KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA.

(1)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA

TESIS

Oleh:

Azizia Freda Savana 1006947

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESALAHAN PENGGUNAAN

~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA

Oleh

Azizia Freda Savana S.Pd UNESA, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Azizia Freda Savana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Nandang Rahmat, M.A, Ph.D Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed NIP 195706251983031002 NIP 195201281982031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dedi Sutedi, M.A., M.Ed NIP 196605071996011001


(4)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

要旨

(ABSTRAK)

KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA

Penelitian ini membahas tentang kesalahan penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida para pembelajar bahasa Jepang semester VIII Universitas Negeri Surabaya. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemiripan makna yang dimiliki keduanya, yaitu menyatakan suatu keharusan yang memungkinkan pemakaiannya tidak sesuai dengan konteks kalimat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kesalahan penggunaan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida, mengetahui penyebab kesalahannya, dan mengetahui metode mengatasi kesalahan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode tersebut karena terdapat perhitungan angka-angka untuk mengukur instrument tes yang akan dijadikan sebagai data dengan metode kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan metode kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah tes tertulis, angket, dan wawancara.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajar bahasa Jepang semester VIII Universitas Negeri Surabaya dalam menggunakan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida masih ada yang belum bisa membedakan penggunaan kedua verba tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan kesalahan dalam makna dan gramatikal. Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh pembelajar pada verba bantu ~nakerebanaranai adalah ~nakerebanaranai yang menyatakan bahwa subjek tidak dapat mengontrol keadaan sesuai dengan keinginan diri sendiri. Sedangkan pada verba bantu ~bekida, kesalahan terbanyak terdapat dalam ~bekida dengan pola kalimat ~bekidewanai.

Penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar disebabkan oleh ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, salah menghipotesiskan konsep, penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan penyamarataan berlebihan. Hal ini dapat diatasi dengan pengajar hendaknya menjelaskan secara detail dengan mencari dan membaca berbagai sumber ajar sebagai acuan untuk mengajar, Pengajar perlu memberikan materi pengajaran dengan metode yang lebih


(5)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

menarik, pengajar seharusnya mengajarkan tentang pembentukan struktur kedua verba bantu secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.


(6)

1

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam bahasa Jepang terdapat banyak kosa kata yang memiliki makna mirip yang bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang hampir sama atau termasuk ke dalam sinonim. Sinonim atau ruigigo merupakan beberapa kata yang memiliki bunyi dan ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip (Sudjianto dan Ahmad, 2007:114).

Banyaknya sinonim di dalam bahasa Jepang menyebabkan pembelajar sering kebingungan, baik ketika membuat kalimat, ketika

berbicara, maupun ketika menerjemahkan. Kebingungan dan

ketidakpahaman tersebut memicu munculnya terjadi kesalahan dalam pemahaman materi pembelajaran. Salah satu penyebabnya tidak semua kata yang memiliki makna sinonim dapat digunakan pada situasi dan kondisi yang sama. Demikian pula di dalam struktur kalimat bahasa Jepang terdapat pola yang berbeda namun memiliki kemiripan makna jika dilihat dari makna bahasa Indonesia.

Struktur kalimat dengan pola ~nakerebanaranai dan ~bekida


(7)

2

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan baik dalam ragam bahasa tulisan maupun bahasa ragam lisan.

Ke dua pola kalimat tersebut menjadi bagian pelajaran dalam buku

pelajaran bahasa Jepang serta sering muncul pada soal ujian noryouku shiken N2. Contoh berikut ini adalah kalimat ~bekida yang muncul dalam soal ujian dokkai membaca N2:

(1) 科 学 者 技 術 者 あ 発 見 あ ゆ 可 能性

ア ン テ ナ 伸 べ そ 好 嫌 い あ い

け い う 思う

Kagakusha ya gijutshusha de aru nara, hakken ni tsunagaru arayuru kanousei ni antena o nobasubeki de, sono tame ni wa, suki kirai ga atte wa ikenai youni omou.

Jika ada seorang peneliti dan ilmuan, seharusnya jangan pilih-pilih topik atau bahan yang akan diteliti, karena pasti ada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan penelitian yang sedang dikerjakan. (Azizia)

(N2, 2011)

Kemudian berikut ini adalah contoh kalimat ~nakerebanaranai yang

muncul dalam soal dokkai N2:

(2) う 自 分 捨 い こ 捨

い時間 三 絞 そ 以外 削 け い

Doushite mo jibun ni totte suterarenai koto ya suterarenai jikan o futatsu ka mitsu ni shibori, sore igai wa kezuranakerebanaranai.

