Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba.

(1)

CORPORATE GOVERNANCE MEMODERASI PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES PADA PERSISTENSI LABA

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)

SKRIPSI

Oleh:

LUH AYU PUJIASTINI UTARI NIM: 1206305144

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

CORPORATE GOVERNANCE MEMODERASI PENGARUH BOOK TAX

DIFFERENCES PADA PERSISTENSI LABA

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)

SKRIPSI

Oleh:

LUH AYU PUJIASTINI UTARI NIM: 1206305144

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal:

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE., M.Si., Ak. 2. Sekretaris : Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak.

3. Anggota : Dr. I G.K. Agung Ulupui, SE., M.Si., Ak.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur – unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan pertauran perundang – undangan yang berlaku.

Denpasar, 21 November 2015 Mahasiswa

Luh Ayu Pujiastini Utari 1206305144


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan kasih-Nya, skripsi yang berjudul “Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014)” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr.A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., masing – masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si selaku pembimbing akademik (PA) atas waktu, bimbingan serta motivasi yang tiada henti selama saya menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5. Bapak Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta arahan dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, M.Si., Ak selaku dosen pembahas yang selalu meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis. 7. Seluruh Dosen, Staf dan Segenap Civitas Akademika Universitas Udayana

yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8. Orang tua tercinta, I Nengah Sayang dan Ni Nyoman Rumih yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang serta doanya yang tulus dan tiada hentinya, adik – adik saya Kadek Dewi Puspita Utari, Komang Diah Prastika Utari, Ketut Diva Pramayani Utari dan Gede Rama Sadikya Utara serta semua keluarga besar atas dukungan serta doanya yang tulus selama saya menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Teman baikku Ratih Purnama, Dayu Trisna, Prawira, Kusuma, Sintya Surya, Sri Arthini, Ayu Sidney Hiwa Sawaka, Dayu Agung Sukma, Kania Putri, Dwi Indahyani, Ruth Ginting dan Marta Opana serta yang telah banyak membantu dan memberikan doa dan dukungan serta semangat kepada penulis.


(6)

v

10. Teman – teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan rekan – rekan akuntansi 2012 yang senantiasa membantu selama perkuliahan dan memberi motivasi selama penyusunan skripsi ini.

11. Teman – teman KKN Desa Belimbing, Pupuan yang telah berbagi keceriaan dan memberikan pengalaman hidup baru kepada penulis selama sebulan. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan

bantuannya dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 21 November 2015


(7)

vi

Judul :Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014)

Nama : Luh Ayu Pujiastini Utari NIM : 1206305144

Abstrak

Persistensi laba adalah salah satu pertimbangan untuk mengukur kualitas laba. Persistensi laba dapat membantu pemilik dan para stakeholder perusahaan dalam menaksir laba perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh book tax

differences pada persistensi laba yang dimoderasi oleh corporate governance.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2014. Metode pemilihan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive

sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang

diperoleh dari mengakses www.idx.co.id dan mengakses www.mitrariset.com untuk melihat perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan CGPI. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi linear berganda dan uji regresi interaksi (MRA).

Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa : 1) Perusahaan dengan large positive book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba

dan large negative book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba,

2) Corporate governance memperlemah pengaruh large positive book tax

differences pada persistensi laba secara signifikan dan Corporate governance

tidak memperlemah pengaruh large negative book tax differences pada persistensi laba.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Teori Stakeholder ... 11

2.1.2 Persistensi Laba ... 12

2.1.3 Book Tax Differences ... 13

2.1.4 Large Positive Book Tax Differences ... 16

2.1.5 Large Negative Book Tax Differences ... 18

2.1.6 Small Book Tax Differences ... 20

2.1.7 PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan ... 20

2.1.8 Koreksi Fiskal ... 22

2.1.9 Corporate Governance... 26

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

2.3 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Obyek Penelitian ... 37

3.4 Identifikasi Variabel ... 37

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 38


(9)

viii

3.7 Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel ... 41

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 43

3.9.1 Statistik Deskriptif ... 43

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 43

3.9.3 Uji Hipotesis ... 45

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ... 49

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 50

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.4 Uji Hipotesis ... 56

4.5 Pembahasan Penelitian ... 59

4.8.1 Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba ... 59

4.8.2 Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Diperlemah oleh Corporate Governance ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR RUJUKAN ... 65


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

4.1 Hasil Seleksi Pemilihan Sampel... 50

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 51

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 53

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 54

4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 55


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laba yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan suatu indikator dalam menilai kinerja pihak manajemen. Informasi laba merupakan hal yang sangat penting bagi pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan, baik itu pihak

stakeholder maupun pihak manajemen perusahaan. Menurut Statement of

Financial Accounting Concept (SFAC) No 1, informasi laba merupakan fokus

utama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen. Selain itu, informasi laba juga dapat membantu pemilik dan para stakeholder perusahaan dalam menaksir laba perusahaan di masa yang akan datang. Dengan begitu besarnya peranan dari informasi laba, maka kualitas laba menjadi hal yang sangat penting bagi para pengambil keputusan.

Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba yang mempunyai sedikit gangguan persepsian, dengan kata lain laba yang tidak dimanipulasi atau terbebas dari discretionary accruals (Jang, 2007 dalam Jumiati, 2014). Laba yang dimanipulasi tidak mencerminkan informasi yang sebenarnya sehingga dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Bellovary et al. (2005) mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba mendatang, dengan mempertimbangkan stabilitas dan persistensi. Menurut Pratiwi (2014) laba yang semakin persisten menunjukkan laba semakin informatif, begitu juga sebaliknya


(13)

2

jika laba kurang persisten menunjukkan laba yang kurang informatif. Lako (2007) dalam Purwanti (2013) menyatakan bahwa jika perusahaan melaporkan laba dengan tingkat kenaikan yang sangat signifikan secara tiba-tiba dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, maka ada kemungkinan manajemen perusahaan melakukan rekayasa. Begitu pula sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba dengan tingkat penurunan yang sangat drastis atau dengan kata lain perusahaan mengalami kerugian yang besar tanpa keterangan memadai, maka ada kemungkinan juga manajemen perusahaan mencoba melakukan penghindaran pajak.

Relevan dan handal merupakan dua kualitas utama dalam menentukan apakah informasi akuntansi berguna bagi para pengambil keputusan. Informasi akuntansi dapat dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dan dapat dikatakan handal apabila dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan (PSAK 50). Persistensi laba merupakan salah satu komponen dari kualitas laba. Persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena merupakan salah satu komponen dari ciri kualitatif relevansi, yaitu predictive

value (Jonas dan Blanchet, 2000 dalam Martani dan Persada, 2010), artinya

informasi harus mampu membantu pengguna untuk melakukan prediksi dari masa lalu, sekarang dan untuk masa depan. Penman (2001) menyatakan bahwa persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang

(expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (current

earnings). Laba yang berkesinambungan (sustainable) untuk suatu periode yang


(14)

3

tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang persisten dan laporan laba yang dihasilkan berkualitas.

Laba di dalam laporan keuangan selain digunakan untuk menilai kinerja manajemen juga digunakan dalam dasar penetapan pajak. Adanya perbedaan pengakuan biaya dan penghasilan menurut ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan menyebabkan perbedaan antara penghasilan sebelum pajak (laba akuntansi) dengan penghasilan kena pajak (laba fiskal) yang disebut dengan book tax differences.

Beberapa peneliti telah meneliti mengenai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) dengan kaitannya terhadap persistensi laba. Tang (2006), Yulianti (2005), Phillips et al. (2002) telah membuktikan bahwa

book tax differences dapat mengindikasikan manajemen laba dalam meningkatkan

laba, dengan kata lain secara tidak langsung book tax differences juga mengindikasikan kualitas laba yang rendah. Logika yang mendasari adalah adanya peraturan yang lebih ketat dalam menentukan laba fiskal, sehingga perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat memberikan informasi tentang management discretion dalam proses akrual. Semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal maka akan menunjukkan bahwa terdapatnya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan (Hanlon, 2005).

Penyusunan laporan keuangan menurut ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan memunculkan istilah laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.


(15)

4

Laporan keuangan komersial merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan selama periode tertentu yang menyajikan informasi keuangan perusahaan dan ditujukan untuk menilai kinerja serta keadaan finansial perusahaan. Di sisi lain, laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan ditujukan untuk menghitung pajak yang terutang. Perbedaan penyusunan kedua laporan keuangan tersebut menyebabkan perbedaan dalam perhitungan laba (rugi) entitas sehingga penghasilan sebelum pajak (laba akuntansi) dengan penghasilan kena pajak (laba fiskal) juga berbeda. Penyebab perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan temporer (temporary

differences) atau perbedaan waktu (Zdulhiyanov, 2015).

Perbedaan permanen terjadi karena adanya perbedaan peraturan dalam pengakuan penghasilan dan biaya selama suatu periode antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan. Berbeda dengan perbedaan temporer yang terjadi karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya selama suatu periode antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan sehingga dapat mengakibatkan laba akuntansi lebih tinggi dari laba fiskal, begitu pula sebaliknya. Perbedaan temporer tercermin dalam laporan keuangan komersial sebagai pajak tangguhan (deferred taxes) yang dapat berupa aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan.

Blaylock et al. (2010) menyatakan bahwa book tax differences memiliki 3 kelompok, yaitu Large Positive Book Tax Differences (LPBTD), Large Negative


(16)

5

hanya memfokuskan pada perbedaan temporer yang ditunjukkan oleh akun biaya (manfaat) pajak tangguhan, variabel book tax differences mewakili subsampel perusahaan dengan perbedaan besar positif (large positive book tax differences), perbedaan besar negatif (large negative book tax differences) dan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal (small book tax differences) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2006) dan Zdulhiyanov (2015). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama, karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan (future taxable and future deductible amounts), yang berhubungan dengan proses akrual, sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan.

Book tax differences dapat mengindikasikan manajemen laba dalam

meningkatkan laba yang artinya informasi yang dilaporkan tidak sesuai dengan aktivitas sebenarnya dari suatu perusahaan sehingga dapat menyesatkan

stakeholder sebagai penerima informasi dari manajemen, dengan kata lain secara

tidak langsung book tax differences juga mengindikasikan kualitas laba yang rendah. Manajemen laba dapat mengurangi nilai ekonomis dari suatu laporan keuangan dan dapat mengurangi tingkat kepercayaan atas laporan keuangan (Wijayanti, 2006).


