TARI LIKOK PULO ACEH DI SANGGAR TARI RANGKANG ENDATU (KAJIAN TERHADAP KONSEP KOREOGRAFI).

(1)

TARI LIKOK PULO ACEH

DI SANGGAR TARI RANGKANG ENDATU

(KAJIAN TERHADAP KONSEP KOREOGRAFI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

LUCY OKPRITA

NIM: 2101142018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS BAHASA DAN SENI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu (Kajian Terhadap Konsep Koreografi)”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Selama dalam penyusunan Skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam Skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku Rektor Universtias Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

4. Nurwani, S.ST., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Seni Tari Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

5. Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si, selaku Dosen Pembimbing I dan Iskandar Muda, S.Sn., M.Sn, selaku Dosen Pembimbing II.

6. Dra. Rr RHD Nugrahaningsih, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Irwansyah, S.Sn., M.Sn, selaku Dosen Penguji.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FBS Unimed beserta cleaning servis, terutama di Program Studi Seni Tari Jurusan Sendratasik yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Suharso Priono dan Ibu Sri Rahayu Lestari, S.Pd yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, do’a serta dukungannya baik moril maupun materil.


(7)

9. Kepada seluruh keluarga, kakak Licha Ayu Rizki, S.K.M dan adik Mas Bagus Bimantara atas do’a dan dukungannya.

10. Bapak Drs. T Samsuar, M.Si, selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh yang telah memberikan izin serta dukungan moral kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11. Teman-teman di Sanggar Tari Rangkang Endatu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan, informasi, dan dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian.

12. Buat teman, saudara ku Ferry Irawan, S.S.T dan Riski Rahmayanti yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama proses penenlitian.

13. Teman-teman Program Studi Seni Tari Sendratasik Unimed stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas pembelajarannya selama masa perkuliahan di Pendidikan Seni Tari Unimed terutama yang telah bersama-sama dalam proses penyusunan Skripsi yaitu : Riza, Niki, Fatma, Putri, Fani, Dea, Monika, Yanti, Afni, Ruwaida, Desi, Ira, Fransiska dan Antin.

Penulis menyadari tidak sempurnanya tulisan ini, baik dalam metode penulisan, pengungkapan ide, maupun dalam mendeskripsikan kata-kata. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar tulisan ini menjadi lebih baik.

Akhir kata penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan kontribusi dalam kemajuan seni budaya di bidang pendidikan yang ada di Indonesia.

Medan, September 2014 Penulis ,


(8)

ABSTRAK

Lucy Okprita. NIM 2101142018. Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari

Rangkang Endatu (Kajian Terhadap Konsep Koreografi). Program Studi

Seni Tari Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah tari Likok Pulo Aceh dan bagaimana konsep koreografi yang ada di sanggar tari Rangkang Endatu. Teori yang digunakan adalah teori tari, teori sejarah dan teori koreografi tentunya ini akan terkait erat dengan objek penelitian ini seperti yang ada pada tari Likok

Pulo Aceh di sanggar tari Rangkang Endatu. Populasi dalam penelitian ini adalah

beberapa seniman yang ada di sanggar tari Rangkang Endatu yang terletak di Taman Budaya Banda Aceh Kabupaten Aceh Besar.

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dan yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah di sanggar tari

Rangkang Endatu yang terletak di Taman Budaya Banda Aceh Kabupaten Aceh

Besar di jalan Teuku Umar Komplek Taman Budaya Setui Banda Aceh.

