PERANAN SANGGAR TARI KALOKA TERHADAP PERKEMBANGAN TARI DI KOTA PEKALONGAN

(1)

i

PERANAN SANGGAR TARI KALOKA

TERHADAP PERKEMBANGAN TARI

DI KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama :Kania Rizki Salsabila

NIM : 2501410163

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Skripsi yang berjudul Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Semarang, 27 April 2015

Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002) --- Pembimbing

Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002) Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik


(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang betanda tangan di bawah ini saya Nama : Kania Rizki Salsabila

NIM : 2501410163

Prodi Studi : Pendidikan Seni Tari Jurusan : Pendidikan Sendratasik

Judul Skripsi : Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar-benar hasil karya saya sendiri, kutipan dan ringkasan yang semua sumbernya telah saya jelaskan. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Semarang, 27 April 2015 Yang membuat pernyataan,

Kania Rizki Salsabila NIM 2501410163


(4)

iv

Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu Tanggal : 6 Mei 2015

Drs. Syahrul Syah S, M.Hum. (1964041991021001) Ketua

Dra. Siti Aesijah, M.Pd. (196512191991032003) ______________ Sekretaris

Moh Hasan B, S.Sn., M.Sn. (196601091998021001) Penguji I

Dra. Malarsih, M.Sn. (196106171988032001) Penguji II

Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum. (196210041988031002) ______________ Penguji III/ Pembimbing I


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorangpun sedang menonton” (Mark Twain)

PERSEMBAHAN:

1. Keluarga saya mama Eni Ratnawati, S.Pd., ibu terhebat yang memperjuangkan apapun demi kebahagiaan keluarga, bapak Kasnoto, dan Imam Aditiasno yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan doa

2. Ridho Arga Permana yang selalu ada memberikan dukungan, doa, dan semangat

3. Keluarga kedua saya bapak Rusdiono, ibu Asih Setiorini, Dheny Septian Putra, dan Yangkung 4. Esty, Anna, Ninda, Desi K, Ikha S, dan


(6)

vi

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN SANGGAR TARI KALOKA TERHADAP PERKEMBANGAN TARI DI KOTA

PEKALONGAN”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Peneliti memperoleh bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan studi di Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang

2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian

3. Bapak Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum., Ketua jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni, sekaligus Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk dengan sabar dan bijaksana serta memberikan motivasi sejak awal hingga akhir penelitian skripsi

4. Ibu Restu Lanjari, S.Pd, M.Pd., Dosen Wali yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini


(7)

vii

6. Bapak Bambang Irianto, Ketua Sanggar Tari Kaloka Kota Pekalongan yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran kepada peneliti

7. Anggota Sanggar Tari Kaloka Kota Pekalongan yang sudah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Besar harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca.

Semarang, 12 Mei 2015


(8)

viii

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Joko Wiyoso, S.Kar., M.Hum.

Kata Kunci: peranan, perkembangan, sanggar tari

Tari merupakan salah satu cabang seni yang berkembang sepanjang zaman. Perkembangan tari tidak terlepas dari masyarakat pendukungnya. Sanggar Tari Kaloka merupakan organisasi lembaga pendidikan non formal yang melakukan upaya perkembangan tari di Kota Pekalongan melalui kegiatan tari. Peneliti melihat indikasi keterlibatan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan.

Pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari yang terjadi di Kota Pekalongan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penulisan hasil penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sanggar Tari Kaloka memiliki peranan terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dilakukan melalui aktivitas sanggar yang terkait dengan kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari. Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari secara kualitatif dapat dilihat dari kegiatan penggarapan tari yaitu membuat garapan karya untuk pementasan dan lomba, serta merekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap yang dijadikan tarian identitas Kota Pekalongan, hal ini membuktikan pembaharuan terhadap karya yang sudah ada dan menjadikannya lebih maju yaitu dengan dijadikannya Tari Sintren Garap sebagai tarian identitas Kota Pekalongan. Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari secara kuantitatif dapat dilihat dari kegiatan pelatihan dan pementasan tari. Dengan kegiatan pelatihan tari membuktikan penyebaran tari kepada siswa Sanggar Tari Kaloka, dan kegiatan pementasan tari membuktikan bahwa Sanggar Tari Kaloka melakukan penyebaran tari kepada masyarakat baik di dalam maupun luar kota Pekalongan.

Saran yang dapat peneliti berikan untuk Sanggar Tari Kaloka yaitu dapat mengoptimalkan peranannya terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Bagi pemerintah Kota Pekalongan hendaknya mendukung dan memprioritaskan sanggar tari di Kota Pekalongan, dan masyarakat ikut mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan tari untuk perkembangan tari di Kota Pekalongan.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR FOTO ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6


(10)

x

2.3 Perkembangan ... 11

2.4 Tari ... 13

2.4.1 Pengertian Tari ... 13

2.4.2 Fungsi Tari ... 15

2.4.3 Jenis Tari ... 15

2.5 Kerangka Berpikir ... 17

BAB 3 : METODE PENELITIAN... 19

3.1 Pendekatan Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 20

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Teknik Analisis Data ... 28

3.5 Teknik Keabsahan Data ... 31

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.1.1 Keadaan Demografis Kota Pekalongan ... 34

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Pekalongan ... 35

4.1.3 Agama Penduduk Kota Pekalongan... 36

4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Pekalongan ... 37

4.1.5 Tingkat Pendidikan di Kota Pekalongan... 39


(11)

xi

4.1.7 Letak Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka ... 44

4.2 Sanggar Tari Kaloka... 47

4.2.1 Sejarah Berdirinya Sanggar Tari Kaloka ... 47

4.2.2 Tujuan Didirikannya Sanggar Tari Kaloka ... 50

4.2.3 Struktur Organisasi Sanggar Tari Kaloka ... 51

4.2.4 Sarana dan Prasarana Sanggar Tari Kaloka ... 54

4.2.5 Keadaan Siswa Sanggar Tari Kaloka ... 59

4.2.6 Program Kerja Sanggar Tari Kaloka ... 60

4.3 Kondisi Tari di Kota Pekalongan (Sebelum dan Setelah Berdirinya Sanggar Tari) ... 61

4.4 Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ... 65

4.4.1 Penggarapan ... 65

4.4.2 Pelatihan ... 72

4.4.2.1 Pelatih ... 73

4.4.2.2 Siswa ... 76

4.4.2.3 Materi ... 78

4.4.2.4 Metode Pelatihan Tari ... 78

4.4.2.5 Evaluasi dan Penilaian ... 81

4.4.3 Pementasan ... 82

4.5 Faktor yang Memengaruhi Peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ... 87


(12)

xii

Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan ... 94

BAB 5 : PENUTUP ... 96

5.1 Simpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(13)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Bagan Halaman


(14)

xiv

Tabel 1 Jumlah Masyarakat Pemeluk Agama di Kota Pekalongan ... 36

Tabel 2 Mata Pencaharian Masyarakat Kota Pekalongan ... 38

Tabel 3 Jumlah Sekolah dan PerguruanTinggi di Kota Pekalongan ... 40

Tabel 4 Jumlah Perkumpulan/komunitas kesenian di Kota Pekalongan ... 43


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Bagan Halaman

Gambar 1 Peta Kota Pekalongan ... 34 Gambar 2 Denah Tempat Pelatihan Sanggar Kaloka Kota Pekalongan ... 46


(16)

xvi

Bagan Halaman

Foto 1 Sanggar Sanggar Pramuka (Tempat Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari

Kaloka) ... 45

Foto 2 Tempat Pelatihan Sanggar Tari Kaloka Tampak Depan ... 54

Foto 3 Ruang Pelatihan Sanggar Tari Kaloka ... 55

Foto 4 Ruang Pelatihan Sanggar Tari Kaloka Tampak Samping ... 55

Foto 5 Tape Recorder ... 57

Foto 6 Kaset Tari Tape Recorder ... 57

Foto 7 Kaset Tari CD (Compact Disk) ... 58

Foto 8 Kostum dan Properti ... 58

Foto 9 Tari Sintrenan ... 71

Foto 10 Tari Sintren Garap ... 71

Foto 11 Bambang Irianto (Ketua dan Pelatih Sanggar Tari Kaloka) ... 73

Foto 12 Esti Ediarti (Bendahara dan Pelatih Sanggar Tari Kaloka ... 74

Foto 13 Retno Wulan Ramadhani (Pelatih Sanggar Tari Kaloka) ... 75

Foto14 Pelatihan Tari Piring (Metode Mencontoh) ... 79

Foto 15 Pelatihan Tari Gambyong (Metode Ngedhe) ... 79

Foto 16 Pelatihan Tari Eko Prawiro (Metode Garingan) ... 81

Foto 17 Evaluasi Siswa Sanggar Tari Kaloka ... 82

Foto 18 Pentas Seni Sendratari Sintren Van Pekalongan (Solasih Solandono) di TMII ... 84


