Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiberis Rhizoma) terhadap Mencit Jantan Galur Swiss-Webster.
ABSTRAK
EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH ( Zingiberis rhizoma) TERHADAP MENCIT GALUR SWISS-WEBSTER
Mirna Primasari, 2006, Pembimbing utama : Winsa Husin, dr., MSc., M. Kes Pembimbing pendamping : Rosnaeni, dra., Apt.
Demam adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal, dan merupakan sindrom iatropik yang paling sering ditemukan di Indonesia. Demam dianggap penting dan berhubungan dengan banyak penyebab. Secara empiris, banyak bahan tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan demam, salah satunya adalah rimpang jahe merah ( Zingiberis rhizoma).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek ekstrak etanol rimpang jahe merah sebagai antipiretik terhadap mencit galur Swiss- Webster.
Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan galur Swiss-Webster. Demam diinduksi dengan injeksi pepton pada mencit secara subkutan, dan setelah mencapai suhu maksimum ( 5.5 jam) kemudian dibagi dalam 5 kelompok perlakuan secara acak ( n=5). Kelompok I, II, dan III adalah kelompok bahan uji EERJ dengan dosis 1.25%, 2.5%, dan 5%, sedangkan kelompok IV adalah kelompok kontrol positif menggunakan asetosal, dan kelompok V adalah kelompok kontrol negatif menggunakan CMC 1%.
Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit (o C) yang diukur per rektal dengan interval 30 menit selama pengamatan 210 menit.
Analisis data menggunakan ANAVA dan uji beda rata-rata Tukey HSD( α = 0.05). Hasil dari penelitian ditemukan bahwa EERJD-2 dan EERJD-3 efektif dalam menurunkan suhu tubuh mencit bila dibandingkan dengan kontrol negatif ( p= 0.026, p= 0.01), EERJD-2 dan EERJD-3 memiliki efikasi yang sama dengan kontrol positif walaupun EERJD-2 lebih lemah daripada EERJD-3.
Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah memiliki efek antipiretik terhadap mencit galur Swiss-Webster.
(2)
ABSTRACT
ANTIPYRETIC EFFECT OF RED GINGER’S ROOT ETHANOL EXTRACT (Zingiberis rhizoma) ON MICE STRAIN SWISS-WEBSTER
Mirna Primasari, 2006, Tutor I : Winsa Husin, dr., Msc., M.Kes Tutor II : Rosnaeni, dra., Apt.
Fever is an iatropic syndrome with increasing of body temperature that mostly found in Indonesia/ tropical area. Fever is considered important and related to many causes. Empirically, many plants can be used for fever treatment including red ginger’s root ( Zingiberis rhizoma).
The aim of this research is to test the effect of red ginger’s root ethanol extract (EERJ) as an antipyretic on mice strain Swiss-Webster.
This research uses 25 male mice strain Swiss-Webster. The fever in mice is induced by peptone injection subcutaneously; after reaching the maximum temperature ( 5.5 hours), then divided into 5 treatment groups randomly (n=5). Group I,II, and III are given test material EERJ with variety of dosage: 1.25% (EERJD-1), 2.5% (EERJD-2), 5% (EERJD-3), while group IV is positive control (acetosal) and group V is negative control (CMC 1%).
Measured data is the mice temperature in Celsius per rectal during 210 minutes' observation in 30 minutes’ interval.
Data analysis uses ANAVA and average difference test of Tukey HSD ( α=0.05). The result is comparing to negative control, EERJD-1 ( p= .0745) is ineffective, while EERJD-2 ( p= .026) and EERJD-3 ( p= .01) are effective in lowering mice temperature. Comparing to positive control, EERJD-1 has different efficacy ( p= .03) while EERJD-2 and EERJD-3 have some efficacy (p= .695), even though EERJD has weaker efficacy than EERJD-3.
The conclusion is red ginger’s root ethanol extract has antipyretic effect on mice strain Swiss-Webster.
