Hubungan antara Brand Image dan Keputusan Membeli Produk Minuman "X" pada Mahasiswa Universitas "Y" Kota Bandung.

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara brand image dan keputusan membeli produk minuman ‘X’ pada mahasiswa universitas ‘Y’ kota Bandung. Brand image disebutkan Philip Kotler (2000:180), “The set of beliefs held about a particular brand is known as the brand image” (kumpulan keyakinan atas suatu merek yang membentuk brand image). Terdapat empat aspek dalam membentuk brand image antara lain produk, harga, promosi dan tempat. Keputusan membeli merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen benar-benar membeli produk. Terdapat dua faktor yang memengaruhi keputusan membeli yaitu sikap dari orang lain dan situasi yang tidak diduga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori brand image dan keputusan membeli dari Kotler (2003) dengan jumlah sampel sebanyak 150 responden. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Rank Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dan dibandingkan sesuai dengan kriteria Guildford. Diperoleh 58 item yang valid dengan koefisien korelasi sebesar 0,414.

Dari temuan diatas, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara brand image dengan keputusan membeli produk minuman ‘X’. Peneliti mengajukan saran agar lebih memperhatikan aspek price dan aspek promotion dari produk minuman ‘X’ agar dapat menarik perhatian konsumen.


(2)

Abstract

The purpose of this research was to determined the correlation between brand image and beverage brand ‘X’ purchasing decision of students in Universitas ‘Y’ Bandung. Philip Kotler (2000:180) defined “The set of beliefs held about a particular brand is known as the brand image”. There are four aspects that formed brand image such product, price, promotion, and place. A purchasing decision is the process a customer goes through when they are highly involved in a purchase. the final purchase decision can be disrupted by two factors: feedback from other customers and due to unanticipated situations.

This research used correlational method with 150 respondents and used questionnaires as measuring instruments which was constructed by the researcher based on brand image and purchasing decision Kotler’s theory. This instruments’ validity is done by using Spearman rank and the reliability is done by using Alpha Cronbach and compared using Guilford criteria. There are 59 valid items with 0,414 coefficient correlation.

The result conclude that there are moderate correlation between brand image and beverage brand ‘X’ purchasing decision. Researchers suggestions are to pay more

attention to price and promotion’s aspects of beverage brand ‘X’ in order to attract the attention of consumers.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10


(4)

x

1.7 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brand Image ... 19

2.1.1 Definisi Merek (Brand) ... 19

2.1.2 Tingkatan Pengertian Merek ... 19

2.1.3 Manfaat Merek ... 20

2.1.4 Definisi Image ... 21

2.1.5 Definisi Brand Image ... 22

2.2 Pengertian Perilaku Konsumen ... 24

2.2.1 Tingkah Laku Konsumen ... 24

2.2.2 Definisi Keputusan Membeli ... 24

2.2.3 Peran dalam Keputusan Membeli ... 25

2.2.4 Tahapan-tahapan Keputusan Membeli ... 26

2.3 Hubungan antara Brand Image dan Keputusan Membeli ... 31

2.4 Persepsi ... 32

2.4.1 Definisi Persepsi ... 32

2.4.2 Proses Terbentuknya Persepsi ... 33

2.4.3 Dinamika Persepsi ... 34

2.5 Early Adulthood ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

3.2 Prosedur Penelitian ... 36


(5)

xi

3.3.1 Definisi Operasional Brand Image ... 37

3.3.2 Definisi Operasional Keputusan Membeli ... 37

3.4 Alat Ukur ... 38

3.4.1 Alat Ukur Brand Image ... 38

3.4.2 Alat Ukur Keputusan Membeli ... 40

3.4.3 Data Demografik ... 43

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 43

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 44

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampling ... 46

3.5.1 Populasi Sasaran ... 46

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 46

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.6 Teknik Analisis Data ... 46

3.7 Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 49

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Umur ... 50

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pengeluaran ... 50

4.1.4 Brand Image ... 51

4.15 Keputusan Membeli ... 52

4.2 Hasil Penelitian ... 53


(6)

xii

4.3 Pembahasan ... 54

4.4 Diskusi ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

5.2.1 Saran Teoritis ... 62

5.2.2 Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64

DAFTAR RUJUKAN... 65 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Distribusi Item Brand Image ... 39

Tabel 3.2 Penilaian Item Brand Image ... 39

Tabel 3.3 Distribusi Item Keputusan Membeli ... 41

Tabel 3.4 Penilaian Item Keputusan Membeli ... 42

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Umur ... 50

Tabel 4.3 Responden berdasarkan Pengeluaran ... 50

Tabel 4.4 Kategori Aspek dalam Variabel Brand Image ... 51

Tabel 4.5 Kategori Variabel Brand Image dan Variabel Keputusan Membeli ... 52

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Korelasi dan Uji Signifikansi Brand Image dan Keputusan Membeli ... 53


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 17 Gambar3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 36


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN 1 Alat Ukur

Lampiran 1.1 Kisi-kisi Kuesioner Brand Image ... L-2 Lampiran 1.2 Kisi-kisi Alat Ukur Keputusan Membeli ... L-6 Lampiran 1.3 Kata Pengantar ... L-9 Lampiran 1.4 Kuesioner Brand Image ... L-11 Lampiran 1.5 Kuesioner Keputusan Membeli ... L-16 LAMPIRAN 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 2.1 Uji Validitas ... L-20 Lampiran 2.2 Uji Reliabilitas ... L-22 LAMPIRAN 3 Hasil Penelitian

