Hubungan Antara Social Comparison dan Body Image Satisfaction Pada Mahasiswi Universitas 'X' di Kota Bandung.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara social
comparison dan body image satisfaction pada mahasiswi usia 18-22 tahun di Universitas
‘X’ di Kota Bandung. Teori yang digunakan adalah social comparison dari Leon
Festinger (1954) dan body image satisfaction dari Thomas F.Cash (1997.). Social
comparison dapat dipahami sebagai bahwa proses saling mempengaruhi dan saling
bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri
sendiri (self evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri
dengan orang lain. Perbandingan ini sendiri mencakp dua aspek yaitu, aspek pendapat
(opinion) dan aspek kemampuan (ability). Body image satisfaction adalah derajat
kepuasan individu terhadap karakteristik tubuh/bagian-bagian dari tubuh. Kepuasan
citra tubuh tercermin dalam aspek-aspek evaluasi penampilan fisik, orientasi penampilan
fisik, kepuasan area tubuh, pengkategorian ukuran tubuh, dan kecemasan menjadi
gemuk.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur social comparison dikembangkan dari
teori Leon Festinger yang terdiri atas 36 item. Alat ukur yang digunakan untuk body
image satisfaction adalah Multiple Body-Self Related Questionnaire (MBSRQ) yang
disusun oleh Thomas F.Cash dkk (1989) yang terdiri dari 32 item.
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka rancangan penelitian yang
digunakan bersifat korelasional. Statistik uji yang digunakan adalah koefisien korelasi
Rank dari Spearman (Siegel, 1990).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara menentukan mahasiswi yang
berusia 18-22 tahun di Universitas ‘X’ di Kota Bandung. Ukuran sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 82 orang.
Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik dengan menggunakan
koefisien korelasi Rank dari Spearman dan dengan taraf kekeliruan sebesar 5 %,
diperoleh r
s= -1,66. karena t dari hasil perhitungan (-7,405)< dari –t tabel (-1,66)
menunjukkan bahwa H
1diterima. Artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara social comparison dan body image satisfaction di Universitas ‘X’ di Kota
Bandung.
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa mahasiswi yang memiliki social
comparison yang tinggi umumnya memiliki body image satisfaction yang rendah. Hal ini
menunjukkan body image satisfaction salah satunya ditentukan oleh social comparison.
Saran bagi penelitian ini agar mahasiswi dapat mengambil peran lain dari Social
Comparison yang dapat meningkatkan kepuasan citra tubuhnya.
(2)
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
...i
KATA PENGANTAR
...ii
DAFTAR ISI
...vi
DAFTAR TABEL
...x
DAFTAR BAGAN
...xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………...1
1.2 Identifikasi Masalah……….8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….8
1.4 Kegunaan Penelitian...9
1.4.1 Kegunaan Teoritis...9
1.4.2 Kegunaan Praktis...9
1.5 Kerangka Pikir………...10
1.6 Asumsi………...16
1.7 Hipotesis Penelitian………...16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perbandingan Sosial (
Social Comparison
)………17
(3)
iii
2.1.2 Sumber-Sumber Penilaian……….
....19
2.1.3 Memilih untuk Perbandingan………
…19
2.1.4 Atribut-Atribut Yang Menjadi Perbandingan………
…20
2.2 Pengertian Citra Tubuh (
Body Image
)………
…...21
2.2.1 Peranan Skema Diri dalam Citra Tubuh………
….... 21
2.2.2 Dimensi-Dimensi Citra Tubuh………
….. 24
2.2.3 Gangguan Citra Tubuh (
Body Image Disturbances
)………
…. 26
2.2.4 Distorsi Distorsi Citra Tubuh (
Body Image Distortion
)………
…… 27
2.2.5 Kepuasan Citra Tubuh (
Body Image Satisfaction
)………
…… .28
2.3 Remaja………
….. .31
2.3.1 Ciri-ciri Masa remaja………
……. 32
2.3.1.1 Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting………
…... 33
2.3.1.2 Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan………
…… 33
2.3.2 Gambaran Diri Masa Remaja………
…… 34
2.3.3
Social Comparison
Pada Masa Remaja………
……. 34
2.3.4 Perkembangan
Body Image
Pada Masa Remaja………
…… 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian………
……. 36
3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………
……… 37
3.2.1
Social Comparison
...37
3.2.2
Body Image Satisfaction
………
……… 38
(4)
iv
3.3.1 Kuesioner
Social Comparison
...38
3.3.2 Kuesioner
Body Image Satisfaction
………
……... 40
3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………...
...41
3.3.4 Uji Coba Alat Ukur………
………
……… 41
3.3.4.1 Validitas Alat Ukur………
……….. 41
3.3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur………
……….. 43
3.4
Populasi Sasaran dan Teknik Sampling………
………. 44
3.4.1 Populasi Sasaran ………...
...44
3.4.2 Teknik Sampling………
………… 45
3.4.2.1 Cara Pengambilan Sampel………...
...45
3.4.2.2 Karakteristik Sampel………
……… 45
3.5 Teknik Analisis………
……….. 45
3.6 Hipotesis Statistik………
……….. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian………
……… 49
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………
…….. 49
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Evaluasi Tubuh………
……… 50
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh……… ……… 50
4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Perawatan Kecantikan
Khusus………
……... 51
4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Pengeluaran Untuk
Kecantikan………
………. 51
(5)
v
4.1.6 Gambaran Responden Berdasarkan Kritikan Lawan Jenis…… ………… 53
4.1.7 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital………
………… 53
4.1.8 Gambaran Responden Berdasarkan Status Berpacaran……… ………….
54
4.1.9 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Diejek……… ………... 54
4.2 Hasil Penelitian………
…… ……….. 55
4.2.1 Hubungan antara Skor
Social Comparison
dan Skor
Body Image
Satisfaction
………
……. 55
4.2.2 Analisis Korelasi antara
Social Comparison
dan
Body Image Satisfaction
4.2.3 Analisis Korelasi antara Aspek-Aspek
Social Comparison
dan Aspek-
Aspek
Body Image Satisfaction
………
…55
4.3 Pengujian Hipotesis………...56
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan………
…63
5.2
Saran………
………..
64
DAFTAR PUSTAKA
...65
(6)
LAMPIRAN 1
(7)
PROLOG
Dibalik lembar ini, saudara akan mendapatkan suatu kuesioner dan beberapa pertanyaan-pertanyaan mengenai data pribadi saudara. Kuesioner yang akan saudara isi berikut ini berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan perilaku perbandingan sosial dan kepuasan citra tubuh saudara. Sedangkan dalam lembar data pribadi terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas saudara.
Adapun maksud dari penyebaran kuesioner dan lembar data pribadi ini, ialah untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir peneliti. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kerjasama saudara dalam mengisi semua pertanyaan baik dalam kuesioner maupun data pribadi. Segala hal yang saudara isi akan dirahasiakan dan akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama dan bantuan saudara.
Bandung, 2005 Peneliti
(8)
IDENTITAS
Pendidikan : Fakultas : Tinggi badan : Berat badan :
1. Berlangganan majalah a. Ya b. Tidak 2. Frekuensi menonton TV/
media lainnya a. Sering (setiap hari) b. Kadang-kadang c. Jarang
d. Tidak pernah
3. Apakah saudara mengikuti program pelangsingan tubuh/ perawatan kecantikan lainnya (perawatan kecantikan khusus)?
a. Ya b. Tidak
4. Menurut anda, apakah berat badan anda sudah ideal? a. Sudah b. Belum
5. Berapakah pengeluaran anda perbulan untuk perawatan kecantikan? a. Kurang dari 500.000; b. 500.000; – 1.000.000;
(9)
c. Diatas 1.000.000; 6. Status marital
a. Sudah menikah b. Belum menikah 7. Apakah saudara sudah memiliki pacar?
a. Sudah b. Belum 8. Apakah pasangan anda sering mengkritik penampilan anda? a. Ya b. Tidak
9. Apakah anda sering memperhatikan penampilan teman-teman anda? a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda sering memperhatikan penampilan model, celebrities, atau orang terkenal lainnya? a. Ya
b. Tidak
11. Apakah anda pernah mendapat julukan yang tidak mengenakkan dari lingkungan anda terkait dengan penampilan fisik anda? (seperti si Ndut, si Tembem dll).
a. Ya b. Tidak
(10)
KUESIONER SOCIAL COMPARISON
Petunjuk pengisian :
Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan tentang apa yang saudara hayati ketika saudara menghadapi suatu situasi pada saat Sdr tengah membandingkan keadaan diri saudara dengan orang lain. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Usahakan tidak ada nomor yang terlewat. Anda dapat memilih dengan cara memberi tanda silang [ X ] pada :
STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri saudara TS : Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri saudara R : Bila anda tidak dapat menentukan atau Ragu-ragu
S : Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri saudara
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri saudara.
