PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN AJARAN 2013/2014
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO
TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh IRMA HERA S
Masalah dalam penelitian ini motivasi belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah motivasi belajar dapat ditingktkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 2013/2014?. Tujuan penelitian ini meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 2013/2014?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini quasi eksperimen dengan desain one group pretest-posttest, dan dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian 6 orang siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro yang memiliki motivasi belajar yang rendah.
Hasil penelitian pada saat diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,2 meningkat menjadi 101,3 atau mengalami peningkatan sebesar 40% Hal ini ditunjukkan juga dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh zhitung =-2,201 dan ztabel 0,05 = 0. Karena
zhitung < ztabel maka Ha diterima, , artinya motivasi belajar dapat ditingkatkan
dengan menggunakan layanan konseling kelompok.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 2013/2014
Saran yang dapat diberikan (1) kepada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, agar berkonsultasi tentang masalah belajar dengan guru BK, (2) kepada guru, hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan motivasi belajar melalui penggunaan layanan konseling kelompok. (3) kepada para peneliti selanjutnya hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah motivasibelajar dengan menggunakan layanan, pendekatan, dan teknik yang sama tetapi dengan masalah yang berbeda (4) kepada tenaga kependidikan lainnya diharapkan dapat menjadi motivator dan fasilitator belajar yang baik dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.
(2)
(3)
(4)
(5)
-"-o.'4 PERI\TYATAAN SKRIPSI MAIIASISWA
ir'p
Yang bertanda tangan di bawatr ini:
Nama
Nomor Pokok Mahasiswa Tempat Tanggal Lahtt Alamat
hmaHera Sukmawaty 09130s2023
Pugung Ralrarjo,20 Desember 1990
jl.
Elang no.2, Hadimulyo Barat, Kota MetroDengan
ini
menyatakanbahwa
skripsi dengan
judul
PENINGKATAN MOTTVASI BELAJAR SISWADENGA}i
MENGGIJNAKAN LAYANIANKONSELING KELOMPOK
PADA
SISWA KELAS VIII
SMPMIJHAMMADIYAH 3 METRO TAHN AJARA}I 2OI3I2OI4" adalah bENAr hASi[ karya penulis berdasaikan penelitian yang dilaksanakan pada bulan November
2013. Skripsi ini bukan hasil meqiiplak atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan
ini
saya buat dengan sebenamya. Atas perhatianny4 saya ucapkan terima kasih.Bandar
Lampung,
Septembet 2014 Yang menyatakan,Sukmawaty NPM 0913052023
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pugung Raharjo, tanggal 20 Desember 1990, merupakan anak ke 6
dari 7 bersaudara, dari pasangan Bapak Sukadi dan Ibu Murati.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Pugung Raharjo Kabupaten
Lampung Timur V diselesaikan tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 6 Metro Kota Metro diselesaikan tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMAN 3 Metro Kota Metro diselesaikan tahun 2009.
Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis juga mengikuti Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (MENWA) Raden Intan Satuan
201 Universitas Lampung.
Selanjutnya tahun 2012 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan
Praktik Layanan Bimbingan Konseling (PLBK) di SMA N 1 Labuhan Ratu
(7)
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini ku persembahkan Kedua orang tua , kakak dan
adikku tercinta yang tak pernah lelah mendukung dan selalu
mendo’akan ku di setiap sujudnya dan
Almamaterku Universitas Lampung
(8)
MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)”
(QS. Al Insyiroh 5-7)
“Tidak ada rahasia
untuk sukses. Ini adalah hasil dari
sebuah persiapan, kerja keras dan belajar dari kesalahan”
(9)
SANWACANA
Alhamdulillahirrabbil’aalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Motivasi Belajar dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Siswa Kelas VIII
SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 2013/2014 . Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan
dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan
penelitian.
2. Bapak Drs.Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung.
3. Bapak Yusmansyah, M.Si selaku Pembimbing Utama sekaligus ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Lampung.
4. Ibu Diah Utaminingsih S.Psi.M.A,Psi selaku dosen Pembahas yang telah memberikan
masukan dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Shinta Mayasari S.Psi.,M.Psi.,Psi selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah
(10)
7. Bapak Saiful dan Ibu Haminem selaku guru Bimbingan Konseling di SMP
Muhammadiyah 3 Metro terima kasih atas kesediannya membantu penulis dalam
mengadakan penelitian ini
8. Siswa-siswa SMP Muhammadiyah 3 Metro Ricko,Putri, Melda, Melisa, Tiara, dan
Rama. Terimakasih untuk waktu dan kerjasamanya selama proses konseling
berlangsung.
9. Dewan Guru beserta staf TU SMP Muhammadiyah 3 Metro
10. Kedua orang tuaku, kakakku,adikku yang selalu menyayangiku, dan tak pernah berhenti memberikan do’a, dukungan, atas apa pun yang telah kukerjakan selama ini.
11. Keponakan-keponakan tercinta yang telah memberikan warna hidup.
12. Saudara Satu Angkatan Menwa, angkatan 31. Ita, Bina, Indri, Meyrisda, Yusrina,
Roganda, Gunawan, Afdal, Harist, Purba dan Gusti, terimakasih atas kebersamaannya.
13. Keluarga besar Menwa Unila, para senior dan junior. Terimakasih atas bimbingan dan
pengarahannya.
14. Sahabat KKN dan PPL, Santi, Pony, Dela, Sri, Pipit, Ista, Atika, Ardy, Habib, Wahyu,
dan Eko, yang senantiasa selalu ada dalam hidupku baik suka maupun duka dan
memberikanku semangat.
