AUTO STRETCHING LEBIH MENURUNKAN INTENSITAS NYERI OTOT UPPER TRAPEZIUS DARIPADA NECK CAILLIET EXERCISE PADA PENJAHIT PAYUNG BALI DI DESA MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG.
AUTO STRETCHING LEBIH MENURUNKAN INTENSITAS
NYERI OTOT UPPER TRAPEZIUS DARIPADA NECK CAILLIET
EXERCISE PADA PENJAHIT PAYUNG BALI DI DESA
MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
NI WAYAN PENI SUWANTINI
ARI WIBAWA
I PUTU ADHIARTA GRIADHI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN...............................................................................................3
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................4
PEMBAHASAN ............................................................................................................6
SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini manusia dituntut untuk bekerja lebih cepat dalam kaitannya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga terciptalah sistem kerja yang statis dalam waktu yang
relatif lama. Sehingga timbulah berbagai keluham musculoskeletal salah satunya nyeri leher.
Nyeri leher merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, 2/3 dari populasi masyarakat menderita sakit leher secara teratur dan sakit
leher adalah keluhan nomor dua setelah sakit pinggang.Sekitar 70% orang pernah mengalami
sakit leher.1Seperti yang dilaporkan oleh David Mahone (CNA Insurance Companies, Chicago
IL) 49% pekerja di industri garmen mengalami nyeri leher.2Sebuah studi juga menunjukkan
prevalensi nyeri muskuloskeletal padaleher di masyarakat selama satu tahun besarnya 40% dan
prevalensi ini lebihtinggi pada wanita.3
Otot-otot yang mengalami ketegangan pada saat leher menunduk adalah otot yang
berfungsi untuk ekstensi kepala atau yang membantu ekstensi kepala. Otot yang letaknya
superfisial dan membantu ekstensi kepala adalah otot upper trapezius.4
Pengobatan yang dilakukan selama ini adalah pengobatan secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Pengobatan nonfarmakologi salah satunya adalah dengan fisioterapi.
Penanganan yang dilakukan oleh fisioterapi pada keluhan nyeri leher diantaranya dengan
mobilisasi, manipulasi sendi dan otot (stretching & strengthening), diathermy (SWD atau
MWD), TENS, Ultrasound , traksi maupun koreksi postur.5Salah satu terapi fisioterapi yang bisa
dilakukan sendiri oleh pasien adalah stretching dan bisa juga dilakukan di rumah, sebagai terapi
latihan untuk mencegah dampak yang lebih parah dari keluhan nyeri leher tersebut. Stretching
adalah istilah yang digunakan untuk memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek,
rileksasi,nyeri berkurang dan spasme berkurang.6
Salah satu latihan stretchingitu adalah auto stretching dan neck cailliet exercise, dimana
auto stretching adalah stretching otot pada posisi yang benar, yang dapat mencegah dan atau
mengurangi kekakuan dan perasaan yang tidak nyaman atau nyeri pada otot, mengurangi nyeri
leher dengan cara menstimulasi golgi tendon, jumlahsakomer meningkat, pelepasan zat adhesi
berkurang, relaksasi serta meningkatkanelastisitas dan fleksibilitas otot sehingga nyeri
berkurang.7Sedangkan neck cailliet exercise merupakan salah satu terapi latihan kontraksi
isometrik dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi.8 Saat diberikan
kontraksi isometrik, di dalam jaringan terjadi mekanisme post isometric relaxation (PIR),
sehingga rasa nyeri tersebut dapat berkurang.9
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
eksperimental untuk memberikan pelatihan tentang cara penangan nyeri akibat spasme otot,
dengan judul “Auto Stretching Lebih Menurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius
daripada Neck Cailliet Exercise pada Penjahit Payung Bali Di Desa Mengwi Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung”.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian eksperimental dengan rancangan pretest-postest two group design.10 Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian auto stretching danneck cailliet
exercise dalam menurunkan intensitas nyeri otot upper trapezius. Alat ukur yang digunakan
adalah visual analog scaledan di ukur sebelum dan sesudah perlakuan.