No Pernyataan STS TS R S SS
1 Saya ingin memiliki tubuh yang
proporsional seperti model-model yang ada di media
2 Saya berusaha untuk membentuk tubuh agar lebih proporsional dibandingkan dengan teman-teman saya.
3 Dibandingkan dengan teman-teman saya, penampilan fisik saya jauh lebih menarik. 4 Saya memiliki penampilan fisik yang tidak
ideal apabila dibandingkan dengan model/artis yang ada di media.
(11)
5 Saya memiliki bentuk mata yang
proporsional dibandingkan dengan teman-teman saya.
STS TS R S SS
6 Dibandingkan dengan model/artis yang ada di media mata saya terlihat kurang
proporsional.
7 Saya menginginkan alis saya terlihat indah dan menarik seperti artis/model yang ada di media.
8. Saya berusaha membentuk alis saya agar terlihat indah seperti teman-teman saya. 9. Saya memiliki bentuk hidung yang tidak proporsional dibandingkan dengan teman-teman saya.
10. Saya memiliki bentuk hidung yang bagus dan proporsional seperti model/artis yang ada di media.
11. Saya berusaha membentuk bibir lebih indah dengan kosmetik seperti model/artis yang ada di media.
12. Saya memiliki bibir yang indah dan menarik dibandingkan dengan teman-teman saya.
13. Saya memiliki rambut yang kusam dibandingkan dengan artis/model iklan shampoo.
(12)
14. Saya memiliki rambut yang indah dan bercahaya dibandingkan dengan teman-teman saya.
STS TS R S SS
15. Saya memiliki bahu yang lebar seperti atlet dibandingkan dengan teman-teman saya 16. Saya memiliki bahu yang kecil seperti
artis/model yang ada di media.
17. Saya memiliki payudara yang proporsional seperti artis/model.
18. Saya memiliki payudara yang yang kecil dibandingkan dengan teman-teman saya. 19.. Saya kelebihan berat badan dibandingkan
dengan teman-teman saya.
20. Saya memiliki berat badan yang ideal seperti artis/model yang ada di media. 21. Saya berusaha untuk menurunkan berat
badan saya seacara drastis dibandingkan dengan teman-teman saya yang punya masalah yang sama.
22. Berat badan saya sangat susah sekali untuk diturunkan secara drastis seperti artis/ model yang ada dalam iklan obat-obatan/program pelangsingan tubuh. 23. Saya berusaha membentuk pinggul saya
agar terlihat lebih ramping dibandingkan dengan teman-teman saya.
(13)
24. Saya berusaha membentuk pinggul saya agar terlihat lebih ramping seperti model/artis yang ada di media
25. Perut saya terlihat buncit dibandingkan dengan teman-teman saya.
26. Saya memiliki perut yang rata seperti model/artis yang ada di media.
27. Saya memiliki bentuk pinggang yang ideal dibandingkan dengan teman-teman saya. 28. Bentuk pinggang saya kurang proporsional
apabila dibandingkan dengan artis/model yang ada di media.
29. Saya memiliki tungkai kaki yang pendek dan besar dibandingkan dengan teman-teman saya.
30. Dibandingkan dengan model/artis yang ada di media, tungkai kaki saya lebih panjang dan ramping.
31. Saya memiliki kulit yang lebih putih dibandingkan dengan teman-teman saya. 32. Saya memiliki kulit yang putih seperti
artis/model yang ada di media. 33. Cara berpakaian saya kurang menarik
dibandingkan dengan teman-teman saya. 34. Saya memiliki cara berpakaian yang baik
dibandingkan artis/model yang ada di media.
(14)
35. Sebelum berangkat ke pesta, saya akan berdandan semaksimal mungkin untuk tampil lebih menarik dibandingkan tamu-tamu yang datang.
36. Saya berdandan lebih baik dibandingkan dengan artis/model yang ada di media.
(15)
KUESIONER BODY IMAGE SATISFACTION
Petunjuk pengisian :
Untuk pernyataan no 1- 24, berilah tanda silang [ X ] pada : STS : Bila anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. TS : Bila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut
R : Bila anda antara setuju dan tidak setuju dengan pernyataan tersebut S : Bila anda setuju dengan pernyataan tersebut
SS : Bila anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut
No Pernyataan STS TS R S SS
1. Sebelum berada di depan umum saya selalu memperhatikan bagaimana penampilan saya.
2. Penampilan tubuh saya memiliki daya tarik pada lawan jenis.
3. Saya cermat dalam membeli pakaian yang akan membuat saya berpenampilan menarik.
4. Saya memeriksa/mencek penampilan saya di cermin kapanpun saya ada kesempatan. 5. Sebelum keluar rumah atau bepergian saya biasanya memerlukan waktu banyak untuk bersiap-siap.
6. Saya terus menerus khawatir gemuk atau menjadi gemuk.
(16)
7. Saya sangat sadar akan segala perubahan berat badan saya sekecil apapun.
STS TS R S SS
8. Saya sedang berusaha untuk membentuk tubuh saya agar sesuai dengan citra ideal. 9. Saya menyukai penampilan tubuh saya apa
adanya.
10. Saya menyukai penampilan tubuh saya ketika tanpa busana.
11. Adalah penting bagi saya untuk tampil menarik.
12. Saya menyadari jika dandanan saya tidak sesuai.
13. Saya menyukai pasnya baju saya pada tubuh saya.
14. Saya tidak menyukai penampilan tubuh saya.
15. Saya memberikan perawatan khusus pada rambut saya.
16. Saya selalu berusaha untuk membuat penampilan fisik saya terlihat menarik. 17. Saya sedikit sekali menggunakan produk
perawatan tubuh.
18. Saya biasanya memakai pakaian yang paling mudah saya dapat tanpa
mempedulikan penampilan saya jadinya. 19. Saya tidak pedulikan apapun yang orang
(17)
20. Saya tidak pernah memikirkan tentang penampilan tubuh saya.
STS TS R S SS
21. Menurut saya tubuh saya tidak menarik. 22. Saya telah mencoba menurunkan berat
badan dengan berpuasa dan berdiet. 23. Saya pikir saya termasuk dalam kategori
kelebihan berat badan.
24. Dengan melihat diri saya, orang akan berpikir bahwa saya termasuk dalam kategori kelebihan berat badan.
Untuk pernyataan no 25-32, tunjukanlah besarnya kepuasan terhadap berbagai area dari tubuh anda, dengan memberikan tanda silang (X) pada angka:
1. Bila anda merasa sangat tidak puas. 2. Bila anda merasa puas.
3. Bila anda merasa netral. 4. Bila anda merasa puas. 5. Bila anda merasa sangat puas.
No Pernyataan 1 2 3 4 5
25. Wajah (bentuk wajah, corak warna) 26. Rambut (warna, ketebalan, tekstur) 27. Tubuh bagian bawah (pantat, pinggul, paha,
kaki)
(18)
29. Tubuh bagian atas (dada atau payudara, bahu, lengan)
1 2 3 4 5
30. Tampilan otot 31 Berat badan 32. Tinggi badan
(19)
LAMPIRAN 2
(20)
ANALISIS STATISTIK
PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
DARI KUESIONER PENELITIANKetepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Data penelitian yang didalam proses pengumpulannya seringkali menuntut pembiayaan, waktu, dan tenaga yang besar, tidak akan berguna bilamana alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur
apa yang ingin diukur. Jika suatu alat ukur dikatakan benar secara ilmiah (valid),
maka ia dapat mengukur sesuatu dengan benar pula.
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali
atau lebih. Jika suatu alat ukur dikatakan bisa dipercaya (reliabel), maka
ukuran-ukuran yang dihasilkan dapat dikatakan konsisten dan akurat, serta tidak bersifat
acak (random)
1. Pengujian Validitas Kuesioner
Berikut ini adalah langkah-langkah cara pengujian validitas alat pengukur
(kuesioner):
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan (item) dengan total
skor dengan menggunakan rumus:
+
−
+
−
=
∑
∑
∑
= = = n i i n i i n i i i sn
n
)
(Y
R
n
n
)
(X
R
n+
)-n
)R(Y
R(X
r
1 2 2 1 2 2 1 22
1
2
1
2
1
,
5. Menentukan setiap item yang memiliki validitas yang baik dengan kriteria
Guilford (1956) :
1. ≥ 0,00 → < 0,20 : Hubungan yang sangat kecil (tidak dapat dipakai) 2. ≥ 0,20 → < 0,40 : Hubungan yang kecil (direvisi)
3. ≥ 0,40 → < 0,70 : Hubungan yang moderat 4. ≥ 0,70 → < 0,90 : Hubungan yang erat 5. ≥ 0,90 → < 1,00 : Hubungan yang sangat erat
Berdasarkan prosedur pengujian validitas seperti tersebut di atas, maka diperoleh: Hasil pengujian validitas untuk variabel Social Comparison:
ϖ Item direvisi = 17 item ϖ Item dipakai = 19 item
Hasil pengujian validitas untuk variabel Body Image Satisfaction: ϖ Item direvisi = 15 item
(21)
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas
suatu alat ukur dalam penelitian, yaitu metode pengukuran berulang (test retest),
metode bentuk pengganti (alternate forms), metode pembelahan di tengah (split
half), dan metode konsistensi internal.