Lampiran 3.1 Lampiran 3.1 Hasil Penelitian Brand Image ... L-24 Lampiran 3.2 Hasil Penelitian Keputusan Membeli ... L-29 Lampiran 3.3 Hasil Aspek-Aspek Brand Image ... L-34 Lampiran 3.3.1 Hasil Aspek Product ... L-34 Lampiran 3.3.2 Hasil Aspek Price ... L-38 Lampiran 3.3.3 Hasil Aspek Promotion ... L-41 Lampiran 3.3.4 Hasil Aspek Place ... L-44 Lampiran 3.4 Hasil Faktor-Faktor Keputusan Membeli ... L-47 Lampiran 3.4.1 Hasil Faktor Sikap Orang Lain ... L-47 Lampiran 3.4.2 Hasil Faktor Situasi Tidak Diduga ... L-50 LAMPIRAN 4 Tabulasi Silang

Lampiran 4.1 Gambaran Sampel ... L-55 LAMPIRAN 5 Output SPSS ... L-64 Biodata Peneliti ... L-74


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada era global dewasa ini, sebagian besar negara di dunia mencoba untuk membangun perekonomiannya dan melakukan ekspansi kegiatan ekonomi ke berbagai negara, khususnya ke negara berkembang. Ekspansi bisnis yang dilakukan itu akan menguatkan perekenomian dan perdagangan negara bersangkutan di kancah internasional. Munculnya kecenderungan globalisasi di bidang ekonomi dan perdagangan tidak dapat dihindarkan lagi. Pengaruh globalisasi yang ditandai dengan semakin transparannya dunia, telah mengubah wajah kehidupan perekonomian di seluruh dunia, termasuk Indonesia. (Malik, Camelia. 2007)

Perekonomian Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir tampaknya tidak terlalu besar berdampak pada sektor industri waralaba di Tanah Air. Ini terlihat dari masih berjalan banyaknya merek-merek usaha yang menawarkan kemitraan usaha atau waralaba. Dari aneka sektor usaha yang ada, bidang food and beverage masih menjadi andalan. Pasalnya industri makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok semua orang yang harus dipenuhi. Apalagi dengan fakta besarnya jumlah penduduk Indonesia, membuat pangsa pasar yang bisa digarap cukup besar (Krisna Yogatama, Benediktus. 2015). Perkembangan waralaba asing yang lebih tinggi dibandingkan waralaba lokal itu dikarenakan adanya perilaku masyarakat Indonesia yang lebih percaya pada kualitas produk dan jasa dari waralaba asing. Saat ini bisnis minuman semakin banyak berkembang dan tampil dengan menu yang fresh dan unik. Berbagai menu minuman belakangan ini juga sangat digemari para pecinta kuliner, sehingga tak heran kini banyak bisnis waralaba


(11)

2 minuman yg bermunculan. Hal ini dipengaruhi karena secara tidak langsung bisnis minuman menjadi teman sejati bisnis makanan yang selalu laris di kalangan masyarakat. (CS Bisnis UKM. 2010)

Setiap tahun selalu saja muncul tren baru dengan beragam inovasi baru, mulai dari resep hingga peralatan yang digunakan. Tidak hanya restoran dan kafe yang berlomba-lomba menciptakan minuman yang ‘hits’, tapi juga produsen minuman. Walaupun begitu, tidak semua tren itu bisa berlaku global karena adanya perbedaan bahan baku, musim, serta selera. Saat ini, teh menduduki peringkat dua minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Pasalnya, minuman asal Asia ini semakin dilirik oleh dunia Barat. Di Asia, tren bubble tea kembali marak pada tahun ini. Minuman diracik dari teh hitam dan teh hijau pekat yang dikombinasikan dengan susu dan sirup. Lalu, disajikan dengan bubble (bola-bola kenyal terbuat dari tepung sagu) atau jeli. (Femina. 2013)

Kota Bandung merupakan kota wisata tujuan kuliner. Tidak mengherankan bila penggiat kuliner dari kota Bandung tergerak untuk selalu menciptakan banyak varian makanan dan minuman. Produk minuman saja ada beragam jenis merek terkenal di Bandung, misalnya I-cup, Share Tea, Preso Tea, Calais, Hop-Hop, serta produk minuman ‘X’. Banyaknya produk yang beredar di pasaran membuka alternatif pilihan bagi konsumen dalam mencari variasi untuk memilih produk. Persaingan memerebutkan pembeli begitu ketat sehingga menuntut setiap pelaku usaha untuk bekerja lebih keras guna berpartisipasi dalam persaingan. Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku usaha adalah bagaimana memberikan yang terbaik agar dapat merebut dan memertahankan kelangsungan usaha nya, sehingga setiap pelaku usaha harus dapat menyusun dan mendesain suatu strategi yang mampu mendukung.


(12)

3 Produk minuman ‘X’ berdiri sejak tahun 2003 di Taiwan. Perusahaan teh ini ingin menjadi produk yang paling dicintai dan diperhitungkan di dunia. Untuk meraih pangsa pasar, produk minuman ‘X’ berkomitmen melayani konsumen dengan teh berkualitas tinggi secara konsisten dan layanan konsumen yang luar biasa di toko moderen (Irawan, Sopyan. 2015). Produk minuman ‘X’ merupakan terobosan terbaru di bidang minuman teh khususnya. Sebuah konsep teh unik yang didedikasikan untuk membuat teh alternatif yang lebih sehat, menyegarkan dan menyenangkan untuk dikonsumsi. Brand asal Taiwan ini mengambil konsep tea cafe yang belum pernah ada di Indonesia. Produk ‘X’ tidak menggunakan teh instan seperti minuman bubble tea umumnya, melainkan menggunakan daun teh pilihan, 100% buah segar asli, dan komposisi pilihan lain, yang kesemuanya didatangkan langsung dari Taiwan. Meskipun produk minuman ‘X’ mengutamakan kepraktisan, tapi pembuatannya sama sekali tidak instan, karena mengggunakan daun teh asli agar menghasilkan rasa dan keharuman asli daun teh.