(17)

xvii

Foto 19 Pentas di acara nikahan ... 84 Foto 20 Pementasan Sendratari Ramayana Pekan Batik Nusantara 2014 dengan

Sanggar Rahayu Raras ... 88 Foto 21 Alumni Siswa Sanggar Tari Kaloka dengan Siswanya ... 92


(18)

xviii 2. Lampiran 2 : Instrumen Penelitian 3. Lampiran 3 : Data Narasumber

4. Lampiran 4 : Daftar Pengurus Sanggar Tari Kaloka 5. Lampiran 5 : Daftar Siswa Sanggar Tari Kaloka 6. Lampiran 6 : Tanda Daftar Usaha Perusahaan 7. Lampiran 7 : Tanda Daftar Usaha Pariwisata 8. Lampiran 8 : Anggaran Dasar Sanggar Tari Kaloka

9. Lampiran 9 : Anggaran Rumah Tangga Sanggar Tari Kaloka 10. Lampiran 10: Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi 11. Lampiran 11: Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian

12. Lampiran 12: Surat Rekomendasi Izin Penelitian di Kota Pekalongan 13. Lampiran 13: Surat Tugas Panitia Ujian Sarjana


(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Royce (dalam Rohidi, 2000: 17) mengemukakan bahwa seni tari sebagai salah satu ekspresi estetik manusia dalam bentuk gerak, telah muncul sejak awal kehidupan manusia. Penjelasan yang bagaimanapun adanya “seni tari” dalam wacana ini, baik tari yang berasal dari budaya primitif, tari tradisional yang

berkembang di istana (biasa disebut “klasik”), tari yang hidup di kalangan masyarakat pedesaan dengan ciri “kerakyatan”, maupun tari yang berkembang di

masyarakat perkotaan (sering mendapat lebel “pop”) atau tari “modern”, dan tari

“kreasi”, kehadirannya sesungguhnya tak akan lepas dari masyarakat

pendukungnya (Hadi, 2005: 13).

Seni tari mempunyai peranan sebagai media ekspresi, berpikir kreatif, mengembangkan bakat, dan juga media komunikasi. Tari mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat, seperti sebagai hiburan dan sarana komunikasi. Mengingat kedudukannya itu, tari dapat hidup, tumbuh, dan berkembang sepanjang zaman sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusianya. Dengan kata lain, bahwa perkembangan maupun perubahan yang terjadi pada tari sangat ditentukan oleh kepentingan dan kebutuhan masyarakat pendukungnya (Jazuli, 2008: 1).


(20)

Sanggar adalah tempat untuk kegiatan seni (tari, lukisan, dan sebagainya) (KBBI, 2002: 994). Salah satu pelestarian budaya terhadap bentuk karya seni khususnya bidang tari yaitu dengan didirikannya sanggar tari. Sanggar tari merupakan sarana yang digunakan suatu organisasi yang bergerak dibidang seni tari. Pendidikan di sanggar tari yaitu mempelajari tari-tarian yang sudah ada baik berupa tari klasik maupun tari kreasi. Dalam pengembangan tari selain menciptakan tari, sanggar tari juga mengembangkan bentuk-bentuk tari kreasi baru untuk melakukan suatu pertunjukan sebagai bukti keberadaan sanggar tari tersebut hidup di tengah masyarakat.

Peranan menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu/organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu atas tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban dan harus dilakukan sesuai dengan kedudukannya. Peranan sanggar sebagai suatu organisasi terhadap pelestarian kebudayaan khususnya seni tari yaitu sanggar sebagai suatu organisasi yang melakukan aktivitas sanggar melalui kegiatan tari, antara lain penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari untuk mengembangkan potensi tari yang ada.

Perkembangan tari dipengaruhi oleh peradaban masyarakat dan juga ditentukan oleh situasi dan kondisi pemerintah. Selain melestarikan seni tari, sanggar tari juga mendukung dan mengarahkan siswanya untuk mengenal dan mengembangkan potensi diri secara optimal dengan pengajaran tari yang bertujuan untuk menyalurkan hobi, mendapatkan kesenangan, peningkatan percaya diri, kebugaran tubuh, pengembangan diri, dan menjadikannya sebagai profesi (http://sekolahtarigenecela.blogspot.com/).


(21)

3

Pekalongan adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di jalur Pantura. Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yang terbagi lagi menjadi 47 (empat puluh tujuh) kelurahan. Kota Pekalongan mendapat

julukan “Kota Batik” karena batik Kota Pekalongan memiliki corak yang khas

dan variatif. Kota Pekalongan memiliki beberapa kesenian tradisional, antara lain kesenian tradisional Sintren, Kuntulan, dan Simtudurror.

Sebagian masyarakat Kota Pekalongan mendirikan dan mengelola sanggar seni untuk melestarikan kesenian tradisional. Salah satu sanggar seni di Kota Pekalongan yaitu Sanggar Tari Kaloka yang terletak di Jalan Sriwijaya No, 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Utara Kota Pekalongan merupakan lembaga pendidikan non formal yang bergerak dibidang seni dan budaya khususnya seni tari tradisional dan tari kreasi. Sanggar Tari Kaloka berdiri sejak tanggal 1 Januari 1994 dan masih bertahan sampai sekarang. Selain Sanggar Tari Kaloka, di Kota Pekalongan juga terdapat sanggar tari lainnya yaitu Sanggar Tari Kartika, Sanggar Tari Surya Budhaya, Sanggar Tari Wira Budhaya, dan Sanggar Tari Asri Budoyo. Sanggar Asri Budoyo berdiri tahun 2000 dan bertempat di SD Kraton 1 Pekalongan. Sanggar Tari Asri Budoyo yang dikelola oleh gabungan guru-guru SD Kota Pekalongan tersebut akhirnya bubar pada bulan Mei 2001 karena pengelolaannya kurang baik.

Sanggar Tari Kaloka memiliki potensi untuk mengembangkan tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka letaknya strategis, di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau dan dikenal masyarakat kelurahan Bendan dan sekitarnya. Sanggar Tari Kaloka banyak mengikutsertakan


(22)

anak didiknya dalam kegiatan kesenian di dalam maupun di luar Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka telah banyak mengantar anak didiknya mencapai hasil yang baik/prestasi dibidang seni tari tradisional dan tari kreasi. Sanggar Tari Kaloka juga mengadakan pergelaran tari yang diadakan satu tahun sekali, tepatnya pada saat ulang tahun Sanggar Tari Kaloka. Sekolah formal di Kota Pekalongan mempercayai Sanggar Tari Kaloka untuk melatih siswanya dalam persiapan pementasan, perlombaan, dan festival baik di tingkat kelurahan, kotamadya maupun provinsi/nasional. Sanggar Tari Kaloka juga mendapat kepercayaan dari Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan untuk merekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap dan dijadikan tarian identitas khas Kota Pekalongan yang telah diakui di tingkat Jawa Tengah. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan mempercayakan Sanggar Tari Kaloka dalam setiap kegiatan seni di Kota Pekalongan maupun di luar kota, baik dalam acara pementasan maupun festival mewakili Kota Pekalongan. Sanggar Tari Kaloka mengikuti agenda pementasan rutin yang dilakukan tiap tahun, antara lain: pementasan Hari Ulang Tahun Kota Pekalongan, pentas seni hari besar seperti Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) dan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS), pentas syawalan (tradisi Kota Pekalongan), Pekan Batik Nusantara (PBN), Pekan Batik Internasional (PBI), dan pentas Hari Pertempuran Kota Pekalongan 3 Oktober. Sanggar Tari Kaloka juga mengikuti pentas dalam acara penyambutan tamu pemerintah, peresmian gedung, seminar, dan pernikahan. Peranan Sanggar Tari Kaloka juga mendidik siswanya menjadi generasi penerus untuk mengembangkan


(23)

5

tari dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi, dan kemudian pengajaran tari diteruskan kepada generasi selanjutnya. Sanggar Tari Kaloka dikenal masyarakat atas prestasi dan peranannya dalam mengembangkan tari tradisional maupun tari kreasi di Kota Pekalongan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

“Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan”

karena peneliti melihat pentingnya peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap pelestarian budaya, khususnya dalam mengembangkan seni tari baik tari tradisional maupun tari kreasi di Kota Pekalongan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini berorientasi pada:

1.2.1 Bagaimanakah peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan.


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian tentang peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan ini dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Praktis

1.4.1.1 Bagi masyarakat Kota Pekalongan, dapat menambah pengetahuan untuk memotivasi agar melestarikan seni tari melalui ikut berpartisipasi dalam kegiatan sanggar

1.4.1.2 Bagi pelaku kebijakan dalam bidang seni di Kota Pekalongan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan eksistensi kesenian Kota Pekalongan khususnya seni tari melalui peningkatan dan pengembangan mutu sanggar tari dalam rangka memperkaya kebudayaan nasional

1.4.1.3 Bagi pembaca diharapkan penelitian dapat menambah wawasan kesenian daerah dan dapat mengetahui perkembangan kesenian khususnya tari tradisional di Kota Pekalongan

1.4.1.4 Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan sekaligus sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.