(3)
DAFTAR ISI
JUDUL ……… i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ………. xiii
DAFTAR BAGAN ……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Identifikasi Masalah ……… 2
1.3 Maksud dan Tujuan ………. 2
1.4 Manfaat Penelitian ...………3
1.4.1 Akademis ………. 3
1.4.2 Praktis ………...3
1.5 Kerangka Pemikiran ……….3
1.6 Metode Penelitian ……….4
1.7 Lokasi dan Waktu ……… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Tubuh ……….. 5
2.1.1 Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh ………....5
2.2 Demam ……….. 7
2.2.1 Definisi Demam ……….. 7
(4)
2.2.3 Tipe Demam ……… 11
2.3 Obat Antipiretik ……… 12
2.3.1 Obat Anti Inflamasi Non Steroid ………. 14
2.3.2 Mekanisme Kerja ... 16
2.3.3 Aspirin/ Asetosal/ Asam Asetil Salisilat... 17
2.3.3.1 Struktur Kimia ... 18
2.3.3.2 Farmakokinetik ... 19
2.3.3.3 Farmakodinamik ... 20
2.3.3.4 Keamanan ... 22
2.3.3.4.1 Sediaan dan Dosis ... 22
2.3.3.4.2 Toksisitas ………... 22
2.3.3.4.3 Kontraindikasi ………23
2.3.3.4.4 Tata Laksana Intoksikasi …………... 23
2.4 Pepton ……….24
2.4.1 Definisi ……… 24
2.4.2 Struktur Kimia ………. 24
2.4.3 Efek Termogenik Pepton ………. 24
2.5 Zingiber officinale Roscoe ………25
2.5.1 Sejarah ………. 25
2.5.2 Taksonomi ………26
2.5.3 Nama Populer ……….. 27
2.5.4 Pembudidayaan ……….. 27
2.5.5 Jenis- jenis ……… 29
2.5.6 Kandungan/ Senyawa Aktif Jahe ………. 30
2.5.7 Kegunaan Jahe ……… 31
2.5.8 Jahe Sebagai Antipiretik ……….. 33
2.5.9 Keamanan ……… 35
2.5.9.1 Efek Samping ………... 35
2.5.9.2 Interaksi Obat/ Herbal ………...35
2.5.9.3 Dosis ………..36
(5)
2.5.9.5 Kontraindikasi ………... 36
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ………. 37
3.1 Alat dan Bahan ……….. 37
3.2 Hewan Coba ……….. 37
3.3 Pembuatan Ekstrak Jahe ………38
3.4 Metode Penelitian ………. 38
3.4.1 Desain Penelitian ………. 38
3.4.2 Variabel Penelitian ……….. 39
3.4.3 Metode Penarikan Sampel ………... 39
3.4.4 Prosedur Kerja ………. 40
3.4.5 Metode Analisis ………... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 42
4.1 Hasil Penelitian ……… 42
4.1.1 Data Dasar Suhu Tubuh Mencit Sebelum dan Sesudah Induksi Pepton ………. 42
4.1.2 Homogenitas Rata-Rata Suhu Tubuh Mencit Sesudah Induksi Pepton ……….. 44
4.1.3 Pengaruh Perlakuan Ekstrak Etanol Jahe ( EEJ) Terhadap Suhu Tubuh Mencit ………...45
4.2 Uji Hipotesis ……….50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..……51
5.1 Kesimpulan …...………51
5.2 Saran ……….51
DAFTAR PUSTAKA ………52
LAMPIRAN ……….. 54
(6)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Efektivitas dan efikasi ekstrak etanol jahe ...47 Grafik 4.2 Penurunan suhu rata-rata selama pengamatan 210 menit ...48
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Suhu tubuh mencit sebelum dan sesudah induksi pepton ...43
Tabel 4.2 Rata-rata suhu tubuh mencit sesudah induksi pepton ……….44
Tabel 4.3 Rata-rata suhu tubuh mencit sesudah pengamatan 210 menit ………45
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kimia Asetosal ………..18
Gambar 2.2 Struktur kimia Pepton ……….24
Gambar 2.3 Jahe ( Zingiber officinale Rosc.) ……….26
Gambar 2.4 Tanaman Jahe ……….28
Gambar 2.5 Struktur kimia Gingerol ……….33
Gambar 2.6 Struktur kimia Zingerone ………...34
(9)