Sejak pertama kali membuka gerai di Indonesia, tepatnya Living World Alam Sutra, Jakarta pada Februari 2011, kini produk minuman ‘X’ sudah membuka kurang lebih 100 gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Setelah gerai pertamanya dibuka, hingga saat ini jumlah gerai yang mereka miliki mencapai 1000 gerai di 80 kota di empat benua di seluruh dunia. Produk minuman ‘X’ bahkan dianugerahi penghargaan sebagai Brand of the Year pada tahun 2014 dalam kategori ' Tea ' oleh Brand Choice Branding yang diadakan di One Whitehall Place in London, UK (Borneo Post. 2014)

Produk minuman ‘X’ kini bukan satu-satunya gerai yang menyajikan bubble tea dengan aneka rasa. Tren minum bubble tea kini diikuti dengan menjamurnya gerai bubble tea yang menggunakan konsep hampir serupa. Fero (direktur produk


(13)

4 ‘X’ Indonesia), menyatakan bahwa persaingan bisnis haruslah berjalan secara sehat. Salah satu kunci bersaing sehat adalah branding yang baik. Bagi konsumen, beragamnya merek yang ada, menjadikan pilihan minuman semakin banyak. Konsumen akan memilih salah satu yang dipandang mempunyai kelebihan tersendiri. Sedangkan bagi produsen, banyaknya merek minuman akan menimbulkan persaingan yang ketat dalam memasarkan produk (Potoboda, Toshiko. 2014)

Minuman ‘X’ kaya dengan belasan menu yang dikelompokkan menjadi

sembilan kategori, yaitu mellow milk tea, smoothie, oriental pop tea, special mix, energetic healthy juice, qq jelly, fresh tea, mousse, dan coffee. Beragam menu minuman tersebut bisa dibeli dengan kisaran harga antara Rp18.000 hingga Rp26.500. Jika pembeli ingin memakai topping, dikenakan biaya tambahan Rp. 3.000 untuk satu pilihan topping-nya. Dengan ukuran 500 ml dan 700 ml dirasa cukup untuk menikmati kesegaran dan kenikmatan mengonsumsi produknya. Salah satu faktor itulah yang menjadi diferensiasi produk minuman ‘X’ dibanding bubble tea lainnya. Selain itu, bahan baku yang diimpor langsung dari Taiwan menjadikan cita rasa minuman ‘X’ sangat khas.

Sekalipun produk minuman ‘X’ memiliki target konsumen usia muda (pelajar hingga pekerja), namun bukan berarti minuman ‘X’ tidak bisa dikonsumsi oleh konsumen lansia. Produk yang dihasilkan minuman ‘X’ membuat semua kalangan dapat menikmatinya, misalnya segmen konsumen usia lanjut dapat memesan produk tanpa gula sehingga dapat mengurangi risiko penyakit diabetes. Karakter sebagian besar anak muda masa kini adalah suka berkumpul bersama teman-teman membuat produk minuman ‘X’ membidik anak muda sebagai target utamanya. Kalangan pelajar dan mahasiswa menyukai minuman ‘X’ karena kepraktisan dan keunikan rasanya yang beragam.


(14)

5 Produk minuman ‘X’ terletak di lokasi yang mudah dijangkau, gerai

minuman ‘X’ berada di lokasi yang strategis, desain gerainya berwarna atraktif,

penataan yang rapi, serta tempat duduk yang leluasa dan nyaman. Produk minuman ‘X’ biasanya dijual dalam mall guna menarik perhatian serta minat pembeli yang sedang jalan-jalan di dalam mall. Tempatnya juga dapat dilihat oleh semua orang karena terletak di tempat keramaian. Selain itu, jika tidak sempat atau malas pergi keluar, minuman ‘X’ bisa dipesan dengan delivery service.

Promosi produk minuman ‘X’ dilakukan dengan memasang banner di depan counter-nya, membagikan brosur, menyediakan specialtea card berupa data poin pada kartu yang dimiliki konsumen untuk ditukarkan dengan free minuman ‘X’ reguler bila konsumen sudah mengumpulkan 50 pointea. Produk minuman ‘X’ juga memberikan penawaran beli 1 gratis 1 untuk rasa Brown Rice Green Tea bagi pemilik Specialtea card. Selain itu untuk anggota yang berulang tahun, produk

minuman ‘X’ akan memberikan sms ucapan selamat yang apabila diperlihatkan

dapat ditukarkan dengan hadiah. Produk minuman ‘X’ juga melakukan promosi ke beberapa sekolah juga perguruan tinggi dengan membuka stand saat diadakan bazar. Salah satunya bazar yang diadakan di Universitas “Y” Bandung. Produk minuman ‘X’ terbilang cukup banyak melakukan promosi yang telah dilakukan untuk menarik hati konsumen. Selain itu, produk minuman ‘X’ memanfaatkan media sosial Facebook, Twitter hingga Instagram untuk mempromosikan berbagai produknya. Melalui media sosial itu, dilakukan promosi berupa membagi-bagikan voucher dan minuman gratis untuk para pemenang kontes. Kontes yang diadakan pun terbilang cukup mudah misalnya mengunduh foto bersama minuman ‘X’ sesuai tema yang ditentukan, misalnya ketika merayakan hari valentine. Produk minuman ‘X’ bekerjasama dengan provider Telkomsel dengan memberikan penawaran pada


(15)

6 konsumen yang menggunakan T-Cash hanya dikenakan biaya Rp.18.000 untuk produk minuman tertentu, selain itu bagi pelanggan Telkomsel dapat menukarkan 150 poin untuk mendapat potongan harga sebesar Rp. 20.000. Produk minuman ‘X’ juga menawarkan pembelian beli 1 gratis 1 untuk pemegang kartu kredit BRI Touch dan T-Bank.