(25)

7

1.4.2.1 Dapat dijadikan bahan rujukan guna penelitian lebih lanjut tentang peranan sanggar tari, khususnya peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan

1.4.2.2 Sebagai bentuk dokumentasi tertulis peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan

1.4.2.3 Menambah apresiasi mahasiswa tentang peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan.

1.5 Sistematika Skripsi

Guna mempermudah para pembaca dan mempercepat pemahaman terhadap penelitian ini, maka akan dikemukakan sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. 1.5.1 Bagian awal terdiri dari halaman judul, lembar persetujuan pembimbing,

lembar pernyataan, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, darter grafik. dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu: BAB 1: Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2: Landasan Teori

Bab ini berisi tentang pengertian peranan, sanggar tari, perkembangan, tari, dan kerangka berpikir yang merupakan konsep yang digunakan sebagai acuan


(26)

dalam melakukan penelitian dan sebagai pendukung yang ada kaitannya dengan permasalahan.

BAB 3: Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

BAB 4: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, sejarah berdirinya sanggar, inventaris sanggar, prestasi sanggar, peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan faktor yang memengaruhi peranan Sanggar Tari Kaloka dalam mengembangkan tari di Kota Pekalongan.

BAB 5: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari masalah yang telah diteliti dan saran yang terkait dengan kesimpulan.


(27)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Peranan

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan/status. Seseorang dikatakan menjalankan suatu peranan apabila melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan/statusnya. Peranan mencakup tiga hal, yaitu: (a) peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (b) peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, (c) peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial (Soekanto, 2013: 212).

Peranan adalah satu set yang tersambung yaitu perilaku, hak, dan kewajiban seperti yang dikonseptualisasikan oleh pelaku dalam situasi sosial. Hal ini terus-menerus mengubah perilaku yang diharapkan dan mungkin memiliki individu yang diberikan kepada status sosial atau posisi sosial (Soekamto dalam Rahadinta, 2011:7). Peranan merupakan pengertian sejauh mana fungsi/bagian seseorang atau individu dalam menunjang usaha pencapaian tujuan dan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan pada diri seseorang harus dibedakan oleh posisinya dalam masyarakat. Setiap peranan dilaksanakan bertujuan agar seseorang atau organisasi yang melaksanakan memiliki hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati.


(28)

Jadi definisi peranan adalah bagian atau fungsi yang dilakukan seseorang atau organisasi terhadap hal yang dilakukan sesuai dengan aturan/norma yang berlaku dimasyarakat (sosial) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2 Sanggar Tari

Sanggar merupakan tempat berkumpulnya para pelaku seni, peminat seni, atau orang yang ingin menjadi seniman untuk berlatih bersama, menempa dan mengembangkan potensi diri atau keterampilan seninya (Jazuli, 2008: 22).

Sanggar tari adalah organisasi yang dikelola secara profesional pada bidang tertentu atau mengkhususkan pada bidang tari. Bagi anggota sanggar yang telah menyelesaikan masa keanggotaannya mendapatkan bukti diri sebagai anggota berupa sertifikat. Disamping itu sanggar tari diharapkan dapat berfungsi untuk mengembangkan sekaligus melestarikan seni tari sebagai wadah dalam kehidupan dan bisa meningkatkan keterampilan serta kemampuan anak didik di sanggar (Jazuli dalam Veronica, 2012: 6).

Veronica (2012: 14) mengungkapkan bahwa sanggar tari adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan pelatihan seni, yaitu kegiatan yang lebih memfokuskan pada bidang tari, baik tari tradisi maupun tari modern. Sanggar tari merupakan bentuk pendidikan non formal yang melakukan kegiatan secara terorganisasi dan mengutamakan penguasaan ketrampilan menari bagi anggota belajarnya. Sanggar tari merupakan lembaga pendidikan non formal yang diharapkan menjadi wadah bagi siapa saja untuk memperoleh, meningkatkan, dan


(29)

11

mempertahankan kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan nilai-nilai budaya dari setiap individu. Sanggar tari merupakan tempat bagi pelaku seni untuk menuangkan ekspresinya, yang diatur oleh sebuah sistem manajemen dari sanggar tari yang diikuti. Sanggar tari adalah suatu tempat atau wadah bagi lembaga pendidikan non formal untuk berkumpulnya para pelaku seni khususnya seni tari dalam hal mempelajari dan melestarikan tari.

2.3 Perkembangan

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif daripada fungsi-fungsi, perubahan fungsi disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material dan perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka dapat dirumuskan bahwa perkembangan merupakan perubahan kualitatif setiap fungsi akibat dari pertumbuhan dan belajar (Ngalimun, 2013: 4). Perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali (Werner dalam Ngalimun, 2013: 1).

Perkembangan merupakan proses perubahan dalam diri baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.

1. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan bersifat saling

ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisame (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.


(30)

2. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).

3. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat (Yusuf, 2013: 1-2).

Perkembangan merupakan sesuatu yang kecil menjadi besar, dari yang belum sempurna menjadi sempurna. Perkembangan kesenian pada umumnya mengikuti proses perubahan yang terjadi dalam kebudayaan suatu masyarakat, tata masyarakat turut pula menentukan arah perkembangan kesenian (Sedyawati dalam Susanti, 2013: 10). Perkembangan mempunyai arti mengolah dan memperbaharui, maka dapat diasumsikan bahwa akibat dari perkembangan mengakibatkan sebuah perubahan, dalam konteks kebudayaan, perubahan dapat ditafsirkan sebagai perubahan cara hidup yang meliputi cara berpikir, bertindak dan berkarya suatu masyarakat, sebagai akibat perkembangan dari dalam masyarakat pendukungnya, maupun akibat dengan masyarakat yang memiliki cara hidup yang berbeda. Pengertian perkembangan menyangkut masalah pengolahan dan pembaharuan kualitas estetis atau struktur pertunjukan itu sendiri (Indriyanto, 2001: 59-65).

Perkembangan kesenian tradisional mengandung dua pengertian yaitu perkembangan dalam arti penggarapannya dan perkembangan dalam arti dikenal oleh masyarakat dan kesenian itu tumbuh, kemudian setelah berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas. Perkembangan dalam arti penggarapan adalah unsur-unsur yang sudah diperkaya dengan penambahan unsur-unsur baru yang


(31)

13

sesuai dengan kemajuan jaman tanpa mengurangi nilai-nilai yang sudah ada (Suharto dalam Susanti, 2013: 10).

Menurut Edi Sedyawati perkembangan budaya tari boleh bersifatkan dalam konteks penyebaran yang disebut dengan kuantitas, dan boleh pula ia dipandang daripada aspek kualitas yaitu sejauh mana perkembangan tersebut dilaksanakan dengan sebuah proses kreativitas kepada wujud gerak, kostum maupun musiknya. Perkembangan dalam konteks kuantitas lebih sering dilakukan oleh akademi-akademi seni atau institusi seni, karena mereka memiliki orang-orang yang silih berganti di dalam institusi tersebut untuk menyebar ke berbagai negeri (Sedyawati, 1984).