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Patofisiologi Demam ………9 Bagan 2.2 Biosintesis Prostaglandin ……….17
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan dosis……….54 Lampiran 2 Hasil pengamatan suhu tubuh mencit selama 210 menit …………...….56 Lampiran 3 Hasil perhitungan uji t berpasangan suhu sesudah induksi pepton …….57 Lampiran 4 Hasil ANAVA satu arah suhu rata-rata suhu sesudah induksi …………58 Lampiran 5 Hasil ANAVA satu arah suhu total rata-rata selama 3.5 jam ………….59 Lampiran 6 Hasil uji beda rata-rata Tukey HSD ………60 Lampiran 7 Hasil analisis suhu selama 210 menit dengan interval 30 menit ………61
(11)
37
Lampiran I:
KONVERSI DOSIS
Dosis Asetosal
Dosis Asetosal = 30 mg/ 100 g tikus (Wahjoedi, 1989) Konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0.14
Dosis untuk tikus 200 g = 200 x 30 mg = 60 mg/ 0.5 ml 100
Dosis untuk mencit 20 g = 0.14 x 60 mg/ 0.5 ml = 8.4 mg/ 0.5 ml Untuk mencit 30 g = 30 x 8.4 mg = 12.5 mg/ 0.5 ml
20
Dosis Pepton
Dosis untuk tikus= 5 ml = 0.05 ml 100
Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.14
Dosis untuk mencit 20 g = 0.14 x 0.05 ml =0.007 ml Untuk mencit 30 g = 30 x 0.007 ml = 0.0105 ml 20
Dosis Ekstrak Jahe
Dosis untuk tikus adalah 140 mg/kg (Mills & Bone, 2000) Dosis untuk tikus 200 g = 200 x 140 mg = 28 mg
1000
Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.14
Dosis untuk mencit 20 g = 0.14 x 28 mg = 3.92 mg Untuk mencit 30 g = 30 x 3.92 mg = 5.88 mg
(12)
38
Dosis mencit = 5.88 mg/ 0.5 cc = 11.76 mg/ cc = 1176mg/ 1000 cc = 1.17 %
Dosis 1 = 1.25 % Dosis 2 = 2.50 % Dosis 3 = 5.00 %
(13)
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Mirna Primasari Nomor Registrasi Pokok : 0210121
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 September 1983 Alamat : Puri Anjasmoro O1/ 7
Semarang
Riwayat Pendidikan:
• 1989-1995 SD Kebon Dalem, Semarang • 1995-1998 SMP Kebon Dalem, Semarang • 1998-2001 SMU Pelita Harapan Sentul, Bogor
• 2001-2002 Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta
• 2002-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal (Dorland, 2000 ). Suhu tubuh normal pada manusia per oral berkisar antara ( 36.8 ± 0.4)o C (Braunwald, Eugene et al., 2001). Demam merupakan sindrom iatropik yang paling sering dijumpai di Indonesia. Hasil penelitian prospektif di New York, 10% dari kunjungan ke tempat praktek ternyata disertai gejala demam.
Di Indonesia, diperkirakan prevalensi kejadian jauh lebih tinggi, mengingat banyaknya kejadian infeksi (Soeroso, 1989). Demam dianggap penting karena merupakan gejala yang berhubungan dengan banyak penyebab, baik patologis maupun nonpatologis (Braunwald, Eugene, et al., 2001). Demam mempunyai arti penting, baik bagi dokter maupun penderita karena merupakan indikator adanya suatu penyakit. Kenaikan suhu tubuh mudah diketahui dan dapat diukur secara cepat dan tepat ( Soeroso, 1989).
Demam merupakan gejala umum yang berhubungan dengan banyak sekali penyebab, mayoritas berkaitan dengan adanya infeksi, dan terjadi dalam jangka waktu singkat, meskipun dalam beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama ( Watts, 1979 ).