Berbagai aspek yang melekat pada produk dengan merek tertentu ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen. Konsumen akan mempersepsi produk, harga, promosi dan saluran distribusi dari suatu merek yang selanjutnya membentuk image dari merek tersebut. Ketertarikan terhadap tawaran aspek-aspek tersebut memungkinkan konsumen ingin mencoba produk yang ditawarkan. Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan, adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk menjadi salah satu perhatian dan pertimbangan konsumen dalam menentukan produk mana yang akan dibelinya.

Brand memiliki peran penting untuk sebuah produk sekaligus perusahaan yang sedang berkembang maupun yang baru membuka pasar. Jika pihak perusahaan tidak pintar mengembangkan dan menjaga Brand Image mereka maka akan meninggalkan pasar bisnis dan brand hilang begitu saja dari pasar bisnis ini. Brand Image dapat membantu konsumen membeli produk karena merupakan salah satu pertimbangan yang ada sebelum membeli suatu produk. Brand Image merupakan kumpulan keyakinan atas suatu merek (Kotler 2000:180). Semakin positif Brand Image yang melekat pada produk, maka konsumen akan semakin tertarik untuk membeli produk tersebut, sebaliknya semakin negatif Brand Image yang melekat pada produk, maka konsumen semakin tidak tertarik untuk membeli produk tersebut. Oleh karena produk minuman ‘X’ yang populer di kalangan mahasiswa kota besar, maka Brand Image terhadap minuman ‘X’ menjadi perhatian dalam penelitian ini.


(16)

7 Konsumen melakukan pembelian terhadap suatu merek produk tergantung pada image yang dimilikinya terhadap merek tersebut. Perusahaan harus mengetahui bagaimana strategi untuk membuat konsumen melakukan keputusan pembelian. Dengan adanya pemahaman mengenai keputusan pembelian dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk merencanakan strategi yang tepat dan produsen dapat mendistribusikan produknya ke pasar konsumen dan berusaha agar produknya dapat diterima sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Untuk dapat terus berkembang, perusahaan harus menghasilkan produk yang lebih baik mutunya, mempunyai harga yang lebih murah, dan promosi yang lebih efektif dibandingkan dengan para pesaing agar produk tersebut tetap dipilih oleh konsumen. Berdasarkan wawancara kepada 20 mahasiswa di Universitas “Y” Bandung mengenai Brand Image produk minuman ‘X’. Pertanyaan yang diajukan kepada 20 mahasiswa yang mencakup product, price, promotion, place didapatkan 65% menyatakan produk minuman ‘X’ memiliki rasa yang enak, menyegarkan, dan memiliki banyak varian rasa, minuman ‘X’ sudah lebih dulu dikenal daripada merek lain. Sebanyak 35% lebih menyukai produk minuman merek lain dan berpendapat bahwa dari segi rasa biasa saja dan tidak ada perbedaan dengan minuman merek lain. Harga minuman ‘X’ cukup terjangkau bagi 55% karena selain menyegarkan juga mampu mengenyangkan, tetapi 45% berpendapat produk minuman tersebut masih terbilang mahal. Sebanyak 60% menyatakan bahwa produk minuman ‘X’ memiliki lokasi yang strategis karena berada di mall dan mudah untuk dijangkau serta cukup nyaman. Sisanya mengakui bahwa produk minuman ‘X’ memiliki tempat yang kurang nyaman, terlalu kecil, kurang strategis, dan penyebaran lokasi yang cenderung belum merata. Sebanyak 55% mengaku mengetahui langkah-langkah promosi produk minuman ‘X’ dan merasa tertarik dengan promosi itu. Sedangkan


(17)

8 45% responden tidak mengetahui promosi apa saja yang dilakukan oleh produk

minuman ‘X’. Dari hasil wawancara dengan 20 mahasiswa mengenai alasan

mahasiswa membeli produk minuman ‘X’, diketahui 70% diantaranya menyatakan bahwa mereka memutuskan untuk membeli produk minuman ‘X’ karena pengaruh teman yang sudah lebih dulu mencoba dan karenanya tertarik mencoba karena mendengar dari teman tentang minuman ‘X’ yang enak, selain itu juga karena

Minuman ‘X’ adalah minuman yang terbilang baru. Sebanyak 20% mengatakan

mereka memutuskan membeli produk minuman ‘X’ karena tertarik ingin mencobanya sendiri, sedangkan 10% memutuskan untuk membeli minuman ‘X’ karena merasa haus lalu merasa bahwa gerai minuman ‘X’ tampak menarik. Sebanyak 60% mengatakan mereka akan tetap membeli produk minuman ‘X’ setelah mencobanya, sedangkan sebanyak 40% mengatakan tidak akan kembali membeli produk minuman tersebut.

Berdasarkan uraian pada survey awal terlihat bahwa adanya perbedaan masing-masing konsumen dalam menilai produk, harga, promosi, dan distribusi yang dilakukan oleh produk minuman ‘X’. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

membuat penelitian dengan judul “Hubungan antara Brand Image dan Keputusan

Membeli Produk Minuman ‘X’ pada mahasiswa Universitas ‘Y’ Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana hubungan antara Brand Image dan keputusan membeli produk minuman ‘X’ pada mahasiswa Universitas ‘Y’ Kota Bandung.


