PENGARUH BIMBINGAN DAN PENGASUHAN JASMANI MENGGUNAKAN METODE (PDLT) BERBEBAN DAN TANPA BEBAN PADA PERWIRA SISWA SECAPAAD YANG BERDAYA JUANG TERHADAP KESEGARAN JASMANI.

(1)

PENGARUH BIMBINGAN PENGASUHAN JASMANI

MENGGUNAKAN METODE(PDLT) BERBEBAN DAN TANPA

BEBAN PADA PASIS SECAPAAD YANG BERDAYA JUANG

TERHADAP KESEGARAN JASMANI

( Study eksperimen pada perwira siswa laki-laki Diktukpa Secapaad th 2012)

Oleh

Rudi Hanif Fanul Fatah

NIM 1004790

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Pengaruh bimbingan dan pengasuhan jasmani

menggunakan metode (PDLT) berbaban dan tanpa beban

pada pasis secapaad yang berdaya juang terhadap

kesegaran jasmani

Oleh

Rudi Hanif Fanul Fatah. S.Pd IKIP Negeri Malang, 1995

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Pendidikan Olahraga Pascasarjana

© Rudi Hanif Fanul Fatah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. H. Yudha M Saputra,M.Ed. NIP: 196303121989011002

Pembimbing II

Dr. Dikdik Zafar Sidik,M.Pd. NIP: 196812181994021001

Ketua Prodi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI

Prof.Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP: 196306181988031002


(4)

ABSTRAK

Rudi Hanif Fanul Fatah. (2012). “Pengaruh Bimbingan dan Pengasuhan Jasmani

Menggunakan Metode (PDLT) Berbeban dan Tanpa Beban pada perwira siswa Secapaad yang berdaya juang terhadap Kesegaran Jasmani. Program studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Kesegaran jasmani merupakan salah satu tolok ukur kelulusan bagi perwira siswa(Pasis) Secapaad. Rendahnya kondisi kesegaran jasmani Pasis pada pendidikan pembentukan perwira perlu dilakukan pembinaan kesegaran jasmani melalui bimbingan dan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban dan tidak menggunakan metode yang lain, dan ketika Pasis melakukannya terlihat seperti tidak memiliki daya juang. Peneliti melihat ada beberapa kekurangan pada metode yang sudah diterapkan dan mencoba untuk menggunakan metode tanpa beban untuk meningkatkan kesegaran jasmani Pasis. Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan tentang pengaruh bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode (PDLT) berbeban dan tanpa beban pada perwira siswa yang memiliki daya juang tinggi dan rendah terhadap kesegaran jasmani.Masalah tersebut menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Eksperimen dengan factorial design. Dengan jumlah populasi 530 Pasis gelombang 1 TA. 2012 Secapaad dengan sampel 44 orang yang diambil dengan cara cluster random sampling. Hasil pengolahan data diperoleh rata-ratanya adalah tes awal (PDLT) berbeban 76,08. Tes akhir diperoleh 77,35 dan tes awal tanpa beban 75,18, tes akhir tanpa beban 79,35 Hasil penelitian menunjukkan, 1) Bimbingan dan pengasuhan jasmani pada perwira siswa yang menggunakan metoda tanpa beban lebih efektif daripada bimbingan dan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban terhadap kesegaran jasmani. 2) Tidak terdapat interaksi bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode (PDLT) berbeban dan tanpa beban dengan perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang tinggi dan rendah terhadap kesegaran jasmani. 3). Terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan dan pengasuhan jasmani pada perwira siswa yang berdaya juang tinggi menggunakan metode PDLT berbeban terhadap kesegaran jasmani. dan 4) Terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan pengasuhan jasmani pada perwira siswa yang berdaya juang rendah menggunakan metode tanpa beban pada siswa terhadap kesegaran jasmani.


(5)

ABSTRACT

Rudi Hanif Fanul Fatah (2012) “The Effects Guidance and Physical Parenting Impact

Using Loaded (PDLT) and Non Loaded Method for the student officers of Secapaad who are struggling for their physical fitness”.

Post-Graduate Physical Education Study Program of The Indonesia University of Education

Physical fitness represents one of the benchmark for graduation of the student officers in Secapaad. The low condition of physical fitness of the student officer in the officer formation program needs the guidance for physical healthiness through physical counseling and parenting program by using method of Load (PDLT),not by any others.However,when The student officers do the method they don’t seem to have the struggling power. The researcher discover some lackness of the implemented method and try to use the non-loaded method to enhance the physical fitness of the student officers. The aim of this research is to describe the physical guiding and parenting impact using method of loaded (PDLT) and non-loaded applied to the students officer who have high struggling power and the low ones. The problem mentioned above has become the basis for the researcher to do the research. The method which is used for this research is True experiment with factorial design. With the population of 530 Secapaad student officers in the first period of 2012 school year program by taking 44 students selected by cluster random sampling. The result of processed data reaches the average as follows: For the first (PDLT) loaded test is 76,08. And the final test is 77,35, and for the first non-loaded test is 75,18, and the final non-loaded test is 79,35. The output of the research shows:1) Physical Guidance and Parenting for the student officers who use non-loaded method is more effective than those who use PDLT loaded method toward physical fitness. 2) There is no interaction of guidance and parenting when using the loaded(PDLT) and non loaded methods for the student officers of secapaad who have high or even low struggling power towards physical fitness. 3)There is significant influence of guidance and parenting for the student officers who have high struggling power by using PDLT loaded method towards physical fitness. 4) There is significant influence of guidance and parenting for the student officers who have low struggling power by using PDLT loaded method toward physical fitness.


(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah….……… 15

D. Tujuan Penelitian... 16

E. Kegunaan Penelitian ... 17

F. Batasan Penelitian………. 18

BAB II KAJIAN TEORITIS 20

A. Bimbingan dan Pengasuhan...………... 22

1. Pengertian Bimbingan dan Pengasuhan ... 23

2. Tujuan ... 24

3. Sasaran ... 25

4. Titik Berat Bimbingan dan Pengasuhan ... 25

5. Waktu... 27

6. Peranan dan Fungsi Bimbingan dan Pengasuhan ... 27

7. Jenis Bimbingan dan Pengasuhan ... 28

8. Materi Bimbingan dan Pengasuhan ... 29

9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi... 31

10. Terapi... 31

B. Kesegaran Jasmani………...………. 32

1. Arti Kebugaran Jasmani ... 34

2. Komponen Kebugaran Jasmani ... 37


(7)

C. Aktifitas fisik, Kegiatan Bimbingan dan Pengasuhan Jasmani Pasis

di Secapaad ... 53

1. Pengertian Aktifitas Fisik ... 53

2. Manfaat Aktifitas Fisik... 54

3. Kegiatan bimbingan dan pengasuhan jasmani Pasis di Secapaad…. 56 D. Metode PDLT Berbeban dan Tanpa Beban……… 59

1. Metode PDLT Berbeban……….. 59

2. Metode Tanpa Beban……….. 62

E. Daya Juang...…...……… 64

1. Pengertian Daya Juang....……….... 64

2. Teori Pohon Sukses... 65

3. Pendakian Menuju Kesuksesan dan Tiga Jenis Pendakian……... 67

F. Hasil Penelitian yang Relevan………. 70

G. Anggapan Dasar …...……… 72

H. Hipotesis ……….. 78

BAB III METODE PENELITIAN 79

A. Desain ………...………... 79

B. Variabel……… 81

C. Populasi dan Sampel ………... 82

1. Populasi ... 82

2. Sampel………... 83

D. Rencana lokasi dan Jadwal Penelitian ………... 84

1. Rencana lokasi………... 84

2. Jadwal Penelitian... 84

E. Definisi operasional ………... 85

F. Instrumen Penelitian ……….. 87

G. Pelaksanaan Penelitian………. 91

H. Analisis dan Pengolahan Data ………. 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 96


(8)

1. Deskripsi Data ... 97

2. Hasil Uji Normalitas ... 98

3. Hasil Uji Homogenitas ... 100

4. Uji Hipotesis………. ..……… 102

B. Pembahasan……….. 108

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Rekomendasi……….……… 115

DAFTAR PUSTAKA………....……….……….. 117

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 117

A. Data Hasil Tes Kesegaran jasmani awal dan akhir……….. 120

B. Deskripsi Data……...……… 124

C. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data………... 126

D. Uji t- Satu Pihak ( Independent Sample t-test)……… 127

E. Uji t- Dua Pihak ( Paired Sample Statisticts)………... 128

F. Uji Interaksi (Between Sobyects Factors)………. 129

G. Estimated Marginal Means……… 130

H. Skor Daya Juang………... 131

I. Persoalan Daya Juang………... 133

J. Foto Penelitian………... 134

K. Tes Kesegaran Jasmani A dan B………. 140

L. Skor Instrumen Daya Juang ……… 149

M. Tabel Nilai Kesegaran Jasmani ……… 150


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1. Kelebihan dan Kekurangan metode PDLT berbeban dan Tanpa beban . 74