(17)

6

.Informasi yang terdapat di dalam book tax differences berupa perbedaan temporer mengenai laba akuntansi sebelum pajak satu periode mendatang boleh digunakan ataupun tidak digunakan oleh para stakeholder dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan teori stakeholder yang mengharapkan manajemen melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder, maka untuk membantu berjalannya harapan dari stakeholder terhadap manajemen tersebut maka diterapkanlah tata kelola perusahaan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga manajemen tidak melakukan aktivitas yang menyimpang dari keinginan stakeholder. Sulistyanto (2008) mengatakan bahwa corporate

governance adalah suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan

agar tercipta nilai tambah bagi semua stakeholders perusahaan. Melalui corporate

governance, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai baik oleh para investor

(Susanti, dkk., 2010). Munculnya konsep mengenai corporate governance ini dikarenakan tuntutan pihak luar perusahaan agar informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat dipercaya dan dapat memberikan jaminan kepada investor yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Penerapan tata kelola perusahaan ini dapat diukur dengan Corporate governance perception index (CGPI). CGPI merupakan riset dan pemeringkatan perusahaan di Indonesia pada perusahaan publik yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute of

Corporate Governance (IICG).

Penelitian mengenai persistensi laba dalam kaitannya dengan book tax

differences hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang belum konsisten antara


(18)

7

bahwa book tax differences memiliki signifikan negatif terhadap laba sebelum pajak penghasilan satu periode ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) book tax differences memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibandingkan small book tax differences. Begitu pula menurut Wiryandari dan Yulianti (2008) serta Purwanti (2013) membuktikan bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal positif (negatif) secara signifikan memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibanding perusahaan dengan beda laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil. Berbeda dengan Jumiati (2014) dan Djamaluddin dkk (2008) yang membuktikan bahwa

book tax differences tidak memiliki pengaruh pada persistensi laba dengan

menunjukkan perusahaan large positive (negative) book tax differences tidak memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibandingkan small book tax differences.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka judul penelitian ini adalah Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka terdapat rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, antara lain:

1) Apakah book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba? 2) Apakah corporate governance memperlemah pengaruh book tax differences


(19)

8 1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui apakah book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba.

2) Untuk mengetahui pengaruh book tax differences pada persistensi laba yang diperlemah oleh corporate governance.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut.

1) Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi penelitian yang sejenis maupun civitas akademika lainnya yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi laba dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan.

2) Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif, masukan, dan bahan pertimbangan kepada mahasiswa maupun pembaca lain mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persistensi laba.


(20)

9 1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan dan disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang mendorong dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya serta hipotesis dari penelitian yang dilakukan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini memaparkan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini memaparkan tentang deskripsi sampel penelitian, analisis data serta pembahasan hasil penelitian berdasarkan output SPSS.


(21)

10 Bab V : Simpulan dan Saran

Bab ini memaparkan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam bab pembahasan hasil penelitian dan saran – saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya serta menguraikan keterbatasan penelitian.


(22)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Stakeholder, Persistensi Laba, Book Tax Differences, Large Positive Book

Tax Differences, Large Negative Book Tax Differences, PSAK 46 tentang Pajak

Tangguhan, Koreksi Fiskal dan Corporate Governance. Bab ini juga membahas tentang penelitian sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis.

2.1.1Teori Stakeholder

Berdasarkan teori stakeholder (Guthrie et al, 2002 dalam Pratiwi, 2014), manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkan informasi kepada

stakeholder. Stakeholder sendiri adalah orang-orang yang mempunyai

kepentingan terhadap suatu perusahaan seperti kreditur, pemerintah, dan badan pembuat regulasi.

Teori ini mengharapkan manajemen perusahaan melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan kepada para stakeholder, yang berisi mengenai bagaimana dampak kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan kepada

stakeholder. Jadi stakeholder mempunyai hak untuk mengetahui informasi yang

disampaikan baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan meskipun nantinya mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut. Informasi


(23)

12

yang terdapat di dalam book tax differences baik berupa perbedaan temporer mengenai laba akuntansi sebelum pajak satu periode mendatang boleh digunakan ataupun tidak digunakan oleh para stakeholder dalam pengambilan keputusan.

Sesuai dengan teori ini yang mengharapkan manajemen melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder, maka untuk membantu berjalannya harapan dari stakeholder terhadap manajemen tersebut maka diterapkanlah tata kelola perusahaan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga manajemen tidak melakukan aktivitas yang menyimpang dari keinginan stakeholder.

2.1.2Persistensi Laba

Persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang

(expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (Penman,

2001). Laba yang berkesinambungan (sustainable) untuk suatu periode yang akan datang merupakan cerminan laba yang berkualitas (Ikhsan, 2012). Laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang persisten. Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going

concern). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan

di masa depan. Penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Mencapai tujuan tersebut, Standar Akuntansi Keuangan menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Kriteria utamanya adalah relevan dan reliabel. Persistensi laba merupakan salah satu


(24)

13

komponen nilai prediktif laba, oleh karena persistensi merupakan unsur relevansi, maka persistensi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba.

Persistensi laba mengindikasikan laba yang berkualitas karena menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu, serta melihat bahwa perusahaan tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menyesatkan pengguna informasi, karena laba perusahaan tidak berfluktuatif tajam. Pihak eksternal perusahaan seperti investor menginginkan laba yang persisten, hal ini disebabkan karena investor dapat memprediksi nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Persistensi laba diukur menggunakan koefisien regresi (β1) antara laba akuntansi sebelum pajak tahun depan (PTBIt+1) dengan laba akuntansi sebelum pajak periode sekarang (PTBIt) (Hanlon, 2005). Menurut Hanlon (2005) laba sebelum pajak pada masa depan (PTBIt+1) adalah sebagai proksi laba akuntansi yang dihitung dari laba perusahaan sebelum pajak (PTBIt) dibagi total aset.