Populasi dan Sampel
Populasi target adalah penjahit payung bali yang bekerja di Desa Mengwi yang berjumlah
40 orang, sedangkan populasi terjangkau adalah penjahit payung bali yang bekerja di Desa
Mengwi yang bersedia ikut dalam penelitian. Besar sampel berjumlah 20 orang yang dibagi ke
dalam dua kelompok perlakuan dan teknikpengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
purposive sampling.
Instrumen Penelitian
Pengukuran nyeri menggunakan visual analogue scale (VAS), dimana VAS tersebut
berupa garis lurus yang terdiri dari angka 0 – 10, dimana 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6
nyeri sedang, 7-9 nyeri berat terkontrol dan 10 nyeri berat tidak terkontrol.Analisis data yang
digunakan Uji Statistik Deskriptif, Uji Normalitas dengan Saphiro Wilk Test, Uji Homogenitas
dengan Levene’s test, dan Uji hipotesis menggunakan uji parametrik yaitu paired sample t-test
dan independent sample t-testkarena data homogeny dan berdistribusi normal .
HASIL PENELITIAN
Hasil uji deskriptif karakteristik sampel berdasarkan usia,waktu kerja dan lama kerja.
Tabel 1.Distribusi Data Sampel Berdasarkan Usia,Waktu Kerja dan Lama Kerja
Nilai Rerata dan Simpang
Baku
Karakteristik
Usia (th)
Kel. 1
Kel. 2
43,80±5,45
42,20±4,47
Waktu
7,30±0,82
Kerja (jam)
11,3±4,14
Lama
7,30±0,82
10,6±4,17
Kerja (th)
Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok 1 memiliki rerata umur
43,80±5,45 tahun dan pada kelompok 2 memiliki rerata umur 42,20±4,47 tahun. Semua subjek
penelitian berjenis kelamin perempuan, rerata waktu kerja subjek penelitian pada kelompok 1
dan 2 7,30±0,82 jam setiap hari, dan rerata lama kerja subjek penelitian pada kelompok 1
11,3±4,14 tahun dan rerata pada kelompok 2 10,6±4,17 tahun.
Tabel 2. Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas
dengan
Uji
Kelompok
Shapiro Wilk
Homogenitas
Data
Test
(Levene’s
Sebelum
Intervensi
Klp. 1
Klp. 2
p
p
0,082
0,082
Test)
0,127
Sesudah
Intervensi
0,714
0,536
0,054
Tabel 2 menunjukan hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk test dan uji homogenitas
dengan Levene’s test bahwadata berdistribusi dengan normal dan homogen sehingga pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik parametrik
Tabel 3.Uji Komparabilitas Kelompok 1 dengan Kelompok
Klp
Rerata
SD
1
5,450
0,406
T
P
1,414 0,174
2
4,980
0,969
Tabel 3menunjukkan hasil uji komparabilitas kelompok 1 dengan kelompok 2yang
dianalisis dengan Independent t-test di dapatkan nilai p = 0,174 (p>0,05) yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna dari nilai nyeri sebelum intervensi dari kelompok 1 dengan
kelompok 2.
Tabel 4. Uji Rerata Penurunan Nyeri Sebelum dan Setelah Perlakuan
Klp
Intervensi
Sebelum
Rerata ±
SD
5,450 ±
0,406
1
Sesudah
1,720 ±
0,391
Sebelum
4,980 ±
0,969
2
Sesudah
3,070 ±
0,924
t
P
31,765
0,000
6,064
0,000
Tabel 4 menunjukkan hasil beda rerata penurunan nyeri otot upper trapezius yang
dianalisis dengan paired samplet-test sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok 1dan
kelompok 2sama- sama didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan
yang bermakna dari penurunan nyeri sebelum dan setelah perlakuanbaik auto streching maupun
neck cailliet exercise pada nyeri otot upper trapeziuspada penjahit payung bali.