Oleh karena itu walau bagaimanapun, bagi diri sendiri terdapat hal penting dan ada dua atau tiga waktu yang tidak bisa diabaikan yang saling berkaitan, sedangkan yang lainnya harus dipertimbangkan. (Azizia)

(N2, 2004)

Keduanya mempunyai arti yang mirip yang di dalam bahasa Indonesia ke duanya berpadanan dengan satu makna kata. ~Nakerebanaranai berpadanan dengan kata „harus‟ yang mengandung


(8)

3

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

makna penekanan yang kuat yang lebih mengacu kepada hal yang bermakna wajib, berbeda dengan ~bekida yang penekanannya lebih lemah.

Makna kata harus tersebut dibedakan berdasarkan konteks kalimat,

walaupun dalam makna konteks kalimat tertentu bisa bersubstitusi.

Kekurangpahaman dalam membedakan makna kata tersebut

menyebabkan para pembelajar kesulitan menerapkan kondisi

penggunanaannya, di samping terdapat masalah kekurangan sumber

materi mengenai ~nakerebanaranai dan ~bekida.Hal ini menjadi salah satu

hambatan bagi pembelajar dalam menguasai penggunaan keduanya. Sejalan dengan hal tersebut, Nida (2009:71) memaparkan bahwa dalam bahasa Indonesia ~nakerebanai berarti harus dan ~bekida berarti seharusnya. Jadi, ~nakerebanaranai lebih mempunyai tekanan yang keras

dibandingkan dengan ~bekida. ~Nakerebanaranai juga digunakan untuk

menyatakan kewajiban, sedangkan ~bekida digunakan untuk menyatakan hal yang harus dilakukan, hal yang baik/benar dilakukan dan dapat digunakan untuk memberikan masukan/pendapat dan nasehat untuk orang lain.

Berikut ini contoh pemakaian ~nakerebanaranai dan ~bekida baik yang bisa bersubstitusi maknanya maupun yang tidak.

(3) 医者 最後 最後ま 患者 延命 戦う べ /戦わ け

い 言う考え あ ませ

Isha wa saigo no saigo made kanja no enmei no tame ni tatakau (bekida/nakerebanaranai) to iu kangae ga aru kamo shiremasen.


(9)

4

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokter mungkin berpikir bahwa dia harus berjuang untuk memperpanjang usia pasien sampai akhir. (Azizia)

(TMOOIPDJ, 1991:56)

(4) 強い薬 注意 使わ け い/ 使うべ .

Tsuyoi kusuri wa chuuishite (tsukawa nakerebanaranai/ tsukau bekida)

Obat keras harus digunakan secara hati-hati. (Azizia)

NBH, 2005:156

(5) A: こ 仕 引 受け う う 迷 い

Kono shigoto, hiki ukeyou ka dou ka mayotteirunda.

Saya masih bingung apakah mau menerima pekerjaan ini atau tidak. (Azizia)

B: そ 引 受 け け い / 引 受 け べ

いいチャンス い

Sorya ( hiki ukenakerebanarani yo/hiki ukeru bekida yo). Ii chansu janai ka.

Pekerjaan itu seharusnya diterima saja. Bukankah itu kesempatan yang bagus? (Azizia)

(CNBTONP, 2005:115)

Pada contoh kalimat nomor 1 baik ~nakerebanaranai maupun

~bekida dapat digunakan. Sebagai seorang dokter, berkewajiban berjuang sekuat tenaga demi kesembuhan pasien sehingga dapat memperpanjang

usia pasiennya. Oleh karena itu, ~nakerebanaranai dapat digunakan

karena terdapat suatu kewajiban didalamnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ichikawa (2005:112), bahwa ~nakerebanaranai digunakan untuk menyatakan suatu kewajiban. Kemudian, ~bekida dapat pula digunakan pada kalimat nomor 1 ini karena kalimat tersebut sebagai suatu opini atau pendapat pribadi pembicara dan merupakan hal yang wajar bahwa


(10)

5

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seorang dokter seharusnya memperjuangkan umur pasiennya hingga detik terakhir.

Pada contoh kalimat nomor 2 menggunakan ~nakerebanaranai

karena kalimat tersebut merupakan peringatan yang wajib dilakukan dan kalimat tersebut mempunyai tekanan peringatan kepada pembaca agar menggunakan obat keras dengan hati-hati. Karena kalimat tersebut mengandung penekanan yang kuat, maka ~bekida tidak dapat digunakan. Sebaliknya, pada contoh kalimat nomor 3 menggunakan ~bekida karena B memberikan nasehat atau saran kepada A untuk menerima pekerjaan.