Dari berbagai formula yang umum digunakan dalam prosedur konsistensi internal salah satunya yang paling terkenal adalah metode pembelahan di tengah (split half).
Langkah kerja pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua (split half) adalah sebagai berikut:
1. Dari data pengamatan yang ada, item-item kita bagi dua (dalam hal ini
pembagian didasarkan atas nomor item ganjil dan genap).
2. Menghitung total skor untuk setiap belahan.
3. Menghitung korelasi antara total skor belahan pertama dengan total skor
belahan kedua.
4. Menghitung reliabilitas total dengan rumus:
Reliabilitas
kedua belahan skor al dengan tot pertama belahan skor total Korelasi 1 kedua belahan skor al dengan tot pertama belahan skor total Korelasi x 2 + =5. Menentukan reliabilitas kuesioner dengan cara membandingkan nilai
reliabilitas dengan nilai menurut kriteria Guilford (1956), yaitu :
1. ≥ 0,00 → < 0,20 : Hampir tidak reliabel 2. ≥ 0,20 → < 0,40 : Relibilitas rendah 3. ≥ 0,40 → < 0,70 : Reliabilitas sedang 4. ≥ 0,70 → < 0,90 : Reliabilitas tinggi 5. ≥ 0,90 → < 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan prosedur pengujian reliabilitas seperti tersebut di atas, maka diperoleh: Hasil pengujian reliabilitas untuk variabel Social Comparison:
ϖ Besarnya nilai korelasi rank Spearman antara Total Skor Ganjil dengan Total Skor Genap:
7.208)
44
7.208)(9.4
(9.439
7.208
9.028
2
1
n
n
)
(Y
R
2
1
n
n
)
(X
R
2
1
+
n
n
-)
)R(Y
R(X
n 1 i 2 i 2 n 1 i 2 i 2 1 2 i i−
−
−
=
+
−
+
−
=
∑
∑
∑
= = = n i sr
0,815
=
sr
ϖ Besarnya nilai reliabilitas
kedua belahan skor al dengan tot pertama belahan skor total Korelasi 1 kedua belahan skor al dengan tot pertama belahan skor total Korelasi x 2 as Reliabilit + = 0,898 0,815 1 0,815 x 2 as Reliabilit = + =
(22)
Hasil pengujian reliabilitas untuk variabel Body Image Satisfaction:
ϖ Besarnya nilai korelasi rank Spearman antara Total Skor Ganjil dengan Total Skor Genap:
7.208)
44
7.208)(9.4
(9.450
7.208
259
.
8
2
1
n
n
)
(Y
R
2
1
n
n
)
(X
R
2
1
+
n
n
-)
)R(Y
R(X
n 1 i 2 i 2 n 1 i 2 i 2 1 2 i i−
−
−
=
+
−
+
−
=
∑
∑
∑
= = = n i sr
0,470
=
sr
ϖ Besarnya nilai reliabilitas
kedua belahan skor al dengan tot pertama belahan skor total Korelasi 1 kedua belahan skor al dengan tot pertama belahan skor total Korelasi x 2 as Reliabilit + = 0,639 0,470 1 0,470 x 2 as Reliabilit = + =
ANALISIS STATISTIK
HUBUNGAN ANTARA
SOCIAL COMPARISON (SC)
DENGAN
BODY IMAGE SATISFACTION
(BIS)
Untuk mengetahui apakah dua (2) buah variabel atau lebih mempunyai hubungan atau tidak, maka
analisis statistik yang digunakan adalah analisis korelasi. Sehubungan dengan skala pengukuran
untuk kedua varibel dalam penelitian ini termasuk ke dalam skala ordinal, maka analisis korelasi
yang digunakan adalah analisis korelasi rank Spearman.
Prosedur pengolahan data dalam analisis korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut:
Menentukan hipotesis pengujianHipotesis pengujiannya adalah :
0
r
:
H
0 s≥
( tidak terdapat hubungan negative (korelasi lebih dari atau sama dengan 0) antara
Social Comparison
(
SC
) dengan
Body Image Satisfaction
(
BIS
))
0
r
:
H
1 s<
( terdapat hubungan negative (korelasi kurang dari 0) antara
Social Comparison
(
SC
)
dengan
Body Image Satisfaction
(
BIS
))
Perhitungan Koefisien Korelasi Rank Spearman ( r
s)
a.
Rancang data n pengamatan itu secara berpasangan sehingga berbentuk pasangan (X1 ,Y1), (
X2 , Y2 ) , …, ( Xn, Yn ).
b.
Tentukan rank (peringkat) dari setiap hasil pengamatan ke X dari terkecil sampai terbesar
disimbolkan R(Xi).
c.
Tentukan rank (peringkat) dari setiap hasil pengamatan ke Y dari terkecil sampai terbesar
disimbolkan R(Yi).
(23)
menjadi sama dengan rata-rata dari nomor urutannya.
e.
Tentukan hasil perkalian antara R(Xi) dengan R(Yi), kemudian hitung (R(Xi))
2dan (R(Yi))
2.
f.
Tentukan besarnya nilai korelasi rank Spearman dengan menggunakan rumus:
∑ = + − ∑ = + − ∑ = = n 1 i 2 2 1 n n ) i (Y 2 R n 1 i 2 2 1 n n ) i (X 2 R n 1 i 2 2 1 + n n -) i )R(Y i R(X s rKeterangan : rs = koefisien korelasi rank Spearman
R(Xi) = rank pada (X) untuk data yang ke-i
R(Yi) = rank pada (Y) untuk data yang ke-i
n = banyaknya data
i = 1,2, …, n.
Perhitungan Statistik UjiStatistik uji yang digunakan untuk analisis korelasi rank Spearman adalah:
2r
1
2
-n
r
t
−
=
, dengan derajat bebas (db) n-2Kriteria uji yang digunakan
Tolak Ho apabila nilai t hitung < -t tabel, di mana t tabel sama dengan
db) , (
t
αPENGOLAHAN DATA
HUBUNGAN ANTARA
SOCIAL COMPARISON
DENGAN BODY
IMAGE SATISFACTION
Hasil proses perhitungan korelasi rank Spearman dengan tahap-tahap tersebut di atas dapat
dilihat pada Tabel 6. Dari tabel 6 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
∑n 1 =
i R(Xi)R(Yi)
= 114,154
∑
n 1 = i ) i (X 2R
= 187,084
∑
n 1 = i ) i (Y 2R
= 187,067
dengan n = 82, maka nilai korelasinya adalah
+ − + − + − = 2 2 1 82 82 067 , 87 1 2 2 1 82 82 084 , 87 1 2 2 1 82 82 154 , 114 s(24)
Sebelum mengambil kesimpulan dari nilai koefisien korelasi rs = - 0.590, perlu dilakukan pengujian
terhadap koefisien korelasi tersebut. Untuk menguji signifikansi / keberartian dari koefisien korelasi
Spearman, maka digunakan statistik uji
t
..
Rumusan untuk statistik uji
t
adalah :
2 s r -1 2 -n s rt =
, yang berdistribusi
student’s t
dengan
db
(derajat bebas) = n – 2.
Hasil perhitungan :
405 . 7 2 (-0,590) 1 2 82 590 , 0 2 s r -1 2 -n s r t − = − − − = =
Setelah diperoleh
t
= - 7.405, selanjutnya bandingkan dengan nilai kritis yang diperoleh dari tabel
nilai kritis -
t
, dengan
α
= 0,05 dan
db
= 82 – 2 = 80. Dari tabel didapat nilai -
t
(1-
α ; db) = t(0.95;80) =-1.66.
Kriteria pengujian:
tolak H0 jika
t
hitung
<
-
t
(1-α ; db)Karena t dari hasil perhitungan (-7.405) < dari -t dari tabel (-1.66) maka H0 ditolak, yang berarti
koefisien korelasi signifikan.
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa dalam pengujian hipotesis, H0 ditolak pada
taraf
α
= 0,05 dengan
db
= 80. Karena H0 ditolak maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara
Social Comparison
(
SC
) dengan
Body Image Satisfaction
(
BIS
), dengan bentuk
hubungan yang negatif.
Dengan membandingkan nilai koefisien korelasi menurut kriteria Guilford (1956) yang
diinterpretasikan seperti berikut :
1. ≥ 0,00 → < 0,20 : Hubungan yang sangat kecil (dapat diabaikan) 2. ≥ 0,20 → < 0,40 : Korelasi rendah atau ada hubungan tapi kecil 3. ≥ 0,40 → < 0,70 : Korelasi moderat atau terdapat hubungan 4. ≥ 0,70 → < 0,90 : Korelasi tinggi atau terdapat hubungan nyata
5.
≥
0,90
→
< 1,00 : Korelasi signifikan atau kedua variabel saling bergantungan.