15. Sahabat-sahabat seperjuangan BK 09, Andreas, Heri, Adit, Yuda, Nanda, Ikhwan, Awan,
Erwin, Ferlysta, Berlina, RA Syifa, Umi, Hesty, Fitri, Nurjanah, , Nelly O, Nisa, Rista,
Asty, Putri, Nelli H, Okta, Archy, Yulia, Dwi, Suci, Esty, Christin, Defiana, Annike,
Hany, Asri, Shela, Shifa Ni, Halen, Ayu dan semuanya terimakasih untuk kerja samanya
(11)
16. Teman – teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling (2005 – 2013) yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima banyak atas masukannya , saran, motivasi,
serta semangatnya.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan
dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Bandarlampung, 2014
Penulis
(12)
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI ... . i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
1. Latar Belakang Masalah ... 1
2. Identifikasi Masalah ... 5
3. Rumusan Masalah ... 5
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Kegunaan Penelitian ... 6
3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
D. Kerangka Pikir... 7
E. Hipotesis ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Motivasi Belajar dalam Bimbingan Belajar ... 11
1. Bimbingan Belajar ... 12
2. Pengertian Motivasi Belajar ... 13
3. Macam-macam Motivasi Belajar ... 15
4. Fungsi Motivasi Belajar ... 20
5. Peranan Motivasi Belajar ... ... 21
B. Konseling Kelompok ... 22
1. Pengertian Konseling Kelompok ... 22
2. Tujuan Konseling Kelompok ... 22
3. Dinamika Kelompok ... 23
4. Komponen dalam Konseling Kelompok ... 25
5. Asas Dalam Konseling Kelompok ... 29
6. Teknik dalam Konseling Kelompok ... 30
7. Tahap Penyelenggaraan Konseling Kelompok ... 33
C. Keterkaitan antara Motivasi Belajar dengan Layanan Konseling Kelompok ... 37
(13)
ii
III. METODE PENELITIAN ... 39
A. Subjek Penelitian ... 40
B. Variabel Penelitian ... 40
C. Definisi Operasional Variabel ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Uji Persyaratan Instrumen ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 48
IV. PEMBAHASAN ... 49
A.Hasil Penelitian ... 49
1. Gambaran Hasil Pra Konseling Kelompok... 49
2. Deskripsi Data ... 50
3. PelaksanaanKegiatan Layanan Konseling Kelompok... 51
4. Data Hasil Pretest dan Posttest ... 58
5. Deskripsi Data yang Diperoleh dari Setiap Pertemuan ... 60
6. Uji Hipotesis ... 71
B.Pembahasaan... 72
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 76
A.Kesimpulan ... 76
1. Kesimpulan Statistik ... 76
2. Kesimpulan Penelitian ... 77
B. Saran ... 77
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
Tabel 3.1. Kriteria bobot nilai skala motivasi belajar ... 42
Tabel 3.2. Kisi-kisi skala motivasi belajar ... 44
Tabel 4.1 Data Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah... 50
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok ... 51
Tabel 4.3 Data hasil skala sebelum dan setelah layanan konseling Kelompok ... 58
Tabel 4.4 Perubahan Motivasi Belajar Ricko Yulianto Setelah Layanan Konseling Kelompok ... 61
Tabel 4.5 Perubahan Motivasi Belajar Rama Setya Jaya Setelah Layanan Konseling Kelompok ... 62
Tabel 4.6 Perubahan Motivasi Belajar Melisa Maharani Setelah Layanan Konseling Kelompok ... 64
Tabel 4.7 Perubahan Motivasi Belajar Putri Artini Saras Setelah Layanan Konseling Kelompok ... 6
Tabel 4.8 Perubahan Motivasi Belajar Melda Ramanda Setelah Layanan Konseling Kelompok ... 68
Tabel 4.9 Perubahan Motivasi Belajar Tiara Silvi Sandy Tyas Setelah Layanan Konseling Kelompok ... 70
(15)
v
LAMPIRAN
Lampiran halaman
Lampiran 1 Hasil Uji Ahli ... ... 82
Lampiran 2 Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 84
Lampiran 3 Skala motivasi belajar (Uji Coba) ... 87
Lampiran 4 Validitas Instrument (Uji Coba) ... 90
Lampiran 5 Reliabilitas Instrument (Uji Coba) ... 91
Lampiran 6 Hasil Uji Coba ... 93
Lampiran 7 Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar ... 95
Lampiran 8 Skala Motivasi Belajar ... 100
Lampiran 9 Data Hasil Pretes dan Posttest ... 102
Lampiran 10 Data Hasil Uji Wilcoxon (menggunakan SPSS.17.0) ... 103
Lampiran 11 Satuan Layanan (SATLAN) Konseling Kelompok ... 104
Lampiran 12 Tahap Pelaksanaan konseling kelompok ... 109
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
Gambar 1.1.Kerangka pikir penelitian ... 8
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 14
Gambar 2.2 Tahap Pembentukan ... 32
Gambar 2.3 Tahap Peralihan ... 33
Gambar 2.4 Tahap Kegiatan ... 34
Gambar 2.5 Tahap Pengakhiran ... 35
Gambar 3.1 One-Group Pretest-Posttest Designs ... 39
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa... 59
Gambar 4.2 Grafik Perubahan Motivasi Belajar Ricko Yulianto ... . 61
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Motivasi Belajar Rama Setya Jaya.... 63
Gambar 4 4. Grafik Perubahan Motivasi Belajar Melisa Maharani... 65
Gambar 4 5. Grafik Perubahan Motivasi Belajar Putri Artini Saras... 67
Gambar 4 6. Grafik Perubahan Motivasi Belajar Melda Ramanda... 68
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang
mempunyai semangat yang tangguh dalam mendukung dan melaksanakan
pembangunan nasional. Disamping itu melalui pendidikan diharapkan mampu
dikembangkan sikap, nilai, moral, dan seperangkat ketrampilan hidup
bermasyarakat dalam rangka mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu
bermasyarakat.
Hal ini sejalan dengan yang disebutkan dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
(18)
Pendapat diatas mengandung pengertian bahwa pendidikan adalah proses
mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi peserta didik agar berkembang
aspek- aspek kognitif, sosial dan spiritualnya.
Berbicara masalah peserta didik maka erat kaitannya dengan prestasi dan motivasi
belajar, sebab motivasi belajar yang tinggi pengaruhnya akan sangat besar
terhadap capaian hasil belajar atau prestasi belajar.Sardiman (2008) mengatakan
bahwa, dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. “Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi dari peserta didik. Motivasi yang akan menentukan intensitas, gairah dan usaha belajar
yang dilakukan peserta didik. Peserta didik yang mempunyai motivasi yang kuat
akan memiliki energi untuk belajar yang banyak. Mereka akan semangat dan
senang untuk belajar. Motivasi juga akan menjadi pendorong dalam pencapaian
prestasi. Adanya motivasi yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik
pula. Dengan kata lain, dengan adanya motivasi dimungkinkan adanya usaha yang
tekun, rajin dan bersemangat, maka seseorang yang belajar itu akan menghasilkan
prestasi yang memuaskan. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan
intensitas belajarnya.
Paparan diatas mempunyai makna bahwa motivasi belajar merupakan sesuatu hal
yang begitu penting. Motivasi belajar dibutuhkan dalam proses pencapaian
prestasi. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar akan kekurangan gairah
(19)
3
Berdasarkan hasil dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan di SMP
Muhammadiyah 3 Metro, masih ditemukan banyak peserta didik yang motivasi
belajarnya rendah, hal ini sejalan dengan adanya sikap yang ditunjukkan peserta
didik saat kegiatan belajar dan mengajar berlangsung yaitu : masih terdapatnya
siswa yang masih melalaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, siswa
yang tidak mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, siswa yang mengobrol
saat guru sedang menjelaskan materi pelejaran, dan siswa yang hanya belajar saat
akan ada ulangan.