3.1. Rencana Jadwal Penelitian ... 84

3.2. Quiter ... 89

3.3. Camper ... 90

3.4. Climber ... 91

4.1. Diskripsi Data Hasil Garjas Metode PDLT Berbeban dan tanpa Beban. 96

4.2. Hasil Uji Normalitas Data ... 99

4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Garjas Awal ... 101

4.4. Hasil Uji Homogenitas Data Garjas Akhir... 102

4.5. Paired Sample t-test Kesegaran Jasmani………. 103

4.6. Hasil Uji Beda Dua Rata-rata Metode Berbeban dan Tanpa Beban ….. 103


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1. Komposisi Kebugaran Jasmani ... 38

2.2. Komponen Kebugaran Jasmani secara Anatomis dan Fisiologis ... 39

2.3. Komponen Kebugaran Jasmani menurut Stillwell ... 40

2.4. Berat Badan Tetap (Energi Seimbang) ... 46

2.5. Berat Badan Menurun ( Keseimbangan Energi Negative )………. 46

2.6. Berat Badan Naik ( Keseimbangan Energi Positif )………... 47

2.7. Teori Pohon Kesuksesan menurut Stoltz ... 66

3.1. Factorial Design ... 80

3.2. Pakaian Dinas PDLT ... 86

3.3. Pakaian Olahraga tanpa Beban... 87

4.1. Diskripsi Data Hasil Garjas Metode Berbeban dan Tanpa Beban…….. 97


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Sesuai dengan UU no 3 th 2002 tentang Pertahanan Negara memperjelas tugas dan tanggung jawab institusi Tentara Nasional Indonesia , lebih diperkuat lagi dengan adanya UU no 34 tahun 2004 tentang TNI yang memuat antara lain tugas pokok ketiga angkatan, yaitu angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara,tugas tersebut adalah :

1. Operasi militer untuk perang;

2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk: a. Mengatasi gerakan separatis bersenjata; b. Mengatasi pemberontakan bersenjata; c. Mengatasi aksi terorisme;

d. Mengamankan wilayah perbatasan;

e. Mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis;

f. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri;

g. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;

h. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta;

i. Membantu tugas pemerintahan di daerah;

j. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas

keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang- undang;

k. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia; l. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan;

m. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta


(12)

n. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

Dijelaskan dalam Undang-undang tersebut bahwa pertahanan negara adalah “Segala usaha untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaman bersenjata terhadap keutuhan bangsa dan Negara” ( UU no 34 tahun 2004 ) dengan demikian tugas TNI tidaklah ringan,sehingga diperlukan penyiapan personel secara fisik harus mampu menghadapi medan tugas dan secara mental dituntut untuk memiliki daya juang yang tinggi, maupun penguasaan materiil ( persenjataan ) agar tidak salah dalam penggunaan dan peruntukannya. Termasuk dimuat dalam undang-undang tersebut peran dan fungsi tiap angkatan. Angkatan Darat merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia yang memiliki tugas pokok:

a. Melaksanakan tugas TNI matra darat di bidang pertahanan;

b. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain;

c. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat; dan

d. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.(Undang-undang no 34 th 2004 tentang TNI pasal 7 ayat 2)

Angkatan darat memiliki fungsi dalam menjalankan tugasnya yaitu kecabangan yang dibedakan menjadi tiga belas kecabangan yaitu : (1)Infanteri,


(13)

(2) Arteleri, (3) Kavaleri, (4) Arhanud, (5) Zeni, (6) Perbekalan dan angkutan, (7)Peralatan,(8) Perhubungan, (9) Hukum,(10) Kedokteran,(11) Penerbangan, (12) POM (13) Ajudan Jenderal ( Doktrin AD Kartika Eka Paksi). Ketiga belas kecabangan ini dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu satuan tempur (Infanteri), satuan bantuan tempur dan satuan bantuan administrasi (Non Infanteri).

Dihadapkan tugas pokok TNI AD dengan kondisi wilayah darat Indonesia yang sangat variatif dari pegunungan, lembah, padang rumput, rawa, hutan tropis dan masih banyak lagi bentuk medan lainnya, utamanya bagi satuan tempur yang menggunakan kemampuan fisik sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam menyelesaikan tugas yaitu mencari, mendekati dan menghancurkan musuh dengan berjalan kaki, sehingga dibutuhkan kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani prajurit yang baik sesuai norma yang ditentukan oleh Institusi tersebut demi tercapainya tugas pokok.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan personel sesuai dengan tingkat kecakapan dan pemenuhan jabatan pada wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat melakukan rekruitmen dari warga Negara sipil untuk dijadikan militer dan dari militer yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jabatan. Pada pendidikan pertama maupun pendidikan pembentukan prajurit TNI AD di lembaga pendidikan manapun selalu dibarengi dengan pembentukan fisik yang program latihannya menyesuaikan jabatan dan kebutuhan penggunaan satuan berikutnya, contoh untuk pendidikan pembentukan perwira aspek jasmani sangat


(14)

berpengaruh, jika siswa nilai akhir jasmaninya kurang dari 65 (sesuai standard) dapat dipastikan siswa tersebut tidak lulus, walaupun aspek kepribadian (afektif ) dan pengetahuan ( kognitif ) siswa tersebut tinggi atau sudah memenuhi syarat kelulusan. Apalagi jenis pendidikan untuk pemenuhan jabatan sampai setingkat Komandan batalyon aspek fisik harus memenuhi norma yang telah ditetapkan ( Buku petunjuk lapangan TNI AD tentang Pembinaan Kesemaptaan Jasmani Personel TNI AD ).

Seleksi masuk pendidikan penerimaan calon siswa yang berasal dari prajurit TNI AD sesuai dengan macam, bentuk dan tingkat pendidikannya yaitu untuk pendidikan pembentukan bintara maupun perwira TNI AD dengan persyaratan fisik seperti yang tertuang pada Bujuklap TNI AD tentang Pembinaan Kesamaptaan Jasmani Personel TNI AD ( Skep : 884 / IX / 1986 : 20 ) sebagai berikut :

1. Postur tubuh minimal klasifikasi normal

2. Kesegaran jasmani minimal klasifikasi baik (nilai dari satuan sebelumnya) 3. Ketangkasan minimal klasifikasi “dapat”

Sedangkan persyaratan kesamaptaan jasmani dalam jabatan Komandan di satuan TNI AD secara fisik ( Skep : 884 / IX / 1986 : 20 ) sebagai berikut:

1. Postur tubuh dengan klasifikasi “ harmonis”

2. Kesegaran jasmani dengan klasifikasi “baik” (nilai dari satuan sampai dengan tingkat Danyon)

3. Ketangkasan jasmani militer dengan klasifikasi a). Untuk satpur / banpur “cakap”


(15)

Dari uraian diatas menurut penulis bahwa kesegaran jasmani kedudukannya sangat penting bagi prajurit apalagi untuk jabatan Komandan,seperti halnya Secapaad yang membentuk perwira dengan jabatan setingkat Komandan Peleton,mutlak memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik sehingga lebih efektif dalam mencapai tugas pokoknya.

Menurut Barrow (1983) yang dikutip oleh Supardi (1991 : 36) bahwa

Kekurangan gerak atau kekurangan keterlibatan secara aktif dalam olahraga dapat menyebabkan derajat kebugaran jasmani yang rendah kebugaran yang sempurna adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga memiliki tingkat kebugaran yang optimal yakni suatu kondisi sesorang dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan serta mempunyai cadangan kemampuan untuk hal yang bersifat gawat darurat.

Lebih lanjut Widaninggar (2003 :1) mengemukakan bahwa “ Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti”.

Pengertian jasmani menurut Lutan (1991: 7) yang terkait dengan kesehatan adalah “ Kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas”. Kebugaran itu dicapai dari kombinasi dan latihan teratur dan kemampuan yang melekat pada sesorang (kebugaran terkait dengan performa agillitis keseimbangan , koordinasi kecepatan, power dan waktu reaksi. Komponen kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan adalah


(16)

kemampuan aerobik, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh yang terkait dengan kegiatan kesehatan.

Komponen kebugaran jasmani dibagi ke dalam beberapa bagian, yang dikemukakan oleh Moeloek (1984 : 3) bahwa kebugaran jasmani terdiri atas :

1). Daya tahan (endurance).

2). Kekuatan otot (muscle strength).

3). Tenaga ledak otot (muscle explosive power). 4). Kecepatan (speed).

5). Ketangkasan (agility). 6). Kelentukan (flexibility). 7). Kesimbangan (balance).