Berdasarkan kriteria Guilford di atas, dengan nilai koefisien korelasinya sebesar -0.590
maka berarti derajat hubungan antara variabel
Social Comparison
(
SC
) dengan
Body Image
Satisfaction
(
BIS
) termasuk hubungan yang moderat.
(25)
Correlations
1,000 -,590**
, ,000
82 82
-,590** 1,000
,000 ,
82 82
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
N
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
N TS_SC
TS_BIS Spearman's rho
TS_SC TS_BIS
Correlation is significant at the .01 level (1-tailed). **.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan
Software SPSS for Windows 10.0
diperolah
informasi bahwa besarnya korelasi antara
Social Comparison
dengan
Body Image Satisfaction
sama dengan -0.590 dan besarnya nilai signifikan mendekati 0 (0.000) untuk jumlah sampel
sebanyak 82. Nilai signifikan menunjukkan kepada kita bahwa besarnya resiko kita melakukan
kekeliruan apabila kita salah menolak hipotesis. Biasanya nilai ini kita bandingkan dengan
besarnya
α
yang kita pilih (dalam penelitian ini
α
=0,05). Apabila besarnya nilai signifikan lebih
kecil dari
α
yang kita gunakan, maka Ho ditolak.
HUBUNGAN ANTARA ASPEK-ASPEK
SOCIAL COMPARISON
DENGAN
BODY IMAGE
SATISFACTION
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara aspek-aspek
Social Comparison
dengan
Body Image Satisfaction
, dapat dilihat pada output SPSS di bawah.
Berdasarkan output SPSS dapat dilihat bahwa:
1.
Besarnya hubungan antara aspek pendapat (
Opinion
) dengan
Body Image Satisfaction
adalah
sebesar -0.446. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti) secara statistik dengan taraf
signifikan mendekati 0.
2.
Besarnya hubungan antara aspek kemampuan (
Ability
) dengan
Body Image Satisfaction
adalah
sebesar -0.517. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti) secara statistik dengan taraf
signifikan mendekati 0.
Ternyata aspek
Social Comparison
yang mempunyai hubungan paling besar dengan
Body Image
Satisfaction
adalah aspek ability.
(26)
Correlations
1,000 ,381** -,446**
, ,000 ,000
82 82 82
,381** 1,000 -,517**
,000 , ,000
82 82 82
-,446** -,517** 1,000
,000 ,000 ,
82 82 82
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N TS_OP TS_AB TS_BIS Spearman's rho
TS_OP TS_AB TS_BIS
Correlation is significant at the .01 level (1-tailed). **.
HUBUNGAN ANTARA ASPEK-ASPEK
BODY IMAGE SATISFACTION
DENGAN
SOCIAL
COMPARISON
Besarnya hubungan antara aspek-aspek
Body Image Satisfaction
dengan
Social Comparison
dapat dilihat pada output SPSS berikut ini:
Correlations
1,000 ,436** ,346** ,278** ,231* -,217*
, ,000 ,001 ,006 ,018 ,025
82 82 82 82 82 82
,436** 1,000 ,512** ,452** ,470** -,536**
,000 , ,000 ,000 ,000 ,000
82 82 82 82 82 82
,346** ,512** 1,000 ,371** ,401** -,508**
,001 ,000 , ,000 ,000 ,000
82 82 82 82 82 82
,278** ,452** ,371** 1,000 ,159 -,380**
,006 ,000 ,000 , ,076 ,000
82 82 82 82 82 82
,231* ,470** ,401** ,159 1,000 -,425**
,018 ,000 ,000 ,076 , ,000
82 82 82 82 82 82
-,217* -,536** -,508** -,380** -,425** 1,000
,025 ,000 ,000 ,000 ,000 ,
82 82 82 82 82 82
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N TS_EPF TS_OPF TS_KAT TS_PUT TS_KMG TS_SC Spearman's rho
TS_EPF TS_OPF TS_KAT TS_PUT TS_KMG TS_SC
Correlation is significant at the .01 level (1-tailed). **.
Correlation is significant at the .05 level (1-tailed). *.
Berdasarkan output SPSS dapat dilihat bahwa:
1.
Besarnya hubungan antara aspek Evaluasi Penampilan Fisik (EPF) dengan
Social Comparison
adalah sebesar -0.217. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti) secara statistik karena
taraf signifikannya <0.05 yaitu 0.025.
2.
Besarnya hubungan antara aspek Orientasi Penampilan Fisik (OPF) dengan
Body Image
Satisfaction
adalah sebesar -0.536. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti)
(27)
secara statistik dengan taraf signifikan mendekati 0.
3.
Besarnya hubungan antara aspek Kepuasan Area Tubuh (KAT) dengan
Body Image
Satisfaction
adalah sebesar -0.508. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti) secara
statistik dengan taraf signifikan mendekati 0.
4.
Besarnya hubungan antara aspek Pengkategorian Ukuran Tubuh (PUT) dengan
Body Image
Satisfaction
adalah sebesar -0.380. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti) secara
statistik dengan taraf signifikan mendekati 0.
5.
Besarnya hubungan antara aspek Kecemasan Menjadi Gemuk (KMG) dengan
Body Image
Satisfaction
adalah sebesar -0.425. Besarnya hubungan tersebut signifikan (berarti) secara
statistik dengan taraf signifikan mendekati 0.
Ternyata aspek
Body Image Satisfaction
yang mempunyai hubungan paling besar dengan
Social
Comparison
adalah aspek Orientasi Penampilan Fisik (OPF).
PENGELOMPOKKAN RESPONDEN BERDASARKAN KATEGORI TINGGI RENDAH
Untuk menentukan tinggi rendahnya kategori responden untuk masing-masing varibel dapat
dlakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Menentukan nilai minimum dan maksimum dari total skor.
2.
Menentukan besarnya range (nilai terbesar dikurangi nilai terkecil)
3.
Menentukan banyaknya kategori
4.
Menentukan besarnya interval (range dibagi banyaknya kategori)
Untuk variabel
Social Comparison
diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
nilai minimum : 90
nilai maksimum : 136
besarnya range : 136 – 90 = 46
banyak kategori : 2 (rendah dan tinggi)
besarnya interval : 46 : 2 = 23
Sehingga untuk interval pertama 90 – 112 termasuk kategori rendah, dan interval kedua 113 – 136
termasuk kategori tinggi.
Untuk variabel
Body Image Satisfaction
diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
nilai minimum : 75
nilai maksimum : 131
besarnya range : 131 – 75 = 56
banyak kategori : 2 (rendah dan tinggi)
besarnya interval : 56 : 2 = 28 ~ 27
Sehingga untuk interval pertama 75 – 102 termasuk kategori rendah, dan interval kedua 103 – 131
termasuk kategori tinggi.
Hasil lengkap mengenai pengelompokkan responden berdasarkan kategori untuk kedua variabel
dapat dilihat pada tabel 6.
Berdasarkan data pada tabel 6 dapat diperoleh informasi sebagai berikut:
Variabel
Rendah % Rendah Tinggi % Tinggi
Social Comparison
32
39%
50
61%
Body Image Satisfaction
46
56%
36
44%
(28)
DATA TABULASI SILANG (CROSS TAB) ANTARA
SOCIAL COMPARISON
DENGAN BODY
IMAGE SATISFACTION
BIS
Rendah
Tinggi
Total
Cross Tab SC vs
BIS
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Rendah Jml
8 10% 24 29% 32
39%
Tinggi
Jml 38 46% 12 15% 50
61%
SC
Total
46 56% 36 44% 82 100%
Untuk mengetahui ada hubungan antara
Sosial Comparison
dengan
Body Image Satisfaction
dari
data tabulasi silang dapat digunakan uji Chi Kuadrat (×
2) dengan langkah pengerjaan:
HipotesisPengujian:
H0 : terdapat hubungan antara
Sosial Comparison
dengan
Body Image Satisfaction
H1 : tidak terdapat hubungan antara
Sosial Comparison
dengan
Body Image Satisfaction
Statistik Uji:
d)
d)x(c
c)x(b
b)x(a
(a
n)
2
1
bc
-ad
n(
÷
2 2+
+
+
+
−
=
Kriteria Uji
Tolak Ho jika ÷
2hitung > ÷
2tabel untuk á=0.05 dan derajat bebas db=1
Untuk memudahkan data cross tab disajikan dalam bentuk table kontingensi (2x2) seperti berikut:
BIS
Cross Tab SC vs
BIS
Rendah Tinggi Total
Rendah
8 (a) 24 (b)
32
SC
Tinggi
38 (c) 12 (d)
50
Total
46
36
82
59
.
18
)
2
1
)x(38
2
1
)x(24
8
3
)x(8
4
2
(8
82)
2
1
(24x38)
-(8x12)
82(
÷
2 2=
+
+
+
+
−
=
÷
2tabel untuk á=0.05 dan derajat bebas db=1 diperoleh ÷
2(0.05,1) = 3.841Karena ÷
2hitung > ÷
2tabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
Sosial
Comparison
dengan
Body Image Satisfaction.