Rendahnya motivasi belajar siswa dipengaruhi karena faktor ekstrinsik maupun
intrinsik. Uno (2006) faktor ekstrinsik adalah dorongan untuk belajar yang berasal
dari luar siswa, sedangkan faktor intrinsik adalah dorongan untuk belajar yang
berasal dari dalam dirinya sendiri.
Konselor Sekolah sebagai salah satu elemen pendukung keberhasilan siswa dalam
belajar dapat memeberikan bantuannya kepada siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling. Rahman (2003) mengungkapkan bahwa tujuan
pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah:
1. Memahami diri
Peserta didik diarahkan untuk mampu memahami dirinya sendiri, khususnya
memahami kemampuan yang sesungguhnya dimiliki.
2. Menyesuaikan diri
Peserta didik diarahkan untuk mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
(20)
Peserta didik diarahkan untuk megembangkan kemampuan yang dimiliki
seoptimal mungkin.oleh karena itu, bimbingan konseling bukan hanya
menangani siswa yang bermasalah saja, namun juga membantu para siswa
untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Pemberian bantuan bagi siswa dapat berupa berbagai macam layanan yang
ada dalam bimbingan dan konseling, baik secara kelompok maupun
individual kepada siswa yang memiliki masalah dalam belajar salah satunya
rendahnya motivasi belajar.
Metode yang akan peneliti laksanakan untuk meninglatkan motivasi belajar
siswa adalah konseling kelompok. Rahman (2003) mengatakan bahwa
konseling kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekelompok
individu guna mengatasi masalah yang relatif sama, sehinggamereka tidak
mengalami hambatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Prayitno
(2004) tujuan konseling kelompok secara umum adalah berkembangnya
kemmpuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya.
Melalui konseling kelompok, hal-hal yang dapat menghambat atau
mengganggu sosialisasi dan komunikasi dapat diungkapkan melalui berbagai
tekhnik, sehingga kemampuan sosiala dan berkomunikasi siswa dapat
berkembang secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik meneliti tentang
(21)
5
kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun
Pelajaran 2013/2014.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Terdapat siswa yang melalaikan pekerjaan rumah yang diberikan oleh
guru
2. Terdapat siswa yang mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi
pelajaran
3. Terdapat siswa yang berada diluar kelas saat guru sudah siap untuk
memberikan materi pelajaran
4. Terdapat siswa yang mencontek dalam melaksanakan tugas
5. Terdapat siswa yang sering terlambat masuk kelas
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan
layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3
(22)
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan layanan
konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro
Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua. Yaitu:
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan bagi
penulis.
b. Kegunaan Praktis
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
guru Bimbingan dan Konseling untuk melaksanakan layanan konseling
kelompok. Sehingga guru Bimbingan dan Konseling dapat mengaplikasikan
layanan konseling kelompok secara profesional.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih jelas kajiannya, maka penulis perlu memberikan
batasan ruang lingkup penelitian, yaitu:
a. Ruang lingkup subjek : subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
(23)
7
b. Ruang lingkup objek: objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan layanan konseling
kelompok
c. Ruang lingkup wilayah: penelitian ini dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah 3 Metro tahun ajaran 2013/2014
d. Ruang lingkup waktu: penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran
2013/2014
C. Kerangka Pikir
Sardiman (2011) mengatakan bahwa “hasil belajar akan optimal, kalau ada motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan makin berhasil pula dalam belajar”. seseorang yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan berupaya belajar dengan
giat sehingga hasil belajar yang dicapai akan tinggi pula, sebaliknya seseorang
yang mempunyai motivasi belajar yang rendah akan enggan untuk belajar,
sehingga hasil belajar yang akan dicapai akan rendah pula.
Fungsi motivasi belajar dalam proses pembelajaran, berfungsi sebagai pendorong
usaha dalam pencapaian prestasi belajar. Seseorang melakukan sesuatu usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukan hasil yang baik.
Usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi belajar maka seorang
siswa akan bisa meningkatkan pencapaian prestasi belajarnya. Kegiatan
pembelajaran, motivasi belajar merupakan peranan yang penting dalam
(24)
melakukan aktivitas belajar. Siswa dapat menjadikan aktivitas belajar sebagai
kebutuhan, karena seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu karena
merasa ada suatu kebutuhan sehingga timbul motivasi dalam dirinya.
Tidak semua orang mempunyai motivasi yang tinggi, karena setiap orang
berbeda-beda. Motivasi yang rendah dapat diakibatkan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut seperti rasa percaya diri yang rendah, adanya rasa malas
untuk belajar, kurang perhatian dari orang tua atau orang sekitar, serta tidak ada
yang menyemangati, Motivasi belajar yang rendah dapat menyebabkan seseorang
malas untuk belajar sehingga dapat menyebabkan seorang anak mendapat prestasi
yang rendah. Ciri-ciri anak yang mempunyai motivasi yang rendah seperti malas
belajar, malas mengerjakan tugas, tidak ada keinginan untuk mengetahui, tidak
peduli dengan nilainya, tidak ada rasa semangat di dalam kelas, mendapat nilai
yang buruk.
Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru bimbingan dan
konseling dapat membantu siswa dengan menggunakan layanan-layanan dalam
bimbingan konseling, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Prayitno
(2004) Melalui konseling kelompok, hal-hal yang mengganggu atau menghimpit
perasaan dapat diungkapkan melalui berbagai cara. Pikiran yang suntuk dan buntu
dapat dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukan dan tanggapan yang
baru, persepsi yang sempit diperluas melalui pencairan pikiran juga terpecahnya
masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan
(25)
9
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa rendahnya motivasi
belajar siswa diharapkan dapat ditingkatkan melalui penggunaan layanan
konseling kelompok.
Berikut ini adalah bentuk kerangka pikir dari penelitian ini :
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian.
Gambar 1.1 tersebut menunjukkan bahwa pada awalnya siswa memiliki motivasi
belajar rendah kemudian peneliti mencoba untuk mengatasi masalah motivasi
belajar siswa yang rendah tersebut dengan menggunakan layanan konseling
kelompok yang memiliki tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa. (Prayitno,
2004), mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah Layanan konseling
yang diberikan secara kelompok dengan mengaktifkan dinamika kelompok untuk
membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi atau
pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Sehingga
layanan konseling kelompok diharapkan bisa meningkatkan motivasi belajar
siswa meningkat.
Motivasi Belajar Siswa Motivasi Belajar Siswa meningkat
Layanan Konseling Kelompok
(26)
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan adalah :
1) Hipotesis Nihil (Ho) : motivasi belajar siswa tidak dapat ditingkatkan melalui
layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3
Metro tahun pelajaran 2013/2014.