8). Kecepatan reaksi (reaction time). 9). Koordinasi (coordination).

Latihan beban adalah latihan-latihan yang sistematis dengan beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu misalnya memperbaiki kondisi fisik, kesehatan, kekuatan, prestasi dalam cabang tertentu, menurut Harsono, (1988 : 185) manfaat latihan beban adalah sebagai berikut :

1). Meningkatkan massa otot yang berarti meningkatkan metabolisme basal yang digunakan untuk membakar kalori lebih 24 jam sehari.

2). Latihan beban memberikan energi.

3). Latihan beban memberikan dampak positif pada hampir semua cabang olahraga.

4). Latihan beban memperkuat tulang mengurangi resiko terkena osteoporosis.

5). Meningkatkan daya tahan otot. 6). Menurunkan tekanan darah istirahat.

7). Menurunkan resiko terkena diabetes pada orang dewasa 8). Meningkatkan tingkat kolestrol darah (HDL).


(17)

10). Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.

Menurut Santoso Giriwijoyo (2004 : 21 ) menjelaskan sebagai berikut :

Kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan ( tidak lelah berlebihan untuk melakukan kegiatan fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya lagi ).

Pembebanan fisik pada seseorang adalah sangat individual dan tergantung pada tugasnya, maka kebugaran jasmani yang dimilikinya harus sesuai dengan pembebanan dalam tugasnya, semakin berat tugas fisik yang harus dilakukannya samakin tinggi juga kebugaran jasmani yang harus dimilikinya.

Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh antara lain dapat mencegah berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah dan paru-paru sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan jasmani yang bugar hidup menjadi semangat dan menyenangkan. Berdasarkan konsep kebugaran jasmani tersebut, maka kebugaran jasmani yang dibutuhkan setiap orang sangat berbeda tergantung dari sifat tantangan fisik yang dihadapinya.

Di lingkungan Angkatan Darat penelitian yang membahas tentang peningkatan kesegaran jasmani utamanya di lembaga pendidikan belum pernah dilakukan dengan menggunakan kajian secara ilmiah yang khusus bagi lembaga pendidikan, selama ini menggunakan pengalaman dan kebijaksanaan dari Komando melalui buku petunjuk serta program latihan yang didasarkan dari turun temurun. Namun pada penelitian


(18)

sebelumnya di kalangan akademis yang berkaitan dengan kesegaran jasmani adalah pengaruh senam aerobik dan permainan bola basket terhadap kebugaran jasmani, konsentrasi, dan prestasi akademik, yang menyimpulkan bahwa siswa yang diberi perlakuan senam aerobik terdapat peningkatan kebugaran jasmaninya signifikan dari pada yang tidak diberi perlakuan. Kemudian penelitian yang berkaitan dengan daya juang adalah korelasi antara daya juang terhadap motivasi belajar dan korelasi daya juang terhadap prestasi akademik yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi daya juangnya semakin tinggi motvasi belajarnya, semakin rendah daya juangnya semakin rendah juga motivasi belajarnya. Sama halnya dengan prestasi akademik, semakin tinggi daya juangnya siswa semakin tinggi prestasi akademiknya.

Penelitian-penelitian sebelumnya di lingkungan TNI AD yang berkaitan dengan masalah kesegaran jasmani lebih mengarah kepada pengaruh latihan lari (aerobik) terhadap kebugaran jasmani, dan belum ada penelitian yang mengungkapkan tentang latihan dengan menggunakan beban yang berupa beban ransel beserta perlengkapan militer lainnya dan tanpa beban terhadap kebugaran jasmani sehingga peneliti perlu melanjutkan penelitian ini dengan obyek penelitian Perwira Siswa yang sedang melaksanakan pendidikan pada Diktukpa TNI AD di Secapaad.

Menurut data Departemen Jasmani pada saat dilakukan tes awal tahun 2008 - 2011 siswa yang masuk ke Secapaad, ditemukan antara 20% sampai dengan 30% tidak memiliki kesegaran jasmani yang sesuai dengan standard . Tahun 2008 terdapat


(19)

0,82% siswa katagori BS, 62,87% siswa katagori B, 35,80%siswa katagori C,dan 0,51% siswa katagori K. Tahun 2009 terdapat 1,95% siswa katagori BS, 65,9% siswa katagori B, 31,53 siswa katagori C, dan 0,69% siswa katagori K. Tahun 2010 terdapat 2,4% siswa katagori BS, 71,7% siswa katagori B, 24,7% siswa katagori C,dan 0,3 siswa katagori K. Tahun 2011 terdapat 3,0% siswa katagori BS, 88,6% siswa katagori B, 7,8% siswa katagori C dan 0,4% siswa katagori K . Dari kondisi seperti ini menandakan bahwa belum semua siswa memiliki kesegaran jasmani seperti yang ditentukan sehingga para siswa harus mengikuti tes ulang kesegaran jasmaninya. Oleh karena itu peneliti berupaya untuk mengembangkan metode latihan yang sudah ada dengan metoda yang lain untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang benar. Selama ini bimbingan dan pengasuhan jasmani yang dilakukan di Secapaad menggunakan metode beban yang menempel di perlengkapan siswa antara lain ransel, kopelrem, veples, senjata dan yang lainnya yang berat beban tersebut mencapai 15 kg, dan pada saat latihan lari dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelompok barisan hubungan peleton atau kompi bahkan batalyon yang antara satu kelompok dengan kelompok yang lain tidak boleh mendahului, sehingga mereka yang memiliki kemampuan larinya lebih baik tidak bisa mendahului rekan di depannya.

Rendahnya tingkat kesegaran jasmani sebagian siswa Secapaad tersebut akan dapat menimbulkan dampak terhadap kurang optimalnya siswa selama mengikuti pendidikan, bahkan bagi siswa sendiri akan menyulitkan dirinya untuk mengikuti


(20)

materi pelajaran jasmani atau materi praktek lapangan lainnya, dan pada akhirnya bisa menyebabkan tidak lulus dalam pendidikan.

Dihadapkan dengan tugas pokok dan jabatan serta tingkat kepangkatannya (Perwira Pertama), bagi perwira pertama yang terjun langsung dilapangan, dengan memiliki kesegaran jasmani rendah akan mengalami kesulitan menjalankan tugasnya, sehingga jika dalam satu Batalyon, unsur pimpinan setingkat Danton ataupun perwira pertama tidak memiliki kesegaran jasmani yang standard dapat dipastikan akan menghambat pergerakan pasukan saat melakukan manuver penyerangan, akibatnya adalah kekalahan dalam pertempuran.

Pendidikan penbentukan Perwira Angkatan Darat dari kecabangan apapun baik yang bersumber dari Akademi Militer (Akmil), Sekolah Perwira Karier (Sepa PK), dan Sekolah Calon Perwira (Secapa) semuanya dibentuk dengan program pendidikan yang sama pada bidang jasmaninya. Namun dari hasil rekruitmen yang dilaksanakan oleh panitia seleksi tidak semua calon siswa memiliki tingkat kesegaran jasmani yang sama karena dengan alasan bahwa pemenuhan jabatan yang kosong harus terisi,sehingga banyak diantara calon siswa Secapaad dilihat dari aspek jasmaninya belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Berawal dari uraian tersebut maka pada saat calon siswa dinyatakan diterima sebagai siswa Secapaad, pembina dan pelatih segera melakukan tes awal untuk mengambil data kesegaran jasmani dan selanjutnya diadakan pembinaan fisik yang bertujuan untuk memenuhi standard kesegaran jasmaninya dengan cara dilakukan bimbingan dan pengasuhan jasmani


(21)

seperti yang diprogramkan oleh Resimen sebagai Pembina bagi siswa yang menempuh pendidikan di Secapaad. Bimbingan dan pengasuhan jasmani yang dilakukan adalah seperti terlampir dalam program Bimsuh

Di Secapaad seluruh calon perwira baik dari kecabangan apapun diberlakukan sama dalam pembinaan jasmaninya. Pembinaan dilakukan secara rutin, terencana, dan terprogram. Menurut Bujuklap TNI AD tentang Pembinaan Kesamaptaan Jasmani Personel TNI AD 1986: 26 bahwa :

Pada pelaksanaan latihan perorangan membentuk sikap dititik beratkan pada latihan kekuatan otot, pembentukan sikap dan gerak. Kesamaptaan jasmani dasar (Kesegaran jasmani) dengan menggunakan program kesegaran jasmani prajurit TNI-AD frekwensi latihan perminggu 3-5 kali. Ketangkasan jasmani militer yaitu kecakapan khusus jasmani militer yang selalu dibutuhkan dalam operasi ( Satpur / Banpur dan Banmin). Olahraga dilakukan untuk menunjang kemampuan perorangan dan satuan serta mendukung aspek sosial.