Seperti dikemukakan oleh Nitta Yoshio (2003:105) bahwa ~bekida

digunakan untuk memberikan masukan/pendapat dan nasehat untuk orang lain. Pada konteks kalimat di atas, A berbicara kepada B karena masih bingung apakah akan menerima pekerjaan itu atau tidak. Kemudian B memberikan nasehat atau saran kepada A untuk menerima pekerjaan itu karena menurutnya tawaran pekerjaan itu merupakan suatu kesempatan yang bagus.

Memperhatikan contoh perbedaan penggunaan makna seperti tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa pemahaman dan penguasaan

makna~nakrebanaranai dan ~bekida merupakan hal yang cukup sulit bagi

pembelajar bahasa Jepang sehingga dapat menyebabkan kesalahan menggunakannya saat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Pada proses pembelajaran, pembelajar akan mengalami suatu kesalahan


(11)

6

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbahasa dari segi tata bahasa atau kesalahan berbahasa dalam kategori linguistik yaitu, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Dalam hal ini, kesalahan penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida termasuk kesalahan dari segi struktur gramatikal dan makna.

Atas dasar permasalahan tersebut penulis berniat melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan verba bantu ~Nakerebanaranai dan ~Bekida Pada Mahasiswa Tingkat VIII Program

Studi Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Rumusan masalah dan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Rumusan Masalah

1) Seperti apakah kesalahan mahasiswa semester VIII Program Studi

Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya dalam penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida ?

2) Apakah faktor penyebab kesalahan penggunaan verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya?

3) Bagaimanakah langkah untuk mengatasi kesalahan penggunaan


(12)

7

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya?

2. Batasan Masalah

Di dalam bahasa Jepang selain selain verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida yang bermakna harus, terdapat pula bentuk pola lainnya seperti ~nakerebaikenai, nakutewaikenai, naitoikenai dll. Dalam penelitian ini penulis terbatas membatasi permasalahan pada makna sinonim verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida .

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bentuk kesalahan penggunaan verba

bantu~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.

2. Mengetahui penyebab kesalahan penggunaan verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.

3. Mengetahui metode mengatasi kesalahan penggunaan verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.


(13)

8

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari segi manfaat teoritis yaitu dapat mengetahui penyebab kesalahan

penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida serta

memahami persamaan dan perbedaannya dengan pola bentuk lainnya yang memiliki makna mirip.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, dapat memperdalam pengetahuan tentang

penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida.

b. Bagi pendidik, dapat bermanfaat untuk menentukan tujuan, bahan

ajar, dan prosedur pengajaran dalam mempelajari penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida.

c. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan acuan pemahaman tentang

peggunaan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida.

E. Sistematika Penelitian

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian, analisis masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian secara garis besar beserta teknik


(14)

9

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data dan pendekatannya, sampel penelitian, dan analisis data.

Bab II Kajian Teori

Pada bab ini berisi tentang teori-teori mengenai hasil penelitian terdahulu mengenai ~nakerebanaranai dan bekida, teori ~nakerebanarnai, teori ~bekida dan teori mengenai analisis kesalahan.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini dibahas tentang pengertian metode penelitian, instrumen, sumber data penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik pengolahan data dan cara menganalisis data yang telah di kumpulkan. Bab IV Analisis dan pembahasan data

Bab ini berisi tentang hasil analisis data yang telah di kumpulkan, mengkategorisasikan hasil analisis data, menjawab pertanyaan penelitian pada rumusan masalah, dan menganalisis mengenai kesalahan penggunaan ~nakerebanarnai dan ~bekida .

Bab V Kesimpulan dan saran

Bab ini berisi penarikan kesimpulan dari hasil analisis penelitian, kemudian membahas saran-saran untuk penelitian selanjutnya.


(15)

10

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida


(16)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan alasan bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, serta hubungan yang terdapat pada kesalahan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya dalam menggunakan ~nakerebanaranai dan ~bekida dalam kalimat bahasa Jepang. Hal ini sejalan dengan pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sutedi (2009:48) bahwa penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif (metode kombinasi) model concurrent embedded

(campuran tidak berimbang). Metode kombinasi model concurrent embedded adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode secara tidak seimbang (Sugiyono, 2012:537). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan tersebut karena terdapat perhitungan


(17)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angka-angka untuk mengukur instrument tes yang akan dijadikan sebagai data dengan metode kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan metode kualitatif. Dalam hal ini, metode kualitatif sebagai metode primer dan metode kuantitatif sebagai metode sekunder.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Populasi terbatas dan populasi tidak terbatas. Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif, sedangkan populasi tidak terbatas adalah sumber datanya tidak ditentukan batasan-batasannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 20 orang mahasiswa tingkat IV semester VIII kelas non regular dengan alasan bahwa tingkat IV telah mempelajarai bahasa Jepang secara mendalam dan telah menerima materi mengenai penggunaan ~nakerebanaranai

dan ~bekida. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.