Hanya hasil pengujian dengan menggunakan uji Chi Kuadrat tidak bisa mengetahui berapa besar
hubungan tersebut.
(29)
LAMPIRAN 3
(30)
Data deskriptif hasil penelitian aspek social comparison dan
Body Image Satisfaction
---
TS_SC
Mean 116.049 Median 115.000 Std dev
9.479
Minimum 90.000 Maximum 136.000
Valid cases 82 Missing cases 0
- - -
- - -
TS_AB
Mean 47.768 Median 47.000 Std dev
5.107
Minimum 38.000 Maximum 59.000
- - -
- - -
TS_OP
Mean 68.280 Median 68.000 Std dev
6.207
Minimum 49.000 Maximum 79.000
- - -
- - -
TS_BIS
Mean 100.268 Median 101.000 Std dev
12.261
(31)
- - -
- - -
TS_EPF
Mean 23.220 Median 23.000 Std dev
3.597
Minimum 16.000 Maximum 33.000
TS_KAT
Mean 24.744 Median 25.000 Std dev
4.039
Minimum 17.000 Maximum 39.000
- - -
- - -
TS_KMG
Mean 6.939 Median 7.000 Std dev
1.821
Minimum 4.000 Maximum 10.000
- - -
- - -
TS_OPF
Mean 34.488 Median 35.000 Std dev
4.818
Minimum 24.000 Maximum 49.000
- - -
- - -
TS_PUT
Mean 10.878 Median 11.000 Std dev
2.759
(32)
Minimum 6.000 Maximum 18.000
Valid cases 82 Missing cases 0
- S P E A R M A N C O R R E L A T I O N C O E F F I C I
E N T S -
TS_SC -.5905
N( 82)
Sig .000
TS_BIS
(Coefficient / (Cases) / 2-tailed Significance)
- S P E A R M A N C O R R E L A T I O N C O E F F I C I
E N T S -
TS_OP .3808
N( 82)
Sig .000
TS_SC .7706 .8544
N( 82) N( 82)
Sig .000 Sig .000
TS_EPF -.1719 -.1962 -.2172
N( 82) N( 82) N( 82)
Sig .123 Sig .077 Sig .050
TS_KAT -.4362 -.4079 -.5081 .3459
N( 82) N( 82) N( 82) N( 82)
Sig .000 Sig .000 Sig .000 Sig .001
TS_KMG -.3579 -.3576 -.4245 .2314
.4011
N( 82) N( 82) N( 82) N( 82)
N( 82)
Sig .001 Sig .001 Sig .000 Sig .036
Sig .000
(33)
TS_OPF -.4715 -.3693 -.5364 .4363 .5125
.4697
N( 82) N( 82) N( 82) N( 82) N( 82)
N( 82)
Sig .000 Sig .001 Sig .000 Sig .000 Sig .000 Sig .000
TS_PUT -.3900 -.2298 -.3799 .2776 .3710
.1594
N( 82) N( 82) N( 82) N( 82) N( 82)
N( 82)
Sig .000 Sig .038 Sig .000 Sig .012 Sig .001
Sig .153
TS_BIS -.5171 -.4456 -.5905 .6585 .7482
.5761
N( 82) N( 82) N( 82) N( 82) N( 82)
N( 82)
Sig .000 Sig .000 Sig .000 Sig .000 Sig .000
Sig .000
TS_AB TS_OP TS_SC TS_EPF TS_KAT
TS_KMG
TS_PUT .4524
N( 82)
Sig .000
TS_BIS .8520 .5997
N( 82) N( 82)
Sig .000 Sig .000
TS_OPF TS_PUT
TS_SC1 by TS_BIS1
TS_BIS1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_SC1 ---+---+---+ 1 | 11 | 31 | 42 | 26.2 | 73.8 | 51.2 +---+---+ 2 | 32 | 8 | 40 | 80.0 | 20.0 | 48.8 +---+---+ Column 43 39 82
(34)
Total 52.4 47.6 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 23.78529 1 .00000 Continuity Correction 21.67670 1 .00000 Likelihood Ratio 25.14540 1 .00000 Mantel-Haenszel test for 23.49522 1 .00000 linear association
TS_SC1 by TS_EPF1
TS_EPF1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_SC1 ---+---+---+ 1 | 23 | 19 | 42 | 54.8 | 45.2 | 51.2 +---+---+ 2 | 24 | 16 | 40 | 60.0 | 40.0 | 48.8 +---+---+ Column 47 35 82 Total 57.3 42.7 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson .22978 1 .63169 Continuity Correction .06554 1 .79794 Likelihood Ratio .22995 1 .63156 Mantel-Haenszel test for .22697 1 .63378 linear association
TS_SC1 by TS_KAT1
TS_KAT1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_SC1 ---+---+---+ 1 | 17 | 25 | 42 | 40.5 | 59.5 | 51.2 +---+---+ 2 | 31 | 9 | 40 | 77.5 | 22.5 | 48.8 +---+---+ Column 48 34 82 Total 58.5 41.5 100.0
(35)
--- --- ---- --- Pearson 11.57085 1 .00067 Continuity Correction 10.09571 1 .00149 Likelihood Ratio 11.92983 1 .00055 Mantel-Haenszel test for 11.42974 1 .00072 linear association
TS_SC1 by TS_KMG1
TS_KMG1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_SC1 ---+---+---+ 1 | 18 | 24 | 42 | 42.9 | 57.1 | 51.2 +---+---+ 2 | 29 | 11 | 40 | 72.5 | 27.5 | 48.8 +---+---+ Column 47 35 82 Total 57.3 42.7 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 7.35864 1 .00667 Continuity Correction 6.19685 1 .01280 Likelihood Ratio 7.49593 1 .00618 Mantel-Haenszel test for 7.26890 1 .00702 linear association
TS_SC1 by TS_OPF1
TS_OPF1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_SC1 ---+---+---+ 1 | 12 | 30 | 42 | 28.6 | 71.4 | 51.2 +---+---+ 2 | 33 | 7 | 40 | 82.5 | 17.5 | 48.8 +---+---+ Column 45 37 82 Total 54.9 45.1 100.0
(36)
--- --- ---- --- Pearson 24.06283 1 .00000 Continuity Correction 21.93424 1 .00000 Likelihood Ratio 25.54165 1 .00000 Mantel-Haenszel test for 23.76938 1 .00000 linear association
TS_SC1 by TS_PUT1
TS_PUT1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_SC1 ---+---+---+ 1 | 24 | 18 | 42 | 57.1 | 42.9 | 51.2 +---+---+ 2 | 30 | 10 | 40 | 75.0 | 25.0 | 48.8 +---+---+ Column 54 28 82 Total 65.9 34.1 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 2.90533 1 .08829 Continuity Correction 2.16547 1 .14114 Likelihood Ratio 2.93713 1 .08656 Mantel-Haenszel test for 2.86990 1 .09025 linear association
Minimum Expected Frequency - 13.659
TS_AB1 by TS_BIS1
TS_BIS1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_AB1 ---+---+---+ 1 | 18 | 26 | 44 <=Me (Rendah) | 40.9 | 59.1 | 53.7 +---+---+ 2 | 25 | 13 | 38 Tinggi | 65.8 | 34.2 | 46.3 +---+---+ Column 43 39 82 Total 52.4 47.6 100.0
(37)
--- --- ---- --- Pearson 5.06094 1 .02447 Continuity Correction 4.11251 1 .04257 Likelihood Ratio 5.12258 1 .02362 Mantel-Haenszel test for 4.99922 1 .02536 linear association
TS_AB1 by TS_EPF1
TS_EPF1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_AB1 ---+---+---+ 1 | 26 | 18 | 44 <=Me (Rendah) | 59.1 | 40.9 | 53.7 +---+---+ 2 | 21 | 17 | 38 Tinggi | 55.3 | 44.7 | 46.3 +---+---+ Column 47 35 82 Total 57.3 42.7 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson .12212 1 .72675 Continuity Correction .01577 1 .90006 Likelihood Ratio .12208 1 .72679 Mantel-Haenszel test for .12063 1 .72836 linear association
TS_AB1 by TS_KAT1
TS_KAT1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_AB1 ---+---+---+ 1 | 21 | 23 | 44 <=Me (Rendah) | 47.7 | 52.3 | 53.7 +---+---+ 2 | 27 | 11 | 38 Tinggi | 71.1 | 28.9 | 46.3 +---+---+ Column 48 34 82 Total 58.5 41.5 100.0
(38)
--- --- ---- --- Pearson 4.57074 1 .03252 Continuity Correction 3.66023 1 .05573 Likelihood Ratio 4.64047 1 .03123 Mantel-Haenszel test for 4.51500 1 .03360 linear association
Minimum Expected Frequency - 15.756
TS_AB1 by TS_KMG1
TS_KMG1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_AB1 ---+---+---+ 1 | 22 | 22 | 44 <=Me (Rendah) | 50.0 | 50.0 | 53.7 +---+---+ 2 | 25 | 13 | 38 Tinggi | 65.8 | 34.2 | 46.3 +---+---+ Column 47 35 82 Total 57.3 42.7 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 2.07788 1 .14945 Continuity Correction 1.48259 1 .22337 Likelihood Ratio 2.09269 1 .14800 Mantel-Haenszel test for 2.05254 1 .15195 linear association
TS_AB1 by TS_OPF1
TS_OPF1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_AB1 ---+---+---+ 1 | 18 | 26 | 44 <=Me (Rendah) | 40.9 | 59.1 | 53.7 +---+---+ 2 | 27 | 11 | 38 Tinggi | 71.1 | 28.9 | 46.3 +---+---+ Column 45 37 82 Total 54.9 45.1 100.0