Hal ini dimaksudkan agar keluaran dari sekolah perwira tersebut memiliki tingkat kesegaran jasmani (garjas) yang tidak jauh berbeda antara perwira yang satu dengan yang lainnya.

Aspek jasmani pada pendidikan militer selalu menjadi penekanan utamanya sampai pada pendidikan setingkat Komandan Batalyon, karena sampai setingkat jabatan tersebut sangat diperlukan tingkat kemampuan fisiknya, jika seorang Komandan memiliki tingkat kesegaran jasmani baik akan berdampak positif pada aspek psikis dan sosialnya, menurut Bujuklap TNI AD tentang Pembinaan Kesamaptaan Jasmani Personel TNI AD (1986 : 13) yaitu :


(22)

1. Kepercayaan diri yang kuat

2. Menimbulkan kepuasan dan kenikmatan dalam menjalani karernya 3. Komunikasi sosial yang serasi

4. Meningkatkan derajat kesehatan 5. Meningkatkan kesejahteraan dan moril 6. Meningkatkan kewibawaan.

Norma Garjas 2011 : B 163 pada pendidikan pembentukan calon perwira yang dididik oleh Secapaad, pada aspek jasmani dalam Tripola dasar memiliki bobot nilai 10% namun jika nilai kesegaran jasmaninya tidak memenuhi standard dipastikan bahwa siswa yang mengikuti pendidikan tersebut tidak akan lulus, serta tidak berhak menggunakan pangkat Letnan dua sebagai seorang perwira pertama dengan jabatan setingkat Komandan Peleton dan selanjutnya mengikuti pendidikan dasar kecabangan. Semua siswa selama pendidikan diperlakukan sama kecuali bagi siswa yang sakit atau mendapat ijin dari dokter karena alasan kesehatan, namun adanya perlakuan yang sama dan seleksi yang sama, dengan anggapan bahwa latihan yang diberikan pada taraf pembentukan yaitu berlangsung selama 28 minggu (± 7 bulan) akan meningkatkan kesegaran jasmani siswa, karena selain melaksanakan lari 2700 meter pagi hari dan 2700 meter malam hari, siswa juga menggunakan PDLT dengan beban seberat 15 kg, dengan demikian dianggap bahwa tingkat kesegaran jasmani mereka semakin meningkat dengan menggunakan beban, hal tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu. Dengan kata lain dari uraian diatas bahwa kesegaran jasmani merupakan persyaratan pokok bagi seorang prajurit, sehingga akan memperpanjang usia pakai dalam jabatan yang ditempatinya.


(23)

Berkaitan dengan padatnya kegiatan yang dijadwalkan maupun yang tidak terjadwalkan oleh lembaga seorang perwira siswa harus mampu menyelesaikan pendidikannya dalam waktu yang telah ditetapkan ( 7 bulan ). Padatnya kegiatan tersebut jika tidak dibarengi dengan daya juang yang tinggi akan menghambat pencapaian tujuan, suatu contoh perwira siswa A, pada taraf kedua selama 2 bulan telah mengikuti 23 materi pelajaran, dari 23 materi pelajaran tersebut dia tidak lulus 8 materi pelajaran, sehingga harus mengulang evaluasinya, padahal kegiatan perwira siswa sampai jam 17.30 ( Kurikuler ) dan berakhir sampai jam 23.00 (Bimbingan dan Pengasuhan). Perwira siswa A tersebut belum lagi mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan oleh pembibingnya, jika terdapat kesalahan masih mendapat tindakan disiplin. Perwira siswa A juga harus mengatur jadwal belajarnya untuk memperbaiki nilai yang tidak lulus. Menjelang pagi hari jam 03.30 bangun pagi untuk menyiapkan diri ke tempat ibadah, kegiatan protokoler dan seterusnya. Kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tidak terhambat jika perwira siswa A tersebut tidak terkena dinas dalam ( Piket ), jika perwira siswa A terkena piket kemungkinan jadwal belajar dan pembinaan fisik akan terganggu. Apalagi perwira siswa A kondisi kesegaran jasmaninya belum memenuhi standard, dapat dipastikan akan lebih sulit dan berat dalam menjalani masa pendidikannya.

Dari ilustrasi di atas menggambarkan kesulitan perwira siswa untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan kondisi dari sebelum pendidikan dan selama masa pendidikan, tetapi tugas dan kewajibannya sebagai seorang perwira


(24)

siswa, menuntut tetap memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan yang ada, guna mencapai hasil atau tujuan,dan harus didukung oleh daya juang individu. Seseorang yang memiliki daya juang kemungkinan mampu bertahan dalam situasi yang paling sulit sekalipun, begitu juga dengan seorang perwira siswa dan kemungkinan dia dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Perwira siswa yang memiliki daya juang kemungkinan akan tetap terus bergerak maju mencapai tujuan di tengah situasi dan kondisi yang sulit sekalipun. Perwira siswa akan berjuang untuk mendapatkan tujuan dan tidak akan berhenti berusaha sebelum tujuan mereka tercapai.

Kemampuan untuk bertahan dalam kondisi penuh tekanan dan menanggulangi persoalan sehingga dapat mencapai kesuksesan seperti yang dilakukan oleh perwira siswa A tersebut dinyatakan oleh Stoltz (2000) dengan AdversityQuotient atau daya juang. Menurut Stoltz (2000) daya juang bukan satu-satunya kemampuan yang dibutuhkan individu untuk meraih kesuksesan, tetapi merupakan kemampuan terpenting dalam usaha meraih kesuksesan hidup. Stoltz menyatakan bahwa daya juang membuat individu mampu memandang situasi yang sulit sebagai keadaan yang selalu dapat diatasi. Setiap kesulitan merupakan tantangan, setiap tantangan merupakan peluang, dan setiap peluang harus disambut. Kebanyakan orang yang berhadapan dengan kesulitan akan berhenti sebelum tenaga dan batas kemampuan orang tersebut sungguh-sungguh teruji. Orang mudah menyerah pada situasi yang sulit, padahal menurut Stoltz ( 2000 : 6) “ Individu mampu mencapai tujuan hidupnya


(25)

jika individu tersebut mau terus bergerak maju ke depan walau terdapat berbagai rintangan atau bentuk-bentuk kesengsaraan lain”.

B. Identifikasi Masalah.

Kesegaran jasmani merupakan salah satu persyaratan yang menentukan diterima atau tidaknya calon prajurit siswa dalam mengikuti pendidikan militer dan harus dipenuhi sesuai standard ketentuan TNI AD maupun dilembaga pendidikannya. Program latihan telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswanya, mengingat skor pada penilaian akhir kesegaran jasmani merupakan salah satu sebab yang sangat menentukan lulus tidaknya seorang siswa dalam mengikuti pendidikan.

Metoda latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani yang telah dilakukan secara umum pada pendidikan militer yaitu menggunakan beban ransel PDLT, namun peneliti melihat ketika para siswa melakukan kegiatan lari menggunakan beban ransel PDLT, mereka sepertinya bermalas-malasan tanpa memiliki daya juang untuk meningkatkan kemampuan kesegaran jasmaninya, karena sudah merasa dirinya diterima sebagai siswa di Secapaad. Menurut Giriwijoyo ( 2010 : 205 ) bahwa

Latihan otot untuk meningkatkan kemampuan fungsional otot perlu menggunakan beban yang berupa berat badan sendiri ( berat beban internal ) atau beban yang berasal dari luar ( beban external ). Pemberian beban harus fisiologis yaitu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki atlet pada saat akan menjalani pelatihan sesuai dengan tujuan pelatihan dan juga harus sesuai dengan cabang olahraganya.


(26)

Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa peningkatan kesegaran jasmani pada siswa memerlukan program latihan yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Latihan fisik yang menggunakan beban maupun yang tidak, keduanya memiliki peran yang penting dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani. Namun pada saat ini pengaruh dari kedua bentuk latihan tersebut (menggunakan beban ransel dan yang tanpa beban) berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmaninya belum diketahui secara jelas.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metoda PDLT berbeban dengan tanpa beban terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad?

2. Apakah terdapat interaksi bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metoda (PDLT) berbeban dan tanpa beban dengan daya juang terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad ?

3. Apakah terdapat pengaruh antara bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metoda (PDLT) berbeban dengan tanpa beban terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang tinggi ?


(27)

4. Apakah terdapat pengaruh antara bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metoda (PDLT) berbeban dengan tanpa beban terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang rendah?

D. Tujuan Penelitian.

Mengacu pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum. Diharapkan dalam penelitian ini dapat mendeskripsikan tentang pengaruh bimbingan dan pengasuhan jasmani menggunakan metoda PDLT berbeban dengan yang tanpa beban terhadap siswa yang memiliki daya juang rendah dan tinggi terhadap kesegaran jasmaninya.