(18)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tes dan non tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemamuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998:139). Instrumen yang berbentuk tes berupa tes tertulis, sedangkan instrumen yang berbentuk non tes berupa angket.

1. Tes Tertulis

Tes berupa tes tertulis berupa soal yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengukur tingkat kesalahan mahasiswa dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida. Tes tertulis ini terdiri dari 3 bagian, yaitu memilih jawaban yang tepat dari soal melengkapi kalimat, soal O (benar) atau × (salah) dan soal pilihan (a dan b).

a) Bagian I (melengkapi kalimat)

Bagian I terdiri dari 11 nomor soal berupa kalimat tidak lengkap yang bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan mengisi bagian kalimat yang kosong dengan menggunakan ~nakerebanaranai dan

~bekida sesuai dengan pola kalimat yang tepat. b) Bagian II (soal O (benar) atau × (salah) )

Bagian II terdiri dari 10 soal berupa soal O (benar) atau × (salah) berdasarkan kalimat. Kalimat yang dijadikan soal berupa kalimat yang bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan untuk mengisi


(19)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagian yamg kosong pada kolom dengan menggunakan O (benar) atau × (salah).

c) Bagian III (soal pilihan ganda (a dan b)

Bagian III terdiri dari 4 soal pilihan ganda yaitu a dan b yang bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan untuk memilih jawaban yang benar sesuai dengan pilihan jawaban a atau b.

Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan materi dan tujuannya agar memenuhi validitas isi dapat pula dimintakan bantuan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel (Sudjana, 1995:13). Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan uji validitas instrumen.

2. Angket

Angket ini merupakan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada mahasiswa untuk memperoleh informasi seputar pemahaman penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida, dan mengetahui faktor-faktor kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida pada pembelajaran. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kombinasi tertutup dan terbuka dimana jawaban sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.


(20)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui dan memastikan kesalahan penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida apakah kesalahan tersebut merupakan error atau mistake. Jika kesalahan tersebut termasuk error, maka penulis akan menggali lebih dalam mengapa error

terjadi. Dalam hal ini penulis akan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada sampel penelitian mengenai kesalahan yang dilakukan tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1988:211). Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi (Riduwan, 2008:97).

Dalam penelitian ini, data diambil dengan cara meminta sampel untuk mengerjakan tes tertulis yang berupa soal-soal. Selain itu, sampel juga diminta mengisi angket yang telah disediakan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam proses pengumpulan data:


(21)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.Menentukan subjek penelitian yaitu siswa tingkat IV semester 8 Universitas Negeri Surabaya.

2.Sampel diharuskan menjawab atau mengisi lembar soal mengenai kesalahan dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida.

3.Mengklasifikasikan data yang berupa kesalahan-kesalahan untuk dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kesalahan yang sama

4. Meranking jumlah kesalahan-kesalahan yang ada 5. Menganalisis kesalahan-kesalahan tersebut. 6. Sampel diminta untuk mengisi angket. 7. Mengklasifikasikan jawaban angket 8. Menganalisis jawaban tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikandan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Moleong, 2005:280). Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pengumpulan data.

1. Analisis Tes

Data yang sudah diperoleh melalui tes selanjutnya diolah, dianalisis, dan kemudian diinterprestasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(22)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menjumlahkan jawaban yang salah dan benar.

c. Menghitung frekuensi dan presentase kesalahan dari setiap item jawaban dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P= Presentase kesalahan

f= Frekuensi jumlah kesalahan x= jumlah respon

d. Membuat tabel frekuensi dan presentase kesalahan dari masing-masing item jawaban.

e. Menghitung tingkat kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan

~nakerebanaranai dan ~bekida secara keseluruhan, dengan mencari presentase aspek kesalahan.

f. Mendeskripsikan kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan

~nakerebanaranai dan ~bekida.

g. Mengidentifikasi faktor-faktor kesulitan penggunaan

~nakerebanaranai dan ~bekida. 2. Pengolahan Angket

Untuk menghitung data angket dilakukan dengan cara berikut ini: 1) Menghitung frekuensi dan presentase jawaban dari setiap nomor


(23)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

P= Presentase jawaban f= Frekuensi jumlah x= jumlah respon

2) Menyusun tabel frekuensi dan persentase jawaban tiap-tiap nomor pertanyaan

3) Analisis dan interpretasi jawaban sampel tiap nomor pertanyaan. 3. Penyimpulan Data

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang menyajikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu analisis tes tertulis yang didukung oleh analisis angket.

F. Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes tertulis yaitu soal tes diberikan kepada responden, terlebih dahulu diadakan ujicoba soal tersebut kepada 6 orang selain sampel.

