TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPOLISIAN NEGARA INDONESIA BERDASARKAN KUHAP DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG No. 30 TAHUN 2002 T.
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM
PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPOLISIAN
NEGARA INDONESIA BERDASARKAN KUHAP DIKAITKAN DENGAN UNDANGUNDANG No. 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
ABSTRAK
Proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi menurut
hukum positif di Indonesia dapat dilakukan oleh institusi POLRI maupun
institusi KPK. Kewenangan yang sama tersebut dalam praktinya dapat
menyebabkan konflik mengenai kewenangan penyelidikan dan penyidikan
yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap hak-hak tersangka.
Oleh karena itu terdapat dua masalah yaitu: (1) Bagaimana kewenangan
penyidikan perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan Polri dikaitkan
dengan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK? (2) Bagaimana
perlindungan hukum terhadap tersangka kasus tindak pidana korupsi yang
diajukan proses penyidikan oleh Polri dan KPK?.
Penelitian ini bersifat deskriptif untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh dan sistematis mengenai permasalahan yang diteliti
dihubungkan dengan peraturan hukum positif, dengan menggunakan
pendekatan yuridis normatif yaitu menitikberatkan pada data-data sekunder
dan wawancara lapangan untuk mempelajari data primer, data sekunder, dan
data tersier yang terkumpul berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti yang selanjutnya akan dianalisis secara
yuridis kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kewenangan penyidikan
yang dimiliki oleh POLRI dibatasi oleh Undang-Undang KPK, tetapi POLRI
masih memiliki kewenangan penyidikan yang berpedoman kepada KUHAP.
(2) Penyidikan yang dilakukan oleh POLRI dan KPK sangat rentan terhadap
pelanggaran HAM. Sehingga bentuk perlindungan hukum terhadap hak –hak
tersangka yaitu dengan mengajukan rehabilitasi dan kompensasi akibat
kerugian dari penyidikan yang dilakukan oleh dua Institusi.
iv
PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KEPOLISIAN
NEGARA INDONESIA BERDASARKAN KUHAP DIKAITKAN DENGAN UNDANGUNDANG No. 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
ABSTRAK
Proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi menurut
hukum positif di Indonesia dapat dilakukan oleh institusi POLRI maupun
institusi KPK. Kewenangan yang sama tersebut dalam praktinya dapat
menyebabkan konflik mengenai kewenangan penyelidikan dan penyidikan
yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap hak-hak tersangka.
Oleh karena itu terdapat dua masalah yaitu: (1) Bagaimana kewenangan
penyidikan perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan Polri dikaitkan
dengan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK? (2) Bagaimana
perlindungan hukum terhadap tersangka kasus tindak pidana korupsi yang
diajukan proses penyidikan oleh Polri dan KPK?.
Penelitian ini bersifat deskriptif untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh dan sistematis mengenai permasalahan yang diteliti
dihubungkan dengan peraturan hukum positif, dengan menggunakan
pendekatan yuridis normatif yaitu menitikberatkan pada data-data sekunder
dan wawancara lapangan untuk mempelajari data primer, data sekunder, dan
data tersier yang terkumpul berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti yang selanjutnya akan dianalisis secara
yuridis kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kewenangan penyidikan
yang dimiliki oleh POLRI dibatasi oleh Undang-Undang KPK, tetapi POLRI
masih memiliki kewenangan penyidikan yang berpedoman kepada KUHAP.
(2) Penyidikan yang dilakukan oleh POLRI dan KPK sangat rentan terhadap
pelanggaran HAM. Sehingga bentuk perlindungan hukum terhadap hak –hak
tersangka yaitu dengan mengajukan rehabilitasi dan kompensasi akibat
kerugian dari penyidikan yang dilakukan oleh dua Institusi.
iv