PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL MELALUI TEKNIK KURSI KOSONG TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF SISWA KORBAN BULLYING KELAS XI DI SMK AL-WASHLIYAH 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.
PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL MELALUI TEKNIK
KURSI KOSONG TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU
ASERTIF SISWA KORBAN BULLYING KELAS XI DI
SMK AL-WASHLIYAH 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Oleh:
SITI RAHMAH
NIM 1102151018
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL MELALUI TEKNIK
KURSI KOSONG TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU
ASERTIF SISWA KORBAN BULLYING KELAS XI DI
SMK AL-WASHLIYAH 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh:
SITI RAHMAH
NIM 1102151018
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Layanan Konseling Individual
Melalui Teknik Kursi Kosong Terhadap Siswa Korban Bullying Kelas XI Di
SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 2014/2015” diajukan dalam rangka
penyelesaian program Sarjana Pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Universitas Negeri Medan.
Meskipun dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan
rintangan serta kendala, namun atas segala bantuan dan saran-saran dari berbagai
pihak sehingga skripsi ini dapat tersusun secara baik. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada dosen pembimbing Ibu Dra.
Pastiria Sembiring, M.Pd,.Kons, yang telah banyak membantu dalam memberikan
pengarahan, bantuan dan atas kesediaannya untuk mengelurkan waktu luang dalam
memberikan saran dan bimbingan yang sangat berguna dalam pembuatan skripsi
ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, M.S selaku Dekan, bapak Prof. Dr. Yusnadi,
M.S selaku PD I, bapak Drs. Aman Simaremare, M.S selaku PD II dan
bapak Drs.Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku PD III.
ii
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Psikologi
Pendidikan Dan Bimbingan dan juga ibu Dra. Nurarjani, M.Pd selaku
Sekertaris Jurusan.
4. Dra. Nur Arjani, M.Pd selaku Dosen Penyelaras I, Dra. Zuraida Lubis, M.Pd
selaku Dosen Penyelaras II dan Nani Barorah Nasution, S.P.Si., MA. selaku
Dosen Penyelaras III yang telah memberikan masukan dan saran-saran
mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan Dan
Bimbingan yang telah membekali wawasan pengetahuan.
6. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan atas kerjasama dan bantuan kepada penulis terutama dalam usaha
surut-menyurat.
7. Ibu Dra. Hj. Titik Supraptini, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK AlWashliyah 3 Medan, seluruh staff dan para guru atas izin, bantuan dan
kerjasama kepada penulis selama penelitian di sekolah tersebut.
8. Seluruh Siswa Kelas XI SMK Al-Washliyah terkhususnya kepada para
subjek penelitian yang telah mau bekerja sama demi kelancaran proses
konseling yang dilakukan.
9. Secara khusus ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua
yaitu: Ayahanda Muhammad Amin St Pangeran dan Ibunda tercinta
Zulfarida atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya kepada penulis.
Kepada saudara-saudaraku: Zakiya Ladita (kakak), Ramadhani (Abang),
Rifa Atul Mahmuda (kakak), Khairunnisa (kakak), Ahsanul Hikmah (adik)
dan kepada bang Dino, ante, om, amak, apak, Luthfi, Kayla atas dukungan
iii
kepada penulis serta buat keponakanku tersayang Fathir Alvaro Dzaki Lubis
yang selalu bisa membuat penulis terhibur dengan tigkah lucunya dikala
penulis merasa lelah.
10. Seluruh teman-teman BK reguler C 2010 dan teman-teman seperjuangan,
dan khususnya kepada Sari Asmaini Manik, Siti Mukminah, Ari Asmida,
Utari Dewi Febrianty, Sri Wahyuningsih, Vischa Rembulan, Zulhendri, Sri
Rahma Fitri, Bang Miswanto atas doa, dukungan serta semangat yang telah
diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Dan kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal baik semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dengan limpahan Rahmat dan hidayahNya.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis dengan terbuka
dan senang hati menerima saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan kepentingan bidang pendidikan.
Medan, September 2014
Siti Rahmah
NIM. 1102151018
iv
ABSTRAK
Siti Rahmah. NIM. 1102 151 018. Pengaruh Layanan Konseling Individual
Melalui Teknik Kursi Kosong Terhadap Peningkatan Perilaku asertif
Siswa Korban Bullying Kelas XI di SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun
Ajaran 2014/2015. Skripsi, Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan.
2014
Penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui pengaruh layanan konseling
individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa
korban bullying Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun ajaran 2014/2015”.
Penelitian ini dilaksanakan pada 03 Juli sampai dengan 03 September 2014. Tempat
penelitian dilaksanakan di SMK Al-Washliyah 3 Medan. Jalan Garu II, No: 93
Medan, Harjosaro I, Medan Amplas.
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretest dan post-test group. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK AlWashliyah 3 Medan tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 4 orang siswa korban
bullying yang mempunyai perilaku asertif yang rendah yang ditentukan secara
purposive sampling (penarikan sampel secara sengaja). Instrumen yang digunakan
adalah angket untuk menjaring data tentang perilaku asertif siswa korban bullying
yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
Dari 32 item angket yang disebarkan, diketahui ada 27 item yang valid dan 5 item
yang tidak valid, yaitu 4, 12,13,25,dan 28. Instrumen diberikan sebelum dan
sesudah layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong. Teknik analisis
data menggunakan uji wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Pre-test = 54 dan Standard
Deviasi (SD) = 1,414 sedangkan nilai rata-rata Post-test = 79,5 dan Standard
Deviasi (SD) = 3,872 dengan demikian pemberian layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong terhadap perilaku asertif siswa korban bullying dapat
mengubah perilaku asertif siswa korban bullying yang rendah menjadi lebih tinggi
lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling individual melalui
teknik kursi kosong mempunya pengaruh terhadap peningkatan perilaku asertif
siswa korban bullying di SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun ajaran 2014/2015.
Hal ini diuji dengan menggunakan uji wilcoxon yang diperoleh dari perhitungan
dengan hasil zhitung < ztabel = -2,403 < 0, artinya hipotesis yang diajukan berbunyi
“Ada pengaruh yang signifikan dari layanan konseling individual melalui teknik
kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban bullying kelas XI
di SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 2014/2015, dapat diterima.
Kata Kunci : Perilaku asertif Siswa Korban Bullying, Konseling Individual teknik
Kursi Kosong
i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahap Dalam Proses Konseling Individual Di Sekolah ........
38
Tabel 3.1 Pemberian Skor Angket ........................................................
62
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Perilaku Asertif Korban Bullying .............
63
Tabel 4.1: Kisi-Kisi Angket Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying
Yang Telah Valid ..................................................................................
71
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angekt Perilaku
Asertif Siswa Korban Bullying.............................................
74
Tabel 4.3 Hasil angket Pre-test dan angket Post-test ...........................
75
Tabel 4.4 Kategori Pre-Test dan Post-Test ...........................................
76
Tabel 4.5 Hasil Pre-Test (Sebelum diberi Layanan Konseling Individual)
76
Tabel 4.6 Hasil Post-Test (Sesudah diberi Layanan Konseling Individual)
77
Tabel 4.7 Deskripsi Data Pre-Test Dan Post-Test ................................
78
x
DAFTAR GAMBAR DOKUMENTASI
Halaman
Gambar 1 Peneliti menyebarkan angket pre-test kepada siswa ............
147
Gambar 2 Peneliti sedang menjelaskan cara untuk pengisian angket ...
147
Gambar 3 Para siswa sedang mengisi angket pre-test dengan serius
tanpa melihat hasil angket temannya ...................................