Tabel 5.Hasil Uji Statistik Kelompok 1 dengan Kelompok 2 Setelah Perlakuan
Klp
Rerata
±SD
T
1
1,720
0,391
P
-4,25 0,000
2
3,070
0,924
Tabel 5.menunjukkan hasil perhitungan beda rerata nyeri setelah perlakuan yang
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna pada
latihanauto stretching dibandingkan dengan neck cailliet exercise terhadap penurunan nyeri otot
upper trapeziuspada penjahit payung bali.
Tabel 6. Persentase Penurunan Keluhan Nyeri Setelah Intervensi
Hasil Analisis
Kelp
Penurunan
Persentase (%)
Nyeri
1
3,730
61,83 %
2
1,910
38,35 %
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase rerata penurunan intensitas nyeri pada kelompok
1sebesar 61,83% dan kelompok 2 sebesar 38,35% yang artinya terjadi penurunan intensitas nyeri
yang lebih besar pada kelompok 1 daripada kelompok 2.
PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik umur sampel, kelompok 1 memiliki rerata
umur 43,80±5,453 tahun dan Kelompok 2 memiliki rerata umur 42,20±4,467 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa, usia produktif lebih rentan mengalami keluhan nyeri pada otot upper
trapezius, ditambah lagi pekerjaan mereka yang menunduk secara statis dalam waktu yang relatif
lama. Umur memang berpengaruh terhadap nyeri leher berkaitan dengan proses penuaan seiring
bertambahnya umur, termasuk degenerasi tulang yang berdampak pada peningkatan resiko nyeri
leher.11Usia menengah yaitu 40 tahun merupakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan
resiko nyeri, namun demikian kaum muda diharapkan juga berhati-hati dalam mengangkut beban
secara berulang.12 Hasil penelitian ini, diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Delgado, et al. (2009) yang menunjukkan presentasi usia yang paling sering mengalami
keluhan nyeri leheradalah usia 27-50 tahun. Pada usia tersebut, terjadi beberapa degenerasi pada
jaringan tubuh sehingga terjadi penurunan kemampuan tubuh dalam menerima beban yang
berlebih. Hal ini menyebabkan cedera pada jaringan dan reaksi penyembuhan jaringan
mengalami penurunan.13 Selain itu, menurut hasil kajian dari Gerwin, et al. (2004) bahwa pada
usia-usia tersebut aktivitas kerja lebih cenderung statis. Hal ini menyebabkan kontraksi otot yang
berlebihan, sehingga dapat menghasilkan overuse pada otot dan dapat menyebabkan
terbentuknya trigger point dan akhirnya menimbulkan keluhan berupa rasa nyeri pada daerah
leher.14
Dilihat dari karakteristik
jenis kelamin sampel pada kelompok 1 dan kelompok 2
terdapat kesamaan, dimana jumlah sampel hanya berjenis kelamin perempuan yang masing –
masing berjumlah 10 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian nyeri otot upper
trapezius pada penjahit payung bali di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki laki. Hal tersebut juga terjadi karena
perbandingan pekerja perempuan dengan laki-laki di desa tersebut 9:1.Pernyataan ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Delgado, et al. (2009) yang menunjukkan angka
kejadian nyeri leher pada wanita sebesar 54%, sedangkan pada pria sebesar 45%.13
Dilihat dari karakteristik waktu kerja sampel, kelompok 1 memiliki rerata 7,40±0,843 dan
rerata pada kelompok 2 7,50±0,707 sedangkan dilihat dari karakteristik lama kerja sampel,
kelompok 1 memiliki rerata 12,20±8,954 tahun dan kelompok 2 memiliki rerata 12,90±8,595
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sampel bekerja rata-rata selama 7 jam per hari dan rata-rata
sampel sudah bekerja selama 12 tahun. Masa kerja yang lama dapat berpengaruh terhadap nyeri
leher karena merupakan akumulasi pembebanan pada otot leher akibat aktivitas mengangkat dan