2) Hipotesis Alternatif (Ha) : motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar dalam Bimbingan belajar 1. Bimbingan Belajar
a. Pengertian Bimbingan Belajar
Tohirin (2011) mengemukakan bahwa bimbingan belajar adalah suatu
bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam
mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan
belajar di institusi pendidikan. Berdasarkan pengertian diatas, bimbingan
belajar bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing
(siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Arah kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi bidang-bidang
didalam nya, berikut merupakan salah satu bidang bimbingan dalam layanan
bimbingan dan konseling. Secara lebih rinci, materi pokok bimbingan belajar
(28)
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efesien. Baik
dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap
guru dan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan menjalani
program penilaian.
b. Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok.
c. Pemahaman tentang kemampuan dan potensi diri serta pengembangan
secara optimal. Setiap manusia memiliki potensi yang luar biasa yang
dikembangkan secara optimal. Hanya sedikit orang yang mau
menyadari.
d. Pemantapan penguasaan materi program belajar disekolah sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
e. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial budaya
yang ada dilingkungan sekitar, dan masyarakat untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri.
f. Pemahaman tentang kekurangan dan kelemahan yang dimiliki serta
bagaimana mengatasinya. Memahami kekurangan diri mendorong
seseorang untuk menyempurnakan diri.
g. Kemampuan mengambil keputusan serta mengarahkan diri sesuai
dengan keputusan yang telah diambil. Keberanian mengambil
(29)
13
b. Keterkaitan Motivasi Belajar dengan Bimbingan Belajar
Keterkaitan antara motivasi belajar dengan bimbingan belajar seperti yang
terdapat dalam materi bimbingan belajar diatas yaitu Pemahaman tentang
kekurangan dan kelemahan yang dimiliki serta bagaimana mengatasinya.
Memahami kekurangan diri mendorong seseorang untuk menyempurnakan
diri. Karena dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan diri dalam
belajar, maka seorang siswa akan mencari solusi dari kesulitan dalam
belajar, sehingga ia akan menjadi termotivasi untuk belajar karena ia dapat
mengantisipasi kesulitannya dalam belajar. Sehingga dapat dilihat terdapat
keterkaitan antara motivasi belajar dengan bidang bimbingan belajar.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Sardiman (2011) mengartikan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu
aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar.
Dalam psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Sardiman (2008) menerangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik jika
(30)
Selanjutnya menurut Mc. Donald (Sardiman,2011) motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme
manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi
itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut
kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal
ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi
yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Hal ini juga sesuai dengan teori
yang dinyatakan oleh Maslow (Sardiman, 2011) bahwa setiap individu memiliki
tingkat kebutuhan yang dikenal dengan piramida hierarki kebutuhan. Berikut
(31)
15
Gambar 2.1 Piramida Hirearki kebutuhan Maslow
Gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa tingkatan kebutuhan individu dari
tingkatan paling bawah yaitu kebutuhan fisik sampai yang paling atas yaitu
aktualisasi diri, berikut tingkatan kebutuhan yang dimaksud:
a) Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang
lain, diterima, memiliki)
d) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
e) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan,
dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri
dan menyadari potensinya)
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
Aktualisas i diri
penghargaan
Rasa cinta/kasih sayang
Rasa aman
(32)
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
Motivasi belajar juga mengacu pada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan
penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.
Indikator motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Sardiman,2011) :
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan belajar
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah belajar
d. Lebih senang bekerja secara mandiri
e. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
3. Macam-macam Motivasi Belajar
Uno (2006) mengungkapkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor dari dalam (motivasi intrinsik) maupun faktor
dari luar (motivasi ekstrinsik).
a. Motivasi intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan
untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan
(33)
17
b. Motivasi ekstrinsik
Adalah motivasi yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu.
Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu.
Kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik
sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas
dan inisiatif sehingga mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah,(Sardiman,2008) seperti:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini adalah sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar.
Angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru, bahwa
pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang
sejati, hasil belajar yang bermakna.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi,tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu
(34)
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang
unsur persaingan ini banyak digunakan dalam dunia industri, tetapi juga
sangat baik dalam meningkatkan kegiatan belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumnbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi
yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga
untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri,
begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan
keras bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan.
Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalgi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa
grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk
(35)
19
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses dalam menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberi pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif
dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya
pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuam sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses
belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Mengenai minat ini
antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
(36)
4. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar mempunyai fungsi yang sangat besar pengaruhnya
untuk mendorong kegiatan belajar siswa.
Fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2011) :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik
yang akan melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah ynag hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memebrikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan- perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan –perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.”
Berdasarkan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Seorang siswa
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
(37)
21
5. Peranan Motivasi Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan
perilaku individu, termasuk dari perilaku individu yang sedang belajar.
Berikut peranan motivasi dalam belajar,(Uno,2006) yaitu:
a. Menentukan penguatan belajar,
apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dpecahkan berkat bantuan
hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan kata lain motivasi dapat menentukan
hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
b. Memperjelas Tujuan Belajar
peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya
bagi si anak.
c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar
seorang siswa yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil
yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan
seseorang tekun belajar, sebaliknya apabila seseorang kurang memiliki
(38)
B. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok
Rahman (2003) mengatakan bahwa Konseling Kelompok adalah layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sekelompok individu guna
mengatasi masalah yang relatif sama, sehingga mereka tidak mengalami
hambatan untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.
Lubis (2011) menjelaskan konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses
konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa
kien sekaligus dalam kelompok kecil.
Tohirin (2011) layanan konseling kelompok adalah suatu upaya konselor
membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai
perkembangan yang optimal.
Berdasarkan definisi diatas dapat peneliti disimpulkan bahwa layanan
konseling kelompok adalah layanan konseling antar satu orang konselor
dengan beberapa klien yang mengalami masalah pribadi, gar tercapai
perkembangan potensi yang optimal.
2. Tujuan Konseling Kelompok
Penerapan konseling kelompok untuk membantu klien tentu saja dilakukan
(39)
23
Adapun tujuan konseling kelompok menurut Prayitno (2004) terbagi
menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum layanan konseling kelompok adalah berkembangnya
kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta
layanan dan juga mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan
dinamika kelompok.
b. Tujuan Khusus
Konseling kelompok terfokus pada pembahasan maslah pribadi individu
peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang intensif, para
pesrta layanan memeperoleh tujuan-tujuan:
1) Terkembangnya perasaan ,pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah
kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi serta komunikasi,
2) Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya
imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu lain peserta layanan
konseling kelompok.
3. Dinamika Kelompok
Di dalam layanan konseling kelompok, dinamika kelompok harus dapat
dikembangkan secara baik, sehingga mendukung tujuan layanan secara efektif
Dinamika kelompok adalah kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam
(40)
yang dapat digerakkan dari kelompok itu. Dengan demikian, dinamika
kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu
kelompok.