Usaha-usaha untuk mengatasi demam diawali dengan pengobatan sendiri (self-medication) yaitu dengan pengobatan simtomatis, dan biasanya konsultasi ke dokter dilakukan bila demam berkelanjutan yang tidak bisa diatasi sendiri. Pengobatan sendiri untuk demam, dapat dilakukan dengan obat-obat sintetis atau dengan obat-obat tradisional, yaitu dengan menggunakan tanaman obat (herbal medicine). Secara empiris, banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan demam, salah satunya adalah rimpang jahe merah ( Zingiberis rhizoma). Selain untuk pengobatan demam, jahe secara empiris juga dipercaya dapat mengobati berbagai
(15)
penyakit, seperti sebagai penghilang rasa nyeri, mengatasi gangguan tidur, anti mual, anti kembung, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Bagian yang digunakan adalah rimpangnya ( Zingiberis rhizoma).
Penelitian tentang khasiat tanaman obat, perlu dilakukan untuk menunjang penggunaan secara empiris dengan data-data ilmiah, sehingga penggunaannya dapat lebih dipertanggungjawabkan. Menurut pustaka, ekstrak jahe yang diberikan secara oral pada tikus ternyata dapat mengurangi demam sampai 38%, sedangkan aspirin menurunkan demam sampai 44 % ( Mills & Bone, 2000). Penulis tertarik meneliti khasiat ekstrak etanol jahe untuk menurunkan demam pada mencit.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol jahe (Zingiber officinale Rosc.) mempunyai efek antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss Webster.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk memanfaatkan rimpang jahe sebagai antipiretik sehingga dapat menjadikan jahe sebagai obat alternatif untuk menurunkan demam.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji efek ekstrak etanol rimpang jahe merah sebagai antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss-Webster.
(16)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan di bidang farmakologi tumbuhan obat, khususnya jahe yang mempunyai efek antipiretik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Jahe dapat menjadi obat alternatif untuk menurunkan demam.
1.5 Kerangka Pemikiran
Obat antipiretik menurunkan demam dengan menghambat proses inflamasi/ radang. Mekanisme kerja obat antipiretik adalah dengan penghambatan biosintesis prostaglandin, yang akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda (Wilmana, 2002). Rimpang jahe mempunyai kandungan bahan aktif antara lain: gingerol, zingerone, shogaol, minyak atsiri (Tang & Eisenbrand, 1992), flavonoid (Johnny Ria Hutapea & Sri Sugati Syamsuhidayat, 1991). Bahan aktif yang dipercaya mempunyai efek terapeutik adalah gingerol dan shogaol (Tang & Eisenbrand, 1992). Zat tersebut bahkan telah dibuktikan memiliki efek analgetik dan antipiretik pada hewan coba di laboratorium oleh Suekawa, Ishige, Yuasa, Sudo, Aburada, dan Hosoya pada tahun 1984 (Foster, 2000). Gingerol telah terbukti menghambat pembentukan prostaglandin (Foster, 2000). Penghambatan biosintesis prostaglandin ini menghambat inflamasi dan demam (Wilkinson). Penghambatan prostaglandin dengan cara menghambat aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase dalam asam arakidonat sehingga menyebabkan penurunan jumlah prostaglandin dan leukotrien (Bakti Husada,
(17)
2000). Aktivitas penghambatan ekstrak rimpang jahe terhadap sintesa prostaglandin ternyata analog dengan aktivitas obat-obat antipiretik sintetis. Pada terapi herbal, rimpang jahe diakui mempunyai efek menghangatkan, hal ini sebagai dasar dari aktivitas diaforetik, yang dapat merangsang peningkatan pengeluaran panas dari tubuh sehingga akhirnya dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam. Jahe dan komponennya juga berefek menstimulasi reseptor-reseptor termoregulator ( Mills & Bone, 2000).