mengangkut sehari-hari.11 Pada saat leher bergerak ke depan sebesar 1 inchi akan meningkatkan
berat kepala pada leher sebesar 10 pound, jika leher bergerak 3 inchi ke depan maka akan
meningkatkan berat kepala pada leher sebesar 30 pound dan tekanan pada otot-otot leher
meningkat 6 kali. Bad posture ini dalam jangka panjang akan menimbulkan nyeri leher.4
Auto Stretching Dapat Menurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius pada Penjahit
Payung Bali
Hasil uji paired sample t-test pada kelompok 1, didapatkan rerata nilai nyeri sebelum
perlakuan sebesar 5,450 dan rerata setelah intervensi sebesar 1,720, dan nilai p = 0,000 (p <
0,005) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara nilai nyeri sebelum
dan setelah perlakuan auto stretching. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian auto stretching
dapat menurunkan intensitas nyeri otot upper trapezius pada penjahit payung bali di Desa
Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Evjent, et al. (1990) yang
menyatakan bahwa terapi latihan auto stretching dapat menurunkan nyeri akibat spasme.15
Kontraksi isotonik yang dilakukan saat auto stretching dari otot yang mengalami pemendekan
akan menghasilkan otot yang memanjang secara maksimal, dimana saat dilakukannya auto
stretching, sarkomer ditarik sampai panjang sarkomer penuh sehingga akan menghasilkan
peregangan pada sarkomer. Peregangan tersebut akan mengurangi iritasi pada sarat Aδ dan saraf
tipe C sehingga nyeri dapat berkurang.16
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanani (2013) di
Surakarta, Indonesia.Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
pada nyeri sebelum dan setelah pemberian auto stretching pada kasus spasme otot upper
trapezius.17
Neck Cailliet Exercise dapatMenurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius pada
Penjahit Payung Bali
Hasil uji paired sample t-test pada kelompok 2, didapatkan rerata nilai nyeri sebelum
perlakuan sebesar 4,980 dan rerata setelah perlakuan sebesar 3,070 dan nilai p = 0,000 (p <
0,005) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara nilai nyeri sebelum
dan setelah perlakuan neck cailliet exercise. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi neck cailliet
exercise dapat menurunkan intensitas nyeri otot upper trapezius penjahit payung bali di Desa
Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Cailliet (1991) bahwa
neck cailliet exercise dapat menurunkan nyeri dengan konsep post isometric relaxation.
Kontraksi yang terjadi saat pemberian neck cailliet exerciseakan menstimulasi reseptor otot yaitu
golgi tendon organ. Impuls yang diterima oleh golgi tendon organ akan diteruskan oleh saraf
afferent menuju bagian dorsal dari spinal cord dan bertemu dengan inhibitor motor neuron. Hal
ini dapat menghentikan impuls motor neuron efferent, sehingga dapat mencegah kontraksi yang
lebih lanjut dan terjadilah relaksasi pada otot. Relaksasi yang terjadi pada otot dapat
meningkatkan sirkulasi ke area yang mengalami nyeri, sehingga zat-zat yang menimbulkan nyeri
dapat dikeluarkan dari jaringan.8
Menurut pernyataan dari Fryer (2011), pemberian kontraksi isometrik dilakukan dengan
tahanan yang minimal selama 6 detik, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada jaringan otot akibat kontraksi yang berlebihan. Setelah kontraksi, selanjutnya diikuti
dengan memberikan rileksasi selama 6 detik dan pengulangan yang dilakukan sebanyak 10 kali,
karena pengulangan ini efektif untuk memberikan efek relaksasi pada otot dan jaringan.