(18)

9 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai Brand Image produk minuman ‘X’ dan Keputusan membeli pada mahasiswa

Universitas ‘Y’ Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai keeratan hubungan antara Brand Image dan keputusan membeli produk minuman ‘X’ pada mahasiswa Universitas ‘Y’ Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi ilmu psikologi, khususnya pada bidang terapan psikologi industri dan organisasi tentang perilaku konsumen pada mahasiswa.

 Memberikan informasi serta masukan kepada peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai Brand image dan Keputusan Membeli suatu produk.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberi gambaran dan informasi kepada pihak produsen mengenai Brand Image agar mampu meningkatkan terus usahanya dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen serta dapat mengatasi kekurangan yang ada.


(19)

10  Dapat bermanfaat bagi pihak produsen mengenai hal-hal apa sajakah yang perlu

dikembangkan dan dapat membentuk Brand Image yang positif.

1.5 Kerangka Pemikiran

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kegiatan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Seorang individu yang memerlukan pemenuhan kebutuhan fisiknya akan mencari produk-produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Begitu pula dengan mahasiswa, mahasiswa sebagai individu akan berusaha memenuhi kebutuhannya melalui beberapa pertimbangan. Mahasiswa umumnya memeroleh kebebasan dari orangtua dalam pengambilan keputusan pemilihan barang (Lembaga survey independen di Indonesia). Mahasiswa melakukan penyesuaian diri terhadap pola-pola perilaku sikap dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya yang diyakini dapat memenuhi kebutuhannya, salah satunya yaitu kebutuhan akan minum. Kebutuhan ini akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih produk sehingga muncul dorongan dalam diri mahasiswa tersebut untuk lebih memahami kebutuhannya membeli produk.

Mahasiswa merupakan salah satu target market konsumen minuman ‘X’ mengingat karakter sebagian besar anak muda adalah suka berkumpul bersama teman-teman. Ketika berkumpul, mahasiswa biasanya melakukan bermacam-macam aktivitas, seperti makan dan minum bersama di suatu tempat. Saat ini aktivitas tersebut lebih sering dilakukan di mall. Kehadiran minuman ‘X’ di dalam mall tentunya memudahkan mahasiswa untuk mencapai kebutuhannya tersebut, sehingga selain sebagai produk minuman, minuman ‘X’ secara tidak langsung menjadi salah satu sarana bagi mahasiswa untuk bersosialisasi karena memiliki tempat berkumpul


(20)

11 yang dapat dipakai santai bersama teman maupun keluarga. Setelah mahasiswa mengonsumsi minuman ‘X’ maka akan muncul persepsi terhadap minuman ‘X’.

Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukkan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti (Kotler, 2003). Dalam kesehariannya, mahasiswa menerima banyak stimulus walaupun tidak seluruhnya akan diingat, melainkan hanya stimulus yang menarik dan berkesanlah yang akan diingat dan dipersepsi. Agar persepsi ini dapat bertahan lama, maka penyampaian informasi perlu dilakukan secara berulang dan konsisten. Pengulangan ini dilakukan agar bertahan lama dalam ingatan, yang akan memainkan peranan yang besar untuk dipilihnya kembali produk

minuman ‘X’. Persepsi yang bertahan lama ini dikenal dengan image

(Schiffman&Kanuk, 1997). Image adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh orang terhadap suatu obyek (Kotler, 2002). Image minuman ‘X’ yang terbentuk pada setiap mahasiswa berbeda-beda. Image ini kemudian akan membentuk belief dalam diri mahasiswa bahwa produk yang ditawarkan suatu brand memiliki kualitas yang baik ataupun buruk kemudian membentuk gambaran produk minuman tersebut bagi dirinya.

Dalam upayanya memposisikan mereknya dalam ingatan mahasiswa, produk

minuman ‘X’ mengidentifikasikan dan menonjolkan informasi mengenai mereknya

termasuk atribut-atribut yang melekat pada produknya tersebut. Pengidentifikasian dan pemberian informasi tersebut meliputi empat aspek, antara lain Product (produk), Price (harga), Promotion (promosi), Place (distribusi/penyaluran). Keempat aspek inilah yang kemudian akan membentuk brand image mahasiswa.

Aspek yang pertama adalah produk, merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, yang dapat


(21)

12 mencakup keragaman produk, kualitas, desain, dan ukuran. Mahasiswa akan menilai bagaimana produk minuman ‘X’ jika dibandingkan dengan produk minuman yang lain. Minuman ‘X’ sendiri menawarkan produk berupa minuman teh yang dinilai berbeda dari produk minuman lainnya. Jenis minuman yang ditawarkan oleh produk

minuman ‘X’ pun banyak, tidak hanya teh. Selain rasa dan jenis minuman, mutu

produk minuman ‘X’ pun terjamin. Desain minuman ‘X’ menggunakan lambang yang unik dan mudah diingat. Kemasan produknya pun beragam disesuaikan dengan minuman yang dipesan serta tidak monoton. Dari segi ukuran, konsumen bisa memilih ukuran reguler atau large yang selain dapat menghilangkan rasa haus, juga dapat mengenyangkan.