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh, perkembangan dibagi menjadi dua yaitu perkembangan kualitatif dan perkembangan kuantitatif. Perkembangan kualitatif adalah proses atau tahapan pembaharuan berkesinambungan melalui perbaikan terhadap sesuatu yang sudah ada dan bersifat progresif/ke arah yang lebih baik tanpa mengurangi nilai-nilai yang sudah ada. Sedangkan perkembangan kuantitatif adalah proses atau tahapan penyebaran yang dapat diukur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai upaya dan kegiatan agar lebih luas dan dikenal.

2.4 Tari

2.4.1 Pengertian Tari

Bahan baku tari adalah gerak yang ritmis. Gerak yang ritmis harus lahir dari jiwa manusia karena tari sebagai ekspresi yang diungkapkan manusia untuk


(32)

dinikmati dengan rasa. Tari adalah bentuk gerak yang indah dan lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli, 1994: 3). Tari adalah gerak yang telah disusun dengan indah digerakkan oleh anggota tubuh manusia yang mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan musik pengiring (Hartono, 2011: 10). Tari adalah bentuk gerak yang indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli, 2008: 7).

Soerjodiningrat (dalam Jazuli, 2008: 6) mengemukakan bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh/badan yang selaras dengan bunyi musik (gamelan), diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan di dalam tari. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono dalam Jazuli, 2008: 6).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tari adalah ungkapan seni manusia yang menggunakan tubuh sebagai media gerak yang terarah melalui penghayatan jiwa untuk mencapai makna/maksud tertentu dan disusun selaras dengan irama musik. Penciptaan tari berasal dari gerak yang bersumber dari ungkapan hidup dan alam sekeliling manusia. Tari maju dan berkembang seiring berjalannya kehidupan manusia. Perkembangan tari tidak terlepas dari masyarakat pendukungnya dan selalu berkembang sesuai zaman dan wilayah dimana tarian itu berasal. Hidup dan berkembangnya tari erat kaitannya dengan masing-masing budaya, sehingga nilai budaya yang terkandung di dalamnya tergantung pada lingkungan masing-masing. Kekayaan seni budaya di Indonesia beraneka ragam, salah satunya yaitu seni tari yang merupakan kegiatan


(33)

15

kreatif. Peranan tari sebagai cabang kesenian bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam belajar, bekerja, bermain, dan berkesenian, tetapi juga dapat menunjang kepentingan hidup manusia.

2.4.2 Fungsi Tari

Segala aktivitas yang dilakukan manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, seperti belajar, bekerja, bermain, dan berkesenian. Peranan tari sebagai cabang kesenian bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan itu, tetapi juga dapat menunjang kepentingan kegiatan manusia. Oleh karena itu, peranan tari dalam kehidupan manusia mencakup tiga aspek, yaitu stimulans individual, sosial, dan komunikasi. Sifat individual karena tari merupakan ekspresi jiwa yang berasal dari individu. Sifat sosial karena gerak-gerak tari tidak terlepas dari pengaruh keadaan dan mengacu kepada kepentingan lingkungannya, sehingga tari dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi guna menyampaikan ekspresi jiwa kepada orang lain (Jazuli, 1994: 42).

Fungsi tari dalam kehidupan manusia diantaranya adalah: (1) untuk kepentingan upacara, (2) untuk hiburan, (3) sebagai seni pertunjukan, dan (4) media pendidikan (Jazuli, 1994: 43).

2.4.3 Jenis Tari

Secara umum, tari di Indonesia dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni: tari tradisional dan tari kreasi (Malarsih, 1998: 368-369). Tari tradisional adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian


(34)

diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi ke generasi. Tari tradisional tetap ada selama tarian tersebut masih sesuai dan diakui oleh masyarakat pendukungnya. Tari tradisional dikategorikan menjadi tiga, yaitu 1) tari tradisional primitif, 2) tari tradisional rakyat, 3) tari tradisional istana (klasik) (Jazuli, 1994: 70). Tari kreasi adalah jenis tari yang koreografinya masih bertolak dari tari-tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola tari yang sudah ada. Terbentuknya tari kreasi karena dipengaruhi oleh gaya tari dari daerah/negara lain maupun hasil kreativitas penciptanya (Jazuli, 1994: 76).

Jenis tari berdasarkan koreografinya dibagi menjadi empat, yaitu: (1) tari tunggal (solo) adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki maupun perempuan, (2) tari berpasangan adalah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan dan terjadi interaksi, (3) tari kelompok (group) adalah tari yang diperagakan lebih dari dua orang, (4) tari kolosal adalah tari yang dilakukan secara massal lebih dari 5 orang dan tidak terjadi interaksi biasanya dilakukan oleh setiap suku bangsa diseluruh daerah nusantara (http://diantiaprispuri.blogspot.com/).


(35)

17

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir disesuaikan rumusan masalah dengan tujuan untuk mewakili penjelasan dari isi skripsi. Adapun skema tersebut berisi:

SANGGAR TARI KALOKA KALOKA

PERANAN

PEMENTASAN PELATIHAN

PENGGARAPAN

PERKEMBANGAN KUALITATIF

(pembaharuan terhadap karya yang sudah ada dan menjadikannya lebih baik/maju) 1. Kegiatan Penggarapan

karya tari

2. Perekonstruksian Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap

PERKEMBANGAN KUANTITATIF

(penyebar luasan tari agar lebih dikenal oleh masyarakat luas) 1. Kegiatan Pelatihan Tari

Rutin dan Khusus

2. Kegiatan Pementasan Tari


(36)

Keterangan:

Peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Peranan Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan tari, antara lain penggarapan, pelatihan, dan pementasan. Penggarapan tari merupakan kegiatan sanggar yang menunjukkan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan secara kualitatif karena perkembangan tari melalui proses pembaharuan garapan tari yang sudah ada menjadi lebih baik/maju tanpa mengubah nilai-nilai yang terkandung sebelumnya melalui kegiatan penggarapan karya tari untuk pementasan dan lomba, serta merekonstruksi Tari Sintrenan menjadi Tari Sintren Garap kemudian dijadikan tarian identitas Kota Pekalongan. Kegiatan pelatihan tari di Sanggar Tari Kaloka baik secara rutin maupun khusus menyebarkan tari kepada siswa yang mengikuti pelatihan, sedangkan pementasan tari oleh Sanggar Tari Kaloka menyebarluaskan tari kepada masyarakat di dalam dan di luar Kota Pekalongan sebagai penonton. Pelatihan dan pementasan merupakan kegiatan sanggar yang menunjukkan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari secara kuantitatif karena perkembangan tari dilakukan melalui proses penyebar luasan agar lebih dikenal luas oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan tari tersebut dapat terlaksana dengan baik karena Sanggar Tari Kaloka pengurus mengelola Sanggar Tari Kaloka sesuai dengan tugasnya masing-masing, sehingga Sanggar Tari Kaloka dapat memberikan peranannya secara optimal terhadap perkembangan tari khususnya pada jenis tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan.


(37)

19

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap

Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, artinya penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari apa yang diamati. Metode kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2005: 4).

Kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah, maka penelitian kualitatif diartikan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005: 6).

Metode penelitian kualitatif biasanya dengan teknik pengamatan berperan serta atau terlibat (participant-observation) hingga mencapai taraf kejenuhan. Oleh karenanya, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi maupun resmi (Jazuli, 2001: 19). Penelitian kualitatif


(38)

adalah lebih menekankan pada orientasi teoritis, artinya lebih berorientasi untuk mengembangkan atau membangun teori sebagai suatu cara memandang dunia (Jazuli, 2001: 18).

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu sanggar pramuka yang menjadi tempat kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka yang terletak di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Lokasi penelitian lainnya yaitu alamat rumah bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yaitu Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten Pekalongan sebagai tempat penyimpanan arsip dan inventaris. Peneliti memilih lokasi tersebut atas pertimbangan potensi tari Kota Pekalongan, prestasi Sanggar Tari Kaloka, dan peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap peningkatan pelestarian budaya khususnya bidang tari di Kota Pekalongan.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Tari Kaloka

Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan adalah peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari baik tari tradisional maupun tari kreasi di Kota Pekalongan.


(39)

21

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010: 308).

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan dan informasi yang benar dan dapat dipercaya. Peneliti juga perlu menggunakan metode yang tepat, memiliki teknik dan alat pengumpul data yang tepat dan relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian “Peranan Sanggar Tari

Kaloka Terhadap Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” menggunakan tiga

metode yaitu teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Penjelasan dari ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

3.3.1 Observasi

Nasution (dalam Sugiyono 2010: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.