Konsep tampilan tari Likok Pulo yang asli dengan yang ada di sanggar tari

Rangkang Endatu tidaklah jauh berbeda, hanya Terdapat perbedaan didalam syair

serta gerakan tari Likok Pulo. Sanggar tari Rangkang Endatu menjadikan syiar agama Islam sebagai tema didalam menciptakan tari Likok Pulo disanggar tari tersebut.Konsep gerak tari Likok Pulo yang ada di sanggar tari Rangkang Endatu dapat dilihat dari segi komposisi tari yang memiliki kosep gerakan-gerakan yang dilakukan para penari dengan serempak, selang-seling, dan berurutan. Iringan musik didalam tari Likok Pulo di sanggar tari Rangkang Endatu berguna sebagai pengatur emosi dari setiap para penari serta berperan dalam mengatur tempo.Bentuk busana pada tari Likok Pulo sama dengan bentuk busana dalam tari-tarian Aceh lainnya, yaitu merupakan baju tangan panjang dan celana panjang. Busana tari Likok Pulo di sanggar tari Rangkang Endatu lebih dikreatifitaskan pada warna serta bentuk sulaman yang menghiasi kainnya, dengan tidak menghilangkan konsep awalnya yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yang dianjurkan untuk menutupi aurat.


(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A.LandasanTeoritis ... 9

1. Teori Tari ... 9

2. Teori Sejarah ... 10

3. Pengertian Konsep ... 11

4. Teori Koreografi ... 12

5. Pengertian Tema ... 12

6. Pengertian Musik Iringan Tari... 13


(10)

v

8. Busana ... 15

B.Kerangka Konseptual ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 17

B.Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

1. Lokasi Penelitian ... 17

2. Waktu Penelitian ... 17

C.Populasi dan Sampel ... 18

1. Populasi ... 18

2. Sampel ... 18

D.Teknik Pengumpulan Data ... 19

1. Observasi ... 19

2. Wawancara ... 19

3. Dokumentasi ... 20

4. Studi Kepustakaan ... 20

E. Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

1. Letak Geografis Kecamatan Baiturrahman ... 23

2. Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 24

a. Sejarah Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 24


(11)

vi

c. Materi Tari Yang Diajarkan Di Sanggar Tari Rangkang Endatu

... 27

3. Sistem Religi ... 28

B. Sejarah Tari Likok Pulo Aceh ... 28

C. Konsep Koreografi Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 32

1. Konsep Gerak ... 32

2. Tema ... 59

3. Konsep Musik Pengiring Tari Likok Pulo Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 62

4. Konsep Busana dan Rias Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 68

4.1Busana Tari Likok Pulo Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 68

4.2Rias Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Batas-batas Wilayah Kecamatan Baiturrahman ... 24 Tabel 4.2. Data Anggota Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 26 Tabel 4.3. Proses Dalam Pemilihan Konsep Tema Di Sanggar Tari Rangkang

Endatu ... 33 Tabel 4.4. Proses Dalam Pembentukan Konsep Gerak Tari Likok Pulo Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 36 Tabel 4.5. Ragam Gerak Tari Likok Pulo Di Sanggar Tari Rangkang Endatu 60 Tabel 4.6. Proses Dalam Pembentukan Konsep Iringan Tari Likok Pulo Di

Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 62 Tabel 4.7. Lyric Tari Likok Pulo Di Sanggar Tari Rangkang Endatu... 64


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Baiturrahman ... 23

Gambar 4.2. Alat Musik Rapa’i ... 68

Gambar 4.3. Busana Tari Likok Pulo Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 69

Gambar 4.4. Baju Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu . 70 Gambar 4.5. Celana Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 70

Gambar 4.6. Kain Songket Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 71

Gambar 4.7. Rias Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu .. 72

Gambar 4.8. Sanggoi Tari Likok Pulo Aceh Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 72

Gambar 4.9. Juring Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 73

Gambar 4.10. Kain Tile Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 74

Gambar 4.11. Ranai / Kalung Di Sanggar Tari Rangkang Endatu ... 75


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari interaksi dan hubungan antar sesama. Dalam kehidupannya manusia memiliki beberapa potensi didalam diri setiap individunya, salah satu potensi yang bisa dikembangkan adalah seni. Setiap individu memiliki jiwa seninya masing-masing, meskipun terkadang ada beberapa yang tidak tampak / menonjol. Jiwa seni tersebut mengalir dan berkembang bisa melalui gerak (tari), maupun suara (musik). Seni biasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan jiwa seseorang. Pada zaman dahulu seni erat kaitannya dengan kehidupan dan adat istiadat yang merupakan bagian dari kebudayaan. Indonesia adalah negara yang memiliki beragam budaya, dari