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen harus bisa mengukur apa yang akan diukur. Oleh karena itu harus memiliki validitas. Isi validitas dinyatakan valid karena soal-soal diambil dari buku-buku latihan. Selain itu, tingkat dan daya pembeda dihitung dari hasil uji coba sebagai berikut.


(24)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Tingkat Kesukaran

Untuk mengukur tingkat kesukaran soal pilihan ganda menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

TK : Tingkat kesukaran

BA : Jumlah skor jawaban kelompok atas BB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah

N : Jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah.

Adapun klasifikasi tingkat kesukarannya sebagai berikut: Tabel 3

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Rentang Tingkat Kesukaran Klasifikasi Tingkat Kesukaran 0,00 – 0,25

0,26 – 0,75 0,76 – 1,00

Sukar Sedang Mudah

Setelah dihitung dengan rumus di atas, dari 29 soal diperoleh 6 soal kategori mudah [I (4), (7), (10), II (5), (8), III (4)], 19 soal kategori sedang [I (1), (2), (3), (5), (6), (8), (9), (11), II (1), (2), (4), (7), (9), (10), (11), (12), III (1), (2), (3)], 4 soal kategori sukar [I (12), II (3), (6), (13)].


(25)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Daya Pembeda

Untuk mengukur daya pembeda soal pilihan ganda menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

DP : Daya Pembeda

BA : Jumlah skor jawaban kelompok atas BB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah N : Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok

bawah

Tabel 4

Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Tingkat Kesukaran Klasifikasi Tingkat Kesukaran 0,00 – 0,25

0,26 – 0,75 0,76 – 1,00

Rendah Sedang Tinggi

Hasil penghitungan daya pembeda pada tes uji coba dari 29 soal, diperoleh 19 soal kategori rendah [I (2), (3), (4), (5), (6), (7), (9), (10), (11), (12), II (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (9), (13), III (4) dan 10 soal kategori sedang [I (1), (6), (8), II (8), (10), (11), (12), III (1), (2), (3)]. Dalam hal ini, soal yang masuk ke


(26)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam klasifikasi rendah atau tidak mempunyai daya pembeda (0/-0,1) diperbaiki, diganti atau ditiadakan sebelum mengambil tes yang sebenarnya. Adapun soal yang ditiadakan adalah soal nomor II (1), (2), (13). Sedangkan soal yang diganti adalah soal nomor I (3), (4), (5), (9), (12), II (5), (9), III (4). Sehingga soal tes untuk mengambil data yang sebenarnya menjadi 25 soal.

2. Uji Reliabilitas

Selain validitas, soal yang baik harus reliabel. Dalam menghitung uji reliabilitas, terdapat klasifikasi angka korelasi yang digunakan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 5

Klasifikasi Angka Korelasi Rentang Reliabilitas Klasifikasi

0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat

Sutedi (2009:221) menyatakan bahwa salah satu cara menguji reliabilitas internal suatu perangkat tes adalah dengan menggunakan menggunakan rumus Kuder Richardson yang dikenal dengan rumus KR 20 dan KR21. Untuk mencari nilai KR 20 digunakan rumus:


(27)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan untuk mencari nilai KR 21 digunakan rumus:

Keterangan:

r : Koefisien reliabilitas tes k : Jumlah butir soal p : Proporsi jawaban benar q : Proporsi jawaban salah St² : Varians total

M : Mean (nilai rata- rata)

Terdapat 29 soal yang diujicobakan terhadap 6 mahasiswa dengan nilai ∑ sebesar 5,17, St² sebesar 23,22, dan M sebesar 15,67. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus KR 20, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar 0,8. Angka ini termasuk ke dalam kategori reliabilitas yang kuat. Kemudian setelah dihitung dengan menggunakan rumus KR 21, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar 0,7. Angka ini termasuk ke dalam kategori reabilitas yang kuat. Dengan melihat hasil nilai dari kedua rumus tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat tes tersebut bisa digunakan untuk instrumen penelitian.


(28)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil ujicoba soal tes terhadap 6 mahasiswa dengan perhitungan uji validitas (tingkat kesukaran) dan uji reliabilitas, soal tes tersebut dinyatakan reliabel dengan hasil nilai koefisien yang kuat. Kemudian, untuk mengambil tes yang sebenarnya, tes yang semula terdiri 29 soal diperbaiki menjadi 25 soal dan ada beberapa soal yang diganti. Hal itu disebabkan karena terdapat soal dengan daya pembeda rendah (0/-0,1).