(40)

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: observasi non sistematis dan observasi sistematis. Observasi non-sistematis dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan sedangkan observasi sistematis dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto, 2006: 156-157).

Objek penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2010: 314) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).

1. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung, seperti sanggar tari

2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang melakukan peran tertentu, seperti pendiri sanggar, pelatih, dan siswa

3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari.

Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pemilik sanggar yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2014 di sanggar pramuka yang merupakan


(41)

23

tempat kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Tahap kedua berupa penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah yang mulai dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2014 dan dilakukan setiap hari minggu pada saat pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka berlangsung yaitu mulai pukul 08.00-10.00 WIB. Pada tanggal 7 Desember 2014 penelitian dilakukan dirumah bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Perum Wiranata Indah Blok B No. 04 Kabupaten Pekalongan. Kegiatan observasi rutin dilaksanakan setiap hari minggu pukul 08.00-10.00 WIB di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan.

Peneliti menggunakan alat bantu handphone yang digunakan untuk merekam suara dan pendokumentasian berupa foto pada proses observasi dan penelitian untuk mendapatkan bukti autentik sebagai salah satu sumber data penelitian. Hal tersebut dilakukan peneliti untuk menjaga kebenaran data yang didapatkan. Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui, memahami serta mempelajari secara langsung kondisi Sanggar Tari Kaloka dan mengetahui peranan Sanggar Tari Kaloka melalui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan, misalnya: garapan/hasil karya dari sanggar, proses latihan tari di sanggar, pementasan yang dilakukan Sanggar Tari Kaloka, dan perkembangan tari yang terjadi di Kota Pekalongan.


(42)

Observasi yang dilakukan di Sanggar Tari Kaloka yang beralamat Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan untuk memperoleh bukti autentik kondisi Sanggar Tari Kaloka sebagai sumber berupa foto tempat pelatihan tari, kegiatan pelatihan tari, dan informasi dari pelatih dan siswa sanggar. Sedangkan observasi yang dilakukan di rumah bapak Bambang selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka yaitu untuk memperoleh data arsip dan dokumentasi Sanggar Tari Kaloka, foto inventaris yang dimiliki Sanggar Tari Kaloka, dan informasi dari pendiri Sanggar Tari Kaloka.

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari narasumber yang lebih mendalam. Maka dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2010: 317-318).

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: 319-321) ada beberapa macam wawancara, yaitu:

a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Pengumpul data telah menyiapkan instrumen


(43)

25

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Selain membawa instrumen sebagai pedoman wawancara, pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, handphone atau alat tulis dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar

b. Wawancara semistruktur, dimana dalam pelaksanaan wawancara lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya

c. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya dan hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Peneliti menggunakan dua pedoman wawancara yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur berupa instrumen pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara dan wawancara yang tidak terstruktur bersifat spontanitas pada saat melakukan wawancara, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam teknik wawancara antara lain: (1) menentukan informan yang digunakan sebagai sumber informasi, (2) menyiapkan pokok-pokok bahan pembicaraan, (3) menentukan waktu pelaksanaan wawancara, (4) melangsungkan alur wawancara, (5) menuliskan hasil wawancara, dan (6) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh.


(44)

Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan ini secara khusus ditujukan kepada pendiri/ketua sanggar, pelatih sanggar, Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, sekolah-sekolah, dan pengamat seni/seniman. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan.

Wawancara yang ditujukan kepada pendiri/ketua Sanggar Tari Kaloka guna memperoleh data atau informasi sejarah Sanggar Tari Kaloka, tujuan didirikannya sanggar, program kerja sanggar, peran-peran sanggar/aktivitas yang dilakukan sanggar melalui kegiatan penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari, serta perkembangan tari khususnya tari tradisional dan tari kreasi di Kota Pekalongan. Wawancara yang ditujukan kepada pengelola Sanggar Tari Kaloka guna memperoleh data atau informasi program kerja sanggar, struktur organisasi sanggar, sarana dan prasarana sanggar, keadaan siswa dan pelatih sanggar, peran serta sanggar, kerjasama dan prestasi sanggar.

Wawancara yang ditujukan kepada Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan guna memperoleh data atau informasi perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan dalam bentuk kerjasama maupun prestasi. Wawancara yang ditujukan kepada sekolah-sekolah di Kota Pekalongan guna memperoleh data atau informasi peran serta Sanggar Tari Kaloka terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan.


(45)

27

Wawancara yang ditujukan kepada pengamat seni/seniman guna memperoleh data atau informasi perkembangan tari di Kota Pekalongan, dan peran serta Sanggar Tari Kaloka di Kota Pekalongan terhadap perkembangan tari di Kota Pekalongan. Pengamat seni/seniman yang dimaksud adalah seniman/penikmat seni dari Kota Pekalongan maupun dari luar Kota Pekalongan yang ikut berpartisipasi dalam dunia seni di Kota Pekalongan.

Peneliti telah melakukan wawancara kepada beberapa narasumber, antara lain kepada: (1) Bambang Irianto, S.Pd. selaku pendiri dan ketua Sanggar Tari Kaloka, wawancara mulai dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014 bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat Kota Pekalongan dan di tempat tinggal bapak Bambang Irianto di Perum Wiranata Indah Blok B No. 4 Kabupaten Pekalongan, (2) Esti Ediarti selaku pelatih Sanggar Tari Kaloka, wawancara dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2014 bertempat di sanggar pramuka yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka Jalan Sriwijaya No. 18 Kel. Bendan Kec. Pekalongan Barat Kota Pekalongan dan di tempat tinggal ibu Esti di Perum Wiranata Blok B No. 4 Kabupaten Pekalongan, (3) Endang Suprapti, S.Kar. selaku kepala bidang kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, wawancara dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 di kantor Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan, (4) Eni Ratnawati, S.Pd. selaku kepala bidang kesenian dan kebudayaan PGRI Kota Pekalongan dan


(46)

kepala SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan, wawancara dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2014 di SD N 1 Karangmalang Kota Pekalongan.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya seni misalnya patung, film, dan lain-lain (Sugiyono, 2010: 329).

Berbagai macam bentuk dokumentasi yaitu dokumentasi arsip, rekaman, foto dan video. Data dokumentasi dapat mendukung dan melengkapi data yang telah diperoleh dari metode observasi dan wawancara. Teknik dokumentasi digunakan peneliti untuk mendapatkan data fisik yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen yang diperoleh dari hasil penelitian antara lain daftar nama pengurus dan anggota Sanggar Tari Kaloka, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, program kerja/kegiatan sanggar, daftar inventaris, foto/video kegiatan sanggar baik kegiatan latihan, pentas, pergelaran, maupun lomba.

3.4 Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya


(47)

29

(Moleong, 2005: 247). Analisis data merupakan ruang peneliti dalam upaya untuk menemukan pola, kategori, satuan uraian tertentu yang berasal dari deskripsi dan refleksi data (Jazuli, 2001: 40).

Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 336) Analisis telah mulai sejak merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian dan menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya. Dalam kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi (Rohidi, 2007:16).

Analisis model siklus interaktif yang dikembangkan dapat digambarkan sebagai berikut:

Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif oleh Tjetjep Rehendi Rohidi

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)


(48)

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif diakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

3.4.1 Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Rohidi, 2007: 16).

Data yang diperoleh peneliti dari masing-masing informan masih ada yang tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau dikurangi dengan cara membandingkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada masing-masing informan dan mengulang kembali observasi untuk memperoleh data atau informasi yang lebih akurat.


(49)

31

3.4.2 Penyajian Data

Penyajian data merupakan langkah kedua dari teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam mengkaji permasalahan setelah melakukan reduksi data. Penyajian data adalah kumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang baik (Rohidi, 2007: 17-18).

3.4.3 Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Menurut Rohidi (2007: 19), Penarikan kesimpulan menjelaskan dari permulaan pengumpulan data mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, kejelasan, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan untuk member kejelasan yang lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Artinya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yang merupakan validitasnya.

3.5 Teknik Keabsahan Data

Moleong (2005: 320) menyatakan bahwa dalam tubuh pengetahuan kualitatif itu sendiri sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan derajat kepercayaan data yang disini dinamakan keabsahan data. Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak


(50)

ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain, apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik, maka jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.