Sabang sampai Merauke diketahui ada 34 Provinsi dan setiap Provinsinya

memiliki beberapa suku yang berbeda-beda. Aceh adalah salah satu suku yang berada dan tersebar di daerah Nangroe Aceh Darussalam, salah satu Provinsi di ujung bagian Utara kepulauan Sumatera. Begitu pula halnya pada masyarakat Aceh yang memiliki keberagaman budaya, yang merupakan bagian dari adat istiadat Aceh. Aceh memiliki 13 suku bangsa asli yaitu suku Aceh, suku Gayo suku Aneuk Jamee, suku Singkil, suku Pakpak, suku Alas, suku Kluet, suku Tamiang, suku Devayan, suku Sigulai, suku Lekon, suku Haloban dan suku Nias. Masing-masing suku tersebut mempunyai kekhasan didalam budayanya khususnya dalam bidang seni (rupa, tari, dan musik). Namun, dapat dilihat ada sebuah kemiripan disetiap seni yang tercipta, yaitu sebuah tampilan seni yang bernuansa Islami. Tari-tarian Aceh berkembang menjadi media penyampai pesan /


(15)

syiar dalam penyebaran Agama Islam setelah masuknya Agama Islam di Aceh, informasi tersebut didapat berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber pada tanggal 12 Juli 2014. Berdasarkan letak daerah Aceh yang dikelilingi dengan Samudera Hindia dan Selat Malaka membuat aceh menjadi salah satu tempat persinggahan bagi para pedagang-pedagang maupun dari para musafir-musafir yang sedang melakukan perjalanan. Sebelum masuknya Agama Islam, kesenian di Aceh bersifat magis dan sering dikaitkan dengan acara-acara ritual. Kesenian di Aceh telah lahir dan berkembang dimasyarakat Aceh, dalam bentuk tari-tarian yang dahulunya sering digunakan sebagai media untuk pemujaan kepada dewa-dewi atas rahmat ataupun jika ingin meminta nikmat. Namun setelah masuknya ajaran Agama Islam lirik-lirik didalamnya dirubah menjadi syair-syair yang berupa Shalawat Nabi serta pesan tentang nilai-nilai Islam. Penggunaan tari sebagai media penyampai pesan dimaksudkan agar lebih menarik perhatian bagi para pengikut-pengikut ajaran Islam, karena jika hanya dengan ceramah akan bersifat monoton apalagi jika dahulunya orang-orang lebih percaya kepada alam dan cenderung tidak mempunyai kepercayaan (ateisme).

Begitupula pada kesenian yang berkambang di Kecamatan Baiturrahaman, yaitu salah satu kecamatan di Kota Banda Aceh. Kesenian di Kecamatan Baiturrahman dapat dijumpai di sanggar-sanggar tari yang ada di kecamatan tersebut, dari kesemua sanggar-sanggar tersebut hampir seluruhya mengajarkan tari-tarian Aceh yang bernuansa Islami. Hal tersebut dikarenakan sebagai penerus kebudayaan yang telah lahir dan berkembang dimasyarakat Aceh. Salah satunya adalah di sanggar tari Rangkang Endatu yang merupakan salah satu sanggar yang


(16)

menjadi sebuah tempat dalam pelestarian dan pengembangan tari-tarian Aceh. Disangar tersebut dapat dijumpai beberapa tari-tarian yang telah lahir didaerah Aceh, salah satunya adalah tari Likok Pulo.

Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa sumber dapat diketahui bahwa tari Likok Pulo adalah sebuah tari yang berkembang dimasyarakat Aceh dalam konteks sebagai media penyampai pesan-pesan Islami dalam penyebaran Agama Islam di Aceh. Dalam bahasa Aceh kata Likok berarti “gerak” dan Pulo berarti “pulau”, hal tersebut dilandasi atas dasar dimana tarian ini pertama kali diciptakan yaitu di kawasan Pulo Besar Selatan, Kampung Ulee Paya, Kecamatan Peukan Bada, dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakannya tarian Likok Pulo maka tarian ini berisi tentang pesan-pesan Agama Islam. Dapat dilihat dari gerakan-gerakan tari yang terdapat didalamnya yang melambangkan rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh seperti yang ada didalam ajaran Agama Islam yang tercermin dari gerakan-gerakan yang dilakukan penari secara serempak dan bersama. Para penari melakukan gerakan seperti mengangkat tangan kedepan seperti halnya ketika melakukan takbir didalam shalat, serta terdapat pula gerakan kepala menunduk seperti gerakan ruku’ ataupun sujud didalam shalat. Beberapa gerakan tersebut adalah gerakan-gerakan pokok dalam tari Likok Pulo yang dilakukan penari dengan serempak dan dilakukan secara bersama. Tari Likok Pulo biasanya ditampilkan dengan beberapa penari yang berjumlah ganjil yang posisinya dalam satu barisan (shaf). Jumlah penari yang ganjil dimaksudkan atas dasar bahwa secara Agama Islam Allah SWT menyukai yang sifatnya ganjil, ada 99 nama


(17)

Asmaul Husna, ada 5 rukun Islam, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari nilai estetisnya dengan jumlah penari yang ganjil akan lebih memudahkan dalam pembuatan gerak yang lebih indah. Sesuai dengan yang ada didalam tari Likok

Pulo yaitu gerak selang-seling, maka dengan jumlah penari yang ganjil akan

mempermudah dalam menimbulkan gerak selang-seling tersebut. Tari Likok Pulo diiringi oleh nyanyian-nyanyian yang disenandungkan oleh para penari dan juga syech1. Terdapat dua orang syech didalam tari Likok Pulo, salah satunya duduk dan ikut menari dengan para penari dan yang lainnya duduk didekat penabuh rapa’i. Nyanyian-nyanyian yang disenandungkan tersebut berisi syair-syair bernuansa Islami yang dimulai dengan salam dan mengucapkan shalawat-shalawat nabi dan dilanjutkan dengan isi-isi dakwah yang ingin disampaikan kemudian diakhiri dengan salam penutup. Selain itu tari Likok Pulo juga diiringi dengan rapa’i2 yang dimainkan oleh 2 orang penabuh rapa’i sebagai pengatur tempo dalam pelaksanaan didalam tari Likok Pulo. Busana yang dipakai saat pertunjukkan tari merupakan busana yang sesuai dengan syari’at ajaran Agama Islam, yaitu dengan memakai baju kurung lengan panjang dan juga celana panjang.

Seiring berkembangnya waktu, tari Likok Pulo mengalami perubahan-perubahan didalam gerak dan syair sesuai dengan fungsi dimana tarian tersebut dipertunjukkan tanpa meninggalkan konsep awal dalam tarian tersebut. Yaitu dengan tetap memunculkan rukun yang seharusya ada, rukun tersebut yang

1

Syech adalah penyanyi dalam yang mengiringi saat tarian berlangsung

2Rapa’i adalah alat musik khas aceh yang cara memainkannya dengan ditampar-tampar /


(18)

dimulai dengan Saleum3, Likok, Lani4, dan penutup. Namun, meskipun begitu

masih dapat dijumpai gerak-gerak asal dari tari Likok Pulo tersebut, seperti yang disebutkan diatas. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menjadikan tari

Likok Pulo sebagai topik dalam penelitian ini. Dengan menganalisa fenomena

yang terjadi di lapangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi didalam tarian tersebut. Sesuai dengan kebutuhan dalam sebuah pertunjukkan dapat dijumpai tari Likok Pulo dengan berbagai macam versi, salah satu yang menjadi fokus perhatian adalah di sanggar tari Rangkang Endatu. Penulis menganggap bahwa di sanggar tari tersebut dapat dijumpai tari Likok pulo yang sudah mengalami perkembangan dari yang pernah ada sebelumnya. Terdapat sebuah tampilan yang menarik yang dapat dilihat dari gerakan-gerakan, busana serta syair yang lebih inovatif dan bervariasi. Berdasarkan fenomena yang terjadi maka fokus penelitian ini mengarah pada konsep koreografi tari Likok Pulo Aceh di sanggar tari Rangkag Endatu di Taman Budaya Banda Aceh Kabupaten Aceh Besar.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah didapat berdasarkan latar belakang yang ada, untuk menganalisa berbagai permasalahan yang dapat muncul dalam pembahasan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diketahui beberapa masalah yang dapat diselesaikan dalam penelitian ini. Identifikasi masalah yang ada adalah :