(29)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesalahan yang muncul dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan

~bekida adalah:

a. Kesalahan pada ~nakerebanaranai yang menyatakan kewajiban

dalam suatu hal yang umum (peraturan yang ditetapkan masyarakat) dengan presentase sebesar 13,5%. Kesalahan yang dilakukan pembelajar adalah kesalahan dari segi makna, yaitu

menjawab dengan menggunakan ~bekida dan kesalahan

pembentukan struktur dalam merubah bentuk ~nai.

b. Kesalahan pada ~nakerebanaranai yang menyatakan bahwa subjek

tidak dapat mengontrol keadaan sesuai dengan keinginan diri sendiri dengan presentasi sebesar 18,5%. Kesalahan yang dilakukan pembelajar adalah kesalahan dari segi makna, yaitu menjawab dengan menggunakan ~bekida.

c. Kesalahan pada pola kalimat N (kata benda) + ~nakerebanaranai dengan presentase sebesar 5%.

d. Kesalahan pada ~bekida yang menyatakan memberi saran/nasehat

terhadap lawan bicara dengan presentase sebesar 6%. Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar adalah kesalahan dari segi makna,


(30)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu menjawab dengan menggunakan ~nakerebanaranai dan

kesalahan struktur pembentukan dalam mengubah kata sifat i yang dilekatkan pada ~bekida.

e. Kesalahan pada ~bekida yang menyatakan perkiraan/pertimbangan

yang sesuai dengan subjektifitas pembicara dengan presentase sebesar 9%.

f. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk lampau (~bekidatta) yang menyatakan perasaan tidak puas dan perasaan menyesal dengan presentase sebesar 5%. Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami makna ~bekidatta.

g. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk negatif (~bekidewanai) yang

menyatakan larangan atas tindakan lawan bicara yang tidak sesuai dengan presentase sebesar 4%. Kesalahan yang dilakukan oleh

pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami makna

~bekidewanai.

h. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk negatif lampau

(~bekidewanakatta) yang menyatakan perasaan tidak puas dan perasaan menyesal karena merealisasikan keadaan yang tidak sesuai dengan perkiraan dengan presentase sebesar 6%. Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami makna ~bekidewanakatta.

i. Kesalahan pada pola kalimat i-adj + ~bekida, na-adj + ~bekida dengan presentase sebesar 3%.


(31)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

j. Kesalahan pada pola kalimat Vru + ~bekida dengan presentase sebesar 2%.

k. Pola kalimat ~bekidewanai dengan presentase sebesar 9%.

Kesalahan yang dilakukan responden adalah kekurangtahuan struktur pembentukan ~bekidewanai dimana kata kerja di depannya tidak berubah menjadi bentuk negatif.

2. Berdasarkan data yang telah diperoleh, faktor penyebab munculnya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida adalah sebagai berikut:

a. Ignorance of rule restrictions (ketidaktahuan akan pembatasan kaidah) yang disebabkan karena pengajar kurang jelas dalam mengajarkan

batasan-batasan makna dan pembentukan struktur

~nakerebanaranai dan ~bekida.

b. False concepts hypothesized (salah menghipotesiskan konsep) yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman pembelajar tentang

penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida karena kurang

memahami maksud kalimat (keterbatasan kosakata) atau salah menginterpretasikan kalimat. Selain itu, pembelajar mengalami kesulitan dalam mencerna penjelasan pengajar karena menjelaskan dengan menggunakan bahasa Jepang yang diselingi dengan bahasa Indonesia.


(32)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Incomplete application of rules (penerapan kaidah yang tidak

sempurna) yang disebabkan oleh pemahaman tentang

pembentukan struktur ~nakerebanaranai dan ~bekida yang masih

kurang karena merasa kesulitan dalam mengingat struktur pembentukan khususnya ~bekida yang dalam hal ini pembelajar jarang menggunakannya dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari, serta pengajar yang kurang jelas menjelaskan struktur pembentukannya.

d. Overgeneralization (penyamarataan berlebihan) yang disebabkan

oleh pembelajar yang menganggap bahwa semua kalimat percakapan menggunakan ~bekida.

3. Penyebab kesalahan secara keseluruhan adalah faktor kompetensi.

Upaya untuk mengatasi faktor penyebab kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengajar hendaknya menjelaskan secara detail dengan mencari dan

membaca berbagai sumber ajar (buku lain atau jurnal selain buku ajar yang digunakan) sebagai acuan untuk mengajar agar referensi tentang ~nakerebanaranai dan ~bekida bertambah.

b. Pengajar seharusnya memberi penjelasan tentang ~nakerebanaranai

dan ~bekida dengan membuat tabel perbedaan dan persaman

makna dan pembentukan struktur keduanya melalui media yang jelas (power point atau media gambar tabel) disertai dengan