2. Tujuan khusus. Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Meneliti perbedaan pengaruh bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban dan tanpa beban pada perwira

siswa Secapaad terhadap kesegaran jasmani.

b. Meneliti interaksi antara bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode (PDLT) berbeban dan tanpa beban dengan perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang terhadap kesegaran jasmani.


(28)

c. Meneliti pengaruh bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban dengan tanpa beban terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang tinggi.

d. Meneliti pengaruh bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban dengan tanpa beban terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang rendah.

E. Kegunaan Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bahan masukan dan pertimbangan Komando atas dalam mengambil kebijaksanaan di satuan khususnya pada bidang jasmani prajuritnya serta bagi penelitian di masa yang akan datang. Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi satuan tentang pentingnya melatihkan kesegaran jasmani terhadap anggota di satuannya dengan menggunakan metode dan prinsip-prinsip latihan yang benar.

b. Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan program di satuan utamanya pada pembinaan jasmani periodik.

c. Sebagai bahan pertimbangan Komandan untuk menentukan kebijakan dalam hal pembinaan jasmani satuan.


(29)

2. Secara praktis.

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivator di satuan.

b. Lebih menggiatkan prajurit dalam meningkatkan kesegaran jasmaninya. c. Menunjang tercapainya tugas pokok maupun tugas sehari-harinya. F. Batasan Penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut agar tidak meluas dalam penelitiannya, maka perlu peneliti batasi dalam pembahasannya, sebagai berikut :

1. Variabel bebas pada penelitian ini meliputi : a) Metode (PDLT) berbeban dan b) Metode tanpa beban.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kesegaran jasmani.

3. Variabel moderator pada penelitian ini adalah daya juang dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu daya juang rendah dan daya juang tinggi.

4. Sobyek penelitian ini adalah Perwira Siswa (Pasis) berjumlah 531 berasal dari seluruh Indonesia yang lolos seleksi pusat, yang sedang melaksanakan pendidikan pembentukan perwira (Diktukpa) gelombang 1 TA.2012.

5. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 2 peleton yang terdiri atas 23 Pasis menggunakan metode ( PDLT ) berbeban dan 21 Pasis tanpa beban.


(30)

6. Kesegaran jasmani dalam penelitian ini mengacu pada definisi Giriwijoyo yang kemudian dijabarkan oleh Kodiklat TNI AD yang mencakup daya tahan umum, kekuatan otot lengan, kelincahan, dan daya tahan otot.

7. Secapaad adalah satu – satunya lembaga pendidikan pusat yang merupakan Badan Pelaksana Pusat ( Balakpus TNI AD) untuk menyelenggarakan pendidikan pembentukan perwira angkatan darat. Lokasi Secapaad di Jl Hegarmanah 152 Bandung Jawa Barat.


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap suatu hasil penelitian, sehingga pada kegiatan penelitian harus mengikuti prosedur kerja atau langkah-langkah yang memerlukan metode-metode tertentu. Penggunaan metode pada kegiatan penelitian harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan metode ini merupakan syarat pokok pada sebuah penelitian. Bahkan berbobot tidaknya hasil penelitian tergantung pada data metode penelitiannya secara ilmiah sesuai ketentuan yang berlaku.

A. Desain

Penelitian ilmiah dikatakan berhasil apabila metode yang digunakan dalam penelitian tersebut tepat. Dengan demikian, seorang peneliti dituntut untuk terampil menemukan metode apa yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang ditelitinya.

Oleh karena itu, merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian experiment Metode yang digunakan ini lebih mentitik beratkan pada penelitian eksperimen. Jenis Penelitian yang menggunakan penelitian eksperimen dengan ciri, seperti dijelaskan Riyanto dalam Zuriah (2006:57) yaitu :


(32)

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistimatis, logis, dan teliti di dalam melakukan control terhadap kondisi. Dalam melakukan eksperimen peneliti memanipulasi suatu stimulan treatment atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode untuk mengetahui suatu hasil dari suatu perlakuan yang diuji cobakan, sehingga segala masalah yang terkandung dalam penelitian dapat terungkap

Adapun desain penelitian eksperimen yang penulis buat untuk pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Desain penelitian yang dipakai adalah “ Factorial Design” yang dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Factorial Design

( Sumber : Jack R. Fraenkel, 1993 :255 ) Keterangan :

Pok R adalah kelompok eksperimen yang dipilih secara random O1,O3,O5,O7 adalah tes awal kesegaran jasmani.

O2,O4,O6,O8 adalah tes akhir kesegaran jasmani R O1 X1 Y1 O2

R O3 X2 Y1 O4

R O5 X1 Y2 O6

R O7 X2 Y2 O8 79


(33)

X1 adalah kelompok siswa menggunakan PDLT berbeban X2 adalah kelompok siswa menggunakan tanpa beban Y1 adalah perwira siswa berdaya juang tinggi

Y2 adalah perwira siswa berdaya juang rendah. B. Variabel

Definisi operasional dari variable-variabel yang terlibat dalam penelitian 1. Variabel bebas atau biasa disebut variabel independen sering juga disebut variabel stimulus,predictor. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah menggunakan PDLT berbeban (15 kg) dan tanpa beban. Metode menggunakan ransel berbeban PDLT ( PDL III ) adalah Pakaian Dinas lapangan yang digunakan pada saat tugas operasi, latihan tempur di lapangan gelar pasukan dan tugas / latihan lain yang sudah ditentukan dengan kelengkapan menggunakan :

a). Tutup kepala helm / baret / topi rimba. b). Ransel.

c). Veldples. d). Misting e). Kopelriem

f). Senjata organik dan sangkur. g). Sepatu dan kaos kaki lapangan.


(34)

h). Kaos dalam (T.shirt loreng TNI).

Dengan kelengkapan atribut papan nama , Tanda pangkat lapangan, tanda jabatan border warna hitam dan badge lokasi / kesatuan.

(sumber http:// www.tniad.mil.id.pengmil.atribut).

1. Variabel terikat atau sering disebut sebagai variabel output, kriteria,konsekuen atau dependen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah kesegaran jasmani. Giriwijoyo (2010:15) menyebutkan beberapa istilah lain yang dipergunakan untuk maksud yang sama dengan kebugaran jasmani yaitu : kesegaran jasmani, kesanggupan jasmani, kesamaptaan jasmani, kesemuanya dimaksudkan untuk menerjemahkan istilah asal yaitu physical fitness. Menurut NSS (Naskah Sekolah Sementara) tentang pengetahuan pembinaan jasmani militer untuk Diktukpa ( Pendidikan Pembentukan Perwira ) TNI AD yang disahkan oleh

Dankodiklat TNI AD (2010:2) “ Kesegaran jasmani adalah kemampuan

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan baik tanpa

mengalami suatu kelelahan yang berarti”

Selanjutnya pada penelitian ini menggunakan variable moderator (atribut) yaitu perwira siswa yang memiliki daya juang rendah dan daya juang tinggi, karena adanya kemungkinan variabel moderator ini mempengaruhi perlakuan variabel bebas terhadap hasil pada variabel terikat


(35)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Agar mendapatkan hasil pada suatu penelitian tentunya diperlukan sumber data yang dijadikan objek dari penelitian yang dilakukan. Sumber data penelitian tersebut bisa dari orang, binatang atau pun benda sesuai dengan tujuan yang akan dicapai pada penelitian tersebut.

Adapun mengenai objek yang akan diteliti adalah dinamakan dengan populasi dan sample penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 1997:115). Sedangkan sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 1997:117).

Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi yaitu siswa Secapaad laki-laki tahun ajaran 2012 gelombang 1 Batalyon 1 dan 2 di Bandung yang berjumlah 530 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Surakhmad (1980:

93) menjelaskan pengertian sampel sebagai berikut: “Sampel merupakan penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili sebuah populasi”. Sesuai dengan penjelasan

tersebut penulis memilih dan menentukan sebagian populasi untuk dijadikan sampel penelitian, penentuan sampel dimaksudkan untuk mengurangi subjek yang terlalu banyak jumlahnya. Mengenai besarnya sampel tersebut tidak ada ketentuan yang


(36)

pasti berapa jumlahnya yang akan diteliti atau diambil Sebagai pegangan, Arikunto (1997:120) mengemukakan sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan pengertian populasi, namun apabila subjek lebih dari 100 ambil 10-15% atau 20-25% untuk dijadikan sampel, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. b.Sempit tidaknya wilayah pengamatan dari setiap subjek dan c.Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Dari penjelasan tersebut, maka penulis menentukan sampel sebanyak 23 orang Pasis ( 1 peleton ) untuk masing-masing variabel bebasnya dari populasi, maka syarat utama dari sampel terebut adalah mewakili populasi. Adapun penentuan sampel dilakukan secara acak. Peneliti mengambil sampel satu peleton dikarenakan pada pendidikan militer selalu ditekankan tentang keseragaman sehingga jika peneliti mengambil sampel perorangan akan menjadi kendala di satuan, maka peneliti memilih sampelnya dengan acak namun peleton yang di acak ( cluster random sampling) bukan perorangannya.