3 Saleum adalah salam (kata-kata pembukaan)


(19)

1. Bagaimanakah sejarah tari Likok Pulo Aceh?

2. Bagaimanakah ide garapan pada tari Likok Pulo Aceh? 3. Bagaimanakah makna filosofis tari Likok Pulo Aceh?

4. Bagaimanakah konsep koreografi pada tari Likok Pulo Aceh di sanggar tari

Rangkang Endatu?

5. Bagaimanakah perkembangan tari Likok Pulo Aceh di sanggar tari Rangkang

Endatu?

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak melebar dan dapat mencapai sasarannya, mengingat ruang lingkup permasalahan bisa menjadi luas, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka pembatasan masalah didalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah sejarah tari Likok Pulo Aceh?

2. Bagaimanakah konsep koreografi pada tari Likok Pulo Aceh di sanggar tari

Rangkang Endatu?

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas maka untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diteliti maka masalah harus dirumuskan. Perumusan masalah berguna agar didalam proses penelitian penulis dapat lebih terarah dalam menyelesaikan setiap topik permasalahan yang akan dikaji. Sehingga ketika dilapangan penulis tidak kesulitan dan sudah mengetahui kemana arah penelitian ini akan dikaji.


(20)

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah konsep koreografi pada tari Likok Pulo Aceh di sanggar tari Rankang Endatu?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu landasan pemikiran dalam membuat sebuah penelitian, yang menjadi acuan terhadap maksud dalam pemilihan topik permasalahan didalam sebuah penelitian. Dari perumusan masalah yang ada sehingga penulis memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Mendeskripsikan sejarah tari Likok Pulo Aceh.

2. Mendeskripsikan konsep koreografi pada tari Likok Pulo Aceh di sanggar tari

Rankang Endatu.

F. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh, karena sebuah penelitian merupakan suatu penjelasan terhadap beberapa masalah yang terjadi dan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah maupun yang akan terjadi. Manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis terhadap perkembangan tari-tarian pada masyarakat Aceh terutama pada tari Likok Pulo,


(21)

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang dimasa akan datang ingin meneliti mengenai kesenian khususnya kesenian tari Likok Pulo yang ada pada masyarakat Aceh,

3. Sebagai sumber informasi bagi semua pihak tentang potensi kesenian tari Likok

Pulo yang ada di Kabupaten Aceh Besar,

4. Sebagai bahan motivasi bagi para pembaca, khususnya yang menekuni dalam bidang kesenian pada tari Likok Pulo,

5. Dapat menjadi sebuah rujukan bagi para seniman lainnya untuk terus berkarya dan berkreativitas dalam usaha pelestarian budaya Indonesia, dan

6. Sebagai buku tambahan untuk pustaka umum agar dapat menambah wawasan setiap pengunjung yang membaca penelitian ini.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan dibab sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Tari-tarian Aceh berkembang menjadi media dakwah dalam penyebaran Agama Islam setelah masuknya agama Islam ke Aceh. Berdasarkan letak daerah Aceh yang berbatasan dengan Samudera Hindia membuat Aceh menjadi salah satu tempat persinggahan bagi para pedagang-pedagang maupun dari para musafir-musafir yang sedang melakukan perjalanan. Sebelum masuknya Agama Islam kesenian di Aceh bersifat magis dan sering dikaitkan dengan acara-acara ritual. Kesenian di aceh telah lahir dan berkembang dimasyarakat Aceh, dalam bentuk tari-tarian sering digunakan sebagai media untuk pemujaan kepada dewa-dewi atas rahmat ataupun jika ingin meminta nikmat. Namun setelah masuknya ajaran agama Islam lirik-lirik didalamnya di rubah menjadi syair-syarir yang berupa nasihat-nasihat serta shalawat-shalawat nabi.