(33)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

contoh-contoh kalimat yang lebih mudah dipahami. Selain pengajar, pembelajar juga seharusnya bertanya kepada teman atau

kakak kelas yang lebih mengerti penggunaan ~nakerebanaranai dan

~bekida.

c. Pengajar perlu memberikan materi pengajaran dengan metode

yang lebih menarik, yaitu dengan metode drill dan tanya jawab,

melakukan game dalam latihan soal, mempraktekkan langsung

dengan percakapan, memutar video (film atau anime yang terdapat bentuk ~nakerebanaranai dan ~bekida agar pembelajar tidak bosan dan tetap berkosentrasi dalam perkuliahan).

d. Pembelajar seharusnya membaca ulang buku pelajaran dan latihan

sendiri di rumah dengan latihan membuat contoh berdasarkan pola kalimat, serta sering menggunakannya dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari.

e. Pengajar seharusnya tetap mengajarkan tentang pembentukan

struktur ~bekida termasuk pembentukan struktur ~bekidewanai

secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.

f. Pengajar seharusnya menjelaskan tentang makna dan

pembentukan struktur ~bekida dengan menggunakan bahasa

Indonesia, Sedangkan untuk pengantar perkuliahan, latihan contoh kalimat, dan penutup perkuliahan baru menggunakan bahasa Jepang.


(34)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Sebaiknya materi dibagi menjadi dua dan diberikan dalam dua kali

jam perkuliahan, sehingga alokasi waktunya cukup untuk menyampaikan materi ~bekida dengan jelas dan tidak terburu buru.

h. Pembelajar seharusnya langsung bertanya ketika merasa kurang

memahami apa yang dijelaskan oleh pengajar.

i. Pengajar perlu melakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman

~nakerebanaranai dan ~bekida dan perlu memberikan tugas rumah kepada pembelajar untuk menjaga pemahaman makna dan struktur pembentukan ~nakerebanaranai dan ~bekida.

j. Pembelajar harus lebih sering menggunakan dan mengaplikasikan ~nakerebanaranai dan ~bekida dalam tulisan maupun percakapan bahasa Jepang. Selain itu, harus sering berlatih membaca bacaan bahasa Jepang. Sehingga, kosakata bisa meningkat dan bisa lebih mudah dalam menginterpretasikan suatu kalimat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan mengenai kesalahan yang ditemukan serta hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan, penulis akan memberikan beberapa implikasi sebagai berikut:

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut kepada mahasiswa untuk

mengetahui kesalahan dan kesulitan ketika menggunakan


(35)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kesalahan

mahasiswa dalam verba bantu yang bermakna harus selain

~nakerebanarnai dan ~bekida, yaitu seperti ~nakerebaikenai,


(36)

1

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

cipta.

Dulay, Burth, dkk. 1982. Language two. New York: Oxford University Press.

Ichikawa, Yasuko. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.

Tokyo: 3A Corporation

_______________. 2005. Chukyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.

Tokyo: 3A Corporation.

Ichikawa, Yasuko, dkk. 2010. Nihongo Goyou Jiten. Tokyo: Surie Network

Iori Isao, Takanashi Shino, dkk. 2000. Chuujou O Oshieru Hito No Tame No Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.

__________________________. 2000. Sokyuu O Oshieru Hito No Tame No Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.

Kindaichi, Haruhiko. 1995. Nihongo Daijiten. Tokyo: Kodansha.

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(37)

2

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Narrog, Heiko. 2009. Modality In Japanese. Amsterdam The Netherland: John Benjamins Plubishing Company.

Ningsih, Nida. 2009. Analisis Penggunaan Ungkapan ~Nakerebanaranai dan ~Bekida. Skripsi tidak diterbitkan.

Niwa, Tetsuya. 1991. The Modals Of Obligation In Present-day Japanese: ‘Bekida’

and ‘nakerebanaranai’. Osaka: Osaka Daigakuin Daigaku Nyubun

Jisen Rongyou.

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sagawa, Yuriko. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kurosio Publisher.

Satou. 1994. Tsukaikata No Wakaru Ruigigo Retsu Kai Jiten. Tokyo: Shougakukan

Sudjianto, Daihidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora

Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa jepang (Panduan bagi guru dan calon guru dalam meneliti bahasa Jepang dan pengajarannya). Bandung : Humaniora


(38)

3

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardhana, Checy. 2009. Proposal Penelitian Analisis Kontrastif Kalimat Pengandaian Dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Tidak diterbitkan

Yadianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S

Yoshio, Ogawa, dkk. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Daishuukan shouten