D. Rencana lokasi dan jadwal penelitian 1 Rencana lokasi penelitian

Rencana lokasi penelitian akan dilaksanakan di Secapaad beralamat di jalan Hegarmanah no 152 Bandung Jawa barat

2 Rencana jadwal penelitian


(37)

Rencana Jadwal Penelitian

E. Difinisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran dan pemahaman terhadap istilah dalam penelitian ini, maka peneliti kemukakan istilah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bimbingan dan pengasuhan adalah usaha dan kegiatan untuk membantu Serdik secara terus-menerus dan sistematis agar tercapai pemahaman dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian dengan lingkungan, sehingga tercapai peningkatan pengembangan sikap dan perilaku, pengetahuan dan keterampilan serta jasmani. (Bujuknik Bimsuh Serdik TNI AD, 5 : 2007)

2. Kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunaan Proposal x x

a. Membuat judul x

b. Pengesahan Judul x c.Pengesahan Proposal x x 2 Perizinan penelitian x x 3 Perencanaan Penelitian x 4 Pelaksanaan penelitian x x x x x x x x x x 5 Pengumpulan

Data Hasil Penelitian

x 6 Pengolahan dan

Analisis Data

x x

7 Penyusunan Laporan x


(38)

dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas sehari-hari dengan selalu masih mempunyai cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya.

( Giriwijoyo, 2006 : 22 )

3. Daya juang adalah daya juang mempunyai tiga bentuk utama. Pertama,daya juang adalah suatu konsep kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, daya juang adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan. Ketiga, daya juang adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons seseorang terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional seseorang secara keseluruhan. Gabungan ketiga unsur ini, yaitu pengetahuan baru, tolok ukur, dan peralatan yang praktis, merupakan sebuah paket yang lengkap untuk memperbaiki komponen dasar pendakian seseorang sehari-hari dan seumur hidup.

4. PDLT berbeban adalah Pakaian Dinas lapangan yang digunakan pada saat tugas operasi, latihan tempur di lapangan gelar pasukan dan tugas / latihan lain yang sudah ditentukan dengan kelengkapan menggunakan : Tutup kepala helm / baret / topi rimba, Ransel, Veldples, Misting, Kopelriem, Senjata organik dan sangkur, Sepatu dan kaos kaki lapangan, Kaos dalam (T.shirt loreng TNI). Lihat gambar 3.2


(39)

Gambar 3.2

Pakaian Dinas PDLT tampak depan dan samping

2. Tanpa beban adalah pakaian yang digunakan oleh perwira siswa pada saat berolahraga yang berupa kaos lengan, celana pendek, kaos kaki dan sepatu olahraga yang ditentukan. Lihat gambar 3.3


(40)

Gambar 3.3

Pakaian Olahraga tanpa beban tampak depan dan samping

2. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat atau metode untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat dalam sebuah penelitian juga dapat dikatakan dengan instrumen penelitian. Mengenai instrumen ini, Arikunto (1997:138) menerangkan sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.


(41)

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (1997:138) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua instrument untuk mengumpulkan data yaitu tes kesegaran jasmani untuk pengambilan data, tes kesegaran jasmani awal dan tes kesegaran jasmani akhir sesuai Bujuk Min tentang Gar Jas yang disahkan dengan peraturan Kepala Staf Angkatan Darat nomor Perkasad / 64 / XI / 2008 tanggal 14 November 2008 yang memiliki koefisien validitas sebesar 0,90 dan reliabilitas 0,94 untuk tes Gar Jas A yaitu lari 12 menit, kemudian tes Gar Jas B yaitu pull up selama 1 menit, dilanjutkan sit up selama 1 menit, dengan reliabilitas 0,94 dan validitas tes Face validity, push up selama 1 menit, dan shuttle run 6 X 10 meter diambil waktu yang ditempuh.

Pengumpulan data untuk variabel moderator yaitu daya juang menggunakan kuesioner ( angket ) dengan skala likers untuk alat ukur daya juang seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, yaitu memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pada


(42)

penelitian ini, instrument daya juang yang digunakan adalah instrument digunakan untuk mengukur daya juang oleh Anna Maria Oktariningtyas dalam Skripsinya yang berjudul Hubungan Daya Juang dengan Motivasi Berprestasi. Tes daya juang yang terdiri dari 30 pernyataan, dan validitas instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi yaitu penyusunan pernyataan atau isi instrument berdasarkan kisi-kisi instrument. Selanjutnya untuk menguji validitas pernyataan dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan skor total ( Sugiono, 2006 ). Tes daya juang ini dinyatakan valid karena r_hitung memiliki koefisien korelasi lebih besar dari r_tabel 0,355 dengan taraf signifikansi 5% dan reliabilitas alpha yang diperoleh sebesar 0,929. Adapun kisi-kisi pernyataan dan indikatornya seperti pada tabel berikut, tabel 3.2, tabel 3.3 dan tabel 3.4

Kisi - kisi Instrumen Penelitian Variabel Daya Juang setelah uji coba

Tabel 3.2 A. Quiter

No Komponen Indikator No item Jml

1 Memilih jalan yang lebih mudah

atau datar

a. Tidak menyukai tantangan

b. Mengerjakan tugas sekedarnya

47,48,49 8,15

3 2

2 Melarikan diri dari pendakian a. Menolak tanggung jawab kecil atau besar

5,9,13 3

3 Mengabaikan potensi yang dimiliki dalam kehidupan


(43)

Jumlah 11

Tabel 3.2 B. Camper

No Komponen Indikator No Item Jumlah

1 Tidak mau

mengembangkan diri

a. Cepat merasa puas

b. Mutu hasil belajar cukup

31 26

1 1 2 Mengorbankan

kemungkinan untuk melihat atau mengalami hal yang mungkin masih bisa terjadi

a. Kurang kreatif b. Kurang inisiatif

24,28 55

2 1


(44)

3 Melepaskan kesempatan untuk maju a. Tidak menerima tantangan besar

atau hanya menerima tantangan kecil b. Kurang

berani dengan hal atau pengalaman baru 29 20,54 1 2

Jumlah 8

Tabel 3.3 C. Climber

No Komponen Indikator No Item Jumlah

1 Menyambut tantangan yang disodorkan

c. Melaksanakan tugas

dan kewajiban 40,44,46 3

2 Yakin pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya

a. Selalu ingin lebih


(45)

3 Gigih,ulet,tabah a. Mengerjakan tugas hingga tuntas

b. Tidak mudah putus asa

35,43,50 58,60

3 2

Jumlah 11

3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tempat : Daerah latihan komplek Secapaad b. Waktu : - Pagi 04.30 – 05.30 WIB

- Sore 16.30 – 17.30 WIB - Malam 20.00- 21.00 WIB

c. Lama Latihan : Selama satu setengah bulan mulai bulan April 2011 – Mei 2012

Bimbingan dan pengasuhan jasmani dalam penelitian ini dilaksanakan selama enam minggu. Dilaksanakan setiap hari dalam seminggu yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu serta Minggu, kecuali bagi mereka yang terlibat dinas dalam, terlibat dalam kegiatan protokoler ataupun dinamika operasional pendidikan. Sebelum diberi perlakuan para Perwira siswa telah diambil data untuk daya juang dengan pengisian angket. Pada pelaksanaan bimbingan dan pengasuhan jasmani yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, inti, dan penenangan. Adapun uraian kegiatannya adalah sebagai berikut:


(46)

1). Latihan Pemanasan

Sebelum melakukan latihan inti subyek diukur denyut nadinya untuk memastikan bahwa ia siap melakukan latihan inti. Setelah diketahui subyek telah berada pada kondisi latihan yaitu denyut nadinya telah menunjukkan berada pada daerah latihan, maka latihan inti pun dimulai. Selanjutnya subyek diinstruksikan untuk melakukan pemanasan dengan arahan dari peneliti, yaitu melakukan peregangan statis, lari-lari ditempat, dan peregangan dinamis atau senam yang lamanya kurang lebih 10 menit. Latihan pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota badan secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai ke kaki. Selanjutnya diakhiri dengan peregangan dinamis, yaitu suatu bentuk latihan yang meliputi gerakan memantul-mantulkan anggota badan secara berulang-ulang. Penekanan latihan pada seluruh anggota badan yaitu tungkai, pinggang, badan, lengan dan kepala karena latihan ini menuntut kesiapan seluruh anggota badan untuk menerima beban latihan.