147
Gambar 4 Subjek sedang menceritakan masalahnya kepada
peneliti ..................................................................................
148
Gambar 5 Peneliti memberikan penguatan kepada subjek yang
bersedih saat menceritakan masalahnya...............................
148
Gambar 6 Peneliti menyimpulkan sementara masalah yang sedang
dihadapi subjek ....................................................................
148
Gambar 7 Peneliti mempersilakan subjek untuk mempraktekkan
teknik kursi kosong yang telah disepakati sebelumnya .......
149
Gambar 8 Subjek yang sedang memerankan dirinya yang bersedih di
karenakan di ejek oleh temannnya .......................................
149
Gambar 9 Setelah subjek bisa menunjukkan perilaku asertif kepada
temannya, konseli membayangkan temannya akan meminta
maaf atas perbuatannya ......................................................
149
Gambar 10 Subjek memerankan dirinya yang menyatakan ketidak
takutannya lagi menghadapi teman yang telah
memfitnah dan menghinanya .............................................
Gambar 11 Dengan menunjukkan perilaku asertif, temannya akan
meminta maaf kepadanya dan tidak lagi memarahinya
xiv
150
sesuka hatinya saja .............................................................
150
Gambar 12 Subjek berpamitan dengan peneliti ....................................
150
Gambar 13 Siswa sedang mengerjakan angket post-test ......................
151
Gambar 14 Peneliti mengawasi siswa yang sedang mengerjakan angket
post test ..............................................................................
151
Gambar 15 Peneliti berfoto dengan 4 orang siswa yang dijadikan Subjek
penelitian .............................................................................
xv
151
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik Batang 4.1 Hasil Pre-Test dan Post-Test ...................................
75
Grafik Batang 4.2 Hasil Nilai Pre-Test Dan Post Test .........................
78
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Lima Tahap Keefektifan Konseling .....................................
35
Bagan 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Tahap Awal Konseling .....
41
Bagan 2.3 Proses Pengambilan Keputusan Tahap Pertengahan
Konseling ............................................................................
42
Bagan 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Tahap Akhir Konseling ....
43
Bagan 2.5 Kerangka Konseptual ...........................................................
54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Angket Uji Coba Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying
89
Lampiran 2 Validitas Uji Coba Angket Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying .............................................................................
92
Lampiran 3 Perhitungan Validitas Angket Perilaku Asertif Siswa
Korban Bullying ................................................................
93
Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Angket Meningkatkan Perilaku
Asertif Siswa Korban Bullying .........................................
96
Lampiran 5 Angket Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying Yang
Sudah Valid .......................................................................
99
Lampiran 6 Sebaran Data Penelitian Pre-Test ......................................
102
Lampiran 7 Sebaran Data Penelitian Post- Test....................................
103
Lampiran 8 Tabulasi Data Penelitian Pre Test (Xa) Dan Post-Test (Xb)
104
Lampiran 9 Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standard Deviasi (Sd)
Pre-Test .............................................................................
105
Lampiran 10 Perhitungan Kategori Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying Sebelum Diberi Layanan (Pre-Test) ..................
107
Lampiran 11 Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standard Deviasi (Sd)
Post-Test..........................................................................
109
Lampiran 12 Perhitungan Kategori Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying Sesudah Di Beri Layanan (Post-Test) ..............
111
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Meningkatkan Perilaku Asertif
Siswa Korban Bullying.....................................................
xii
114
Lampiran 14 Pengujian Homogenitas Varians Perilaku Asertif
Siswa Korban Bullying....................................................
117
Lampiran 15 Pengujian Hipotesis .........................................................
118
Lampiran 16 Perhitungan Peningkatan Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying ...........................................................................
121
Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Individual (RPL) 122
Lampiran 18 Dialog Konselig Individual .............................................
xiii
125
A I
PENDAHULUAN
A. Latar elakang Masalah
Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah
membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang
pendidikan. Pendidikan yang efektif dan efisien pada satuan pendidikan akan
terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh
semua komponen yang memiliki peran dalam mengantarkan peserta didik untuk
tercapainya tujuan yang diharapkan. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini
dalam kenyataan yang terlihat, tujuan dari pendidikan itu sendiri belum
sepenuhnya tercapai. Hal ini dikarenakan banyaknya timbul fenomena-fenomena
yang dapat merusak moral peserta didik, salah satunya adalah fenomena ullying.
Menurut Wiyani (202:), profesor Dan Olweus (970-an) dari University of
Bergen di Skandinavia merupakan salah satu peneliti dari ullying ini.
Kata ullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata ull yang berarti
banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya diambil
untuk menguraikan suatu tindakan destruktif. Berbeda dengan Negara lain seperti
Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang menyebut ullying dengan istilah
moing atau moning. Istilah aslinya berasal dari bahasa Inggris, yaitu mo
yang menekankan bahwa biasanya mo adalah kelompok orang yang anonim dan
berjumlah banyak serta terlibat kekerasan. (dalam Wiyani 202:)
2
Dalam bahasa Indonesia (dalam Wiyani, 202:2), secara etimologi kata
ully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Istilah ullying
dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan menyekat (berasal dari kata sekat) dan
pelakunya (ully) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik,
dan merintangi orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian Heddy Shri Ahimsa Putra (dalam Wiyani,
202:7) di enam kota besar di Indonesia yaitu Medan, Semarang, Surabaya,
Ujung Pandang, dan Kupang, kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak
adalah kekerasan fisik dalam banyak bentuk dan variasinya, kemudian disusul
kekerasan mental dan seksual. Lokasi kekerasan yang dialami anak sebagian besar
di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya di tempat umum.
Menurut Hironimus Sugi (dalam Wiyani, 202:7) dari Plan Internasional
menyimpulkan, kasus kekerasan terhadap anak-anak di sekolah menduduki
peringkat kedua setelah kekerasan pada anak-anak dalam keluarga. Padahal, jika
siswa kerap menjadi korban kekerasan, mereka dapat memiliki watak keras di
masa depan. Hal ini secara kolektif akan berdampak buruk terhadap kehidupan
bangsa.
Salah satu kasus kematian akibat ullying adalah kematian Fifi Kusrini,
seorang gadis remaja berusia 3 tahun siswi SMP N 0 Bantar Gebang, Bekasi
pada tanggal 5 Juli 2005 ditemukan tergantung dikamar mandi rumahnya, karena
malu sering diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur. (dalam Sejiwa,
2008:vii).
Menurut Sejiwa (2008:viii) ullying tampil dengan berbagai ragam, antara
lain: bentuk non fisik seperti ejekan dan cemoohan tapi juga dapat muncul sebagai
3
aksi fisik. Kasus kematian Wahyu Hidayat, mahasiswa Sekolah Tinggi
Pemerintah Dalam Negeri (STPDN) pada tahun 2003 akibat dianiaya rekan-rekan
mahasiswanya, adalah ekses dari kekerasan fisik yang bermula dari aksi ullying.
Hasil tetap sama: seorang tunas bangsa melayang nyawanya.
Di Indonesia penelitian tentang fenomena ullying yang dilakukan oleh
ahli
intervensi
ullying,
Dr.
Amy
Huneck
(dalam
Wiyani,
202:8)
mengungkapkan bahwa 0-60% siswa di Indonesia melaporkan mendapat ejekan,
cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, sedikitnya
sekali dalam seminggu. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa
Amini pada 2008 (dalam Wiyani, 202:8) tentang kekerasan ullying di tiga kota
besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya
tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
66,% ditingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan
sesama siswa tercatat sebesar 4,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat
SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat
kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik
(memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota besar, yaitu Yogya : 77,5%
(mengakui ada kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasan); Surabaya:
59,8% (ada kekerasan); Jakarta: 6,% (ada kekerasan).