Aspek yang kedua adalah Price (harga), merupakan jumlah uang yang dibayar konsumen untuk produk tertentu, yang dapat mencakup harga jual dan diskon. Mahasiswa akan menilai bagaimana harga minuman ‘X’ dibandingkan dengan produk minuman yang lain. Harga produk minuman ‘X’ dibanderol dengan harga mulai dari Rp. 18.000 hingga Rp. 26.500 dengan ukuran 500 ml dan 700 ml. Jika konsumen ingin memakai topping, dikenakan biaya Rp. 3000 untuk satu pilihan topping nya. Harga yang cukup sesuai dengan kantong mahasiswa dan dapat mengenyangkan dengan pilihan topping dan ukuran minuman yang cukup besar. Produk minuman ‘X’ juga memberikan diskon bagi pemegang kartu tertentu, misalnya diskon 50 % bagi pemegang kartu BCA sakuku.

Aspek yang ketiga adalah Promotion (promosi), meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran yang dapat mencakup promosi penjualan, dan pemasaran langsung. Mahasiswa akan menilai bagaimana promosi yang dilakukan oleh pihak minuman ‘X’. Produk minuman ‘X’ melakukan beberapa cara


(22)

13 mempromosikan produknya, yaitu melakukan iklan penjualan dengan pemasangan banner dan pembagian brosur. Produk minuman ‘X’ memberikan promosi bagi para konsumennya seperti program keanggotaan untuk pelanggan setia minuman ‘X’ yang disebut Specialtea card dimana setiap konsumen yang telah menjadi member akan mendapatkan poin dan semuanya bersifat komputerisasi. Data poin dapat ditukarkan dengan free minuman ‘X’ reguler bila konsumen sudah mengumpulkan 50 pointea. Konsumen juga bisa mendapatkan promo khusus lainnya seperti double point, harga spesial, dan hadiah khusus di hari ulang tahun. Produk minuman ‘X’ memberikan penawaran beli 1 gratis 1 untuk rasa Brown Rice Green Tea bagi pemilik Specialtea card. Produk minuman ‘X’ memanfaatkan media sosial dari Facebook, Twitter hingga Instagram untuk mempromosikan berbagai produknya, seperti membagikan voucher dan minuman gratis untuk para pemenang kontes yang telah mengunduh foto bersama minuman ‘X’ sesuai tema yang ditentukan. Produk minuman ‘X’ juga bekerjasama dengan provider Telkomsel dengan memberikan penawaran pada konsumen yang menggunakan T-Cash hanya dikenakan biaya Rp.18.000 untuk produk minuman tertentu, selain itu bagi pelanggan Telkomsel dapat menukarkan 150 poin untuk mendapat potongan harga sebesar Rp. 20.000 di minuman ‘X’. Produk minuman ‘X’ juga menawarkan pembelian beli 1 gratis 1 untuk pemegang kartu kredit BRI Touch dan T-Bank. Selain itu, produk minuman ‘X’ juga mengadakan pemasaran langsung dengan hadir dalam bazar yang diadakan di sekolah dan perguruan tinggi tertentu.

Aspek yang keempat adalah Place (distribusi/penyaluran), merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan, yang dapat mencakup lokasi dan suasana gerai minuman ‘X’. Mahasiswa selanjutnya akan menilai bagaimana tempat yang disediakan oleh


(23)

14 pihak minuman ‘X’. Gerai minuman ‘X’ terdapat di mall yang letaknya strategis dan dekat dengan beberapa kampus, sehingga mahasiswa dapat menuju gerai minuman ‘X’ dengan mudah. Desain minuman ‘X’ pun unik dengan tema warna serba ungu, disediakan tempat duduk yang membuat suasana nyaman saat berada di gerai. Disediakan pula jalur untuk mengantri sehingga tidak mengganggu orang-orang yang sedang berlalu lalang.

Aspek-aspek ini akan membentuk image mahasiswa mengenai merek produk

minuman ‘X’. Terdapat image yang positif dan negatif, kumpulan image-image ini

akan membentuk belief terhadap merek minuman ‘X’. Brand Image merupakan kumpulan keyakinan atas suatu merek (Kotler 2000:180). Suatu produk dengan brand image yang positif dan diyakini konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka dengan sendirinya akan menumbuhkan keputusan pembelian konsumen akan barang yang ditawarkan tersebut. Brand Image juga dapat membantu konsumen membeli produk karena merupakan salah satu pertimbangan yang ada sebelum membeli suatu produk. Sehingga bila dikaitkan dalam penelitian ini, mahasiswa yang memersepsi produk minuman ‘X’ sebagai sebagai minuman yang enak, menyehatkan (product), murah/terjangkau (price), slogan mudah diingat dengan iklan yang menarik (promotion), dan mudah didapat (place), dapat dikatakan memiliki persepsi yang positif. Sehingga sekumpulan keyakinan yang dimiliki mahasiswa terhadap keempat aspek tersebut akan membentuk brand image mahasiswa terhadap masing-masing merek minuman, termasuk di dalamnya produk minuman ‘X’ tersebut terpenuhi. Apabila mahasiswa memiliki persepsi yang positif terhadap keempat aspek yang merupakan atribut dari minuman ‘X’ ini, maka dapat membentuk keyakinan yang positif pula terhadap masing - masing atribut, yang selanjutnya membentuk brand image yang positif terhadap produk minuman ‘X’ dan


(24)

15 dapat mengarahkan mahasiswa untuk melakukan pembelian terhadap produk minuman ‘X’. Sebaliknya, apabila mahasiswa memiliki persepsi yang negatif terhadap keempat aspek dari produk minuman ‘X’ sebagai minuman yang tidak enak, rasa yang hambar (product), mahal/tidak sesuai dengan produk yang didapat (price), promosi jarang diketahui dan tidak menarik (promotion), dan sulit didapat (place), dapat dikatakan persepsi mahasiswa tersebut menjadi negatif terhadap produk minuman ‘X’, sehingga keyakinan terhadap produk minuman tersebut tidak terpenuhi dan dapat membentuk keyakinan yang negatif pula terhadap masing-masing aspek, yang selanjutnya membentuk brand image yang negatif terhadap produk minuman ‘X’ dan dapat mengarahkan mahasiswa untuk tidak lagi melakukan pembelian terhadap produk minuman ‘X’.