2.1.3Book Tax Differences

Perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan (UU Nomor 17 Tahun 2000) mengharuskan perusahaan pada setiap periodenya untuk menyusun dua laporan laba rugi, yaitu laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal. Laporan laba rugi komersial merupakan pelaporan laba yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan menghasilkan laba bersih sebelum pajak (laba akuntansi), sedangkan laporan laba rugi fiskal disusun berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal.


(25)

14

Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia. Rekonsiliasi fiskal tersebut dilakukan pada akhir periode pembukuan yang menyebabkan terjadi perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan pajak. perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan kedalam perbedaan permanen dan perbedaan temporer (Martini dan Persada, 2010).

Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi dengan kata lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya.

Perbedaan temporer atau waktu disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan laba. Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode akuntansi sekarang. Sementara itu,


(26)

15

komersial mengakuinya sebagai penghasilan atau biaya pada periode yang bersangkutan.

Manajer dapat menggunakan kebijakannya ketika memilih salah satu diantara beberapa metode-metode akuntansi dalam proses akrual, misalnya ketika menentukan metoda depresiasi, pengestimasian periode depresiasi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain (Mills dan Newberry, 2001 dalam Irfan, 2013).

Menurut Wijayanti (2006) tujuan pajak perusahaan hanya untuk mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Artinya, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic. Peraturan pajak juga tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya. Peraturan pajak tidak memperkenankan adanya pengestimasian dan pencadangan biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak.

Penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai dengan model penelitian Hanlon (2005). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen, karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya


(27)

16

penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan (future taxable and future deductible amounts), yang berhubungan dengan proses akrual, sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan.

Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deferred tax expense), sehingga kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai aset pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aset pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Phillips et al., 2002). Blaylock et al. (2010) menyatakan bahwa book tax differences memiliki 3 kelompok, yaitu

Large Positive Book Tax Differences (LPBTD), Large Negative Book Tax

Differences (LNBTD), dan Small Book Tax Differences.

2.1.4Large Positive Book Tax Differences

Large positive book tax differences atau perbedaan besar positif terjadi

akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan dan ketentuan peraturan perpajakan. Large positive


(28)

17

book tax differences merupakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal,

dimana laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013).

Soewito (2009) dalam Pratiwi (2014) menyatakan bahwa large positive book

tax differences akan timbul jika perbedaan temporer menyebabkan terjadinya

koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif merupakan penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan pajak penghasilan dan peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut. Koreksi tersebut menyebabkan beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut ketentuan peraturan perpajakan, sehingga large positive book tax

differences akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di

laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang

(payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer

kena pajak.

Menurut Prabowo (2010) dalam Irfan (2013) secara garis besar penyebab timbulnya large positive book tax differences ada dua, yaitu sebagai berikut. 1) Terdapatnya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui dalam

laporan keuangan tahun berjalan. Contohnya, keuntungan yang belum direalisasikan atas investasi dalam efek yang diperdagangkan pada periode terjadinya. Kenaikan nilai tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Sedangkan


(29)

18

dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual.

2) Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan dikurangkan dalam tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan. Contohnya, beban penyusutan yang timbul akibat perbedaan masa manfaat aset menurut undang-undang pajak penghasilan, dimana masa manfaat aset lebih pendek dibandingkan estimasi masa manfaat aset yang dilakukan oleh manajemen, sehingga beban penyusutan menurut pajak lebih besar dari perhitungan dalam laporan keuangan komersil. Akibatnya laba komersil sebelum pajak lebih besar dari laba fiskal.

2.1.5Large Negative Book Tax Differences

Large negative book tax differences atau perbedaan besar negatif terjadi

akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan. Large

negative book tax differences adalah selisih antara laba akuntansi dengan laba

fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013).

Large negative book tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau

perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal positif terjadi ketika penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak) untuk menghitung


(30)

19

penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large negative book tax differences akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recovable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian (Soewito, 2009 dalam Pratiwi, 2014).

Prabowo (2010) dalam Irfan (2013) menyatakan secara garis besar large

negative book tax differences timbul akibat dua hal, yaitu:

1) Terdapatnya penghasilan atau keuntungan kena pajak belum diakui di laporan keuangan tetapi telah diakui di laporan perpajakan. Contohnya, pendapatan sewa yang diterima dimuka diakui sebagai pendapatan untuk tujuan perpajakan namun diakui pada periode-periode di masa depan untuk tujuan laporan keuangan.

2) Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perpajakan pada tahun mendatang, tetapi dikurangkan pada tahun berjalan untuk tujuan pelaporan keuangan. Contohnya, beban garansi dan beban piutang tak tertagih boleh dikurangkan untuk tujuan perpajakan hanya ketika benar-benar terjadi atau kerugian benar-benar terealisasi, tetapi biaya tersebut diperhitungkan dimuka untuk tujuan pelaporan keuangan.


(31)

20 2.1.6Small Book Tax Differences

Small book tax differences atau perbedaan kecil adalah perbedaan antara

laba akuntansi dan laba fiskal, dimana nilai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal tersebut relatif kecil, sehingga mengindikasikan kualitas laba yang dihasilkan baik (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013).

2.1.7PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode. Dasar pengenaan pajak atas aset atau liabilitas adalah nilai yang terkait dengan aset atau liabilitas untuk tujuan pajak.

Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.


(32)

21

Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.

Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:

1) Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.

2) Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.

Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari pengakuan awal goodwill atau pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari


(33)

22

suatu transaksi yang bukan transaksi kombinasi bisnis dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak (rugi pajak).

Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam transaksi yang bukan dari transaksi kombinasi bisnis dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba kena pajak (rugi pajak).

Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan. Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara yang diharapkan entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitas.

2.1.8Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan laba komersial (yaitu laba yang dihitung menurut Standar Akuntansi Keuangan) dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 sehingga diperoleh laba fiskal. Laporan Perhitungan Laba Rugi yang dibuat perusahaan merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Oleh karena itu agar dapat menghitung besarnya pajak penghasilan yang terutang, perusahaan harus


(34)

23

melakukan penyesuaian laporan perhitungan rugi-labanya tersebut agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Langkah penyesuaian ini dilakukan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda perlakuan antara prinsip akuntansi berlaku umum dengan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan. Pos-pos rekening ini yang perlu dilakukan koreksi fiskal. Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan UU Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 antara lain:

1) Perbedaan Konsep Penghasilan Contoh:

a. Deviden yang diterima oleh PT, Yayasan, Koperasi, BUMN/BUMD, b. Sisa Cadangan Kerugian Piutang bagi Bank, Leasing dan Asuransi 2) Perbedaan Cara Pengukuran Penghasilan

Contoh : Penjualan diukur sebesar jumlah yang dibebankan kepada pembeli tidak melihat apakah ada hubungan istimewa atau tidak.

3) Perbedaan konsep biaya pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah semua pengorbanan ekonomis dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Tidak terbatas hanya biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan saja. Singkatnya, biaya menurut pajak adalah pengeluaran-pengeluaran yang ada kaitan langsung dengan perolehan penghasilan (cash basic).

4) Perbedaan cara pengukuran biaya sama dengan cara pengukuran penghasilan, jika ada transaksi yang tidak wajar karena hubungan istimewa maka transaksi tersebut harus dikoreksi.


(35)

24

5) Perbedaan Cara Pembebanan atau Alokasi Biaya Contoh :

a. Penyusutan, hanya metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dengan tarif yang telah ditentukan.

b. Pengakuan Kerugian Piutang hanya menggunakan metode langsung. c. Penilaian Persediaan hanya menggunakan metode rata-rata dan FIFO. 6) Adanya penghasilan yang kena pajak penghasilan secara final. Penghasilan

yang dikenakan pajak secara final berarti telah diperhitungkan pajak penghasilannya sehingga tidak perlu diperhitungkan lagi dalam menghitung pajak penghasilan di akhir tahun maka harus dikeluarkan dari laporan perhitungan laba-rugi.

Jenis Koreksi Fiskal ada dua yaitu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif. Koreksi Fiskal Positif (FKP) adalah koreksi fiskal yang menambah besarnya laba kena pajak. Sedangkan Koreksi Fiskal Negatif (FKN) adalah koreksi fiskal yang mengurangi laba kena pajak.

Soewito (2009) dalam Pratiwi (2014) menyatakan bahwa large positive book

tax differences akan timbul jika perbedaan temporer menyebabkan terjadinya

koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif merupakan penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan pajak penghasilan dan peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut. Koreksi tersebut menyebabkan beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak


(36)

25

menurut ketentuan peraturan perpajakan, sehingga large positive book tax

differences akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di

laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang

(payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer

kena pajak.

Large negative book tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau

perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal positif terjadi ketika penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large negative book tax differences akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recovable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian (Soewito, 2009 dalam Pratiwi, 2014).


(37)

26 2.1.9Corporate Governance

Corporate governance menurut Forum for Corporate Governance

Indonesian (FCGI, 2001) adalah seperangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemangku kepentingan internal maupun eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dalam konsep good corporate

governance terdapat prinsip-prinsip dasar yang meliputi transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan (KNKG, 2006).

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam good corporate governance yang dijabarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) meliputi lima prinsip sebagai berikut.

1) Transparansi (keterbukaan)

Transparansi artinya perusahaan harus menyediakan informasi yang materiil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan. Dengan kata lain harus adanya keterbukaan informasi perusahaan dengan tidak hanya mengungkapkan masalah yang disyaratkan oleh perundang-undangan, tetapi juga hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan.


(38)

27

2) Accountability (akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam organ perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan berjalan dengan efektif.

3) Responsibility (pertanggung jawaban)

Responsibilitas merupakan kepatuhan dalam pengelolahan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan pemenuhan terhadap tanggungjawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.

4) Independency (independensi)

Independensi merupakan pengelolaan perusahaan harus dilakukan secara independen dalam hal ini bebas dari kepentingan pihak manapun yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5) Fairness (kewajaran)

Fairness adalah perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi kebutuhan

stakeholder dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Perusahaan harus memperhatikan hak-hak para pemangku kepentingan berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan kearah yang lebih baik.

Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) merupakan salah satu


(39)

28

governance di perusahaan yang telah melakukan riset mengenai penerapan

corporate governance di Indonesia. IICG memeringkatkan penerapan corporate

governance di Indonesia melalui riset guna memacu perusahaan di Indonesia

dalam peningkatan kualitas penerapan konsep corporate governance. Pemeringkatan yang dilakukan oleh IICG berupa indeks, yaitu Corporate

Governance Perception Index (CGPI). CGPI yang dilakukan oleh IICG

bekerjasama dengan majalah SWA yang merupakan program tahunan sebagai bentuk perhargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang etikal dan bermartabat sejak tahun 2001. Penerapan

corporate governance ini diukur dengan menggunakan skala skor yang terdiri dari

3 kategori berdasarkan tingkat kepercayaan, yaitu 55 – 69 cukup terpercaya, 70 – 84 terpercaya, dan 85 – 100 sangat terpercaya.

