat tidur). Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Swierzewski S. J. 2000. Sleep stages : overview, waking, non-REM, REM, sleep cycle, factors, age. http://www.sleepdisorderchannel.com/stages/index.shtml., 4 Desember 2007.

The American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons. 2006. Snoring and sleep apnea. http://www.aaoms.org/sleep_apnea.php.


(26)

Universitas Kristen maranatha

Thorpy M.J. 1990. ICSD - International classification of sleep disorders: diagnostic and coding manual. Diagnostic Classification Steering Committee. Rochester, Minnesota: American Sleep Disorders Association.

Weinreich G., Plein K., Teschler T., Resler J., Teschler H. 2006. [Is the berlin questionnaire an appropriate diagnostic tool for sleep medicine in pneumological rehabilitation?] Pneumologie 60(12): 737-42.

Weitz C. 1998. Molecular analysis of the mammalian circadian clock. http://www.hms.harvard.edu/armenise/symposia/symp2_1998/symp2_1998_n eurobiology.html. Department of Neurobiology, Harvard Medical School. Whittle A.T., Marshall I., Mortimore I.L., Wraith P.K., Sellar R.J., Douglas N.J.

1999. Neck soft tissue and fat distribution: comparison between normal men and women by magnetic resonance imaging. Thorax 54:323-328.

Wilder N.J. 2006. Obstructive sleep apnea.

http://www.sleepeducation.com/Disorder.aspx?id=7, 12 Januari 2006.

Winkelman J., Kotagal S., Olson E., Scammel T., Scheneck C., Spielman A., 2006. The international classification of sleep disorders, pocket version, diagnostic and coding manual. In : Nosology Committee of the American Academy of Sleep Medicine. Westchester, IL.

Young T., Palta M., Dempsey J., Skatrud J., Weber S., Badr S. 1993. The occurrence of sleep-disordered breathing among middle-aged adults. NEJM 7(328): 1230-35.

Young T., Skadrud J., Peppard P.E. 2004. Risk factors for obstructive sleep apnea in Adults. JAMA 291: 2013-16.


(1)

yang paling berisiko terkena OSA. Untuk masalah 6 dan 7 digunakan desain observasional analitik dengan menganalisis hubungan hasil kuesioner Berlin dengan snoring dan hasil Epworth Sleepiness Scale mengunakan metode statistik Fisher Exact.

Lokasi penelitian dipilih di perusahaan ini karena perusahaan ini adalah milik salah satu keluarga penulis, sehingga mempermudah dalam melakukan penelitian.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu perusahaan di Jakarta selama bulan Februari-Desember 2009.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan hasil kuesioner Berlin, didapatkan prevalensi risiko tinggi terkena OSA adalah 13,04%.

2) Risiko terkena OSA lebih banyak dijumpai pada pria daripada wanita, yaitu 5 kali lebih banyak.

3) Kelompok usia 40-49 tahun lebih berisiko tinggi terkena OSA dibandingkan dengan kelompok usia yang lainnya.

4) Kelompok dengan BMI 18,5-24,9 lebih berisiko tinggi terkena OSA dibandingkan dengan kelompok BMI lainnya.

5) Kelompok dengan lingkar leher <37 cm lebih berisiko tinggi terkena OSA dibandingkan dengan kelompok lingkar leher lainnya.

6) Snoring sangat berhubungan dengan risiko terkena OSA.

7) Hasil kuesioner Berlin tidak berhubungan dengan hasil Epworth Sleepiness Scale.

5.2 Saran

1) Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya digunakan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat, atau dapat juga dilakukan pada kelompok target.

2) Disarankan kepada perusahaan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut karyawan yang berisiko tinggi terhadap OSA.


(3)

Ancoli-Israel S., Kripke D.F. 1991. Prevalent sleep problems in the aged. Biofeedback Self Regul, 16: 349-59.

Armon C. 2007. Polysomnography: overview and clinical application. http://emedicine.medscape.com/article/1188764-overview, 23 November 2009.

Askandar. 2009. Obesitas. PDE RS. Panti Rapih. http://www.pantirapih.or.id/baru09/article_read.php?nid=6, October 2009. Chung F., Ward B., Ho J., Yuan H., Kayumov L., Shapiro C. 2007. Preoperative

identification of sleep apnea risk in elective surgical patients, using the berlin questionnaire. J Clin Anesth., 19(2):130-4.

Chung F., Yegneswaran B., Liao P., Chung S.A., Vairavanathan S., Islam S., et al. 2008. Validation of the berlin questionnaire and american society of anesthesiologists checklist as screening tools for obstructive sleep apnea in surgical patients. Anesthesiology, 5(108): 822-30.

_______. 2008. STOP questionnaire: a tool to screen patients for obstructive sleep apnea. Anesthesiology, 5(108): 812-21.

Dancey D.R., Hanly P.J., Soong C., Lee B., Hoffstein V. 2001. Impact of menopause on the prevalence and severity of sleep apnea. Chest; 120: 151-5. _______. 2003. Gender differences in sleep apnea : the role of neck

circumference. Chest, 5(123): 1544-50.

Davies R.J., Ali N.J., Stradling J.R. 1992. Neck circumference and other clinical features in the diagnosis of the obstructive sleep apnoea syndrome. Thorax, 47(2): 101-5.

Dorlans. 2007. Dorland's medical dictionary for healthcare consumers. Elsevier publication.


(4)

45

Eckert D.J., Malhotra A. 2008. Pathophysiology of adult obstructive sleep apnea. The Proceedings of the American Thoracic Society 5:144-153.

Expert P.T. 2009. Sleeping well. Royal College of Psychiatrists. http://www.rcpsych.ac.uk/mentalhealthinformation/mentalhealthproblems/sle epproblems/sleepingwell.aspx, April 2009.