Yoshio, Nitta. 2003. Gendai Nihongo Bunpou (4) Modality. Tokyo: Kuroshio Shuppan


(1)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

contoh-contoh kalimat yang lebih mudah dipahami. Selain pengajar, pembelajar juga seharusnya bertanya kepada teman atau kakak kelas yang lebih mengerti penggunaan ~nakerebanaranai dan

~bekida.

c. Pengajar perlu memberikan materi pengajaran dengan metode yang lebih menarik, yaitu dengan metode drill dan tanya jawab, melakukan game dalam latihan soal, mempraktekkan langsung dengan percakapan, memutar video (film atau anime yang terdapat bentuk ~nakerebanaranai dan ~bekida agar pembelajar tidak bosan dan tetap berkosentrasi dalam perkuliahan).

d. Pembelajar seharusnya membaca ulang buku pelajaran dan latihan sendiri di rumah dengan latihan membuat contoh berdasarkan pola kalimat, serta sering menggunakannya dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari.

e. Pengajar seharusnya tetap mengajarkan tentang pembentukan struktur ~bekida termasuk pembentukan struktur ~bekidewanai

secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.

f. Pengajar seharusnya menjelaskan tentang makna dan

pembentukan struktur ~bekida dengan menggunakan bahasa Indonesia, Sedangkan untuk pengantar perkuliahan, latihan contoh kalimat, dan penutup perkuliahan baru menggunakan bahasa Jepang.


(2)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Sebaiknya materi dibagi menjadi dua dan diberikan dalam dua kali jam perkuliahan, sehingga alokasi waktunya cukup untuk menyampaikan materi ~bekida dengan jelas dan tidak terburu buru. h. Pembelajar seharusnya langsung bertanya ketika merasa kurang

memahami apa yang dijelaskan oleh pengajar.

i. Pengajar perlu melakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman

~nakerebanaranai dan ~bekida dan perlu memberikan tugas rumah kepada pembelajar untuk menjaga pemahaman makna dan struktur pembentukan ~nakerebanaranai dan ~bekida.

j. Pembelajar harus lebih sering menggunakan dan mengaplikasikan

~nakerebanaranai dan ~bekida dalam tulisan maupun percakapan bahasa Jepang. Selain itu, harus sering berlatih membaca bacaan bahasa Jepang. Sehingga, kosakata bisa meningkat dan bisa lebih mudah dalam menginterpretasikan suatu kalimat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan mengenai kesalahan yang ditemukan serta hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan, penulis akan memberikan beberapa implikasi sebagai berikut:

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut kepada mahasiswa untuk mengetahui kesalahan dan kesulitan ketika menggunakan


(3)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kesalahan mahasiswa dalam verba bantu yang bermakna harus selain

~nakerebanarnai dan ~bekida, yaitu seperti ~nakerebaikenai, nakutewaikenai, naitoikenai, hazuda, dll.


(4)

1

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

cipta.

Dulay, Burth, dkk. 1982. Language two. New York: Oxford University Press.

Ichikawa, Yasuko. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.

Tokyo: 3A Corporation

_______________. 2005. Chukyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.

Tokyo: 3A Corporation.

Ichikawa, Yasuko, dkk. 2010. Nihongo Goyou Jiten. Tokyo: Surie Network

Iori Isao, Takanashi Shino, dkk. 2000. Chuujou O Oshieru Hito No Tame No

Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.

__________________________. 2000. Sokyuu O Oshieru Hito No Tame No

Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.

Kindaichi, Haruhiko. 1995. Nihongo Daijiten. Tokyo: Kodansha.

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi


(5)

2

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Narrog, Heiko. 2009. Modality In Japanese. Amsterdam The Netherland: John

Benjamins Plubishing Company.

Ningsih, Nida. 2009. Analisis Penggunaan Ungkapan ~Nakerebanaranai dan

~Bekida. Skripsi tidak diterbitkan.

Niwa, Tetsuya. 1991. The Modals Of Obligation In Present-day Japanese: ‘Bekida’

and ‘nakerebanaranai’. Osaka: Osaka Daigakuin Daigaku Nyubun

Jisen Rongyou.

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sagawa, Yuriko. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kurosio Publisher.

Satou. 1994. Tsukaikata No Wakaru Ruigigo Retsu Kai Jiten. Tokyo:

Shougakukan

Sudjianto, Daihidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint

Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora

Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa jepang (Panduan bagi guru dan

calon guru dalam meneliti bahasa Jepang dan pengajarannya). Bandung : Humaniora


(6)

3

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardhana, Checy. 2009. Proposal Penelitian Analisis Kontrastif Kalimat

Pengandaian Dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Tidak diterbitkan

Yadianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S

Yoshio, Ogawa, dkk. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Daishuukan shouten

Yoshio, Nitta. 2003. Gendai Nihongo Bunpou (4) Modality. Tokyo: Kuroshio