Pada umumnya siswa yang mengalami tindakan ullying tersebut adalah
siswa yang memiliki tingkat asertivitas yang rendah (Soendjojo dalam Novalia
dan Dayakisni, T, 203). Individu yang memiliki perilaku asertif yang rendah
memiliki banyak ketakutan yang irasional yang meliputi sikap menampilkan
perilaku cemas dan tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-
4
hak peribadinya. Begitupun korban ullying mereka kurang mampu menunjukkan
perasaan untuk melawan ullying yang siswa terima karena siswa korban ullying
takut pelaku ullying makin mengintensikan tindakan ullying. Oleh karena itu
sikap asertif yang rendah lebih rentan mendapatkan ullying dari para pelaku di
banding dengan siswa yang memiliki asertivitas yang tinggi.
Menurut Hadfield & Hasson (203:8), perilaku asertif adalah ekspresi
yang jujur dan tepat mengenai perasaan, opini, dan kebutuhan anda. Orang yang
asertif mampu memberi tahu orang lain tentang hal-hal yang ia inginkan dan tidak
ia inginkan.
Alberti dan Emmons (dalam Nursalim, M, 203:38), mengemukakan
perilaku asertif adalah perilaku yang memperkembangkan persamaan hak dalam
manusia, memungkinkan kita untuk bertindak sesuai dengan kepentingan sendiri,
untuk bertindak bebas tanpa merasa cemas, untuk mengekpresikan perasaan
dengan senang dan jujur, untuk menggunakan hak peribadi tanpa mengabaikan
hak atau kepentingan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMK Al-Washliyah
3 Medan adalah siswa sering kali di jadikan target ejekan dan kejahilan temannya,
tidak melawan saat di di tolak dengan sengaja oleh temannya, hanya diam saat
dihina atau diolok-olok temannya, di paksa memberikan contekan di saat ada
ulangan, hanya menunduk ketika di marah-marahi dengan suara keras (di bentakbentak) oleh temannya, takut menghadapi teman yang berlaku kasar terhadapnya,
di pandang sinis oleh temannya.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan Kepala Sekolah yaitu Ibu Dra.H.Titik Supraptini, M.Pd pada tanggal
5
Juli 204. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, hampir 25% siswa yang
sebagian menjadi korban ullying dinyatakan adalah siswa dengan tabiat pendiam,
tidak mampu menolak atau menyatakan ketidaksetujuan atas perlakuan yang
diterimanya, siswa terlihat takut dan kurang percaya diri menghadapi pelaku
ully, siswa tidak berani jujur atas perlakuan negatif yang didapatkan dari
temannya baik secara langsung ataupun melalui media sosial/elektronik, siswa
hanya diam saat dihina atau dicaci maki oleh temannya, siswa tidak berani
mengatakan “tidak” kepada pelaku ullying, siswa tidak mempunyai kemampuan
untuk mempertahankan hak-hak pribadinya, siswa kurang mampu menunjukkan
perasaan untuk melawan ullying yang diterimanya.
Berbagai layanan dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan perilaku
asertif siswa-siswi yang telah menjadi korban dari ullying itu sendiri. Salah
satunya adalah dengan melalui layanan konseling individual. Dimana konseling
individual merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perseorangan dan
secara langsung. Pemberian bantuan dilaksanakan secara face to face relationship
(hubungan langsung muka ke muka, atau hubungan empat mata), antara konselor
dan anak (kasus) (Salahudin, A, 200:98).
Dalam konseling individual ada salah satu teknik yang biasa digunakan
yaitu teknik kursi kosong. Dimana dalam teknik kursi kosong ini klien diarahkan
untuk berbicara dengan orang lain yang dibayangkan sedang duduk di kursi
kosong yang ada disamping atau di depan klien. Setelah itu, klien diminta untuk
berganti tempat duduk dan menjawab pertanyaannya tadi seolah-olah sebelumnya
klien adalah orang lain tersebut. (Lubis, M, 20:64)
6
Dengan layanan konseling individual teknik kursi kosong ini, diharapkan
siswa dapat mengekspresikan dirinya tanpa menyinggung orang lain. Termasuk
dalam berani menolak secara halus untuk dijadikan bulan-bulanan oleh pelaku
ullying. Praktik ullying akan terhenti apabila korban mampu untuk melawan
dan mengkomunikasikan apa yang telah dialaminya kepada pihak yang lebih
berwenang.
Berdasarkan asumsi yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pengaruh Layanan Konseling Individual
Melalui Teknik Kursi Kosong Terhadap Peningkatan Perilaku Asertif Siswa
Korban ullying Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran
2014/2015.”
. Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
. Siswa dengan tabiat pendiam,
2. Siswa tidak mampu menolak atau menyatakan ketidaksetujuan atas
perlakuan yang diterimanya,
3. Siswa terlihat takut dan kurang percaya diri menghadapi pelaku ully,
4. Siswa tidak berani jujur atas perlakuan negatif yang didapatkan dari
temannya
baik
secara
langsung
ataupun
melalui
sosial/elektronik,
5. Siswa hanya diam saat dihina atau dicaci maki oleh temannya,
6. Siswa tidak berani mengatakan “tidak” kepada pelaku ullying,
media
7
7. Siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-hak
pribadinya,
8. Siswa kurang mampu menunjukkan perasaan untuk melawan tindakan
ullying yang diterimanya.
9. siswa sering kali di jadikan target ejekan dan kejahilan temannya,
0. Siswa tidak melawan saat di di tolak dengan sengaja oleh temannya,
. Siswa di paksa memberikan contekan di saat ada ulangan,
2. Siswa hanya menunduk ketika di marah-marahi dengan suara keras (di
bentak-bentak) oleh temannya,
3. Siswa di pandang sinis oleh temannya
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini hanya
membatasi pada aspek “pengaruh layanan konseling individual melalui teknik
kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban ullying Kelas
XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 204/205”. Hal ini dimaksudkan
agar permasalahan yang hendak diteliti lebih terfokus dan minimnya waktu yang
dimiliki oleh peneliti.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dikemukakan,
rumusan masalahnya adalah “apakah ada pengaruh layanan konseling individual
yang signifikan melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif
siswa korban ullying kelas Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran
204/205?”
E. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh
layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan
perilaku asertif siswa korban ullying Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan
Tahun Ajaran 204/205.”
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan,
dan referensi mengenai ullying terutama dalam menangani korbannya, dan dapat
memberikan sumbangan bagi bidang psikologi pendidikan bimbingan agar dapat
memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran
mengenai peningkatan perilaku asertif korban ullying serta menjadi acuan untuk
penelitian berikutnya.
9
b. Manfaat Praktis
a) Bagi konselor, yaitu sebagai bahan referensi dan dapat digunakan dalam
menghadapi siswa-siswi korban ullying yang memiliki perilaku asertif
rendah serta bisa dijadikan acuan untuk mengetahui dan mencengah
terjadinya ullying di sekolah.
b) Bagi siswa, khususnya siswa korban ullying yang memiliki perilaku
asertif rendah, agar dapat meningkatkan perilaku asertifnya sehingga
mampu menghadapi pelaku ullying dengan berani tanpa merasa takut.
c) Bagi sekolah, yaitu sebagai bahan masukan atau evaluasi bagi kepala
sekolah, guna meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah
yang lebih baik lagi.
d) Bagi peneliti, yaitu menambah wawasan, pengalaman serta ilmu
pengetahuan yang luas khususnya mengenai layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa
korban ullying.