(39)
--- --- ---- --- Pearson 7.48212 1 .00623 Continuity Correction 6.31430 1 .01198 Likelihood Ratio 7.63246 1 .00573 Mantel-Haenszel test for 7.39087 1 .00656 linear association
TS_AB1 by TS_PUT1
TS_PUT1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_AB1 ---+---+---+ 1 | 25 | 19 | 44 <=Me (Rendah) | 56.8 | 43.2 | 53.7 +---+---+ 2 | 29 | 9 | 38 Tinggi | 76.3 | 23.7 | 46.3 +---+---+ Column 54 28 82 Total 65.9 34.1 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 3.44716 1 .06336 Continuity Correction 2.63460 1 .10456 Likelihood Ratio 3.50866 1 .06105 Mantel-Haenszel test for 3.40512 1 .06499 linear association
TS_OP1 by TS_BIS1
TS_BIS1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_OP1 ---+---+---+ 1 | 15 | 28 | 43 | 34.9 | 65.1 | 52.4 +---+---+ 2 | 28 | 11 | 39 | 71.8 | 28.2 | 47.6 +---+---+ Column 43 39 82 Total 52.4 47.6 100.0
(40)
--- --- ---- --- Pearson 11.17195 1 .00083 Continuity Correction 9.74100 1 .00180 Likelihood Ratio 11.46203 1 .00071 Mantel-Haenszel test for 11.03571 1 .00089 linear association
Minimum Expected Frequency - 18.549
TS_OP1 by TS_EPF1
TS_EPF1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_OP1 ---+---+---+ 1 | 23 | 20 | 43 | 53.5 | 46.5 | 52.4 +---+---+ 2 | 24 | 15 | 39 | 61.5 | 38.5 | 47.6 +---+---+ Column 47 35 82 Total 57.3 42.7 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson .54173 1 .46172 Continuity Correction .26265 1 .60831 Likelihood Ratio .54281 1 .46127 Mantel-Haenszel test for .53512 1 .46446 linear association
TS_OP1 by TS_KAT1
TS_KAT1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_OP1 ---+---+---+ 1 | 19 | 24 | 43 | 44.2 | 55.8 | 52.4 +---+---+ 2 | 29 | 10 | 39 | 74.4 | 25.6 | 47.6 +---+---+ Column 48 34 82 Total 58.5 41.5 100.0
(41)
--- --- ---- --- Pearson 7.67117 1 .00561 Continuity Correction 6.47838 1 .01092 Likelihood Ratio 7.84325 1 .00510 Mantel-Haenszel test for 7.57762 1 .00591 linear association
TS_OP1 by TS_KMG1
TS_KMG1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_OP1 ---+---+---+ 1 | 19 | 24 | 43 | 44.2 | 55.8 | 52.4 +---+---+ 2 | 28 | 11 | 39 | 71.8 | 28.2 | 47.6 +---+---+ Column 47 35 82 Total 57.3 42.7 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 6.37202 1 .01159 Continuity Correction 5.29346 1 .02141 Likelihood Ratio 6.48511 1 .01088 Mantel-Haenszel test for 6.29431 1 .01211 linear association
TS_OP1 by TS_OPF1
TS_OPF1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_OP1 ---+---+---+ 1 | 17 | 26 | 43 | 39.5 | 60.5 | 52.4 +---+---+ 2 | 28 | 11 | 39 | 71.8 | 28.2 | 47.6 +---+---+ Column 45 37 82 Total 54.9 45.1 100.0
(42)
--- --- ---- --- Pearson 8.59530 1 .00337 Continuity Correction 7.34187 1 .00674 Likelihood Ratio 8.78081 1 .00304 Mantel-Haenszel test for 8.49048 1 .00357 linear association
TS_OP1 by TS_PUT1
TS_PUT1 Page 1 of 1 Count |
Row Pct |
| Row | 1| 2| Total TS_OP1 ---+---+---+ 1 | 25 | 18 | 43 | 58.1 | 41.9 | 52.4 +---+---+ 2 | 29 | 10 | 39 | 74.4 | 25.6 | 47.6 +---+---+ Column 54 28 82 Total 65.9 34.1 100.0
Chi-Square Value DF Significance --- --- ---- --- Pearson 2.39258 1 .12191 Continuity Correction 1.72565 1 .18897 Likelihood Ratio 2.41924 1 .11985 Mantel-Haenszel test for 2.36340 1 .12421 linear association
(43)
LAMPIRAN 4
(44)
Universitas Kristen Maranatha
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam hidup bermasyarakat ada harapan-harapan dan norma-norma yang dibebankan kepada wanita sebagai anggota masyarakat. Wanita disosialisasikan untuk lebih memprioritaskan hubungan interpersonal daripada pria (Striegel-Moore dan Marcus, 1995 dalam Nirmala,1996). Identitas wanita diorganisasi berdasarkan bagaimana ia menilai, mencari dan mempertahankan hubungan sosial. Dalam hakikatnya untuk mencapai konformitas dalam masyarakat, wanita belajar untuk menemukan harapan-harapan sosial yang memiliki nilai tinggi. Harapan sosial yang memiliki nilai tinggi untuk wanita di masyarakat adalah berpenampilan menarik.
Penampilan menarik dianggap membuka semua pintu kesempatan dan penerimaan yang lebih layak di masyarakat. Penampilan menarik membuat seorang wanita menjadi populer di kalangan teman-teman, mendapat tempat dalam pergaulan, lebih mudah menyesuaikan diri, dan lebih mudah mendapatkan pasangan. Sebaliknya, wanita-wanita yang dipandang kurang menarik, seringkali menerima perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti menjadi bahan ejekan, tidak dianggap penting dalam pergaulan, dan kurang menarik lawan jenis (Bukowsky, Hoza, dan Boivin, 1993, dalam Nirmala,1996). Melalui pengalaman tersebut wanita belajar menghubungkan
(45)
Universitas Kristen Maranatha
2
kesuksesan dalam relasi sosial dengan daya tarik fisik (Striegel-Moore dan Marcus, 1995, dalam Nirmala, 1996). Sebagai akibatnya wanita menyamakan daya tarik fisik dengan harga diri (Frank, 1986, Nagel dan Jones, 1992, dalam Nirmala, 1996).
Perbandingan sosial (Social Comparison) menjadi parameter bagi wanita untuk mengevaluasi penampilan fisiknya. Dengan perbandingan sosial wanita belajar untuk mengenali penampilan menarik seperti apa yang menjadi standar ideal dalam masyarakat, untuk kemudian mengidentifikasi dirinya apakah sudah sesuai dengan standar ideal tersebut.
Standar ideal kecantikan selalu berubah dari masa ke masa. Pada abad ke 19 wanita yang cantik-menarik diidentikkan dengan wanita yang bertubuh subur. Tubuh yang subur pada masa itu melambangkan kemampuan seksual dan reproduksi yang baik. Sejak munculnya model fesyen Twiggy yang bertubuh super ramping pada era 60-an, tubuh langsing dijadikan patokan konsep tubuh feminin yang ideal, sehingga upaya mengurangi berat badan menjadi obsesi nasional di Amerika.
Selain berdasarkan trend, standar kecantikan juga tidak terlepas dari latar belakang sosio-kultural. Di Amerika, wanita cantik haruslah berambut pirang (blonde). Di Korea dan Jepang, mata yang besar dan hidung yang mancung menjadi patokan. Operasi plastik untuk memperbaiki bentuk hidung dan bentuk mata menjadi sesuatu yang umum di kota-kota besar Korea dan Jepang (Kawamura, dalam Cash dan Pruzinsky,2002). Namun walau ada perbedaan dari faktor budaya tersebut, ada standar ideal yang telah menjadi acuan bersama bagi wanita di seluruh dunia tanpa dihalangi
(46)
Universitas Kristen Maranatha
3
oleh sekat-sekat geografis dan sosio-kultural, yaitu tubuh tinggi, badan ramping, hidung mancung, kulit putih dan rambut lurus.
Walaupun Amerika dan negara-negara Eropa (barat) lainnya menjadi pelopor untuk standar kecantikan tersebut, Indonesia seperti halnya negara-negara Asia lainnya mengadaptasinya ke dalam budaya mereka sendiri. Wanita Indonesia, terutama di kota-kota besarnya juga memandang tubuh tinggi dan ramping, kulit putih dan mulus, serta hidung mancung dan rambut lurus sebagai kecantikan ideal.