Melalui dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu
tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain. Hal ini tidak berarti bahwa diri seseorang
lebih ditonjolkan daripada kehidupan kelompok secara umum.
Kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan
arah gerak dan arah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling melalui
layanan bimbingan konseling kelompok. Kelompok yang hidup adalah yang
berdinamika, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan
dan mencapai suatu tujuan.
Menurut prayitno (2004),”keterampilan berkomunikasi secara efektif, sikap bertenggang rasa, memberi dan menerima, toleran, mementingkan
musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki sikap tanggung jawab sosial seiring dengan kemandiriannya yang kuat merupakan arah pengembangan pribadi yang dapat melalui keaktifannya dinamika kelompok”.
Disini dimaksudkan adalah bahwa anggota kelompok memiliki ketrampilan
berkomunikasi secara efektif yang merupakan kunci pokok keaktifanya
dinamika kelompok dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan sosial
(41)
25
Berkaitan dengan konseling kelompok maka dinamika kelompok merupakan
suatu wadah yang selalu aktif dalam rangka membantu individu-individu
untuk dapat secara mandiri maupun secara bersama-sama dalam memecahkan
masalahnya. Oleh karena itu dinamika kelompok memegang peranan penting
sebagai wadah kehidupan atau jiwa yang bergerak kelompok.
Dengan demikian kelompok mempunyai peran membantu memecahkan
masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam
kelompok itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksudkan.
Dalam suasana seperti itu, melalui dinamika kelompok yang berkembang,
masing-masing anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun
tidak langsung dalam pemecahaan masalah pribadi tersebut.
4. Komponen dalam Konseling Kelompok
Dalam konseling kelompok terdapat dua pihak yang berperan. Yaitu,
pemimpin kelompok dan anggota kelompok, Prayitno (2004)
a. Pemimpin Kelompok
Pemimpin Kelompok (PK) adalah Konselor yang yang terlatih dan
berwenang menyelenggarakan praktik konseling secara profesional. Dalam
konseling kelompok tugas PK adalah memimpin kelompok yang
bernuansa layanan konseling melalui bahasa konseling untuk mencapai
(42)
dinamika kelompok diantara semua anggota kelompok seintensif mungkin
untuk mengarah kepada pencapaian tujuan konseling.
1. Karakteristik Pemimpin Kelompok
Untuk menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya, PK adalah
seorang yang:
a) Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi
dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok
yang bebas, terbuka dan demokratif, konstruktif, saling mendukung dan
meringankan beban, menjelaskan,memberikanrasa nyaman,
menggembirakan dan membahagiakan serta mencapai tujuan bersama
kelompok.
b) Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani,
meningkatkan, memperluas dan konten bahasan yang tumbuh dalam
aktivitas kelompok.
c) Memiliki kemampuan hubungan antarpersonal yang hangat dan
nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik
dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam
ketegasan dan kelembutan, jujur, dan tidak berpura-pura, disiplin dan
kerja keras.
2. Peran Pemimpin Kelompok (PK)
Dalam mengarahkan suasana kelompokmelalui dinamika kelompok, PK
(43)
27
1. Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta (terdiri atas
5-10 orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang
mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:
a. Terjadinya hubungan antar anggota kelompok. Menuju keakraban
diantara mereka
b. Tumbuhnya tujuan bersama diantaraanggota kelompok, dalam
suasana kebersamaan
c. Berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan
kelompok
d. Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok,
sehingga mereka masing-masing mampu berbicara dan tidak
menjadi yes-man
e. Terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini
berusahadan mampu tempil beda dari kelompok lain.
2. Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok, apa,
mengapa dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan
3. Pentahapan layanana konseling kelompok
4. Penilaian segera(laiseg) hasil layanan konseling kelompok
5. Tindak lanjut layanan
b. Anggota Kelompok
Tidak semua kumpulan individu dapat dijadikan anggota konseling
kelompok. Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor
perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang
(44)
homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja
kelompok.
a. Besarnya kelompok
Kelompok yang terlalu kecil akan mengurangi keefektifan layanan.
Pembahasan menjadi terbatas karena dari sumbernya (anggota
kelompok) memang terbatas. Sebaliknya, jika anggota kelompok
terlalu besar juga kurang efektif, karena partisipasi aktif individual
dalam dinamikakelompok menjadi kurang intensif, kesempatan
berbicara dan memberikan/menerima sentuhan dalam kelompok
kurang.
b. Homogenitas/heterogenitas kelompok
Homogenitas disini adalah dalam tingkt usia dan jenjang pendidikan.
Heterogenitas meliputi Perubahan yang intensif dan mendalam
memerlukan sumber-sumber yang bervariasi.
c. Peranan Anggota Kelompok
1) Aktifitas Mandiri
Peran anggota kelompok dalam layanan konseling kelompok
bersifat dari, oleh dan untuk anggota itu sendiri.
Masing-masing anggota beraktivitas langsung dan mandiri dalam
bentuk:
a) Mendengar, memahami dan merespon dengan tepat dan positif
b) Berpikir dan berpendapat
(45)
29
d) Berpartisipasi dalam kegiatan bersama
2) Aktifitas mandiri masing-masing anggota diorientasikan pada
kehidupan bersama dalam kelompok. Kebersamaan ini
diwujudkan melalaui:
a) Pembinaan kekakraban dan keterlibatan secara emosional antar
anggota
b) Kepatuhan terhadap aturan kegiatan dalam kelompok
c) Komunikasi jelas dan lugas dengan lembut dan bertatakrama
d) Saling memahami, memberi kesempatan dan membantu
e) Kesadaran untuk menyukseskan kegiatan kelompok
5. Asas dalam Konseling Kelompok
Dinamika kelompok dalam konseling kelompok akan semakin berjalan sesuai
dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai jika setiappeserta layanan
menerapkan asa-asas dalam konseling. Berikut adalah asa-asa yang termasuk
dalam konseling kelompok.
a. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang terjadi dalam kelompok adalah menjadi rahasia
kelompok dan hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok itu sendiri
dan tidak disebarluaskan kepada kelompok lain. Aplikasi asas kerahasiaan
lebuh penting dalam konseling kelompok, mengingat pokok bahasan yang
disampaikan adalah masalah pribadi yang dialami oleh anggota. Dalam
hubungan konseling kelompok ini didasarkan pada suasana keakraban dan
(46)
b. Asas Kesukarelaan
Kesukarelaan anggota dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok
Layanan konseling kelompok tidak hanya diberi adalah memimpin kelkan
kepada sekedar sejumlah orang, melainkan kelompok atau kumpulan
orang tersebut perlu memenuhi kriteria-kriteria sehingga bisa dikatakan
sebagai suatu kelompok. . Kesukarelaan dalam konseling sangat besar
manfaatnya, sehingga kemungkinan keterlibatan anggota secara lebih
efektif dalam proses konseling akan terwujud, dan keterbukaan diri dari
anggota akan memberi kesan positif dalam hubungan yang bersifat
membantu.