4
A V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, setelah dianalisis maka untuk
selanjutnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: ada pengaruh yang signifikan dari
layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku
asertif siswa korban ullying kelas XI di SMK Al-Washliyah 3 Medan T.A 2014/2015.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji wilcoxon di dapat hasil zhitung (2,403), karena zhitung (-2,403) < ztabel (0), jadi hipotesis yang menyatakan bahwa: “ada
pengaruh yang signifikan dari layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong
terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban ullying kelas XI SMK Al-Washliyah 3
Medan tahun ajaran 2014/2015 dapat diterima. Hal ini juga ditunjukkan dengan perolehan
rata-rata skor sebelum diberi perlakuan sebesar 54 sedangkan skor rata-rata setelah perlakuan
mencapai 79,5 yang berarti ada peningkatan sebesar 25,5.
. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa korban
bullying kelas XI di SMK Al-Washliyah 3 Medan, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah, agar jam pelajaran BK diadakan, karena bimbingan konseling
membantu
siswa
dalam
pengembangan
kesadaran,
pengembangan
diri,
pengambilan keputusan yang mengacu pada perubahan positif pada diri siswa
serta diharapkan sekolah mendukung penuh pelaksanaan bimbingan dan konseling
5
dalam hal materil dalam upaya membantu siswa dalam menangani masalah
khususnya pada perilaku asertif siswa yang menjadi korban ullying.
2. Guru BK, hendaknya lebih mengaktifkan kegiatan layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong dalam usaha untuk meningkatkan perilaku asertif
siswa korban ullying dan memiliki inisiatif serta memberikan layanan secara
optimal dengan cara memakai kegiatan layanan konseling individual di sekolah.
3. Bagi guru, hendaknya lebih memperhatikan para siswanya agar tidak
bertambahnya masalah ullying di sekolah tersebut.
4. Bagi orang tua hendaknya lebih memberikan perhatian secara individual kepada
anak-anaknya, terutama dalam bentuk pendekatan, keterbukaan, arahan, motivasi,
dan kasih sayang melalui komunikasi yang harmonis agar anak lebih berani untuk
menceritakan masalah yang sedang di hadapinya.
5. Bagi siswa dengan adanya layanan konseling idividual yang diberikan guru BK di
sekolah diharapkan siswa lebih mampu meningkatkan perilaku asertif dirinya
terutama sebagai korban ullying dalam menyelesaikan masalah dan tugas-tugas
perkembangan serta menjadikan siswa sebagai pribadi yang percaya diri, mandiri
dan juga bertanggung jawab.
6. Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang perilaku asertif pada siswa
korban ullying dapat meneliti lebih lanjut hal-hal yang mungkin memiliki
pengaruh terhadap variabel tersebut dengan subjek penelitian yang berbeda, serta
bisa sebagai bahan referensi tentang perilaku asertif siswa korban ullying dan
dapat digunakan untuk mengembangkan karya tulis di masa yang akan datang.
6
AFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. asar-asar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Aqib, Zainal. 2013. Konseling Kesehatan Mental. Bandung: CV. Yramawidya
Astuti, Ponny Retno. 200. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi
Kekerasan Pada Anak. Jakarta: Grasindo.
Corey, Gerald. 2010. Teori an Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling.
Yogyakarta : Araska.
Diba, Farah. 200. Hubungan Antara Sikap Istri engan Perilaku Asertif
Terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Online). Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata. Skripsi Tidak dipublikasikan. dalam
http://eprints.unika. ac.id/1619/1/01.40.0097_Farah_ Diba.pdf. (Diakses
pada Tanggal 24 Mei 2014).
Fiftina, A.2010. Jurnal Hubungan Kepercayaan diri dengan Perilaku Asertif pada
Siswa SMA Korban Bullying. Depok: Universitas Gunadarma.
Galbraith, J & delisle, J. 2006. Buku Pintar Remaja Berbakat. Diterjemahkan
Oleh: Dian Pratiwi. Jakarta: Erlangga.
Geldard, Kathryn. 2012. Konseling Remaja Intervensi Praktis Bagi Remaja
Beresiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadfield, S & Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas alam Segala Situasi. Jakarta:
Gramedia.
Hartono & Soedarmadji, B. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana.
Hayati, N. _______.Strategi Peningkatan Perilaku Asertif Anak Usia Dini Melalui
Pembelajaran Bermain Peran, (Online). Dalam http://staff.uny.ac.id
/sites/default/files/Artikel%20Seminar%20Asertif.pdf. (Diakses pada
tanggal 24 Mei 2014).
Hernandika, J. 2012. Pengertian bullying, (Online) dalam http://disan99.blogspot.
com/2012/03/pengertian-bullying.html. (diakses pada tanggal 1 Maret
2014).
7
Hidayati, Nurul. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi.
INSAN, (Online), Vol.XIV (01): 43-4, dalam http://journal.unair.ac.id
/filerPDF/artikel%205-14-1.pdf, diakses 25 Januari 2014.
Lubis, Namora L. 2011. Memahami dasar-dasar konsep dalam teori dan praktik.
Jaakarta: Kencana.
Marini & Andriani. 2005. Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
Orang Tua. Psikologi, (Online). Vol.I (02): 47-53. http://repository.usu.
ac.id/bitstream/12345679/15714/1/psi-des2005-%20(1).pdf. Diakses 24
Mei 2014.
Murdoko, E. 2004. Explore Your Personality-Plus. Elex Media Komputindo:
Jakarta.
Naziyah, Niqyi. 2012. Gestalt, (Online), dalam http://niqyinaziyah.blogspot.com
/2012/11/gestalt.html (diakses pada tanggal 15 Februari 2014)
Novalia & Dayakisni, T. (2013).”Perilaku Asertif dan Kecenderungan Menjadi
Korban Bullying”. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.I (01): 172-175.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling alam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Nursalim, Mochamad. 2013. Strategi & Intervensi Konseling. Jakarta Barat:
Akademia Permata.
PBI-1-IAINSU. 2013. Makalah Bimbingan Konseling (Prinsip-Prinsip Konsling),
(Online), dalam Http://Pbi-Satu-Iainsu.Blogspot.Com/2013/04/MakalahBimbingan-Konseling-Prinsip.Html (Diakses Pada Tanggal 14 Maret
2014).
Prayitno & Amti, E. 2009. asar-asar Bimbingan an Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Priyatna, Andri. 2010. Lets End Bullying: Memahami, Mencengah & Mengatasi
Bullying. Jakarta: Gramedia.
Rosita H, 2007. Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada
mahasiswa, (Online), dalam http://www.gunadarma.ac.id/library/articles
/graduate/psychology /2007/ Artikel_10502099.pdf. (Diakses pada tanggal
10 Juni 2014).
Safaria, Triantoro. 2005. Terapi & Konseling Gestalt. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Salahuddin, A. 2010. Bimbingan & Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
S, Agnes. 2013. Pengaruh Penggunaan Teknik Konseling Empty Chair alam
Mengembangkan Internal Locus Of Control Pada Siswa Kelas XISMP
Puteri Sion Medan T.A 2012/2013. Medan: Universitas Negeri Medan.
Skripsi Tidak dipublikasikan.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Tarsito : Bandung
Willis, Sofyan S. 2010. Konseling Individual Teori an Praktek. Bandung:
Alfabeta.
Winkel, W.S. 2012. Bimbingan an Konseling i Institusi. Yogyakarta: Media
Abadi.
Wiyana, Novan A. 2012. Save Our Children From School Bullying :memahami,
mencegah, & mengatasi Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
SEJIWA. 200. BULLYING: Mengatasi Kekerasan i Sekolah an Lingkungan
Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.