2. Tari Likok Pulo merupakan salah satu tarian yang digunakan sebagai media dakwah ajaran Agama Islam. Tarian ini berkembang menjadi sebuah tari hiburan yang telah lahir di kawasan Pulo Besar Selatan, Kampung Ulee Paya, Kecamatan Peukan Bada, dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Diketahui bahwa tarian ini diciptakan oleh seorang ulama tua dari Arab


(23)

yang telah terdampar di pulau tersebut yang kemudian berkembang dalam konsep pengembangan ajaran agama Islam.

3. Konsep tampilan tari Likok Pulo yang asli dengan yang ada di sanggar tari

Rangkang Endatu tidaklah jauh berbeda, hanya Terdapat perbedaan didalam

syair serta gerakan tari Likok Pulo. Sanggar tari Rangkang Endatu menjadikan syiar agama Islam sebagai tema didalam menciptakan tari Likok Pulo disanggar tari tersebut.

4. Konsep gerak tari Likok Pulo yang ada di sanggar tari Rangkang Endatu tidaklah jauh berbeda dengan yang aslinya, terdapat hubungkaitnya dengan ilmu-ilmu koreografi. Dapat dilihat dari segi komposisi tari yang memiliki kosep gerakan-gerakan yang dilakukan para penari dengan serempak, selang-seling, dan berurutan.

5. Konsep musik iringan tari dalam penyajian tari Likok Pulo terdapat dua jenis pembagian musik yaitu musik internal dan musik eksternal. Iringan musik didalam tari Likok Pulo di sanggar tari Rangkang Endatu berguna sebagai pengatur emosi dari setiap para penari serta berperan dalam mengatur tempo. 6. Bentuk busana pada tari Likok Pulo sama dengan bentuk busana dalam

tari-tarian Aceh lainnya, yaitu merupakan baju tangan panjang dan celana panjang. Busana tari Likok Pulo di sanggar tari Rangkang Endatu lebih dikreatifitaskan pada warna serta bentuk sulaman yang menghiasi kainnya, dengan tidak menghilangkan konsep awalnya yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yang dianjurkan untuk menutupi aurat.


(24)

B. Saran

Dengan memperhatikan pembahasan dan dari kesimpulan yang didapat, maka untuk meningkatkan dan melestarikan tari-tarian Aceh khususnya pada tari

Likok Pulo maka beberapa saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan bagi pihak Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Banda Aceh agar lebih memerhatikan kebudayaan yang telah lahir dan berkempang pada masyarakat Aceh khususnya didalam bidang kesenian dan lebih mensosialisasikan kepada masyarakat tentang perkembangan kesenian-kesenian Aceh agar kebudayaan Aceh dapat lebh dikenal baik dikalangan masyarakat aceh itu sendiri maupun para wisatawan yang datang.

2. Diharapkan bagi seniman-seniman Kota Banda Aceh agar lebih antusias dalam mengembangkan dan melestarikan budaya-budaya Aceh agar kesenian Aceh yang telah ada tidak punah dan terus berkembang.

3. Diharapkan kepada sanggar Rangkang Endatu untuk terus berkarya dalam mengembangkan maupun menciptakan inovasi baru terhadap kesenian Aceh khusunya dalam bidang tari-tarian, agar lebih dikenal diseluruh lapisan masyarakat.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rieneke Cipta. Dibia, I Wayan, (2003). Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta : ISBN

Ernawati, (2013). ”Penggunaan Multimedia Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Pada Materi Tari Likok Pulo Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Lambheu

Kabupaten Aceh Besar”. Program Studi Sendratasik, FKIP Unsyiah.

Hadi, Y. Sumandiyo, (2012). Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta : Cipta Media.

Harahap, Rachmat, (2012). “Analisa Musik Iringan Tari Pada Mata Kuliah Koreografi Di Jurusan Sendratasik Unimed Tahun Ajaran 2008-2010”.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS Unimed.

Hidayat, Aziz Alimut, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Surabaya : Salemba Media.

Kartono, Ario, dkk, (2004). Berkreasi Seni Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Ganeca Exact

Lestari, Syera Fauzya, (2013). “Konsep Koreografi Tari Rapa’i Geleng Pada

Masyarakat Aceh Utara”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Tari,

FBS Unimed.