Relaksasi yang maksimal pada otot, dapat mengurangi nyeri pada otot.18
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Cailliet
(1991)diPhyladelpia.Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
antara penurunan nyeri sebelum dan setelah pemberian neck cailliet exercise pada kasus spasme
otot upper trapezius.8
Auto Stretching Lebih Menurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius daripada Neck
Cailliet Exercise pada Penjahit Payung Bali
Hasil uji independent t-test pada kedua kelompok diperoleh nilai penurunan intensitas
nyeri setelah perlakuan pada kelompok 1 sebesar 1,720±0,391 dan kelompok 2 sebesar
3,070±0,924 dan nilai p=0,000 (p
NYERI OTOT UPPER TRAPEZIUS DARIPADA NECK CAILLIET
EXERCISE PADA PENJAHIT PAYUNG BALI DI DESA
MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
NI WAYAN PENI SUWANTINI
ARI WIBAWA
I PUTU ADHIARTA GRIADHI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN...............................................................................................3
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................4
PEMBAHASAN ............................................................................................................6
SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini manusia dituntut untuk bekerja lebih cepat dalam kaitannya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga terciptalah sistem kerja yang statis dalam waktu yang
relatif lama. Sehingga timbulah berbagai keluham musculoskeletal salah satunya nyeri leher.
Nyeri leher merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum ditemui dalam
kehidupan sehari-hari, 2/3 dari populasi masyarakat menderita sakit leher secara teratur dan sakit
leher adalah keluhan nomor dua setelah sakit pinggang.Sekitar 70% orang pernah mengalami
sakit leher.1Seperti yang dilaporkan oleh David Mahone (CNA Insurance Companies, Chicago
IL) 49% pekerja di industri garmen mengalami nyeri leher.2Sebuah studi juga menunjukkan
prevalensi nyeri muskuloskeletal padaleher di masyarakat selama satu tahun besarnya 40% dan
prevalensi ini lebihtinggi pada wanita.3
Otot-otot yang mengalami ketegangan pada saat leher menunduk adalah otot yang
berfungsi untuk ekstensi kepala atau yang membantu ekstensi kepala. Otot yang letaknya
superfisial dan membantu ekstensi kepala adalah otot upper trapezius.4
Pengobatan yang dilakukan selama ini adalah pengobatan secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Pengobatan nonfarmakologi salah satunya adalah dengan fisioterapi.
Penanganan yang dilakukan oleh fisioterapi pada keluhan nyeri leher diantaranya dengan
mobilisasi, manipulasi sendi dan otot (stretching & strengthening), diathermy (SWD atau
MWD), TENS, Ultrasound , traksi maupun koreksi postur.5Salah satu terapi fisioterapi yang bisa
dilakukan sendiri oleh pasien adalah stretching dan bisa juga dilakukan di rumah, sebagai terapi
latihan untuk mencegah dampak yang lebih parah dari keluhan nyeri leher tersebut. Stretching
adalah istilah yang digunakan untuk memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek,
rileksasi,nyeri berkurang dan spasme berkurang.6
Salah satu latihan stretchingitu adalah auto stretching dan neck cailliet exercise, dimana
auto stretching adalah stretching otot pada posisi yang benar, yang dapat mencegah dan atau
mengurangi kekakuan dan perasaan yang tidak nyaman atau nyeri pada otot, mengurangi nyeri
leher dengan cara menstimulasi golgi tendon, jumlahsakomer meningkat, pelepasan zat adhesi
berkurang, relaksasi serta meningkatkanelastisitas dan fleksibilitas otot sehingga nyeri
berkurang.7Sedangkan neck cailliet exercise merupakan salah satu terapi latihan kontraksi
isometrik dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi.8 Saat diberikan
kontraksi isometrik, di dalam jaringan terjadi mekanisme post isometric relaxation (PIR),
sehingga rasa nyeri tersebut dapat berkurang.9
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
eksperimental untuk memberikan pelatihan tentang cara penangan nyeri akibat spasme otot,
dengan judul “Auto Stretching Lebih Menurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius
daripada Neck Cailliet Exercise pada Penjahit Payung Bali Di Desa Mengwi Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung”.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian eksperimental dengan rancangan pretest-postest two group design.10 Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian auto stretching danneck cailliet
exercise dalam menurunkan intensitas nyeri otot upper trapezius. Alat ukur yang digunakan
adalah visual analog scaledan di ukur sebelum dan sesudah perlakuan.