KURSI KOSONG TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU
ASERTIF SISWA KORBAN BULLYING KELAS XI DI
SMK AL-WASHLIYAH 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Oleh:
SITI RAHMAH
NIM 1102151018
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL MELALUI TEKNIK
KURSI KOSONG TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU
ASERTIF SISWA KORBAN BULLYING KELAS XI DI
SMK AL-WASHLIYAH 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh:
SITI RAHMAH
NIM 1102151018
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Layanan Konseling Individual
Melalui Teknik Kursi Kosong Terhadap Siswa Korban Bullying Kelas XI Di
SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 2014/2015” diajukan dalam rangka
penyelesaian program Sarjana Pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Universitas Negeri Medan.
Meskipun dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan
rintangan serta kendala, namun atas segala bantuan dan saran-saran dari berbagai
pihak sehingga skripsi ini dapat tersusun secara baik. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada dosen pembimbing Ibu Dra.
Pastiria Sembiring, M.Pd,.Kons, yang telah banyak membantu dalam memberikan
pengarahan, bantuan dan atas kesediaannya untuk mengelurkan waktu luang dalam
memberikan saran dan bimbingan yang sangat berguna dalam pembuatan skripsi
ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, M.S selaku Dekan, bapak Prof. Dr. Yusnadi,
M.S selaku PD I, bapak Drs. Aman Simaremare, M.S selaku PD II dan
bapak Drs.Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku PD III.
ii
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Psikologi
Pendidikan Dan Bimbingan dan juga ibu Dra. Nurarjani, M.Pd selaku
Sekertaris Jurusan.
4. Dra. Nur Arjani, M.Pd selaku Dosen Penyelaras I, Dra. Zuraida Lubis, M.Pd
selaku Dosen Penyelaras II dan Nani Barorah Nasution, S.P.Si., MA. selaku
Dosen Penyelaras III yang telah memberikan masukan dan saran-saran
mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan Dan
Bimbingan yang telah membekali wawasan pengetahuan.
6. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan atas kerjasama dan bantuan kepada penulis terutama dalam usaha
surut-menyurat.
7. Ibu Dra. Hj. Titik Supraptini, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK AlWashliyah 3 Medan, seluruh staff dan para guru atas izin, bantuan dan
kerjasama kepada penulis selama penelitian di sekolah tersebut.
8. Seluruh Siswa Kelas XI SMK Al-Washliyah terkhususnya kepada para
subjek penelitian yang telah mau bekerja sama demi kelancaran proses
konseling yang dilakukan.
9. Secara khusus ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua
yaitu: Ayahanda Muhammad Amin St Pangeran dan Ibunda tercinta
Zulfarida atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya kepada penulis.
Kepada saudara-saudaraku: Zakiya Ladita (kakak), Ramadhani (Abang),
Rifa Atul Mahmuda (kakak), Khairunnisa (kakak), Ahsanul Hikmah (adik)
dan kepada bang Dino, ante, om, amak, apak, Luthfi, Kayla atas dukungan
iii
kepada penulis serta buat keponakanku tersayang Fathir Alvaro Dzaki Lubis
yang selalu bisa membuat penulis terhibur dengan tigkah lucunya dikala
penulis merasa lelah.
10. Seluruh teman-teman BK reguler C 2010 dan teman-teman seperjuangan,
dan khususnya kepada Sari Asmaini Manik, Siti Mukminah, Ari Asmida,
Utari Dewi Febrianty, Sri Wahyuningsih, Vischa Rembulan, Zulhendri, Sri
Rahma Fitri, Bang Miswanto atas doa, dukungan serta semangat yang telah
diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Dan kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal baik semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dengan limpahan Rahmat dan hidayahNya.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis dengan terbuka
dan senang hati menerima saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan kepentingan bidang pendidikan.
Medan, September 2014
Siti Rahmah
NIM. 1102151018
iv
ABSTRAK
Siti Rahmah. NIM. 1102 151 018. Pengaruh Layanan Konseling Individual
Melalui Teknik Kursi Kosong Terhadap Peningkatan Perilaku asertif
Siswa Korban Bullying Kelas XI di SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun
Ajaran 2014/2015. Skripsi, Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan.
2014
Penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui pengaruh layanan konseling
individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa
korban bullying Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun ajaran 2014/2015”.
Penelitian ini dilaksanakan pada 03 Juli sampai dengan 03 September 2014. Tempat
penelitian dilaksanakan di SMK Al-Washliyah 3 Medan. Jalan Garu II, No: 93
Medan, Harjosaro I, Medan Amplas.
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretest dan post-test group. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK AlWashliyah 3 Medan tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 4 orang siswa korban
bullying yang mempunyai perilaku asertif yang rendah yang ditentukan secara
purposive sampling (penarikan sampel secara sengaja). Instrumen yang digunakan
adalah angket untuk menjaring data tentang perilaku asertif siswa korban bullying
yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
Dari 32 item angket yang disebarkan, diketahui ada 27 item yang valid dan 5 item
yang tidak valid, yaitu 4, 12,13,25,dan 28. Instrumen diberikan sebelum dan
sesudah layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong. Teknik analisis
data menggunakan uji wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Pre-test = 54 dan Standard
Deviasi (SD) = 1,414 sedangkan nilai rata-rata Post-test = 79,5 dan Standard
Deviasi (SD) = 3,872 dengan demikian pemberian layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong terhadap perilaku asertif siswa korban bullying dapat
mengubah perilaku asertif siswa korban bullying yang rendah menjadi lebih tinggi
lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling individual melalui
teknik kursi kosong mempunya pengaruh terhadap peningkatan perilaku asertif
siswa korban bullying di SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun ajaran 2014/2015.
Hal ini diuji dengan menggunakan uji wilcoxon yang diperoleh dari perhitungan
dengan hasil zhitung < ztabel = -2,403 < 0, artinya hipotesis yang diajukan berbunyi
“Ada pengaruh yang signifikan dari layanan konseling individual melalui teknik
kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban bullying kelas XI
di SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 2014/2015, dapat diterima.
Kata Kunci : Perilaku asertif Siswa Korban Bullying, Konseling Individual teknik
Kursi Kosong
i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahap Dalam Proses Konseling Individual Di Sekolah ........
38
Tabel 3.1 Pemberian Skor Angket ........................................................
62
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Perilaku Asertif Korban Bullying .............
63
Tabel 4.1: Kisi-Kisi Angket Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying
Yang Telah Valid ..................................................................................
71
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angekt Perilaku
Asertif Siswa Korban Bullying.............................................
74
Tabel 4.3 Hasil angket Pre-test dan angket Post-test ...........................
75
Tabel 4.4 Kategori Pre-Test dan Post-Test ...........................................
76
Tabel 4.5 Hasil Pre-Test (Sebelum diberi Layanan Konseling Individual)
76
Tabel 4.6 Hasil Post-Test (Sesudah diberi Layanan Konseling Individual)
77
Tabel 4.7 Deskripsi Data Pre-Test Dan Post-Test ................................
78
x
DAFTAR GAMBAR DOKUMENTASI
Halaman
Gambar 1 Peneliti menyebarkan angket pre-test kepada siswa ............
147
Gambar 2 Peneliti sedang menjelaskan cara untuk pengisian angket ...
147
Gambar 3 Para siswa sedang mengisi angket pre-test dengan serius
tanpa melihat hasil angket temannya ...................................
147
Gambar 4 Subjek sedang menceritakan masalahnya kepada
peneliti ..................................................................................
148
Gambar 5 Peneliti memberikan penguatan kepada subjek yang
bersedih saat menceritakan masalahnya...............................
