Perlindungan Hukum Yang Dapat Dilakukan Indonesia Sebagai Non-State Party Konvensi 1951 Tentang Pengungsi Terhadap Mukarram Ali (Refugee Dari Somalia).

PERLINDUNGAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN INDONESIA
SEBAGAI NON-STATE PARTY KONVENSI 1951 TENTANG
PENGUNGSI TERHADAP MUKARRAM ALI (REFUGEE DARI
SOMALIA)
Adinda Aditiya
110110110011

Mukarram Ali seorang pencari suaka dari Somalia yang melarikan
diri dari negaranya. Ketika dalam perjalanan, Ali melakukan beberapa kali
transit untuk sampai ke tujuannya ke Australia dengan melewati beberapa
negara diantaranya Indonesia, ia melakukan tiga kali transit, Medan,
Jakarta, lalu Makassar. Ketika Ali sampai di Medan pada bulan Juli 2013,
Ali masuk ke wilayah Indonesia dengan tidak melalui pemeriksaan
dokumen perjalanan. Sehingga Ali melanjutkan perjalannnya ke Jakarta
dan bertemu dengan seseorang berkewarganegaraan sama dengan
dirinya yang membantu untuk sampai ke Australia dengan membayar
$2500. Ali melanjutkan perjalanan ke Makassar atas rekomendasi
smuggler, ia diperintah untuk menunggu dan berkumpul di suatu tempat
dengan imigran gelap lainnya yang akan melakukan perjalanan ke
Australia. Sebelum adanya penjemputan oleh smuggler
terdapat

penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian dan keimigrasian kota
Makassar pada bulan Agustus tahun 2013.
Adapun tujuan penelitian ini guna memperjelas apakah tindakan
Mukarram Ali sebagai pencari suaka yang melakukan pembayaran pada
seseorang untuk penyelundupan dirinya dari Jakarta ke Australia dapat
dikategorikan sebagai penyelundupan manusia, serta guna memperjelas
bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan oleh Indonesia
sebagai non-state party Konvensi Tentang Pengungsi 1951 terhadap
Mukarram Ali yang berstatus pengungsi. Pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah yuridis normatif didukung oleh data empiris.
Tindakan Ali memasuki wilayah negara Indonesia tanpa membawa
dokumen perjalanan dan ia melakukan pembayaran kepada penyelundup
yang berkewarganegaraan sama dengan dirinya merupakan pelanggaran
hukum tertera dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian dan Protocol Againts The Smuggling of Migrants by Land,
Sea, Supplementing the United Nations Convention Againts Transnational
Organized Crime. Perlindungan hukum yang dapat diberikan oleh
Indonesia, meskipun dalam hal ini sebagai non-state party dari konvensi
1951 Tentang Pengungsi, namun Indonesia memegang prinsip nonrefoulement.


LEGAL PROTECTION BY INDONESIA TO MUKARRAM ALI (REFUGEE
FROM SOMALIA) BASED ON 1951 CONVENTION RELATED TO THE
STATUS OF REFUGEES AS NON STATE PARTY
Adinda Aditiya
110110110011

Mukarram Ali was ones of asylum seekers from Somalia who
escaped from his country. When he did his jouney, Ali made several
transit to reached Australia by passing several states including Indonesia,
he made three transit in Indonesia, which are Medan, Jakarta, and
Makassar. When Ali arrived in Medan in July 2013, he entered Indonesian
territory without going through examination of passport and visa. So he
continued his journey to Jakarta and then he met someone who had same
nationality with him that will help him reach his destination by paying
$2500. Ali continued to Makassar by using aircraft facilitated by a
smuggler. Arriving in Makassar, Ali is told to wait and to gather in a place
with other illegal immigrants who would be traveling to Australia. Before
being picked up by a smuggler in a place, there was an investigation
conducted by the police and immigration Makassar city in August 2013.
The purpose of this study is to clarify if Mukarram Ali’s action as an

asylum seeker who pays someone to help smuggling him from Jakarta to
Australia can be categorized as people smuggling and to clarify how the
legal protection is provided by Indonesia as non-state party from 1951
Convention Relating To The Status of Refugees under International Law
and National Law againts Mukarram Ali refugee status. The approach
taken in this research is normative juridical supported by empirical data,
which emphasis on the study of documents and research literature to learn
secondary data that is collected as legal material form related to the
problems examined. After that, the secondary data collected is analyzed
qualitatively.
Ali’s action when he enters the teritory of Indonesia by not carrying
passport and visa and when he pays the smuggler who has the same
nationality with him are breaking the law. That violation is stated in
Undang-Undang No. 6 of 2011 on Immigration and in Protocol Against
The Smuggling of Migrants by Land, Sea, Supplementing the Nations
Convention Against Transnational Organized Crime. The legal protection
that is given by Indonesia, as non-state party from 1951 Convention
Relating To The Status of Refugees, still holds non-refoulement principle
and does not put any smuggling criminal sanctions on Mukarram Ali.