Populasi dan Sampel
Populasi target adalah penjahit payung bali yang bekerja di Desa Mengwi yang berjumlah
40 orang, sedangkan populasi terjangkau adalah penjahit payung bali yang bekerja di Desa
Mengwi yang bersedia ikut dalam penelitian. Besar sampel berjumlah 20 orang yang dibagi ke
dalam dua kelompok perlakuan dan teknikpengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
purposive sampling.
Instrumen Penelitian
Pengukuran nyeri menggunakan visual analogue scale (VAS), dimana VAS tersebut
berupa garis lurus yang terdiri dari angka 0 – 10, dimana 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6
nyeri sedang, 7-9 nyeri berat terkontrol dan 10 nyeri berat tidak terkontrol.Analisis data yang
digunakan Uji Statistik Deskriptif, Uji Normalitas dengan Saphiro Wilk Test, Uji Homogenitas
dengan Levene’s test, dan Uji hipotesis menggunakan uji parametrik yaitu paired sample t-test
dan independent sample t-testkarena data homogeny dan berdistribusi normal .
HASIL PENELITIAN
Hasil uji deskriptif karakteristik sampel berdasarkan usia,waktu kerja dan lama kerja.
Tabel 1.Distribusi Data Sampel Berdasarkan Usia,Waktu Kerja dan Lama Kerja
Nilai Rerata dan Simpang
Baku
Karakteristik
Usia (th)
Kel. 1
Kel. 2
43,80±5,45
42,20±4,47
Waktu
7,30±0,82
Kerja (jam)
11,3±4,14
Lama
7,30±0,82
10,6±4,17
Kerja (th)
Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok 1 memiliki rerata umur
43,80±5,45 tahun dan pada kelompok 2 memiliki rerata umur 42,20±4,47 tahun. Semua subjek
penelitian berjenis kelamin perempuan, rerata waktu kerja subjek penelitian pada kelompok 1
dan 2 7,30±0,82 jam setiap hari, dan rerata lama kerja subjek penelitian pada kelompok 1
11,3±4,14 tahun dan rerata pada kelompok 2 10,6±4,17 tahun.
Tabel 2. Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas
dengan
Uji
Kelompok
Shapiro Wilk
Homogenitas
Data
Test
(Levene’s
Sebelum
Intervensi
Klp. 1
Klp. 2
p
p
0,082
0,082
Test)
0,127
Sesudah
Intervensi
0,714
0,536
0,054
Tabel 2 menunjukan hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk test dan uji homogenitas
dengan Levene’s test bahwadata berdistribusi dengan normal dan homogen sehingga pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik parametrik
Tabel 3.Uji Komparabilitas Kelompok 1 dengan Kelompok
Klp
Rerata
SD
1
5,450
0,406
T
P
1,414 0,174
2
4,980
0,969
Tabel 3menunjukkan hasil uji komparabilitas kelompok 1 dengan kelompok 2yang
dianalisis dengan Independent t-test di dapatkan nilai p = 0,174 (p>0,05) yang berarti bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna dari nilai nyeri sebelum intervensi dari kelompok 1 dengan
kelompok 2.
Tabel 4. Uji Rerata Penurunan Nyeri Sebelum dan Setelah Perlakuan
Klp
Intervensi
Sebelum
Rerata ±
SD
5,450 ±
0,406
1
Sesudah
1,720 ±
0,391
Sebelum
4,980 ±
0,969
2
Sesudah
3,070 ±
0,924
t
P
31,765
0,000
6,064
0,000
Tabel 4 menunjukkan hasil beda rerata penurunan nyeri otot upper trapezius yang
dianalisis dengan paired samplet-test sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok 1dan
kelompok 2sama- sama didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan
yang bermakna dari penurunan nyeri sebelum dan setelah perlakuanbaik auto streching maupun
neck cailliet exercise pada nyeri otot upper trapeziuspada penjahit payung bali.
Tabel 5.Hasil Uji Statistik Kelompok 1 dengan Kelompok 2 Setelah Perlakuan
Klp
Rerata
±SD
T
1
1,720
0,391
P
-4,25 0,000
2
3,070
0,924
Tabel 5.menunjukkan hasil perhitungan beda rerata nyeri setelah perlakuan yang
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna pada
latihanauto stretching dibandingkan dengan neck cailliet exercise terhadap penurunan nyeri otot
upper trapeziuspada penjahit payung bali.