148
Gambar 6 Peneliti menyimpulkan sementara masalah yang sedang
dihadapi subjek ....................................................................
148
Gambar 7 Peneliti mempersilakan subjek untuk mempraktekkan
teknik kursi kosong yang telah disepakati sebelumnya .......
149
Gambar 8 Subjek yang sedang memerankan dirinya yang bersedih di
karenakan di ejek oleh temannnya .......................................
149
Gambar 9 Setelah subjek bisa menunjukkan perilaku asertif kepada
temannya, konseli membayangkan temannya akan meminta
maaf atas perbuatannya ......................................................
149
Gambar 10 Subjek memerankan dirinya yang menyatakan ketidak
takutannya lagi menghadapi teman yang telah
memfitnah dan menghinanya .............................................
Gambar 11 Dengan menunjukkan perilaku asertif, temannya akan
meminta maaf kepadanya dan tidak lagi memarahinya
xiv
150
sesuka hatinya saja .............................................................
150
Gambar 12 Subjek berpamitan dengan peneliti ....................................
150
Gambar 13 Siswa sedang mengerjakan angket post-test ......................
151
Gambar 14 Peneliti mengawasi siswa yang sedang mengerjakan angket
post test ..............................................................................
151
Gambar 15 Peneliti berfoto dengan 4 orang siswa yang dijadikan Subjek
penelitian .............................................................................
xv
151
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik Batang 4.1 Hasil Pre-Test dan Post-Test ...................................
75
Grafik Batang 4.2 Hasil Nilai Pre-Test Dan Post Test .........................
78
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Lima Tahap Keefektifan Konseling .....................................
35
Bagan 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Tahap Awal Konseling .....
41
Bagan 2.3 Proses Pengambilan Keputusan Tahap Pertengahan
Konseling ............................................................................
42
Bagan 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Tahap Akhir Konseling ....
43
Bagan 2.5 Kerangka Konseptual ...........................................................
54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Angket Uji Coba Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying
89
Lampiran 2 Validitas Uji Coba Angket Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying .............................................................................
92
Lampiran 3 Perhitungan Validitas Angket Perilaku Asertif Siswa
Korban Bullying ................................................................
93
Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Angket Meningkatkan Perilaku
Asertif Siswa Korban Bullying .........................................
96
Lampiran 5 Angket Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying Yang
Sudah Valid .......................................................................
99
Lampiran 6 Sebaran Data Penelitian Pre-Test ......................................
102
Lampiran 7 Sebaran Data Penelitian Post- Test....................................
103
Lampiran 8 Tabulasi Data Penelitian Pre Test (Xa) Dan Post-Test (Xb)
104
Lampiran 9 Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standard Deviasi (Sd)
Pre-Test .............................................................................
105
Lampiran 10 Perhitungan Kategori Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying Sebelum Diberi Layanan (Pre-Test) ..................
107
Lampiran 11 Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standard Deviasi (Sd)
Post-Test..........................................................................
109
Lampiran 12 Perhitungan Kategori Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying Sesudah Di Beri Layanan (Post-Test) ..............
111
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Meningkatkan Perilaku Asertif
Siswa Korban Bullying.....................................................
xii
114
Lampiran 14 Pengujian Homogenitas Varians Perilaku Asertif
Siswa Korban Bullying....................................................
117
Lampiran 15 Pengujian Hipotesis .........................................................
118
Lampiran 16 Perhitungan Peningkatan Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying ...........................................................................
121
Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Individual (RPL) 122
Lampiran 18 Dialog Konselig Individual .............................................
xiii
125
A I
PENDAHULUAN
A. Latar elakang Masalah
Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah
membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang
pendidikan. Pendidikan yang efektif dan efisien pada satuan pendidikan akan
terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh
semua komponen yang memiliki peran dalam mengantarkan peserta didik untuk
tercapainya tujuan yang diharapkan. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini
dalam kenyataan yang terlihat, tujuan dari pendidikan itu sendiri belum
sepenuhnya tercapai. Hal ini dikarenakan banyaknya timbul fenomena-fenomena
yang dapat merusak moral peserta didik, salah satunya adalah fenomena ullying.
Menurut Wiyani (202:), profesor Dan Olweus (970-an) dari University of
Bergen di Skandinavia merupakan salah satu peneliti dari ullying ini.
Kata ullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu kata ull yang berarti
banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya diambil
untuk menguraikan suatu tindakan destruktif. Berbeda dengan Negara lain seperti
Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang menyebut ullying dengan istilah
moing atau moning. Istilah aslinya berasal dari bahasa Inggris, yaitu mo
yang menekankan bahwa biasanya mo adalah kelompok orang yang anonim dan
berjumlah banyak serta terlibat kekerasan. (dalam Wiyani 202:)
2
Dalam bahasa Indonesia (dalam Wiyani, 202:2), secara etimologi kata
ully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Istilah ullying
dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan menyekat (berasal dari kata sekat) dan
pelakunya (ully) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik,
dan merintangi orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian Heddy Shri Ahimsa Putra (dalam Wiyani,
202:7) di enam kota besar di Indonesia yaitu Medan, Semarang, Surabaya,
Ujung Pandang, dan Kupang, kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak
adalah kekerasan fisik dalam banyak bentuk dan variasinya, kemudian disusul
kekerasan mental dan seksual. Lokasi kekerasan yang dialami anak sebagian besar
di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya di tempat umum.
Menurut Hironimus Sugi (dalam Wiyani, 202:7) dari Plan Internasional
menyimpulkan, kasus kekerasan terhadap anak-anak di sekolah menduduki
peringkat kedua setelah kekerasan pada anak-anak dalam keluarga. Padahal, jika
siswa kerap menjadi korban kekerasan, mereka dapat memiliki watak keras di
masa depan. Hal ini secara kolektif akan berdampak buruk terhadap kehidupan
bangsa.
Salah satu kasus kematian akibat ullying adalah kematian Fifi Kusrini,
seorang gadis remaja berusia 3 tahun siswi SMP N 0 Bantar Gebang, Bekasi
pada tanggal 5 Juli 2005 ditemukan tergantung dikamar mandi rumahnya, karena
malu sering diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur. (dalam Sejiwa,
2008:vii).
Menurut Sejiwa (2008:viii) ullying tampil dengan berbagai ragam, antara
lain: bentuk non fisik seperti ejekan dan cemoohan tapi juga dapat muncul sebagai
3
aksi fisik. Kasus kematian Wahyu Hidayat, mahasiswa Sekolah Tinggi
Pemerintah Dalam Negeri (STPDN) pada tahun 2003 akibat dianiaya rekan-rekan
mahasiswanya, adalah ekses dari kekerasan fisik yang bermula dari aksi ullying.
Hasil tetap sama: seorang tunas bangsa melayang nyawanya.
Di Indonesia penelitian tentang fenomena ullying yang dilakukan oleh
ahli
intervensi
ullying,
Dr.
Amy
Huneck
(dalam
Wiyani,
202:8)
mengungkapkan bahwa 0-60% siswa di Indonesia melaporkan mendapat ejekan,
cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, sedikitnya
sekali dalam seminggu. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa
Amini pada 2008 (dalam Wiyani, 202:8) tentang kekerasan ullying di tiga kota
besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya
tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
66,% ditingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan
sesama siswa tercatat sebesar 4,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat
SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat
kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik
(memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota besar, yaitu Yogya : 77,5%
(mengakui ada kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasan); Surabaya:
59,8% (ada kekerasan); Jakarta: 6,% (ada kekerasan).