Hipotesis Penelitian : Ekstrak etanol jahe mempunyai efek antipiretik.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak etanol jahe terhadap mencit jantan galur Swiss- Webster untuk melihat efeknya terhadap penurunan suhu tubuh mencit setelah diinduksi dengan pepton. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celsius.
Analisis data untuk induksi pepton dengan desain penelitian pra-tes dan pos-tes, dengan uji t berpasangan.
Analisis data untuk penurunan suhu tubuh mencit dengan ANAVA satu arah,
dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α = 0.05 .
Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05.
1.7 Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Waktu penelitian berlangsung mulai bulan Februari 2005 sampai dengan Desember 2005.
(18)
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan hasil analisis statistik, didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah memiliki efek antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss-Webster.
5.2 Saran
Penelitian mengenai efek antipiretik ekstrak etanol rimpang jahe pada mencit perlu dilanjutkan dengan penelitian efek antipiretiknya terhadap manusia, perbandingan efektivitas dengan parasetamol, dan dosis efektifnya.
(19)
52
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Radjaram. Sugiyartono. Dewi Isadiartuti. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe ( Zingiber officinalis Roxb.) Dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa dan Gelatin B. Majalah Farmasi Airlangga 2(3): 63.
Andria Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB. hal 110
B. Wahjoedi. Yun Astuti N. B. Nuratmi. 1997. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Johar (Casia siamea Lamk) Pada Tikus Putih. Buletin Penelitian Kesehatan 3&4(25): 34-8
Braunwald, Eugene,et al. 2001. In: Harrisons Principles of Internal Medicine. 15th ed. United States of America: McGraw Hill. p. 91-4
Chatton, Milton J. 1979. Fever. In: Handbook of Medical Treatment. 17th ed. Editor Watts, H. David. California: Jones Medical Publication. p.15-7
Clark, Wesley G. 1991. Antipyretics. In Mackowiak, Philip A: Fever, Basic Mechanisms and Management. New York: Raven Press. p 297-327
Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Bakti Husada. hal.25-8
Foster, Steven. 2000. Ginger- Zingiber officinale.
http://www.stevenfoster.com/education/monograph/ginger.html. Mei 2005
Friedli, Georges-Louis, PgDip., MSc., PhD. Zingiber officinale ( Ginger). georges-louis@friedli.com, 15 Juli 2005
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Editor Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. hal 1141-54
J.R. Watimena, dkk. 1982. Lab Farmakologi. Bandung: ITB. hal 92
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. 1996. Editor tim editor EGC. Jakarta: EGC. hal 694-9
Mills, Simon. Bone, Kerry. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy. United States of America: Churchill Livingstone, p. 394-402
(20)
53
Moshe IPP. 1995. Fever. In: Conns Current Therapy. Philadelphia: W. B. Saunders Company. p.19-21
P. Freddy Wilmana. 2002. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai. Dalam FKUI: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal 207-22
Roberts II, L. Jackson. Morrow, Jason D. 2001. Chapter 27: Analgesic-Antipyretic and Antiinflammatory Agents and Drugs Employed In The Treatment of Gout. In Goodman & Gillman: Pharmacology and Therapy. 10th ed. United States of America: McGraw Hill. p. 687-9
Santosa Soeroso. 1989. Demam Pada Praktek Dokter Swasta. Dexa Media 1(2):21-3 Simon, Harvey B. 1995. Evaluation of Fever. In Winters, Richard: Primary Care
Medicine. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Company. p. 48-53
Spector, W. G. 1993. An Introduction to General Pathology. 3rd ed. Singapore: Longman Singapore Publishers Ltd. p. 90-3
Sri Sugati Syamsuhidayat. Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1). Jakarta: Bakti Husada. hal 596-7
Stuart, Armando Gonzalez. 2003. Ginger. http://www.herbalsafety.utep.edu/herbs-pdfs/ginger.pdf., 15 Juli 2005
Tang, W. Eisenbrand, G. 1992. Chinese Drugs Of Plant Origin. Berlin: Springer-Verlag. p.1011-14
Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Edisi 1. Penyunting Mulyono. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hal 1-13
Woodward, Theodore E. 1991. The Fever Pattern as a Clinical Diagnostic Aid. In Mackowiak, Philip A: Fever, Basic Mechanisms and Management. New York: Raven Press. p. 83-104
Word Reference. 2005. http://www.wordreference.com/definition, 15 Juli 2005 Yance, Donald. Ginger-Zingiber officinalis.