Miranti, Maulia, (2013). “Tari Rapa’i Daboh Di Sanggar Garuda Mas Desa

Sungai Pauh Kota Langsa”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS Unimed.

Murgiyanto, Sal, (1983). Koreografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

Nurwani, (2010). Pengetahuan Seni Tari. Diktat : Unimed. Prastiawan, Inggit, (2010). Tata Teknik Pentas . Diktat : Unimed.

Purba, Berny M, (2012). “Pembelajaran Musik Pada Anak Usia Tiga Sampai

Enam Tahun Di Kelompok Musik Bermain Era Musika”. Skripsi, Program

Studi Pendidikan Seni Musik, FBS Unimed.

Saifuddin, A.F, (2005). Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis


(26)

Sembiring, Dermawan, (2013). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan : Unimed Press.

Singarimbun, Masridan Effendi, Sofian, (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

Suharto, Ben, (1985). Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Bagi Guru. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono, (1978). Pengantar Pengertian Tari. Yogyakarta : Asti. Soedarsono, (1986). Elemen - Elemen Dasar Komposisi Tari. Legaligo. Soedarsono, (1999). Seni Pertunjukkan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta Yatim, Badri, (2004). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah. PT.


(27)

Daftar Acuan Internet Dan Multimedia

id.wikipedia.org/wiki/Tari_Likok_Pulo www.acehprov.go.id.

http://buzzerbeezz.wordpress.com/2012/09/23/weekend-escape-berkemah-di-pulau-breueh.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan dibab sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Tari-tarian Aceh berkembang menjadi media dakwah dalam penyebaran Agama Islam setelah masuknya agama Islam ke Aceh. Berdasarkan letak daerah Aceh yang berbatasan dengan Samudera Hindia membuat Aceh menjadi salah satu tempat persinggahan bagi para pedagang-pedagang maupun dari para musafir-musafir yang sedang melakukan perjalanan. Sebelum masuknya Agama Islam kesenian di Aceh bersifat magis dan sering dikaitkan dengan acara-acara ritual. Kesenian di aceh telah lahir dan berkembang dimasyarakat Aceh, dalam bentuk tari-tarian sering digunakan sebagai media untuk pemujaan kepada dewa-dewi atas rahmat ataupun jika ingin meminta nikmat. Namun setelah masuknya ajaran agama Islam lirik-lirik didalamnya di rubah menjadi syair-syarir yang berupa nasihat-nasihat serta shalawat-shalawat nabi.

2. Tari Likok Pulo merupakan salah satu tarian yang digunakan sebagai media dakwah ajaran Agama Islam. Tarian ini berkembang menjadi sebuah tari hiburan yang telah lahir di kawasan Pulo Besar Selatan, Kampung Ulee Paya, Kecamatan Peukan Bada, dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Diketahui bahwa tarian ini diciptakan oleh seorang ulama tua dari Arab


(2)

yang telah terdampar di pulau tersebut yang kemudian berkembang dalam konsep pengembangan ajaran agama Islam.

3. Konsep tampilan tari Likok Pulo yang asli dengan yang ada di sanggar tari Rangkang Endatu tidaklah jauh berbeda, hanya Terdapat perbedaan didalam syair serta gerakan tari Likok Pulo. Sanggar tari Rangkang Endatu menjadikan syiar agama Islam sebagai tema didalam menciptakan tari Likok Pulo disanggar tari tersebut.

4. Konsep gerak tari Likok Pulo yang ada di sanggar tari Rangkang Endatu tidaklah jauh berbeda dengan yang aslinya, terdapat hubungkaitnya dengan ilmu-ilmu koreografi. Dapat dilihat dari segi komposisi tari yang memiliki kosep gerakan-gerakan yang dilakukan para penari dengan serempak, selang-seling, dan berurutan.