Penerapan corporate governance memiliki manfaat bagi perusahaan, yaitu meningkatkan kinerja perusahaa melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders (FCGI, 2001).

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.2 berikut menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dan berhubungan dengan penelitian ini.

Tabel 2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No. Judul

Penelitian

Peneliti dan Tahun Penelitian

Alat Analisis dan Variabel

Hasil Penelitian

1. Analisis

Pengaruh Book Tax Differences

Intan Ratna Pratiwi (2014)

Regresi Berganda Variabel Independen:

Perbedaan permanen berpengaruh


(40)

29 terhadap Persistensi Laba  Perbedaan permanen  Perbedaan temporer  Large positive

book tax differences

Large negative book tax differences

Variabel Dependen:  Persistensi laba Variabel Kontrol:

 Komponen arus

kas dan akrual

 Ukuran

perusahaan  Return on asset

signifikan terhadap persistensi laba dan perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, sedangkan large positive book tax differences dan

large negative book tax

differences tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

2. Pengaruh

Kualitas Penerapan

Corporate Governance dan konsentrasi kepemilikan terhadap Persistensi Laba Taufikul Ikhsan (2012) Regresi Berganda Variabel Independen:  Kualitas penerapan corporate governance  Konsentrasi kepemilikan Variabel Dependen:

 Persistensi laba

Kualitas penerapan corporate governance berpengaruh terhadap persistensi laba, sedangkan konsentrasi kepemilikan tidak signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba.

3. Pengaruh

Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba

Sheila Nike Purwanti (2013)

Regresi Berganda Variabel Independen:

Large positive book tax differences

Large negative book tax differences

Variabel Dependen:  Persistensi laba

Perbedaan antara laba akuntansi dan

laba fiskal

berpengaruh terhadap persistensi laba.

4. Pengaruh Book Tax Differences terhadap Persistensi Laba Mohd. Zdulhiyanov (2015) Regresi Berganda Variabel Independen:

Large positive book tax differences

Large negative book tax

large positive book tax differences dan

large negative book tax differences


(41)

30 differences Variabel Dependen: Persistensi laba terhadap persistensi laba.

5. Pengaruh

Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas sebagai Variabel Moderasi Fatkhur Haris Irfan (2013) Regresi Berganda Variabel Independen:

Large positive book tax differences

Large negative book tax differences

 Perubahan pendapatan  Nilai aset tetap

kotor

 Ukuran

perusahaan Variabel Dependen:  Perbedaan laba

akuntansi dan laba fiskal  Persistensi laba Variabel Moderasi:

 Komponen

akruan dan aliran kas

Perubahan pendapatan dan nilai aset tetap kotor berpengaruh terhadap

perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, sedangkan

large positive book tax differences dan moderasi

komponen akrual dan aliran kas dengan large negative book tax differences

berpengaruh terhadap persistensi laba.

6. Pengaruh

Kepemilikan Manajerial dan Book Tax Differences pada Persistensi Laba

Fitria Jumiati (2014)

Regresi berganda Independen:

 Kepemilikan manajerial  Large positive

book tax differences

Large negative book tax differences

Dependen:

 Persistensi laba

Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada persistensi laba. Large positif (negatif) book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba.

7. Pengaruh Tata

Kelola Perusahaan dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba Mohammad Khafid (2012) Regresi berganda Independen:

 Komposisi dewan

komisaris  Kepemilikan

manajerial  Komite audit Dependen:

 Persistensi laba

Komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komite audit secara signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba.


(42)

31

8. Earning

Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense

Phillips et al.

(2002)

Pooled Regresion

Independen:  Deffered tax

expense, accrual, cash flow operation, characteristic industry Dependen:  Earning Management Beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan penurunan laba.

9. The Persistence

and Pricing of Earnings, Accrual, and Cash Flows When Firms Have Large Book Tax Differences Hanlon (2005) Pooled Regresion Independen:  Large positive

book tax differences

Large negative book tax differences Dependen:  Earning persistence Large positive book tax differences dan

large negative book tax differences mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan dengan perusahaan dengan small book tax differences.

10. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas.

Wijayanti (2006)

Pooled Regresion

Independen:

 Persistensi laba, akrual, dan arus kas

Dependen:

 Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

Large positive book tax differences dan

large negative book tax differences mempunyai persistensi laba yang lebih rendah.

11. Hubungan

Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba Wiryandari dan Yulianti (2008)

Regresi linier

berganda Independen:

 Persistensi laba  Perilaku

manajemen laba Dependen:

 Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

Beban pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba degan tujuan untuk menghindari penurunan laba. Large positive book tax differences


(43)

32

memiliki persistensi laba yang lebih rendah.

12. Book-Tax

Differences and Earning Growth Jackson (2009) Pooled Regresion Independen:  Permanent differences Temporer differences Dependen:

Earning growth

Terdapat hubungan negatif antara komponen perbedaan temporer dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan komponen sementara berhubungan negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa depan. 13. Pengaruh Book

Tax Gap

terhadap Persistensi Laba

Martani dan Persada (2010)

Regresi linier

berganda Independen:

Book tax gap

Dependen:

 Persistensi laba

Perbedaan permanen memiliki hubungan negatif terhadap perubahan laba bersih, sedangkan perbedaan temporer memiliki hubungan positif terhadap perubahan laba bersih.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba

Book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba.