(1)
penyakit, seperti sebagai penghilang rasa nyeri, mengatasi gangguan tidur, anti mual, anti kembung, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Bagian yang digunakan adalah rimpangnya ( Zingiberis rhizoma).
Penelitian tentang khasiat tanaman obat, perlu dilakukan untuk menunjang penggunaan secara empiris dengan data-data ilmiah, sehingga penggunaannya dapat lebih dipertanggungjawabkan. Menurut pustaka, ekstrak jahe yang diberikan secara oral pada tikus ternyata dapat mengurangi demam sampai 38%, sedangkan aspirin menurunkan demam sampai 44 % ( Mills & Bone, 2000). Penulis tertarik meneliti khasiat ekstrak etanol jahe untuk menurunkan demam pada mencit.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol jahe (Zingiber officinale Rosc.) mempunyai efek antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss Webster.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk memanfaatkan rimpang jahe sebagai antipiretik sehingga dapat menjadikan jahe sebagai obat alternatif untuk menurunkan demam.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji efek ekstrak etanol rimpang jahe merah sebagai antipiretik terhadap mencit jantan galur Swiss-Webster.
(2)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan di bidang farmakologi tumbuhan obat, khususnya jahe yang mempunyai efek antipiretik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Jahe dapat menjadi obat alternatif untuk menurunkan demam.
1.5 Kerangka Pemikiran
Obat antipiretik menurunkan demam dengan menghambat proses inflamasi/ radang. Mekanisme kerja obat antipiretik adalah dengan penghambatan biosintesis prostaglandin, yang akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda (Wilmana, 2002). Rimpang jahe mempunyai kandungan bahan aktif antara lain: gingerol, zingerone, shogaol, minyak atsiri (Tang & Eisenbrand, 1992), flavonoid (Johnny Ria Hutapea & Sri Sugati Syamsuhidayat, 1991). Bahan aktif yang dipercaya mempunyai efek terapeutik adalah gingerol dan shogaol (Tang & Eisenbrand, 1992). Zat tersebut bahkan telah dibuktikan memiliki efek analgetik dan antipiretik pada hewan coba di laboratorium oleh Suekawa, Ishige, Yuasa, Sudo, Aburada, dan Hosoya pada tahun 1984 (Foster, 2000). Gingerol telah terbukti menghambat pembentukan prostaglandin (Foster, 2000). Penghambatan biosintesis prostaglandin ini menghambat inflamasi dan demam (Wilkinson). Penghambatan prostaglandin dengan cara menghambat aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase dalam asam arakidonat sehingga menyebabkan penurunan jumlah prostaglandin dan leukotrien (Bakti Husada,
(3)
2000). Aktivitas penghambatan ekstrak rimpang jahe terhadap sintesa prostaglandin ternyata analog dengan aktivitas obat-obat antipiretik sintetis. Pada terapi herbal, rimpang jahe diakui mempunyai efek menghangatkan, hal ini sebagai dasar dari aktivitas diaforetik, yang dapat merangsang peningkatan pengeluaran panas dari tubuh sehingga akhirnya dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam. Jahe dan komponennya juga berefek menstimulasi reseptor-reseptor termoregulator ( Mills & Bone, 2000).
Hipotesis Penelitian : Ekstrak etanol jahe mempunyai efek antipiretik.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak etanol jahe terhadap mencit jantan galur Swiss- Webster untuk melihat efeknya terhadap penurunan suhu tubuh mencit setelah diinduksi dengan pepton. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celsius.
Analisis data untuk induksi pepton dengan desain penelitian pra-tes dan pos-tes, dengan uji t berpasangan.
Analisis data untuk penurunan suhu tubuh mencit dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α = 0.05 . Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05.