Pada umumnya siswa yang mengalami tindakan ullying tersebut adalah
siswa yang memiliki tingkat asertivitas yang rendah (Soendjojo dalam Novalia
dan Dayakisni, T, 203). Individu yang memiliki perilaku asertif yang rendah
memiliki banyak ketakutan yang irasional yang meliputi sikap menampilkan
perilaku cemas dan tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-
4
hak peribadinya. Begitupun korban ullying mereka kurang mampu menunjukkan
perasaan untuk melawan ullying yang siswa terima karena siswa korban ullying
takut pelaku ullying makin mengintensikan tindakan ullying. Oleh karena itu
sikap asertif yang rendah lebih rentan mendapatkan ullying dari para pelaku di
banding dengan siswa yang memiliki asertivitas yang tinggi.
Menurut Hadfield & Hasson (203:8), perilaku asertif adalah ekspresi
yang jujur dan tepat mengenai perasaan, opini, dan kebutuhan anda. Orang yang
asertif mampu memberi tahu orang lain tentang hal-hal yang ia inginkan dan tidak
ia inginkan.
Alberti dan Emmons (dalam Nursalim, M, 203:38), mengemukakan
perilaku asertif adalah perilaku yang memperkembangkan persamaan hak dalam
manusia, memungkinkan kita untuk bertindak sesuai dengan kepentingan sendiri,
untuk bertindak bebas tanpa merasa cemas, untuk mengekpresikan perasaan
dengan senang dan jujur, untuk menggunakan hak peribadi tanpa mengabaikan
hak atau kepentingan orang lain.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMK Al-Washliyah
3 Medan adalah siswa sering kali di jadikan target ejekan dan kejahilan temannya,
tidak melawan saat di di tolak dengan sengaja oleh temannya, hanya diam saat
dihina atau diolok-olok temannya, di paksa memberikan contekan di saat ada
ulangan, hanya menunduk ketika di marah-marahi dengan suara keras (di bentakbentak) oleh temannya, takut menghadapi teman yang berlaku kasar terhadapnya,
di pandang sinis oleh temannya.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan Kepala Sekolah yaitu Ibu Dra.H.Titik Supraptini, M.Pd pada tanggal
5
Juli 204. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, hampir 25% siswa yang
sebagian menjadi korban ullying dinyatakan adalah siswa dengan tabiat pendiam,
tidak mampu menolak atau menyatakan ketidaksetujuan atas perlakuan yang
diterimanya, siswa terlihat takut dan kurang percaya diri menghadapi pelaku
ully, siswa tidak berani jujur atas perlakuan negatif yang didapatkan dari
temannya baik secara langsung ataupun melalui media sosial/elektronik, siswa
hanya diam saat dihina atau dicaci maki oleh temannya, siswa tidak berani
mengatakan “tidak” kepada pelaku ullying, siswa tidak mempunyai kemampuan
untuk mempertahankan hak-hak pribadinya, siswa kurang mampu menunjukkan
perasaan untuk melawan ullying yang diterimanya.
Berbagai layanan dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan perilaku
asertif siswa-siswi yang telah menjadi korban dari ullying itu sendiri. Salah
satunya adalah dengan melalui layanan konseling individual. Dimana konseling
individual merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perseorangan dan
secara langsung. Pemberian bantuan dilaksanakan secara face to face relationship
(hubungan langsung muka ke muka, atau hubungan empat mata), antara konselor
dan anak (kasus) (Salahudin, A, 200:98).
Dalam konseling individual ada salah satu teknik yang biasa digunakan
yaitu teknik kursi kosong. Dimana dalam teknik kursi kosong ini klien diarahkan
untuk berbicara dengan orang lain yang dibayangkan sedang duduk di kursi
kosong yang ada disamping atau di depan klien. Setelah itu, klien diminta untuk
berganti tempat duduk dan menjawab pertanyaannya tadi seolah-olah sebelumnya
klien adalah orang lain tersebut. (Lubis, M, 20:64)
6
Dengan layanan konseling individual teknik kursi kosong ini, diharapkan
siswa dapat mengekspresikan dirinya tanpa menyinggung orang lain. Termasuk
dalam berani menolak secara halus untuk dijadikan bulan-bulanan oleh pelaku
ullying. Praktik ullying akan terhenti apabila korban mampu untuk melawan
dan mengkomunikasikan apa yang telah dialaminya kepada pihak yang lebih
berwenang.
Berdasarkan asumsi yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pengaruh Layanan Konseling Individual
Melalui Teknik Kursi Kosong Terhadap Peningkatan Perilaku Asertif Siswa
Korban ullying Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran
2014/2015.”
. Identifikasi Masalah
Dari uraian tersebut diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
. Siswa dengan tabiat pendiam,
2. Siswa tidak mampu menolak atau menyatakan ketidaksetujuan atas
perlakuan yang diterimanya,
3. Siswa terlihat takut dan kurang percaya diri menghadapi pelaku ully,
4. Siswa tidak berani jujur atas perlakuan negatif yang didapatkan dari
temannya
baik
secara
langsung
ataupun
melalui
sosial/elektronik,
5. Siswa hanya diam saat dihina atau dicaci maki oleh temannya,
6. Siswa tidak berani mengatakan “tidak” kepada pelaku ullying,
media
7
7. Siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-hak
pribadinya,
8. Siswa kurang mampu menunjukkan perasaan untuk melawan tindakan
ullying yang diterimanya.
9. siswa sering kali di jadikan target ejekan dan kejahilan temannya,
0. Siswa tidak melawan saat di di tolak dengan sengaja oleh temannya,
. Siswa di paksa memberikan contekan di saat ada ulangan,
2. Siswa hanya menunduk ketika di marah-marahi dengan suara keras (di
bentak-bentak) oleh temannya,
3. Siswa di pandang sinis oleh temannya
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini hanya
membatasi pada aspek “pengaruh layanan konseling individual melalui teknik
kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban ullying Kelas
XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 204/205”. Hal ini dimaksudkan
agar permasalahan yang hendak diteliti lebih terfokus dan minimnya waktu yang
dimiliki oleh peneliti.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dikemukakan,
rumusan masalahnya adalah “apakah ada pengaruh layanan konseling individual
yang signifikan melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif
siswa korban ullying kelas Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran
204/205?”
E. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh
layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan
perilaku asertif siswa korban ullying Kelas XI SMK Al-Washliyah 3 Medan
Tahun Ajaran 204/205.”
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan,
dan referensi mengenai ullying terutama dalam menangani korbannya, dan dapat
memberikan sumbangan bagi bidang psikologi pendidikan bimbingan agar dapat
memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran
mengenai peningkatan perilaku asertif korban ullying serta menjadi acuan untuk
penelitian berikutnya.
9
b. Manfaat Praktis
a) Bagi konselor, yaitu sebagai bahan referensi dan dapat digunakan dalam
menghadapi siswa-siswi korban ullying yang memiliki perilaku asertif
rendah serta bisa dijadikan acuan untuk mengetahui dan mencengah
terjadinya ullying di sekolah.
b) Bagi siswa, khususnya siswa korban ullying yang memiliki perilaku
asertif rendah, agar dapat meningkatkan perilaku asertifnya sehingga
mampu menghadapi pelaku ullying dengan berani tanpa merasa takut.
c) Bagi sekolah, yaitu sebagai bahan masukan atau evaluasi bagi kepala
sekolah, guna meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah
yang lebih baik lagi.
d) Bagi peneliti, yaitu menambah wawasan, pengalaman serta ilmu
pengetahuan yang luas khususnya mengenai layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa
korban ullying.