2). Latihan inti

Pelaksanaan bimbingan dan pengasuhan jasmani pada latihan inti dapat dilihat pada lampiran tentang program latihan yang dijalankan hari itu.

3). Latihan Pendinginan

Setelah melakukan latihan inti, subyek diarahkan untuk langsung menghitung denyut nadi setelah melakukan latihan inti, kemudian subyek diperintahkan untuk melakukan latihan penenangan dengan suatu bimbingan, dan lamanya tergantung


(47)

dari sisa waktu yang ada dari persiapan kegiatan berikutnya, jika waktu sisanya sedikit maka sobyek langsung dikembalikan kepada pembina. Dalam hal ini melakukan gerakan-gerakan untuk menormalkan otot-otot dan persendian.

4. Analisis dan Pengolahan Data

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dan data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: a) Menyeleksi data angket yang terkumpul. Proses ini dilakukan karena mungkin saja

pada sebagian butir pernyataan dalam angket, terdapat jawaban yang tidak diisi oleh responden.

b) Memberikan skor pada tiap-iap butir pernyataan (penskoran) dalam angket sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

c) Memasukan atau melakukan input data dan skor tersebut pada program komputer Microsoft Excel 2007.

d) Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis, dengan tujuan dapat memperoleh kesimpulan penelitian.

Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17.

Tahapan analisis statistik untuk membandingkan tingkat kesegaran jasmani yang memiliki daya juang tinggi dan yang berdaya juang rendah dengan


(48)

menggunakan PDLT berbeban dan yang tidak berbeban. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau nonparametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Serie 17.

Uji normalitas dan output yang dihasilkan program SPSS 17 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots, Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.5 Level Plot. Ke lima uji analisis ini sebenamya saling mendukung satu sama lainnya.

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dan uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen.


(49)

Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 17 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dan descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene Statistik hasil output dan SPSS.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil tes kesegaran jasmani yang menggunakan PDLT berbeban dan hasil tes kesegaran jasmani yang tanpa beban baik yang berdaya juang tinggi ataupun yang berdaya juang rendah. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan dan pengasuhan jasmani yang menggunakan PDLT berbeban dan tanpa beban terhadap tingkat kesegaran jasmani yang berdaya juang tinggi dan rendah. Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok sampel, digunakan analisis dengan independent sampel t-test. Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f (Varians) dan uji-t (Uji kesamaan dua rata-rata)


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara umum dapat peneliti simpulkan hasilnya sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan dan pengasuhan jasmani menggunakan metode tanpa beban, lebih efektif terhadap peningkatan kesegaran jasmani perwira siswa.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara khusus dapat peneliti simpulkan bahwa :

a. Bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metoda tanpa beban lebih efektif daripada bimbingan dan pengasuhan jasmani menggunakan metode PDLT berbeban terhadap kesegaran jasmani.

b. Tidak terdapat interaksi bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode (PDLT) berbeban dan tanpa beban dengan perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang tinggi dan rendah terhadap kesegaran jasmani. c. Terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan pengasuhan jasmani

menggunakan metode PDLT berbeban dan tanpa beban terhadap kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang tinggi.

d. Terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan pengasuhan jasmani menggunakan metode (PDLT) berbeban dan tanpa beban terhadap


(51)

kesegaran jasmani pada perwira siswa Secapaad yang memiliki daya juang rendah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan dalam penelitian ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi pembina, khususnya Pembina/pelatih jasmani di lembaga pendidikan militer

Bimbingan dan pengasuhan jasmani yang setiap kali dilakukan, utamannya pada lari selalu menggunakan beban ransel, dengan adanya hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa menggunakan metode PDLT berbeban dan tanpa beban berpengaruh terhadap kesegaran jasmani. Penggunaan metode tanpa beban lebih efektif dari pada menggunakan metode PDLT berbeban. Oleh karena itu, diharapkan pembina ataupun pelatih jasmani dapat memilih atau menerapkan metode dalam proses bimbingan dan pengasuhan jasmani terutama materi untuk lari dengan mengacu pada prinsip-prinsip latihan yang benar pada waktu pagi, siang, sore, ataupun malam. Saran : pembebanan disesuaikan dengan kemampuan perorangan ketika Bimsuhjas (prinsip individualisasi dan overload). Jarak tempuh (volume) dan intensitas perlu ditambah

2. Bagi pembina siswa


(52)

Latihan lari menggunakan metode PDLT berbeban harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip latihan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa metode menggunakan PDLT berbeban hasil rata-rata kesegaran jasmaninya lebih rendah dibandingkan yang menggunakan metode tanpa beban, menurut peneliti hal ini perlu adanya variasi penggunaan metode. Saran : pengendalian atau pengaturan jadwal penggunaan beban dan sepatu jogging saat Bimsuhjas, pembebanan maksimal 3 kali seminggu dan dilakukan perorangan untuk tujuan kesegaran jasmani.

3. Bagi mahasiswa, pembaca, dan peneliti

Perlu diadakan penelitian lanjutan, untuk meneliti tentang kapan penggunaan metode PDLT berbeban dan kapan tanpa beban yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil yang maximal dalam pelaksanaan bimbingan dan pengasuhan jasmani. Penelitian yang menyangkut tingkat kesegaran jasmani tinggi dan rendah terhadap

loading serta resiko yang dialami Pasis. Ataupun bentuk latihan lain untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani yang berkaitan dengan latihan kecepatan, latihan interval, sirkuit ataupun fartlek pada pendidikan militer.

4. Bagi Komandan Satuan.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran ataupun pedoman dalam pembinaan peningkatan kesegaran jasmani anggotanya tanpa meninggalkan prinsip-prinsip latihan yang benar. Saran : kebijakan tentang Bimsuhjas yang dilakukan dengan berkelompok


(53)

1. Tujuan Bimsuhjas yang diarahkan pada tes kesegaran jasmani akhir.

2. Pemberian beban pada Pasis dengan PDLT perlu dibedakan (individualisasi). 3. Pelaksanaan Bimsuhjas yang dilakukan dengan berkelompok dan overload


(54)

117

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Buku Petunjuk Lapangan TNI-AD. (1986). Pembinaan Kesemaptaan Jasmani Personel TNI-AD Jakarta .

Dinas Jasmani Angkatan Darat. (2010). Buku Pegangan Para Pembina Jasmani. TNI-AD Cimahi .

Fraenkel, JR,.Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Giriwijoyo, Santosa (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : redpoint.

(2012). Ilmu Faal Olahraga.( Fisiologi Olahraga ) Fungsi tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan Dan Prestasi, PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama Juli 2012, Bandung

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

(2001).Latihan Kondisi Fisik, SPS Program Magister-UPI 2007, Bandung

(2007).Teori dan metodologi Pelatihan Suplemen untuk Buku Coaching dan Aspek-aspek Psikologis SPS Program Magister-UPI 2007, Bandung

(2010). Sasaran Pendidikan Jasmani. Makalah pada Sarasehan Dosen dan Mahasiswa FPOK-UPI 2010, Bandung

Hidayat,Imam.(2003). Biomekanika Pendekatan Sistem Pembelajaran Gerak.

Bandung: PPS UniversitasPendidikan Indonesia.

Joseph Knapik,ScD, and Katy Reynolds,MD (2007). Load Carriage in Military Operations. Maryland, Borden Institute.


(55)

118

Kenneth H. Cooper M.D, M.P.H (1977). Aerobic. Alih bahasa oleh Antonius Adiwiyoto, Jakarta PT. Gramedia

Maria, Anna Oktariningtyas (2010). Hubungan antara daya juang dan motivasi berprestasi siswa SMP kelas 7 Strada Bhakti Utama Jakarta 2010. Skripsi Sarjana pada FKIP UAJ Jakarta: tidak diterbitkan

Mabesad Dinas Jasmani. (2011) tentang Norma Prajurit, Calon Prajurit, Dan PNS TNI AD TA. 2011 .Cimahi maret 2011, Bandung

Matthew R. Rhea,Brent A. Alvar, Stephen D. Ball (2002). Three sets of Weight Training Superior to 1 Set with Equal Intensity for Eliciting Strength, Journal of strength and Coditioning Research, Arizona State University,Tempe ,Arizona.

Naskah Departemen, Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat. (2007) tentang

Nilai-Nilai Juang 45, No: 19-03-A1 – E0105. Bandung

Nurhasan H.dan Hasanudin Cholil (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Jurusan Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI Bandung. Prasetyo,Tino Dwi (2010). Hubungan antara daya juang dan motivasi belajar

dengan prestasi akademik mahasiswa angkatan 2007 FKIP UAJ. Skripsi Sarjana pada FKIP UAJ Jakarta: tidak diterbitkan.