1.7 Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Waktu penelitian berlangsung mulai bulan Februari 2005 sampai dengan Desember 2005.
(4)
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan hasil analisis statistik, didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah memiliki efek antipiretik terhadap mencit jantan galur
Swiss-Webster.
5.2 Saran
Penelitian mengenai efek antipiretik ekstrak etanol rimpang jahe pada mencit perlu dilanjutkan dengan penelitian efek antipiretiknya terhadap manusia, perbandingan efektivitas dengan parasetamol, dan dosis efektifnya.
(5)
52
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Radjaram. Sugiyartono. Dewi Isadiartuti. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe ( Zingiber officinalis Roxb.) Dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa dan Gelatin B. Majalah Farmasi Airlangga 2(3): 63.
Andria Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB. hal 110
B. Wahjoedi. Yun Astuti N. B. Nuratmi. 1997. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Johar (Casia siamea Lamk) Pada Tikus Putih. Buletin Penelitian Kesehatan 3&4(25): 34-8
Braunwald, Eugene,et al. 2001. In: Harrisons Principles of Internal Medicine. 15th
ed. United States of America: McGraw Hill. p. 91-4
Chatton, Milton J. 1979. Fever. In: Handbook of Medical Treatment. 17th ed. Editor
Watts, H. David. California: Jones Medical Publication. p.15-7
Clark, Wesley G. 1991. Antipyretics. In Mackowiak, Philip A: Fever, Basic
Mechanisms and Management. New York: Raven Press. p 297-327
Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Bakti Husada. hal.25-8
Foster, Steven. 2000. Ginger- Zingiber officinale.
http://www.stevenfoster.com/education/monograph/ginger.html. Mei 2005
Friedli, Georges-Louis, PgDip., MSc., PhD. Zingiber officinale ( Ginger). georges-louis@friedli.com, 15 Juli 2005
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Editor Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. hal 1141-54
J.R. Watimena, dkk. 1982. Lab Farmakologi. Bandung: ITB. hal 92
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. 1996. Editor tim editor EGC. Jakarta: EGC.
hal 694-9
Mills, Simon. Bone, Kerry. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy. United States of America: Churchill Livingstone, p. 394-402
(6)
53
Moshe IPP. 1995. Fever. In: Conns Current Therapy. Philadelphia: W. B. Saunders Company. p.19-21
P. Freddy Wilmana. 2002. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai. Dalam FKUI: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal 207-22
Roberts II, L. Jackson. Morrow, Jason D. 2001. Chapter 27: Analgesic-Antipyretic and Antiinflammatory Agents and Drugs Employed In The Treatment of Gout. In
Goodman & Gillman: Pharmacology and Therapy. 10th ed. United States of
America: McGraw Hill. p. 687-9
Santosa Soeroso. 1989. Demam Pada Praktek Dokter Swasta. Dexa Media 1(2):21-3 Simon, Harvey B. 1995. Evaluation of Fever. In Winters, Richard: Primary Care
Medicine. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Company. p. 48-53
Spector, W. G. 1993. An Introduction to General Pathology. 3rd ed. Singapore:
Longman Singapore Publishers Ltd. p. 90-3
Sri Sugati Syamsuhidayat. Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (1). Jakarta: Bakti Husada. hal 596-7
Stuart, Armando Gonzalez. 2003. Ginger. http://www.herbalsafety.utep.edu/herbs-pdfs/ginger.pdf., 15 Juli 2005
Tang, W. Eisenbrand, G. 1992. Chinese Drugs Of Plant Origin. Berlin: Springer-Verlag. p.1011-14
Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Edisi 1. Penyunting Mulyono. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hal 1-13
Woodward, Theodore E. 1991. The Fever Pattern as a Clinical Diagnostic Aid. In Mackowiak, Philip A: Fever, Basic Mechanisms and Management. New York: Raven Press. p. 83-104
Word Reference. 2005. http://www.wordreference.com/definition, 15 Juli 2005 Yance, Donald. Ginger-Zingiber officinalis.