Moleong (2005, 326-327) menyarankan empat kriteria keabsahan data kualitatif, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferbility), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Untuk memeriksa

keabsahan data pada penelitian “Peranan Sanggar Tari Kaloka Terhadap

Perkembangan Tari di Kota Pekalongan” peneliti perlu melakukan beberapa kegiatan. Salah satu kegiatan tersebut adalah triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Peneliti memilih teknik pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek kembali data yang diperoleh dari beberapa sumber. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan


(51)

33

perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam kontes suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori (Moleong, 2005: 331-332).


(52)

34

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Kota Pekalongan

Gambar 1 Peta Kota Pekalongan

(http://pekalongankota.bps.go.id/)

Berdasarkan buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan, Kota Pekalongan terletak di dataran rendah

pantai utara Pulau Jawa. Posisi geografis Kota Pekalongan antara 6 50’ 42” s.d. 6 55’ 44” Lintang Selatan dan 109 37’ 55” s.d. 109 42’ 19” Bujur Timur serta


(53)

35

berkoordinat fiktif 510.00 – 518.00 Km membujur dan 517.75 – 526.75 Km melintang.

Batas wilayah secara administratif adalah: Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kab. Batang

Sebelah Selatan : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang Sebelah Barat : Kab. Pekalongan

Keadaan tanah di Kota Pekalongan berwarna agak kelabu dengan jenis tanah Aluvial yohidromorf. Luas daerah Kota Pekalongan45,25 Km2 dengan jarak terjauh dari utara ke selatan ± 9 Km dan dari barat ke timur ± 7 Km.

Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur, dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Empat kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 47 (empat puluh tujuh) kelurahan.

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Pekalongan

Kota Pekalongan mengalami peningkatan angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2014 menurut sumber buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan yaitu berjumlah 290.870 jiwa yang terdiri dari 145.450 jiwa penduduk laki-laki (50,01%) dan 145.420 jiwa penduduk perempuan (49,99%).


(54)

4.1.3 Agama Penduduk Kota Pekalongan

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Masyarakat mendambakan kehidupan beragama yang sangat harmonis. Hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada disekitar warga seperti masjid, gereja, wihara, pura, dan kelenteng. Menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan, tempat peribadatan di Kota Pekalongan pada tahun 2014 mencapai 744 unit, yang terdiri dari 614 musholla, 108 masjid, 15 gereja, 5 wihara, 1 pura, dan 1 kelenteng.

Tabel 1

Jumlah Masyarakat Pemeluk Agama di Kota Pekalongan

No. Agama Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu/lainnya 278.454 6.616 4.324 75 1.773 78

Jumlah 291.320 orang


(55)

37

Data menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan menyebutkan pada tahun 2014 penduduk yang memeluk agama Islam berjumlah 278.454 jiwa, penduduk beragama Kristen berjumlah 6.616 jiwa, jumlah penduduk beragama Katholik 4.324 jiwa, penduduk beragama Hindu berjumlah 75 jiwa, penduduk beragama Budha berjumlah 1.773 jiwa, dan 78 jiwa beragama Konghucu atau tidak beragama. Mayoritas penduduk Kota Pekalongan memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tempat peribadatan masjid atau musholla yang mendominan daripada tempat peribadatan agama lain di Kota Pekalongan.

4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk Kota Pekalongan

Kota Pekalongan terletak di jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan dikenal mendapat julukan kota batik, karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan menggantungkan mata pencaharian hidupnya sebagai pengrajin batik. Kota Pekalongan yang terletak di pesisir pantai utara Jawa juga mengandalkan kelangsungan hidup masyarakatnya dari hasil perikanan Laut Jawa. Kota Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa yang sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh nelayan dari berbagai daerah. Kota Pekalongan juga terdapat perusahaan pengolahan hasil laut baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga. Selain itu masyarakat Kota Pekalongan sebagian ada juga bermata


(56)

pencaharian sebagai PNS, wiraswasta, petani, peternak, pedagang, TNI/POLRI, dan lain sebagainya.

Menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan (2014), penduduk usia kerja didefinisikan sebagai

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Mereka terdiri dari “Angkatan Kerja” dan “Bukan Angkatan Kerja”. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian

masyarakat di Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel 2:

Tabel 2

Mata Pencaharian Masyarakat Kota Pekalongan

No. Bidang Mata Pencaharian Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan Industri Listrik Bangunan Perdagangan

Angkutan dan Perdagangan Keuangan

Jasa dan Lainnya

579 orang 0 orang 11.145 orang 54 orang 116 orang 1631 orang 605 orang 1168 orang 728 orang

Jumlah 16.026 orang


(57)

39

Data kepegawaian sampai dengan tahun 2014 tercatat jumlah PNS pada pemerintahan Kota Pekalongan sebanyak 4.349 orang, terdiri dari 210 orang golongan I, 1.062 orang golongan II, 1.945 orang golongan III, dan 1.132 orang golongan IV.

4.1.5 Tingkat Pendidikan di Kota Pekalongan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan harus diimbangi penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai.

Menurut buku Kota Pekalongan dalam Angka 2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan, pelaksanaan program pembangunan pendidikan berhasil membuat pendidikan yang ada di Kota Pekalongan berkembang. Dengan berkembangnya pendidikan yang ada di Kota Pekalongan dan banyaknya fasilitas pendidikan yang tersedia mulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan perguruan tinggi dapat diartikan bahwa Kota Pekalongan mempunyai potensi untuk terus meningkatkan mutu pendidikannya.


(58)

Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan di Kota Pekalongan dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1

Grafik Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Pekalongan

(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)

Komposisi golongan PNS Kota Pekalongan menurut penjelasan pada mata pencaharian didominasi oleh golongan III (45%), dan berdasarkan tingkat pendidikan maka sebagian besar PNS di Kota Pekalongan berpendidikan Sarjana Strata 1 (34,5%).

SD SMP

SMA D1

D2 D3

D4 S1

S2 0%

5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

5% 4,70% 29,20%

1%

13,40% 9,80%

0,30%

34,50%


(59)

41

Tabel 3

Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kota Pekalongan

No Sekolah Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. TK RA SD MI SMP MTs SMA SMK MA Madrasah Diniah TPQ Pondok Pesantren Perguruan Tinggi 74 26 101 47 28 9 11 13 6 96 218 46 8

Jumlah 683

(Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan)

4.1.6 Potensi Seni Budaya Kota Pekalongan

Kota Pekalongan mempunyai potensi seni yang menarik, khususnya pada kebudayaan yang menawarkan tradisi adat istiadat khas Kota Pekalongan, antara lain tradisi Syawalan, Nyadran/sedekah laut, Pek Chun, Pekan Batik Nusantara, Pekan Batik Internasional, Simthudurror, dan Kesenian Sintren (Kota Pekalongan dalam Angka 2014, BPS Kota Pekalongan).

Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini disemarakkan dengan pemotongan lopis (makanan yang terbuat dari ketan dan dibungkus daun pisang) raksasa di daerah Krapyak yang memecahkan rekor


(60)

MURI oleh walikota untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung dan diselenggarakan tiap satu tahun sekali dimulai pada tahun 1990-an. Tradisi Nyadran/sedekah laut dilaksanakan oleh masyrakat nelayan Kota Pekalongan pada saat bulan Syuro dan diselenggarakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil laut yang melimpah. Ritual Sadranan diadakan nelayan dan masyarakat Kota Pekalongan pemeluk agama Islam dengan menghias kapal-kapal nelayan yang berisi sesaji, setelah melalui beberapa prosesi dan doa selamatan kemudian dilarung ke tengah laut. Pek Chun hampir sama dengan Nyadran, hanya saja tradisi ini diselenggarakan oleh warga etnis Tionghoa di Kota Pekalongan dan waktu perayaannya dilaksanakan menurut kalender China yaitu pada tahun baru China atau Imlek yang dilaksanakan setiap tahun. Pekan Batik Nusantara merupakan agenda rutin yang diadakan tiap tahun genap pada bulan Oktober di Kota Pekalongan dalam rangka perayaan Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, sedangkan Pekan Batik Internasional diadakan tiap tahun ganjil pada Hari Batik Nasional. Pada Pekan Batik Nusantara dan Pekan Batik Internasional dimeriahkan dengan berbagai acara seperti pameran batik, kuliner, karnaval, dan panggung hiburan.