Adanya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) dapat digunakan untuk mengetahui adanya rekayasa manajerial dengan menggunakan kebebasan akrual, yang tentunya berpengaruh terhadap kualitas informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Saat kualitas laba rendah maka tidak


(44)

33

mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga para stakeholder tidak dapat mengambil keputusan dengan baik melalui informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Artinya book tax differences dapat mempengaruhi persistensi laba sebagai salah satu ukuran dari kualitas laba. Persistensi laba digunakan sebagai ukuran kualitas laba karena merupakan ciri kualitatif relevansi, yaitu

predictive value. Mengikuti penelitian Purwanti (2013) book tax differences

dilihat dari large positive book tax differences, large negative book tax

differences, dan small book tax differences. Pratiwi (2014), Martani dan Persada

(2010), Wijayanti (2006), Tang (2006), Yulianti (2005), dan Phillips et al. (2002) membuktikan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) book tax

differences berpengaruh signifikan negatif terhadap persistensi laba, artinya

perusahaan dengan large positive (negative) book tax differences mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan dengan small book tax

differences. Perusahaan dengan perbedaan perbedaan laba akuntansi dan laba

fiskal yang besar diperkirakan memiliki persistensi laba yang rendah dibandingkan perusahaan dengan perbedaan yang kecil.

Large positive book tax differences akan menimbulkan biaya pajak

tangguhan (deffered tax exspenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Large negative book tax differences akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Munculnya saldo aset (kewajiban) pajak tangguhan dalam large positive (negative) book tax differences diduga mempunyai kualitas yang rendah dan kurang persisten dan harus ditelusuri


(45)

34

lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca memungkinkan digunakan sebagai suatu cara merekayasa (menaikkan atau menurunkan) laba secara semu dalam kebijakan manajemen, sehingga large

positive (negative) book tax differences secara bersama-sama mengindikasikan

tidak dapat dipertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang (Hanlon, 2005). Semakin besar perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, diduga manajemen merekayasa laba, sehingga persistensi laba juga akan menjadi lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1a: Perusahaan dengan large positive book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba

H1b: Perusahaan dengan large negative book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba

2.3.2Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Diperlemah oleh Corporate Governance

Persistensi laba dapat memprediksi laba di masa depan melalui laba tahun berjalan. Informasi yang didapat dari adanya perbedaan pengakuan biaya dan penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang menyebabkan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) dapat digunakan sebagai indikasi untuk melihat adanya kebijakan manajemen dalam suatu perusahaan. Ciri dari persistensi laba itu sendiri adalah laba yang tidak terlalu berfluktuatif. Menurut


(46)

35

penelitian Zdulhiyanov (2015), Purwanti (2013), Wiryandari dan Yulianti (2008), Tang (2006), Yulianti (2005), serta Phillips et al. (2002) dinyatakan bahwa perusahaan dengan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal yang besar

(large positive (negative) book tax differences) akan menunjukkan bahwa

terdapatnya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan, sehingga laporan laba yang dihasilkan kurang informatif bagi para penggunanya (Hanlon, 2005). Menurut Ikhsan (2012), Khafid (2012), Susanti (2010), dan Veronica dan Siregar (2005) penerapan corporate governance terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga mampu mengurangi aktivitas menyimpang seperti rekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. Kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang terdapat didalam

corporate governance dapat digunakan untuk mengontrol tindakan manajer atau

pengelola sehingga informasi yang dihasilkan berkualitas. Penerapan corporate

governance yang baik diharapkan mampu mengendalikan perusahaan sehingga

dapat mencegah terjadinya manajemen laba dan mampu memberikan informasi laba yang lebih berkualitas melalui laba yang persisten bagi para penggunanya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2a: Corporate governance memperlemah pengaruh large positive book tax differences pada persistensi laba.

H2b: Corporate governance memperlemah pengaruh large negative book tax differences pada persistensi laba.


(1)

30 differences Variabel Dependen: Persistensi laba terhadap persistensi laba. 5. Pengaruh

Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas sebagai Variabel Moderasi Fatkhur Haris Irfan (2013) Regresi Berganda Variabel Independen:

Large positive book tax differencesLarge negative

book tax differences  Perubahan pendapatan  Nilai aset tetap

kotor  Ukuran

perusahaan Variabel Dependen:  Perbedaan laba

akuntansi dan laba fiskal  Persistensi laba Variabel Moderasi:  Komponen

akruan dan aliran kas

Perubahan pendapatan dan nilai aset tetap kotor berpengaruh terhadap

perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, sedangkan large positive book tax differences dan moderasi

komponen akrual dan aliran kas dengan large negative book tax differences berpengaruh terhadap persistensi laba.

6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Book Tax Differences pada Persistensi Laba

Fitria Jumiati (2014)

Regresi berganda Independen:

 Kepemilikan manajerial  Large positive

book tax differencesLarge negative

book tax differences Dependen:

 Persistensi laba

Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada persistensi laba. Large positif (negatif) book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba.

7. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba Mohammad Khafid (2012) Regresi berganda Independen:

 Komposisi dewan komisaris

 Kepemilikan manajerial  Komite audit Dependen:

 Persistensi laba

Komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komite audit secara signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba.


(2)

31 8. Earning

Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense

Phillips et al. (2002)

Pooled Regresion Independen:

Deffered tax expense, accrual, cash flow operation, characteristic industry Dependen:  Earning Management Beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan penurunan laba.