Tabel 6. Persentase Penurunan Keluhan Nyeri Setelah Intervensi
Hasil Analisis
Kelp
Penurunan
Persentase (%)
Nyeri
1
3,730
61,83 %
2
1,910
38,35 %
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase rerata penurunan intensitas nyeri pada kelompok
1sebesar 61,83% dan kelompok 2 sebesar 38,35% yang artinya terjadi penurunan intensitas nyeri
yang lebih besar pada kelompok 1 daripada kelompok 2.
PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik umur sampel, kelompok 1 memiliki rerata
umur 43,80±5,453 tahun dan Kelompok 2 memiliki rerata umur 42,20±4,467 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa, usia produktif lebih rentan mengalami keluhan nyeri pada otot upper
trapezius, ditambah lagi pekerjaan mereka yang menunduk secara statis dalam waktu yang relatif
lama. Umur memang berpengaruh terhadap nyeri leher berkaitan dengan proses penuaan seiring
bertambahnya umur, termasuk degenerasi tulang yang berdampak pada peningkatan resiko nyeri
leher.11Usia menengah yaitu 40 tahun merupakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan
resiko nyeri, namun demikian kaum muda diharapkan juga berhati-hati dalam mengangkut beban
secara berulang.12 Hasil penelitian ini, diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Delgado, et al. (2009) yang menunjukkan presentasi usia yang paling sering mengalami
keluhan nyeri leheradalah usia 27-50 tahun. Pada usia tersebut, terjadi beberapa degenerasi pada
jaringan tubuh sehingga terjadi penurunan kemampuan tubuh dalam menerima beban yang
berlebih. Hal ini menyebabkan cedera pada jaringan dan reaksi penyembuhan jaringan
mengalami penurunan.13 Selain itu, menurut hasil kajian dari Gerwin, et al. (2004) bahwa pada
usia-usia tersebut aktivitas kerja lebih cenderung statis. Hal ini menyebabkan kontraksi otot yang
berlebihan, sehingga dapat menghasilkan overuse pada otot dan dapat menyebabkan
terbentuknya trigger point dan akhirnya menimbulkan keluhan berupa rasa nyeri pada daerah
leher.14
Dilihat dari karakteristik
jenis kelamin sampel pada kelompok 1 dan kelompok 2
terdapat kesamaan, dimana jumlah sampel hanya berjenis kelamin perempuan yang masing –
masing berjumlah 10 orang (100%). Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian nyeri otot upper
trapezius pada penjahit payung bali di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki laki. Hal tersebut juga terjadi karena
perbandingan pekerja perempuan dengan laki-laki di desa tersebut 9:1.Pernyataan ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Delgado, et al. (2009) yang menunjukkan angka
kejadian nyeri leher pada wanita sebesar 54%, sedangkan pada pria sebesar 45%.13
Dilihat dari karakteristik waktu kerja sampel, kelompok 1 memiliki rerata 7,40±0,843 dan
rerata pada kelompok 2 7,50±0,707 sedangkan dilihat dari karakteristik lama kerja sampel,
kelompok 1 memiliki rerata 12,20±8,954 tahun dan kelompok 2 memiliki rerata 12,90±8,595
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sampel bekerja rata-rata selama 7 jam per hari dan rata-rata
sampel sudah bekerja selama 12 tahun. Masa kerja yang lama dapat berpengaruh terhadap nyeri
leher karena merupakan akumulasi pembebanan pada otot leher akibat aktivitas mengangkat dan
mengangkut sehari-hari.11 Pada saat leher bergerak ke depan sebesar 1 inchi akan meningkatkan
berat kepala pada leher sebesar 10 pound, jika leher bergerak 3 inchi ke depan maka akan
meningkatkan berat kepala pada leher sebesar 30 pound dan tekanan pada otot-otot leher
meningkat 6 kali. Bad posture ini dalam jangka panjang akan menimbulkan nyeri leher.4
Auto Stretching Dapat Menurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius pada Penjahit
Payung Bali