Paul G.Stoltz,P.H (2000). Adversity Quotient Turning into Opportunities (Mengubah hambatan menjadi peluang). Alih bahasa :

T.Hermaya.PT.Gramedia Widiasarana, Jakarta

Pedro E, Jose M Palao, Elvira and Nicholas P (2008). Effects of Three Types of Resisted Sprint Training Devices on the Kinematics of Sprinting at Maximum Velocity, Journal of strength and Coditioning Research, Brunel University, Uxbridge, United Kingdom

Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa Ryan E.Ross, Nicholas A. Ratamess, Jay R. Hoffman (2009).The Effects of

Treadmill Sprint Training and Resistance training on Maximal Running Velocity and Power, Journal of strength and Coditioning Research, Volume 23 march, The College of New Jersey


(56)

119

Ross R. Vickers,Jr and Amanda C.Barnard (…….). Effects of Physical Training in Military Population : A Meta-Analityc Summary, San Diego, California. Naval Health Research Center.

Ruseffendi (2006). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono. (2008). “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

kuantitatif,kualitatif, dan R & D”. Bandung , Alfabeta.

Sudjana dan Ibrahim (2001:84). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana.(1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sardiman. (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar : Pedoman Guru dan

Calon Guru. Jakarta Raja Grafindo Persada.

Taurusia, Amalia (2010). Pengaruh Senam Aerobik dan Permainan Bola Basket Terhadap Kebugaran Jasmani, Konsentrasi dan Prestasi Akademik. Upi Bandung 2010.Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak dietrbitkan Terry Mc Morris (2006).Coaching Science Theory into Practice, John Wiley &

Sons Ltd, England

UPI volume 5 no 10. (2009).“Wisata dan jurnal olahraga ”.Jurusan pendidikan kesehatan dan rekreasi FPOK UPIBandung.

Sumber internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/ Kebugaran, 2011 http://www.who.int/topics/physical fitness/en/2011 http:// www.tniad.mil.id.pengmil.atribut


(57)

120

Dokumen :

Undang Undang tentang Pertahanan Negara No.3 tahun 2002 Undang Undang tentang TNI No.34 tahun 2004


(1)

Rudi Hanif Fanur Fatah, 2013

Latihan lari menggunakan metode PDLT berbeban harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip latihan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa metode menggunakan PDLT berbeban hasil rata-rata kesegaran jasmaninya lebih rendah dibandingkan yang menggunakan metode tanpa beban, menurut peneliti hal ini perlu adanya variasi penggunaan metode. Saran : pengendalian atau pengaturan jadwal penggunaan beban dan sepatu jogging saat Bimsuhjas, pembebanan maksimal 3 kali seminggu dan dilakukan perorangan untuk tujuan kesegaran jasmani.

3. Bagi mahasiswa, pembaca, dan peneliti

Perlu diadakan penelitian lanjutan, untuk meneliti tentang kapan penggunaan metode PDLT berbeban dan kapan tanpa beban yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil yang maximal dalam pelaksanaan bimbingan dan pengasuhan jasmani. Penelitian yang menyangkut tingkat kesegaran jasmani tinggi dan rendah terhadap loading serta resiko yang dialami Pasis. Ataupun bentuk latihan lain untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani yang berkaitan dengan latihan kecepatan, latihan interval, sirkuit ataupun fartlek pada pendidikan militer.

4. Bagi Komandan Satuan.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran ataupun pedoman dalam pembinaan peningkatan kesegaran jasmani anggotanya tanpa meninggalkan prinsip-prinsip latihan yang benar. Saran : kebijakan tentang Bimsuhjas yang dilakukan dengan berkelompok


(2)

1. Tujuan Bimsuhjas yang diarahkan pada tes kesegaran jasmani akhir.

2. Pemberian beban pada Pasis dengan PDLT perlu dibedakan (individualisasi). 3. Pelaksanaan Bimsuhjas yang dilakukan dengan berkelompok dan overload


(3)

117

Rudi Hanif Fanur Fatah, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Buku Petunjuk Lapangan TNI-AD. (1986). Pembinaan Kesemaptaan Jasmani Personel TNI-AD Jakarta .

Dinas Jasmani Angkatan Darat. (2010). Buku Pegangan Para Pembina Jasmani. TNI-AD Cimahi .

Fraenkel, JR,.Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Giriwijoyo, Santosa (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : redpoint.

(2012). Ilmu Faal Olahraga.( Fisiologi Olahraga ) Fungsi tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan Dan Prestasi, PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama Juli 2012, Bandung

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

(2001).Latihan Kondisi Fisik, SPS Program Magister-UPI 2007, Bandung

(2007).Teori dan metodologi Pelatihan Suplemen untuk Buku Coaching dan Aspek-aspek Psikologis SPS Program Magister-UPI 2007, Bandung

(2010). Sasaran Pendidikan Jasmani. Makalah pada Sarasehan Dosen dan Mahasiswa FPOK-UPI 2010, Bandung

Hidayat,Imam.(2003). Biomekanika Pendekatan Sistem Pembelajaran Gerak. Bandung: PPS UniversitasPendidikan Indonesia.

Joseph Knapik,ScD, and Katy Reynolds,MD (2007). Load Carriage in Military Operations. Maryland, Borden Institute.


(4)

Kenneth H. Cooper M.D, M.P.H (1977). Aerobic. Alih bahasa oleh Antonius Adiwiyoto, Jakarta PT. Gramedia

Maria, Anna Oktariningtyas (2010). Hubungan antara daya juang dan motivasi berprestasi siswa SMP kelas 7 Strada Bhakti Utama Jakarta 2010. Skripsi Sarjana pada FKIP UAJ Jakarta: tidak diterbitkan

Mabesad Dinas Jasmani. (2011) tentang Norma Prajurit, Calon Prajurit, Dan PNS TNI AD TA. 2011 .Cimahi maret 2011, Bandung

Matthew R. Rhea,Brent A. Alvar, Stephen D. Ball (2002). Three sets of Weight Training Superior to 1 Set with Equal Intensity for Eliciting Strength, Journal of strength and Coditioning Research, Arizona State University,Tempe ,Arizona.

Naskah Departemen, Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat. (2007) tentang Nilai-Nilai Juang 45, No: 19-03-A1 – E0105. Bandung

Nurhasan H.dan Hasanudin Cholil (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Jurusan Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI Bandung. Prasetyo,Tino Dwi (2010). Hubungan antara daya juang dan motivasi belajar

dengan prestasi akademik mahasiswa angkatan 2007 FKIP UAJ. Skripsi Sarjana pada FKIP UAJ Jakarta: tidak diterbitkan.

Paul G.Stoltz,P.H (2000). Adversity Quotient Turning into Opportunities (Mengubah hambatan menjadi peluang). Alih bahasa :

T.Hermaya.PT.Gramedia Widiasarana, Jakarta

Pedro E, Jose M Palao, Elvira and Nicholas P (2008). Effects of Three Types of Resisted Sprint Training Devices on the Kinematics of Sprinting at Maximum Velocity, Journal of strength and Coditioning Research, Brunel University, Uxbridge, United Kingdom

Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa Ryan E.Ross, Nicholas A. Ratamess, Jay R. Hoffman (2009).The Effects of

Treadmill Sprint Training and Resistance training on Maximal Running Velocity and Power, Journal of strength and Coditioning Research, Volume 23 march, The College of New Jersey


(5)

119

Rudi Hanif Fanur Fatah, 2013

Ross R. Vickers,Jr and Amanda C.Barnard (…….). Effects of Physical Training in Military Population : A Meta-Analityc Summary, San Diego, California. Naval Health Research Center.

Ruseffendi (2006). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono. (2008). “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan R & D”. Bandung , Alfabeta.

Sudjana dan Ibrahim (2001:84). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana.(1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sardiman. (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar : Pedoman Guru dan

Calon Guru. Jakarta Raja Grafindo Persada.

Taurusia, Amalia (2010). Pengaruh Senam Aerobik dan Permainan Bola Basket Terhadap Kebugaran Jasmani, Konsentrasi dan Prestasi Akademik. Upi Bandung 2010.Tesis Magister pada FPS UPI Bandung : tidak dietrbitkan Terry Mc Morris (2006).Coaching Science Theory into Practice, John Wiley &

Sons Ltd, England

UPI volume 5 no 10. (2009).“Wisata dan jurnal olahraga ”.Jurusan pendidikan kesehatan dan rekreasi FPOK UPIBandung.

Sumber internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/ Kebugaran, 2011 http://www.who.int/topics/physical fitness/en/2011 http:// www.tniad.mil.id.pengmil.atribut


(6)

Dokumen :

Undang Undang tentang Pertahanan Negara No.3 tahun 2002 Undang Undang tentang TNI No.34 tahun 2004