9. The Persistence and Pricing of Earnings, Accrual, and Cash Flows When Firms Have Large Book Tax Differences Hanlon (2005) Pooled Regresion Independen:

Large positive book tax differencesLarge negative

book tax differences Dependen:  Earning persistence Large positive book tax differences dan large negative book tax differences mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan dengan perusahaan dengan small book tax differences. 10. Analisis

Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas.

Wijayanti (2006)

Pooled Regresion Independen:

 Persistensi laba, akrual, dan arus kas

Dependen:

 Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

Large positive book tax differences dan large negative book tax differences mempunyai persistensi laba yang lebih rendah. 11. Hubungan

Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba Wiryandari dan Yulianti (2008)

Regresi linier berganda

Independen:  Persistensi laba  Perilaku

manajemen laba Dependen:

 Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

Beban pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba degan tujuan untuk menghindari penurunan laba. Large positive book tax differences


(3)

32

memiliki persistensi laba yang lebih rendah. 12. Book-Tax

Differences and Earning Growth

Jackson (2009)

Pooled Regresion Independen:

Permanent differences Temporer

differences Dependen:  Earning growth

Terdapat

hubungan negatif antara komponen perbedaan temporer dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan komponen sementara berhubungan negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa depan. 13. Pengaruh Book

Tax Gap terhadap Persistensi Laba

Martani dan Persada (2010)

Regresi linier berganda

Independen:  Book tax gap Dependen:

 Persistensi laba

Perbedaan permanen memiliki

hubungan negatif terhadap

perubahan laba bersih, sedangkan perbedaan temporer memiliki

hubungan positif terhadap

perubahan laba bersih.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba

Book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba.

Adanya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) dapat digunakan untuk mengetahui adanya rekayasa manajerial dengan menggunakan kebebasan akrual, yang tentunya berpengaruh terhadap kualitas informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Saat kualitas laba rendah maka tidak


(4)

33

mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga para stakeholder tidak dapat mengambil keputusan dengan baik melalui informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Artinya book tax differences dapat mempengaruhi persistensi laba sebagai salah satu ukuran dari kualitas laba. Persistensi laba digunakan sebagai ukuran kualitas laba karena merupakan ciri kualitatif relevansi, yaitu

predictive value. Mengikuti penelitian Purwanti (2013) book tax differences

dilihat dari large positive book tax differences, large negative book tax

differences, dan small book tax differences. Pratiwi (2014), Martani dan Persada

(2010), Wijayanti (2006), Tang (2006), Yulianti (2005), dan Phillips et al. (2002) membuktikan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) book tax

differences berpengaruh signifikan negatif terhadap persistensi laba, artinya

perusahaan dengan large positive (negative) book tax differences mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan dengan small book tax

differences. Perusahaan dengan perbedaan perbedaan laba akuntansi dan laba

fiskal yang besar diperkirakan memiliki persistensi laba yang rendah dibandingkan perusahaan dengan perbedaan yang kecil.

Large positive book tax differences akan menimbulkan biaya pajak

tangguhan (deffered tax exspenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Large negative book tax differences akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Munculnya saldo aset (kewajiban) pajak tangguhan dalam large positive (negative) book tax differences diduga mempunyai kualitas yang rendah dan kurang persisten dan harus ditelusuri


(5)

34

lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca memungkinkan digunakan sebagai suatu cara merekayasa (menaikkan atau menurunkan) laba secara semu dalam kebijakan manajemen, sehingga large

positive (negative) book tax differences secara bersama-sama mengindikasikan

tidak dapat dipertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang (Hanlon, 2005). Semakin besar perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, diduga manajemen merekayasa laba, sehingga persistensi laba juga akan menjadi lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1a: Perusahaan dengan large positive book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba

H1b: Perusahaan dengan large negative book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba

2.3.2Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Diperlemah oleh

Corporate Governance

Persistensi laba dapat memprediksi laba di masa depan melalui laba tahun berjalan. Informasi yang didapat dari adanya perbedaan pengakuan biaya dan penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang menyebabkan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) dapat digunakan sebagai indikasi untuk melihat adanya kebijakan manajemen dalam suatu perusahaan. Ciri dari persistensi laba itu sendiri adalah laba yang tidak terlalu berfluktuatif. Menurut


(6)

35

penelitian Zdulhiyanov (2015), Purwanti (2013), Wiryandari dan Yulianti (2008), Tang (2006), Yulianti (2005), serta Phillips et al. (2002) dinyatakan bahwa perusahaan dengan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal yang besar

(large positive (negative) book tax differences) akan menunjukkan bahwa

terdapatnya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan, sehingga laporan laba yang dihasilkan kurang informatif bagi para penggunanya (Hanlon, 2005). Menurut Ikhsan (2012), Khafid (2012), Susanti (2010), dan Veronica dan Siregar (2005) penerapan corporate governance terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga mampu mengurangi aktivitas menyimpang seperti rekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. Kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang terdapat didalam

corporate governance dapat digunakan untuk mengontrol tindakan manajer atau

pengelola sehingga informasi yang dihasilkan berkualitas. Penerapan corporate

governance yang baik diharapkan mampu mengendalikan perusahaan sehingga

dapat mencegah terjadinya manajemen laba dan mampu memberikan informasi laba yang lebih berkualitas melalui laba yang persisten bagi para penggunanya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2a: Corporate governance memperlemah pengaruh large positive book tax

differences pada persistensi laba.

H2b: Corporate governance memperlemah pengaruh large negative book tax