Simthudurror merupakan kesenian tradisional Islam dengan menggunakan Rebana dan Jidor sebagai alat musiknya. Kesenian Tradisional ini beranggotakan 15 orang sampai 20 orang dengan diiringi musik melantunkan puji-pujian atau sholawatan sebagai ungkapan syukur dan permohonan keselamatan dunia akhirat kepada Allah SWT. Kesenian Sintren adalah kesenian tradisional masyarakat Kota Pekalongan dan sekitarmya yang merupakan jalur


(61)

43

pantai utara. Kesenian Sintren merupakan pertunjukkan kesenian tradisional yang mengandung unsur magis/mistis yang bersumber dari legenda cinta kasih Solasih dan Solandono. Sintren dalam kesenian sintren diperankan oleh gadis yang masih suci dibantu dengan pawangnya dan diiringi gending oleh 6 orang sesuai dengan pengembangan kesenian Sintren sebagai hiburan rakyat, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping.

Potensi seni budaya di Kota Pekalongan didukung dengan adanya perkumpulan/komunitas kesenian dan sanggar yang masih aktif dalam kegiatan seni. Untuk melihat banyaknya perkumpulan/komunitas kesenian yang ada di Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Jumlah Perkumpulan/komunitas Kesenian di Kota Pekalongan

No. Jenis

perkumpulan kesenian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Drama Band Keroncong Sanggar Tari Karawitan Pencak Silat Kasidah 8 30 3 13 4 5 58

Jumlah 121


(62)

Selain memiliki beberapa tradisi seni budaya, Kota Pekalongan juga memiliki beberapa sanggar seni untuk mendukung kegiatan tradisi seni bdaya yang ada di Kota Pekalongan, antara lain Sanggar Sekar Kedhaton, Sanggar Ibu Pertiwi (Paguyuban Karawitan), Sanggar Rahayu Raras, Sanggar Laras Wisata, Sanggar Tari Kartika, Sanggar Tari Kaloka, Sanggar Tari Surya Budhaya, dan Sanggar Tari Wira Budhaya. Sanggar Tari Kaloka merupakan sarana untuk mengembangkan potensi budaya yang ada di Kota Pekalongan khususnya dibidang tari. Dalam mengembangkan tari di Kota Pekalongan, Sanggar Tari Kaloka menjalankan perannya melalui kegiatan tari.

4.1.7 Letak Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka

Kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka berpusat di Gedung Pramuka yang terletak di Jalan Sriwijaya No. 18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan, 51119 Jawa Tengah. Gedung Pramuka yang merupakan tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka letaknya cukup strategis karena berada di pinggir jalan raya jalur Pekalongan-Jakarta sehingga mudah dijangkau dengan berbagai sarana transportasi. Tempat berlangsungnya kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka tidak jauh dari pusat pemerintahan Kota Pekalongan dan juga pusat perbelanjaan di Kota Pekalongan. Jarak tempuh Sanggar Tari Kaloka ±25 meter dari kantor Kelurahan Bendan.


(63)

45

Foto 1 Sanggar Pramuka

(Tempat Pusat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka)

(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)

Kondisi fisik Sanggar Pramuka sebagai tempat kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka tampak kokoh, terlihat dari dokumentasi foto bangunan Sanggar Pramuka dan layak untuk digunakan sebagai tempat pelatihan tari. Status kepemilikan bangunan ini adalah milik Sanggar Pramuka Kota Pekalongan, Sanggar Tari Kaloka menggunakan gedung Sanggar Pramuka dengan membayar uang sewa dan listrik tiap bulannya yaitu sebesar Rp. 50.000,-. Ruang kegiatan pelatihan tari di Sanggar Pramuka dapat menampung ±100 siswa Sanggar Tari kaloka dengan ukuran ruangan 8 x 15 meter. Selain digunakan untuk kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka, Sanggar Pramuka juga digunakan untuk kegiatan pramuka,


(64)

taekwondo, karate dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk lebih jelas mengenai bangunan Sanggar Pramuka dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2

Denah Tempat Pelatihan Sanggar Tari Kaloka

Keterangan gambar:

1. Ruang utama (pendopo)/ruang depan untuk kegiatan pelatihan tari 2. Ruang tidur

3. Ruang makan 4. Ruang tidur

5. Ruang kerja/ruang kantor 6. Kamar mandi

7. Dapur

8. Tempat parkir

S 6

7 5


(65)

47

Tempat kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka terdiri dari beberapa ruangan, antara lain ruang utama (pendopo) untuk kegiatan pelatihan tari, ruang tidur, ruang makan, ruang kerja/ruang kantor, kamar mandi, dapur, dan tempat parkir. Bangunan Sanggar Pramuka yang digunakan untuk kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka berbentuk seperti joglo atau pendopo. Kondisi lingkungan Sanggar Pramuka terlihat bersih dan nyaman karena dikelilingi pagar besi. Denah Sanggar Pramuka membuktikan bahwa tempat tersebut memadai untuk menjadi tempat kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka. Tempat kegiatan pelatihan tari berukuran 8 x 15 meter berdinding tembok warna putih, dengan lantai keramik warna orange dan beratap genting. Ruangan bagian dalam memiliki pintu yang terbuat dari kayu dilengkapi kaca 4 lapis sangat membantu dalam proses kegiatan pelatihan tari.

4.2 Sanggar Tari Kaloka

4.2.1 Sejarah Didirikannya Sanggar Tari Kaloka

Sanggar Tari Kaloka merupakan organisasi lembaga pendidikan non formal yang bergerak dibidang seni budaya khususnya tari. Sanggar Tari Kaloka didirikan pada tanggal 1 Januari 1994. Menurut penuturan Bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka (wawancara 19 Oktober 2014) pada awal berdirinya Sanggar Tari Kaloka bermula dari bapak Bambang Irianto mengajarkan keahliannya dalam bidang tari kepada anak-anak. Bambang Irianto adalah seniman lulusan STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) di Surakarta lulusan tahun 1988. Bambang Irianto mendapat dukungan dari istrinya ibu Esti Ediarti untuk mewujudkan keinginannya melatih tari. Setelah bermusyawarah


(66)

dengan teman-teman terdekatnya yang juga berpotensi dalam bidang tari, akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan sanggar bersama. Semula pelatihan tari diadakan di rumah teman bapak Bambang Irianto yaitu guru olahraga SMK N 1 Kota Pekalongan, kemudian berpindah tempat di rumah bapak Bambang Irianto di Perum Tirto Indah No. 74 Kelurahan Tirto Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan, karena bertambahnya jumlah peserta yang mengikuti latihan tari akhirnya kegiatan sanggar dipindahkan ke Sanggar Pramuka yang terletak di Jalan Sriwijaya No.18 Kelurahan Bendan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan. Lokasi Sanggar Pramuka dinilai strategis untuk menjadi tempat kegiatan tari Sanggar Tari Kaloka karena letaknya yang berada di pinggir jalan raya Pekalongan-Jakarta sehingga mudah dijangkau dengan berbagai sarana transportasi.

Sanggar yang terbentuk diberi nama Kaloka, nama Kaloka diambil berdasarkan kesepakatan pelatih. Pemberian nama Kaloka pada sanggar tari karena nama Kaloka mempunyai makna kondang yang artinya tersohor atau terkenal. Keinginan pengurus agar sanggar tari yang mereka kelola bisa terkenal sesuai dengan makna dari nama Kaloka tersebut.

Awal didirikannya Sanggar Tari Kaloka pada tanggal 1 Januari 1994 belum mempunyai izin dari pemerintah, karena pada saat itu keinginan dari para pengurus hanya ingin memberikan pembelajaran tari untuk melestarikan budaya di Kota Pekalongan. Akhirnya setelah 1 tahun kegiatan pelatihan tari Sanggar Tari Kaloka berjalan, dan dengan banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan tari pada tahun 1995, ketua Sanggar Tari Kaloka bapak Bambang Irianto


(67)

49

mengajukan surat izin pendirian sanggar dengan membuat proposal disertai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dilampirkan pada penelitian ini, dan data pendiri dan jumlah anggota tahun 1995. Pada tanggal 14 Februari 1995 Surat Pengesahan turun, dan dengan adanya surat pengesahan Sanggar Tari Kaloka telah resmi terdaftar sebagai organisasi kesenian oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu yang tentunya wajib mentaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Piagam Pengesahan dengan turunnya Surat Pengesahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Bambang Irianto selaku ketua Sanggar Tari Kaloka (wawancara 19 Oktober 2014) jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan tari di Sanggar Tari Kaloka mengalami ketidakstabilan pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2005. Penurunan jumlah siswa pada tahun 1995 sampai dengan 2005 terjadi setelah kegiatan pementasan selesai. Karena pementasan di luar agenda rutin Sanggar Tari Kaloka yaitu pergelaran tari untuk ujian kenaikan tingkat siswa Sanggar Tari Kaloka hanya dilaksanakan pada saat pementasan HUT RI (Hari Ulang Tahun Republik Indonesia) tanggal 17 Agustus, sehingga sebagian siswa yang tertarik pada pementasan saja mengikuti kegiatan pelatihan tari saat menjelang persiapan pementasan memperingati HUT RI kemudian tidak mengikuti kegiatan pelatihan tari rutin di Sanggar Tari Kaloka. Penurunan jumlah siswa tidak terlalu drastis, sehingga Sanggar Tari Kaloka tidak mengalami kevakuman.