Pada dasarnya, tidak semua orang dianugerahi tubuh tinggi dan ramping, kulit putih dan mulus serta hidung mancung dan rambut lurus seperti standar ideal itu. Individu yang tidak menyamai citra ideal itu seringkali merasa tidak percaya diri dan merasa tidak ada bagian dari hidup ini yang dapat dinikmati (Ukke R. Kosasih, dalam Cosmopolitan Indonesia, Mei 2003). Akhirnya salon-salon kecantikan, dokter bedah plastik, serta pusat-pusat perampingan tubuh menjadi sebuah solusi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa citra ideal kecantikan dikonstruksikan secara sosial oleh media massa dan industri kecantikan. Media massa memainkan peranan yang penting dalam menyebarkan informasi mengenai standar ideal dalam berpenampilan. Majalah-majalah wanita di hampir seluruh isinya baik artikel maupun iklan memuat tentang cara-cara mencapai penampilan menarik. Bahkan tak jarang artikel mengenai kesehatan pun menyiratkan pesan dengan gamblang bahwa tubuh ramping itu sehat, dan diet itu untuk menjaga tubuh tetap langsing. Dalam rubrik fesyen, model-model yang bertubuh tinggi kurus dan cantiklah yang mengenakan busana-busana indah rancangan desainer dan terlihat pantas di tubuh. Hal ini mengirimkan isyarat kepada
(47)
Universitas Kristen Maranatha
4
pembaca bahwa tubuh yang seperti model itu merupakan gantungan ideal untuk baju-baju yang indah.
Industri kecantikan/kosmetika juga memainkan peranan utama dalam penciptaan standar ideal kecantikan. Industri-industri itu selalu menciptakan kebutuhan akan penampilan sempurna dan tak jarang mampu membuat wanita cantik merasa dirinya tidak menarik apabila tidak memakai produk-produk yang mereka keluarkan. Industri kecantikan membuat berbagai macam produk yang ditujukan untuk setiap bagian tubuh wanita. Dari sampo, lipstik, maskara, krim anti kerut, alas bedak, obat jerawat, krim anti selulit hingga pengharum kaki. Industri kecantikan juga selalu mengiklankan produknya dengan model yang cantik dan merupakan aikon citra feminin yang ideal. Iklan-iklan produk kecantikan juga menyampaikan informasi kepada khalayak bahwa produknya adalah sarana untuk mencapai penampilan ideal.
Dalam konteksnya dengan perbandingan sosial, model-model iklan atau fesyen merupakan target yang akan dijadikan sumber penilaian untuk dijadikan pembanding karena mereka dianggap mewakili citra ideal. Target lain yang biasanya ditentukan sebagai sumber penilaian adalah teman sebaya yang dianggap memiliki penampilan menarik. Dengan adanya target itu, membuat individu berusaha menyamai atau setidaknya mendekati target yang mereka tetapkan.
Dalam perbandingan ini mereka tidak sekadar menerima informasi tentang bentuk tubuh atau penampilan ideal dari target, tetapi juga berusaha untuk menilai sejauh apa kekurangan dan kemiripan diri mereka dibandingkan dengan target yang mewakili standar ideal itu. Apabila perbandingan tersebut memperlihatkan hasil bahwa
(48)
Universitas Kristen Maranatha
5
dirinya tidak mendekati atribut-atribut ideal yang dimiliki target mereka akan merasa tidak puas dengan dirinya (Jones, 2001).
Pandangan seseorang mengenai penampilan dan aspek ketubuhannya didasarkan oleh persepsi mereka terhadap dirinya, kepercayaan-kepercayan, juga perasaan-perasaan yang mengarah pada bagaimana orang lain melihat dia. Hal ini disebut dengan citra tubuh. Citra tubuh (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya, baik secara keseluruhan, maupun bagian per bagian, seperti ukuran (size), bentuk tubuh (shape), dan nilai estetisnya (Cash dan Pruzinsky, 2002).
Sikap ini dapat bersifat positif ataupun negatif. Orang yang memiliki citra tubuh positif akan memiliki kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) yang tinggi. Orang yang puas akan merasa nyaman dan percaya diri di lingkungan sosialnya. Sedangkan orang yang memiliki citra tubuh negatif akan memiliki kepuasan citra tubuh yang rendah. mereka akan mengalami hambatan sosial, rendahnya harga diri, juga kecemasan (Cash dan Flemming, 2002, dalam Cash dan Pruzinsky,2002).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh StrategyOne yang berbasis di New York, Amerika, bekerja sama dengan DR. Nancy Etcoff dari Universitas Harvard dan DR. Susie Orbach dari London School of Economics atas permintaan Dove-sebuah merek produk kecantikan- pada perempuan-perempuan di kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Bandung, Jakarta, Semarang dan Surabaya ditemukan bahwa hanya 1 persen dari keseluruhan responden yang merasa dirinya cantik (Kompas Minggu, 27 Juli 2005). Dalam hal berat badan, perempuan di Medan merasa paling puas dan tidak ada masalah. Meskipun tidak berkeberatan dengan berat tubuh, mereka akan merasa lebih
(49)
Universitas Kristen Maranatha
6
cantik apabila bisa lebih langsing. Ketika ditanya, apakah akan melakukan bedah plastik, semua responden umumnya bilang tidak. Tetapi perempuan di Surabaya paling banyak berubah pikiran ketika pertanyaannya diubah bahwa operasi itu gratis dan ditanggung asuransi. Survei ini juga dilakukan di 11 negara Asia dan sembilan negara Eropa serta Amerika Utara dan Selatan dengan hasil yang tidak jauh berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perempuan Indonesia tidak puas dengan keadaan tubuhnya.
Dalam rangka mencapai kepuasan citra tubuh yang akan membuat mereka merasa percaya diri dan nyaman di lingkungan sosialnya, banyak wanita di kota-kota besar di Indonesia yang mendatangi pusat-pusat perampingan tubuh (slimming center) atau klinik kulit dan kecantikan guna mencapai standar ideal itu. Kegemaran wanita di Indonesia akan penampilan menarik tidak hanya membuat pusat-pusat perampingan tubuh dan klinik kecantikan saja yang banyak didatangi, tetapi juga membuat industri-industri produk kecantikan meraup banyak keuntungan. Suatu perusahaan kosmetika terkemuka di Indonesia mengatakan bahwa produk pelangsingan tubuh mereka menyumbang 70 persen dari total pendapatannya (Kompas Minggu, 11 Mei 2003). Di salah satu pusat perawatan tubuh dan kecantikan di Bandung timur ditemukan bahwa 80 persen kliennya adalah perempuan muda dengan rentang usia 15-28 tahun.
Pada usia remaja, akibat pengaruh hormonal dan perkembangan biologis yang pesat membuat banyak gadis remaja memiliki jerawat dan tubuh yang makin membesar. Suatu hal yang pasti mengenai aspek-aspek psikologis dari perubahan fisik pada masa remaja adalah bahwa remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan
(50)
Universitas Kristen Maranatha
7
citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Mereka melihat cermin setiap hari atau bahkan berjam-jam untuk melihat apakah mereka dapat mendeteksi sesuatu yang berbeda atas perubahan tubuhnya (Santrock, 1998).
Suatu penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa gadis remaja lebih terpaku pada penampilan dibandingkan hal lainnya. Lebih dari separuh gadis remaja responden penelitian dengan rentang usia 12-22 tahun melakukan diet untuk mendapatkan bentuk tubuh yang menarik (Patton, dkk). Dan gadis remaja lebih menginginkan perubahan fisik dibandingkan dengan hal apa pun (Brienes, 1992, dalam Santrock, 1998).
Dari wawancara dengan sepuluh orang mahasiswi yang berusia antara 18-21 tahun di Universitas ‘X’ diperoleh fakta bahwa mayoritas dari mereka sangat memperhatikan penampilan. Sebagian besar (70%) dari mereka merasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya. Mereka (70%) juga sering membandingkan penampilan dirinya dengan orang lain. Seluruh mahasiswi tersebut sekurang-kurangnya berlangganan satu majalah wanita dan sering menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Kedua media ini dianggap sebagai agen penyebar informasi yang sering menampilkan wanita-wanita berpenampilan ideal ataupun iklan-iklan produk kecantikan. Informasi yang diperoleh dari kedua media ini sering memotivasi mereka untuk memiliki penampilan ideal.
Kesepuluh mahasiswi tersebut memiliki indeks massa tubuh (body mass index) normal-kurus (IMT: 18,0 – 25,0) berdasarkan kategori dari Departemen Kesehatan RI. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki indeks massa tubuh normal kurus pun bisa mengalami ketidakpuasan citra tubuh (body image dissatisfaction). Selama ini
(51)
Universitas Kristen Maranatha
8
orang beranggapan bahwa hanya yang memiliki tubuh gemuk saja (IMT: 3,00 – 4,00) yang sering merasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya (Brenner dan Cuningham, 1992, dalam Cash dan Pruzinsky, 2002).