Felix. 2008. Misteri sleep apnea, tak hanya sekedar dengkuran. Farmacia, edisi Juli 2008, Hlm. 20., Vol.7, No.12.

Friedman N.R. 2007. Obstructive sleep apnea in children. http://www.sleepeducation.com/Disorder.aspx?id=71, 31 Agustus 2007. Gami A.S., Pressman G., Caples S., Kanagala R., Gard J.J., Davidson D.E., et al.

2004. Association of atrial fibrillation and obstructive sleep apnea. Circulation, 110(4)27: 364-367.

Guide B. 2009. Snoring affects 30 to 40 percent of people today. Artipot. http://www.artipot.com/articles/412562/snoring-affects-30-to-40-percent-of-people-today.htm. 13 Agustus 2009.

Guyton A.C., Hall J. E. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Editor : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Jasmin L. 2009. Polysomnography.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003932.htm, 28 Agustus 2009.

Ludwig B.A., Czervinske M.P., Mathews P.J., Gregg B.L., Mathewson J.A. OSA Polysomnography. University Cansas Medical Center. http://classes.kumc.edu/cahe/respcared/cybercas/sleepapnea/trenpoly.html Malhotra A., Huang Y., Fogel R., Lazic S., Pillar G., Jakab M., et al. 2006. Aging

influences on pharyngeal anatomy and physiology: the predisposition to pharyngeal collapse. Am J Med. 119(1): 72.e9–72.14.

Marin J.M., Carrizo S.J., Vicente E., Augusti A.G. 2000. Long-term cardiovascular outcomes in men with obstructive sleep apnoea-hypopnoea with or without treatment with continuous positive airway pressure: an observational study. Lancet 365:1046–53.


(5)

National Institute of General Medical Science. 2008. Circadian Rhythms Fact Sheet.http://www.nigms.nih.gov/Publications/Factsheet_CircadianRhythms.ht m, 11 Desember 2009.

Netzer N.C., Stoohs R.A., Netzer C.M., Clark K., Strohl K.P. 1999. Using the berlin questionnaire to identify patients at risk for the sleep apnea syndrome. Ann Intern Med. 5:131(7):485-91.

Pillar G., Malhotra A., Fogel R., Beauregard J., Schnall R., White D.P. 2000. Airway mechanics and ventilation in response to resistive loading during sleep. Am. J. Respir. Crit. Care Med., 5(162): 1627-32.

Popovic M.R., White D.P. 1998. Upper airway muscle activity in normal women: influence of hormonal status. J Appl Physiol 84: 1055-1062, 8750-7587/98. Redline S., Kump K., Tishler P.V., Ferrette V. 1994. Gender differences in sleep

disordered breathing in a community-based sample. Am. J. Respir. Crit. Care Med 3(149): 722-26.

Ronen O., Malhotra A., Pillar G. 2007. Influence of gender and age on upper-airway length during development. PEDIATRICS 4(120): e1028-e1034 (doi:10.1542/peds.2006-3433).

Rosenthal L.D., Dolan D.C. 2008. The epworth sleepiness scale in the identification of obstructive sleep apnea. J Nerv Ment Dis 196(5): 429-31. Sharma S.K., Vasudev C., Sinha S., Banga A., Pandey R.M., Handa K.K. 2006.

Validation of the modified berlin questionnaire to identify patients at risk for the obstructive sleep apnoea syndrome. Indian J Med Res 124: 281-290. Sumardi, Barmawi H., Bambang S.R., Eko B. 2006. Buku ajar ilmu penyakit

dalam : sleep apnea (gangguan bernafas saat tidur). Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Swierzewski S. J. 2000. Sleep stages : overview, waking, non-REM, REM, sleep cycle, factors, age. http://www.sleepdisorderchannel.com/stages/index.shtml., 4 Desember 2007.

The American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons. 2006. Snoring and sleep apnea. http://www.aaoms.org/sleep_apnea.php.


(6)

47

Thorpy M.J. 1990. ICSD - International classification of sleep disorders: diagnostic and coding manual. Diagnostic Classification Steering Committee. Rochester, Minnesota: American Sleep Disorders Association.

Weinreich G., Plein K., Teschler T., Resler J., Teschler H. 2006. [Is the berlin questionnaire an appropriate diagnostic tool for sleep medicine in pneumological rehabilitation?] Pneumologie 60(12): 737-42.

Weitz C. 1998. Molecular analysis of the mammalian circadian clock. http://www.hms.harvard.edu/armenise/symposia/symp2_1998/symp2_1998_n eurobiology.html. Department of Neurobiology, Harvard Medical School. Whittle A.T., Marshall I., Mortimore I.L., Wraith P.K., Sellar R.J., Douglas N.J.

1999. Neck soft tissue and fat distribution: comparison between normal men and women by magnetic resonance imaging. Thorax 54:323-328.

Wilder N.J. 2006. Obstructive sleep apnea.

http://www.sleepeducation.com/Disorder.aspx?id=7, 12 Januari 2006.

Winkelman J., Kotagal S., Olson E., Scammel T., Scheneck C., Spielman A., 2006. The international classification of sleep disorders, pocket version, diagnostic and coding manual. In : Nosology Committee of the American Academy of Sleep Medicine. Westchester, IL.

Young T., Palta M., Dempsey J., Skatrud J., Weber S., Badr S. 1993. The occurrence of sleep-disordered breathing among middle-aged adults. NEJM 7(328): 1230-35.

Young T., Skadrud J., Peppard P.E. 2004. Risk factors for obstructive sleep apnea in Adults. JAMA 291: 2013-16.