6. Tekhnik dalam Konseling Kelompok
a. Teknik umum pengembangan dinamika kelompok
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan
layanan konsling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika
kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai
tujuan layanan.
Teknik-teknik ini secara garis besar meliputi:
1. Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka.
2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam
pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi.
3. Dorongan minimal untuk memantapkan respons aktivitas anngota
(47)
31
4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh (uswatun hasanah)
untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan.
5. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang
dikehendaki.
Teknik-teknik tersebut diawali dengan penstrukturan untuk memnerikan
penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan konseling
kelompok. Selain itu, berbagai kegiatan selingan ataupun permainan dapat diselenggarakan untuk memperkuat “jiwa” kelompok memantapkan pembahasan, atau relaksasi. Sebagai penutup, kegiatan
pengakhiran (teknik mengakhiri) dapat dilaksanakan.
b. Permainan Kelompok
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan
baik sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat
materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: (a) sederhana, (b) menggembirakan,
(c) menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan, (d) meningkatkan
keakraban, dan (e) diikuti oleh semua anggota kelompok.
Contoh permainannya antara lain:
1. “siapakah aku
2. “tes lima menit” 3. “bisik berantai” 4. “mengapa karena”
(48)
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan menggunakan kedua teknik
tersebut. Hal ini dikarenakan kedua teknik tersebut saling berkaitan. Teknik
umum dilaksanakan untuk mengembangkan dinamika kelompok sedangkan
teknik permainan kelompok digunakan sebagai kegiatan selingan untuk
meningkatkan keakraban dan juga sebagai relaksasi. Kedua teknik ini akan
digunakan secara tepat waktu, tepat isi, tepat sasaran, dan tepat cara sehingga
(49)
33
7. Tahap Penyelenggaran Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok dilaksanakan melalui empat tahap kegiatan
(Prayitno,2004) yaitu:
a. Tahap Pembentukan
Yaitu tahapan untuk membentuk kumpulan individu menjadi satu kelompok
yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan
bersama.
Gambar 2.2.Tahap Pembentukan Konseling Kelompok
Tema: Pengenalan
- Pelibatan diri PEMBENTUKAN
Tujuan:
1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling. 2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota
mengikuti kegiatan kelompok. 4. Tumbuhnya saling mengenal,
percaya, menerima, dan membantu di antara para anggota.
5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.
6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.
Kegiatan:
1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok. 3. Saling memperkenalkan, dan
mengungkapkan diri. 4. Teknik khusus.
5. Permainan
penghayatan/pengakraban.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.
2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.
3. Sebagai contoh.
(50)
b. Tahap Peralihan
Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan
berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok
Gambar 2.3 Tahap Peralihan Konseling Kelompok
PERALIHAN
Tema: Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga
Tujuan:
1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.
2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.
3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan:
1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2. Menawarkan atau mengamati
apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan
keikutsertaan anggota.
5. Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.
3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4. Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.
(51)
35
c. Tahap Kegiatan
Yaitu tahapan kegiatan inti, untuk mengentaskan masalah pribadi anggota
kelompok
Gambar 2.4.Tahap Kegiatan Konseling Kelompok
KEGIATAN
Tema: Kegiatan Pencapain Tujuan, yaitu pembahasan masalah klien
Tujuan:
1. Terbahasnya dan terentaskannya masalah klien 2. seluruh anggota
kelompok dalam menganalisis masalah klien serta mencari jalan keluar dan pengentasannya
Kegiatan:
1. Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapat bantuan kelompok untuk pengentasannya
2. Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua dan seterusya.
3. Klien memberikan gambaran yang lebih rinci maslah yang dialaminya
4. Seluruh anggota kelompok ikut serta membahas masalah klien melalui berbagai cara, seperti bertanya, mengemukakan pengalaman pribadi, menyarankan.
5. Klien setiapkali diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang ditampilkan oleh rekan kelompok.
6. Kegiatan selingan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. sebagai pengatur lalau lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara
3. Mendorong,menjelaskan, memberi penguatan, menjembatani, dan mensinkronisasi, memberi contoh (serta,jika perlu melatih klien) dalam rangka mendalami permasalahan klien dan mengentaskannya.
(52)
d. Tahap Pengakhiran
Yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah
dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan
selenjutnya.
Gambar 2.5.Tahap Pengakhiran Konseling Kelompok
PENGAKHIRAN
Tema: Penilaian dan Tindak Lanjut
Tujuan:
1. Terungkapkannya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. 2. Terungkapnya hasil kegiatan
kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.
3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut.
4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.
Kegiatan:
1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Pemimpin dan anggota kelompok
mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK: 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.
2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan angota. 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut.
4. Penuh rasa persahabatan dan empati. Tahap IV
(53)
37
C. Keterkaitan antara Motivasi Belajar dengan Layanan Konseling Kelompok
Tohirin (2011) konseling merupakan hubungan secara profesional antara
seorang konselor dengan klien dimana konselor membantu klien mencari
bantuan agar klien dapat mengatasi masalh atau mampu mengambil
keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya.
Penyelenggaraan konseling di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai
macam layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling, yang salah satunya
adalah dengan menggunakan layanan konseling kelompok.
Begitu pentingnya motivasi belajar bagi siswa, layanan konseling kelompok
diharapkan dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.
Konseling kelompok menciptakan kesempatan bagi banyak individu untuk
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya tidak seorang diri.
Masing-masing siswa akan semakin memiliki kemauan untuk sembuh karena
mendapatkan dukungan dan kesempatan untuk melakukan tingkah laku baru
yang lebih baik karena pada konseling kelompok terdapat unsur-unsur
terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara bebas,
berorientasi pada kenyataan, saling percaya, saling perhatian, saling
memahami dan saling mendukung.
Melalui konseling kelompok, siswa akan memperoleh umpan balik berupa:
tanggapan dan pengalaman dari siswa yang lain ketika mengatasi
(54)
mengekspresikan dirinya menghadapi kenyataan akan lebih aktif dalam
berinteraksi.