Hasil uji paired sample t-test pada kelompok 1, didapatkan rerata nilai nyeri sebelum
perlakuan sebesar 5,450 dan rerata setelah intervensi sebesar 1,720, dan nilai p = 0,000 (p <
0,005) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara nilai nyeri sebelum
dan setelah perlakuan auto stretching. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian auto stretching
dapat menurunkan intensitas nyeri otot upper trapezius pada penjahit payung bali di Desa
Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Evjent, et al. (1990) yang
menyatakan bahwa terapi latihan auto stretching dapat menurunkan nyeri akibat spasme.15
Kontraksi isotonik yang dilakukan saat auto stretching dari otot yang mengalami pemendekan
akan menghasilkan otot yang memanjang secara maksimal, dimana saat dilakukannya auto
stretching, sarkomer ditarik sampai panjang sarkomer penuh sehingga akan menghasilkan
peregangan pada sarkomer. Peregangan tersebut akan mengurangi iritasi pada sarat Aδ dan saraf
tipe C sehingga nyeri dapat berkurang.16
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanani (2013) di
Surakarta, Indonesia.Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
pada nyeri sebelum dan setelah pemberian auto stretching pada kasus spasme otot upper
trapezius.17
Neck Cailliet Exercise dapatMenurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius pada
Penjahit Payung Bali
Hasil uji paired sample t-test pada kelompok 2, didapatkan rerata nilai nyeri sebelum
perlakuan sebesar 4,980 dan rerata setelah perlakuan sebesar 3,070 dan nilai p = 0,000 (p <
0,005) yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara nilai nyeri sebelum
dan setelah perlakuan neck cailliet exercise. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi neck cailliet
exercise dapat menurunkan intensitas nyeri otot upper trapezius penjahit payung bali di Desa
Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Cailliet (1991) bahwa
neck cailliet exercise dapat menurunkan nyeri dengan konsep post isometric relaxation.
Kontraksi yang terjadi saat pemberian neck cailliet exerciseakan menstimulasi reseptor otot yaitu
golgi tendon organ. Impuls yang diterima oleh golgi tendon organ akan diteruskan oleh saraf
afferent menuju bagian dorsal dari spinal cord dan bertemu dengan inhibitor motor neuron. Hal
ini dapat menghentikan impuls motor neuron efferent, sehingga dapat mencegah kontraksi yang
lebih lanjut dan terjadilah relaksasi pada otot. Relaksasi yang terjadi pada otot dapat
meningkatkan sirkulasi ke area yang mengalami nyeri, sehingga zat-zat yang menimbulkan nyeri
dapat dikeluarkan dari jaringan.8
Menurut pernyataan dari Fryer (2011), pemberian kontraksi isometrik dilakukan dengan
tahanan yang minimal selama 6 detik, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada jaringan otot akibat kontraksi yang berlebihan. Setelah kontraksi, selanjutnya diikuti
dengan memberikan rileksasi selama 6 detik dan pengulangan yang dilakukan sebanyak 10 kali,
karena pengulangan ini efektif untuk memberikan efek relaksasi pada otot dan jaringan.
Relaksasi yang maksimal pada otot, dapat mengurangi nyeri pada otot.18
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Cailliet
(1991)diPhyladelpia.Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
antara penurunan nyeri sebelum dan setelah pemberian neck cailliet exercise pada kasus spasme
otot upper trapezius.8
Auto Stretching Lebih Menurunkan Intensitas Nyeri Otot Upper Trapezius daripada Neck
Cailliet Exercise pada Penjahit Payung Bali
Hasil uji independent t-test pada kedua kelompok diperoleh nilai penurunan intensitas
nyeri setelah perlakuan pada kelompok 1 sebesar 1,720±0,391 dan kelompok 2 sebesar
3,070±0,924 dan nilai p=0,000 (p