4
A V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, setelah dianalisis maka untuk
selanjutnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: ada pengaruh yang signifikan dari
layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku
asertif siswa korban ullying kelas XI di SMK Al-Washliyah 3 Medan T.A 2014/2015.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji wilcoxon di dapat hasil zhitung (2,403), karena zhitung (-2,403) < ztabel (0), jadi hipotesis yang menyatakan bahwa: “ada
pengaruh yang signifikan dari layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong
terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban ullying kelas XI SMK Al-Washliyah 3
Medan tahun ajaran 2014/2015 dapat diterima. Hal ini juga ditunjukkan dengan perolehan
rata-rata skor sebelum diberi perlakuan sebesar 54 sedangkan skor rata-rata setelah perlakuan
mencapai 79,5 yang berarti ada peningkatan sebesar 25,5.
. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa korban
bullying kelas XI di SMK Al-Washliyah 3 Medan, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah, agar jam pelajaran BK diadakan, karena bimbingan konseling
membantu
siswa
dalam
pengembangan
kesadaran,
pengembangan
diri,
pengambilan keputusan yang mengacu pada perubahan positif pada diri siswa
serta diharapkan sekolah mendukung penuh pelaksanaan bimbingan dan konseling
5
dalam hal materil dalam upaya membantu siswa dalam menangani masalah
khususnya pada perilaku asertif siswa yang menjadi korban ullying.
2. Guru BK, hendaknya lebih mengaktifkan kegiatan layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong dalam usaha untuk meningkatkan perilaku asertif
siswa korban ullying dan memiliki inisiatif serta memberikan layanan secara
optimal dengan cara memakai kegiatan layanan konseling individual di sekolah.
3. Bagi guru, hendaknya lebih memperhatikan para siswanya agar tidak
bertambahnya masalah ullying di sekolah tersebut.
4. Bagi orang tua hendaknya lebih memberikan perhatian secara individual kepada
anak-anaknya, terutama dalam bentuk pendekatan, keterbukaan, arahan, motivasi,
dan kasih sayang melalui komunikasi yang harmonis agar anak lebih berani untuk
menceritakan masalah yang sedang di hadapinya.
5. Bagi siswa dengan adanya layanan konseling idividual yang diberikan guru BK di
sekolah diharapkan siswa lebih mampu meningkatkan perilaku asertif dirinya
terutama sebagai korban ullying dalam menyelesaikan masalah dan tugas-tugas
perkembangan serta menjadikan siswa sebagai pribadi yang percaya diri, mandiri
dan juga bertanggung jawab.
6. Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang perilaku asertif pada siswa
korban ullying dapat meneliti lebih lanjut hal-hal yang mungkin memiliki
pengaruh terhadap variabel tersebut dengan subjek penelitian yang berbeda, serta
bisa sebagai bahan referensi tentang perilaku asertif siswa korban ullying dan
dapat digunakan untuk mengembangkan karya tulis di masa yang akan datang.
6
AFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. asar-asar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Aqib, Zainal. 2013. Konseling Kesehatan Mental. Bandung: CV. Yramawidya
Astuti, Ponny Retno. 200. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi
Kekerasan Pada Anak. Jakarta: Grasindo.
Corey, Gerald. 2010. Teori an Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling.
Yogyakarta : Araska.
Diba, Farah. 200. Hubungan Antara Sikap Istri engan Perilaku Asertif
Terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Online). Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata. Skripsi Tidak dipublikasikan. dalam
http://eprints.unika. ac.id/1619/1/01.40.0097_Farah_ Diba.pdf. (Diakses
pada Tanggal 24 Mei 2014).
Fiftina, A.2010. Jurnal Hubungan Kepercayaan diri dengan Perilaku Asertif pada
Siswa SMA Korban Bullying. Depok: Universitas Gunadarma.
Galbraith, J & delisle, J. 2006. Buku Pintar Remaja Berbakat. Diterjemahkan
Oleh: Dian Pratiwi. Jakarta: Erlangga.
Geldard, Kathryn. 2012. Konseling Remaja Intervensi Praktis Bagi Remaja
Beresiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadfield, S & Hasson, G. 2013. Bersikap Tegas alam Segala Situasi. Jakarta:
Gramedia.
Hartono & Soedarmadji, B. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana.
Hayati, N. _______.Strategi Peningkatan Perilaku Asertif Anak Usia Dini Melalui
Pembelajaran Bermain Peran, (Online). Dalam http://staff.uny.ac.id
/sites/default/files/Artikel%20Seminar%20Asertif.pdf. (Diakses pada
tanggal 24 Mei 2014).
Hernandika, J. 2012. Pengertian bullying, (Online) dalam http://disan99.blogspot.
com/2012/03/pengertian-bullying.html. (diakses pada tanggal 1 Maret
2014).
7
Hidayati, Nurul. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi.
INSAN, (Online), Vol.XIV (01): 43-4, dalam http://journal.unair.ac.id
/filerPDF/artikel%205-14-1.pdf, diakses 25 Januari 2014.
Lubis, Namora L. 2011. Memahami dasar-dasar konsep dalam teori dan praktik.
Jaakarta: Kencana.
Marini & Andriani. 2005. Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
Orang Tua. Psikologi, (Online). Vol.I (02): 47-53. http://repository.usu.
ac.id/bitstream/12345679/15714/1/psi-des2005-%20(1).pdf. Diakses 24
Mei 2014.
Murdoko, E. 2004. Explore Your Personality-Plus. Elex Media Komputindo:
Jakarta.
Naziyah, Niqyi. 2012. Gestalt, (Online), dalam http://niqyinaziyah.blogspot.com
/2012/11/gestalt.html (diakses pada tanggal 15 Februari 2014)
Novalia & Dayakisni, T. (2013).”Perilaku Asertif dan Kecenderungan Menjadi
Korban Bullying”. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol.I (01): 172-175.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling alam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Nursalim, Mochamad. 2013. Strategi & Intervensi Konseling. Jakarta Barat:
Akademia Permata.
PBI-1-IAINSU. 2013. Makalah Bimbingan Konseling (Prinsip-Prinsip Konsling),
(Online), dalam Http://Pbi-Satu-Iainsu.Blogspot.Com/2013/04/MakalahBimbingan-Konseling-Prinsip.Html (Diakses Pada Tanggal 14 Maret
2014).
Prayitno & Amti, E. 2009. asar-asar Bimbingan an Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Priyatna, Andri. 2010. Lets End Bullying: Memahami, Mencengah & Mengatasi
Bullying. Jakarta: Gramedia.
Rosita H, 2007. Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada
mahasiswa, (Online), dalam http://www.gunadarma.ac.id/library/articles
/graduate/psychology /2007/ Artikel_10502099.pdf. (Diakses pada tanggal
10 Juni 2014).
Safaria, Triantoro. 2005. Terapi & Konseling Gestalt. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Salahuddin, A. 2010. Bimbingan & Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
S, Agnes. 2013. Pengaruh Penggunaan Teknik Konseling Empty Chair alam
Mengembangkan Internal Locus Of Control Pada Siswa Kelas XISMP
Puteri Sion Medan T.A 2012/2013. Medan: Universitas Negeri Medan.
Skripsi Tidak dipublikasikan.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Tarsito : Bandung
Willis, Sofyan S. 2010. Konseling Individual Teori an Praktek. Bandung:
Alfabeta.
Winkel, W.S. 2012. Bimbingan an Konseling i Institusi. Yogyakarta: Media
Abadi.
Wiyana, Novan A. 2012. Save Our Children From School Bullying :memahami,
mencegah, & mengatasi Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
SEJIWA. 200. BULLYING: Mengatasi Kekerasan i Sekolah an Lingkungan
Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.