Adanya interaksi dalam konseling kelompok diharapkan dapat menimbulkan
rasa saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus antar siswa
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi
Eksperimental). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena tidak
menggunakan kelompok kontrol dan subjek tidak dipilih secara random. Hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan antara
keadaan sebelum dan setelah diberi perlakuan. Design ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1 One-Group Pretest-Postest Design
O1, = hasil pretest (sebelum ada perlakuan)
O2 = hasil postest(setelah diberi perlakuan)
X = perlakuan yang diberikan (konseling kelompok)
(56)
A. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro. Untuk
memperoleh subjek penelitian, peneliti menggunakan tekhnik purposive
sampling (Sugiyono,2011) yaitu pengumpulan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Karena penelitian ini akan melihat peningkatan motivasi belajar siswa,
maka yang akan dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah. Pemilihan subjek penelitian dengan menggunakan
wawancara kepada guru bimbingan konseling dan wali kelas. Pemilihan subjek
penelitian didasarkan pada sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa
sesuai dengan indikator Motivasi belajar. Setelah mendapatkan rekomendasi
siswa dari guru BK, maka ke 6 siswa tersebut diberikan skala motivasi belajar
untuk melihat tingkat motivasi belajar siswa yang bersangkutan. Seteleh proses
pengisisan skala motivasi tersebut, dapat diperoleh data bahwa ke 6 siswa
tersebut memang memiliki tingkat motivasi belajar yang rendah. Dari hasil
pengisian skala maka ke 6 siswa tersebut dijadikan subjek penelitian dalam
penelitian ini.
B. Variabel Penelitian
Sugiyono (2010), Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(57)
41
1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu layanan konseling kelompok.
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar siswa.
C. Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa menggunakan konseling kelompok pada kelas VIII
SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 2013/2014.
1. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
Adapum yang menjadi dasar dalam pembuatan indikator motivasi belajar
adalah berdasarkan ciri-ciri motivasi belajar yang dikemukakan oleh
sardiman.
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan belajar
c. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah belajar
d. Lebih senang bekerja mandiri
(58)
2. Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah proses konseling yang dilaksanakan antara
seorang konselor dan beberapa kien (siswa) sekaligus dalam kelompok
kecil dengan tujuan terpecahkannya masalah yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok serta berkembangnya kemampuan sosialisasi
siswa.
Adapun tahap-tahap yang akandilaksanakan dalam layanan konseling
kelompok adalah:
1. Tahapan pembentukan
2. Tahapan peralihan
3. Tahapan kegiatan
4. Tahapan pengakhiran.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Skala Motivasi Belajar
Menurut Sugiyono (2012) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Melalui skala pengukuran
ini, maka nilai variable yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efesien dan
(59)
43
Skala yang diberikan adalah skala motivasi belajar dengan model Likert
berdasarkan teori Sardiman. Skala motivasi belajar diberikan sebelum dan
setelah perlakuan. Untuk mengetahui perubahan sikap subjek penelitian baik
sebelum maupun setelah diberikan. Peneliti dalam penelitian ini,
menggunakan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Sering (SS), Sering
(S),Kadang-kadang (KD), Pernah (P), tidak pernah (TP).
Tabel 3.1 Kriteria bobot nilai pada skala motivasi belajar
Pernyataan Sangat
sering Sering
Kadang-kadang
Pernah Tidak Pernah
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Dalam pengkategorian hasilnya peneliti membagi menjadi 3 kategori
yaitu tinggi, sedang, rendah. Menurut Azwar (2006 :106), untuk
mengkategorikannya terlebih dahulu ditentukan besar intervalnya dengan
ketentuan rumus interval:
X<[µ-1,0 α] = Katagori rendah [μ-1,0α]≤ X < [μ+1,0α] = Katagori sedang
[μ+1,0α]≤ X = Katagori tinggi
Keterangan :
X = Jumlah skor yang di dapatkan siswa
µ = Mean teoritis
(60)
Tabel 3.2 Kisi-kisi Motivasi Belajar
Variabel Indikator Deskriptor
Motivasi belajar
1. Tekun menghadapi tugas
1.1 Dapat belajar dalam waktu yang lama 1.2 Meluangkan waktu untuk belajar 1.3 Memiliki kesungguhan dalam belajar 1.4 Memiliki waktu terjadwal untuk
belajar setiap hari
2. Ulet menghadapi kesulitan belajar
2.1 Tidak mudah putus asa dalam belajar 2.2 Memiliki keuletan dalam belajar 2.3 Tidak cepat puas dengan prestasi
yang telah dicapai
2.4 Membaca apa saja yang mendukung pelajaran
3. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah belajar
3.1 Kesungguhan dalam menyelesaikan suatu masalah atau tantangan belajar 3.2 mengulangi materi pelajaran
3.3 Memiliki rasa ingin tahu tentang materi belajar
3.4 penggunaan waktu luang untuk belajar
4. Lebih senang bekerja mandiri
4.1 Adanya dorongan untuk belajar
4.2 Senang dengan hasil karya sendiri dalam belajar
4.3 Suka Mengandalkan orang lain dalam belajar
5. Dapat
mempertahankan pendapatnya dalam belajar
5.1 Keinginan untuk mendapatkan prestasi 5.2 Memiliki keyakinan bahwa prestasi,
kita sendiri yang menentukan 5.3 Memiliki seseorang yang didolakan
(61)
45
E. Uji Persyaratan Instrumen
Sugiyono (2010) instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen yang
tidak teruji validitas dan reliabilitasnya, bila digunakan untuk penelitian akan
menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya.
1. Uji validitas instrument
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi, Arikunto (2006).
Skala Motivasi Belajar
Pengujian validitas dengan menggunakan menggunakan pendapat para
ahli/uji ahli. Uji ahli dilakukan untuk melihat kesesuaian antara item-item
pernyataan baik dari segi isi maupun redaksional. Uji ahli dilakukan kepada
dosen Bimbingan dan Konseling (lampiran 1 Hasil Uji Ahli)
Setelah uji ahli dilaksanakan, peneliti melakukan pengujian dengan Face
Validity yaitu validitas yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan
terhadap apa yang seharusnya diukur. Pengujian ini hanya didasarkan pada
penilaian selintas mengenai alat ukur . apabila, telah tampak sesuai dengan
apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan Face Validity/ Validitas Muka
(62)
2. Uji reliabilitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat
dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik.
Skala motivasi belajar
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan secara internal
consistency
“Pengujian reliabilitas secara internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian setelah data diperoleh selanjutnya dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument” (Sugiyono, 2008: 131).
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria
reliabilitas (Koestoro dan Basrowi, 2006) sebagai berikut :
0,8-1,000 = sangat tinggi
0,6- 0,799 = tinggi
0,4- 0,599 = cukup tinggi
0,2- 0,399 = rendah
0<0,200 = sangat rendah
Pengujian reliabilitas dilakukan kepada 30 siswa SMP Muhahammadiyah 1
(63)
47
3. Analisis Item
Analisis Item yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji validitas
item yang dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item instrument
dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Rumus yang digunakan untuk mengkorelasikan skor faktor dengan skor total
adalah rumus Product Moment oleh Pearson sebagai berikut :
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
n = Jumlah sampel
x = jumlah skor item
y = jumlah skor total.