5. Konsep musik iringan tari dalam penyajian tari Likok Pulo terdapat dua jenis pembagian musik yaitu musik internal dan musik eksternal. Iringan musik didalam tari Likok Pulo di sanggar tari Rangkang Endatu berguna sebagai pengatur emosi dari setiap para penari serta berperan dalam mengatur tempo. 6. Bentuk busana pada tari Likok Pulo sama dengan bentuk busana dalam

tari-tarian Aceh lainnya, yaitu merupakan baju tangan panjang dan celana panjang. Busana tari Likok Pulo di sanggar tari Rangkang Endatu lebih dikreatifitaskan pada warna serta bentuk sulaman yang menghiasi kainnya, dengan tidak menghilangkan konsep awalnya yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yang dianjurkan untuk menutupi aurat.


(3)

B. Saran

Dengan memperhatikan pembahasan dan dari kesimpulan yang didapat, maka untuk meningkatkan dan melestarikan tari-tarian Aceh khususnya pada tari Likok Pulo maka beberapa saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan bagi pihak Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Banda Aceh

agar lebih memerhatikan kebudayaan yang telah lahir dan berkempang pada masyarakat Aceh khususnya didalam bidang kesenian dan lebih mensosialisasikan kepada masyarakat tentang perkembangan kesenian-kesenian Aceh agar kebudayaan Aceh dapat lebh dikenal baik dikalangan masyarakat aceh itu sendiri maupun para wisatawan yang datang.

2. Diharapkan bagi seniman-seniman Kota Banda Aceh agar lebih antusias dalam mengembangkan dan melestarikan budaya-budaya Aceh agar kesenian Aceh yang telah ada tidak punah dan terus berkembang.

3. Diharapkan kepada sanggar Rangkang Endatu untuk terus berkarya dalam mengembangkan maupun menciptakan inovasi baru terhadap kesenian Aceh khusunya dalam bidang tari-tarian, agar lebih dikenal diseluruh lapisan masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rieneke Cipta. Dibia, I Wayan, (2003). Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta : ISBN

Ernawati, (2013). ”Penggunaan Multimedia Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Materi Tari Likok Pulo Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Lambheu Kabupaten Aceh Besar”. Program Studi Sendratasik, FKIP Unsyiah.

Hadi, Y. Sumandiyo, (2012). Koreografi Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta : Cipta Media.

Harahap, Rachmat, (2012). “Analisa Musik Iringan Tari Pada Mata Kuliah Koreografi Di Jurusan Sendratasik Unimed Tahun Ajaran 2008-2010”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS Unimed.

Hidayat, Aziz Alimut, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Surabaya : Salemba Media.

Kartono, Ario, dkk, (2004). Berkreasi Seni Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Ganeca Exact

Lestari, Syera Fauzya, (2013). “Konsep Koreografi Tari Rapa’i Geleng Pada Masyarakat Aceh Utara”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS Unimed.

Miranti, Maulia, (2013). “Tari Rapa’i Daboh Di Sanggar Garuda Mas Desa Sungai Pauh Kota Langsa”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS Unimed.

Murgiyanto, Sal, (1983). Koreografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

Nurwani, (2010). Pengetahuan Seni Tari. Diktat : Unimed. Prastiawan, Inggit, (2010). Tata Teknik Pentas . Diktat : Unimed.

Purba, Berny M, (2012). “Pembelajaran Musik Pada Anak Usia Tiga Sampai

Enam Tahun Di Kelompok Musik Bermain Era Musika”. Skripsi, Program

Studi Pendidikan Seni Musik, FBS Unimed.

Saifuddin, A.F, (2005). Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta : Prenada Media.


(5)

Sembiring, Dermawan, (2013). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan : Unimed Press.

Singarimbun, Masridan Effendi, Sofian, (2008). Metode Penelitian Survei. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

Suharto, Ben, (1985). Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Bagi Guru. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono, (1978). Pengantar Pengertian Tari. Yogyakarta : Asti. Soedarsono, (1986). Elemen - Elemen Dasar Komposisi Tari. Legaligo. Soedarsono, (1999). Seni Pertunjukkan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta Yatim, Badri, (2004). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah. PT.


(6)

Daftar Acuan Internet Dan Multimedia id.wikipedia.org/wiki/Tari_Likok_Pulo www.acehprov.go.id.

http://buzzerbeezz.wordpress.com/2012/09/23/weekend-escape-berkemah-di-pulau-breueh.