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas peranan perbandingan sosial (social comparison) pada remaja sangat berpengaruh pada kepuasan citra tubuhnya dan peneliti pada kesempatan ini ingin mengetahui sejauhmana hubungan antara social comparison
dan body image satisfaction pada mahasiswi.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah :
“Sejauh mana hubungan antara Social Comparison dengan Body Image Satisfaction
pada Mahasiswi Universitas “X” di Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tentang social comparison dan body image satisfaction pada mahasiswi usia 18-22 tahun di Universitas “X” Kota Bandung.
(52)
Universitas Kristen Maranatha
9
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah agar informasi yang diperoleh dapat memberikan gambaran mengenai sejauhmana hubungan antara social comparison dan kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) pada mahasiswi Universitas “X” Kota Bandung
1.4 Kegunaan
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi bagi ilmu psikologi tentang sejauhmana hubungan dengan social comparison dan kepuasan citra tubuh yang dimiliki oleh remaja.
2. Memberikan masukan kepada penelitian lainnya untuk menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dalam rangka menciptakan citra tubuh yang positif bagi setiap gadis remaja.
2. Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan pada remaja itu sendiri bahwa dengan memiliki citra tubuh yang positif dapat membuat remaja tersebut puas dengan keadaan dirinya dalam kondisi apapun.
(53)
Universitas Kristen Maranatha
10
1.5 Kerangka Pikir
Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja konformitas merupakan ciri yang paling penting. Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan dari masyarakat biasanya bermula dari adanya harapan sosial. Remaja belajar apabila ingin mendapatkan respek dari orang lain, penghargaan, dan cinta, mereka harus mampu memenuhi harapan sosial itu (Santrock,1998).
Di masyarakat, anak yang memenuhi harapan sosial biasanya menjadi populer. Setiap remaja ingin menjadi populer. Para remaja biasanya berpikir, apa yang dapat mereka lakukan untuk membuat setiap orang menyukainya, bagaimana mereka dapat menjadi populer, dan apa yang salah dengan diri mereka. Hal ini akan mengembangkan pengertian akan diri yaitu kemampuan remaja untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki.
Faktor fisik dan budaya tertentu mempengaruhi kepopuleran remaja. Remaja yang secara fisik menarik akan lebih populer dibandingkan dengan mereka yang tidak menarik (Kennedy, 1990 dalam Santrock 1998). Penampilan menarik lebih ditekankan pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Di masyarakat terjadi dualitas pembagian peran gender untuk laki-laki dan perempuan, yaitu pikiran (mind) dan tubuh (body). Laki-laki harus menonjolkan kemampuan pikirannya sedangkan wanita harus menonjolkan kelebihan tubuhnya. Wanita dan tubuhnya merupakan obyek untuk dilihat
(54)
Universitas Kristen Maranatha
11
dan dievaluasi dalam kaitannya untuk memenuhi norma-norma dan standar budaya di masyarakat.
Tidak seperti pria yang kesuksesannya bisa diperoleh dengan kecerdasan, kedudukan tinggi, serta kemampuan finansial, kaum wanita yang menginginkan kesuksesan harus memberikan perhatian yang seksama pada tubuhnya. Tidak peduli prestasi apa pun yang mereka capai, kaum wanita harus tetap memperhatikan tubuhnya dengan ‘benar’ agar tampak benar-benar sukses. Dalam konteks ini ada standar ideal untuk tubuh yang menyimbolkan citra kesuksesan perempuan tertinggi (Rogers, 2003). Standar ideal penampilan menarik yang dilabelkan pada wanita untuk abad ini adalah tubuh tinggi dan langsing, kulit putih dan mulus serta atribut fisik lainnya yang menunjang penampilan menarik. Untuk dapat selalu mengikuti standar ideal ini, wanita harus rutin mengumpulkan informasi mengenai atribut-atribut yang memiliki nilai tinggi, harapan-harapan sosial dan norma-norma mengenai kecantikan ideal. Dalam hal ini digunakan perbandingan sosial.
Perbandingan sosial ( social comparison) membuat individu belajar tentang makna dari kecantikan, bagaimana mereka harus berpenampilan, membandingkan penampilannya dengan standar kecantikan, dan memotivasi mereka untuk mengubah penampilannya sesuai dengan standar itu. Dalam perbandingan sosial, terdapat dua aspek. Pertama, aspek pendapat (opinion) yaitu pendapat yang menjadi tolak ukur perbandingan. Kedua, aspek kemampuan (ability) yaitu adanya dorongan searah menuju keadaan yang lebih baik.
(1)
Universitas Kristen Maranatha Bagan I Skema Kerangka pikir
Mahasiswi usia 18-22 tahun
Social Comparison: - Opinion - Ability
Body Image Satisfaction
* Ejekan * Lawan jenis * IMT
* Status sosial eko- nomi.
* Pengaruh orangtua * Kematangan sek- sual
(2)
1.6 Asumsi
• Ada beberapa faktor yang mengakibatkan kepuasan citra tubuh salah satunya adalah perbandingan sosial.
• Mahasiswi yang sering memperhatikan penampilan terkait dengan social comparison sering merasa tidak puas dengan citra tubuhnya.
1.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir dan asumsi yang dibuat diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian yaitu :
• Terdapat hubungan antara perbandingan sosial (social comparison) dan kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) pada mahasiswi usia 18-22 tahun di Universitas ‘X’ di Kota Bandung.
(3)
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswi Universitas ‘X’ Bandung, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan antara social comparison dan body image satisfaction pada mahasiswi di Universitas ‘X’ di Kota Bandung. Hubungan ini termasuk hubungan yang negatif. Mengandung arti bahwa semakin sering social comparison yang dilakukan oleh mahasiswi maka semakin rendah body image satisfaction, begitu pula sebaliknya.
2. Dari hasil tabulasi silang penelitian ini menyimpulkan bahwa responden penelitian sebagian besar menunjukkan hubungan Social Comparison yang tinggi dengan Body Image Satisfaction yang rendah.
3. Ditemukan pula bahwa aspek Social Comparison yang mempunyai hubungan paling besar dengan Body Image Satisfaction adalah aspek kemampuan (ability). 4. Aspek Body Image Satisfaction yang mempunyai hubungan paling besar dengan Social Comparison adalah aspek Orientasi Penampilan Fisik (OPF).
(4)
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Saran untuk pengembangan penelitian
Disarankan bagi peneliti lain yang berminat pada bidang yang sama, untuk dapat meneliti social comparison dan body image satisfaction secara lebih mendalam bila dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan citra tubuh. Dalam hal ini diharapkan jangkauan penelitian diperluas dan menjaring ukuran sampel yang lebih besar sehingga hasil cakupan penelitian lebih luas.
2. Saran untuk mahasiswi
Body Image Satisfaction dalam aktualisasinya sangat dipengaruhi oleh faktor luar (eksternal) yaitu Social Comparison. Oleh karena itu disarankan pada mahasiswi untuk lebih memahami peran lain Social Comparison yang dapat meningkatkan kepuasan citra tubuhnya.
(5)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifudin. (1999). Dasar Dasar Psikometri, Yogya : Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifudin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi, Yogya: Pustaka Pelajar.
Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body Image : A Handbook of Theory, Research, and Clinical Practices. New York : Guilford Press.
Jones, D.C. (2001). Social Comparison and Body Image : Attractiveness Comparison to Model and Peers among Adolescent Girls and Boys. Journal of Sex Roles. Kemala, Jihan. (1999). Gambaran diri Wanita yang Mengikuti Latihan Senam Body
Language. Jakarta : Fakultas Psikologi UI.
Kosasih, Ukke R. (2003). Majalah Cosmopolitan edisi Maret 2003. Jakarta.
Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Nirmala, Riony. Nitya (1996). Hubungan antara Pengalaman Diejek dengan Citra Tubuh pada Wanita Bertubuh Gemuk. Jakarta : Fakultas Psikologi UI.
Ruble, D.N. (1983). The Development of Social Comparison Processes and Their Role in Achievement-Related Self Socialization. Dalam T. Higgins, D.N. Ruble, & W.W. Hartup (Eds), Social Cognition and Social Development : A Sociocultural Perspective (hal 134-157). London. Cambridge.
(6)
Sitepu, Nirwana. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : FMIPA Universitas Padjajaran.
Santrock, John. W. (1998). Adolescence, Seventh Edition. Singapore: Mc Graw Hill, International Book Co.
Santrock, John. W. (2002). Life Span Development, Jakarta : Erlangga.
Shaw, M.E., & Costanzo, P. R. (1970) Theories of Social Psychology. New York: Mc Graw Hill Co.
Thompson, J.K., Heinberg, L., Tanleff. S. (1994). The Physical Appearance Comparison Scale (PACS). Behavioral Assesment Review.
Thompson, J. E., Coovert, M..D., & Stormer, S. M. (1999). Body Image, Social Comparison, and Eating Disturbances : A Covariance Structure Modelling Investigation. International Journal Of Eating Disorder, Edisi 26.