Analisis menggunakan penghitungan komputasi yaitu dengan menggunakan
SPSS 17.
Dari hasil analisis item, hasil yang didapat dari 30 item terdapat 5 item yang
tidak valid. 5 item yang tidak valid ini dianggap gugur karena 25 item yang
valid sudah mewakili indikator yang lain (lampiran 6 )
E. Tekhnik Analisis data Skala Motivasi Belajar
Setelah diperolehnya seluruh data-data yang dibutuhkan, maka langkah
(64)
menggunakan uji Wilcoxon, karena subjek penelitian kurang dari 25, maka
distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang
diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah
nonparametrik (Sugiono, 2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched
Pairs Test.
Adapun rumus uji Wilcoxon (Sugiyono: 2010) ini adalah sebagai berikut :
z = T-µT /σT Keterangan:
T = jumlah rank dengan tanda paling kecil
µT = n(n+1)/4 dan σT = √n(n+1)(2n+1)/24
untuk menghitung besarnya persentase peningkatan motivasi belajar
digunakan rumus :
Pengambilan keputusan analisis data akan didasarkan pada hasil uji z. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010) yang menyatakan bahwa
mengambil keputusan dapat didasarkan pada hasil uji z, yaitu :
Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0
diterima (dengan taraf signifikansi 5%)
Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0
(65)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Muhammadiyah 3 Metro, maka dapat
diambil kesimpulan, yaitu:
1. Kesimpulan Statistik
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan konseling
kelompok Hasil penelitian pada saat diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,2
meningkat menjadi 101,3 atau mengalami peningkatan sebesar 40% Hal ini
ditunjukkan juga dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh zhitung =-2,201 dan
ztabel 0,05 = 2,015. Karena zhitung > ztabel maka Ha diterima, , artinya motivasi
belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok
(66)
2. Kesimpulan Penelitian
Motivasi belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan konseling
kelompok. Hal ini ditunjukkan dari perubahan perilaku siswa pada setiap
pertemuan konseling kelompok telah mengarah pada peningkatan motivasi belajar
siswa terlihat lebih baik dari sebelumnya. Siswa menyadari tujuan belajar,
kemudian menemukan kesulitan dan kiat belajar.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP
Muhammadiyah 3 Metro adalah:
1. Kepada Siswa
Siswa hendaknya dapat memanfaatkan fasilitas dan layanan-layanan yang ada
dalam bimbingan dan konseling. Dengan mendatangi guru BK yang ada di
sekolah, sehingga jika terdapat masalah-masalah dalam belajar dapat langsung
dikonsultasikan dengan guru BK yang ada disekolah tersebut.
2. Kepada guru bimbingan konseling
Kepada guru bimbingan konseling hendaknya dapat membantu siswa
(67)
78
3. Kepada para peneliti selanjutnya
Kepada para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian dengan
menggunakan layanan, pendekatan, dan teknik yang sama tetapi dengan masalah
yang berbeda
4. Kepada Tenaga Kependidikan Lainnya
Kepada tenaga kependidikan lainnya diharapkan dapat menjadi motivator dan
(68)
DAFTAR PUSTAKA
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Lubis, Namora Lumongga.2011. Memahami Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana
Ngalim,Purwanto. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang
Prayitno dan Erman Amti.2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:PT Rineka Cipta
Rahman, Hibana S. 2003.Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.Jakarta: Bumi Aksara
Syamsu, Yusuf :2005. From http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/ , 21 Agustus 2014
Tohirin.2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
(69)
Uno,Hamzah B.2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
UUD RI. 2003. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wibowo, Mungin Edi. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. From
http://rumii-amelia.blogspot.com/2013/10/makalah-layanan-konseling-kelompok.html, 21 Agustus 2014
(1)
48
menggunakan uji Wilcoxon, karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang diperoleh merupakan data ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono, 2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test.
Adapun rumus uji Wilcoxon (Sugiyono: 2010) ini adalah sebagai berikut : z = T-µT /σT
Keterangan:
T = jumlah rank dengan tanda paling kecil µT = n(n+1)/4 dan
σT = √n(n+1)(2n+1)/24
untuk menghitung besarnya persentase peningkatan motivasi belajar digunakan rumus :
Pengambilan keputusan analisis data akan didasarkan pada hasil uji z. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010) yang menyatakan bahwa mengambil keputusan dapat didasarkan pada hasil uji z, yaitu :
Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)
Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Muhammadiyah 3 Metro, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Kesimpulan Statistik
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan layanan konseling kelompok Hasil penelitian pada saat diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,2 meningkat menjadi 101,3 atau mengalami peningkatan sebesar 40% Hal ini ditunjukkan juga dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh zhitung =-2,201 dan ztabel 0,05 = 2,015. Karena zhitung > ztabel maka Ha diterima, , artinya motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Metro Tahun Ajaran 2013/2014.
(3)
77
2. Kesimpulan Penelitian
Motivasi belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok. Hal ini ditunjukkan dari perubahan perilaku siswa pada setiap pertemuan konseling kelompok telah mengarah pada peningkatan motivasi belajar siswa terlihat lebih baik dari sebelumnya. Siswa menyadari tujuan belajar, kemudian menemukan kesulitan dan kiat belajar.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Metro adalah:
1. Kepada Siswa
Siswa hendaknya dapat memanfaatkan fasilitas dan layanan-layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Dengan mendatangi guru BK yang ada di sekolah, sehingga jika terdapat masalah-masalah dalam belajar dapat langsung dikonsultasikan dengan guru BK yang ada disekolah tersebut.
2. Kepada guru bimbingan konseling
Kepada guru bimbingan konseling hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan motivasi belajar melalui penggunaan layanan konseling kelompok.
(4)
78
3. Kepada para peneliti selanjutnya
Kepada para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan layanan, pendekatan, dan teknik yang sama tetapi dengan masalah yang berbeda
4. Kepada Tenaga Kependidikan Lainnya
Kepada tenaga kependidikan lainnya diharapkan dapat menjadi motivator dan fasilitator belajar yang baik dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Lubis, Namora Lumongga.2011. Memahami Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana
Ngalim,Purwanto. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok. Padang:
Universitas Negeri Padang
Prayitno dan Erman Amti.2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:PT Rineka Cipta
Rahman, Hibana S. 2003.Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.Jakarta: Bumi Aksara
Syamsu, Yusuf :2005. From http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/ , 21 Agustus 2014
Tohirin.2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
(6)
Uno,Hamzah B.2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
UUD RI. 2003. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wibowo, Mungin Edi. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. From http://rumii-amelia.blogspot.com/2013/10/makalah-layanan-konseling-kelompok.html, 21 Agustus 2014