Saat pengambilan keputusan terjadi, peranan brand image ini menjadi penting. Salah satu yang menyebabkan konsumen menentukan salah satu merek yang akan mereka beli di antara banyak merek adalah adanya keyakinan konsumen bahwa mereka akan memeroleh kualitas produk yang sama jika mereka membeli ulang pada merek yang sama yang telah mereka beli. Konsumen akan lebih mudah dan tidak dibingungkan lagi oleh berbagai macam merek yang ada karena brand image yang telah melekat di benak mereka.

Keputusan membeli adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen benar-benar membeli produk (Kotler, 2001). Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan situasi yang tidak terduga. Yang pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal, yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin


(25)

16 gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku, pilihan seseorang membeli merk akan meningkat jika seseorang yang ia sukai juga sangat menyukai merk yang sama. Semakin gencar sikap orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar pula kemungkinan konsumen untuk mengubah niat pembelinya.

Faktor lainnya adalah situasi yang tidak terduga, situasi tidak terduga dapat terjadi dikarenakan konsumen mungkin membentuk niat membeli berdasarkan faktor-faktor pendapatan yang diperkirakan dan harga yang diharapkan, namun kejadian-kejadian yang tidak diharapkan mungkin akan mengubah niat membeli tersebut. Misalnya produk minuman ‘X’ terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kantong mahasiswa sehingga hal tersebut menjadi pertimbangan mahasiswa dalam membeli minuman, lalu penawaran potongan harga terhadap produk minuman ‘X’, sehingga dapat membuat mahasiswa yang semula memiliki brand image negatif sekalipun akan memutuskan untuk membeli produk minuman ‘X’ tersebut.


(26)

17

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir 1. Latar belakang

2. Pengalaman 3. Faktor lingkungan.

Dikorelasikan Brand Image

-Product -Price -Promotion -Place

Keputusan Membeli

- Pengenalan Kebutuhan - Pencarian Informasi - Evaluasi Alternatif - Keputusan membeli Mahasiswa


(27)

18 1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat asumsi sebagai berikut:

1. Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap produk minuman ‘X’.

2. Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda, maka image yang terbentuk terhadap produk minuman ‘X’ pun berbeda.

3. Semakin positif Brand image dari suatu produk, maka semakin besar kemungkinan mahasiswa untuk memutuskan membeli produk minuman ‘X’. 4. Semakin negatif Brand image dari suatu produk, maka semakin kecil

kemungkinan mahasiswa untuk memutuskan membeli produk minuman ‘X’.

1.7 Hipotesis penelitian

H0 = Tidak terdapat hubungan antara Brand Image dan Keputusan Membeli produk minuman ‘X’ pada mahasiswa Univesitas ‘Y’ kota Bandung. H1 = Terdapat hubungan antara Brand Image dan Keputusan Membeli produk


(1)

mempromosikan produknya, yaitu melakukan iklan penjualan dengan pemasangan banner dan pembagian brosur. Produk minuman ‘X’ memberikan promosi bagi para konsumennya seperti program keanggotaan untuk pelanggan setia minuman ‘X’ yang disebut Specialtea card dimana setiap konsumen yang telah menjadi member akan mendapatkan poin dan semuanya bersifat komputerisasi. Data poin dapat ditukarkan dengan free minuman ‘X’ reguler bila konsumen sudah mengumpulkan 50 pointea. Konsumen juga bisa mendapatkan promo khusus lainnya seperti double point, harga spesial, dan hadiah khusus di hari ulang tahun. Produk minuman ‘X’ memberikan penawaran beli 1 gratis 1 untuk rasa Brown Rice Green Tea bagi pemilik Specialtea card. Produk minuman ‘X’ memanfaatkan media sosial dari Facebook, Twitter hingga Instagram untuk mempromosikan berbagai produknya, seperti membagikan voucher dan minuman gratis untuk para pemenang kontes yang telah mengunduh foto bersama minuman ‘X’ sesuai tema yang ditentukan. Produk minuman ‘X’ juga bekerjasama dengan provider Telkomsel dengan memberikan penawaran pada konsumen yang menggunakan T-Cash hanya dikenakan biaya Rp.18.000 untuk produk minuman tertentu, selain itu bagi pelanggan Telkomsel dapat menukarkan 150 poin untuk mendapat potongan harga sebesar Rp. 20.000 di minuman ‘X’. Produk minuman ‘X’ juga menawarkan pembelian beli 1 gratis 1 untuk pemegang kartu kredit BRI Touch dan T-Bank. Selain itu, produk minuman ‘X’ juga mengadakan pemasaran langsung dengan hadir dalam bazar yang diadakan di sekolah dan perguruan tinggi tertentu.

Aspek yang keempat adalah Place (distribusi/penyaluran), merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan, yang dapat mencakup lokasi dan suasana gerai minuman ‘X’. Mahasiswa selanjutnya akan menilai bagaimana tempat yang disediakan oleh


(2)

pihak minuman ‘X’. Gerai minuman ‘X’ terdapat di mall yang letaknya strategis dan dekat dengan beberapa kampus, sehingga mahasiswa dapat menuju gerai minuman ‘X’ dengan mudah. Desain minuman ‘X’ pun unik dengan tema warna serba ungu, disediakan tempat duduk yang membuat suasana nyaman saat berada di gerai. Disediakan pula jalur untuk mengantri sehingga tidak mengganggu orang-orang yang sedang berlalu lalang.