Sanggar Tari Kaloka berusaha untuk terus meningkatkan sarana dan prasarana yang diperlukan sanggar untuk menunjang kegiatan tari. Dana


(68)

sementara diperoleh hanya dari iuran siswa sanggar, maka bapak Bambang Irianto selaku ketua Sanggar Tari Kaloka mengajukan Permohonan Bantuan dengan membuat Surat Permohonan Bantuan Perlengkapan Kesenian pada tanggal 30 Agustus 1997. Bantuan berupa dana untuk perlengkapan kesenian diberikan oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kota Pekalongan.

4.2.2 Tujuan Didirikannya Sanggar Tari Kaloka

Menurut bapak Bambang Irianto selaku pendiri Sanggar Tari Kaloka (wawancara 19 Oktober 2014), mengatakan bahwa:

“Tujuan utama didirikannya Sanggar Tari Kaloka yaitu untuk

memberikan pelatihan tari kepada generasi muda agar

melestarikan kesenian Jawa yaitu tari” (wawancara, 19 Oktober

2014).

Tujuan Sanggar Tari Kaloka berdasarkan Anggaran Dasar Sanggar Tari Kaloka yang dilampirkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun para anak-anak dan remaja untuk mengadakan berbagai kegiatan pelestarian kesenian tradisional khususnya dalam perkembangan tari

2. Berperan aktif dalam pelestarian kesenian tradisional khususnya dalam pengembangan tari

3. Sebagai wadah pembinaan bakat, minat, dan kemampuan berolah seni dalam pengembangan tari

4. Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan berkesenian dengan meningkatkan aktivitas dan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan bangsa


(69)

51

5. Menanamkan sikap Handarbeni serta menguri-uri terhadap kebudayaan daerah.

Tujuan umum didirikannya Sanggar Tari Kaloka menurut bapak Bambang Irianto adalah untuk melestarikan kebudayaan daerah terutama seni tari. Tujuan khusus Sanggar Tari Kaloka adalah untuk melakukan kegiatan tari antara lain penggarapan, pelatihan, dan pementasan tari.

4.2.3 Struktur Organisasi Sanggar Tari Kaloka

Sanggar Tari Kaloka mempunyai pengurus untuk mengelola sanggar. Peran serta pengurus sanggar sangat memengaruhi perkembangan sanggar. Pengurus Sanggar Tari Kaloka terdiri dari pembina, ketua, sekretaris, bendahara, dan pelatih wajib mengurus semua kepentingan organisasi baik di dalam maupun di luar sanggar. Kerjasama antar pengurus akan menciptakan pengelolaan sanggar yang baik. Setiap organisasi harus mempunyai kegiatan atau pekerjaan yang jelas, hal ini diterapkan dalam kepengurusan organisasi Sanggar Tari Kaloka. Pengurus aktif dalam menjalankan tugasnya masing-masing tanpa harus diperintah oleh ketua. Pengurus Sanggar Tari Kaloka saling bekerjasama menjalankan tugas masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Struktur organisasi Sanggar Tari Kaloka yaitu:


(70)

Tugas masing-masing pengurus Sanggar Tari Kaloka berdasarkan wawancara dengan bapak Bambang Irianto 19 Oktober 2014 selaku ketua Sanggar Tari Kaloka yaitu:

1. Pembina:

a. Memberikan pemantauan terhadap sanggar KETUA Bambang Irianto

PEMBINA Camat Pekalongan Barat

SEKRETARIS Erika Yulianti

BENDAHARA Esti Ediarti

PELATIH 1. Bambang Irianto 2. Esti Ediarti 3. Retno Wulan

PEMBANTU UMUM Sodikin


(71)

53

b. Melindungi sanggar agar tetap bertahan

c. Memberi motivasi kepada anggota pengurus agar menjalin kerjasama yang baik dan meningkatkan sistem kerja agar pengelolaan sanggar berjalan mengarah pada perkembangan sanggar yang lebih maju

2. Ketua:

a. Memimpin organisasi sanggar tari

b. Memberikan laporan pertanggungjawaban di depan rapat pengurus c. Mengadakan koordinasi program kerja sanggar

d. Mengadakan monitoring atau pengawasan dan evaluasi program kerja 3. Sekretaris:

a. Melaksanakan tertib administrasi organisasi (buku anggota, buku pengurus, dan buku pemeriksa)

b. Mengadministrasi seluruh kegiatan sanggar (surat menyurat, keputusan rapat pengurus)

c. Menyusun laporan organisasi sanggar

d. Membantu ketua dalam bidang administrasi dan bertanggungjawab terhadap administrasi sanggar

4. Bendahara:

a. Membantu ketua dalam bidang pengelolaan dana operasional b. Menerima pembayaran pendaftaran dan iuran siswa

c. Bertanggungjawab dalam pembukuan penggunaan dana 5. Pelatih:


(72)

b. Memberikan pelatihan kepada siswa di luar kegiatan sanggar apabila ada acara pementasan dan lomba

6. Pembantu Umum:

a. Membantu menjalankan tugas pengurus yang lain

4.2.4 Sarana dan Prasarana Sanggar Tari Kaloka

Kelancaran kegiatan Sanggar Tari Kaloka didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana Sanggar Tari Kaloka terdiri dari gedung, tape recorder atau CD (Compact Disk), kaset tari, dan kostum tari.

Foto 2 Sanggar Pramuka

(Tempat Kegiatan Tari Sanggar Tari Kaloka) Tampak Depan


(73)

55

Foto 3

Ruang Kegiatan Pelatihan Tari Sanggar Tari Kaloka

(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014)

Foto 4

Ruang Kegiatan Pelatihan Tari Sanggar Tari Kaloka Tampak Samping


(74)

Tabel 5

Rincian sarana yang dimiliki Sanggar Tari Kaloka

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN

1. Tape Recorder 1 Baik

2. Pemutar CD 1 Baik

3. Kaset Tari 173 Baik

4. Kostum Tari: 1. Gambyong 2. Golek 3. Merak 4. Karonsih 5. Kukilo 6. Yapong 7. Kelinci 8. Kidang 9. Bondhan 10. Manipuri 11. Lutung 12. Bali

13. Kreasi baru

10 set 5 set 2 set 1 set 6 set 5 set 10 set 6 set 2 set 8 set 2 set 1 set 9 set Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

5. Properti: 1. Sampur 2. Keris 3. Gendhewo 4. Payung Bondhan 5. Pedang 6. Tameng 7. Cundrik 2 kodi 5 buah 10 buah 10 buah 8 buah 8 buah 7 buah Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik


(75)

57

Foto 5 Tape Recorder

(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014) Foto 6

Kaset Tari Tape Recorder


(76)

Foto 7

Kaset Tari Compact Disk (CD)

(Dok. Kania Rizki Salsabila, 2014) Foto 8

Kostum dan Properti


(1)

(2)

(3)

129


(4)

130


(5)

131


(6)

132

Lampiran 13

BIODATA PENELITI

Nama : Kania Rizki Salsabila

TTL : Pekalongan, 19 Juni 1993

Agama : Islam

Nama Ayah : Kasnoto

Nama Ibu : Eni Ratnawati, S.Pd

Alamat : Salam Manis RT. 11 RW. 06 NO. 43 Kel. Kandang Panjang Kec. Pekalongan Utara Kota Pekalongan

Email : kania.rizkisalsabila@yahoo.com

No. HP : 085870442226

Riwayat Pendidikan : 1. Tamat SD N KP 03 tahun 2004

2. Tamat SMP N 03 tahun 2007