Aspek-aspek ini akan membentuk image mahasiswa mengenai merek produk minuman ‘X’. Terdapat image yang positif dan negatif, kumpulan image-image ini akan membentuk belief terhadap merek minuman ‘X’. Brand Image merupakan kumpulan keyakinan atas suatu merek (Kotler 2000:180). Suatu produk dengan brand image yang positif dan diyakini konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka dengan sendirinya akan menumbuhkan keputusan pembelian konsumen akan barang yang ditawarkan tersebut. Brand Image juga dapat membantu konsumen membeli produk karena merupakan salah satu pertimbangan yang ada sebelum membeli suatu produk. Sehingga bila dikaitkan dalam penelitian ini, mahasiswa yang memersepsi produk minuman ‘X’ sebagai sebagai minuman yang enak, menyehatkan (product), murah/terjangkau (price), slogan mudah diingat dengan iklan yang menarik (promotion), dan mudah didapat (place), dapat dikatakan memiliki persepsi yang positif. Sehingga sekumpulan keyakinan yang dimiliki mahasiswa terhadap keempat aspek tersebut akan membentuk brand image mahasiswa terhadap masing-masing merek minuman, termasuk di dalamnya produk minuman ‘X’ tersebut terpenuhi. Apabila mahasiswa memiliki persepsi yang positif terhadap keempat aspek yang merupakan atribut dari minuman ‘X’ ini, maka dapat membentuk keyakinan yang positif pula terhadap masing - masing atribut, yang selanjutnya membentuk brand image yang positif terhadap produk minuman ‘X’ dan


(3)

dapat mengarahkan mahasiswa untuk melakukan pembelian terhadap produk minuman ‘X’. Sebaliknya, apabila mahasiswa memiliki persepsi yang negatif terhadap keempat aspek dari produk minuman ‘X’ sebagai minuman yang tidak enak, rasa yang hambar (product), mahal/tidak sesuai dengan produk yang didapat (price), promosi jarang diketahui dan tidak menarik (promotion), dan sulit didapat (place), dapat dikatakan persepsi mahasiswa tersebut menjadi negatif terhadap produk minuman ‘X’, sehingga keyakinan terhadap produk minuman tersebut tidak terpenuhi dan dapat membentuk keyakinan yang negatif pula terhadap masing-masing aspek, yang selanjutnya membentuk brand image yang negatif terhadap produk minuman ‘X’ dan dapat mengarahkan mahasiswa untuk tidak lagi melakukan pembelian terhadap produk minuman ‘X’.

Saat pengambilan keputusan terjadi, peranan brand image ini menjadi penting. Salah satu yang menyebabkan konsumen menentukan salah satu merek yang akan mereka beli di antara banyak merek adalah adanya keyakinan konsumen bahwa mereka akan memeroleh kualitas produk yang sama jika mereka membeli ulang pada merek yang sama yang telah mereka beli. Konsumen akan lebih mudah dan tidak dibingungkan lagi oleh berbagai macam merek yang ada karena brand image yang telah melekat di benak mereka.

Keputusan membeli adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen benar-benar membeli produk (Kotler, 2001). Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan situasi yang tidak terduga. Yang pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal, yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin


(4)

gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku, pilihan seseorang membeli merk akan meningkat jika seseorang yang ia sukai juga sangat menyukai merk yang sama. Semakin gencar sikap orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar pula kemungkinan konsumen untuk mengubah niat pembelinya.

Faktor lainnya adalah situasi yang tidak terduga, situasi tidak terduga dapat terjadi dikarenakan konsumen mungkin membentuk niat membeli berdasarkan faktor-faktor pendapatan yang diperkirakan dan harga yang diharapkan, namun kejadian-kejadian yang tidak diharapkan mungkin akan mengubah niat membeli tersebut. Misalnya produk minuman ‘X’ terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kantong mahasiswa sehingga hal tersebut menjadi pertimbangan mahasiswa dalam membeli minuman, lalu penawaran potongan harga terhadap produk minuman ‘X’, sehingga dapat membuat mahasiswa yang semula memiliki brand image negatif sekalipun akan memutuskan untuk membeli produk minuman ‘X’ tersebut.


(5)

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir 1. Latar belakang

2. Pengalaman 3. Faktor lingkungan.

Dikorelasikan Brand Image

-Product -Price -Promotion -Place

Keputusan Membeli

- Pengenalan Kebutuhan - Pencarian Informasi - Evaluasi Alternatif - Keputusan membeli Mahasiswa


(6)

1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat asumsi sebagai berikut:

1. Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap produk minuman ‘X’.

2. Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda, maka image yang terbentuk terhadap produk minuman ‘X’ pun berbeda.

3. Semakin positif Brand image dari suatu produk, maka semakin besar kemungkinan mahasiswa untuk memutuskan membeli produk minuman ‘X’. 4. Semakin negatif Brand image dari suatu produk, maka semakin kecil

kemungkinan mahasiswa untuk memutuskan membeli produk minuman ‘X’.

1.7 Hipotesis penelitian

H0 = Tidak terdapat hubungan antara Brand Image dan Keputusan Membeli produk minuman ‘X’ pada mahasiswa Univesitas ‘Y’ kota Bandung. H1 = Terdapat hubungan antara Brand Image dan Keputusan Membeli produk